makalah aids
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
PENDAHULUAN 2
STUDI KASUS 3
PEMBAHASAN 4
I. DASAR TEORI DEFISIENSI IMUNOLOGI 4
A. Pengertian 4
B. Hubungan Antara Jenis Infeksi dan Beratnya immunodefisiensi 4
II. DASAR TEORI HIV 5
A. Definisi ODHA 5
B. Struktur HIV 6
C. Cara Masuk dan Replikasi HIV 7
D. Mekanisme HIV Menghindari Sistem Imun 8
E. Obat ARV 9
F. Pencegahan Infeksi HIV 10
G. Penatalaksanaan Pasien 11
H. Prognosis 12
KESIMPULAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13
1
PENDAHULUAN
Sistem imun merupakan komponen terpenting dalam tubuh untuk memerangi antigen
yang masuk ke dalam tubuh, sistem imun akan melakukan berbagai cara untuk dapat
melumpuhkan antigen yang ada dalam tubuh.
Namun apabila mekanisme ini tidak mampu melawan antigen yang masuk maka hal ini
disebut sebagai defisiensi imunologi. Defisiensi imunologi menurut penyebabnya dapat
dibedakan menjadi primer dan sekunder.
Human Immunodefficiency Virus merupakan virus yang dapat menyebabkan AIDS,
sampai saat ini belum ditemukan obat yang tepat untuk menyembuhkan orang yang terinfeksi
HIV, umumnya orang yang terkena infeksi virus ini mendapatkan infeksi oportunistik, yang
disebabkan oleh bakteri/flora normal yang pada keadaan biasa tidak pathogen. Sampai saat ini,
upaya pencegahan merupakan satu-satunya cara untuk mengatasi infeksi HIV ini.
2
STUDI KASUS
Pria 35 tahun berobat ke rumah sakit karena diare hilang timbul selama 4 minggu ini.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Dalam 3-4 minggu ini pasien merasa demam ringan, batuk-batuk berdahak, merasa letih,
dan berat badan turun dalam 3 bulan terakhir ini. Nafsu makan menurun. Hingga sejak 2 minggu
lalu pasien sering diare hilang timbul, perut mulas. Faeces terdapat lender dan darah. Pasien
hanya minum obat warung untuk mengobati penyakitnya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Selama 1 tahun terakhir ini, ia sering mengalami batuk, pilek, dan radang tenggorokan
yang bila berobat ke dokter sembuh, kemudian terulang kembali. Ia juga mengeluh sering
sariawan. Pasien belum menikah, pernah memakai jasa pekerja seks komersial.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : tampak lemah dan agak pucat. TB 165cm, BB 50kg.
Tanda vital : suhu 37,50C, nadi lemah, 90x/menit, tensi 100/70 mmHg, nafas 24x/menit/
Status Generalis:
Mata : konjungtiva pucat -/-, sclera ikterik -/-, mata cekung (-)
THT : oral thrush (+), bibir kering
Paru : vesikuler +/+, rhonki +/+ basah kasar, wheezing -/-
Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), bising usus (+)↑, turgor cukup
Ekstremitas : akral hangat, edema -/-, CRT (capillary refill time) <2”
Pemeriksaan Lab:
Hb 11,5 g/dL, Ht 40%, Eri 4jt/uL, Trombosit 170.000/uL, LED 30 mm/jam
3
Hitung jenis : 0/3/4/70/15/8
Anti HIV reaktif. CD4 T cell 200/uL
Rontgen thorax: infiltrate pada kedua apex pulmo
PEMBAHASAN
DASAR TEORI DEFISIENSI IMUNOLOGI
A. Pengertian
Defisiensi imunologi adalah keadaan dimana sistem kekebalan gagal bereraksi terhadap
antigen yang memasuki jaringan tersebut.
Terdapat 2 jenis defisiensi imunologi:
1. Defisiensi Imunologi Primer: kelainan sistem imun akibat genetic.
2. Defisiensi Imunologi Sekunder: kelainan sistem imun yang diakibatkan oleh gaya hidup,
penggunaan obat dan infeksi.
B. Hubungan Antara Jenis Infeksi Dengan Jenis dan Beratnya Imunodefisiensi
Sebagaimana diketahui bahwa tanda klinis dari immunodefisiensi adalah adanya suatu
infeksi yang cukup berat yang cenderung berulang atau tidak biasa. Pada usia pra-sekolah dan
sekolah, normalnya, mengalami paling banyak 6 sampai 12 kali infeksi per tahun. Sedangkan
pada dewasa, 2 sampai 4 kali per tahun.
Infeksi pada anak-anak usia sekolah umunya tidak berat dan bila terjadi infeksi karena
virus maka terbatas hanya pada infeksi saluran nafas atas, infeksi telinga tengah, atau faringitis
yang berulang karena bakteri Streptococcus. Dan bila individu tersebut mengalami infeksi yang
berat yang berulang, pernah mengalami serangan pneumonia, otitis media, sinusitis, bronkhitis,
septikemia, atau meningitis, atau infeksi karena mikroorganisme yang pada umumnya tidak
patogenik, namun oportunistik.
4
Sebagai contoh, individu tersebut sering mengalami infeksi karena Candida, M.
Tuberculosis, hal ini berarti sistem imun pada individu tersebut belum terlampau buruk karena
pada orang normal pun masih berkemungkinan untuk terjadi. Namun, bila individu tersebut
terinfeksi M. Ovale, yang mana pada orang normal tidak patogen sama sekali, hal ini berarti
sistem imun individu tersebut dapat dikatakan buruk. Walaupun untuk memastikannya tetap
dibutuhkan pemeriksaan laboratorium.
Selain itu, jenis infeksi juga dapat menunjukkan jenis dari imunodefisiensi. Hal ini
berdasarkan sistem apa yang secara nomal meelawan jenis infeksi tersebut. Sebagai contoh,
bila terjadi infeksi berulang karena virus (seperti varicella, vaccinia, herpes, cytomegalovirus),
jamur dan yeast (seperti Candida, Histoplasma) atau beberapa mikroorganisme atopik maka
dapat diduga terjadi defisiensi pada sel T. Sedangkan defisiensi pada sel B diduga terjadi bila
pernah atau sering mengalami infeksi yang berulang karena mikroorganisme yang dapat
teropsonisasi (seperti bakteri yang terkapsulisasi) atau virus yang melawan imunitas humoral
yang pada individu normal bekerja dengan baik (seperti rubella).1
DASAR HIV
A. Definisi ODHA
ODHA adalah orang dengan HIV / AIDS. Untuk memastikan seseorang dianggap ODHA ada
beberapa kriteria yang harus dipenuhi.
Batasan HIV: Anti-HIV (+)
Batasan AIDS: Sel CD4+ T lymphocyte < 200 mm3
Infeksi yang terdapat pada ODHA umumnya merupakan infeksi oportunistik, yang disebabkan
oleh bakteri/ flora normal yang pada keadaan biasa tidak pathogen tetapi menjadi pathogen
karena sistem imun yang tidak baik, pada kasus ini ditemukan oral thrush yang disebabkan oleh
Candida albicans. Diare pada pasien ini juga diakibatkan karena infeksi oportunistik dari bakteri
yang ada pada GIT.
5
B. Struktur HIV
Gp 120 dan gp 41 merupakan antigen yang terdapat pada bagian amplop dari HIV, berguna
untuk berikatan pada sel penjamu.
Inti dari virus ini terdapat 2 single stranded RNA yang memiliki enzim Reverese Transcriptase
yang berguna dalam mengubah struktur RNA virus menjadi DNA di dalam sel penjamu.
Gambar1. Human Immunideficiency Virus2
C. Cara Masuk dan Replikasi HIV
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang membawa kode genetik
menginfeksi sel dari sistem imun, terutama sel CD4+ dan secara progesif menyebabkan kematian
dari sel ini. Pada dasarnya, secara efisien virus ini hanya akan menyerang suatu sel yang
memiliki molekul CD4+ dan reseptor dari chemokine. Baik makrofag, sel dendritik maupun sel
Thelper memiliki reseptor untuk chemokine, namun hanya sel Thelper yang mempunyai molekul
6
CD4+ yang paling banyak di permukaannya. Oleh karena itu, sebenarnya, virus juga menyerang
makrofag dan sel dendritik, namun yang menjadi sasaran utama adalah sel CD4+.3
Gambar 2. Siklus Hidup HIV1
Telah disebutkan sebelumnya, bahwa HIV mempunyai amplop yang berupa lipid bilayer
yang terdiri dari molekul gp41 dan gp120. Ketika virus telah menempel pada sel host, molekul
gp120 berikatan dengan molekul CD4+ , dan ikatan tersebut diperkuat oleh chemokine yang juga
berikan dengan gp120. Ketika ikatan tersebut sudah kuat, maka molekul gp41 membuka. Pada
akhirnya membran sel HIV fusi dengan membran sel host dan memasukkan genom virusnya ke
dalam sitoplasma. Kemudian, dengan menggunakan enzim reverse transcriptase, RNA virus
mengalami perubahan menjadi double starnded DNA(3). Dan denagn menggunakan enzim
kedua, yaitu enzim integrase, double stranded DNA yang baru diintegrasikan ke dalam materi
genetik dari sel host. Virus DNA yang diintegrasikan tersebut disebut provirus.
Jika sel teraktivasi, akan terjadi proliferasi virus yang akan berakibat lisis dan kematian
dari sel yang terinfeksi. Masa ini disebut dengan masa laten. Namun, sel yang terinfeksi tersebut
7
relatif dormant dan bersembunyi selama bertahun-tahun, bahkan sepanjang hidup dari individu
tersebut.1
Ketika sel limfosit T, makrofag atau sel dendritik teraktivasi oleh stimulus eksterinsik,
seperti bakteri lain yang menginfeksi, sel tersebut merespon dengan menyalakan mekanisme
transcripsi atau sintesis gen sel tersebut dan terkadang dengan meproduksi sitokin. Hasil sintesis
tersebut sebagian ada yang dibawa ke dalam retikulum endoplasma, yang dengan bantuan
poliprotein precursor, akan dibentuk menjadi nukleokapsid. Dan pada akhirnya, virion tersebut
dirakit, digabungkan dengan nukleokapsid menggunakan enzim ketiga, enzim protease.
Infeksi HIV dapat ditularkan melalui faktor genetic, ibu yang mengidap HIV dapat
dipastikan dapat menulari bayinya. Namun dengan terapi obat, penularan ini dapat dicegah,
penggunaan ZDV atau nevirapine dapat mengurangi angka resiko penularan maternal ini.
D. Mekanisme HIV Menghindari Sistem Imun
HIV menghindari sistem imun dengan selalu mengubah asam amino dari protein pada
permukaan virion. Virus persisten juga selalu menghindari kontrol imun dengan pengasingan,
blokade antigen presentation, resistensi sitokin, menghindari aktivitas NK sel, menghindari sel
dari apoptosis dan antigen shift.
Anti-HIV juga tidak protektif karena:
1. CTL (Cytotoxic T Lymphocyte) tidak efektif membunuh virus karena virus mencegah sel
terinfeksi untuk mengekspresikan MHC – 1.
2. Antibody terhadap glikoprotein envelop,seperti gp 120 dapat inefektif,karena virus cepat
memutasikan regio gp120 yang merupakan sasaran antibody.4
E. Obat ARV
Obat ARV secara umum terbagi atas 5 kelas, yaitu
1. Reverse Transcriptase Inhibitors yang terdiri dari Nucleosides Reverse Transcriptase
Inhibitors (NRTI), Nucleotides, dan Nonnucleosides Reverse Transcriptase Inhibitors.
8
Golongan obat ini secara umum bertujuan untuk menghambat kerja dari enzim Reverse
Transcriptase yang dimiliki oleh HIV
2. Protease Inhibitors, berguna untuk menghambat kerja enzim protease sehingga
polipeptida tidak dapat diubah menjadi virus virus baru.
3. Entry Inhibitors
a. Fusion inhibitor : terikat dengan protein virus (gp41) dan menghambat peleburan
virus dan membran
b. Antagonis coreseptor : menghambatan ikatan protein virus gp120 dengan coresesptor
CCR5 di membran sel.
4. Integrase Inhibitors, berguna untuk menghambat kerja enzim integrase yang
mengakibatkan DNA provirus tidak dapat berubah menjadi DNA seluler (sel host)
Pada umumnya, terapi antiretroviral menggunakan satu dari dua regimen, masing-masing
regimen terdiri dari tiga obat. Regimen pertama terdiri dari dua Nucleosides Reverse
Transcriptase Inhibitors (NRTI) dan satu Protease Inhibitors.
Regimen kedua terdiri dari Nucleosides Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI) dan satu
Nonnucleosides Reverse Transcriptase Inhibitors.
Gabungan dari kedua regimen ini dinamakan HAART, yang merupakan kepanjangan
untuk Highly Active Antiretroviral Therapy. HAART sangat efektif untuk memberi harapan
hidup yang lebih panjang bagi penderita HIV. Obat ini bekerja menghambat enzim-enzim yang
digunakan HIV untuk memasuki sel penjamu dan memperbanyak diri.
F. Pencegahan Infeksi HIV
Ada beberapa jenis program pencegahan yang terbukti sukses di terapkan di beberapa
negara dan amat dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk dilaksanakan secara
beriringan dan sekaligus, yaitu :
a) Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda
Pendidikan di sekolah untuk kesehatan reproduksi memang masih perlu di pikirkan
strategi penerapannya, khususnya di sekolah dan di universitas. Namun penyusunan
9
kurikulum nasional tentang HIV dan AIDS ini perlu disegerakan mengingat
mendesaknya kebutuhan akan tenaga kesehatan yang mengerti seluk beluk HIV/AIDS
ini.
b) Program penyuluhan sebaya untuk berbagai kelompok sasaran
Cukup banyak LSM yang mempunyai pengalaman dan sasaran yang berbeda-beda yang
telah berjalan sekarang ini, sehingga terasa sekali manfaatnya dan keberhasilannya dalam
edukasi ke dalam masyarakat.
c) Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik
Pengenalan tentang HIV/AIDS sangat efektif jika disiarkan dan diedukasikan melalui
media yang selalu disantap masyarakat, sehingga setiap momentum terkait penyakit ini
perlu di manfaatkan untuk mendorong partisipasi media untuk mengenalkan dan
mendukung kegiatan kegiatan ini.
d) Program pendidikan agama
Pendidikan agama dapat berjalan baik tentunya dengan partisipasi orang tua, keluarga
dan sekolah. Pendekatan ini dirasa cukup baik dalam pencegahan terhadap bahaya HIV/
AIDS.
e) Program layanan pengobatan infeksi menular seksual (PMS)
Masyarakat kerap kali malu untuk datang berkonsultasi atau berobat terkait dengan
penyakit PMS yang dideritanya sehingga mungkin dipendamnya dan dapat ditularkan ke
orang lain.
f) Program promosi kondom di lokalisasi dan panti pijat
Besarnya potensi dan penularan HIV/AIDS di tempat-tempat tertentu ini perlu menjadi
perhatian khusus dengan lebih memberikan edukasi dan tata cara pencegahan khususnya
penggunan kondom.
g) Program pengadaan tempat tes HIV dan konseling
Diharapkan dengan banyaknya tempat tes yang lebih dekat dengan suasana yang lebih
akrab dapat menarik hati masyarakat.
Dukungan untuk anak jalanan dan pembasmian prostitusi anak
Untuk program ini memang sangat dibutuhkan kerjasa setiap aspek lapisan masyarakat.
10
h) Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan dan dukungan
untuk ODHA.
i) Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan obat ARV.5
G. Penatalaksanaan Pasien
1. Terapi non medika mentosa
Seperti memberikan konseling,karena bila seseoorang telah terjangkit HIV,maka dia akan
mendapatkan tekanan mental,baik yang didapatkan dari dirinya sendiri,maupun dari masyarakat
sekitar.terapi ini di berikan dengan tujuan supaya pasien lebih tegar untuk menjalani proses
kehidupannya serta supaya pasien tidak melakukan hal – hal yang dapa merugikan orang
lain,seperti : menularkan HIV kepada orang lain.
Konseling yang dapat diberikan misalnya : konseling agama,cara hidup yang sehat,dsb.
2. Terapi medika mentosa
Karena pada studi kasus terdapat keluhan seperti demam ringan,diare yang hilang
timbul,serta feses yang terdapat lender dan darah,maka dapat diberikan terapi simptomatik
seperti pemberian paracetamol untuk menurunkan demamnya.
Selain itu juga,terapi dengan steroid dosis tinggi dapat mengurangi gejala inflamasi alergi akut
dan mencegah kerusakan parenkim paru dan bronkus yang bersifat irreversible.
Karena pada pasien ini terdapat TBC,maka kita juga memberikan obat anti tuberculosis(OAT).
Pada prinsipnya,pemberian OAT pada ODHA tidak berbeda denagn pasien HIV negative.
Interaksi antera OAT dan ARV terutama efek hepatotoksiknya,maka harus sangat diperhatikan.6
H. Prognosis
Prognosis ad vitam : ad malam
Karena HIV menyerang system imun tubuh,maka akibatnya tubuh pasien akan mengalami suatu
keadaan imunodefisiensi yang akan mengakibatkan rentannya terhadap suatu infeksi oportunistik
yang bisa menyebabkan kematian.
Prognosis ad functionam : dubia ad malam
11
Karena dalam kasus ini fungsi organ dari pasien ini masih cukup baik,tetapi keadaan
tersebut akan semakin memburuk apabila pasien tidak hidup sehat dan tidak minum obat secara
teratur.
Prognosis ad sanationam: ad malam
Karena infeksi HIV bersifat permanen apabila tidak diobati sedini mungkin.
KESIMPULAN
Imunitas adalah sistem mekanisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh antigen.
Kelainan sistem imun terdiri dari dua jenis, defisiensi imun primer dan sekunder, HIV
merupakan defisiensi imun sekunder, dikarenakan didapat karena pola hidup yang tidak benar.
Terdapat obat golongan ARV yang berguna untuk mencegah enzim-enzim yang dimiliki HIV
untuk bekerja
DAFTAR PUSTAKA
1. Rote NS, Huether SE. Inflammation. Huether SE, McCance KL, editors. Understanding
Pathophysiology. 3rd ed. Philadelaphia, PA: Mosby; 2004; p. 207, 11.
2. Gambar 1. Available at
http://3.bp.blogspot.com/_CqNDxOg7XCE/TGj1eBSoacI/AAAAAAAAABQ/1-
4BJKMkpZ8/s1600/HIV+virus.png. Accessed on October 1st, 2011.
12
3. Abbas AK, Litchman AH. Basic Immunology. 2nd ed. Philadelaphia, PA: Elsevier; 2004;
p. 217-19.
4. Baratawidjaja K G, Rengganis I. Imunologi Dasar: Defisiensi Imun. 9th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010; p.506.
5. Pencegahan HIV/ AIDS. Available at
http://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids/pencegahan. Accessed on October 1st,
2011.
6. Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS Di Indonesia. In:WS Aru, S Bambang, A Idrus, SK
Marcellus, S Siti, editors. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing; p.2886.
13