makalah
DESCRIPTION
Tugas klp Analisis model interaksi edukatifTRANSCRIPT
Tugas kelompokMata Kuliah: Strategi Belajar Mengajar Biologi
ANALISIS MODEL INTERAKSI EDUKATIF
Oleh: KELOMPOK VI
Marfiati (11B13037)
Yusniar Rasjid (11B13039)
Fatmawati R (11B13044)
Saenal (11B13052)
Rizka Fardha (11B13055)
PENDIDIKAN BIOLOGIPASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Interaksi edukatif adalah sebuh interaksi yang tidak pernah sepi dari
masalah. Perencanaan yang di anggap selesai dengan baik, ternyata dalam
pelaksanaannya terkadang ditemui masalah yang tak terduga sebelumnya. Di sisi
lain, permasalahan juga muncul pada anak didik kurang mampu menerapkan
perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai ke
dalam situasi yang nyata dan berlainan. Kebanyakan anak didik hanya menerima
informasi dan kurang dapat memahami hubungan dengan dunia lingkungannya.
Hal ini di sebabkan bahan pelajaran yang di berikan oleh guru dalam
bentuk penjelasan kurang atau tidak di kaitkan dengan situasi lingkungan nyata.
Sebanyak apapun bahan yang di berikan kepada anak didik, maka anak didik akan
kurang mampu menerapkan perolehannya itu, bila guru menjelaskan bahan
pelajaran tidak dikaitkan dengan situasi nyata yang sedang dihadapi dan dirasakan
oleh anak didik.
1.2 Rumusan Masalah
2.1 Pengertian Interaksi Edukatif
2.2 Prinsip – prinsip Interaksi Edukatif
2.3 Tahap – tahap Interaksi Edukatif
2.4 CBSA dalam Interaksi Edukatif
2.5 Pola Pelaksanaan Ketempilan Proses dan CBSA
2.6 Keberhasilan Interkasi Edukatif
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari pembahasan ini yaitu agar kita bisa mengetahui cara
mendidik yang baik.dengan cara melakukan interaksi eduktif antara guru dengan
anak didik dalam rangka mencapai tujuan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Interaksi Edukatif
Interaksi edukatif adalah sebuah interaksi belajar mengajar, yaitusebuah
proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai (norma) yang merupakan
substansi sebagai medium antara guru dengan anak didik dalam rangka mencapai
tujuan.
Dalam interaksi edukatif ada dua buah kegiatan yakni kegiatan guru di
satu pihak dan kegiatan anak didik di lain pihak. Guru mengajar dengan gayanya
sendiri dan anak didik belajar dengan gayanya sendiri. Guru tidak hanya mengajar
, tetapi juga belajar memahami suasana psikologi anak didik dan kondisi kelas.
Dalam mengajar, guru perlu memahami gaya-gaya belajar anak didik.
Kerelevansian gaya-gaya mengajar guru dengan gaya-gaya belajar anak didik
akan memudahkan guru menciptakan interaksi edukatif yang konsif. N.A
Ametembun, (1985) mengatakan bahwa suatu interaksi yang harmonis terjadi bila
dalam prosesnya tercipta keselarasn, keseimbangan, keserasian antara kedua
komponen itu, yaitu guru dan anak didik.
Banyak kegiatn yang harus guru lakukan dalam interaksi edukatif,
diantaranya memahami prinsip-prinsip interaksi edukatif, menyiapkan bahan dan
sumber belajar, memilih metode, alat, dan alat bantu pelajaran, memilih
pendekatan, dan mengadakan evaluasi setelah akhir kegiatan pelajaran. Semua
kegiatan yang di lakukan guru harus di dekati dengan pendekatan sistem. Sebab
pengajaran adalah suatu sistem yang melibatkan sejumlah komponen pengajaran.
Tidak ada satu pun dari komponen itu dapat guru abaikan dalam perencanaan
pengajaran, karena semuanya saling terkait dan saling menunjang dalam rangka
pencapaian tujuan pengajaran.
Interaksi edukatif adalah hubungan dua arah antara guru dan anak didik
dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan.
3
Dalam kegiatan interaksi edukatif ada 2 yaitu :
1. Kegiatan guru, antara lain :
a. Memahami prinsip-prinsip interaksi edukatif
b. Menyiapkan bahan dan sumber belajr
c. Memilih metode, alat dan alat bantu pengajaran
d. Memilih pendekatan
e. Mengadakan evaluasi setelah akhir pengajaran
2. Kegiatan anak didik
Guru mempunyai gaya sendiri dalam mengajar dan anak didik belajar dengan
gayanya sendiri, selain mengajar guru juga belajar memahami suasana
psikologis anak didik dan kondisi kelas.
Dalam interaksi edukatif :
1. Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing
2. Guru harus berusaha anak didik aktif dan kreatif
3. Menciptakan interaksi edukatif yang kondusif
2.2 Prinsip – prinsip Interaksi Edukatif
Prinsip – prinsip ini diharapkan mampu menjebatani dan memecahkan
masalah yang sedang guru hadapi dalam kegiatan interaksi edukatif.Untuk tiu
semua prinsip yang akan diuraikan berikut ini sebaiknya guru kuasai dan pahami
betul-betul agar kegiatan interaksi edukatif dapat mencapai tujuannya secara
efektif dan efisien. Prinsip – prinsip tersebut adalah :
1. Prinsip motivasi
2. Prinsip berangkat dari persepsi yang dimiliki
3. Prinsip mengarah kepada titik pusat perhatian tertentu atau fokus tertentu
4. Prinsip keterpaduan
5. Prinsip pemecahan masalah yang dihadapi
6. Prinsip mencari, menemukan, dan mengembangkan diri
7. Prinsip belajar sambil bekerja
8. Prinsip hubungan sosial
9. Prinsip perbedaan Individual
4
Interaksi edukatif adalah sebuah interaksi yang tidak pernah sepi dari
masalah misalnya petencanaan yang dianggap baik ternyata dalam pelaksanaan
terkadang ditemui masalah yang tak terduga sebelumnya. Masallah dapat muncul
pada anak didik misalnya anak didik kurang mampu menerapkan yang telah
dipelajarinya baik berupa pengetahuan, ketrampilan maunpun sikap dan nilai
kedalam situasi yang nyata.
Dalam rangka menjangkau dan memenuhi sebagian besar kebutuhan anak
didik, dikembangkan beberapa prinsip dalam interaksi edukatif , dengan haraoan
mampu menjembatani dan memecahkan masalah yang sedang guru hadapai dalam
kegiatan interaksi edukatif. Prinsip tersebut harus dikuasi oleh guru agar dapat
tercapai tujuan pengajara.
Prinsip - prinsip tersebut adalah :
1. Prinsip Motivasi
Agar setiap anak dapat memiliki motivasi dalam belajar. Apabila anak didik
telah memiliki motivasi dalam dirinya disebut motivasi intrinsik, sangat
memudahkan guru memberikan pelajaran , namun apabila anak tersebut tidak
meilikinya, guru akan memberikan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi
yangbersumber dari luar diri anak didik tersebut dan dapat berbentuk
ganjaran, pujian , hadiah dan sebaginya.
2. Prinsip Berangkat dari Persepsi yang Dimiliki
Bila ingin bahan pelajaran mudah dikuasai oleh sebagian atau seluruh anak,
guru harus memperhatikan bahan apersepsi yang dibawa anak didik dari
lingkungan kehidupan mereka. Penjelasan yang diberikan mengaitkan dengan
pengalaman dan pengetahuan anak didik akan memudahkan mereka
menanggapi dan memahami pengalaman yang baru dan bahkan membuat
anak didik memusatkan perhatiannya.
3. Prinsip Mengarah kepada Titik Pusat Perhatian Tertentu atau Fokus Tertentu
Pelajaran yang direncanakan dalam suatu pola tertentu akan mampu
mengaitkan bagian-bagian yang terpisah dalam suatu pelajarn. Tanpa suatu
pola, pelajaran dapat terpecah-pecah dan para anak didik akan sulit
memusatkan perhatian . Titik pusat akan :
5
a. tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang hendak dipecahkan
b. Merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab
c. Merumuskan konsep yang hendak ditemukan
d. Membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajar serta
e. Memberikan arah kepada tujuannya
4. Prinsip Keterpaduan
Keterpaduan dalam pembahasan dan peninjauan akan membantu anak didik
dalam memadukan perolehan belajar dalam kegiatan interaksi edukatif.
5. Prinsip Pemecahan Masalah yang Dihadapi
Salah satu indikator keandaian anak didik banyak ditemukan oleh kemampuan
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah dapat
mendorong anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah
belajar dan anak didik akan cepat tanggap dan kreatif.
6. Prinsip Mencari, Menemukan dan Mengembangkan Sendiri
Guru yang bijaksana akan membiatkan dan memberi kesempatan kepada anak
didik untuk mencari dan menemukan sendiri informasi.
Kepercayaan anak didik untuk selalu mencari dan menemukan sendiri
informasi adalah pintu gerbang kearah CBSA yang merupakan konsep belajar
mandiri yang bertujuan melahirkan anak didik yang aktif – kreatif.
7. Prinsip Belajar Sambil Bekerja
Artinya belajar sambil melakukan katifitas lebih banyak mendatangkan hasil
untuk anak didik sebab kesan yang didapatkan anak didik lebih tahan lama
tersimpan di dalam benak anak didik.
8. Prinsip Hubungan Sosial
Hal ini untuk mendidik anak didik terbiasa bekerja sama dalam kebaikan.
Kerja sam memberikan kesan bahwa kondisi sosialisasi juga diciptakan di
kelas yang akan mengakrabkan hubungan anak didik denga anak didik lainnya
dalam belajar.
6
9. Prinsip Perbedaan Individual
Sudut pandang untuk melihat aspek perbedaan anak didik adalah segi
bilologis, intelektual dan psikologis.Semua perbedaan ini memudahkan guru
melakukan pendekatan edukatif kepada setiap anak didik.
Banyak kegagalan guru menuntaskan penguasaan anak didik terhadap bahan
pelajaran salah satunya disebabkan karena guru gagal memahami sifat anak
didik secara individual.
2.3 Tahap – tahap Interaksi Edukatif
R.D. Conners, mengidentifikasi tugas mengajar guru yang bersifat suksesif
menjadi tiga tahap:
1. Tahap Sebelum Pengajaran
Dalam tahap ini guru harus menyusun program tahunan pelaksanaan
kurikulum, program semester atau catur wulan (cawu),program satuan pelajaran
(satpel), dan perencanaan program pengajaran. Dalam merencanakan program-
program tersebut di atas perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan
dengan :
a. Bekal bawaan anak didik
b. Perumusan tujuan pembelajaran
c. Pemilihan metode
d. Pemilihan pengalaman – pengalaman belajar
e. Pemilihan bahan dan peralatan belajar
f. Mempertimbangkan jumlah dan karakteristik anak didik
g. Mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
h. Mempertimbangkan pola pengelompokan
i. Mempertimbangkan prinsip – prinsip belajar
2. Tahap Pengajaran
Dalam tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan anak didik,
anak didik dengan anak didik, anak didik dalam kelompok atau anak didik secara
individual.Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan apa yang telah direncanakan.
7
Ada beberapa aspek yang perlu di pertimbangkan dalam tahap pengajaran ini,
yaitu :
a. Pengelolaan dan pengendalian kelas
b. Penyampaian informasi
c. Penggunaan tingkah laku verbal non verbal
d. Merangsang tanggapan balik dari anak didik
e. Mempertimbangkan prinsip – prinsip belajar
f. Mendiagnosis kesulitan belajar
g. Memperimbangkan perbedaan individual
h. Mengevaluasi kegiatan interaksi
3. Tahap Sesudah Pengajaran
Tahap ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka
dengan anak didik. Beberapa perbuatan guru yang tampak pada tahap sesuadah
mengajar, antara lain :
a. Menilai Pekerjaan anak didik
b. Menilai pengajaran guru
c. Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya
2.4 CBSA dalam Interaksi Edukatif
Cara belajar siswa aktif (CBSA) atau student active learning (SAL) bukan
disiplin ilmu atau teori, melainkan merupakan cara, teknik atau dengan kata lain
disebut teknologi.
Sebagai konsep , CBSA adalah suatu proses kegiatan interaksi edukatif yang
subjeknyaadalah anak didik yang terlibat secara intelektual dan emosional,
sehingga ia betul – betula berperan dan berpartisipasi aktif dala melakukan
kegiatan belajar. Pengertian ini menempatkan anak didik sebagai inti dalam
kegiatan interkasi edukatif.
Jadi, yang dimaksud dengan CBSA adalah salah satu strategi interaksi
edukatif yang menuntut keaktifan dan partisipasi anak didik seoptimal mungkin,
sehingga anak didik mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan
efisien.
8
1. Penerapan CBSA dalam Interaksi Edukatif
CBSA yang diharapkan diterapkan dalam kegiatan interaksi edukasi harus
tercermin dalam perencanaan dalam wujud satuan pelajaran. Satuan eplajaran
berisi komponen tujuan pembelajaran , bahan pelajaran, pelajaran berisi
komponen tujuan pembelajaran , bahan pelajaran, KBM, alat dan sumber
pelajaran dan evaluasi.
Guru yang mengajar dengan penekanan CBSA harus memikirikan hal – hal
yang akan dilakukan serta menuangkannya secara tertulis ke dalam satuan
pelajaran. Merumuskan pelajaran harus diatur agar menantang anak didik aktif
mempelajarinya. Kegiatan belajar anak didik ditetapkan dan diurutkan secara
sostematis sehingga memberi peluang kegiatan belajar bersama, kegiatan belajar
kelompok dan kegiatan belajar mandiri atau perorangan. Metode mengajar , alat
dan sumber belajar diusahakan dan dipilih oleh guru agar menunbuhkan belajar
aktif anak didik, bukan mengajar aktif guru dan menempatkan guru sebagai
pembimbing dan fasilitator bagi anak didik. Guru juga sudah menyiapkan daftar
pertanyaan yang problematis, sehingga menuntut anak didik mencurahkan
pemikirannya secar optimal, bila perlu diberikan tgas-tugas yang harus dikerjakan
oleh anak didik di kelas atau dirumah.
2. Derajat Aktivitas Belajar yang optimal
Aktivitas belajar anak didik tidak selalu sama. Hal ini dipengaruhi oleh
metode dan pendekatan belajar mengajar serta orientasi belajar. Ketidak samaan
aktivitas tersebut melahirkan kadar aktivitas belajar yang bergerak dari aktivitas
belajar yang rendah sampai pada aktivitas belajar yang tinggi.
Raka Joni , LP2TK membuat hierarki kadar aktivitas belajar . Dibawah ini
adalah kadar aktivitas mental dalam proses belajar anak didik berserta
karateristiknya :
9
Level Aktivitas
Jenis Aktivitas MentalMetode Mengajar
Yang Utama
Pendekatan Belajar
Mengajar
Orientasi Belajar
I
Mengingat Mengenal Menjelaskan Membedakan
Menyimpulkan
CeramahTanya JawabTegas
Ekspository / Informasi
Produk
II
Menerapkan Menganalisis Menyintensis Menilai Meramalkan
Pelatihan Diskusi
Interaksi sosial
Proses
III
Merumuskan Mengkaji nilai Mengajukan hipotesis Mengumpulkan dan
mengolah data Memecahkan masalah Mengambil keputusan
Problem solving
Eksperimen Praktikum
laboratorium
Inquiry / Discovery
Proses dan Produk
Ada sejumlah tuntutan kualifikasi guru , yaitu :
a. Mengenal dan memahami karakteristik anak didik seperti kemampuan, minat,
motivasi belajar dan aspek kepribadian lainya.
b. Menguasai bahan pengajaran dan cara mempelajari bahan pengajaran.
c. Menguasai pengetahuan tetntang belajar dan mengajar seperti teori-teori
belajar, prinsip –prinsip belajar, teori pengajaran, prinsip-prinsip mengajar dan
model – model mengajar.
d. Terampil membelajarkan anak didik , termasuk merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran seperti membuat satuan pelajaran,
melaksanakan strategi belajar mengajar, memilih dan menggunakan media
serta alat dan alat bantu pengajaran, meilih dan menggunakan metode-metode
mengajar dan memotivasi belajar anak didik.
e. Terampil menilai proses dan hasil belajar anak didk sperti membuat alat-alat
penilaian, mengolah data hasil penilaian, menafsirkan dan meramalkan hasil
penilaian, mendiagnosis kesulitan belajar dan memanfaatkan hasil penilaian
untuk penyempurnaan proses belajar mengajar.
10
f. Terampil melaksanakan penilitian dan pengkajian proses belajar mengajar serta
memanfaatkan hasil-hasilnya untuk kepentingan tugas – tugas profesinya
g. Bersikap positif terhadap tugas profesinya, mata pelajaran (keahliannya), anak
didik, rekan sejawat, dan terhadap berbagai inovasi dalam pendidikan dan
pengajaran.
KOMPETENSI KARAKTERISTIK
1. Profesional 1. Menguasai mataeri bidang studi yang diajarkan, konsep dan pola pikir keilmuanyang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Mata pelajaran Yang diampu
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
4. Mengembangklan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri
2. Pedagogik 1. Penguasaan Karakteristik Peserta didik2. Penguasaan Teori belajar dan prinsip-prinsip belajar3. Pengembangan kurikulum terkait dengan mata
pelajaran yang diampu4. Penyelenggaraan pembelajaran yang membelajarkan5. Pemanfaatan teknologi kokmunikasi untuk
pembelajaran6. Pengembangan fasilitas pengembangan potensi
peserta didik7. Penyelenggaraan penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar8. Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk
pembelajaran9. Pemberian tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran10. Mampu membuat Rencana Pembelajaran11. Memilih dan menggunakan metode yang tepat12. Mengelola kelas
11
3. Kepribadian 1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, bertindak sesuai aturan hukum, norma susila dan menghargai kebudayaan Indonesia
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik
3. manmpilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
4. menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasabangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru6. Berkepribadian menarik, hangat, harmonis, terbuka,
kasih sayang, penolong, sabar dan adil, dan bersikap demokratis.
4. Sosial 1. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
2. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
3. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
4. Beradaptasi di tempat tugas di seluruh wilayah republik Indonesia yang memiliki karagaman budaya.
5. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
3. Indikator CBSA
Indikator CBSA akan dilihat dari lima komponen yaitu :
a. Aktivitas Belajar Anak Didik
Belajar , secara individual untuk menerapkan konsep, prinsip dan
generalisasi
Belajar dalam bentuk kelompok untuk memecahkan masalah (problem
solving)
Berpartisipasi dalam melaksanakan tugas belajarnya melalui berbagai
cara
Berani mengajukan pendapat
Ada aktiviitas belajar analisis, sintesis, penilaian dan kesimpulan
12
Terjalin hubungan sosial dalam melaksanakan kegiatan belajar
Bisa mengomentari dan memberikan tanggapan terhadapa pendapat
anak didik lainnya
Berkesempatan menggunaan berbagai sumber belajar yang tersedia.
Berupaya menilai hasil belajar yang dicapainya
Ada upaya untuk bertanya kepada guru dan atau meminta pendapat
guru dalam upaya kegatan belajarnya
b. Aktivitas Guru Mengajar
Memberikan konsep esensial bahan pelajaran
Mengajukan masalah dan atau tugas –tugas belajar kepada anak
didik , baik secara individual atau kelompok.
Memberikan bantuan mempelajari bahan pengajaran dan atau
memecahkan masalahnya
Memberi kesempatan kepada anak didik untuk bertanya
Memberikan bantuan mempelajari uamh diperlukan oleh anak didik
Mengusahakan sumber belajar yang diperlukan
Mendorong motivasi belajar anak didik melalui penghargaan dan atau
hukuman
Menggunakan berbagai metode dan media pengajaran dalam proses
mengajarnya
Melaksanakan penilaian dan monitoring terhadap proses dan hasil
belajar anak didik
Menjelaskan tercapainya tujuan belajar dan menyimpulkan pengajaran
serta tindak lanjutnya.
c. Program Belajar
Disajikan dalam bentuk uraian dan masalah harus dipelajari dan
dipecahkan oleh anak didik
Bahan pelajaran mengandung fakta, konsep prinsip , generalisasi dan
ketrampilan
Setiap bahan pengajaran dapat mengembangkan kemampuan penalaran
anak didik
13
Bahan pengajaran diperkaya dengan media dan alat bantu
Bahan pengajaran menantang anak didik untuk melakukan berbagai
aktivitas belajar
Lingkup bahan pengajaran sesuai dengan kemampuan anak didik
mengacu kepada kurikulum yang berlaku
Urutan bahan pengajaran disusun secara sistematis mulai dari yang
sederhaa menuju yang lebih kompleks
Bahan pengajaran yang dipelajari anak didik dimulai dari apa yang
telah diketahui
Dituangkan dalam bentuk satuan pelajaran yang siap dipakai dan
diopersikan
Dapat melayani perbedaan kemampuan anak didik
d. Suasana Belajar
Terciptanya suasana belajar yang bebas untuk melakukan interaksi
sosial dengan anak didik lainnya
Terjalin hubungan sosial yang baik antar guru dan anak didik
Ada persaingan yang sehat antar kelompok belajar anak didik
Tercipta suasana belajar anak didik yang menyenangkan dan
menggairahkan , bukan paksaan dari guru
Dimungkinkan aktivitas belajar di luar kelas
e. Sarana Belajar
Berbagai sumber belajar tersedia dan dapat digunakan oleh anak didik
Fleksibilitas pengaturan ruang dan tempat belajar
Media dan alat bantu pengajaran tersedia dan dapt dimanfaatkan oleh
anak didik
Setiap anak didik dapat menjadi sumber belajar bagi anak didik
lainnya
Guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi anak didik
4. Indikator Keberhasilan Belajar
Ada sejumlah indikator yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan
belajar anak didik yaitu :
14
a. Anak didik menguasai bahan pengajaran yang telah dipelajarinya
b. Anak didik menguasai teknik dan cara mempelajari bahan pengajaran
c. Waktu yang diperlukan untuk menguasai bahan pengajaran relatif
lebih singkat
d. Teknik dan cara belajar yang telah dikuasai dapat digunakan untuk
mempelajari bahan pengajaran lain yang serupa
e. Anak didik dapat mempelajari bahan pengajaran lain secara sendiri
f. Timbulnya motivasi instrinsik untuk belajar lebih lanjut
g. Tumbuh kebiasaan anak didik untuk selalu mempersiapkan diri dalam
mengahdapi kegiatan di sekolah
h. Anak didik terampil memecahkan masalah yang dihadapinya
i. Tumbuh kebiasaan dan keterampilan membina kerjasama dan atau
hubungan sosial dengan orang lain
j. Kesediaan anak didik untuk menerima pandangan orang lain dan
memberikan pendapat atau komentar terhadap gagasan orang lain
2.5 Pola Pelaksanaan Ketempilan Proses dan CBSA
1. Pelaksanaan keterampilan proses
Keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam proses interkasi
edukatif. Keterampilan proses bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak
didik menyadari, memahami, dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang
berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai anak didik.
a. Tujuan dan lingkup kegiatan
b. Asas pelaksanaan kegiatan
c. Bentuk pelaksanaan kegiatan
d. Langkah – langkah pelaksanaan keterampilan proses
2. Pelaksanaan Cara belajar siswa aktif
a. Tujuan dan ruang lingkup kegiatan CBSA
b. Asas pelaksanaan kegiatan CBSA
15
c. Bentuk pelaksanaan kegiatan CBSA
d. Langkah-langkah CBSA
2.6 Keberhasilan Interkasi Edukatif
1. Pengertian
Suatu proses interaksi edukatif tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan
berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus bahan tersebut.
2. Indikator
Yang menjadi petunjuk, bahan suatu proses belajar itu dianggap berhasil
adalah sebagai berikut :
a. Dayaserap terhadap bahan pengajaran yang di ajarkan mencapai prestasi
tertinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b. Perilaku yang di gariskan dalam tujuan pembelajaran khusus (TPK) telah
di capai oleh anak didik, baik secara indiviadual maupun kelompok.
3. Penilaian Keberhasilan
Keberhasilan interkasi edukatif biasanya di ukur dengan tes prestasi (hasil
belajar).Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat di
manfaatkan untuk penilaian berikut :
a . Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk menguur satu atau beberapa pokok bahasan
tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap anak
didik terhadap pokok bahasan tersebut.
Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses balajar mengajar bahan
tertentu dalam waktu tertentu
b. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam
waktu tertentu, bertujuan untuk memperoleh gambaran daya serap anak didik
untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar anak didik.
Hasil tes ini digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor
c. Tes Sumatif
16
Tes ini dilakukan untuk mengukur daya serap anak didik terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau dua
tahun pelajaran,
Tes ini bertujuan untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar anak
didik dalam suatu periode belajar tertentu.
Hasil tes ini daigunakan untuk kenaikan kelas, menyusun rangking atau
sebagai ukuran mutu sekolah
4. Tingkat keberhasilan
Setiap interaksi edukatif selalu menghasilkan prestasi belajar. Masalah yang
dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi belajar yang telah dicapai.
Untuk mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap
proses belajar yang telah dilakukannya dan sekaligus juga untuk mengetahui
keberhasilan mengajar guru, kita dapat menggunakan tingkat acuan sebagai
berikut:
a. Istimewa / maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu
dapat dikuasai siswa,
b. Baik sekal i/ optimal: apabila sebagian besar (85% s/d 94%) bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa,
c. Baik / minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75% s/d
84% dikuasai siswa
d. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75% dikuasai
siswa.
5. Program perbaikan
Taraf atau tingkat keberhasilan proses interaksi edukatif dapat dimanfaatkan
untuk berbagai upaya. Salah satunya berhubungan dengan perbaikan proses
interaksi edukatif itu sendiri.
Tingkat keberhasilan proses mengajar dapat ddigunakan dalam berbagai
usaha antara lain dengan kelangsungan proses belajar mengajar itu sendiri.
Ada dua point yang dapat dilihat dari hasil tingkat keberhasilan proses
belajar mengajar :
17
a. Apabila 75 % anak didik yang mengikuti proses belajar mengajar
mencapai tingkat keberhasilan minimal, optimal atau maksimal, maka
dapat dilanjutkan ke proses belajar untuk pokok bahasan yang baru
b. Apabila 75 % anak didik kurang (dibawah taraf minimal ) dalam
mencapai tingkat keberhasilan , maka proses belajar mengajar
berikutnya adalah perbaikan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa dalam Interaksi
Edukatif adalah bagaimana guru harus berusaha agar anak didik aktif dan kreatif
secara optimal. Guru tidak harus terlena dengan menerapkan gaya mengajar
tradisional. Karena gaya mengajar seperti itu sudah tidak sesuai dengan konsepsi
pendidikan modern.
Pendidikan modern menghendaki penerapan CBSA (cara belajar siswa
aktif) dalam kegiatan interkasi edukatif. Guru bertindak sebagai fasilitator dan
pembimbing dan anak didik yang lebih aktif, kreatif dalam belajar.
3.2 Saran
Melihat dari pembahasan tentang Interaksi Edukatif di mana peran seorang
pendidik sangat penting untuk terciptanya interaksi secara baik. Untuk itu kepada
guru maupun calon guru agar lebih memperhatikan serta belajar bagaimana bisa
menjadi seorang pendidik yang lebih baik dan berguna bagi Nusa dan Bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta
19
Djamarah, Bahri Syaiful. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interkasi Edukatif. PT Rineka Cipta. Jakarta
Nurhayati B. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Badan Penerbit UNM. Makassar
20