makalah akp

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis kebijakan mencakup lima prosedur yaitu perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan dan evaluasi kebijakan. Pemantauan berbeda dengan evaluasi. Pemantauan lebih mengarah pada informasi mengenai pada apa , bagaimana dan mengapa kebijakan itu ada sedangkan evaluasi biasanya mengarah pada informasi dampak atau pengaruh adanya kebijakan tersebut serta perbedaan apa yang timbul setelah ada kebijakan. Sebuah rumusan kebijakan harus bersifat praktis artinya bisa diimplementasikan. Agar nantinya rumusan kebijakan tersebut dapat diukur tingkat keberhasilan pelaksanaannya. Sebuah kebijakan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan dan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan, namun pembuat kebijakan adalah manusia yang tidak lepas dari kesalahan, sehingga kebijakan yang diformulasikan belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan. Evaluasi kebijakan menjadi sebuah alat untuk meminimalisir kejadian tersebut agar kebijakan dapat direvisi dan 1

Upload: ade-firdaus

Post on 31-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Akp

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis kebijakan mencakup lima prosedur yaitu perumusan masalah,

peramalan, rekomendasi, pemantauan dan evaluasi kebijakan. Pemantauan

berbeda dengan evaluasi. Pemantauan lebih mengarah pada informasi mengenai

pada apa , bagaimana dan mengapa kebijakan itu ada sedangkan evaluasi

biasanya mengarah pada informasi dampak atau pengaruh adanya kebijakan

tersebut serta perbedaan apa yang timbul setelah ada kebijakan.

Sebuah rumusan kebijakan harus bersifat praktis artinya bisa

diimplementasikan. Agar nantinya rumusan kebijakan tersebut dapat diukur

tingkat keberhasilan pelaksanaannya. Sebuah kebijakan diharapkan dapat

menyelesaikan permasalahan dan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan,

namun pembuat kebijakan adalah manusia yang tidak lepas dari kesalahan,

sehingga kebijakan yang diformulasikan belum tentu sesuai dengan apa yang

diharapkan. Evaluasi kebijakan menjadi sebuah alat untuk meminimalisir

kejadian tersebut agar kebijakan dapat direvisi dan diimplementasikan kembali

sehingga fungsi kebijakan dapat berjalan sesuai tujuannya.

Evaluasi kebijakan merupakan suatu proses penilaian terhadap suatu

kebijakan yang telah diimplementasikan dengan mengacu pada beberapa

indikator tertentu. Setelah adanya evaluasi, jika ada ketidaksesuaian maka

revisi dilakukan untuk menuju kesempurnaan pencapaian terhadap suatu

kebijakan tersebut. Penilaian dapat berupa skala nilai yang diperoleh melalui

pengumpulan data, fakta, dan didukung dengan bukti.

Oleh karena itu penyusun merasa tertarik untuk mengambil judul

”Evaluasi Kebijakan” dalam makalah ini, yang akan menggambarkan tentang

definisi, tujuan, sifat, karakteristik, fungsi, pendekatan, pengaruh,

1

Page 2: Makalah Akp

permasalahan, masukan bagi prosesnnya serta pemanfaatan dari hasil evaluasi

kebijakan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari evaluasi?

2. Apakah tujuan evaluasi?

3. Bagaimana sifat evaluasi?

4. Bagaimana kriteria evaluasi?

5. Apakah fungsi evaluasi?

6. Apa saja pendekatan dalam evaluasi?

7. Apakah pengaruh kebijakan itu?

8. Apakah permasalahan dalam evaluasi kebijakan?

9. Bagaimanakah masukan bagi proses evaluasi kebijakan?

10. Bagaimana pemanfaatan hasil evaluasi kebijakan?

11. Bagaimana respon pada evaluasi kebijakan?

2

Page 3: Makalah Akp

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Definisi Evaluasi

Evaluasi merupakan sebuah usaha untuk melaksanakan dan/atau

memperbaharui kebijakan melalui pembuatan informasi mengenai seberapa

jauh suatu hasil kebijakan dapat memberi kontribusi terhadap pencapaian

tujuan-tujuan dan sasaran.

2.2Tujuan Evaluasi

Evaluasi bertujuan untuk melihat sebagian kegagalan suatu kebijakan dan

untuk mengetahui apakah kebijakan yang telah dirumuskan dan dilaksanakan

dapat menghasilkan dampak yang diinginkan.

2.3Sifat Evaluasi

a. Fokus Nilai.

Merupakan usaha penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari sesuatu

kebijakan dan program.

Contoh : Menilai bahwa adanya kebijakan pendidikan tentang kewajiban

penulisan Jurnal Ilmiah sebagai persyaratan kelulusan bagi mahasiswa

untuk meningkatkan kretafifitas dan produktifitas mahasiswa serta

mengurangi plagiat.

b. Interdependensi Fakta Nilai

Memberikan nilai dengan didukung oleh bukti tentang hasil-hasil kebijakan

secara actual.

Contoh : Berdasarkan kajian Menteri Pendidikan menyatakan bahwa di

Indonesia banyak terjadi plagiat dan minimnya produktivitas mahasiswa.

Sehingga kebijakan ini dinilai sangat penting untuk diterapkan.

c. Orientasi Masa Kini Dan Masa Lampau

3

Page 4: Makalah Akp

Menilai keadaan masa lalu dengan diarahkan pada hasil sekarang.

Cotoh : Tidak adanya kebijakan pendidikan mengenai kewajiban penulisan

Jurnal Ilmiah sebagai persyaratan kelulusan bagi mahasiswa menyebabkan

banyak terjadi plagiat dan minimnya produktivitas mahasiswa.

d. Dualitas Nilai

Nilai-nilai yang mendasari tututan evaluasi mempunyai kualitas ganda

yaitu dapat merefleksikan kepentingan relative dan kajian terhadap

ketergantungan antar tujuan dan sasaran.

Contoh : Nilai pada evaluasi cenderung terpengaruh penilaian subyektif.

Seperti adanya kebijakan pendidikan mengenai kewajiban penulisan Jurnal

Ilmiah sebagai persyaratan kelulusan bagi mahasiswa seharusnya memiliki

tujuan dan sasaran yang baik, akan tetapi menurut para dosen dan

mahasiswa menyatakan bahwa kebijakan tersebut dinilai memberatkan

karena minimnya fasilitas dan layanan pembimbingan dalam pembuatan

jurnal ilmiah.

2.4Kriteria Evaluasi

Dalam menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan, analisis

menggunakan tipe kriteria yang berbeda untuk mengevaluasi hasil kebijakan.

Perbedaan utama antara kriteria untuk evaluasi dan Kriteria untuk rekomendasi

adalah pada waktu ketika Kriteria diterapkan atau diaplikasikan. Kriteria untuk

untuk evaluasi diterapkan secara restropektif (ex post), sedangkan kriteria untuk

rekomendasi diterapkan secara prospektif (ex ante). Kriteria ini telah dijelaskan

dalam table 9-1.

2.5Fungsi Evaluasi

Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan.

Pertama, dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang valid dan

dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu, seberapa jauh kebutuhan,

4

Page 5: Makalah Akp

nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan public. Dalam hal ini,

evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu (misalnya,

perbaikan kesehatan) dan target tertentu (sebagai contoh, 20 persen

pengurangan penyakit kronis pada tahun 1990) telah dicapai.

Kedua, evaluasi member sumbangan terhadap klarifikasi dan kritik

terhadap nilai-nilai yang mendasari pilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas

dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target. nilai juga

dikritik dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan target

dalam hubungan dengan masalah yang dituju. Dalam menanyakan kepantasan

tujuan dan dan sasaran, analisis dapat menguji alternatif sumber nilai (misalnya,

kelompok kepentingan dan pegawai negeri, kelompok-kelompok klien) maupun

landasan mereka dalam berbagai bentuk rasionalitas (teknis, ekonomis, legal,

sosial, substantif).

Table 9-1 Kriteria Evaluasi

TIPE

KRITERIA

PERTANYAAN ILUSTRASI

Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?

Unit pelayanan

Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan?

Unit biayaManfaat bersihRasio biaya-manfaat

Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah?

Biaya tetapi (masalah tipe I)Efektivitas tetap (masalah tipe II)

Perataan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok-kelompok yang berbeda?

Kriteria ParetoKriteria kaldor-HicksKriteria Rawls

Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok tertentu?

Konsistensi dengan survai warga Negara

5

Page 6: Makalah Akp

Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang di inginkan benar-benar berguna atau bernilai?

Program publik harus merata dan efisien.

Ketiga, evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode-metode

analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.

Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi

sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan, sebagai contoh, dengan

menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu didefinisikan ulang. Evaluasi dapat

pula menyumbang pada definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi

kebijakan dengan menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan

sebelumnya perlu dihapus dan diganti dengan yang lain.

2.6Pendekatan Dalam Evaluasi

Evaluasi mempunyai dua aspek yang saling berhubungan; penggunaan

berbagai macam metode untuk memantau hasil kebijakan publik, program, dan

aplikasi seangkaian nilai untuk menentukan kegunaan hasil ini terhadap beberapa

orang, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Aspek yang saling

berhubungan menunjukkan kehadiran fakta dan premis-premis nilai di dalam

setiap tuntutan evaluatif. Namun banyak aktivitas yang diterangkan sebagai

“evaluasi” dalam analisis kebijakan pada dasarnya bersifat non-evaluatif  yaitu

aktivitas-aktivitas tersebut terutama ditekankan pada produksi tuntutan

designative (faktual) ketimbang tuntutan evaluatif. Sehingga dibutuhkan suatu

pendekatan untuk “penelitian evaluasi” atau “evaluasi kebijakan”.

Pendekatan dalam evaluasi kebijakan menurut Dunn (2000:612) adalah

No. Pendekatan Tujuan Asumsi Bentuk-bentuk Utama

1. Evaluasi

Semu

Menggunakan

metode

deskriptif

untuk

Ukuran

manfaat atau

nilai terbukti

dengan

Eksperimentasi

sosial

Akuntansi sistem

6

Page 7: Makalah Akp

menghasilkan

informasi yang

valid tentang

hasil

kebijakan.

sendirinya

atau tidak

kontrofesial

sosial

Pemeriksaan

sosial

Sintesis riset dan

praktik

2. Evaluasi

formal

Menggunakan

metode

deskriptif

untuk

menghasilkan

informasi yang

valid tentang

hasil kebijakan

secara formal

diumumkan

sebagai tujuan

program

kebijakan.

Tujuan dan

sasaran dari

pengambil

kebijakan

dan

administrator

yang secara

resmi

diumumkan

merupakan

ukuran yang

tepat dari

manfaat atau

nilai

Evaluasi

perkembangan

Evaluasi

eksperimental

Evaluasi proses

retrospektif

Evaluasi hasil

retrospektif

3. Evaluasi

keputusan

teoritis

Menggunakan

metode

deskriptif

untuk

menghasilkan

informasi yang

valid tentang

hasil kebijakan

yang secara

Tujuan dan

sasaran dari

berbagai

pelaku yang

diumumkan

secara

formal

ataupun

diam-diam

Penilaian tentang

dapat tidaknya

dievaluasi

Analisis utilitas

multi atribut

7

Page 8: Makalah Akp

eksplisit

diinginkan

oleh berbagai

pelaku

kebijakan

merupakan

ukuran yang

tepat dari

manfaat atau

nilai.

Mengingat kurang jelasnya arti evaluasi, didalam analisis kebijakan,

menjadi sangat penting untuk membedakan beberapa pendekatan dalam evaluasi

kebijakan. Pembahasan 3 pendekatan di atas adalah

a. Evaluasi Semu

Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation) adalah pendekatan yang

menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang

valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan tanpa berusaha

menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap

individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama dari

evaluasi semu adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan

sesuatu yang dapat terbukti sendiri (self evident) atau tidak controversial.

Dalam evaluasi semu analis secara khusus menerapkan bermacam-

macam metode (rancangan ekspeimental-semu, kuseioner, random

sampling, teknik statistik) untuk menjelaskan variasi hasil kebijakan sebagai

produk dari variable masukan dan proses. Namun setiap hasil kebijakan yang

ada (misalnya, jumlah lulusan pelatihan yang dipekerjakan, unit-unit

pelayanan medis yang diberikan, keuntungan pendapatan bersih yang

dihasilkan) diterima begitu saja sebagai tujuan yang tepat.

b. Evaluasi Formal

Evaluasi Formal (Formal Evaluation) merupakan pendekatan yang

menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid

dan dapat dipercaya mengenai hasil-hasil kebijakan tetapi mengevaluasi hasil

8

Page 9: Makalah Akp

tersebut atas dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara

formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi utama

dari evaluasi formal adalah bahwa tujuan dan target diumumkan secara

formal adalah merupakan ukuran untuk manfaat atau nilai kebijakan

program.

Dalam evaluasi formal analis menggunakan berbagai macam metode

yang sama seperti yang dipakai dalam evaluasi semu dan tujuannya adalah

identik untuk menghasilkan informasi yang valid dan data dipercaya

mengenai variasi-variasi hasil kebijakan dan dampak yang dapat dilacak dai

masukan dan proses kebijakan. Meskipun demikian perbedaannya adalah

bahwa evaluasi formal menggunakan undang-undang, dokumen-dokumen

program, dan wawancara dengan pembuat kebijakan dan administrator untuk

mengidentifikasikan, mendefinisikan dan menspesifikkan  tujuan dan target

kebijakan. Kelayakan dari tujuan dan target yang diumumkan secara formal

tersebut tidak ditanyakan. Dalam evaluasi formal tipe-tipe criteria evaluative

yang paling sering digunakan adalah efektivitas dan efisiensi.

Dalam model ini terdapat tipe-tipe untuk memahami evaluasi

kebijakan lebih lanjut, yakni: evaluasi sumatif, yang berusaha untuk

memantau pencapaian tujuan dan target formal setelah suatu kebijakan atau

program diterapkan untuk jangka waktu tertentu; dan kedua, evaluasi

formatif, suatu tipe evaluasi kebijakan yang berusaha untuk meliputi usaha-

usaha secara terus menerus dalam rangka memantau pencapaian tujuan-

tujuan dan target-target formal.

Selain evaluasi sumatif dan formatif, evaluasi formal dapat juga

meliputi kontrol langsung atau tidak langsung terhadap masukan kebijakan

dan proses-proses.

Kontrol terhadapAksi kebijakan

Orientasi terhadap proses kebijakanformatif Sumatif

Langsung Evaluasi perkembangan Evaluasi eksperimental

9

Page 10: Makalah Akp

Tidak langsung Evaluasi proses retrospektif

Evaluasi hasil retrospektif

Sumber: Dunn(2000:615)

Dari tabel mengenai variasi evaluasi formal di atas, secara lebih

spesifik, tiap jenis variasi evaluasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Evaluasi Perkembangan

Dalam varian ini evaluasi formal berupaya untuk menunjuukan

kegiatan/aktivitas evaluasi kebijakan secara eksplisit yang diciptakan

untuk melayani kebutuhan sehari-hari staf program. Evaluasi

perkembangan yang meliputi beberapaukuran pengontrolan langsung

terhadap aksi-aksi kebijakan, telah digunakan secara luasuntuk berbagai

situasi di sektor-sektor publik dan swasta. Evaluasi perkembangan karena

bersifat formatif dan meliputi kontrol secara langsung, dapat digunakan

untuk mengadaptasi secara langsung pengalaman baru yang diperoleh

melalui manipulasi secara sistematis terhadap variabel masukan dan

proses.

2. Evaluasi eksperimental

Variasi evaluasi eksperimental adalah evaluasi kebijakan yang lahir

dari hasil kondisi kontrol langsung terhadap masukan dan proses

kebijakan. Evaluasi eksperimental yang ideal secaara umum merupakan

faktor “eksperimental ilmiah yang terkontrol”, dimana semua faktor yang

dapat mempengaruhi hasil kebijakan, dikontrol, dipertahankan konstan,

atau diperlakukan sebagai hipotesis tandingan yang masuk akal.

3. Evaluasi proses retrospektif

Evaluasi proses retrospektif meliputi pemantauan/evaluasi program

setelah program tersebut diterapkan untuk hangka waktu tertentu. Varian

ini cenderung dipusatkan pada masalah-masalah dan kendala-kendala

yang terjadi selama implementasi berlangsung, yang berhubungan dengan

10

Page 11: Makalah Akp

keluaran dan dampak yang diperoleh. Evaluasi ini tidak memperkenankan

dilakukannya manipulasi langsung terhadap masukan atau proses.

4. Evaluasi hasil retrospektif

Evaluasi hasil retrospektif, meliputi pemantauan dan evaluasi hasil

tetapi tidak disertai dengan kontrol langsung terhadap masukan-masukan

dan prose kebijakan yang dapat dimanipulasi.

c. Evaluasi Keputusan Teoritis (Decision-Theoretic Evaluation)

Menurut Dunn (2000:619), Evaluasi keputusan teoritis merupakan

pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk

menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid

menangani hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai

macam pelaku kebijakan.

Evaluasi keputusan teoritis memunculkan dan membuat eksplisit

tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik yang tersembunyi maupun

dinyatakan. Tujuan dan target dari pembuat kebijakan ini adalah salah satu

sumber nilai. Karena semua pihak yang mempunyai andil dalam

memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan dilibatkan dalam

merumuskan tujuan dan target yang kinerja nantinya akan diukur.

Dunn(2000:619) menyatakan evaluasi keputusan teoritis dapat

mengatasi kekurangan dari evaluasi semu dan evaluasi formal.

Kekurangan Evaluasi Semu

dan Formal

Evaluasi Keputusan Teoritis

1. Kurang dan tidak

dimanfaatkannya

informasi kinerja

informasi hasil evaluasi

responsif dengan tujuan dan

target pihak yang merumuskan

dan mengimplementasikan

kebijakan dan informasi ini

digunakan memperbaiki

11

Page 12: Makalah Akp

pembuatan kebijakan.

2. Ambiguitas kinerja

tujuan

Mengurangi kekaburan tujuan

3. Tujuan-tujuan yang

saling bertentangan

Mengidentifikasi berbagai

pelaku kebijakan dan

menampakkan tujuan-tujuan

mereka

Tujuan utama evaluasi teoritis keputusan adalah menghubungkan

informasi hasil kebijakan dengan nilai dari berbagai pelaku kebijakan.

Asumsinya adalah tujuan dan sasaran dari pelaku kebijakan merupakan

ukuran yang layak terhadap manfaat atau nilai kebijakan dan program.

Dua bentuk utama evaluasi teoritis menurut Dunn (2000:620) yaitu

1. Penaksiran evaluabilitas (evaluability assessment)

Penaksiran evaluabilitas adalah serangkaian prosedur yang

dibuat untuk menganalisis sistem pembuatan keputusan yang diperoleh

dari informasi kinerja dan dapat memperluas tujuan, sasaran dan

asumsi kinerja akan diukur. Suatu kebijakan dapat dievaluasi dengan

tiga kondisi yang harus ada yaitu kebijakan yang diartikulasikan jelas,

tujuan yang dirumuskan jelas dan asumsi yang eksplisit yang

menghubungkan konsekuensi. Langkah-langkah yang dapat ditempuh

dalam penaksiran evaluabilitas adalah

a. Spesifikasi program kebijakan

b. Koleksi informasi program kebijakan

c. Modeling program kebijakan

d. Penaksiran evaluabilitas program kebijakan

e. Umpan balik penaksiran evaluabilitas untuk pemakai.

2. Analisis utilitas multiatribut

12

Page 13: Makalah Akp

Analisis utilitas multiatribut adalah serangkaian prosedur yang

dibuat untuk memperoleh penilaian subyektif dari berbagai pelaku

kebijakan mengenai probabilitas kemunculan dan nilai dari hasil

kebijakan. Kelebihannya adalah secara eksplisit menampakkan

penentuan nilai dari berbagai perilaku kebijakan, mengakui beragam

tujuan yang saling berlawanan dalam evaluasi program kebijakan dan

informasi kinerja yang lebih berguna. Langkah-langkah pelaksanaan

analisis utilitas multiatribut adalah

a. Identifikasi pelaku

Mengidentifikasi pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi

kebijakan atau program.

b. Spesifikasi isu keputusan yang relevan

Menentukan secara operasional kecenderungan yang tidak

disepakati oleh para pelaku kebijakan.

c. Spesifikasi hasil kebijakan

Menentukan cakupan konsekuensi yang dapat timbul akibat aksi.

d. Identifikasi atribut hasil

Mengidentifikasi semua atribut yang relevan yang membuat hasil

berharga tau bernilai.

e. Penyusunan jenjang nilai atribut

Menyusun nilai atribut sesuai dengan kepentingannya.

f. Penyusunan skala atribut

Menyusun skala atribut yang telah diurutkan menurut

kepentingannya.

g. Standarisasi skala

Menjumlahkan semua nilai asli untuk setiap skala, bagikan

masing-masing nilai asli dengan jumlahnya dan dikalikan 100.

Sehingga nilai komponennya berjumlah 100.

h. Pengukuran hasil

13

Page 14: Makalah Akp

i. Kalkulasi nilai

j. Evaluasi presentasi

Menentukan hasil kebijakan dengan total kinerja terbesar dan

menyajikannya pada pembuat keputusan yang relevan.

2.7Pengaruh Kebijakan

Dalam mengukur keberhasilan kebijakan juga perlu mengetahui

perubahan-perubahan yang terjadi dan dampak dari kebijakan yang telah

dimplementasikan tersebut. Menurut Agustino (2008:191) dampak dari

kebijakan mempunyai beberapa dimensi yaitu:

1. Pengaruhnya pada persoalan masyarakat yang berhubungan dan melibatkan

masyarakat

2. Pengaruhnya pada situasi dan kelompok lain

3. Mempunyai pengaruh di masa mendatang seperti pengaruhnya pada

kondisi saat ini

4. Pengaruh yang tidak langsung yang merupakan pengalaman dari suatu

komunitas atau beberapa anggota diantaranya.

Evaluasi kebijakan menemui kesulitan dalam beberapa hal antara lain:

1. Mengukur keuntungan yang tidak langsung dari kebijakan publik untuk

masyarakat tertentu,

2. Memberikan pertimbangan secara eksplisit pada fakta di mana efek

kebijakan berbentuk simbolik dan material. Hasil kebijakan berbentuk

simbolik memberikan perubahan yang tidak nyata pada kondisi sosialnya.

2.8Permasalahan Dalam Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan dapat digunakan untuk memperoleh fakta

sesungguhnya yang berkaitan dengan sebuah kebijakan,dapat pula digunakan

untuk mengukur sebab akibat serta pengaruh dari sebuah kebijakan.

14

Page 15: Makalah Akp

Inti pokok dari subbagian mengenai permasalahan dalam evaluasi

kebijakan ini adalah untuk mengukur sejumlah halangan atau rintangan yang

mungkin menjadi persoalan dalam mengevaluasi kebijakan.

Berikut ini adalah beberapa permasalahan yang berkaitan dengan

Evaluasi Kebijakan Publik (EKP) :

1. Ketidakpastian arah/tujuan kebijakan

Apabila arah dari suatu kebijakan tidak jelas, membingungkan, atau

menyimpang, seperti yang sering muncul, maka dalam menentukan

kelanjutan yang akan dicapai menjadi suatu tugas yang sulit dan sering

mebuat frustasi.

Misalnya dalam Model perkotaan. Tujuannya adalah kehidupan

dalam masyarakat, pembangunan kembali daerah kumuh dan yang telah

binasa, perbaikan rumah, kesempatan memperoleh pendapatan dan

kebudayaan, pengurangan tindak kriminal dan kejahatan, mengurangi

ketergantungan pada kesejahteraan, dan perawatan gedung bersejarah.

Tidak ada prioritas yang ditunjukkan pada macam-macam tujuan ini. Hal

ini semakin diperparah dengan preferensi dan persepsi yang berbeda-

beda. Pejabat yang mempunyai posisi yang berbeda dalam sistem

kebijakan,seperti membuat undang-undang dan administrator, atau

pejabat nasional dan daerah, mungkin mendefinisikannya secara berbeda,

sesuai dengan undang-undangnya, dan mempunyai kesimpulan yang

berbeda pula mengenai pelaksanaan program, sehingga memperumit

penentuan tujuan kebijakan.

2. Hubungan sebab akibat (Causality)

Evaluasi yang sistematik harus dapat menunjukkan perubahan

dalam kondisi kehidupan nyata sebagai akibat dari kegiatan kebijakan.

Tetapi dengan adanya kenyataan bahwa kegiatan A dilaksanakan dan

15

Page 16: Makalah Akp

kondisi B dikembangkan tidak berarti bahwa ada hubungan sebagian

akibatnya. Sesuatu dapat terjadi dengan atau tanpa kebijakan.

Untuk menggambarkan lebih jauh mengenai persoalan menentukan

sebagian akibat akan diambil kasus kebijakan pengendalian kriminal.

Salah satu tujuan dari kebijakan ini adalah penanggulangan tindak

kriminal.

Pertanyaanya : apakah orang yang tidak melakukan pencurian

berarti bahwa secara efektif dia telah dicegah oleh kebijakan mengenai

aksi tersebut?

Tentu jawabannya bermacam-macam seperti : tergantungan dari

apakah dia cenderung untuk melakukan pencusrian. Jika ternyata sangat

cenderung, maka apakah kemungkinan itu dapat dicegah dengan

pemeriksaan dan hukuman, atau mungkin karena adanya faktor lain

seperti pengaruh keluarga, atau kurangnya kesempatan.

Oleh karena itu dapat kita ketahui bahwa penentuan sebagian akibat

dari suatu tindakan, khususnya dari masalah soosial dan ekonomi yang

rumit merupakan tugas yang sulit dilakukan.

3. Pengaruh kebijakan yang menyebar

Implemenatasi kebijakan dapat mepunyai dampak pada suatu

kelompok diluar kelompok target kebijakan.

Contohnya suatu program kesejahteraan dapat mempunyai dampak

tidak hanya pada kaum miskin tetapi juga yang lainnya seperti pembayar

pajak, pejabat masyarakat, dan mungkin orang yang berpenghasilan

rendahyang tidak dapat menikmati hasil dari program kesejahteraan.

Dampaknya pada kelompok ini dapat berupa simbolik atau material.

Para pembayar pajak dapat mengeluh bahwa”sejumlah uang yang

diperolehnya dengan susah payah akan dipakai untuk membantu orang-

orang yang malas bekerja. Beberapa pekerja dengan pendapatan rendah

16

Page 17: Makalah Akp

dapat merencanakan untuk memakai “tunjangan kesejahteraan” daripada

melanjutkan bekerja ditempat yang tidak menyenangkan dengan upah

yang rendah.

Dampak dari beberapa program mungkin sangat menyebar.

Program Antimonopoli merupakan salah satu contohnya. Antimonopoli

sesungguhnya dimaksudkan untuk membantu memelihara kompetisi dan

mencegah monopoli pada kegiatan ekonomi, bagaimana seseorang akan

mengukur efektifitasnya? Kita dapat melihatnya pada aktifitas

pelaksanaan yang sedang berlangsung dan menemukan bahwa

penggabungan tertentu dan persekongkolan penetapan harga dapat

dipecahkan, tetapi hal ini tidak akan banyak memberi tahu kita pada

kompetisi dan monopoli pada umumnya. Akan lebih baik bila kita dapat

menyimpulkan bahwa ekonomi lebih kompetitif dari pada bila tidak ada

peraturan monopoli tersebut.

4. Kesulitan dalam memperoleh data

Kekurangan data yang relevan dan akurat secara statistik serta

informasi lainnya merupakan ketidaksempurnaan bagi evaluator

kebijakan.

Misalnya setelah dilakukan proses belajar mengajar, seorang guru

memberikan tugas kepada siswa-siswanya, nilai hasil UTS tersebut rata-

rata siswa memiliki nilai yang baik dan memuaskan, akan tetapi terdapat

kemungkinan mereka mendapatkan nilai baik bukan karena mampu

menguasai dengan benar akan tetapi karena membawa catatan/mencontek

ketikan ujian.

5. Penolakan pejabat kantor

Dalam melakukan evaluais kebijakan tetntu dapat ditemukan

manfaat yang ada didalamya dari sebuah kebijakan. Permasalahan

17

Page 18: Makalah Akp

akanmuncul apabila pejabat instansi tidak memperhatikan konsekuensi

politik yang terjadi dalam evaluasi. Hal ini dapat terjadi jika hasilnya

tidak menyenangkan berdasarkan pandangan mereka. Akibatnya pejabat

dapat menganggap kecil atau meremehkan studi evaluasi, menolak akses

data atau tidak mengeluarkan kebijakan baru guna perbaikan.

Evaluasi akan lebih baik jika dikontrol oleh pejabat yang lebih

tinggi, yang membuat keputusan mengenai pemanfaatan sumber daya

diantara program-program dan kelanjutan dari program yang telah

diberikan.

Antisipasi ini sangat penting karena kita harus mengingat bahwa

organisasai cenderung untuk menolak perubahan, sementara evaluasi

justru memberikan perubahan.

2.9Masukan Bagi Proses Evaluasi Kebijakan

Dalam beberapa kasus evaluasi kebijakan dapat dijadikan peraturan

perundang-undangan baru setelah reformulasi kebijakan publik. Beberapa

bentuk evaluasi kebijakan, seringkali memasukkan pandangan parlemen, kantor

akuntan publik, komisi kepresidenan dan instansi lainnya.

Berikut adalah beberapa aktor yang turut memberikan masukan pada

evaluasi kebijakan publik.

1. Parlemen

Salah satutugasparlemenadalahmelakukan control sekaligus

evaluasi dan penerapan, administrasi, dan pelaksanaan hukum atau

kebijakan. Kontrol/Pemeriksaan/monitoring bukan merupakan aktifitas

yang dapat dipisahkan dalam tubuh parlemen karena ia juga harus

mengumpulkan informasi, memformulasikan undang-undang, aloka

sidana, dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan juga untuk mengontrol

18

Page 19: Makalah Akp

kegiatan instansi, yang mana memang diperlukan untuk kegiatan

selanjutnya.

2. General Accounting Office

General Accounting Office (GIO) merupakan “kepanjangan tangan

parlemen” yang mempunyai wewenang untuk memeriksa kegiatan

pelaksanaan dan keuangan dari instansi Negara ,mengevaluasi program

dan melaporkan penemuannya kepada parlemen. Selain itu GIO juga

memperhatikan evaluasi program seperti memeriksa pelaksanaan

program.

3. Komisi kepresidenan

Komisi kepresidenan (Presidential Comission) mempunyai peran

dalam memberikan masukan bagi Rancangan Undang-Undang,

pembentukan kebijakan, Serta mengevaluasi kebijakan dalam beberapa

bidang atau untuk keperluan lainnya.

Seperti penemuan fakta, membuat rekomendasi kebijakan. Sebagian

besar anggota komisi melibatkan dirinya dalam evaluasi kebijakan.

Sebagai contoh kasus Komisi kepresidenan dalam program

pemeliharaan pendapatan ditetapkan oleh presiden Johnson dengan

mandate untuk mengevaluasi program pemeliharaan pendapatan yang

sudah ada serta memberikan rekomendasi program pemeliharaan

pendapatan baru yang akan melayani kepentingan nasional secara lebih

baik. Komisi ini bekerja 22 bulan (Anderson, 1984:163).

Berdasarkan dan pembentukan presidential Commission tersebut

apakah program yang telah ada mempunyai perbandingan biaya dan

keuntungan yang diinginkan, didefinisikan secara jelas hak dan

kewajiban peserta yang potensial, menyediakan sarana pendukung yang

memadai, mempunyai efek pendorong yang berlawanan, dan

meminimalkan biaya administrasi, maka komisi menyimpulkan bahwa

19

Page 20: Makalah Akp

program pemeliharaan pendapatan yang ada ternyata tidak cocok untuk

mengurangi kemiskinan dan melindungi kaum non-miskin mengahadapi

resiko yang tidakdapat mereka atasi sendiri.

Rekomendasiutamadari Presidential Commission adalah untuk

pembuatan program pendudkung pendapatan Negara Federal yang

menyeluruh dalam hal pembayaran tunai untuk semua orang yang

membutuhkan dalam rangka menyediakan pendapatan dasar bagi

keluarga dengan jumlah empat orang.

4. Kantor Administrasi

Banyak program dan evaluasi kebijakan dikeluarkan oleh kantor

administrasi, juga atas usul mereka sendiri tau yang berhubungan dengan

factor lainnya,

Beberapa perkembangan dan contoh akan dibahas mengenai

perankantoraan administrasi dalam melakukan kebijakan evaluasi public.

Kasus-kasus ini mengambil studi kasus dari Amerika serikat. Misalnya

pada tahun 1966 perhatian banyak ditujukan pada Planning-

programming-Budgeting system (PPBS) yang diperkenalkan

pertamakalinya oleh sekertaris Departemen pertahanan, Robert

McNamara (Anderson, 1984:164). Program ini dimaksudkan untuk

memberikan fasilistas pada pilihan rasional diantara kebijakan dan

program alternative berdasar criteria biaya dan manfaat yang eksplisit

serta tampilan data. Program ini awalnya ketika pada tahun 1965 presiden

Johnson memberikan perintah eksekutif mengenai tugas PPBS pada

pemerintah federal. Menurut pandangannya, pembuat keputusan dapat:

1. Mengidentifikasikan tujuan nasional secara teliti dan terus-menerus

2. Memilih salah satu tujuan yang pentingdiantaranya

3. Mencaricara alternative yang lebih efektif dan hemat biaya dalam

mencapai tujuan

20

Page 21: Makalah Akp

4. Memberikan informasi pada kita sendiri tidak hanya biaya program

untuk tahun depan, tetapi juga tahun-tahun berikutnya.

5. Mengukur penampilan program untuk mengasuransikan pelayanan

seharga satu dolar untuk setiap dolar yang dibayarkan.

Tetapi sesuatu tersebut tidak berjalan dengan baik sesuai dengan

birokrasi. Sehinnga yang terjadi adalah:

Berikut adalah persamaan dan perbedaan antara PPBS dengan

Manajemen By Objectives.

PPBS MBO

Cakupannya lebih

banyak dari pada

MBO

Memiliki cakupan yang lebih sederhana dari

PPBS

- Memerlukan instansi untuk menentukan subjek

pada kantor Manajemen dan anggaran serta

persetujuan dari presiden

21

Page 22: Makalah Akp

Barusaha menentukan

apakah instansi dapat

mencapai tujuannya

Barusaha menentukan apakah instansi dapat

mencapai tujuannya

Mengevaluasi

program alternative

dalam mencapai

tujuan instansi

Tidak mengevaluasi program alternative dalam

mencapai tujuan instansi

- Memusatkan kekuasaan pada tingkatan

administrasi yang lebih tinggi

Dalam zero-base budgeting maka yang terjadi adalah sebagai

berikut:

1. Instansi menetapkan tujuan masing-masing program

2. Menentukan apakah dengan program tersebut tujuan instansi dapat

tercapai atau tidak

3. Instansi menetapkan tingkatan anggaran minimum untuk program

tersebut

4. Mengembangkan add-ons yang akan meningkatkan penampilan dan

efektifitas program

Menurut pegawai Manajemen By Objectives mengatakan bahwa

zero-base budgeting membuat instansi dapat menentukan apa yang akan

diselesaikan, menyediakan alat untuk menilai biaya program, dan

menunjukkan pada pemerintah dimana program yang memerlukan biaya

dapat mengerjakan hal yang terbaik.

2.10Pemanfaatan Hasil Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan berfungsi untuk member sumbangan pada perluasan

metodologi kebijakan publik, khususnya kebijakan publik. Evaluasi kebijakan

22

Page 23: Makalah Akp

tidak saja diarahkan untuk menghasilkan rekomendasi dari penilaian yang

dilakukan atas kibajakan yang dievaluasi tetapi lebih menjurus pada perumusan

metodologi pembelajaran agar kekurangan/kelemahan metologi yang digunakan

tidak terulang pada waktu dan tempat yang akan datang.

Ada beberapa alasan mengapa para evaluasi kebijakan tidak

memanfaatkan hasilnya oleh evaluator lain atau actor-aktor kebijakan publik

lain :

1. Struktur masalah. Perumusan dari seluruh evaluasi kebijakan biasanya

diletakkan pada struktur masalah yang jelas. Apabila evaluasi kebijakan

terlalu rumit untuk menunjukkan letak permasalahan yang dievaluasi/terlalu

mengurai banyak hal sehingga menyebabkan kebingungan pada pelaku

kebijakan, maka pelaku kebijakan akan enggan untuk memanfaatkan hasil-

hasil evaluasi kebijakan. Ketika para evaluator kebijakan tidak mampu

mengidentifikasi dengan tepat yang terjadi adalah penyelesaian atau

penguraian masalah yang salah.

2. Karakteristik informasi. Agar evaluasi kebiajakn dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat luas, termasuk actor lainnya maka informasi yang dihasilkan

oleh evaluator kebijakan hendaknya bersifat : 1. Mudah dipahami oleh

pelaku kebijakan 2. Lengkap dan tidak menimbulkan pertanyaan baru 3.

Konkrit, tidak terbelit-belit dan langsung mengarah pada pokok

permasalahan yang sedang dihadapi dan sedang dibutuhkan solusi oleh

masyarakat dan pelaku kebijakan 4. Praktis serta memberikan solusi. Ketika

hal-hal tersebut terpenuhi, maka kemungkinan pemanfaatan hasil evaluasi

sangat besar.

3. Cara pengkajian. Cara pengajian dan/atau cara pemrosesan informasi dalam

menemukan solusi masalah sangat berguna bagi kelangsungan pemanfaatan

evaluasi kebijakan.. Dua hal yang perlukan diperhatikan oleh aktor evaluasi

kebijakan manakala berusaha untuk menemukan hasil-hasil evaluasi

23

Page 24: Makalah Akp

kebijakan yang baik : 1. Evaluatornya, maksudnya bagaimana tingkat

kompetensi yang dimiliki oleh evaluator dan 2. Metode yang digunakan

apakah evaluasi atas kebijakan yang dijalankan sudah di hasilkan dari

metode analisis yang tepat.

4. Interaksi antarpelaku kebijakan. Kondisi interaksi antara aktor pelaku

kebijakan akan sangat mempengaruhi pemanfaatan hasil evaluasi kebijakan.

Bila hubungan antara pelaku kebijakan tidak baik, ditambah lagi dengan

situasi saling menjatuhkan, maka seringkali evaluasi kebijakan dianggap

digerakkan oleh kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Dimana hal ini

akan berujung pada pemanfaatan hasil-hasil evaluasi kebijakan yang tidak

berjalan

5. Struktur politik dan beriokrasi. Dalam struktur politik dan birokrasi yang

menjadi sumber masalah adalah pengguna atau pelaku kebijakan itu sendiri.

dalam suatu struktur politik dan beriokrasi yang otoriter. Misalnya pelaku

kebijakan akan cenderung enggan menerima segala kritik ataupun masukan

yang sebenarnya bermanfaat bagi kelanjutan kebijakan.

2.11Respon Pada Evaluasi Kebijakan

Evaluasi sistematik merupakan kegiatan yang relatif baru dan ia

berkembang dengan pesat pada era tahun 1980an. Seiring dengan berjalannya

waktu, teknik dan bentuk evaluasi menjadi lebih efektif, dampaknya niscaya

akan bertambah. Orang perorang dan kelompok, warga Negara dan pejabat

sama-sama berpendapat mengenai dampak serta keinginan mereka pada

kebijakan yang ada.

Terdapat banyak varian dalam model kegiatan pengevaluasian, misalnya

dalam konsep feed back. Konsep ini secara singkat memberitahukan kita

bahwa keputusan kebijakan dan dampak yang lalu dapat menimbulkan

keinginan untuk merubah atau mendukungnya. Pembuatan dan administrasi

undang-undang kebijakan lingkungan hidup nasional. Konsekuensi feedback

24

Page 25: Makalah Akp

bagi para pembuat keputusan bermacam-macam, mulai dari : melanjutkan

kebijakan tersebut; perubahan untuk memperkuat atau memperlemah

kebijakan; penyesuaian dalam administrasinya; penambahan, pengurangan

atau pemotongan dana untuk mendukung pelaksanaannya; hingga pencabutan

undang-undang.

Terdapat tiga kategori yang digunakan oleh para evaluator dalam

memanfaatkan feedback. Pertama, biaya dan manfaat bagi banyak orang.

Kebijakan yang termasuk dalam restribusi biaya dan manfaat bagi banyak

orang seperti : pendidikan masyarakat, pertahanan sosial, layanan kesahatan

dsb. Walau banyak penerimaan positif atas feedback pada kategori pertama,

namun tidak sedikit dari beberapa kebijakan yang termasuk dalam kategori ini

tidak pernah bersungguh-sungguh memberikan keuntungan yang banyak pada

masyarakat luas. Misalnya program pemberantasan kemiskinan pada dasarnya

memberikan banyak keuntungan pada masyarakat miskin, baik perkotaan

maupun pedesaan tetapi problemnya ketika program pemberantasan

kemiskinan itu mau di pertahankan, hampir semua orang miskin dalam

masyarakat kita kurang mempunyai kekuatan politik dan akibatnya

kemampuan efektif untuk menyelamatkan dan mendukung program yang pro

terhadap masyarakat miskin sulit untuk dipertahankan. Karena itu akan

banyak perubahan pada program pemberantasan kemiskinan meskipun bagian

besar program pemberantasan kemiskinan masih tetap berjalan namun

sifatnya hanya simbolik saja.

Kategori kedua, manfaat bagi sebagian kecil dan biaya dari banyak orang.

Beberapa kebijakan dan program menguntungkan bagi kelompok tertentu,

sementara biayanya tidak diambil dari kelompok-kelompok khusus.

Pemerolehan biaya untuk program serta kebijakan-kebijakan tersebut di atas

biasanya diperoleh dalam bentuk pajak yang dibebankan pada masyarakat

umum. Yang terlihat dalam kategori kedua adalah bahwa kelompok yang

diuntungkan dari kebijakan ini jelas mempunyai dorongan untuk

25

Page 26: Makalah Akp

mempertahankan program serta kebijakan tersebut. Karena loginya dari siapa

lagi mereka mendapatkan bantuan kalau bukan dari pemerintah.

Dan kategori ketiga ialah keuntungan dan biaya bagi bagi sedikit orang.

Kebijakan yang memberikan keuntungan bagi kelompok tertentu dengan

pembiayaan berasal dari kelompok berbeda cenderung melahirkan konflik

yang berkelanjutan diantara kelompok dan pesertanya. Karena itu feedback

dari para evaluator sangat diperlukan guna memperbaiki mekanisme

pengalokasian keuntungan hingga tidak tercipta konflik yang berkelanjutan.

Ketiga kategori feedback kebijakan tersebut diatas yang berdasarkan pada

alokasi biaya dan manfaatnya hanyalah pendekatan yang umum. Semua

kebijakan tidak akan tepat sekali atau termasuk dalam salah satu di antaranya.

2.12

26

Page 27: Makalah Akp

BAB III

PENYIMPULAN

3.1 Simpulan

1. Evaluasi dalam arti yang lebih spesifik yaitu pembuatan informasi

mengenai seberapa jauh hasil suatu kebijakan memberi kontribusi

terhadap pencapaian tujuan-tujuan dan sarana.

2. Tujuan evaluasi adalah menilai suatu kebijakan sehingga dapat dilakukan

revisi terhadap faktor yang menyebabkan gagalnya implementasi

kebijakan tersebut.

3. Sifat evaluasi ada empat yaitu (1) fokus pada nilai, (2) interdependensi

fakta nilai, (3) orientasi masa kini dan masa lampau, (4) dualitas nilai.

4. Kriteria untuk untuk evaluasi diterapkan secara restropektif (ex post.

5. Fungsi evaluasi memiliki 3 evaluasi yaitu (1) memberi informasi yang

valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, (2) memberi

sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari

pemilihan tujuan dan target, dan (3) memberi sumbangan pada aplikasi

metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah

dan rekomendasi.

6. Pendekatan evaluasi menurut Dunn terdiri evaluasi semu, formal dan

keputusan teoritis. Evaluasi keputusan teoritis merupkan pendekatan yang

dapat dikatakan lebih baik daripada 2 pendekatan lainnya. Karena

evaluasi keputusan teoritis dapat menutupi kekurangan yang ada pada 2

pendekatan tersebut.

7. Pengaruh kebijakan memiliki 4 dimensi yaitu pengaruh pada persoalan

masyarakat yang berhubungan dan melibatkan masyarakat, situasi dan

kelompok lain, pengaruh di masa mendatang, dan pengaruh tidak

langsung.

8. Berikut ini adalah beberapa permasalahan yang berkaitan dengan

Evaluasi Kebijakan Publik (EKP) :

27

Page 28: Makalah Akp

(1) Ketidakpastian arah/tujuan

(2) Hubungan sebagian akibat

(3) Pengaruh kebijakan yang menyebar

(4) Kesulitan dalam memperoleh data

(5) Penolakan pejabat kantor (Official Resistance)

9. Berikut ini adalah beberapa aktor yang turut memberikan masukan pada

evaluasi kebijakan public:

(1) Parlemen

(2) General Accounting Office (GIO)

(3) Komisi kepresidenan

(4) Kantor Administrasi

10. Ada beberapa alasan mengapa para evaluasi kebijakan tidak

memanfaatkan hasilnya oleh evaluator lain atau actor-aktor kebijakan

public lain:

(1) Struktur masalah

(2) Karakteristik informasi

(3) Cara pengkajian

(4) Interaksi antar pelaku kebijakan

(5) Struktur politik dan birokrasi

11. Pembuatan dan administrasi undang-undang kebijakan lingkungan hidup

nasional. Konsekuensi feedback bagi para pembuat keputusan bermacam-

macam, mulai dari : melanjutkan kebijakan tersebut; perubahan untuk

memperkuat atau memperlemah kebijakan; penyesuaian dalam

administrasinya; penambahan, pengurangan atau pemotongan dana untuk

mendukung pelaksanaannya; hingga pencabutan undang-undang.

28

Page 29: Makalah Akp

3.2 Saran

1. Bagi para pembuat kebijakan seharusnya dapat mengevaluasi kebijakan

dengan berdasarkan data yang akurat, fakta, dan bukti agar kegagalan

kebijakan yang telah diimplementasikan dapat direvisi sehingga mencapai

tujuan yang diinginkan dari kebijakan tersebut

2. Pembuat kebijakan sebaiknya menggunakan pendekatan evaluasi keputusan

teoritis karena informasi yang diperoleh lebih komprehensif dan valid dari

pendekatan yang lainnya..

29

Page 30: Makalah Akp

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Dun, William N. 2000. Pengantar Analis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

30