makalah bel dan pem

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penguasaan dan penggunaan IPTEK merupakan kunci penting dalam kehidupan abad ini. Oleh karena itu, peserta didik perlu dipersiapkan untuk mengenal, memahami dan menguasai IPTEK dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya. Upaya untuk mempersiapkan hal tersebut dilakukan melalui pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan sains (IPA) sebagai bagian dari pendidikan umumnya memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Pada peningkatan ini, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi (IPTEK). Namun, pembelajaran IPA masa sekarang ini kurang dikaitkan dengan isu sosial dan teknologi yang ada di masyarakat, terutama yang berkaitan dengan perkembangan teknologi dan kehadiran produk-produk teknologi di masyarakat, serta akibat yang ditimbulkannya. Pengajaran IPA di sekolah semata-mata hanya berorientasi pada tuntutan kurikulum yang telah dituangkan di dalam buku teks. Pembelajaran di kelas pun masih didominasi oleh ceramah dari guru. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Guru hanya menjelaskan sebatas produk dan sedikit proses. Seorang guru tidaklah mudah menciptakan kondisi yang kondusif bagi semua siswa. Ada siswa yang proaktif, ada siswa yang tidak 1

Upload: rizki-yanuar

Post on 03-Feb-2016

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

boleh didownload

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Bel Dan Pem

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penguasaan dan penggunaan IPTEK merupakan kunci penting dalam kehidupan abad

ini. Oleh karena itu, peserta didik perlu dipersiapkan untuk mengenal, memahami dan

menguasai IPTEK dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya. Upaya untuk

mempersiapkan hal tersebut dilakukan melalui pendidikan formal dan nonformal.

Pendidikan sains (IPA) sebagai bagian dari pendidikan umumnya memiliki peranan

penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Pada peningkatan ini, khususnya di dalam

menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis,

kreatif, logis, dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh

dampak perkembangan ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi (IPTEK). Namun,

pembelajaran IPA masa sekarang ini kurang dikaitkan dengan isu sosial dan teknologi yang

ada di masyarakat, terutama yang berkaitan dengan perkembangan teknologi dan kehadiran

produk-produk teknologi di masyarakat, serta akibat yang ditimbulkannya. Pengajaran IPA di

sekolah semata-mata hanya berorientasi pada tuntutan kurikulum yang telah dituangkan di

dalam buku teks. Pembelajaran di kelas pun masih didominasi oleh ceramah dari guru.

Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal

yang dianggap penting. Guru hanya menjelaskan sebatas produk dan sedikit proses.

Seorang guru tidaklah mudah menciptakan kondisi yang kondusif bagi semua siswa.

Ada siswa yang proaktif, ada siswa yang tidak banyak bicara (pendiam) tetapi memiliki

kemampuan akademik di atas temannya, dan terdapat pula siswa yang banyak bicara tetapi

memiliki kemampuan rendah. Bahkan, ada siswa dengan kemampuan akademik menengah ke

bawah merasa tertekan dengan materi IPA yang penuh dengan teori, konsep, rumus-rumus,

dan praktikum yang rumit bahkan sulit di pahami.

Hal tersebutlah yang dapat menyebabkan kurang bermaknanya pelajaran IPA ini,

sehingga menyebabkan aktivitas belajar siswa menjadi rendah dan pembelajaran cenderung

pasif. Padahal, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pendekatan pengajaran

yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran seharusnya siswa diposisi kan sebagai pusat

perhatian atau dengan kata lain siswa yang aktif.

1

Page 2: Makalah Bel Dan Pem

Selain itu, menurut Sardiman aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat

saja tetapi lebih menitikberatkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses

pembelajaran. Penggunaan metode ceramah lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar

mengajar yang membosankan bagi peserta didik. Kondisi seperti ini sangat tidak

menguntungkan bagi guru dan peserta didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam

penyampaian pesan-pesan keilmuan dan siswa dirugikan. Akibatnya masih banyak siswa

yang mengalami kesulitan dalam belajar biologi sehingga hasil belajar yang diperoleh belum

memuaskan dan terbilang masih rendah. (Sardiman, 2003: 95)

Kadar keaktifan dalam belajar secara efektif menurut Tabrani Rusyan, (1994: 128-

129) dapat dinyatakan dalam bentuk:

1. Hasil belajar peserta didik pada umumnya hanya sampai tingkat penggunaan. Siswa

biasanya belajar dengan menghafal saja, apabila telah hafal siswa merasa cukup.

2. Padahal dalam belajar, hasil belajar tidak hanya dinyatakan dalam penguasaan saja

tetapi juga perlu adanya penggunaan dan penilaian.

3. Sumber belajar yang digunakan umumnya terbatas pada guru dan satu dua buku

bacaan. Hal ini perlu dipertanyakan apakah siswa mencatat penjelasan dari guru

dengan efektif dan apakah satu dua buku itu dikuasainya dengan baik. Jika tidak,

aktivitas belajar siswa kurang optimal karena miskinnya sumber belajar.

4. Guru dalam belajar kurang merangsang aktivitas belajar siswa secara optimal.

Sebagai contoh pada umumnya guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah

dan tanya jawab. Jarang sekali diadakan diskusi dan diberikan tugas-tugas yang

memadai. Hal inipun tidak jarang kurang ditunjang oleh penugasan dan keterampilan

guru dalam menggunakan metode-metode tersebut.

Rosseau menyatakan bahwa dalam belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan

pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang

diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis (Rosseau dalam Sardiman A.M,

2000:96). Jika kegiatan belajar mengajar bagi siswa diorientasikan pada keterlibatan

intelektual, emosional, fisik dan mental maka Paul B. Diedrich menggolongkan aktivitas

belajar siswa sebagai berikut:

1. Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan,

pekerjaan orang lain dan sebagainya .

2

Page 3: Makalah Bel Dan Pem

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya.

3. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato

dan sebagainya.

4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan

sebagainya.

5. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan

sebagainya.

6. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,

mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya.

7. Mental activities, seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, mengana lisis,

melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.

8. Emosional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang,

gugup dan sebagainya (Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.M, 2000: 101).

Berdasarkan pengertian aktivitas belajar di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar merupakan kegiatan belajar yang harus dilaksanakan dengan giat, rajin, selalu

berusaha dengan sungguh-sungguh melibatkan fisik maupun mental secara optimal yang

meliputi Visual activities, Oral activities, Listening activities, Writing activities, Drawing

activities, Motor activities, Mental activities, Emosional activities supaya mendapat prestasi

yang gemilang. Aktivitas belajar seperti di atas dapat dialami seorang siswa di sekolah

maupun pada waktu belajar di rumah. Bentuk aktivitas belajar yang lain adalah diskusi di

antara teman, mengerjakan pe kerjaan rumah yang diberikan oleh guru, dan lain sebagainya

dimana semua aktivitas itu bertujuan untuk memberikan peran aktif kepada siswa dalam

proses pembelajaran. Oleh sebab itu, besar harapannya seorang siswa yang benar-benar aktif

akan memperoleh hasil belajar yang baik.

Dalam upaya meningkatkan penguasaan materi siswa terhadap konsep-konsep dan

prinsip-prinsip IPA serta meningkatkan literasi sains dan teknologi siswa, mestinya penyajian

materi ajar IPA di sekolah selalu dikaitkan dan disepadankan dengan isu sosial dan teknologi

yang ada dimasyarakat. Dalam hal ini, pendekatan yang sesuai dengan perkembangan IPTEK

adalah pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), karena pendekatan ini

memungkinkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan dapat menampilkan peranan

sains dan teknologi di dalam kehidupan masyarakat. Tujuan utama pendekatan STM ini

3

Page 4: Makalah Bel Dan Pem

adalah menghasilkan siswa yang cukup mempunyai bekal pengetahuan, sehingga mampu

mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat (Iskandar, 1996 :

1). Melalui pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dapat dikembangkan 6 ranah sains yaitu

ranah konsep, proses, aktivitas, sikap, aplikasi, dan keterkaitan (Anna Poedjiadi, 2005: 131-

132)

Hasil penelitian Myers dan Varrella menyatakan bahwa pembelajaran sains dengan

pendekatan STM sangat efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep, dan siswa lebih

mampu menerapkan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

(Myers dan Varrella dalam Iskandar, 1994: 5)

1.2 Rumusan Masalah

Apa itu model pembelajaran sains teknologi masyarakat ?

Bagaimana karakteristik model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat?

Apa perbedaan model model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat dengan

pendekatan lainnya

Apa keunggulan dari model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat?

Bagaimana implementasi model sains, teknologi dan masyarakat dalam

pembelajaran?

Bagaimana manfaat atau penerapan pembelajaran dengan mengunakan model

pembelajaran STM?

1.3 Tujuan

Mengetahui model pembelajaran sains teknologi masyarakat

Mengetahui karakteristik model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat

Mengetahui perbedaan model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat dengan

pendekatan lainnya

Mengetahui keunggulan dari model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat

Mengetahui implementasi model sains, teknologi dan masyarakat dalam pembelajaran

Mengetahui manfaat atau penerapan pembelajaran dengan mengunakan model

pembelajaran STM

4

Page 5: Makalah Bel Dan Pem

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat

Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan istilah yang diterjemahkan dari

bahasa Inggris “science technology society”, yang pada awalnya dikemukakan oleh John

Ziman dalam bukunya Teaching and Learning about Science and Society. Pembelajaran

science technology society berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains

dan masyarakat (Anna Poedjiadi, 2007: 99). Beberapa pengertian STM menurut para ahli :

a. Menurut Rusmansyah & Yudha Irhasyuarna

STM adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu

tujuan, masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan guru.

Pendekatan ini melibatkan siswa dalam menentukan prosedur pelaksanaan, pencarian

informasi, dan dalam evaluasi. Tujuan utama pendekatan STM ini adalah untuk

menghasilkan lulusan yang cukup mempunyai bekal pengetahuan sehingga mampu

mengambil keputusan penting tentang masalah dalam masyarakat.

b. Penn State

STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread

realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society, education must

integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM

haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam rangka

memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini

berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat

dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi

bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di era sekarang ini.

Dari beberapa kajian teori diatas bahwa pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

(STM) merupakan pendekatan yang tidak memisahkan antara ilmu pengetahuan, teknologi

yang digunakan dan penerapan keduanya dalam masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama

lain, terutama dalam proses pembelajaran IPA.

Pada awalnya, STM merupakan salah satu pendekatan sebelum akhirnya menjadi

model setelah melalui proses yang lama melalui hasil-hasil penelitian, skripsi, tesis dan

5

Page 6: Makalah Bel Dan Pem

disertasi. Dari analisis terhadap penelitian tersebut tampak adanya pola-pola tertentu dari

langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Suatu hal yang tidak boleh

diabaikan adalah adanya pemantapan konsep yang menuntut kejelian guru, untuk mencegah

terjadi miskonsepsi. Dengan demikian pendekatan STM layak disebut sebagai model

pembelajaran (Poedjiadi, 2005). Model pembelajaran STM memungkinkan siswa berperan

aktif dalam pembelajaran dan dapat menampilkan peranan sains dan teknologi di dalam

kehidupan masyarakat. Pendidikan sains dengan pembelajaran ini tidak hanya menekankan

pada penguasaan konsep-konsep sains saja tetapi juga Fatkhurrohman/ Unnes Journal of

Biology Education2 (2) (2013) 135 menekankan pada peran sains dan teknologi di dalam

kehidupan masyarakat untuk memecahkan isu-isu di dalamnya.

Adapun ciri-ciri pendekatan sains teknologi dan masyarakat apabila diterapkan ke

dalam sebuah pembelajaran, maka kita akan dapat melihat hal-hal berikut:

Masalah yang diangkat sebagai bahan pembelajaran bersifat setempat, nyata (real life

situation), penting (bermakna) dan berdampak pada siswa.

Saat kegiatan pembelajaran dipergunakan sumber daya setempat (dapat berupa

narasumber (orang), benda-benda, lingkungan fisik (biotik dan abiotik) atau

lingkungan sosial (masyarakat / society) dalam upaya untuk memperoleh informasi-

informasi agar bisa dimanfaatkan untuk memecahkan masalah yang telah diangkat

sebagai bahan pembelajaran.

Pendekatan sains teknologi dan masyarakat (STM) menuntuk semua siswa untuk ikut

serta terlibat secara aktif untuk memperoleh informasi-informasi untuk memecahkan

masalah yang diangkat dalam kegiatan pembelajaran yang bersumber dari situasi

nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pada umumnya penerapan science technology and society approah (pendekatan sains

teknologi dan masyarakat) ini membutuhkan alokasi yang lebih banyak dibanding

pendekatan tradisional. Untuk itu seringkali dibutuhkan perpanjangan waktu belajar

siswa saat di sekolah maupun di luar jam belajar sekolah (di rumah).

Agar masalah yang diangkat dalam pembelajaran mempunyai makna yang mendalam

bagi siswa maka masalah difokuskan pada dampak-dampak sains dan teknologi bagi

siswa itu sendiri.

6

Page 7: Makalah Bel Dan Pem

Materi pembelajaran yang dibelajarkan kepada siswa saat menerapkan pendekatan

STM (sains teknologi dan masyarakat) ini meliputi produk-produk (fenomena alam,

gejala alam, konsep, prinsip, fakta, teori dan hukum-hukum dalam sains) dan proses-

proses sains (metode ilmiah pemecahan masalah sains).

Pembelajaran yang juga menekankan materi pembelajaran berupa proses sains (tidak

sekedar produk) akhirnya akan memberikan siswa keterampilan sains yang mantap

yang nantinya dapat mereka gunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari yang berkaitan dengan sains dan teknologi dalam hubungannya dengan

masyarakat.

Penerapan pendekatan STM memberikan kesempatan kepada siswa untuk mulai

memiliki kesadaran diri akan kemungkinan karier yang akan mereka miliki di masa

mendatang yang tentu saja berkaitan dengan sains dan teknologi serta masyarakat.

Saat guru menggunakan penerapan sains teknologi dan masyarakat dalam sebuah

pembelajaran dan mengangkat isu-isu atau masalah dalam kehidupan nyata mereka

sehari-hari, maka siswa mendapatkan sebuah kesempatan untuk berperan sebagai

seorang warga masyarakat (warga negara) di mana mereka akan belajar memecahkan

maslah-masalah tersebut.

Pada sebuah pembelajaran dengan penerapan sains teknologi dan masyarakat, siswa-

siswa saat kegiatan belajar mengajar dilangsungkan belajar mencermati apa dan

bagaimana dampak sains dan teknologi di masa depan.

Adalah ciri khas lain pembelajaran STM, yaitu adanya kebebasan atau otonomi dalam

proses belajar, sehingga mereka benar-benar membangun sendiri pengetahuan dan

pemahamannya tentang sains, teknologi, dan masyarakat.

2.2 Karakteristik Pendekatan Sains Teknologi dan masyarakat

Menurut Srini M. Iskandar, pendekatan STM ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah oleh murid di dalam masyarakat yang memilki dampak negatif.

7

Page 8: Makalah Bel Dan Pem

2. Mempergunakan masalah yang ada di masyarakat yang ditemukan murid yang ada

hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam sebagai wahana untuk menyampaikan

pokok bahasan.

3. Menggunakan sumber daya yang ada di dalam masyarakat baik materi maupun

manusia sebagai narasumber untuk informasi ilmiah maupun informasi teknologi

yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata dari kehidupan sehari-hari.

4. Meningkatkan pengajaran IPA melampaui jam pelajaran dalam kelas, ruang kelas,

dan gedung sekolah.

5. Meningkatkan kesadaran murid akan dampak ilmu pengetahuan alam dan teknologi.

6. Memperluas wawasan murid mengenai ilmu pengetahuan alam lebih dari sesuatu

yang dikuasi untuk lulus ujian.

7. Mengikutsertakan murid untuk mencari informasi ilmiah maupun informasi teknologi

yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang diangkat dari kehidupan

sehari-hari.

8. Memperkenalkan peranan ilmu pengetahuan alam di dalam suatu institusi dari dalam

masyarakat.

9. Menggunakan sumber daya yang ada di dalam masyarakat baik materi maupun

manusia sebagai nara sumber untuk informasi ilmiah maupun informasi teknologi

yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata dari kehidupan sehari-hari.

10. Meningkatkan pengajaran IPA melampaui jam pelajaran dalam kelas, ruang kelas,

dan gedung sekolah.

11. Meningkatkan kesadaran murid akan dampak ilmu pengetahuan alam dan teknologi.

12. Memperluas wawasan murid mengenai ilmu pengetahuan alam lebih dari sesuatu

yang dikuasi untuk lulus ujian.

13. Mengikutsertakan murid untuk mencari informasi ilmiah maupun informasi teknologi

yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang diangkat dari kehidupan

sehari-hari.

14. Memperkenalkan peranan ilmu pengetahuan alam di dalam suatu institusi dari dalam

masyarakat.

15. Memfokuskan pada karir yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam.

8

Page 9: Makalah Bel Dan Pem

16. Meningkatkan kesadaran murid akan tanggung jawabnya sebagai warga negara dalam

memecahkan masalah yang timbul di dalam masyarakat terutama masalah-masalah

yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

17. Ilmu pengetahuan alam merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi murid.

18. Ilmu pengetahuan alam yang mengacu pada masa depan (Srini M. Iskandar dalam

Rusmansyah & Irhasyuarna, 2003: 99).

Tiga landasan penting dari pendekatan STM, yaitu: adanya keterkaitan yang erat

antara sains, teknologi, dan masyarakat, proses belajar mengajar, pandangan konstruktivisme,

yang pada pokoknya menggambarkan bahwa si pelajar membentuk atau membangun

pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan, yang terdiri atas ranah pengetahuan,

ranah sikap, ranah proses sains, ranah aktivitas, dan ranah hubungan dan aplikasi (Hadiat

dalam Rusmansyah & Irhasyuarna, 2003: 100).

2.3 Perbedaan Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat dengan

Pendekatan Lainnya

Pada analisis deskriptif tentang minat dan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA

menunjukkan:

1. Rata-rata minat pada pelajaran IPA siswa yang diajar dengan model pembelajaran

STM lebih besar dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung,

dan

2. Rata-rata prestasi belajar pada pelajaran IPA siswa yang diajar dengan model

pembelajaran STM lebih besar dari pada siswa yang diajar dengan model

Pembelajaran langsung.

Dengan kata lain, minat dan prestasi belajar pada pelajaran IPA yang diajar dengan

model pembelajaran STM lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan model

pembelajaran langsung. Maka hipotesis yang menyatakan tidak terdapat perbedaan prestasi

belajar siswa pada pelajaran IPA siswa yang diajar dengan model pembelajaran STM dan

siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung dinyatakan nol. Dengan kata lain,

bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar pada pelajaran IPA siswa yang diajar dengan

model pembelajaran STM dan siswa yang diajar dengan model Pembelajaran langsung.

Secara empiris dalam penelitian ini telah terbukti bahwa: Pertama, minat dan prestasi

belajar siswa pada pelajaran IPA siswa yang diajar dengan model pembelajaran STM dan

yang diajar dengan model pembelajaran langsung berbeda secara signifikan. Hal ini

9

Page 10: Makalah Bel Dan Pem

disebabkan karena model pembelajaran STM dalam implementasinya di kelas diawali dengan

penyampaian isu-isu sains dan teknologi yang sering dialami oleh masyarakat dalam

kehidupan sehari-hari. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wartawan

(2005) pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran PSE (Pendekatan

Starter Eksperimen) terhadap Minat dan Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran Sains di

Sekolah Dasar”, mengungkapkan bahwa minat dan prestasi belajar siswa pada pelajaran sains

yang diajar dengan model pembelajaran PSE lebih tinggi dibandingkan yang diajar dengan

model Langsung.

Pada kegiatan pembelajaran IPA dengan model STM peran guru adalah sebagai

pemimpin, pembimbing, dan fasilitator. Dalam pembelajaran IPA dengan STM yang paling

utama adalah memberikan kondisi yang seluas-luasnya kepada siswa untuk memperoleh

pengalaman bagaimana mengkontruksi pengetahuan sendiri. Sehingga dalam pembelajaran

ini siswa menjadi pusat proses kegiatan belajar mengajar, baik secara individu maupun

kelompok terlibat langsung untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Melalui implementasi

model STM memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja seperti ilmuan yaitu

melakukan pengamatan dan menginformasikan hasil pengamatannya. Oleh karena itu melalui

implementasi model pembelajaran STM minat siswa pada pelajaran IPA dapat

ditumbuhkembangkan dan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.

Kedua, minat siswa pada pelajaran IPA siswa yang diajar dengan model pembelajaran

STM dan yang diajar dengan model Pembelajaran langsung berbeda secara signifikan. Hal ini

disebabkan karena model pembelajaran STM mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam

pembelajaran. Dengan mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan,

keterlibatan siswa mendapat proporsi yang jelas. Misalnya siswa menyimak isu-isu sains dan

teknologi yang terjadi di masyarakat, melakukan pengamatan, melaporkan dan

mempresentasikan hasil pengamatan, dan lain-lain. Melalui keterlibatan siswa langsung

dalam pembelajaran, siswa mendapat kesempatan untuk menggunakan pengetahuan yang

telah dimiliki sebelumya dan melatih keterampilan meraka bekerja ilmiah. Di samping

keterlibatan langsung sebagai pelaku, dengan STM siswa juga difasilitasi belajar secara

individu maupun kelompok. Melalui kegiatan-kegiatan belajar di atas, perkembangan

kecerdasan dan emosional siswa difasilitasi secara utuh baik secara individu maupun secara

kelompok. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Tri

Agustiana (2009) pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

10

Page 11: Makalah Bel Dan Pem

Berbasis Projek (Project Based Cooperative) terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa pada

Pelajaran IPA Sekolah Dasar”, yang menemukan bahwa model pembelajaran kooperatif

berbasis projek mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap minat dan hasil belajar IPA.

Ketiga, prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA siswa yang diajar dengan model

pembelajaran STM dan yang diajar dengan model Pembelajaran langsung berbeda secara

signifikan. Hal ini disebabkan karena keseluruhan rangkaian kegiatan pembelajaran IPA

denga STM, sebagian besar proses pembelajaran dilaksanakan sendiri oleh siswa baik secara

individual maupun kelompok. Kondisi ini memberikan kesempatan yang seluas-luasnya

kepada siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk berpikir dan berbuat. Pembelajaran

IPA akan menjadi lebih bermakna karena apa yang dipelajari dari awal sampai akhir

menyentuh bidang kehidupan sehari-hari, karena pembelajaran IPA tidak semata-mata

berorientasi pada buku teks tetapi lebih menyenyuh kebutuhan dan pengalamannya sehari-

hari selama berinteraksi dengan dunia sekitar. Pembelajaran IPA dengan model STM

mempertimbangkan pengetahuan awal siswa, dan siswa memulai pembelajaran berdasarkan

pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Melalui proses asimilasi dan akomodasi yang

terjadi selama siswa berinteraksi dengan lingkungan belajarnya secara individual membangun

pengetahuannya berupa konsep-konsep IPA yang menjadi tujuan pembelajaran untuk

ditemukan. Pembelajaran IPA dengan model STM tidak memandang siswa belajar membawa

kepala kosong dari rumah, malainkan lebih menekankan bahwa siswa telah memiliki konsep

alternatif terhadap kejadian-kejadian alam yang berkaitan dengan konsep yang mereka

pelajari.

Konsep alternatif inilah yang melalui proses asimilasi dan akomodasi diarahkan untuk

diubah menjadi konsep ilmiah. Akibatnya siswa akan memiliki pengalaman dan menguasai

metode ilmiah, yaitu prosedur-prosedur pemenuan yang bermanfaat bagi dirinya dan

berkemampuan untuk menggene-ralisasiknnya ke dalam situasi baru. Oleh karena itu

pengetahuan yang diperoleh adalah berkat pengalaman dengan prosedur penemuan, maka

hasil belajar akan terpendam lama dalam ingatan siswa dan dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwita (2012) pada

penelitian yang berjudul “Pengaruh Model STM dan CTL terhadap Pemahaman Konsep

Fisika dan Keterampilan Berpikir Kritis” menemukan bahwa terdapat perbedaan pemahaman

konsep Fisika dan keterampilan berpikir kritis pada siswa yang mengikuti pembelajaran

model STM, CTL dan konvensional. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh

11

Page 12: Makalah Bel Dan Pem

Jumantoro (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa

yang belajar dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan

(STML) dan siswa yang belajar dengan model Pembelajaran langsung.

2.4 Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat

Beberapa kelebihan pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) antara lain: 

Siswa dapat melihat hubungan (nilai) tentang apa-apa yang mereka pelajari di bangku

sekolah dengan kehidupan nyata sehari-hari (real life situation)

1. Siswa dapat melihat relevansi teknologi yang digunakan saat ini dengan konsep-

konsep dan prinsip sains yang sedang mereka pelajari.

2. Siswa menjadi lebih kreatif, hal ini akan terlihat dari banyaknya pertanyaan-

pertanyaan yang mereka ajukan karena besarnya rasa ingin tahu mereka. Mereka juga

menjadi lebih mudah dan terampil mengidentifikasi penyebab atau dampak

penggunaan suatu teknologi.

3. Siswa dapat melihat bahwa sains adalah alat yang dapat digunakan atau mampu

memecahkan masalah-masalah.

4. Siswa akan menyadari bahwa proses-proses sains penting untuk dipelajari karena

mereka merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai dalam tujuan

memecahkan suatu masalah.

5. Siswa akan mempunyai retensi yang kuat terhadap pembelajaran yang dilangsungkan

karena berlandaskan konstruktivisme dan kontekstual

Sedangkan kekurangan dari pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) yaitu

1. Guru memiliki hambatan dalam penerapan pendekatan ini dan menunjukkan

kekhawatiran berupa ketidaknyamanan dengan pengelompokan, ketidakpastian

tentang evaluasi dan frustrasi tentang populasi siswa, dan kebingungan peran guru.

2. Kekhawatiran terhadap konten dapat terjadi karena persentasi waktu yang rendah bagi

peran guru dalam transfer pengetahuan kepada anak. Penanaman konsep lebih banyak

12

Page 13: Makalah Bel Dan Pem

dilakukan pada momen-momen tertentu secara tepat, sehingga memiliki tingkat

retensi yang lebih lama.

3. Bagi sekolah dengan populasi siswa yang tinggi dalam kelas, dapat menjadi masalah

tersendiri bagi guru. Jika kelompok yang dibentuk dalam kelas banyak, guru akan

kewalahan dalam  pendampingan kelompok dan pembimbingan kajian masalah.

Sedangkan ketika kelompok dikurangi (populasi dalam kelompok tinggi)

konsekuensinya dapat terjadi peran yang tidak efektif bagi anak. Sehingga

penggunaan pendekatan STM, harus dirancang untuk melibatkan pihak lain dalam

proses pembelajaran.

4. Kompleksitas masalah dan sumber informasi juga berimplikasi pada beragamnya

fokus anak dalam mengkaji konsep pengetahuan.

5. Biaya merupakan faktor yang penting dalam implementasi STM. Biaya dibutuhkan

untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan STM dari mulai

identifikasi masalah, sampai pelaksanaan gelar kasus (show case). Umumnya, pihak

sekolah belum mengalokasikan biaya untuk kegiatan pembelajaran STM. Oleh karena

itu, pihak sekolah khusunya hendaknya memberi dorongan moril maupun materil

untuk terselenggaranya penerapan STM ini. Dalam hal dorongan materil, dapat

dirintis pembiayaan penerapan metode ini secara swadaya (Aisyah, 2007).

6. Kompetensi guru sangat penting dalam pembelajaran STM, terutama dalam

penguasaan materi inti, problem solving dan hubungan interpersonal. Umumnya guru

belum memiliki pengetahuan yang baik tentang pendekatan STM sehingga penerapan

pendekatan ini masih sangat jarang ditemukan.

7. Kerja sama antara sekolah dengan lembaga-lembaga terkait diperlukan pada saat

siswa merencanakan untuk mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau kawasan

yang menjadi tanggung jawab lembaga tertentu. Misalnya mengunjungi rumah sakit

daerah, observasi pada pabrik produk bahan makanan dan sebagainya. Selain itu,

komunikasi dengan orang tua perlu diintensifkan. Orang tua perlu diberi pemahaman

sehingga seluruh aktivitas anak yang menyita waktu dapat dimaklumi atau mendapat

support dari orang tua

13

Page 14: Makalah Bel Dan Pem

8. Siswa belum terbiasa untuk berpikir kritis dan belajar mengambil pengalaman di

lapangan, sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketekunan guru untuk mengarahkan

dan membimbing siswa dalam pembelajaran.

2.5 Implementasi model Sains Teknlogi dan Masyarakat

Pendidikan sains dengan menggunakan pendekatan STM adalah suatu bentuk

pengajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep sains saja tetapi

juga menekankan pada peran sains dan teknologi di dalam berbagai kehidupan masyarakat

dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial terhadap dampak sains dan teknologi yang

terjadi di masyarakat (Prayekti, 2002: 777). Dalam hal ini, Hidayat dan Poedjiadi

berpendapat sama, bahwa belajar IPA melalui isu-isu sosial di masyarakat yang ada

kaitannya dengan IPA dan teknologi dirasakan lebih dekat, dan lebih punya arti dibandingkan

dengan konsep-konsep dan teori IPA itu sendiri (Hidayat dan Poedjiadi dalam Prayekti, 2002:

777).

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM memiliki ciri yang paling

utama, yang dilakukan dengan memunculkan isu sosial di awal pembelajaran dan guru

sebelumnya sudah memiliki isu yang sesuai dengan konsep yang akan diajarkan.

Pembelajaran IPA bukan hanya mentransfer apa saja yang disebutkan dalam buku teks, tetapi

IPA diperoleh melalui penelitian dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang

disebut metode ilmiah (Prayekti, 2002: 777). Selanjutnya, Poedjiadi menyatakan bahwa

pendekatan STM menitikberatkan pada penyelesaian masalah dan proses berpikir yang

melibatkan transfer jarak jauh. Artinya, menerapkan konsep-konsep yang diperoleh di

sekolah pada situasi di luar sekolah yang ada di masyarakat, misalnya pesawat sederhana,

merupakan alat bantu yang dapat memudahkan manusia dalam melaksanakan kegiatannya

sehari-hari di masyarakat (Poedjiadi dalam Prayekti, 2002: 777).

1. Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang mengemukakan isu/masalah

aktual yang ada di masyarakat.

2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkontruksi pengetahuan

sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.

3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis isu/masalah yang

telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami

siswa.

14

Page 15: Makalah Bel Dan Pem

4. Tahap pemantapan konsep, guru memberikan pemahaman konsep agar tidak terjadi

kesalahan konsep pada siswa.

5. Tahap evaluasi, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil (Hidayati, Mujinem

dan Anwar Senen, 2008: 6-34).

Menurut Poedjiadi (2005), pelaksanaan pendekatan STM dapat dilakukan melalui tiga

macam strategi, yaitu: Strategi pertama, menyusun topik- topik tertentu yang menyangkut

konsep-konsep yang ingin ditanamkan pada peserta didik. Pada strategi ini, di awal

pembelajaran (topik baru) guru memperkenalkan atau menunjukkan kepada peserta didik

adanya isu atau masalah di lingkungan anak atau menunjukkan aplikasi sains atau suatu

produk teknologi yang ada di lingkungan mereka. Masalah atau isu yang ada di lingkungan

masyarakat dapat pula diusahakan agar ditemukan oleh anak sendiri setelah guru

membimbing dengan cara-cara tertentu. Melalui kegiatan eksperimen atau diskusi kelompok

yang dirancang oleh guru, akhirnya dibangun atau dikonstruksi pengetahuan pada anak.

Dalam hal ini, pengetahuan yang berbentuk konsep-konsep.

Strategi kedua, menyajikan suatu topik yang relevan dengan konsep-konsep tertentu

yang termasuk dalam standar kompetensi atau kompetensi dasar. Pada saat membahas

konsep-konsep tertentu, suatu topik relevan yang telah dirancang sesuai strategi pertama

dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dengan demikian program STM merupakan suplemen

dari kurikulum. Strategi ketiga, mengajak anak untuk berpikir dan menemukan aplikasi

konsep sains dalam industri atau produk teknologi yang ada di masyarakat di sela-sela

kegiatan belajar berlangsung. Contoh-contoh adanya aplikasi konsep sains, isu atau masalah,

sebaiknya diperkenalkan pada awal pokok bahasan tertentu untuk meningkatkan motivasi

peserta didik mempelajari konsep-konsep selanjutnya, atau mengarahkan perhatian peserta

didik kepada materi yang akan dibahas sebagai apersepsi.

Untuk mengimplementasikan pendekatan STM dalam pembelajaran, Dass (1999)

dalam Raja (2009) mengemukakan empat langkah kegiatan kelas yang secara komprehensif

merupakan upaya mengembangkan pemahaman murid dan pelaksanaan suatu proyek STM

yang berhubungan preservice  guru. Keempat langkah pembelajaran tersebut adalah fase

invitasi atau undangan atau inisiasi, eksplorasi, mengusulkan penjelasan dan solusi, dan

mengambil tindakan.

1. Fase Invitasi

15

Page 16: Makalah Bel Dan Pem

Pada Preservice teachers (PSTs) tahap ini, guru melakukan brainstorming dan

menghasilkan beberapa kemungkinan topik untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat global

atau lokal, tetapi harus merupakan minat siswa dan memberikan wilayah yang cukup untuk

penyelidikan bagi siswa. Menurut Aisyah (2007), Apersepsi dalam kehidupan juga dapat

dilakukan, yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan

dibahas. Dengan demikian, tampak adanya kesinambungan pengetahuan, karena diawali

dengan hal-hal yang telah diketahui siswa sebelumnya dan ditekankan pada keadaan yang

ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

2. Eksplorasi

Pada tahap ini, guru dan siswa mengidentifikasi daerah kritis penyelidikan. Data-

data dan informasi dapat dikumpulkan melalui pertanyaan-pertanyaan atau wawancara,

kemudian menganalisis informasi tersebut. Data dan informasi dapat pula diperoleh melalui

telekomunikasi, perpustakaan dan sumber-sumber dokumen publik lainnya. Dari sumber-

sumber informasi, siswa dapat mengembangkan penyelidikan berbasis ilmu pengetahuan

untuk menyelidiki isu-isu yang berkaitan dengan masalah ini. Pemahaman tentang hujan

asam, misalnya, dilakukan dalam laboratorium untuk menyelidiki sifat-sifat asam dan basa.

Penyelidikan ini memberikan pemahaman dasar untuk pengembangan, pengujian hipotesis,

dan mengusulkan tindakan (Dass, 1999 dalam Raja, 2009).

Menurut Aisyah (2007), tahap kedua ini merupakan proses pembentukan konsep

yang dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan

keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode demonstrasi,

eksperimen di labolatorium, diskusi kelompok, bermain peran dan lain-lain. Pada akhir tahap

kedua, diharapkan melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep

yang benar atau konsep-konsep para ilmuan. Selanjutnya berbekal pemahaman konsep yang

benar siswa melanjutkan analisis isu atau masalah yang disebut aplikasi konsep dalam

kehidupan.

3. Fase Mengusulkan Penjelasan dan Solusi

Pada tahap ini, siswa mengatur dan mensintesis informasi yang mereka telah

kembangkan sebelumnya dalam penyelidikan. Proses ini termasuk komunikasi lebih lanjut

dengan para ahli di lapangan, pengembangan lebih lanjut, memperbaiki, dan menguji

hipotesis mereka, dan kemudian mengembangkan penjelasan tentatif dan proposal untuk

solusi dan tindakan. Hasil tersebut kemudian dilaporkan dan disajikan kepada rekan-rekan

16

Page 17: Makalah Bel Dan Pem

kelas untuk menggambarkan temuan, posisi yang diambil, dan tindakan yang diusulkan

(Dass, 1999 dalam Raja, 2009).

Menurut Aisyah (2007), apabila selama proses pembentukan konsep dalam tahap

ini tidak tampak ada miskonsepsi yang terjadi pada siswa, demikian pula setelah akhir

analisis isu dan penyelesaian masalah, guru tetap harus melakukan pemantapan konsep

melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam bahan kajian

tertentu. Hal ini dilakukan karena konsep-konsep kunci yang ditekankan pada akhir

pembelajaran akan memiliki retensi lebih lama dibandingkan dengan kalau tidak

dimantapkan atau ditekankan oleh guru pada akhir pembelajaran.

4. Fase Mengambil Tindakan

Berdasarkan temuan yang dilaporkan dalam fase ketiga (mengajukan penjelasan

dan solusi), siswa menerapkan temuan-temuan mereka dalam beberapa bentuk aksi sosial.

Jika tindakan ini melibatkan masyarakat sebagai pelaksana, misalnya membersihkan daerah

berbahaya anak dapat menghubungi pejabat publik yang dapat mendukung pikiran dan

temuan mereka. Anak menyajikan informasi ini kepada rekan-rekan kelas mereka. Proposal

ini akan dimasukkan sebagai tindakan follow up (Dass, 1999 dalam Raja, 2009).

Untuk mengungkap penguasaan pengetahuan sains dan teknologi anak selama

pembelajaran, dapat dilakukan melalui suatu evaluasi. Evaluasi merupakan suatu pengukuran

atau penilaian terhadap sesuatu prestasi atau hasil yang telah dicapai. Mengingat penguasaan

sains dan teknologi dalam hal ini merupakan penguasaan sains dan teknologi yang berkaitan

dengan aspek masyarakat, maka kriteria pengembangan evaluasinya dapat mengacu kepada

pengembangan evaluasi dalam unit STM.

Menurut Varella (1992) dalam Widyatiningtyas (2009), evaluasi dalam STM

meliputi ruang lingkup aspek:

1. Pemahaman konsep sains dalam pengalaman kehidupan sehari-hari.

2. Penerapan konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sains untuk masalah-

masalah teknologi sehari-hari

3. Pemahaman prinsip-prinsip sains dan teknologi yang terlibat dalam alat-alat

teknologi yang dimamfaatkan masyarakat.

4. Penggunaan proses-proses ilmiah dalam pemecahan masalah-masalah yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

17

Page 18: Makalah Bel Dan Pem

5. Pembuatan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kesehatan, nutrisi,

atau hal-hal lain yang didasarkan pada konsep-konsep ilmiah

6. Menurut Yagger (1994), penilaian terhadap proses pembelajaran yang

menggunakan pendekatan STM dapat dilakukan dengan menggunakan lima

domain, yaitu:

a. Konsep, yang meliputi penguasaan konsep dasar, fakta dan generalisasi.

b. Proses, penggunaan proses ilmiah dalam menemukan konsep atau

penyelidikan.

c. Aplikasi, penggunaan konsep dan proses dalam situasi yang baru atau dalam

kehidupan.

d. Kreativitas, pengembangan kuantitas dan kualitas pertanyaan, penjelasan, dan

tes untuk mevalidasi penjelasan secara personal.

e. Sikap, mengembangkan perasaan positif dalam sains, belajar sains, guru sains

dan karir sains.

Siswa yang mengalami pembelajaran IPA dengan pendekatan STM akan tampak

berbeda dari siswa yang mengalami pengajaran IPA secara tradisional. Pada pengajaran

dengan pendekatan STM, siswa melihat proses sains sebagai keterampilan yang dapat mereka

gunakan, menjadi lebih ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di dunia ini, memandang

guru sebagai fasilitator, dan lebih banyak bertanya, terampil dalam mengajukan sebab akibat

dari hasil pengamatan dan penuh dengan ide murni (Eddy Hidayat dalam Prayekti, 2002:

778). Hal ini semua, akan meningkatkan Aktivitas Siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran IPA di kelas.

2.6 Manfaat dari Model Pembelajaran Saains Teknologi Masyarakat

Manfaat dari Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan belajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan, sehingga

bermakna sebab siswa dihadapkan pada situasi dan kaadaan yang sebenarnya atau

bersifat alami.

2. Bahan yang dipelajari lebih faktual dan akurat.

3. Kegiatan belajar siswa menjadi konprenhensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan

dengan berbagai cara.

4. Sumber belajar menjadi lebih kaya.

18

Page 19: Makalah Bel Dan Pem

5. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek kehidupan yang ada di lingkungannya

(Lestari, 2004).

Berdasarkan uraian di atas perlu dikaji lebih jauh pengaruh MPSTM terhadap

penguasaan materi dan keterampilan pemecahan masalah siswa. Penelitian ini yang

digunakan adalah kuasai eksperimen. MPSTM diharapkan mampu meningkatkan hasil

belajar karena materi yang dibahas dengan model STM berkaitan dengan hal-hal nyata yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat meminimalis pandangan siswa bahwa pelajaran

IPA sulit untuk dipahami. Hasil belajar dengan menggunakan model STM memanfaatkan

sumber belajar diluar diperoleh dari rata-rata nilai laporan, nilai presentasi, dan nilai tes.

Kegiatan pembelajaran dengan model STM memanfaatkan sumber belajar diluar ruangan

mengarahkan siswa untuk mengoptimalkan kemampuan belajar dan memberikan pengalaman

langsung kepada siswa dalam belajar. Misalnya kegiatan pembelajaran pada pertemuan

pertama siswa diminta oleh guru untuk mengamati komponen-komponen yang ada di

lingkungan secara berkelompok, menjawab pertanyaan pada LKS, selanjutnya pada

pertemuan kedua siswa mempresentasikan di depan kelas kemudian siswa mendengarkan

penjelasan guru.

Melalui kegiatan tersebut diharapkan siswa dapat mengoptimalkan kemampuan

belajarnya dan memperoleh pengetahuan melalui pengamatan. Hal tersebut didukung oleh

pernyataan Sumintono (2003), bahwa titik penekanan dari pola pembelajaran STM adalah

mengembangkan hubungan antara pengetahuan ilmiah siswa dengan pengalaman keseharian

siswa. Sesuai dengan fungsi sumber belajar menurut Sitepu (2008), menyatakan sumber

belajar dapat berfungsi untuk memungkinkan belajar secara kontekstual, karena mengurangi

jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan memberikan pengetahuan yang

bersifat langsung. Contohnya pada materi ekosistem, yang memanfaatkan lokasi yang dekat

dengan sekolah dan memiliki berbagai komponen penyusun ekosistem membuat sumber

belajar ini sangat membantu siswa untuk memahami materi ekosistem tersebut, sebelumnya

para siswa hanya menggunakan metode hafalan tanpa melihat langsung dalam mempelajari

ekosistem. Berdasarkan contoh tersebut kemungkinan sebagian besar siswa dapat menjawab

soal dengan benar pada jenis soal yang memiliki indicator mengidentifikasi komponen

ekosistem.

Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran di sekolah mempunyai potensi dalam

memberikan pengalaman langsung di lapangan kepada siswa dan memberikan kesempatan

19

Page 20: Makalah Bel Dan Pem

belajar di luar kelas yang mempunyai ruang lebih terbuka. Hal ini sesuai dengan pendapat

Robbie (2003) bahwa pendidikan melalui pembelajaran outdoor termasuk didalamnya adalah

pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata melihat objek. Berkaitan dengan pembelajaran

yang didesain melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam rangka

peningkatan keterampilan proses, dalam pelaksanaannya mengalami beberapa kendala.

Kendala tersebut yang utama adalah keterbatasan waktu atau jam pelajaran.

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat

pada hakekatnya dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan iptek,

membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai iptek itu sendiri

dalam kehidupan siswa sehari-hari sebagai anggota masyarakat. Implementasi pendekatan

STM, dapat dilakukan melalui empat fase yaitu invitasi, eksplorasi, mengusulkan penjelasan

dan solusi, dan mengambil tindakan. Problematika dalam penerapan pendekatan dapat berupa

concerns over conkekhawatiran konten, discomfort with grouping, ketidaknyamanan dengan

pengelompokan, uncertainties about evaluation, ketidakpastian tentang evaluasi, frustrations

about student population, andfrustrasi tentang populasi siswa, dan confusion over the

teacher’s role, kebingungan peran guru, waktu, biaya, kompetensi guru, dan komunikasi

dengan stakeholder. Manfaat dari Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat adalah

sebagai berikut kegiatan belajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan, sehingga

bermakna sebab siswa dihadapkan pada situasi dan kaadaan yang sebenarnya atau bersifat

alami.

20

Page 21: Makalah Bel Dan Pem

DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, A. 2005. “Sains teknologi masyarakat: Model Pembelajaran Kontekstual mmmmmmmBermuatan Nilai”. Bandung. Remaja Rosdakarya

Prayekti. 2002. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Pendekatan Sains nnnnnnnnnTeknologiMasyarakat tentang Konsep Pesawat Sederhana dalam mmmmminPembelajaran IPA dimmmmmKelas 5 Sekolah Dasar. 039, 773-783. NnnnnnnniJakarta: Badan Penelitian dan Kebudayan, Departemen Pendidikan mmmmmi Nasional.

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/03/pendekatan-STM-sains-

teknologi-masyarakat.html (Diunduh tanggal 28 Novembe2014)

http://www.depdiknas.go.id “Pendekatan SETS (Science, Environment, Technologi,

and Society) dalam Pembelajaran Sistem Periodik dan Struktur Atom kelas X SMA”

X SMA”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 34(6), 1-12. Tersedia pada

http://www.depdiknas.go.id. (Diunduh tanggal 28 Novembe2014)

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujeb . Pemanfaatan waduk malahayu sebagai

sumber belajar Materi ekosistem dengan model sains teknologiMasyarakat (Diunduh

tanggal 28 Novembe2014)

http://e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi

Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013) Pengaruh model pembelajaran sains

teknologi Masyarakat (stm) terhadap penguasaan materi dan Keterampilan

21

Page 22: Makalah Bel Dan Pem

pemecahan masalah siswa pada mata Pelajaran ipa di mts. Negeri patas (Diunduh

tanggal 28 Novembe2014)

P Rintayati, SP Putro - Jurnal Didaktika Dwija Indria (SOLO), 2012 -

jurnal.fkip.uns.ac.id ( diunduh 28 Novembe2014)

R Sujanem - Singaraja: Jurnal Pendidikan dan Pengajara halib - Jurnal Pendidikan

Depdiknas, 2002 Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran IPA sebagai

Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Kelas IV SD No 6 Banjar

Jawa 2005 - pasca.undiksha.ac.id (Diunduh tanggal 28 Novembe2014)

S Wuryastuti - Jurnal Pendidikan Dasar nomor, 2008 Inovasi Pembelajaran IPA di

Sekolah Dasar - 103.23.244.11(diunduh 28 Novembe2014)

Uswatun Khasanah. 2007. Pengaruh Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)

dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Surakarta: UNS (Skripsi

22