makalah agroklim
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
TUGAS TERSTRUKTUR
AGROKLIMATOLOGI
KEBUTUHAN IKLIM TANAMAN HORTIKULTURA ( CABE, KOBIS,
BUNCIS, SAWI DAN JAGUNG )
NAMA : ROSI RETNOWATI
NIM : A1L011003
PRODI : AGROTEKNOLOGI (A)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam usaha budidaya harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman secara ekologi, baik faktor biotik dan abiotik di lingkungan
tumbuh tanaman tersebut. Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua
makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Faktor abiotik, yaitu
terdiri dari benda-benda mati seperti air, tanah, udara, cahaya, matahari dan
sebagainya. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan
berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.
Tanaman dalam kondisi alamiah maupun dibudidayakan dengan pertanian
seringkali mengalami stres akibat kondisi lingkungan (environmental stresses).
Stres biasanya didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak menguntungkan yang
berpengaruh terhadap tanaman.
Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh
lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan
merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan
speises tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya
belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga.
Pertumbuhan suatu tanaman yang diproduksi akan selalu dipengaruhi oleh faktor
dalam maupun faktor luar dari tanaman itu sendiri. Faktor dalam dari taman itu
adalah genetika dari tanaman tersebut yang terekspresikan melalui pertumbuhan
sehingga diperoleh hasil, sedangkan faktor luarnya adalah faktor biotik maupun
abiotik yang meliputi unsur – unsur yang menjadi pengaruh pada kualitas dan
kuantitas produksi alam, antara lain iklim, curah hujan, kelembaban, intensitas
cahaya, kesuburan tanah, serta ada tidaknya hama dan penyakit. Oleh sebab itu,
mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tentunya
menjadi sangat bermanfaat. Untuk dapat memanfaatkan unsur – unsur tersebut
secara optimal maka perlu adanya perlakuan khusus pada tanaman tersebut, antara
lain pengolahan tanah, pemilihan bibit atau varietas unggul, pengaturan kebutuhan
benih pada petak, pengaturan jarak tanam, pengaturan pemupukan, pengaturan air
irigasi, pengendalian hama dan penyakit, hingga akhirnya diperoleh hasil panen
atau produksi pertanian.
BAB II
KEBUTUHAN IKLIM TANAMAN HORTIKULTURA
A. SAWI
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis
sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, jenis sayuran ini
mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan karena mempunyai
kandungan gizi yang cukup tinggi. Keadaan alam Indonesia
memungkinkan dilakukannya pembudidayaan berbagai jenis tanaman
sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Hal
tersebut menyebabkan Indonesia ditinjau dari aspek klimatologis sangat
potensial dalam usaha bisnis sayur-sayuran.
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berudara panas
maupun berudara dingin sehingga dapat dibudidayakan di daerah dataran
tinggi maupun dataran rendah.meskipun begitu tanaman sawi akan lebih
baik jika ditanam didataran tinggi. Berhubung selama pertumbuhannya
tanaman sawi memerlukan suhu yang rendah, maka akan lebih cepat
tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Tanaman ini tidak senang
pada air yang menggenang dengan demikian, tanaman ini cocok bila
ditanam pada akhir musim penghujan. Matahari merupakan faktor utama
diantara faktor iklim yang lain. Tidak hanya sebagai sumber energi primer
tetapi karena bepengaruh terhadap keadaan faktor-faktor yang lain seperti
suhu, kelembaban dan angin.
Perlakuan penyinaran berhubungan dengan jenis tanaman menurut
panjang hari. Jenis tanaman hari panjang dan tanaman hari pendek
dirangsang pembungaannya dengan perlakuan penyinaran. Perlakuan
penyinaran dilakukan dengan menggunakan lampu neon dengan intensitas
cahaya berkisar 70 – 200 lux. Jadi penanaman yang dilakukan tanpa
menggunakan sinar matahari dapat dilakukan dengan mengganti sumber
cahaya matahari dengan menggunakan cahaya buatan seperti cahaya
lampu, sehingga penanaman suatu tanaman diharapkan dapat dilakukan
diluar musim tanamnya.
Klasifikasi tanaman sawi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae (suku sawi-sawian)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa var. parachinensis L
Beberapa kebutuhan iklim pada tanaman sawi, antara lain :
a. Suhu udara : Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang
berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan
dari dataran rendah sampai dataran tinggi.Pada kenyataannya hasil
yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi pertumbuhan yang optimal
pada kisaran suhu 160C-18,50C. Tanaman tidak tumbuh baik apabila
suhu maksimum 27o- 290C dan suhu minimum 6o- 80C. Sayuran
dataran tinggi memiliki penyesuaian yang baik dengan dataran rendah.
b. Lama penyinaran : lama penyinaran untuk proses pertumbuhan
tanaman sawi yang baik adalah 10-13 jam penyinaran.
c. Curah hujan : curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman sawi
adalah sekitar 200 mm/bulan.
d. Kelembaban udara : Tanaman sawi dapat tumbuh dengan baik pada
lingkungan yang mempunyai kisaran kelembaban udara antara 80 –
90% (Splittstoesser, 1984).
e. Kecepatan angin : Angin merupakan salah satu komponen
agroklimatologi dan faktor penting dalam budidaya tanaman
hortikultura. Pada dasarnya semua tanaman hortikultura memiliki
respon yang tidak berbeda nyata terhadap angin(dalam hal ini
Kecepatan Angin) yang dibutuhkan dalam penyebaran pollen (serbuk
sari) dalam proses penyerbukkan dan penyerapan gas dari atmospher.
Bentuk tanaman juga dipengaruhi rerata kecepatan angin yang mana
tanaman hortikultura umumnya memiliki toleransi terhadap kecepatan
angin tak lebih dari 22 knot. Menurut USDA(1976) tanaman akan
mengalami kemudahan dalam mengambil karbon dioksida di udara
pada kecepatan udara antara 0,1 hingga 0,25 m/s.
f. Penguapan air : Angin mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya
uap air disekitar tanaman, sehingga memberikan kesempatan
terjadinya penguapan lebih lanjut.
B. CABE
Cabe adalah kerabat lada dan termasuk dalam suku sirih-sirihan
atau Piperaceae. Dikenal pula sebagai cabai solak (Madura) dan cabia
(Sulawesi). Tumbuhan asli Indonesia ini populer sebagai tanaman obat
pekarangan dan tumbuh pula di hutan-hutan sekunder dataran rendah
(hingga 600m di atas permukaan laut). Tumbuhan ini produknya telah
dikenal oleh orang Romawi sejak lama dan sering dikacaukan dengan lada.
Di Indonesia sendiri buah keringnya digunakan sebagai rempah pemedas.
Sebelum kedatangan cabai (Capsicum spp.), tumbuhan inilah yang disebut
"cabe". Cabai sendiri oleh orang Jawa dinamakan "lombok". Cabai jamu
dapat tumbuh di lahan ketinggian 0-600 meter di atas permukaan laut
(dpl), dengan curah hujan rata-rata 1.259-2.500 mm/tahun.
Tanah lempung berpasir, dengan struktur tanah gembur dan
berdrainase baik, merupakan lahan yang cocok untuk budidaya cabe jamu.
Tanaman itu memiliki keunggulan dapat tumbuh di lahan kering berbatu.
Keberadaan tanggul batu di pematang tegalan dapat dijadikan media
merambatnya cabe jamu secara alami. Bentuk tanamannya seperti sirih,
merambat, memanjat, membelit, dan melata. Daunnya berbentuk bulat
telur sampai lonjong, pangkal daun berbentuk jantung atau membulat,
ujung daun runcing dengan bintik-bintik kelenjar. buahnya majemuk bulir,
bentuknya bulat panjang atau silindris, dan ujungnya mengecil. Buah yang
belum tua berwarna kelabu, kemudian menjadi hijau, selanjutnya kuning,
merah, serta lunak. Rasanya pedas dan tajam aromatis.
Tanaman cabai temyata masih saw famili (solanaceae) dengan
tanaman kentang, tomat, terung, ranti, dan tekokak, sehingga
kemungkinan adanya kesamaan dalam serangan hama dan penyakit.
Namun tanaman cabai tidak berkerabat dekat dengan tanaman cabai Jawa
(Piper retrofractrum), meskipun sama-sama memiliki nama cabai.
Penamaan cabai Jawa memang salah kaprah, karena hanya didasarkan
dengan bentuk buah tanaman ini yang menyerupai cabe. Sebenarnya,
tanaman cabai Jawa lebih berkerabat dekat dengan tanaman lada (P.
nigrum). Buah cabai jamu memiliki khasiat sebagai obat sakit perut,
masuk angin, beri-beri, rematik, tekanan darah rendah, kolera, influenza,
sakit kepala, lemah syahwat, bronkitis, dan sesak napas. Karena itu, cabe
jamu banyak dibutuhkan sebagai bahan pembuatan jamu tradisional dan
obat pil/kapsul modern serta bahan campuran minuman. Rasa pedas itu
berasal dari senyawa piperin, dengan kandungan sekitar 4,6 persen.
Klasifikasi tanaman cabe :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Beberapa kebutuhan iklim pada tanaman cabe, antara lain :
a. Suhu udara : Temperatur yang baik minimal 16 derajat celcius, optimal
27 derajat celcius, maksimal 32 derajat celcius
b. Lama penyinaran : Lama penyinaran yang dibutuhkan tanaman cabai
antara 10 -12 jam sehari.
c. Curah hujan : 1500-2500 mm / bulan dengan distribusi merata
d. Kelembaban udara : kelembaban udara yang diperlukan tanaman cabe
untuk tumbuh optimal adalah 80 %
e. Kecepatan angin : patan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan
antara 10 — 20 km/jam (angin sepoi-sepoi). Angin yang ter lalu
kencang justru akan merusak tanaman.
f. Penguapan air : Angin mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya
uap air disekitar tanaman, sehingga memberikan kesempatan
terjadinya penguapan lebih lanjut.
C. KUBIS
Keluarga kubis-kubisan memiliki jenis yang cukup banyak. Yang
lazim ditanam di Indonesia, antara lain kubis, kubis bunga, brokoli, kubis
tunas, kubis rabi, dan kale. Jenis kubis-kubisan ini diduga dari kubis liar
Brassica oleracea var. sylvestris, yang tumbuh di sepanjang pantai Laut
Tengah, pantai Inggris, Denmark, dan sebelah Utara Perancis Barat. Kubis
liar tersebut ada yang tumbuh sebagai tanaman biennial dan ada juga yang
perenial. Kubis yang telah dibudidayakan dibuat menjadi tanaman annual.
Untuk memperoleh bijinya, kubis tersebut dibiarkan tumbuh sebagai
tanaman biennial. Sayuran ini dapat ditanam di dataran rendah maupun di
dataran tinggi dengan curah hujan rata-rata 850-900 mm. Daunnya bulat,
oval, sampai lonjong, membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna
daun bermacam-macam, antara lain putih (forma alba), hijau, dan merah
keunguan (forma rubra).
Awalnya, daunnya yang berlapis lilin tumbuh lurus, daun-daun
berikutnya tumbuh membengkok, menutupi daun-daun muda yang terakhir
tumbuh. Pertumbuhan daun terhenti ditandai dengan terbentuknya krop
atau telur (kepala) dan krop samping pada kubis tunas (Brussel sprouts).
Selanjutnya, krop akan pecah dan keluar malai bunga yang bertangkai
panjang, bercabang-cabang, berdaun kecil-kecil, mahkota tegak, berwarna
kuning. Buahnya buah polong berbentuk silindris, panjang 5-10 cm,
berbiji banyak. Biji berdiameter 2-4 mm, berwarna cokelat kelabu. Umur
panennya berbeda-beda, berkisar dari 90 hari sampai 150 hari. Daun kubis
segar rasanya renyah dan garing sehingga dapat dimakan sebagai lalap
mentah dan matang, campuran salad, disayur, atau dibuat urap. Kubis
dapat diperbanyak dengan biji atau setek tunas.
Klasifikasi tanaman kubis, adalah :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae (suku sawi-sawian)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea var. capitata L.
Beberapa kebutuhan iklim pada tanaman kobis, antara lain :
a. Suhu udara : Tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10o-24o C
dengan suhu optimum 17o C
b. Lama penyinaran : Lama penyinaran yang dibutuhkan tanaman cabai
antara 10 -12 jam sehari.
c. Curah hujan : curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan tanaman
kubis adalah curah hujan yang rata-rata 850-900 mm/bulan
d. Kelembaban udara : kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan
tanaman kubis adalah 92-95%
e. Kecepatan angin : Angin merupakan salah satu komponen
agroklimatologi dan faktor penting dalam budidaya tanaman
hortikultura. Pada dasarnya semua tanaman hortikultura memiliki
respon yang tidak berbeda nyata terhadap angin(dalam hal ini
Kecepatan Angin) yang dibutuhkan dalam penyebaran pollen (serbuk
sari) dalam proses penyerbukkan dan penyerapan gas dari atmospher.
Bentuk tanaman juga dipengaruhi rerata kecepatan angin yang mana
tanaman hortikultura umumnya memiliki toleransi terhadap kecepatan
angin tak lebih dari 22 knot. Menurut USDA(1976) tanaman akan
mengalami kemudahan dalam mengambil karbon dioksida di udara
pada kecepatan udara antara 0,1 hingga 0,25 m/s.
f. Penguapan air : Angin mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya
uap air disekitar tanaman, sehingga memberikan kesempatan
terjadinya penguapan lebih lanjut.
D. BUNCIS
Buncis (dari bahasa Belanda, boontjes, Phaseolus vulgaris L.)
merupakan sejenis polong-polongan yang dapat dimakan. Buah, biji, dan
daunnya dimanfaatkan orang sebagai sayuran. Sayuran ini kaya dengan
kandungan protein. Ia dipercaya berasal dari Amerika Tengah dan
Amerika Selatan.
Buncis adalah sayur yang kaya dengan protein dan vitamin ini
membantu menurunkan tekanan darah serta mengawal metabolisme gula
dalam darah dan amat sesuai dimakan oleh mereka yang mengidap
penyakit diabetes atau hipertensi. Kandungan serat dan enzim yang tinggi
dapat membantu penurunan berat badan. Kacang buncis tumbuh melilit,
mempunyai akar tunggang dan sisi yang panjang dan memerlukan tiang
untuk memanjat.
Klasifikasi tanaman buncis adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plant Kingdom
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Calyciflorae
Ordo : Rosales (Leguminales)
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili : Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris L.
Beberapa kebutuhan iklim pada tanaman buncis, antara lain :
a. Suhu udara : Suhu udara ideal bagi pertumbuhan buncis adalah 20-25
derajat C. Pada suhu < 20 derajat C, proses fotosintesis terganggu,
sehingga pertumbuhan terhambat, jumlah polong menjadi sedikit. Pada
suhu ³ 25 derajat C banyak polong hampa (sebab proses pernafasan
lebih besar dari pada proses fotosintesis), sehingga energi yang
dihasilkan lebih banyak untuk pernapasan dari pada untuk pengisian
polong.
b. Lama penyinaran :Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat
penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20 persen dari pencahayaan
penuh. Tingkat kejenuhan cahaya didalam fotosinthesis setiap daun
buncis yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30%
cahaya matahari penuh. Intensitas penyinaran 70 – 80 %.
c. Curah hujan : Pada umumnya tanaman buncis tidak membutuhkan
curah hujan yang khusus, hanya ditanam di daerah dengan curah hujan
1.500-2.500 mm/tahun.
d. Kelembaban udara : Kelembaban udara yang diperlukan tanaman
buncis ± 55% (sedang). Perkiraan dari kondisi tersebut dapat dilihat
bila pertanaman sangat rimbun, dapat dipastikan kelembapannya
cukup tinggi.
e. Kecepatan angin : Angin merupakan salah satu komponen
agroklimatologi dan faktor penting dalam budidaya tanaman
hortikultura. Pada dasarnya semua tanaman hortikultura memiliki
respon yang tidak berbeda nyata terhadap angin(dalam hal ini
Kecepatan Angin) yang dibutuhkan dalam penyebaran pollen (serbuk
sari) dalam proses penyerbukkan dan penyerapan gas dari atmospher.
Bentuk tanaman juga dipengaruhi rerata kecepatan angin yang mana
tanaman hortikultura umumnya memiliki toleransi terhadap kecepatan
angin tak lebih dari 22 knot. Menurut USDA(1976) tanaman akan
mengalami kemudahan dalam mengambil karbon dioksida di udara
pada kecepatan udara antara 0,1 hingga 0,25 m/s.
f. Penguapan air : Angin mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya
uap air disekitar tanaman, sehingga memberikan kesempatan
terjadinya penguapan lebih lanjut.
E. JAGUNG
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus
merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman
jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang
dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan
tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun
beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada
umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh
semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah
tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada
tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku
batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan
tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang
batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang
beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang.
Antara pelepahdan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan
ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut.
Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia
Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas.
Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air
pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah
(diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki
struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung,
dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan
tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga
(inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga
betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara
batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga
betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu
tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan
jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada
bunga betinanya (protandri).
Klasifikasi tanaman jagung, adalah :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Beberapa kebutuhan iklim tanaman jagung, antara lain :
a. Suhu udara : Suhu udara untuk tanaman jagung antara 13o -38o C.
Selama pertumbuhan, jagung membutuhkan suhu optimum 23o-27o C
(suhu bukan masalah bagi perkembangan jagung).
b. Lama penyinaran : Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat
penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20 persen dari pencahayaan
penuh. Tingkat kejenuhan cahaya didalam fotosinthesis setiap daun
jagung yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30%
cahaya matahari penuh. Intensitas penyinaran 70 – 80 %.
c. Curah hujan : Curah hujan optimum adalah 100 mm-125 mm per bulan
d. Kelembaban udara : kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan
tanaman jagung adalah kelembaban udara 75-80 %
e. Kecepatan angin : Angin merupakan salah satu komponen
agroklimatologi dan faktor penting dalam budidaya tanaman
hortikultura. Pada dasarnya semua tanaman hortikultura memiliki
respon yang tidak berbeda nyata terhadap angin(dalam hal ini
Kecepatan Angin) yang dibutuhkan dalam penyebaran pollen (serbuk
sari) dalam proses penyerbukkan dan penyerapan gas dari atmospher.
Bentuk tanaman juga dipengaruhi rerata kecepatan angin yang mana
tanaman hortikultura umumnya memiliki toleransi terhadap kecepatan
angin tak lebih dari 22 knot. Menurut USDA(1976) tanaman akan
mengalami kemudahan dalam mengambil karbon dioksida di udara
pada kecepatan udara antara 0,1 hingga 0,25 m/s.
f. Penguapan air : Angin mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya
uap air disekitar tanaman, sehingga memberikan kesempatan
terjadinya penguapan lebih lanjut.
BAB III
KESIMPULAN
Secara teknis dalam budidaya tanaman, hampir semua unsur iklim
berpengaruh terhadap produksi dan pengelolaan tanaman. Namun masing-masing
mempunyai pengaruh dan peran yang berbeda terhadap berbagai aspek dalam
budidaya tanaman. Unsur iklim terhadap hasil tanaman mempunyai pengaruh
terhadap besarnya jumlah produksi tanaman.
Setiap tanaman mempunyai spesifikasi tersendiri atas kebutuhan iklim
bagi pertumbuhannya, termasuk suhu udara, lama penyinaran, kelembaban, curah
hujan, kecepatan angin dan penguapan air setiap tanaman berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius: Yogyakarta.
Alversia. 2010. Syarat Tumbuh Tanaman Cabe.
www.sayurtoge.com/faktor
faktor-syarat-tumbuh-tanaman-cabe.html (diakses tanggal 30 November
2012)
Haryanto, Eka, dkk. 2003. Sawi dan Selada. Penerbit Swadaya: Jakarta.
Pracaya. 2007. Bertanam Lombok. Kanisius : Yogyakarta.
Rubatzky, V. C. Dan M. Yamaguchi. 1995. Sayuran Dunia. ITB-Press : Bandung.
Rukmana, R. 2008. Kubis Bulgari dan Brokoli. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
Rukmana, R. 1998. Bertanam Kubis. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
Splittstoesser, W. E., 1984. Vegetable Growing PpHandbook. Gramedia : Jakarta.
Sunarjono, H. H. 2008. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya : Jakarta.
USDA Agric. 1976. Handbook No 66. Commercial Storage of Fruits, Vegetables,
and Florist and Nursery Stocks. USDA : Amerika Serikat.