makalah ai

16
PENDAHULUAN Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening, memiliki ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Neutrofil memiliki umur tidak lebih dari 7 sampai 10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun sampai berpuluh-puluh tahun. Limfosit dibagi kedalam 3 kelompok utama yaitu : Pertama adalah Limfosit B yang berasal dari sel stem yang berada didalam sumsum tulang dam tu,buh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi. Kedua adalah Limfosit T yang terbentuk dari jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana yang bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk kedalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan. Dan ketiga adalah Sel pemusnah alami yang mempunyai ukuran lebih besar dari limfosit B dan T, dinamai sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu. Istilah alami di digunakan karena mereka siap membunuh sejumlah sel target segera setelah mereka terbentuk, tidak perlu melewati pematangan dan proses belajar seperti pada limfosit B dan T.

Upload: nurulnuyu

Post on 26-Nov-2015

70 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

imunologi

TRANSCRIPT

PENDAHULUANLimfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening, memiliki ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Neutrofil memiliki umur tidak lebih dari 7 sampai 10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun sampai berpuluh-puluh tahun. Limfosit dibagi kedalam 3 kelompok utama yaitu : Pertama adalah Limfosit B yang berasal dari sel stem yang berada didalam sumsum tulang dam tu,buh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi. Kedua adalah Limfosit T yang terbentuk dari jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana yang bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk kedalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan. Dan ketiga adalah Sel pemusnah alami yang mempunyai ukuran lebih besar dari limfosit B dan T, dinamai sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu. Istilah alami di digunakan karena mereka siap membunuh sejumlah sel target segera setelah mereka terbentuk, tidak perlu melewati pematangan dan proses belajar seperti pada limfosit B dan T.

PEMBAHASAN1. STRUKTUR SEL LIMFOSIT TPerkembangan sel TPerkembangan sel limfosit T terjadi di thymus pada waktu terakhir perkembangan fetus sehingga anak-anak . Thymus berhenti memproduksi sel limfosit T setelah anak-anak mencapai akil baligh dan jumlah sel limfosit T ini dipertahankan dengan berproliferasi di perifer. Perkembangan sel limfosit T ini dimulai oleh pluripotent hemopoietic stem cell yang akan berdiferensiasi menjadi common lymphoid progenitor. Common lymphoid progenitor akan berdiferensiasi menjadi pro-limfosit B dan pro-limfosit T. Pro-limfosit T selanjutnya akan mengekspresikan resptor pre-limfosit T. Pro-limfosit T yang gagal mengekspresikan reseptor antigen, sel tersebut akan mengalami apoptosis. Pro-limfosit T yang menang mengekspresikan reseptor antigen akan terus menjadi prelimfosit T . Pre-limfosit T ini akan terus berproliferasi. Setelah menang mengekspresikan dua reseptor antigen, pre-limfosit T akan menjadi sel limfosit yang imatur. Sel imatur ini memiliki positif ganda (double positive) dimana limfosit ini memiliki CD4 dan CD8.Sel limfosit T(CD4 dan CD8) ini akan mengalami seleksi positif dan seleksi negatif. Seleksi positif akan terjadi di kortex timus. Pada kortex timus, apabila sel limfosit T mengenali self-HLA (self-human leukocyte antigen) pada epithelium timus, epithelium timus akan mengantar sinyal yang membuat sel limfosit tersebut terus hidup. Proses ini dinamakan seleksi positif. Pada waktu yang sama, sel limfosit yang mengenali HLA kelas I akan kehilangan CD4 dan yang mengenali HLA kelas II akan kehilangan CD8. Ini akan menyebabkan HLA I akan dikenali oleh CD8 sedangkan HLA II akan dikenali oleh CD4.Sel limfosit akan bergerak ke medulla thymus dan bertemu dengan sel dendritik. Sel ini secara aktif menunjukkan self-peptides normal dari lingkungan dan dari sitoplasma. Seleksi negatif pula berlaku di medulla thymus. Di medulla thymus, apabila reseptor sel T mengenali self-peptides dan HLA, sel limfosit T ini akan dieliminasi. Kurang lebih 90% sel limfosit mati pada proses seleksi negatif dan seleksi positif. Hasil dari seleksi positif dan seleksi negatif adalah sel T CD8 yang akan mengenali infeksi intraselular dan sel T CD4 yang akan mengenali antigen dari fagosom. Sel T CD4 dan CD8 ini dikenali sebagai naive T cells.

Aktivasi sel TApabila naive T cells mengenali antigen mikroba yang dipresentasikan oleh APCs (antigen presenting cells) sebagai sinyal pertama dan mendapat sinyal dari costimulator sebagai singal kedua, naive T cells tersebut akan diaktifkan. Apabila teraktivasi, CD4 (naive T cells) akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi T helper 1 dan 2 (TH1 dan TH2). Makrofag dan sel dendritik (APCs) akan berespon kepada bakteri dan virus dengan mensekresi sitokin yang dikenal sebagai Interleukin -12 (IL-12). Apabila naive T cells mengenali antigen yang dipresentasikan oleh APCs tersebut, naive T cells tersebut akan dirangsang oleh IL-12. Rangsangan dari IL-12 ini yang akan mempromosikan diferensiasi naive T cells tersebut menjadi TH1 dimana TH1 ini akan memproduksikan Interferon- (IFN-) yang akan mengaktifkan makrofag untuk membunuh mikroba. Pada infeksi mikroba yang tidak diproduksi IL-12 oleh APCs seperti infeksi cacing, sel limfosit T sendiri yang akan memproduksikan IL-4. Produksi IL-4 ini akan menginduksi naive T cells menjadi TH2.Kebayakkan CD4 akan berdiferensiasi menjadi subset TH1 dan TH2. Selain berdiferensiasi menjadi TH1 dan TH2, 10% dari CD4 ini akan membentuk regulatory T (Treg) cells. CD8 pula akan teraktivasi menjadi cytolytic T lymphocytes (CTLs) apabila mengenali antigen yang dipresentasikan oleh APCs dan mendapat sinyal dari costimulator. Deferensiasi naive CD8 menjadi CTLs diikuti pembentukan sintesis molekul yang akan membunuh sel yang terinfeksi.Beberapa fraksi dari limfosit T yang diaktivasi oleh antigen akan berdiferensiasi menjadi sel memori T yang akan hidup lama. Sel memori T ini akan berada dalam tisu limfoid, di mukosa dan dalam sirkulasi darah. Sel memori T tidak berterusan memproduksi sitokin atau membunuh sel yang terinfeksi tetapi mampu melakukannya secara cepat apabila berjumpa antigen yang dikenali. Subset dari sel memori T yang dikenal sebagai sel memori T sentral berada di tisu limfoid dan bertanggungjawab terhadap ekspansi klonal apabila mendapat serangan infeksi yang sama untuk kedua kalinya. Selain itu terdapat juga subset yang dikenal sebagai effector memory cells yang berada pada tisu mukosa.

2. FUNGSI LIMFOSIT TLimfosit T memainkan fungsi penting dalam pertahanan tubuh, bisa dibagi kepada dua bagian yaitu sebagai regulator dan sebagai efektor. Fungsi regulator dari limfosit T dijalankan terutamanya oleh sel T helper (CD4+), yang memproduksi interleukin. Fungsi UtamaSitokin

Aktivasi antigen-spesifik T-helper cell untuk berproliferasiIL-2

Aktivasi cytotoxic T lymphocyte (CTL)IL-2

Aktivasi limfosit BIL-4 dan IL-5

Aktivasi makrofagInterferon gamma

Fungsi efektor dari limfosit T diperankan oleh sel T sitotoksik (CD8+), yang membunuh sel terinfeksi virus, sel tumor dan allograft. Sel CD4 menjalankan fungsi-fungsi berikut:1) membantu sel B menjadi sel plasma yang memproduksi antibody2) membantu sel T CD8 menjadi CTL aktif3) membantu makrofag bereaksi terhadap delayed hypersensitivity.Fungsi-fungsi ini diperankan oleh dua subset dari sel CD4 : sel Th-1 membantu aktivasi CTL dengan memproduksi IL-2 dan memicu respons delayed hypersensitivity dengan memproduksi IL-2 dan interferon gamma. Sementara itu, sel Th-2 membantu sel B dengan mensekresi IL-4 dan IL-5. Regulator keseimbangan di antara sel Th-1 dan Th-2 adalah interleukin-12 (IL-12), yang diproduksi makrofag. IL-12 menambah jumlah sel Th-1, dan menambah ketahanan tubuh terhadap antigen yang menyebabkan delayed hypersensitivity. Interferon gamma juga berperan sebagai regulator dengan menginhibisi produksi sel Th-2. CD4 mengisi 65% dari sel T perifer dan terbanyak di medulla timus, tonsil dan darah.Untuk mendapatkan respons imun yang efektif terhadap mikroba tertentu, diperlukan salah satu Th-1 atau Th-2 memainkan perana dominan di dalam respons tersebut. Sebagai contoh, jika seseorang terinfeksi M. tuberculosis dan Th-2 berperan lebih dominan akan memicu respon imun seluler berbanding respon imun humoral yang dipicu oleh Th-1. Lipoprotein pada permukaan bakteri berinteraksi dengan toll-like receptor spesifik pada permukaan makrofag, yang memicu produksi IL-12 oleh makrofag. IL-12 merangsang differensiasi T helper nave bersesuaian dengan antigen. Limfosit CD8 menjalankan fungsi sitotoksik ; membunuh sel terinfeksi virus, sel tumor dan allograft. Mekanisme dari response ini diterangkan selanjutnya.

Limfosit T sebagai regulatorLimfosit T memainkan peranan penting dalam regulasi imunitas humoral (antibody) dan imunitas seluler.A. Membantu sel B memproduksi Antibodi

Aktivasi sel B oleh T helper.Produksi antibodi oleh limfosit B memerlukan bantuan T helper, terutama jika terjadi invasi T-dependent antigen yang terdiri dari molekul protein ke dalam tubuh. Antigen presenting cells, diperankan oleh limfosit B atau makrofag, akan menginternalisasi antigen yang telah berikatan dengan IgM atau IgD dan memecahkan antigen tersebut kepada fragmen-fragmen kecil. Sebagian fragmen tersebut diekspresikan pada permukaan APC dengan bantuan molekul class II MHC. Fragmen yang telah diekspresi akan berinteraksi dengan reseptor pada limfosit T helper dan dengan ransangan costimulatory signal yang dilepaskan oleh protein B7 pada limfosit B yang berinteraksi dengan protein CD28 limfosit T helper, T helper melepaskan sitokin-sitokin seperti IL-2, IL-4 (B-cell growth factor) dan IL-5 (B-cell differentiation factor) . IL-4 dan IL-5 menginduksi class switching IgM kepada kelas-kelas immunoglobulin berlainan, seperti IgG, IgA dan IgE. Faktor-faktor ini yang akan menstimulir limfosit B untuk berproliferasi dan berdiferensiasi kepada sel plasma yang bekerja menghasilkan antibodi. Interleukin saja tidak cukup untuk mengaktifkan proliferasi limfosit B. Ligan CD40 (CD40L) pada membran limfosit T yang teraktivasi harus berinteraksi dengan protein CD40 pada limfosit B supaya limfosit B bisa berproliferasi dan berdifferensiasi menjadi sel plasma. Selain itu, terdapat juga interaksi beberapa jenis protein lain yang bertujuan untuk memperkuat ikatan di antara T helper dan APC limfosit B; contohnya, CD28 pada limfosit T dengan B7 pada limfosit B. Jika terjadi respon tubuh terhadap T-dependen antigen, semua kelas antibody dihasilkan (IgM, IgG, IgA, dll). Sementara respon terhadap T-independen antigen, yang terutama dihasilkan adalah IgM. Ini menunjukkan bahawa sitokin yang disekresi oleh T helper diperlukan supaya terjadinya class switching. Respons T-dependen antigen menghasilkan sel memori limfosit B; Sementara T-independen respons tidak menghasilkan sel memori. T-independent antigen terdiri daripada bakteri polisakarida yang tidak boleh berikatan dengan MHC kelas II, sementara T-dependen antigen berasal dari peptida boleh berikatan dengan molekul MHC kelas II dan mengaktivasikan limfosit T helper.

B. Imunitas selulerDalam respons imun seluler, hal yang berlaku sama seperti di atas. Antigen diproses oleh makrofag, dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil, dan dipresentasi pada permukaan membran oleh molekul MHC kelas II, lalu berinteraksi dengan reseptor pada sel T helper yang akan melepaskan sitokin seperti IL-2 (T-cell growth factor), merangsang proliferasi CTL (cytotoxic T lymphocyte) dan T helper spesifik.C. Menekan Respons ImunSebagian limfosit T dapat menekan produksi antibodi. Gagal fungsi tersebut bisa menyebabkan penyakit autoimun, bila antibody mengenal sel-sel tubuh sebagai antigen. Di saat terjadinya ketidakseimbangan jumlah atau aktivitas di antara sel CD4 dan CD8, hal ini berdampak negatif terhadap respons imun seluler. Sebagai contoh, pada AIDS (acquired immunodeficiency syndrome), ratio normal sel CD4:CD8 (> 1.5) berkurang dengan hebatnya. Sel CD4 dimusnahkan oleh oleh virus HIV dan secara langsung mengakibatkan jumlah sel CD8 bertambah. Ketidakseimbangan ini; penurunan jumlah sel T helper dan aktivitas suppressor yang meningkat, menyebabkan host rentan terhadap infeksi opprtunistik dan neoplasma.Satu bagian penting dalam respons host terhadap infeksi adalah peningkatan ekspresi protein MHC kelas I dan MHC kelas II yang diinduksi oleh berbagai sitokin seperti interferon gamma. Peningkatan jumlah protein MHC menyebabkan peningkatan APC dan respon imun yang lebih agresif. Bagaimanapun, sebagian virus boleh mensupresi peningkatan ekspresi MHC, dengan cara demikian memperbesar peluang hidup virus. Sebagai contoh, virus hepatitis B, adenovirus dan cytomegalovirus menekan peningkatan ekspresi protein MHC kelas I, hingga menurunkan respons CTL terhadap infeksi.Apabila terjadi pertemuan dengan self antigen, beberapa self-reactive T lymphocytes akan berkembang menjadi sel T regulator yang berfungsi untuk mencegah atau menekan aktivasi dari self-reactive limfosit yang lain. Sebagian sel T regulator memproduksi sitokin,seperti TGF dan IL-10,yang memblokir aktivasi limfosit dan makrofag. Sel regulator juga berinteraksi secara langsung dan menekan limfosit lain atau APCs tanpa melibatkan sitokin. Fungsi sel regulator bergantung kepada faktor transkripsi,yaitu FoxP3. Mutasi FoxP3 pada manusia akan mengakibatkan penyakit sistemik, multi-organ autoimun.

Limfosit T sebagai efektorTerdapat dua komponen penting dalam pertahanan host yang dimediasi oleh sel T.A. Delayed Hypersensitivity (Type IV hypersensitivity)

Reaksi delayed hypersensitivity dihasilkan terutama untuk melawan antigen mikroorganisme intraseluler termasuk sebagian fungi seperti histoplasma dan Coccidiodes, dan sebagian bakteri intraseluler seperti M. tuberculosis. Delayed hypersensitivity dimediasi makrofag dan sel CD4, terutamanya Th-1. Sitokin-sitokin berperan dalam reaksi ini termasuk interferon gamma. Sel CD4 memproduksi interleukin, dan makrofag adalah efektor utama delayed hypersensitivity. Pada infeksi M. tuberculosis, sejenis lipoprotein pada bakteri tersebut menstimulir toll-like receptor pada makrofag, mendorong makrofag mensintesa IL-12. IL-12 kemudian menginduksi sel T helper nave untuk berdifferensiasi menjadi Th-1 yang berperan dalam delayed hypersensitivity.

B. Cytotoxicity

Response sitotoksik terutamanya berkaitan dengan sel yang terinfeksi virus dan sel tumor, juga berperan dalam penolakan graf. Respon terhadap sel yang terinfeksi virus adalah dengan sel limfosit CD8 harus mengenal kedua-dua antigen virus dan molekul MHC kelas I di permukaan membran sel yang terinfeksi. Untuk membunuh sel tersebut, CTL harus menerima signal sitokin dari sel T helper; sel T helper teraktivasi bila mengenal antigen virus yang diekspresi oleh MHC kelas II pada APC seperti makrofag, lalu menghasilkan sitokin seperti IL-2, yang menstimulir ekspansi klonal dari CTL yang teraktivasi. CTL membunuh sel yang terinfeksi virus dengan memasukkan perforin dan degradative enzymes dipanggil granzymes ke dalam sel terinfeksi. Perforin membentuk sebuah kanal melewati membrane, mengakibatkan isi dalam sel hilang dan sel mati. Granzymes adalah protease yang menhancurkan isi dalam sel, lalu mengakibatkan kematian sel. Selepas membunuh sel terinfeksi, CTL tidak mengalami kerusakan dan bisa meneruskan fungsinya, bagaimanapun, CTL tidak efektif terhadap virus bebas, hanya sel yang terinfeksi virus.

Mekanisme ketiga dari CTL untuk membunuh sel target adalah interaksi Fas-Fas ligand (FasL). Fas adalah sejenis protein yang dipajan pada permukaan sel. Bila reseptor CTL mengenal epitop pada target sel, FasL terinduksi dan apoptosis dari target sel berlaku. NK sel juga membunuh target sel dengan menggunakan mekanisme ini. Selain itu, sel terinfeksi virus boleh dimusnahkan dengan cara antibody-dependent cellular cytotoxicity (ADCC). Antibodi berikatan pada permukaan sel terinfeksi dikenal oleh reseptor IgG pada fagosit, seperti makrofag atau sel NK, dan sel tersebut dimusnahkan. AADC bisa juga membunuh cacing, yang mana antibody berperan adalah IgE dan eosinofil sebagai efektor.

Kebanyakan sel tumor membentuk antigen baru di permukaan selnya. Antigen ini berikatan dengan protein MHC kelas I yang dikenal oleh CTL, yang akan berproliferasi hasil dari stimulir IL-2. Hasil dari proliferasi akan menghasilkan CTL yang dapat membunuh sel tumor, dan kejadian ini dipanggil immune surveillance. Pada respon terhadap allograft, CTL mengenal molekul protein MHC kelas I pada permukaan sel asing tersebut. T helper mengenal MHC kelas II yang asing pada sel-sel tertentu seperti makrofag dan limfosit. T helper yang aktif mensekresi IL-2, menginduksi proliferasi CTL dan membunuh sel pada allograft.

3. MASALAH KLINISSindroma DiGeorge adalah kelainan sistem imun yang disebabkan karena perkembangan timus (kelenjar paratiroid) tidak sempurna dan juga karena kegagalan maturasi sel T. Penderita penyakit ini bisa membaik karena jumlah jaringan timus yang sedikit dapat membantu pematangan sel T. KESIMPULAN

Limfosit-T sering kali dinamai sesuai dengan molekul pada permukaannya. Limfosit-T CD4 adalah sel T dari sistem kekebalan yang mempunyai molekul CD4 pada permukaannya; limfosit-T CD8 mempunyai molekul CD8. Kedua sel ini memiliki reseptor pada permukaannya. Masing-masing memiliki sekitar 10.000 atau lebih tiruan molekul reseptor antigen tertentu pada permukaan selnya. Pada orang dewasa yang sehat, sekitar separuh sel T CD4 adalah sel naif dan separuhnya lagi adalah sel memori. Fungsi Limfosit T adalah untuk membantu/mengontrol system imun spesifik, menstimulasi sel B untuk membelah dan memproduksi antibody, mengaktivasi dua jenis sel T lainnya dan mengaktivasi makrofag untuk bersiap memfagositosis

DAFTAR PUSTAKA

1. Abbas AK, Lichtman AH. Basic Immunology Functions and Disorder of The Immune System. 2nd ed. Saunders Elsevier : Philadelphia ; 2006. Bab 5.2. Helbert Matthew. Flesh and Bones of Immunology. Saunders Elsevier : Philadelphia ; 2006.3. Levinson Warren. Medical Microbiology and Immunology Examination and Board Review. McGraw Hill Companies : California ; 20044. Cytotoxic T Lymphocytes (CTL) Accessed on 25 July 2010. Available at : http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/C/CTL.html5. Regulatory T Cell Accessed on 25 July 2010. Available at: http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/T/Treg.html