makalah

16
1 EVALUASI PENGUKURAN DAN PERBAIKAN KINERJA SUPLLY CHAIN DI PT.MST DENGAN PENDEKATAN METODE SCOR Hadi Supriyadi 1 1 Magister Teknik Industri, Universitas Mercu Buana, Jakarta [email protected] Abstrak PT. Mitra Solusi Telematika merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa dan konsultan IT. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja supply chain di PT. MST, melakukan evaluasi terhadap sistem supply chain saat ini dan memberikan usulan perbaikan terhadap masalah yang kemudian diketahui dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kinerja supply chain dengan pendekatan metode Supply Chain Operations Reference (SCOR). Indikator pengukuran kinerja yang dipakai adalah atribut Reliability dengan metrik yang dipakai adalah Perfect Order Fulfillment, atribut Cost dengan metrik yang dipakai adalah Supply Chain Management Cost (SCMC) dan Cost of Good Sold serta atribut Asset dengan metrik yang digunakan adalah Return on Fixed Assets. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk memperkuat analisa metode SCOR dari perspektif pelanggan. Dimensi SCOR kuesioner yang digunakan adalah Perfect Order Fulfillment. Dari hasil analisa penilaian kinerja supply chain menggunakan pendekatan metoda SCOR ini, posisi perusahaan (PT.MST) terhadap perusahaan sejenis adalah di parity menuju advantage. Usulan perbaikan yang disarankan kepada departemen supply chain PT. MST dalam meningkatkan kinerjanya adalah melakukan evaluasi pemilihan vendor Logistic Service Provider berdasarkan SLA yang telah ditetapkan, melakukan kerjasama dengan vendor pemasok perangkat, melakukan evaluasi dan mengkontrol biaya outsource, melakukan forecast, melakukan pengklasifikasian product movement serta melaksanakan program TPM dan 5S dilingkungan internal perusahaan. Kata kunci : supply chain management, scor, kinerja supply chain Abstract PT. Mitra Solusi Telematika is a company engaged in IT services and consulting. This research aims to measure supply chain performance in PT. MST, an evaluation of the current supply chain system and propose fixes to problems later known from the research. In this research was conducted supply chain performance measurement method with approach of Supply Chain Operations Reference (SCOR). Performance measurement indicators used are the attributes of Reliability with metric used is the Perfect Order Fulfillment, Cost attribute with the metric used is the Supply Chain Management Cost (SCMC) and the Cost of Good Sold and Asset attributes with the metric used is the Return on Fixed Assets. Distributing questionnaires made to strengthen SCOR analysis method from the customer perspective. SCOR dimensions questionnaire used is Perfect Order Fulfillment. From the analysis of supply chain performance assessment using SCOR approaches method, the position of the company (PT.MST) against its peers is in parity to the advantage. The proposal suggested improvements to the supply chain department PT. MST to improve its performance is to evaluate Logistic Service Provider vendor selection based SLAs that have been established, conduct cooperation with the supplier vendor, evaluating and controlling cost of outsourcing, do forecast, classifying product movement and finally implement TPM and 5S program in the company's environment Keywords: supply chain management, scor, supply chain performance 1 Pendahuluan Berbagai strategi harus dimiliki oleh perusahaan dalam seluruh lingkup bisnisnya, salah satunya adalah strategi supply chain. Perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang mampu menghubungkan manajemen supply chain baik lingkup internal maupun eksternal bisnisnya secara seksama. (Setiawan & Suhardi, 2005) Menyatakan bahwa saat ini persaingan antar perusahaan lebih merupakan persaingan antar sistem manajemen supply chain-nya. Dengan lahirnya konsep supply chain management pengelola perusahaan harus melakukan perubahan kalau tidak mau kehilangan bisnisnya (Watanabe, 2001).

Upload: hadi-supriyadi

Post on 10-Feb-2017

407 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah

1

EVALUASI PENGUKURAN DAN PERBAIKAN KINERJA SUPLLY CHAIN DI PT.MST DENGAN PENDEKATAN METODE SCOR

Hadi Supriyadi1 1Magister Teknik Industri, Universitas Mercu Buana, Jakarta

[email protected]

Abstrak

PT. Mitra Solusi Telematika merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa dan konsultan IT. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja supply chain di PT. MST, melakukan evaluasi terhadap sistem supply chain saat ini dan memberikan usulan perbaikan terhadap masalah yang kemudian diketahui dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kinerja supply chain dengan pendekatan metode Supply Chain Operations Reference (SCOR). Indikator pengukuran kinerja yang dipakai adalah atribut Reliability dengan metrik yang dipakai adalah Perfect Order Fulfillment, atribut Cost dengan metrik yang dipakai adalah Supply Chain Management Cost (SCMC) dan Cost of Good Sold serta atribut Asset dengan metrik yang digunakan adalah Return on Fixed Assets. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk memperkuat analisa metode SCOR dari perspektif pelanggan. Dimensi SCOR kuesioner yang digunakan adalah Perfect Order Fulfillment. Dari hasil analisa penilaian kinerja supply chain menggunakan pendekatan metoda SCOR ini, posisi perusahaan (PT.MST) terhadap perusahaan sejenis adalah di parity menuju advantage. Usulan perbaikan yang disarankan kepada departemen supply chain PT. MST dalam meningkatkan kinerjanya adalah melakukan evaluasi pemilihan vendor Logistic Service Provider berdasarkan SLA yang telah ditetapkan, melakukan kerjasama dengan vendor pemasok perangkat, melakukan evaluasi dan mengkontrol biaya outsource, melakukan forecast, melakukan pengklasifikasian product movement serta melaksanakan program TPM dan 5S dilingkungan internal perusahaan.

Kata kunci : supply chain management, scor, kinerja supply chain

Abstract

PT. Mitra Solusi Telematika is a company engaged in IT services and consulting. This research aims to measure supply chain performance in PT. MST, an evaluation of the current supply chain system and propose fixes to problems later known from the research. In this research was conducted supply chain performance measurement method with approach of Supply Chain Operations Reference (SCOR). Performance measurement indicators used are the attributes of Reliability with metric used is the Perfect Order Fulfillment, Cost attribute with the metric used is the Supply Chain Management Cost (SCMC) and the Cost of Good Sold and Asset attributes with the metric used is the Return on Fixed Assets. Distributing questionnaires made to strengthen SCOR analysis method from the customer perspective. SCOR dimensions questionnaire used is Perfect Order Fulfillment. From the analysis of supply chain performance assessment using SCOR approaches method, the position of the company (PT.MST) against its peers is in parity to the advantage. The proposal suggested improvements to the supply chain department PT. MST to improve its performance is to evaluate Logistic Service Provider vendor selection based SLAs that have been established, conduct cooperation with the supplier vendor, evaluating and controlling cost of outsourcing, do forecast, classifying product movement and finally implement TPM and 5S program in the company's environment

Keywords: supply chain management, scor, supply chain performance

1 Pendahuluan

Berbagai strategi harus dimiliki oleh perusahaan dalam seluruh lingkup bisnisnya, salah satunya adalah strategi supply chain. Perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang mampu menghubungkan manajemen supply chain baik lingkup internal maupun eksternal bisnisnya secara seksama. (Setiawan & Suhardi, 2005) Menyatakan bahwa saat ini persaingan antar perusahaan lebih merupakan persaingan antar sistem manajemen supply chain-nya. Dengan lahirnya konsep supply chain management pengelola perusahaan harus melakukan perubahan kalau tidak mau kehilangan bisnisnya (Watanabe, 2001).

Page 2: Makalah

2

Manajemen supply chain yang dilakukan secara efektif dan efisien membuat perusahaan mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan pada waktu yang tepat, dengan jumlah kuantitas yang sesuai dan dengan harga yang kompetitif (Morciniec, Michal, & Yearworth, 2006). Tingkat kompleksitas supply chain saat ini disebabkan karena terlibatnya banyak pihak dan tersebarnya lokasi secara geografis sehingga menyulitkan dalam hal pengelolaan manajemen supply chain. Dengan lingkungan semacam itu, tingkat kompleksitas akan semakin bertambah dan harus segera dipertimbangkan serta dipecahkan agar dapat berkompetisi dengan perusahaan lainnya. (Sudaryanto & Bahri, 2007)

Aspek fundamental dalam manajemen supply chain adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Pengukuran manajemen supply chain perlu dilakukan karena dalam proses supply chain bukan hanya melibatkan kegiatan internal perusahaan saja tetapi juga eksternal perusahaan seperti pemilihan supplier, jasa pihak ketiga dan lainnya. Untuk itu diperlukan sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja supply chain secara keseluruhan untuk melakukan monitoring dan pengendalian, mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada supply chain, mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing dan menentuan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan bersaing.

PT. Mitra Solusi Telematika (PT. MST) adalah salah satu anak perusahaan PT. Tiara Marga Takindo (Trakindo Group) yang bergerak dibidang IT yang berwenang untuk mengelola jaringan komunikasi data seluruh anak perusahaan Group Trakindo yang berjumlah kurang lebih 32 perusahaan dengan jumlah cabang lebih dari 80 cabang diseluruh Indonesia.

Distribusi barang yang terkait dalam supply chain di PT.MST pada umumnya merupakan barang-barang yang berhubungan dengan proyek seperti pemenuhan perangkat jaringan komunikasi data diantaranya adalah router, switch, server, storage dan lainnya disamping untuk memenuhi kebutuhan internal PT.MST. Barang yang dibutuhkan pelanggan tersebut sangat beragam dan dipasok dari principal dan distributor yang berada di Jakarta dan beberapa negara lain sehingga mempunyai rangkaian supply chain yang kompleks. Sementara itu dari sisi internal supply chain PT.MST terdapat beberapa bagian atau divisi yang berhubungan dengan bidang ini yaitu bagian procurement, warehouse dan delivery.

Sistem internal supply chain PT.MST saat ini pada dasarnya sudah didukung dengan bantuan teknologi IT yaitu dengan diterapkannya sistem SAP, tetapi berdasarkan informasi dari beberapa departemen terkait pada kenyataannya masih dirasakan belum optimal dan masih banyak terdapat kekurangan sehingga mempengaruhi kinerja dalam sistem supply chain PT.MST secara keseluruhan.

Data kategori barang yang diambil dari laporan bulanan departeman Supply Chain PT. MST pada periode bulan Desember 2012 seperti yang terlihat pada Tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar atau sekitar 98,2 % dari seluruh item baik barang maupun jasa merupakan barang-barang yang berhubungan dengan kegiatan proyek dari total 48 PO yang telah terpenuhi seperti terlihat pada Tabel 2

Tabel 1. Kategori Barang / Jasa dalam Supply chain PT.MST

Kategori Jumlah (IDR) Porsi (%)

Project 14.743.082.719 98,2

Data Center 133.933.400 0,89

HR (training) 66.786.000 0,44

Trimble (Produk) 35.100.000 0,23

Workshop & repair 19.931.500 0,13

Internal 9.783.000 0,07

Cabling (Material) 5.380.000 0,04

Sumber: Laporan Bulanan Departemen Supply Chain PT. MST

Periode Bulan Desember 2012

Page 3: Makalah

3

Tabel 1. Total PO Periode Bulan Desember 2012

No. Total PO Mata Uang Jumlah Konversi

(IDR)

1 30 IDR 3.558.587.719 1

2 1 EUR 599.216 13.000

3 17 USD 377.896 9.700

Total 48 IDR 15.013.996.619

Sumber: Laporan Bulanan Departemen Supply Chain PT. MST

Periode Bulan Desember 2012

Sementara itu dari divisi warehouse / gudang PT. MST diperoleh informasi bahwa sampai akhir bulan Desember 2012 terdapat sekitar 45,68 % ketidaksesuaian jumlah item antara barang yang ditempatkan di gudang dengan informasi jumlah barang yang dapat diakses melalui sistem (SAP).

Tabel 2. Persentase Ketepatan Waktu Pengiriman Barang

Moda Transportasi

Status Pengiriman Total Pengiriman

% OTD Tepat Waktu Terlambat

Udara 80 50 130 61,53

Laut 6 6 0

Darat 21 11 32 65,62

Total 101 67 168 60,11

Sumber: Laporan Bulanan Departemen Supply Chain PT. MST

Periode Bulan Desember 2012

Informasi lainnya yang diperoleh dari laporan bulanan divisi pengiriman barang PT. MST periode bulan Desember 2012 diketahui bahwa 61,53 % barang yang dikirim melalui moda transportasi udara diterima tepat waktu oleh pelanggan, 65,62 % barang yang dikirim melalu moda transportasi darat diterima tepat waktu oleh pelanggan dan tidak satupun barang yang diterima tepat waktu oleh pelanggan dengan moda transportasi laut. Target yang ditetapkan oleh perusahaan untuk on service delivery time adalah 100 %, sedangkan rata-rata persentase pengiriman barang yang diterima tepat waktu oleh pelanggan adalah 60,11 %, hal ini mengindikasikan bahwa terdapat suatu masalah dalam pengelolaan sistem manajemen supply chain pada perusahaan, sehingga sudah tentu apabila pengelolaan manajemen supply chain PT.MST tidak dikelola dengan baik, maka akan menurunkan keuntungan yang cukup besar bagi perusahaan.

2 Metoda

Untuk mengetahui apakah rantai supply chain sudah beroperasi dalam perusahaan dengan baik, maka dalam hal ini akan dilakukan evaluasi terhadap kinerja manajemen supply chain PT. MST dengan menggunakan metode Supply Chain Operations Reference (SCOR).

Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model merupakan suatu model konseptual yang dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC), sebuah organisasi nonprofit independent, sebagai standar antar industri (cross industry) pada tahun 1996. Tujuan dari standarisasi yang dilakukan SCC adalah untuk memudahkan pemahaman rantai pasok sebagai suatu langkah awal dalam rangka memperoleh suatu manajemen rantai pasok yang efektif dan efisien dalam menopang strategi perusahaan. Kelebihan SCOR Model sebagai Process Reference Model adalah kemampuannya untuk mengintegrasikan Business Process Reengineering, Benchmarking dan Best Practices Analysis ke dalam kerangka kerja rantai pasok. SCOR mampu memetakan bagian-bagian supply chain. Menurut (Pujawan, 2005), pada dasarnya SCOR merupakan model yang berdasarkan proses.

Page 4: Makalah

4

Analisis dibatasi melalui 2 (dua) tahapan atau level yang saling terkait satu sama lain. Berikut ini adalah analisis untuk masing-masing level.

1. Analisa Metode SCOR Level 1

Supply Chain Council dalam Bolstorff (2003) menjelaskan bahwa analisis level 1 dimulai dengan mendefinisikan tujuan bisnis (business objectives) perusahaan. Hal ini dilakukan agar evaluasi kinerja rantai pasok yang akan dilakukan sejalan dengan strategi korporasi dan fokus pada tujuan utama yang ingin dicapai oleh bisnis ini. Setelah mengetahui tujuan bisnis di atas, langkah selanjutnya adalah mengukur metrik-metrik pada SCOR yang bersesuaian dengan tujuan bisnis tersebut dalam kartu SCOR (SCORCard), kemudian setelah memperoleh data aktual berdasarkan metrik-metrik tersebut, langkah berikutnya adalah menentukan posisi data aktual dan menetapkan kinerja target (target performance) untuk masing-masing metrik berdasarkan data benchmark. Data benchmark ini digunakan untuk menentukan kinerja target, memberikan gambaran mengenai besarnya gap antara kinerja perusahaan (performance gap) dengan kinerja perusahaan yang menjadi acuan (target). Hasil dari analisa SCOR level 1 ini akan dijadikan landasan utama untuk memperbaiki bagian terlemah dari sistem supply chain PT.MST. Untuk memperbaiki kinerja supply chain dan urutan prioritas perbaikan akan dilakukan analisis menggunakan metode analisis diagram pareto.

2. Analisa Metode SCOR Level 2

Pada pemetaan level 2 ini akan ditampilkan gambaran rinci dari proses-proses yang ada dalam rantai pasok perusahaan, mulai dari proses yang berkaitan dengan pemasok, aktivitas distribusi sampai produk diterima oleh konsumen. Gambar 1. menampilkan aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan untuk kelima proses plan, source,make, deliver dan return di PT. MST.

Gambar 1. Pemetaan Model SCOR Level 1 Supply Chain PT.MST

Jenis pemetaan yang akan dilakukan yaitu pemetaan secara diagram flow. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan aliran material dan informasi dari pemasok sampai konsumen. Selain untuk memperlihatkan aliran material dan informasi, pemetaan ini juga digunakan untuk menganalisis aktivitas yang tidak terhubung dengan baik (disconnect analysis). Setelah melakukan pemetaan secara diagram, tahap selanjutnya adalah menentukan apakah ada proses yang lack sehingga menyebabkan proses menjadi tidak efisien dan mengurangi serta mempengaruhi kinerja supply chain PT.MST.

penelitian ini akan berfokus pada variabel-variabel yang berhubungan dengan atribut kinerja dari sudut Internal Facing, yaitu dari segi biaya dengan matrik Supply Chain Management Cost dan Cost of Goods Sold serta atribut Asset dengan matrik Return on Supply Chain Fixed Assets. Kemudian dari sisi Customer Facing, yaitu atribut Reliability dengan matrik Perfect Order Fulfillment.

Pemasok Pengadaan Gudang Pengiriman Pelanggan

PT. Mitra Solusi Telematika

Page 5: Makalah

5

Tabel 4. Atribut Pengukuran Berdasarkan SCOR Level 1

Level 1 Metrics

Performance Attributes

Customer Facing Internal Facing

Reliability Responsiveness Agility Cost Asset

Perfect Order Fulfillment V

Order Fulfillment Cycle Time NA

Upside Supply Chain Flexibility NA

Upside Supply Chain Adaptability NA

Downside Supply Chain Adaptability NA

Supply Chain Management Cost V

Cost of Goods Sold V

Cash-to-Cash Cycle Time NA

Return on Supply Chain Fixed Assets V

Return on Working Capital NA

Untuk menguatkan analisa metode SCOR dengan kenyataan yang didapatkan dilapangan maka dalam penelitian ini dilakukan penyebaran kuesioner dengan jumah 100 (seratus) responden dan output variabel berupa kepuasan pelanggan. Dimensi yang digunakan mengacu kepada dimensi SCOR atribut Perfect Order Fulfillment dengan metrik Delivery Performance to Customer Commit Date, Order Delivered in Full dan Documentation Accuracy

3 Hasil dan Pembahasan

Menurut Bolstorff dan Rosenbaum (2012), langkah pertama untuk melakukan analisa kinerja Supply Chain dengan metode SCOR adalah menentukan bisnis context summary perusahaan meliputi :

1. Strategi perusahaan 2. Kinerja finansial 3. Profil internal 4. Profil eksternal

Menurut Bolstorff dan Rosenbaum (2012), dalam bisnis context document kinerja finansial yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan suppy chain adalah :

- Gross Margin - Operating Margin

a. Gross Margin.

Gross Margin merupakan gross profit dibagi dengan total revenue. Dalam hal ini gross profit merupakan total revenue dikurangi cost of sales. Semakin tinggi gross margin, maka semakin efisien suatu perusahaan relative terhadap pesaingnya dalam industri

Berdasarkan data yang diperoleh dari sistem SAP diperoleh Gross Margin Percentage sebagai berikut :

����� ������ ���������� = ������������

������� � 100 % (1)

= 162,725,299,275 − 85,153,608,351

162,725,299,275 � 100 %

Page 6: Makalah

6

= 77,571,690,924

162,725,299,275 � 100 %

= 47,67 %

b. Operating Margin

Operating Margin merupakan ukuran proporsi dari penerimaan perusahaan yang tersisa setelah membayar biaya variable produksi seperti gaji, bahan dasar dan lain sebagainya. Secara sederhana, operating margin adalah operating profit dibagi dengan total sales. Operating margin dapat digunakan perusahaan untuk membayar biaya-biaya tetap seperti bunga atas hutang (www. investopedia.com)

Dalam hal ini operating profit adalah gross profit – operating expenses. Adapun operating expense terdiri dari gaji yang dibayarkan kepada pekerja, penelitian dan pengembangan, dan tagihan lain-lain. Operating Margin diketahui pula sebagai “operating profit margin” atau “net profit margin”.

Berdasarkan data yang diperoleh dari sistem SAP diperoleh Gross Margin Percentage sebagai berikut :

��������� ������ = ��������� ������

������� � 100 % (2)

= ����� ������− ��������� ��������

������� � 100 %

= 162,725,299,275 − 60,805,813,049

162,725,299,275 � 100 %

= 62.63 %

Data SCOR

1. Reliability

a. Perfect Order Fulfillment

Perfect Order Fulfillment adalah seluruh kegiatan pada jasa pelayanan IT yang disampaikan secara tepat waktu sesuai permintaan pelanggan, lengkap dengan seluruh dokumentasi dan dalam keadaan utuh. Menurut Francis (2007), suatu layanan IT dapat berupa apa saja yang diperoleh dari sistem transaksi otomatis seperti transaksi di sistem SAP.

Perhitungan :

% Orders Delivered in Full = [������ ������� ���� ��������] � ��� %

[������ ������� �����] (3)

Tabel 5. menggambarkan data order delivered in full yang diperoleh dari departemen supply chain PT. MST selama periode tahun 2013.

Tabel 5. Orders Delivered in Full

No. Bulan (2013)

PO Order Delivered in Full % Order Delivered in Full

1 Januari 62 57 92

2 Februari 58 41 71

3 Maret 77 45 58

4 April 54 48 89

5 Mei 85 70 82

Page 7: Makalah

7

Tabel 5. Orders Delivered in Full (lanjutan)

No. Bulan (2013)

PO Order Delivered in Full % Order Delivered in Full

6 Juni 114 54 47

7 Juli 146 129 88

8 Agustus 71 66 93

9 September 74 59 80

10 Oktober 112 82 73

11 November 122 79 65

12 Desember 77 51 66

Rata - rata 88 65 75

Sumber: Data sekunder yang diolah

(Departemen Supply Chain PT.MST Periode Tahun 2013)

b. Delivery Performance to Customer Commit Date

Persentase pesanan yang dipenuhi kepada pelanggan sesuai dengan jadwal yang telah disepkati ((Supply Chain Council, 2010)

Perhitungan :

[Total number of orders delivered on the original commitment date] / [Total number of orders delivered] x 100%

% �������� ����������� =

∑ % �� ���� ������ �������� � ∑ % �� ���� ������� ��������

� (4)

2. Cost

a. Supply-Chain Management Cost

Supply Chain Management Cost (SCMC) adalah total biaya infrastruktur IT untuk perencanaan, pengadaan, pengiriman dan perbaikan kegiatan pelayanan IT. Biaya ini bersifat variabel tergantung dari kompleksitas kegiatan yang diterapkan diperusahaan (Supply Chain Council, 2010).

Perhitungan :

Supply Chain Management Cost = Cost to Plan + Source + Make + Deliver + Return + Mitigate Supply Chain Risk (5)

Page 8: Makalah

8

Ringkasan perhitungan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Nilai Supply Chain Management Cost

Supply Chain Management Cost

Score % of Revenue Raw Data (IDR) Calculation Component

37,36

162,725,299,275 Revenue

1,08 1,766,843,301 Sales & Marketing

27,22 44,295,560,479 General & Administrative

0,73 1,188,429,619 Other expenses

0,37 613,318,063 Gain/Loss on Disposal of Assets

2,16 3,514,815,701 Gain/Loss on Foreign Exchange

0,29 483,613,240 Others

5,49 8,943,232,646 Tax Expenses

Sumber: Data sekunder yang diolah

(Data SAP PT.MST Periode Tahun 2013)

b. Cost of Good Sold (COGS)

Cost of Good Sold merupakan biaya yang terkait dengan pembelian bahan baku dan menghasilkan barang jadi atau jasa. Biaya ini meliputi biaya langsung (tenaga kerja, bahan) dan biaya tidak langsung (overhead). (Supply Chain Council, 2010)

Perhitungan :

COGS = direct material costs + direct labor costs + indirect costs related to making product (6)

Berdasarkan data yang diperoleh dari data SAP, nilai COGS dapat dilihat pada tabel 7. dibawah ini.

Tabel 7. Nilai Cost of Good Sold

% Score

% of Revenue

Raw Data

(IDR)

Calculation Component

Query Assumptions

52,32

162,725,299,275 Revenue

1,17 1,905,399,953 Biaya Material Seluruh biaya yang mencakup semua bahan yang secara langsung dimasukkan ke dalam biaya produk dan jasa

9,9 16,131,796,886 Biaya Tenaga Kerja Seluruh biaya yang mencakup biaya tenaga kerja yang secara langsung berdampak pada produk jasa

41,25 67,116,411,512 Biaya tidak langsung Seluruh biaya yang meliputi tenaga kerja tidak langsung dan biaya overhead

Page 9: Makalah

9

3. Asset

a. Return on Fixed Assets

Return on Fixed Assets (laba atas aset tetap rantai suplai) didefinisikan sebagai pengembalian yang diterima suatu organisasi dari modal yang diinvestasikan dalam aset-aset tetap rantai suplai yang digunakan dalam proses Plan, Source, Make, Deliver dan Return (Supply Chain Council, 2010).

Perhitungan :

Return on Supply Chain Fixed Assets = (Supply Chain Revenue – COGS – Supply Chain Management Costs) /

Supply-Chain Fixed Assets

Return on Supply chain Fixed Asset

=[ ����������� ������ ����������������� ��������� ������ ������

���� ����� ������ ������ (7)

= 162,725,299,275 − 85,153,608,351 − 60,805,813,049

72,340,207,556

= 16,765,877,875

72,340,207,556 � 100%

= 23 %

Data Pendukung berupa Survey Kepuasan Pelanggan

Untuk memperkuat hasil analisa data sekunder SCOR yang diperoleh dari perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilakukan survey kepuasan pelanggan untuk beberapa hal berikut ini :

1. Delivery produk / service

2. Delivery secara umum

3. Administrasi dan dokumentasi sales.

Data pendukung yaitu berupa survey kepuasan pelanggan yang dilakukan menggunakan metode skala likert dan media survey yang digunakan adalah menggunakan media survey online pada website https://www.surveymonkey.com

Tabel 8 dibawah ini menggambarkan ringkasan pengolahan data kuesioner yang telah diuraikan diatas dan hasilnya dikonversikan menjadi nilai SCOR.

Page 10: Makalah

10

Tabel 8. Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator Hasil SCOR (%)

Kepuasan Pelanggan

Perfect order Fulfillment

Order Delivered in Full

Delivery Produk / Unit

50,76

Delivery Service / Project

55,31

Delivery performance to Customer Commit Date

Ketepatan waktu pengiriman

55,95

Kesesuaian barang dalam pengiriman

67,85

Kerapihan administrasi project

62,03

Documentation Accuracy

Keakuratan surat penawaran

62.02

Ketepatan waktu penyerahan penawaran harga

57,22

Dari sisi finansial merujuk tabel benchmark (Bolstorff & Rosenbaum , 2012) pada Lampiran A dapat dilihat bahwa perbandingan Gross margin percentage yang diperoleh PT.MST pada tahun 2013 sebesar 47,67 % hanya 2,37 % lebih tinggi dari target 50th Percentile (45,3 %) Network Computer Industri. Nilai ini menyatakan bahwa perusahaan telah cukup efisien dalam melakukan kegiatan bisnisnya.

Perbandingan operating margin yang dicapai PT.MST pada tahun 2013 sebesar 62,63 % lebih tinggi 6.93% dari target 70th percentile (55,7 %) Network Computer Industri. Nilai ini menyatakan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar biaya-biaya tetap seperti bunga atas hutang cukup fleksibel dan mendukung cashflow perusahaan dalam meng-cover hutang lancar jangka panjang perusahaan. Operating margin yang besar memiliki resiko finansial yang kecil sehingga dapat mendukung proses pencapaian strategi perusahaan.

Dari data SCOR yang sudah diperoleh dari subbab sebelumnya kemudian dibuat nilai SCOR / SCORCard dan dibandingkan (benchmark) dengan nilai SCOR dari perusahaan sejenis (Lampiran A) untuk dilakukan analisa gap kinerja supply chain-nya.

Hasil data SCOR yang diperoleh dari pengolahan data sekunder diketahui bahwa untuk atribut reliability matrik delivery performance to customer commit date nilai aktual perusahaan sebesar 54 % menghasilkan selisih sebesar -20,7 % dari target nilai 50th percentile perusahaan sejenis yang ingin dicapai (74,7 %) hal ini disebabkan karena beberapa hal :

1. Jasa pengiriman barang Logistic Service Provider (LSP) yang dipakai merupakan salah satu anak perusahaan Tiara Marga Trakindo sendiri yaitu PT. Cipta Krida Bahari (PT.CKB). LSP ini ditunjuk oleh group sebagai LSP yang harus digunakan oleh seluruh perusahaan internal dalam Group Trakindo.

2. LSP yang ditunjuk belum memiliki fasilitas delivery tracking, berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan manager supply chain PT. MST idealnya pengiriman barang diatas 3 (tiga) hari diperlukan fasilitas delivery tracking untuk mengetahui posisi barang dalam proses pengirimannya.

Page 11: Makalah

11

Tabel 9. Tabel Nilai SCOR

Attribut Level 1 Performance Metric

Aktual

Perusahaan

Target Median Terbaik dikelasnya

Parity Gap

Reliability

Delivery Performance

54% 74,7 % 85,0 % 95,0 % - 20,7%

Order Deliver in Full

75% 81,0 % 81,0 % 88,0 % - 6%

Cost

Supply Chain Management Cost

37,36% 29,1 % 29,1 % 24,7 % - 8,26%

Cost of Goods Sold

52,32% 44,3 % 44,3 % 26,0 % - 8,02%

Assets Return on Fixed Assets

23 % 41,6 % 41,6 % 55,9 % - 18,6%

Sumber : Supply Chain Excellence , Bolstorff (2012)

Hasil data SCOR yang diperoleh dari pengolahan data sekunder diketahui bahwa untuk atribut reliability matrik order deliver in full nilai aktual perusahaan sebesar 75 % menghasilkan selisih sebesar - 6 % dari target nilai 70th percentile perusahaan sejenis yang ingin dicapai (81 %) hal ini dapat dicapai karena beberapa hal dibawah ini :

1. SOP pengadaan barang sudah dibuat secara jelas

2. Proses administrasi pengadaan barang sudah dibuat pada lingkungan sistem SAP

Hasil data SCOR yang diperoleh dari pengolahan data sekunder diketahui bahwa untuk atribut cost matrik supply chain management cost nilai aktual perusahaan sebesar 37,36 % menghasilkan selisih sebesar – 8,26 % dari target nilai 70th percentile perusahaan sejenis yang ingin dicapai (29,1 %). Biaya terbesar dengan nilai 27,22 % adalah biaya administrasi dan umum.

Hasil data SCOR yang diperoleh dari pengolahan data sekunder diketahui bahwa untuk atribut cost matrik cost of goods sold nilai aktual perusahaan sebesar 52,32 % menghasilkan selisih sebesar -8,02 % dari target nilai 70th percentile perusahaan sejenis yang ingin dicapai (44.3 %), hampir setengahnya yaitu sebesar 41,25 % -nya merupakan biaya tidak langsung / overhead.

Hasil data SCOR yang diperoleh dari pengolahan data sekunder diketahui bahwa untuk atribut asset matrik return of fixed asset nilai aktual perusahaan sebesar 23 % menghasilkan selisih sebesar -18,6 % dari target nilai 70th percentile perusahaan sejenis yang ingin dicapai (41,6 %), nilai aktual yang diperoleh menyatakan bahwa manajemen masih belum terlalu efisien dalam memanfaatkan dan mengelola basis asetnya.

Hasil SCOR dari kuesioner kepuasan pelanggan untuk atribut reliability matrik delivery performance to customer commit date diperoleh nilai rata-rata sebesar 61,94 %. nilai ini dibandingkan dengan nilai SCOR hasil pengolahan data sekunder yang diolah dari departemen supply chain PT.MST sebesar 54 % terdapat selisih sebesar 7,94 % Nilai ini menunjukkan bahwa kinerja supply chain untuk matrik ini dari perspektif pelanggan dirasakan cukup memuaskan walaupun secara data aktual sekunder nilainya lebih kecil. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya pelanggan untuk internal group trakindo sudah memahami bahwa kinerja ketepatan pengiriman barang kepada pelanggan PT.MST juga tergantung pada kinerja jasa LSP yang ditunjuk oleh TMT Group.

Sementara itu hasil SCOR yang diperoleh dari kuesioner kepuasan pelangan untuk atribut reliability matrik order delivered in full diperoleh nilai rata-rata sebesar 53,04 %. Nilai yang diperoleh dari hasil pengolahan data sekunder adalah sebesar 75 %, selisih nilai tersebut sebesar -21,96 % menunjukkan bahwa pelanggan merasa biasa saja (netral) dalam pemenuhan permintaan pengadaan barang dari PT.MST, karena nilai dari

Page 12: Makalah

12

perspektif pelanggan lebih kecil dari nilai pengolahan data sekunder, maka kinerja supply chain untuk metrik ini harus lebih ditingkatkan kembali oleh departemen supply chain PT.MST.

Sedangkan hasil SCOR yang diperoleh dari kuesioner kepuasan pelanggan untuk atribut relialibity metrik documentation accuracy diperoleh nilai rata-rata sebesar 59,62 %. Nilai ini menunjukkan bahwa dari perspektif pelanggan kinerja supply chain dari matrik keakuratan administrasi dokumentasi dianggap netral.

Perbaikan Kinerja Supply Chain Perusahaan

Supply Chain atau rantai pasok dalam pelayanan pengadaan perangkat dan jasa di PT. MST dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu suplier (pemasok / vendor), PT. MST sebagai penyelenggara pengadaan barang dan jasa dan pelanggan sebagai konsumen. Hasil identifikasi rantai pasok pengadaan barang dan jasa yang dikelola oleh PT. MST dapat dilihat dalam gambar 2.

Gambar 2. Rantai Pasok dan Alur Distribusi Pengadaan Barang PT. MST

Dari hasil perhitungan dan analisa menggunakan metode SCOR Level 2 atribut reliability, cost dan asset maka diberikan usulan perbaikan dan penyelesaian di departemen supply chain PT. MST seperti terlihat pada tabel 10 dibawah ini.

Tabel 10. Usulan Perbaikan Kinerja Supply Chain PT.MST

No. Permasalahan Usulan Perbaikan

1 Delivery

a Jasa Logistic Service Provider

(LSP) dimonopoli oleh satu LSP yang ditunjuk Group TMT.

a Memilih LSP sesuai dengan penilaian dan evaluasi kinerja secara proporsional.

2 Procurement

a Proses pembuatan Request for Proposal (RFP) dianggap tidak efisien untuk pengadaan perangkat yang bersifat sering dipesan.

a Melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan vendor

b Proses pembuatan Request of Approval (RFA) dianggap tidak efisien untuk pengadaan perangkat yang bersifat sering dipesan.

b Melakukan peramalan / forcast

Page 13: Makalah

13

Tabel 10. Usulan Perbaikan Kinerja Supply Chain PT.MST (Lanjutan)

No. Permasalahan Usulan Perbaikan

c Belum ada klasifikasi produk movement

c Pengklasifikasian product movement, perangkat LDP fast movement product, perangkat server dan network slow movement product.

d Evaluasi Service Level Agrement (SLA) terhadap vendor pemasok perangkat masih belum diterapkan secara maksimal yaitu berdasarkan harga murah tidak diimbangi dengan penilaian pelayanan lainnya.

d Evaluasi SLA terhadap vendor pemasok perangkat harus dilakukan secara jelas dan berkala sesuai dengan penilaian kinerjanya.

3 Cost

a Supply Chain Management Cost (SCMC) khususnya biaya administrasi dan umum masih tinggi

a Mengevaluasi biaya outsource baik untuk proyek internal maupun external

b Biaya COGS khususnya biaya

tidak langsung (overhead) masih tinggi

b Mengusahakan lokasi kantor dan gudang yang terpusat

c Melaksanakan program 5S

d Melaksanakan program pemeliharaan (TPM) terhadap peralatan pendukung pekerjaan kantor

e Melakukan penghematan energi listrik.

4 Asset

a Perangkat LDP adalah asset

milik PT.MST yang direntalkan.

a Melakukan forecast terhadap kebutuhan perangkat fast product movement

b Biaya perbaikan dan peremajaan kantor serta peralatan pendukung kerja masih tinggi.

b Meningkatkan kerjasama dengan vendor pemasok perangkat

c Melaksanakan kegiatan program 5S

4 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Dari hasil analisa penilaian kinerja supply chain menggunakan pendekatan metoda SCOR ini, posisi perusahaan (PT.MST) terhadap perusahaan sejenis adalah di 50th percentile (parity) menuju ke 70th percentile (advantage).

2. Langkah perbaikan yang perlu dilakukan pada departemen supply chain antara lain adalah melakukan evaluasi pemilihan vendor Logistic Service Provider berdasarkan Service Level Agreement (SLA) yang telah ditetapkan, melakukan kerjasama dengan vendor pemasok perangkat, melakukan

Page 14: Makalah

14

evaluasi dan mengkontrol biaya outsource, melakukan forecast, melakukan pengklasifikasian product movement serta melaksanakan program TPM dan 5S dilingkungan internal perusahaan.

Referensi

Ahmad, N. H., & Yuliawati, E. (2013). Analisa Pengukuran dan Perbaikan Kinerja Supply Chain di PT. XYZ . Jurnal Teknologi, 6(2), 179-186.

Austin, J. (1990). Managing in Developing Countries. Free Press, New York. NY

Barnard, J.H. (2006). A Multi-View Framework for Defining The Services Supply Chain Using Object Oriented Methodology. Doctor Dissertation, Department of Industrial Engineering and Management Systems, The University of Central Florida, Orlando, Florida

Basri, S. (2012). Pendekatan Penelitian, Metode Penelitian, dan Teknik-teknik Desain Penelitian. Retrieved from http://setabasri01.blogspot.com /2012/04/metode-penelitian.html

Bolstorff, P., & Rosenbaum, R. (2012). Supply Chain Excellence, A Hanbook for Dramatic Improvement Using the SCOR Model. 3rd Edition, Amacom.

Chan, F., & Qi, H. (2003). Feasilibity of performance measurement system for supply chain: A process-based approach and measures . Integrated Manufacturing System, 14(3), 179-190.

Chopra, S., & Meindl, P. (2012). Supply Chain Management. Prentice Hall.

Dilworth, J. B. (2000). Operating Management : Providing Value in Goods and Services. 3rd Edition. Orlando : The Dryen Press Harcourt College Publisher.

Erman, T., Ugur. (2011). Supply Chain Performance Measurement: A Case Study about Applicability of SCOR Model in a Manufacturing Industry Firm . International Journal of Business and Management Studies, 3(1), 381-390.

Fawcett, S., & Cooper, M. (1998). Logistics performance measurement . Industrial Marketing Management, 27(4), 341-357.

Francis, J. (2007). The IT Supply-Chain SCORcard. A BPTrends Column.

Georgise, F.B., Thoben, K-D., and Seifert, M. (2013). Implementing the SCOR Model Best Practices for SC Improvement in Developing Countries. International Journal of u- and e- Service, Science and Technology, 6(4), 13-26.

Golparvar, M., Seifbarghy, M. (2009). Application of SCOR Model in an Oil - Producing Company. Journal of Industrial Engineering, 4(4), 59- 69.

Goyal, P. (2012). SCOR Implementation in E&TC Companies. International Journal of Research in Engineering, IT and Social Sciences, 2(5), 99-103.

Harelstad, C., Smartwood, D., & Malin, J. (2004). The Value of Combining Best Practices. ASQ Six Sigma Forum Magazine.

Heizer, J., & Render, B. (2011). Operations Management. Prentice Hall.

Indrajid, R. E., & Djokopranoto, R. (2005). Manajemen Persediaan : Barang Umum dan Suku Cadang untuk Keperluan Pemeliharaan, Perbaikan, dan Operasi. Grasindo, Jakarta.

Jalalvand, F., Teimour, E., Makui, A., and Ar yanezhad, M.B. (2011). A Method to Compare Supply Chain of an Industry, Supply Chain Management . An International Journal, 16(2), 82–97.

Jumingan. (2006). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Page 15: Makalah

15

Lee., Ru, T., Shiu., Siang, Y., and Sivakumar, P. The Applications of SCOR in Manufacturing: Two Cases in Taiwan . In Proceeding of International Conference on Modeling Optimization and Computing (ICMOC), Procedia Engineering, 38, 2548-2563, 2012.

Luo, X., Wu, C., Rosenberg, D., & Barnes, D. (2008). Supplier Selection in Agile Supply Chains: An Information-Processing Model and an Illustration. Journal of Purchasing & Supply Management, 15(4), 249-262.

Morciniec, Michal, & Yearworth, M. (2006). Using the SCOR Model to Assess the Potential Impact on Business Metrics of an IT Solution. Hewlett-Packard Labs, Bristol, UK.

Nateghinia, S., Abdolhosseini, S., and Habibi, S. (2013). An Empirical Investigation for Measuring the Performance of Supply Chain Operation: A Case Study of Healthcare Industry. Management Science Letters, 3(7), 2055–2058.

Neely, A., Gregory, M., & Platts, K. (1995). Performance Measurement System Design: A Literature Review and Research Agenda. International Journal of Operations & Productions Management, 15(4), 80-116.

Primantara, A., & Supriyanto, H. (2009). Pengukuran dan Peningkatan Performansi Supply Chain Dengan Pendekatan Model SCOR dan Lean Six Sigma di PT. Gunawan Dianjaya Steel Surabaya, ITS, Surabaya.

Pujawan, I. N. (2005). Supply Chain Management. 1st Edition, Guna Widya, Indonesia.

Salazar, F., Caro, M., and Cavazos, J. (2012). Final Review of the Application of the SCOR Model: Supply Chain for Biodiesel Castor – Colombia Case. Journal of Technology Innovations in Renewable Energy, 1(1), 39-47.

Saputra, H., & Fithri, P. (2012). Perancangan Model Pengukuran Kinerja Green Supply Chain Pulp dan Kertas. Jurnal Optimasi Sistem Industri , 1(1), 193-202.

Schroeder, R. G. (2007). Operations Management : Contemporary Concepts and Cases. 3rd Edition, McGraw-Hill, Singapore.

Setiawan, A. I., & Suhardi, B. (2005). Integrasi Supply Chain dan Dampaknya terhadap Performa Perusahaan : Survey pada Perusahaan Penyedia Jasa Makanan di Surakarta. Manajemen, 9(1), 1-20.

Sherafati, M., Mohammadi, R., and Bidabad, B. (2014). Information Sharing and Advanced Planning in Performance of Saipa Diesel Company Supply Chain: SCOR Approach. Journal of Applied Science and Agriculture, 9(6), 2687-2691.

Sidarto. (2008). Konsep Pengukuran Kinerja Supply Chain Management Pada System Manufactur Dengan Model Performance of Activity dan Supply Chain Operations Reference. Jurnal Teknologi, 1(1), 68-77.

Simchi, D., & Kaminsky. (2004). Managing the Supply Chain : The Definitive Guide for the Business Professional. McGraw-Hill.

Sink, D., & Tuttle, T. (1989). Planning and measurement in your organization of Industrial Engineering and Management. Press, Norcross, GA.

Sudaryanto, & Bahri, R. (2007). Performance Evaluation of Supply Chain Using SCOR Model: The Case of PT. Yuasa, Indonesia. Proceeding, International Seminar on Industrial Engineering and Management. Menara Peninsula, Jakarta.

Supply Chain Council (2010). Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model Version 10.0. Retrieved form http://www.supply-chain.org/public/ scorbasics.asp.

Thakkar, J., Kanda, A., Deshmukh, S.G. (2009). Supply Chain Performance Measurement Framework for Small and Medium Scale Enterprises, Benchmarking. An International Journal, 16(5), 702-723.

Watanabe, R. (2001). Supply Chain Management Konsep dan Teknologi. Usahawan 2, 8-11

Waters, D. (2003). Logistic. An Introduction In Supply Chain Management. New York: Palgrave Macmillan.

Page 16: Makalah

16

Wikipedia (2013). Logistik. Retrieved from http://id.wikipedia.org/wiki/Logistik

Wikipedia (2014). Skala Likert. Retrieved from http://id.wikipedia.org/wiki/ Skala_Likert

Zdravkovic, M., Panetto, H., Trajanovic, M., and Aubry, A. (2011). An Approach for Formalizing the Supply Chain Operations. Enterprise Information Systems, 5(4), 401-421.

Zulganef. (2006). Pemodelan Persamaan Struktur dan Aplikasinya menggunakan AMOS 5. Bandung : Pustaka