makalah aliran syi'ah

20
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejarah Islam mencatat bahwa hingga saat ini terdapat dua macam aliran besar dalam Islam.. Keduanya adalah Ahlussunnah (Sunni) dan Syi’ah. Tak dapat dipungkiri pula, bahwa dua aliran besar teologi ini kerap kali terlibat konflik kekerasan satu sama lain, sebagaimana yang kini bisa kita saksikan di negara-negara seperti Irak dan Lebanon. Syiah, syiah ini berbeda pendapatnya dengan aliran lain di antaranya dalam pendirian, bahwa penunjukan imam sesudah wafat Nabi di tentukan oleh Nabi sendiri dengan nash. Nabi tidak boleh melupakan nash itu terhadap pengangkatan khalifahnya, sehingga menyerahkan pekerjaan pengangkatan itu secara bebas kepada umatnya dan halayak ramai. Selanjutnya syi'ah berpendirian bahwa seseorang imam yang di angkat itu harus ma'sum atau terpelihara dari pada dosa besar atau dosa kecil, dan bahwa Nabi Muhammad dengan nash meninggalkan wasiatnya untuk mengangkat Ali bin Abi thalib menjadi khalifahnya, bukan orang lain, dan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah seorang sahabatnya yang pertama dan utama. 1

Upload: shinta-ari-herdiana

Post on 02-Aug-2015

1.857 views

Category:

Documents


100 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Aliran Syi'Ah

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejarah Islam mencatat bahwa hingga saat ini terdapat dua macam

aliran besar dalam Islam.. Keduanya adalah Ahlussunnah (Sunni) dan Syi’ah.

Tak dapat dipungkiri pula, bahwa dua aliran besar teologi ini kerap kali

terlibat konflik kekerasan satu sama lain, sebagaimana yang kini bisa kita

saksikan di negara-negara seperti Irak dan Lebanon.

Syiah, syiah ini berbeda pendapatnya dengan aliran lain di antaranya

dalam pendirian, bahwa penunjukan imam sesudah wafat Nabi di tentukan

oleh Nabi sendiri dengan nash. Nabi tidak boleh melupakan nash itu terhadap

pengangkatan khalifahnya, sehingga menyerahkan pekerjaan pengangkatan

itu secara bebas kepada umatnya dan halayak ramai. Selanjutnya syi'ah

berpendirian bahwa seseorang imam yang di angkat itu harus ma'sum atau

terpelihara dari pada dosa besar atau dosa kecil, dan bahwa Nabi Muhammad

dengan nash meninggalkan wasiatnya untuk mengangkat Ali bin Abi thalib

menjadi khalifahnya, bukan orang lain, dan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah

seorang sahabatnya yang pertama dan utama.

Terlepas dari hubungan antara keduanya yang kerap kali tidak

harmonis, Syi’ah sebagai sebuah mazhab teologi menarik untuk dibahas.

Diskursus mengenai Syi’ah telah banyak dituangkan dalam berbagai

kesempatan dan sarana. Tak terkecuali dalam makalah kali ini. Dalam

makalah ini kami akan membahas pengertian, sejarah, tokoh, ajaran, dan

sekte Syi’ah. Semoga karya sederhana ini dapat memberikan gambaran yang

utuh, obyektif, dan valid mengenai Syi’ah, yang pada gilirannya dapat

memperkaya wawasan kita sebagai seorang Muslim.

 

1

Page 2: Makalah Aliran Syi'Ah

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian aliran Syi’ah?

2. Bagaimana sejarah kemunculan aliran Syi’ah?

3. Apa pokok ajaran Syi’ah?

4. Apa saja sekte-sekte dalam aliran Syi’ah?

5. Siapa saja tokoh-tokoh dalam aliran Syi’ah?

C. Tujuan

Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah

Islamic Teology serta bertujuan mengetahui hal-hal yang berkaitan mengenai

aliran syi’ah, mulai dari pengertian aliran Syi’ah, sejarah kemunculan aliran

Syi’ah, pokok ajaran Syi’ah, sekte dalam aliran Syi’ah, dan tokoh-tokoh

dalam aliran Syi’ah.

2

Page 3: Makalah Aliran Syi'Ah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syiah

Syiah secara etimologi (kebahasaan) berarti pengikut, pendukung,

pembela, pencinta, yang kesemuanya mengarah kepada makna dukungan

kepada ide atau individu dan kelompok tertentu.1 Sedangkan menurut Ahmad

Al-Waili dan Abd al-Qadir Syaib al-Hamdi Guru Besar pada Universitas

Islam Madinah, sebagaimana dikutip oleh Fadil, Syiah menurut bahasa adalah

pengikut atau pembantu.2

Muhammad Husayn Thabathaba’i dalam bukunya “Islam Syiah”,

menyebutkan bahwa Syiah adalah kaum muslimin yang menganggap

pengganti Nabi saw. merupakan hak istimewa keluarga Nabi, dan mereka

yang dalam bidang pengetahuan dan kebudayaan Islam mengikuti mazhab

Ahl al-Bayt.3

Muhammad Jawad Maghniyah, seorang ulama beraliran Syiah,

sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab, memberikan definisi tentang

kelompok Syiah, bahwa mereka adalah “kelompok yang meyakini bahwa

Nabi Muhammad saw. telah menetapkan dengan nash (pernyataan yang pasti)

tentang khalifah (pengganti) Beliau dengan menunjuk Imam Ali. Definisi ini

sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Ali Muhammad al-Jurjani

(1339-1413), seorang Sunni penganut aliran Asy’ariyah, yang menulis dalam

bukunya at-Ta’rifat (defenisi-defenisi) bahwa: Syiah adalah mereka yang

mengikuti Sayyidina Ali ra. dan percaya bahwa beliau adalah imam sesudah

Rasul saw. Dan percaya bahwa imamah tidak keluar dari beliau dan

keturunannya.4

1 M.Quraish Shihab, Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan Mungkinkah? Kajian Konsep Ajaran dan Pemikiran (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm. 60.

2 Fadil SJ, Syiah Dalam Perspektif Sejarah: Dari Hadits al-Indzar Sampai Imamah, Jurnal STAIN Malang, No. 5 Tahun 1998, hlm. 80.

3Allamah Sayyid Muhammad Husayn Thabathaba’i, Islam Syiah: Asal-Usul dan Perkembangannya, diterjemahkan dari, Shi’ite Islam, penerjemah, Djohan Effendi (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1989), hlm. 32.

4 M. Quraish Shihab, Sunnah-Syiah, hlm. 61.

3

Page 4: Makalah Aliran Syi'Ah

Sedangkan dalam pandangan Abu Zahrah,5 bahwa Syiah adalah

mazhab politik yang pertama lahir dalam Islam. Mazhab mereka tampil pada

akhir masa pemerintahan Utsman, kemudian tumbuh dan berkembang pada

masa Ali. Mereka mengagumi bakat-bakat, kekuatan beragama, dan ilmunya.

Sehingga mereka mengeksploitasi kekaguman mereka terhadap Ali untuk

menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka tentang dirinya. Ketika keturunan

Ali, yang sekaligus keturunan Rasulullah mendapat perlakuan zalim yang

semakin hebat dan banyak mengalami penyiksaan pada masa Bani Umayyah,

rasa cinta mereka terhadap keturunan Ali semakin mendalam. Mereka

memandang Ahl al-Bayt sebagai syuhada dan korban kezaliman. Dengan

demikian semakin meluaslah daerah mazhab Syiah dan pendukungnya

semakin banyak.

Dari berbagai pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

Syiah adalah golongan yang lebih mengutamakan Ali bin Abi Thalib dari

sahabat lainnya, yang percaya bahwa Ahl al-Bayt lebih berhak untuk

memegang tampuk kekhalifahan sesudah wafatnya Nabi Muhammad saw atas

dasar wasiat dari Rasul dan kehendak dari Allah.

Kemudian perlu diketahui bahwa di zaman Rasulullah syiah-syiah atau

kelompok yang ada sebelum Islam, semuanya dihilangkan oleh Rasulullah,

sehingga saat itu tidak ada lagi kelompok-kelompok atau syiah. Hal mana

karena Rasulullah diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus untuk

membuat kelompok-kelompok. Allah berfirman : Ali Imran 103

5 Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, penerj. Abd.Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, (Jakarta: Lpgos, 1996), hlm. 34.

4

Page 5: Makalah Aliran Syi'Ah

Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)

Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah

kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka

Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah,

orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka,

lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah

menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

B. Sejarah Aliran Syi’ah

Sebagaimana dipahami dari pengertian Syiah di atas, bahwa kelompok

Syiah adalah para pendukung Ali bin Abi Thalib dan mereka percaya bahwa

kepemimpinan setelah Nabi wafat adalah hak Ali bin Abi Thalib dan

keturunannya. Dari sinilah bermulanya persoalan yang pada akhirnya

menimbulkan suatu polemik yang panjang diantara umat.

Ketika Nabi wafat, persoalan penggantian dipahami sebagai

penggabungan kepemimpinan politik dan religius, suatu prinsip yang dikenal

baik oleh orang Arab, meskipun tentu saja, dengan tingkat penekanan yang

berbeda pada salah satu dari dua aspek ini. Bagi sebagian orang politik lebih

diperhatikan dari pada religius, sedang bagi yang lain religius lebih

diperhatikan ketimbang politik.6

Pendapat yang paling populer adalah bahwa Syi’ah lahir setelah

gagalnya perundingan antara pihak pasukan Khalifah ‘Ali dengan pihak

pemberontak Mu’awiyah bin Abu Sufyan di Shiffin, yang lazim disebut

sebagai peristiwa tahkîm atau arbitrasi. Akibat kegagalan itu, sejumlah

pasukan ‘Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar dari

pasukan ‘Ali. Mereka ini disebut golongan Khawarij. Sebagian besar orang

yang tetap setia terhadap khalifah disebut Syî’atu ‘Alî (pengikut ‘Ali).

6 Sayyid H. Muhammad. Jafri, Origin And Early Development of Shi’a Islam (New York: Longman,1979). Terjemahan Indonesia oleh Meth Kieraha, Awal dan Sejarah Perkembangan Islam Syiah dari Saqifah Sampai Imamah, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989), hlm. 42.

5

Page 6: Makalah Aliran Syi'Ah

Sebagaimana dijelaskan oleh Thabathaba’i dalam bukunya “Islam

Syiah”, setelah Nabi wafat, para pengikut dan sahabat Ali percaya bahwa

kekhalifahan dan kekuasaan agama berada di tangan Ali. Kepercayaan ini

berpangkal pada pandangan tentang kedudukan dan tempat Ali dalam

hubungannya dengan Nabi, para sahabat dan kaum muslimin umumnya.

Namun sebelum jasad Nabi dimakamkan, para sahabat yang lain telah

berkumpul di suatu tempat dan bertindak lebih jauh dan tergesa-gesa

menetapkan seorang khalifah pengganti Nabi tanpa berunding dengan Ahl al-

Bayt, keluarga-keluarganya ataupun beberapa sahabatnya, yang sedang sibuk

mengurusi jenazah Nabi.

Setelah selesai pemakaman Nabi, Ali dan para sahabatnya – seperti

“Abbas, Zubair, Salman, Abu Dzar, Miqdad, dan Ammar – mengetahui

tentang pelaksanaan pemilihan khalifah. Mereka mengajukan protes terhadap

cara musyawarah dan pemilihan dalam pengangkatan khalifah tersebut, dan

juga terhadap mereka yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pemilihan

itu. Akibat protes yang mereka lakukan ini menjadikan mereka dikenal

sebagai kaum partisan atau syiah Ali.7

Mereka berpendapat bahwa penunjukan Ali sebagai pengganti Nabi

telah terjadi ketika Nabi Muhammad saw. dalam perjalanan pulang dari

ibadah haji pada waktu haji wada’ pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun 11 H

bertepatan dengan tahun 632 M. Di suatu tempat yang bernama Ghadir Khum

yang terletak antara Mekkah dan Madinah, dikisahkan bahwa Nabi telah

membuat sebuah proklamasi yang amat menentukan, yang telah diriwayatkan

orang dengan berbagai macam versi. Yang paling populer diantara berbagai

riwayat itu adalah perkataan Nabi yang berbunyi: “Barang siapa yang

menganggap saya sebagai pemimpinnya, maka harus pula menganggap Ali

adalah pemimpinnya.8

7 Allamah Sayyid Muhammad Husayn Thabathaba’i, Islam Syiah, hlm. 39-40.8 A. Rahman Zainuddin dan M. Hamdan Basyar (Ed.), Syiah dan Politik di Indonesia:

Sebuah Penelitian (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 40.

6

Page 7: Makalah Aliran Syi'Ah

Hasyimi dalam bukunya “Syiah dan Ahlusunnah”9 menjelaskan bahwa

bibit partai Syiah yaitu pendapat yang menyatakan bahwa Ali lah yang berhak

menjadi Khalifah dan untuk selanjutnya adalah para pendukung Ali. Partai

Syiah ini pada mulanya adalah partai politik yang bertujuan merebut

kekuasaan. Paham politik mereka yaitu bahwa khalifah haruslah turun-

menurun dari turunan Ali bin Abi Thalib.

Asas ajaran mereka, bahwa khalifah yang dalam istilah Syiah disebut

“imam”, adalah Saiyidina Ali , setelah wafat Muhammad, kemudian berturut-

turut imam itu telah ditetapkan oleh Allah dari keturunan Ali. Menurut

mereka, bahwa mengakui imam dan mentaatinya adalah sebagian dari iman.

Muhammad Abu Zahrah mengatakan, Syiah adalah mazhab politik

yang pertama lahir dalam Islam. Mazhab ini tampil pada akhir masa

pemerintahan Utsman, kemudian tumbuh dan berkembang pada masa Ali.

Setiap kali Ali berhubungann dengan masyarakat, mereka semakin

mengagumi bakat-bakat, kekuatan beragama, dan ilmunya. Karena itu para

propagandis Syiah mengekploitasi kekaguman mereka terhadap Ali untuk

menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka tentang dirinya. Di antara

pemikiran itu ada yang menyimpang dan ada pula yang lurus.

Ketika keturunan Ali, yang sekaligus keturunan Rasulullah mendapat

perlakuan zalim yang semakin hebat dan banyak mengalami penyiksaan pada

masa Bani Umayyah, rasa cinta mereka terhadap keturunan Ali semakin

mendalam. Mereka memandang Ahl al-Bayt ini sebagai syuhada dan korban

kezaliman. Dengan demikian, semakin meluaslah daerah mazhab Syiah dan

pendukungnya semakin banyak.10

Partai Syiah ini kemudian pecah menjadi berpuluh-puluh sekte, yang

satu sama lain sangat berbeda. Ada sekte yang sangat ekstrim, yang

mengatakan bahwa Ali adalah Tuhan dan ada sekte yang tidak perlu ibadat,

hanya ibadat batin saja. Diantara sekte-sekte yang banyak itu yang paling

9 A. Hasyimi, Syiah dan Ahlusunnah: Saling Rebut Pengaruh dan Kekuasaan Sejak Awal Sejarah Islam di Kepulauan Nusantara ( Surabaya: Bina Ilmu, 1983), hlm. 39-40.

10 Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran politik dan Aqidah dalam Islam (Jakarta: Logos, 1996), hlm. 34.

7

Page 8: Makalah Aliran Syi'Ah

masyhur adalah sekte Zaidiyah, Kisaniyah, Imamiyah yang juga mempunyai

cabang seperti Ithna Ashariyah, Ismailiyah, dan sebagainya.

Partai Syiah yang mulanya hanya bergerak dalam bidang politik,

kemudian lama kelamaan mereka juga mempunyai mazhab dalam fiqih,

pendapat dalam filsafat, ajaran dalam tasawuf, dan keyakinan dalam aqidah.

Namun dari sekte-sekte partai Syiah yang ekstrimlah yang kemudian

banyak sekali menjelma paham-paham sesat menyesatkan, terutama dalam

bidang aqidah, filsafat dan tasawuf. Pengaruhnya meliputi seluruh dunia

Islam, sampai ke Indonesia, dan juga dalam kalangan mereka banyak lahir

ahli-ahli pikir, ulama-ulama, fuqaha-fuqaha, filosuf-filosuf, ahli-ahli tasawuf

dan penyair.11

C. Ajaran-ajaran Aliran Syi’ah

Kaum Syi’ah memiliki lima prinsip utama yang wajib dipercayai oleh

penganutnya. Kelima prinsip itu adalah al-tauhid, al-adl, al-nubuwwah, al-

imamah, dan al-ma’ad.

1. Al-Tauhid

Kaum syi’ah mengimani bahwa Allah itu ada, Maha Esa, tunggal,

tempat bergantung segala makhluk, tidak beranak, dan tidak

diperanakkan, dan tidak seorang pun serupa dengan-Nya.12 Keyakinan

seperti ini tidak berbeda dengan akidah kaum muslimin pada umumnya

2. Al-‘Adl

Kaum syi’ah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil.

Allah tidak menyukai perbuatan zalim dan perbuatan buruk seperti

berdusta dan memberikan beban yang tak dapat dipikul oleh manusia.

Allah juga bersih dari aib, cacat, dan celah.

11 A. Hasyimy, Syiah dan Ahlusunnah, hlm. 4012 Al-Sayyid Amir Muhammad al-Kazhimi al-Quzwini, Al-Syi’ah fi Aqa’idihim wa

Ahkamihim, Dar al-Zahra, Beirut, 1977, hlm. 26

8

Page 9: Makalah Aliran Syi'Ah

3. Al-Nubuwwah

Kepercayaan syiah terhadap keberadaan Nabi-Nabi juga tidak

berbeda dengan kaum muslimin lain. Menurut mereka, Allah mengutus

sejumlah Nabi dan Rasul ke muka bumi untuk membimbing umat

manusia. Rasul-Rasul itu memberikan kabar gembira bagi orang yang

mentauhidkan Allah dan melakukan amal sholeh dan kabar siksa/ancaman

bagi orang yang mengingkari Allah dan durhaka.

4. Al-Imamah

Imamah merupakan masalah yang penting bagi kaum syi’ah. Bagi

mereka, imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama dan dunia

sekaligus. Ia pengganti Rasul dalam memelihara syari’at, melaksanakan

hudud (hak/hukuman terhadap pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan

kebaikan dan ketentraman umat.13

5. Al-Ma’ad

Secara harfiah Al-Ma’ad berarti tempat kembali. Yang dimaksud

di sini adalah hari akhirat. Kaum syi’ah percaya sepenuhnya akan adanya

hari akhirat, bahwa hari akhirat itu pasti akan terjadi.

D. Sekte-sekte dalam Aliran Syi’ah

Dari 22 sekte yang ada dalam tubuh Syi’ah, yang nampaknya masih

ada sampai sekarang ini hanya tiga: Imamiah, Ismailiah, dan Zaidiah.

1. Imamiah

Syi’ah ini dinamakan imamah karena kepercayaan mereka yang

kuat tentang imam bahwa yang berhak memimpin umat Islam hanyalah

imam. Yang berhak menggantikan Nabi sebagai pemimpin hanyalah Ali

bin Abi Thalib. Hak Ali atas kepemimpinannya itu bukan dilihat dari

sudut kecakapan, sifat, atau lainnya, tapi yang terpenting adalah bahwa

hal itu sudah diwasiatkan oleh Nabi.14

2. Ismailiah

13 Sayyid Mahbuddin al-Khatib, Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Syi’ah al-Imamah dan Perbedaannya Dengan Ahlussunnah, Ahli bahasa Munawwar Putera, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1984, hlm. 25.

14 Drs. H.M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, PT. Raja Grafindo Persada, 1994, hlm 138

9

Page 10: Makalah Aliran Syi'Ah

Syi’ah Islamailiah adalah sekte Syi’ah yang berpendapat bahwa

imam itu hanya tujuh. Penganut aliran Ismailiah sampai sekarang masih

ada, terutama di India. Pemimpinnya adalah Prince Karim Khan, cucu

Agha Khan, yang kini menetap di Jenewa.15

3. Zaidiah

Sekte Syi’ah pengikut Zaid bin Ali Husain bin Ali bin Abi Thalib

ini berkembang di daerah Yaman. Syi’ah ini lebih moderat disbanding

syi’ah lainnya. Kalau sekte syi’ah yang lain, khususnya Imamiah dan

Ismailiah secara tegas menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW.

Menunjuk Ali dan memberi wasiat kepadanya untuk menggantikan

beliau menjadi pemimpin umat Islam setelah beliau wafat, Zaidiah tidak

berpendapat demikian.

Menurut kelompok Zaidiah, Nabi tidak menunjuk Ali secara tegas

dengan menyebutkan namanya, tapi hanya memberikan deskripsi atau

isyarat yang bersifat umum. Karena itu, kelompok ini tidak menganggap

Abu Bakar, Umar dan Usman sebagai orang yang zalm yang merampas

atau merebut hak kekhalifahan Ali. Meskipun demikian, mereka tetap

beranggapan bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama.16

E. Tokoh-Tokoh Aliran Syi’ah

Dalam pertimbangan Syi’ah, selain terdapat tokoh-tokoh populer

seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Hasan bin ‘Ali, Husain bin ‘Ali, terdapat pula dua

tokoh Ahlulbait yang mempunyai pengaruh dan andil yang besar dalam

pengembangan paham Syi’ah, yaitu Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin

dan Ja’far al-Shadiq.

Kedua tokoh ini dikenal sebagai orang-orang besar pada zamannya.

Pemikiran Ja’far al-Shadiq bahkan dianggap sebagai cikal bakal ilmu fiqh

dan ushul fiqh, karena keempat tokoh utama fiqh Islam, yaitu Imam Abu

Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal, secara

langsung atau tidak langsung pernah menimba ilmu darinya. Oleh karena itu,

15 Ibid…, hlm 14016 Ibid…, hlm 142

10

Page 11: Makalah Aliran Syi'Ah

tidak heran bila kemudian Syaikh Mahmud Syaltut, mantan Rektor

Universitas al-Azhar, Mesir, mengeluarkan fatwa yang kontroversial di

kalangan pengikut Sunnah (Ahlussunnah—pen.). Mahmud Syaltut

memfatwakan bolehnya setiap orang menganut fiqh Zaidi atau fiqh Ja’fari

Itsna ‘Asyariyah.17

Adapun Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin terkenal ahli di

bidang tafsir dan fiqh. Pada usia yang relatif muda, Zaid bin ‘Ali telah

dikenal sebagai salah seorang tokoh Ahlulbait yang menonjol. Salah satu

karya yang ia hasilkan adalah kitab al-Majmû’ (Himpunan/Kumpulan) dalam

bidang fiqh. Juga karya lainnya mengenai tafsir, fiqh, imamah, dan haji.18

Selain dua tokoh di atas, terdapat pula beberapa tokoh Syi’ah, di

antaranya:

1. Nashr bin Muhazim

2. Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa al-Asy’ari

3. Ahmad bin Abi ‘Abdillah al-Barqi

4. Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi

5. Muhammad bin Hasan bin Furukh al-Shaffar

6. Muhammad bin Mas’ud al-‘Ayasyi al-Samarqandi

7. Ali bin Babawaeh al-Qomi

8. Syaikhul Masyayikh, Muhammad al-Kulaini

9. Ibn ‘Aqil al-‘Ummani

10. Muhammad bin Hamam al-Iskafi

11. Muhammad bin ‘Umar al-Kasyi

12. Ibn Qawlawaeh al-Qomi

13. Ayatullah Ruhullah Khomeini

14. Al-‘Allamah Sayyid Muhammad Husain al-Thabathaba’i

15. Sayyid Husseyn Fadhlullah

16. Murtadha Muthahhari

17. ‘Ali Syari’ati

17 Ibid …, hlm. 13-15.18 Ibid …, hlm. 15.

11

Page 12: Makalah Aliran Syi'Ah

18. Jalaluddin Rakhmat19

19. Hasan Abu Ammar20

19 Beliau adalah salah seorang tokoh Ahlulbait/Syi’ah Indonesia. Karya tulisnya dalam bidang keislaman antara lain Islam Alternatif (1988), Membuka Tirai Kegaiban: Renungan-renungan Sufistik (1995), Rintihan Suci Ahli Bait Nabi (1997), Catatan Kang Jalal (1998), Islam Aktual (1998), dan Islam dan Pluralisme (2006). Pakar komunikasi yang juga pengasuh SMA Plus Muthahhari, Bandung, ini adalah Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (Ijabi). Periode 2004-2008. Ijabi sendiri adalah organisasi kemasyarakatan yang berbasiskan pada kaum Ahlulbait/Syi’ah Indonesia.

20 Beliau adalah Doktor lulusan CIIS, Qum, Iran, yang lahir di Bondowoso, Jawa Timur. Pada 2 Oktober lalu beliau berkesempatan menyampaikan materi pada acara Seminar Lintas Mazhab “Rasionalisme Islam Perspektif Syi’ah dan Sunni” di Ruang Teater Lt. 4 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau hadir sebagai representasi Syi’ah. Hadir pula pembicara Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara (Guru Besar Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) sebagai perwakilan Sunni.

12

Page 13: Makalah Aliran Syi'Ah

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Syi’ah adalah salah satu

aliran dalam Islam yang meyakini bahwa ‘Ali bin Abi Thalib dan keturunannya

adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad

saw. Doktrin-doktrin yang diyakini para pengikut Syi’ah secara garis besar ada 5

macam, yaitu al-tauhid, al-adl, al-nubuwwah, al-imamah, dan al-ma’ad. Dalam

Syi’ah terdapat berbagai macam sekte/kelompok yang memiliki perbedaan satu

sama lain dalam memandang ajaran-ajaran.

Wallâhu a’lam bi al-shawâb

13