makalah

11
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH KONFLIK ANTAR SUKU Disusun oleh : 1. Ardianita Purnamasari 2. Arni Pungky A 3. Danu Aji SK 4. Dumadi Agung S

Upload: abdul-rozzaq-rohmatulloh

Post on 25-Nov-2015

47 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah pungki

TRANSCRIPT

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH KONFLIK ANTAR SUKU

Disusun oleh :1. Ardianita Purnamasari2. Arni Pungky A3. Danu Aji SK4. Dumadi Agung S

SMA NEGERI 3 PURWOKERTOTAHUN PELAJARAN 2012/2013Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah Yang Maha Esa atas perlindunganNya danpertolonganNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sosiolagi, yaitu tentang ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH KONFLIK ANTAR SUKU. Oleh karena itu, makalah ini berisi tentang contoh-contoh konkret konflik antar suku yang terjadi di Indonesia. Di sini kami mengambil topic tentangKonflik Antar Suku di Sampit, Madura. Melalui makalah ini, kami harap para pembaca dapat mengetahui Akar Pokok atau latar belakang terjadinya konflik serta dapat mengerti tentang Bagaimana Mencari Solusi atau Alternatif Pemecahan Masalah Konflik Antar Suku di Sampit yang telah berlangsung selama beberapa tahun dari tahun 1972 sehingga suku Madura (pribumi) dan suku Dayak (pendatang) dapat hidup tenang dan damai. Kami sadari bahwa tentu tak ada gading yang tak retak, makalah ini mungkin masih jauh darikesempurnaan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan makalah ini.

1DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................... 1Daftar Isi.................................................................................................................................. 2BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 3A. Latar Belakang........................................................................................................ 3BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 4A. Latar belakang Konflik Sampit............................................................................... 4B. Alternatif Pemecahan Masalah Konflik Anta Suku................................................. 5BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 6A. Kesimpulan... ........................................................................................................ 7B. Saran......................................................................................................................... 8

2BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum peristiwa berdarah meledak di Sampit, pertikaian antara suku Dayak dan suku Madura telah lama terjadi. Entah apa penyebab awalnya (Hanya Tuhan yang tau), yang jelas suku Dayak dapat hidup berdampingan dengan damai bersama suku lain tapi tidak suku Madura. Kenapa orang Dayak jadi beringas terhadap etnis Madura. Bahkan keturunan suku terdekat dari suku Dayak pun (Banjar), kaget melihat keberingasan mereka dalam Tragedi Sampit.Banyak sebab yang membuat suku Dayak seakan melupakan asazi manusia, baik langsung maupun tidak langsung. Masyarakat suku Dayak di Sampit selalu terdesak dan selalu mengalah. Dari kasus dilarangnya menambang intan di atas tanah adat mereka sendiri karena dituduh tidak memiliki izin penambangan. Hingga kampung mereka yang harus berkali-kali pindah tempat karena harus mengalah dari para penebang kayu yang mendesak mereka makin ke dalam hutan. Sayangnya, kondisi ini diperburuk lagi oleh ketidakadilan hukum yang seakan tidak mampu menjerat pelanggar hukum yang menempatkan masyarakat Dayak menjadi korban kasus-kasus tersebut.Tidak sedikit kasus pembunuhan orang dayak (sebagian besar disebabkan oleh aksi premanisme Etnis Madura) yang merugikan masyarakat Dayak karena para tersangka (kebetulan orang Madura) tidak bisa ditangkap dan di adili oleh aparat penegak hukum.Etnis madura yang juga punya latar belakang budaya kekerasan ternyata menurut masyarakat Dayak dianggap tidak mampu untuk beradaptasi (mengingat mereka sebagai pendatang). Sering terjadi kasus pelanggaran tanah larangan orang Dayak oleh penebang kayu yang kebetulan didominasi oleh orang Madura. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu perang antar etnis Dayak-Madura.Pertikaian yang sering terjadi antara Madura dan Dayak dipicu rasa etnosentrisme yang kuat di kedua belah pihak. Semangat persukuan inilah yang mendasari solidaritas antar-anggota suku di Kalimantan. Situasi seperti itu diperparah kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda, bahkan mungkin berbenturan. Misalnya, adat orang Madura yang membawa parang atau celurit ke mana pun pergi, membuat orang Dayak melihat sang tamu-nya selalu siap berkelahi. Sebab, bagi orang Dayak, membawa senjata tajam hanya dilakukan ketika mereka hendak berperang atau berburu.

3BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Konflik Sampit

Banyak Versi tentang latar belakang tragedi ini, apa yang membuat suku Dayak di Kalteng begitu kalap dalam menghadapi warga Madura. Hampir semua warga dan tokoh Dayak yang menunjuk perilaku kebanyakan etnis Madura sebagai penyebabnya. H Charles Badarudin, seorang tokoh Dayak di Palangkaraya menceritakan kelakuan warga Madura banyak yang tidak mencerminkan peribahasa di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Ia mencontohkan salah satunya dalam soal tanah.Versi berbeda juga menceritakan banyak sebab yang membuat suku Dayak seakan melupakan asazi manusia, baik langsung maupun tidak langsung. Masyarakat suku Dayak di Sampit selalu terdesak dan selalu mengalah. Dari kasus dilarangnya menambang intan di atas tanah adat mereka sendiri karena dituduh tidak memiliki izin penambangan. Hingga kampung mereka yang harus berkali-kali pindah tempat karena harus mengalah dari para penebang kayu yang mendesak mereka makin ke dalam hutan. Sayangnya, kondisi ini diperburuk lagi oleh ketidakadilan hukum yang seakan tidak mampu menjerat pelanggar hukum yang menempatkan masyarakat Dayak menjadi korban kasus-kasus tersebut.Ada yang mengungkapakan bahwa pertikaian yang sering terjadi antara Madura dan Dayak dipicu rasa etnosentrisme dan primordialisme yang kuat di kedua belah pihak. Semangat persuku an inilah yang mendasari solidaritas antar-anggota suku di Kalimantan. Situasi seperti itu diperparah kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda, bahkan mungkin berbenturan. Misalnya, adat orang Madura yang membawa parang atau celurit ke mana pun pergi, membuat orang Dayak melihat sang tamu-nya selalu siap berkelahi. Ada Versi lain mengatakan: Terjadinya perang antar suku Dayak dan suku Madura karena kecemburuan sosial-Ekonomi.

4B. Alterrnatif Pemecahan Masalah Konflik Antar Suku

Kolaborasi Dengan mengadakan pertemuan antara ketua adat di Madura dan Dayak berkolaborasi (kejasama) atau pemacahan masalah sehingga mampu mencapai keinginan masing-masing kelompok sesuai dengan harapan dan dapat meredam konflik. Mediasi Mengadakan mediasi(pihak ke tiga ) dengan pihak yang berwenang sehingga konflik dapat mereda Keamanan bersama dan konflik tanpa kekerasan (kekeluargaan)Dengan keamanan bersama dan konflik tanpa kekerasan yang bersifat kekeluargaan, secara moral dan strategi akan lebih bernilai dari pada perjuangan kekerasan Pendekatan Pola HukumDengan menggunakan pendekatan pola hukum, yang menekankan pada negosiasi dan perjanjian pengendalian senjata , penegakan hukum scr efektif untuk menghadapi para pelanggar hukum, serta kerangka hukum untuk melindungi HAM. Asimilasi Melalui asimilasi kelompok-kelompok etnis yang berbeda secara bertahap dapat mengadopsi budaya dan nilai-nilai yang ada dalam kelompok besar masyarakat Menegakan Supermasi HukumArtinya bahwa suatu peraturan formal harus berlaku pada semua warga negara tanpa memandang kedudukan sosial,ras,etnis dll. Menggembangkan rasa NasionalismeTerutama melalui penghayatan wawasan berbangsa dan bernegara namun hindari rasa primordialisme dan etnosentrisme dalam tataran suatu negara. IntegrasiKeadaan ketika kelompok-kelompok etnis yng semula berbeda-beda mulai beradaptasi dengan kebudayaan yang ada dalam masyarakat . Menggembangkan rasa toleransiSikap dimana kita menghargai perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam masyarakat . Mengembangkan rasa EmpatiYaitu, keadaan mental dimana seseorang merasa dirinya sama dengan orang atau kelompok lain atau ketika seseorang berusaha memahami perbedaan-perbedaan sosial yang ada dalam masyarakat .

5BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia merupakan negara yang kaya akan perbedaan seperti budaya, suku bangsa(etnis), ras, agama dll atau sering disebut dengan masyarakat multikultural. Keadaan ini tidak bisa dipungkiri oleh masyarakat Indonesia bahwa inilah yang menjadi dasar mengapa Indonesia rentan terhadap konflik. Banyak konflik yang muncul di masyarakat Indonesia salah satunya adalah konflik antar suku, dimana suku yang berbeda saling besiteru. Yang perlu dicarmati adalah mengapa koflik antar suku ini dapat terjadi di Indonesia. Konflik antar suku di Indonesia kebanyakan adalah masyarakan yang masih memegang teguh primordialisme dan etnosentrisme yang kuat dimana sikap-sikap tersebut dapat memicu adanya suatu konflik. Masyarakat Indonesia juga kurang mengembangkan rasa toleransi, dimana toleransi itu sangat penting dalam keadaan masyarakat kita yang multikultural. Toleransi sendiri berarti membiarkan orang lain berbeda, atau menghargai perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat. Dengan dapat menghargai perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat kita, maka konflik tak akan perjadi atau konflikpun dapat dicegah.Konflik Sampit mencontohkan bahwa Indonesia itu rentan terhadap konflik. Konflik yang terjadi ini adalah konflik antara suku pribum dan suku pendatang. Dimana kedua belah pihak sama-sama memiliki rasa etnosentris yang kuat. Suku pendatang yang tidak bisa beradaptasi dan suku pribumi yang tidak bisa menerapkan rasa toleransi inilah yang menjadi penyebab konflik Sampit disamping penyebab-penyebab yang lain.

6

B. Saran Konflik yang terjadi di Sampit hanya sebagian kecil saja yang terjadi di negeri ini maka dari pada itu di harapkan kepada masyarakat kita hendaknya kita harus saling menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat kita. Ingatlah arti dari Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tati tetap satu jua. Dari situlah kita harus befikir bahwa seberapapun banyak perbedaan yang kita miliki sejatinya kita adalah satu, berbangsa yang satu , tanah air satu, bahasa yang satu. Yaitu Bangsa Indonesia .

7