makalah

37
Makalah PERLAWANAN BANGSA INDONESIA MENENTANG DOMINASI ASING Posted on 24 Februari 2010 by hasheem 7 Votes PERIODE SEBELUM TAHUN 1800 Bangkitnya rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Baab Ullah menentang Portugis disebabkan karena tindakan bangsa Portugis yang sudah melampaui batas. Terlebih lagi setelah “kaki tangan” bangsa Portugis menikam Sultan Hairun, ketika memasuki benteng untuk merayakan perjanjian perdamaian yang disepakatinya. Dengan tewasnya Sultan Hairun maka sejak tahun 1570 rakyat Ternate menghalangi aktivitas bangsa Portugis yang dijalankan dalam benteng. Tahun 1575 Sultan Baab Ullah menawarkan agar Portugis menyerah dan dijamin keselamatannya untuk meninggalkan Ternate. Di Ambon bangsa Portugis mendirikan benteng namun pada tahun 1605 Ambon direbut VOC. Portugis tergusur dan menetap di pulau Timor bagian timur sampai tahun 1976. Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511. Akibatnya, aktivitas perdagangan para pedagang Islam di Selat Malaka terhenti dan para pedagang Islam mencari jalan sendiri untuk menjalin hubungan dengan pedagang-pedagang Islam di sebelah barat Indonesia. Serangan Kerajaan Demak ke Malaka dipimpin oleh Dipati Unus (putera Raden Patah) merupakan bukti kecemasan terhadap Portugis. Armada Demak bersama-sama dengan Armada Aceh, Palembang, dan Bintan berusaha merebut kota Malaka. Namun dua kali serangannya yaitu tahun 1512 dan 1513 mengalami kegagalan. Ketika Malaka dikuasai Portugis, di Sumatera bagian utara berdiri Kerajaan Aceh dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan

Upload: ofler

Post on 30-Jun-2015

1.481 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah

Makalah

PERLAWANAN BANGSA INDONESIA MENENTANG DOMINASI   ASING

Posted on 24 Februari 2010 by hasheem   

7 VotesPERIODE SEBELUM TAHUN 1800Bangkitnya rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Baab Ullah menentang Portugis disebabkan karena tindakan bangsa Portugis yang sudah melampaui batas. Terlebih lagi setelah “kaki tangan” bangsa Portugis menikam Sultan Hairun, ketika memasuki benteng untuk merayakan perjanjian perdamaian yang disepakatinya. Dengan tewasnya Sultan Hairun maka sejak tahun 1570 rakyat Ternate menghalangi aktivitas bangsa Portugis yang dijalankan dalam benteng. Tahun 1575 Sultan Baab Ullah menawarkan agar Portugis menyerah dan dijamin keselamatannya untuk meninggalkan Ternate. Di Ambon bangsa Portugis mendirikan benteng namun pada tahun 1605 Ambon direbut VOC. Portugis tergusur dan menetap di pulau Timor bagian timur sampai tahun 1976.

Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511. Akibatnya, aktivitas perdagangan para pedagang Islam di Selat Malaka terhenti dan para pedagang Islam mencari jalan sendiri untuk menjalin hubungan dengan pedagang-pedagang Islam di sebelah barat Indonesia.

Serangan Kerajaan Demak ke Malaka dipimpin oleh Dipati Unus (putera Raden Patah) merupakan bukti kecemasan terhadap Portugis. Armada Demak bersama-sama dengan Armada Aceh, Palembang, dan Bintan berusaha merebut kota Malaka. Namun dua kali serangannya yaitu tahun 1512 dan 1513 mengalami kegagalan.

Ketika Malaka dikuasai Portugis, di Sumatera bagian utara berdiri Kerajaan Aceh dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Kerajaan Aceh mengirim pasukan untuk menyerang Portugis di Malaka, namun serangan itu mengalami kegagalan.

Sultan Agung, raja terbesar di Kerajaan Mataram, mempunyai cita-cita untuk menjadikan Pulau Jawa sebagai daerah kekuasaan yang berundang-undang di bawah panji Kerajaan Mataram. Untuk mencapai cita-citanya itu, Sultan Agung harus dapat mengusir VOC dari Batavia. Maka, pada tahun 1628, ia mengirim pasukannya untuk menyerang Batavia. Serangan pertama mengalami kegagalan, karena pasukan, logistik, dan persiapan Kerajaan Mataram belum begitu lengkap. Serangan kedua tahun 1629. Kerajaan Mataram telah mempersiapkan pasukan perangnya dan mendirikan lumbung-lumbung padi di sepanjang jalan yang dilalui oleh pasukan Kerajaan Mataram. Serangan kedua pun mengalami kegagalan karena lumbung-lumbung padi milik Kerajaan Mataram dibakar oleh “kaki tangan” Portugis. Dengan kegagalan yang kedua

Page 2: Makalah

kalinya, Sultan Agung memerintahkan untuk memperketat penjagaan di wilayah perbatasan yang berhadapan dengan Batavia dan melarang seluruh aktivitas yang berhubungan dengan Batavia.

Untuk memperkuat kekuasaan dagangnya, Sultan Hasanuddin (Raja Makassar) menduduki Sumbawa, sehingga jalur pelayaran perdagangan dapat dikuasainya. Sultan Hasanuddin yang selalu membantu rakyat Maluku menyebabkan Belanda selalu kewalahan dalam menghadapi perlawanan tersebut. Peperangan antara Sultan Hasanuddin dengan Belanda selalu terjadi baik di darat maupun di laut. Angkatan perang Belanda di bawah pimpinan Cornelius Speelman selalu dapat dihalau.

Untuk menghadapi Sultan Hasanuddin, Belanda minta bantuan Raja Bone yaitu Aru Palaka. Dengan bantuannya, Makassar jatuh ke tangan Belanda dan Sultan Hasanuddin harus menandatangani Perjanjian Bungaya (1667) yang isinya:

1)    Sultan Hasanuddin memberi kebebasan kepada VOC melaksanakan perdagangan dengan sebesar-besarnya.2)    VOC memegang monopoli perdagangan di wilayah Indonesia bagian timur dengan pusatnya Makassar.3)    Wilayah Kerajaan Bone yang diserang dan diduduki zaman Sultan Hasanuddin dikembalikan kepada Aru Palaka dan diangkat menjadi Raja.

PERIODE SETELAH TAHUN 1800

a. Perlawanan Rakyat Maluku

Sebagai seorang sultan di Kerajaan Tidore, Sultan Nuku berusaha untuk meringankan beban rakyat dari penindasan pihak Kolonial Belanda. Dalam usaha mengusir Belanda, Sultan Nuku berhasil membina angkatan perang dengan inti kekuatannya adalah armada terdiri 200 buah kapal perang dan 6000 orang pasukan. Perjuangan ditempuh oleh Sultan Nuku melalui kekuatan senjata maupun politik diplomasi. Siasat adu domba yang dilakukan Sultan Nuku terhadap Inggris dan Belanda membuat Sultan Nuku dapat membebaskan kota Soa Siu dari kekuasaan Belanda (20 Juni 1801). Selanjutnya Maluku Utara berhasil dipersatukan di bawah kekuasaan Sultan Nuku (Tidore).

Perlawanan yang dilakukan oleh Thomas Matulesi (lebih dikenal dengan sebutan Kapitan Pattimura) diawali dengan penyebaran terhadap benteng Belanda yang bernama benteng Duurstede di Saparua. Dengan kegigihan rakyat Maluku di bawah pimpinan Kapitan Pattimura, akhirnya benteng Duurstede jatuh ke tangan rakyat Maluku.Pada tanggal 16 Desember 1817 Kapitan Pattimura dan kawan seperjuangannya menjalani hukuman mati di tiang gantungan. Mereka gugur sebagai pahlawan rakyat yang tertindas oleh penjajah. Dalam perlawanan ini dikenal pula seorang tokoh wanita Martha Christina Tiahahu.

b. Perang Padri

Pada mulanya gerakan Padri adalah suatu gerakan untuk memurnikan ajaran agama Islam di wilayah Sumatera Barat. Haji Miskin sebagai pelopor dari gerakan ini berusaha untuk

Page 3: Makalah

meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat wilayah itu. Tokoh-tokoh lainnya yaitu Tuanku Mesiangan, Tuanku Nan Renceh, Datuk Bandaharo. Malin Basa (yang kemudian dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol). Namun gerakan padri itu mendapat tantangan dari tokoh-tokoh Kaum Adat.Tidak ketinggalan seorang Pejuang wanita yang bernama  Rahmah El Yunusiah ikut berjuang

c. Perang Diponegoro

Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Belanda menimbulkan rasa benci dari golongan-golongan rakyat banyak atau rakyat jelata. Walaupun keadaan sudah mulai panas namun golongan-golongan itu masih menunggu datangnya seorang Ratu Adil yang dapat memimpin mereka dalam menghadapi Belanda. Tokoh yang diharapkan itu adalah tokoh dari kalangan istana yang tampil ke depan untuk memimpin mereka, beliau adalah Pangeran Diponegoro.Ada beberapa hal yang menyebabkan Pangeran Diponegoro turun  tangan dan memimpin perlawanan terhadap Belanda. Alasan tersebut terdiri dari alasan khusus dan alasan umum. Sebab-sebab khususnya antara lain sebagai berikut.

a.    Kekuasaan raja Mataram semakin kecil dan kewibawaannya mulai merosot. Bersamaan dengan itu terjadi pemecahan wilayahnya menjadi 4 kerajaan kecil, yaitu Surakarta, Ngayogyakarta, Mangkunegara, dan Paku Alaman.b.    Kaum bangsawan merasa dikurangi penghasilannya, karena daerah-daerah yang dulu dibagi-bagikan kepada para bangsawan, kini diambil oleh pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda mengeluarkan maklumat yang isinya mengusahakan perekonomian sendiri, tanah milik kaum partikelir (swasta) harus dikembalikan kepada pemerintah belanda. Sudah tentu tindakan ini menimbulkan kegelisahan di antara para bangsawan, karena harus mengembalikan uang persekot yang telah mereka terima.

c.    Rakyat yang mempunyai beban seperti kerja rodi, pajak tanah dan sebagainya merasa tertindas. Begitu pula karena pemungutan beberapa pajak yang diborong oleh orang-orang Tianghoa dengan sifat memeras dan memperberat beban rakyat.

Sebab-sebab khusus terjadinya Perang Diponegoro adalah pembuatan jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegal Rejo. Patih Danurejo IV (seorang “kaki tangan” Belanda) memerintahkan untuk memasang patok-patok di jalur itu. Pangeran Diponegoro memrintahkan untuk mencabutnya, namun patok-patok itu dipasang kembali, keadaan ini berlangsung berkali-kali. Akhirnya Pangeran Diponegoro mengganti patok-patok itu dengan tombak, yang menandakan kesiapan Pangeran Diponegoro untuk berperang melawan Belanda. Ketika pembicaraan antara Pangeran Diponegoro dengan Pangeran Mangkubumi berlangsung, Belanda tiba-tiba melakukan serangan.

Serangan itu merupakan awal mulanya Perang Diponegeoro. Pangeran Diponegoro bersama dengan Pangeran Mangkubumi berhasil meloloskan diri keluar kota dan memusatkan pasukannya di Selarong. Kemudian Pangeran Diponegoro menggempur kota Ngayogyakarta, sehingga Sultan Hamengkubuwono V yang masih kanak-kanak dibawa ke benteng Belanda. Pasukan Belanda berhasil menghalau pasukan Diponegoro. Kegagalan pasukan Diponegoro ini

Page 4: Makalah

mendorong beliau mengalihkan peperangan di sekitar kota Ngayogyakarta dan salah satu pertempuran yang dahsyat terjadi di Plered.

Selain dibantu oleh Pangeran Mangkubumi dan beberapa bangsawan lainnya, Diponegoro juga dibantu oleh Sentot Ali Basa Prawiradirdja dan Kiai Mojo dari Surakarta. Kiai Mojo berhasil mengobarkan Perang Jihad di daerah Ngayogyakarta, Surakarta, Bagelen dan sekitarnya. Pasukan-pasukan Diponegoro diberi nama seperti Arkiyo, Turkiyo, dan lain-lain.

Pada tahun 1826 terjadi pertempuran di Ngalengkong. Pasukan Diponegoro mengalami kemenangan gemilang yang mengharumkan nama Pangeran Diponegoro. Peristiwa Ngalengkong ini merupakan puncak kemenangan dari pertempuran-pertempuran yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro. Rakyat menobatkan Pangeran Diponegoro sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Hamid Herutjokro Amirulmukminin Saidin Panatagama Kalifatullah Tanah Jawa. Penobatan ini berlangsung di daerah Dekso.

Dalam pertempuran di Gawok terjadi perselisihan antara Pangeran Diponegoro dengan Kiai Mojo mengenai masalah pemerintahan dengan masalah keagamaan. Dalam perselisihan itu Pangeran Diponegoro berpendapat bahwa masalah pemerintahan dan keagamaan harus dipegang oleh satu tangan, karena kedua unsur itu dianggap saling membantu. Sedangkan menurut Kiai Mojo kedua masalah itu harus dipegang secara terpisah. Tampaknya perselisihan itu, juga tentang siasat perang, karena menolak usul perang terbuka dari Kiai Mojo.

Tahun 1829 merupakan saat yang sangat kritis bagi Pangeran Diponegoro. Satu persatu pengikutnya mulai meninggalkan dan memisahkan diri. Setelah Kiai Mojo memisahkan diri dari kelompok Pangeran Diponegoro, juga Sentot Ali Basa Prawiradirdja yang menginginkan perang terbuka dan menolak siasat perang gerilya.

Kolonel Cleerens berhasil mengadakan perundingan pendahuluan sekitar bulan Pebruari 1830. Perundingan selanjutnya diadakan di Magelang pada Maret 1830. Perundingan itu berhasil dilaksanakan antara Pangeran Diponegoro dengan Jenderal De Kock. Dalam perundingan itu Pangeran Diponegoro mengajukan tuntutannya yaitu Pangeran Diponegoro menginginkan sebuah negara merdeka di bawah seorang sultan dan juga ingin menjadi amirulmukminin di seluruh tanah jawa serta sebagai kepala negara bagi masyarakat Islam.

Tuntutan itu tak dipenuhi oleh Belanda sehingga tawar menawar pun terjadi. Pangeran Diponegoro ditangkap dan ditawan di Batavia, kemudian di Menado. Selanjutnya Pangeran Diponegoro ditawan di Makassar (Benteng Rotterdam). Pangeran Diponegoro meninggal di Makassar pada tanggal 8 Januari 1855.

d. Perang Aceh

Sejak meninggalnya Sultan Iskandar Muda, keadaan Kerajaan Aceh semakin suram. Begitu pula kira-kira tahun 1630 keadaan semakin suram akibat adanya saingan-saingan dari imperialisme barat. Kerajaan Aceh yang mengalami masa jaya pada masa Sultan Iskandar Muda akhirnya terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang berkuasa dan berdaulat. Sultan Aceh hanya berkuasa di daerah Kutaraja dan sekitarnya saja. Sultan hanyalah merupakan lambang Persatuan

Page 5: Makalah

Aceh namun demikian Sultan berkuasa penuh atas hubungan dengan negara asing. Bangsa Belanda maupun Inggris mengakui kedudukan politik Aceh berdasarkan Treaty of London (1824).

Dengan perjanjian tersebut, putra-putra Aceh mengadakan perdagangan secara leluasa dengan bangsa manapun juga. Kebebasan Aceh yang besar ini tidak menguntungkan Belanda. Oleh karena itu Belanda menggeledah dan menangkap para pelaut Aceh. Sebagai balasannya, rakyat Aceh mengadakan sergapan-sergapan terhadap kapal-kapal Belanda.Dalam rangka memperkuat kedudukannya, Aceh mengadakan hubungan dengan Kesultanan Turki, namun demikian Turki pada saat itu memang sedang mengalami kemunduran. Kendati demikian, hubungan yang dijalin oleh Aceh dengan Turki tahun 1868 menggoncangkan pemerintahan Belanda. Terlebih lagi dengan terbukanya Terusan Suez tahun 1869, kedudukan Aceh makin bertambah penting, baik ditinjau dari strategi perang maupun dari dunia perdagangan yang dekat dengan Selat Malaka. Oleh karena itu, baik Inggris maupun Belanda takut kalau-kalau Aceh diduduki oleh salah satu bangsa barat lainnya.

Namun setelah terbukti bahwa Aceh mengadakan hubungan dan perundingan dengan Konsul Italia dan Amerika, maka Inggris dan Belanda mengadakan perjanjian tahun 1872 tang dikenal dengan Traktat Sumatera, di mana Inggris memberikan kelonggaran kepada Belanda untuk bertindak terhadap Aceh dan sebaliknya Inggris boleh secara leluasa berdagang di Siak.Ketika Aceh mengadakan perang gerilya dengan Belanda, pihak Belanda mendapat perlawanan yang seimbang. Begitu pula ketatanegaraan Aceh yang sulit dan tidak dapat diketahui oleh Belanda, sangat membingungkan siasat perang Belanda.

Seorang panglima yang terkenal yaitu Teuku Umar, dengan siasat perang yang dimilikinya mengatakan bahwa Belanda tidak dapat dikalahkan tanpa perlengkapan senjata yang memadai. Oleh karena itu Teuku Umar menyerah pada Belanda pada tahun 1893 dengan tujuan hanya untuk mendapatkan perlengkapan persenjataan. Setelah mendapatkan persenjataan, pada tahun 1896 ia meninggalkan tentara Belanda dan bersatu dengan pejuang rakyat, sehingga serangan-serangan pejuang Aceh terhadap Belanda semakin berbahaya.

Di pihak lain muncul perlawanan-perlawanan yang bersifat keagamaan di bawah pimpinan seorang ulama (Teungku), yaitu Teungku Cik di Tiro. Belanda yang sudah kewalahan menghadapi serangan-serangan Aceh akhirnya mengirim Dr. Snouck Hurgronje untuk menyelidiki tatanegara Aceh. Dari penyelidikannya itu yang ditulis dengan judul De Atjehers (dalam bahasa Inggrisnya The Acehnese) dapat diketahui letak kelemahan dan kunci rahasia Aceh, baik yang berhubungan dengan tatanegara, kepercayaan, adat maupu siasat perang dan sebagainya.

Berdasarkan pengalaman Dr. Snouck Hurgronje, pada tahun 1899, Belanda mengirim Jenderal Van Heutsz untuk mengadakan serangan umum di Aceh Besar, Pidie dan Samalangan. Serangan umum di Aceh itu dikenal dengan Serangan Sapurata dari pasukan Marchausse dengan anggota pasukannya terdiri dari orang-orang Indonesia yang sudah dilatih oleh Belanda. Pasukan inilah yang benar-benar telah mematahkan semangat juang para pejuang Aceh. Dalam serangan itu banyak putra-putra Aceh yang gugur.

Page 6: Makalah

Dalam waktu singkat Belanda merasa berhasil menguasai Aceh. Kemudian Belanda membuat Perjanjian Pendek, di mana kerajaan-kerajaan kecil terikat oleh perjanjian ini. Kerajaan-kerajaan kecil ini tunduk pada Belanda dan seluruh kedudukan politik diatur oleh Belanda, sehingga masing-masing kerajaan diharuskan untuk:

1)   MengakuidaerahnyasebagaibagiandarikekuasaanBelanda.2)   Berjanjitidakakanberhubungandengansuatupemerintahanasing.3)   Berjanji akan menaati perintah-perintah yang diberikan oleh pemerintah Belanda.

e.PerangBali

Sebelum abad ke-19, Pulau Bali dikuasai oleh beberapa kerajaan kecil yang seluruhnya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Klungkung. Kerajaan Klungkung merupakan penguasa tertinggi dari kerajaan-kerajaan yang ada diPulau Bali.Menurut perjanjian antara Kerajaan Klungkung dengan Belanda tahun 1841, Kerajaan Klungkung yang ada pada saat itu berada di bawah kekuasaan Raja Dewa Agung Putra, dinyatakan sebagai Kupernement dari Hindia Belanda (suatu negeri yang bebas dari pengaruh kekuasaan Belanda). Namun ada hak-hak Kerajaan Bali yang paling mudah dilanggar, yaitu Hak Tawan Karang. Hak tersebut menyatakan bahwa kerajaan berhak merampas dan menyita barang-barang serta kapal-kapal yang terdampar di Pulau Bali. Kerajaan Buleleleng adalah kerajaan yang pertama diserang Belanda, karena menganggap bahwa kerajaan ini sebagai kerajaan terkuat.

Pada waktu, kerajaan Buleleng berada di bawah kekuasaan Raja Gusti Ngurah Made Karangasem dan PatihnyaI Gusti Ketut Jelantik Kedua-duanya sama samaantipenjajahBelanda.Pada tahun 1844, Kerajaan Buleleng berhasil menawankarangi sebuah kapal dagang di Prancak (daerah Jembara) yang saat itu berada di bawah kekuasaan Raja Buleleng. Peristiwa inilah yang dijadikan dalih oleh Belanda untuk menyerang Pulau Bali pada tahun1848.Dengan datangnya Belanda ke Pulau bali maka pertempuran tidak dapat dihindari. Pertempuran yang paling hebat terjadi di sebelah timur kota Singaraja yaitu di daerah Jagaraga.

Dalam pertempuran pertama Belanda mengalami kegagalan, namun pada pertempuran kedua yang terjadi pada tahun 1849, Belanda berhasil merebut benteng pertahanan terakhir di Kerajaan Buleleng di Jagaraga. Pasukan Belanda saat itu dipimpin oleh Jenderal Mayor A.V Michiels dan Van Swieten sebagai wakilnya berhasil merebut benteng pertahanan terakhir kerajaan Buleleng. Raja bersama patihnya dapat meloloskan diri ke Karangasem. Pertempuran ini lebih dikenal dengan Puput Jagaraga.

Setelah Buleleng dapat ditaklukan, Belanda terus ingin menguasai dan menaklukan kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Bali. Akibatnya suasana kehidupan masyarakat terus diikuti dengan “Perang Puputan”,sepertiPerangPuputanKusamba(1908),PerangPuputanBadung(1906),PerangPuputanKlungkung(1908).Perang Puputan Badung yang terjadi pada tahun 1906 diawali dengan terdamparnya sebuah kapal di Pantai Sanur. Seperti yang terjadi di Kerajaan Buleleng, kapal itu pun ditawankarangi oleh Kerajaan Badung. Belanda menuntut ganti rugi kepada Raja Badung

Page 7: Makalah

(Ida Cokorde Ngurah Gede Pamecutan). Penolakan Raja mengakibatkan Belanda melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Badung. Pertempuran mati-matian terjadi dengan suatu cara yang unik. Laki-laki, wanita dan anak-anak berpakaian serba putih (puputan) dengan membawa tombak atau keris menyerbu tentara Belanda yang bersenjata lengkap dan modern. Mereka menyerbu dengan tidak mengenal rasa takut dan akhirnya semua gugur. Pertempuran ini dikenal dengan Puputan Badung.

f.PerangBone

Sejak perjanjian Bongaya tahun 1667, Belanda mulai mempunyai wilayah kekuasaan di Sulawesi Selatan terutama di sekitar daerah Makassar. Karena merasa khawatir daerah Indonesia akan jatuh ke tangan bangsa Eropa lainnya, maka Belanda berupaya untuk menyatukan kekuasaan di daerahSulawesiSelatan.Pada tahun 1824, Gubernur Jenderal Van der Capellen berangkat ke Makassar untuk memperbarui Perjanjian Bongaya yang telah ditetapkan tahun 1667. Menurut Belanda Perjanjian Bongaya tidak sesuai dengan sistem pemerintahan imperialismenya. Akan tetapi, Kerajaan Bone menentang pembaruan Perjanjian Bongaya itu. Akibatnya, terjadilah perang antara Kerajaan Bone dengan Belanda. Walaupun ibu kota Bone berhasil direbut Belanda, tetapi bukan berarti Kerajaan Bone sudah jatuh. Kerajaan Bone yang diperintah oleh seorang Raja Putri memberikan perlawanan yang sengit dan menimbulkan korban di pihak Belanda.

Pada tahun 1859, perang meletus lagi sehingga sampai pada tahun 1860 Bone dapat dikalahkan. Jatuhnya Kerajaan Bone yang merupakan kerajaan terkuat di Sulawesi Selatan mengakibatkan Belanda semakin mudah untuk menguasai kerajaan-kerajaan lainnya di daerah itu. Perlawanan terakhir dari Kerajaan Bone yaitu pada tahun 1908 dan sejak saat itu Bone secara resmi berada di bawah kekuasaan pemerintah penjajah Belanada.

g.Perlawanan Rakyat Batak

Kerajaan Batak terletak di wilayah Tapanuli. Raja terakhir bernama Raja Sisingamangaraja XII (1875-1907). Pusat kedudukan dan pemerintahan Kerajaan Batak terletak di Bakkara (sebelah barat daya Danau Toba).

a) Raja Sisingamangaraja XII tidak sudi daerah kekuasaannya makin diperkecil oleh Belanda. Ia tidak dapat menerima kota Natal, kemudian Mandailing, Angkola, Sipirok di Tapanuli Selatan dikuasaiBelanda.

b)    Belanda ingin mewujudkan Pax Netherlandica.Untuk mewujudkan tujuan Pax Netherlandica, Belanda berusaha menguasai daerah Tapanuli Utara sebagai lanjutan pendudukannya atas Tapanuli Selatan dan Sumatera Timur. Belanda menempatkan pasukan pendudukannya di Tarutung dengan dalih melindungi para penyebar Kristen yang tergabung dalam Rhijnsnhezending. Tokoh penyebarnya bernama Nommensen (orang Jerman).

Page 8: Makalah

Daerah gerak Raja Sisingamangaraja XII makin sempit. Pasukan Belanda yang dikerahkan adalah Pasukan Marsose dan pasukan ini merupakan pasukan yang diandalkan oleh Belanda dalam berbagai peperangan.

h. Perang Kolonial dan Pembuatan Negeri JajahanDengan pelaksanaan kebeasan berusaha atau swastanisasi dan akibat dari pembukaan Terusab Suez (1869) maka hubungan pelayaran Eropa dengan Asia dapat diperpendek. Kapal-kapal bangsa Eropa lainnya berdatangan di perairan Selat Malaka dan Nusantara. Kesemuanya ini mendorong pihak Belanda untuk segera menyelesaikan perang kolonial, dan pembuatan daerah jajahannya di Indonesia.

Rahmat Blog

blog.re.or.id > Uncategorized > Sejarah Aceh

Sejarah AcehUncategorized category

Malik Al SalehSebelum Dinasti Usmaniyah di Turki berdiri pada tahun 699 H-1341 H atau bersamaan dgn tahun 1385 M-1923 M ternyata nun jauh di belahan dunia sebelah timur di dunia bagian Asia telah muncul Kerajaan Islam Samudera-Pasai yg berada di wilayah Aceh yg didirikan oleh Meurah Silu (Meurah berarti Maharaja dalam bahasa Aceh) yg segera berganti nama setelah masuk Islam dgn nama Malik al-Saleh yg meninggal pada tahun 1297. Dimana pengganti tak jelas namun pada tahun 1345 Samudera-Pasai diperintah oleh Malik Al Zahir cucu daripada Malik al-Saleh.

Samudera Pasai - Lahir Kerajaan Islam Samudera PasaiKedaulatan kerajaan Sriwijaya (684 M- 1377 M) dibawah dinasti Syailendra dgn raja yg pertama Balaputera Dewa yg berpusat di Palembang Sumatera Selatan makin kuat dan daerah semakin meluas setelah daerah kerajaan Melayu; Tulang Bawang Pulau Bangka Jambi Genting Kra dan daerah Jawa Barat didudukinya. Ketika Sriwijaya sedang mencapai puncak kekuatan ternyata mengundang raja Rajendra Chola dari Chola di India selatan tak bisa menahan nafsu serakah maka pada tahun 1023 lahirlah serangan dari raja India selatan ini kepada Sriwijaya.Dalam pertempuran dinasti Syailendra tak mampu menahan serangan tentara India selatan ini raja Sriwijaya ditawan dan tentara Chola dari India selatan ini kembali ke negerinya. Walaupun Sriwijaya bisa dilumpuhkan tetapi tetap kerajaan Buddha ini hidup sampai pada tahun 1377. Disaat-saat Sriwijaya ini lemah muncullah kerajaan Islam Samudera-Pasai di Aceh dgn raja Malik Al Saleh dan diteruskan oleh cucu Malik Al Zahir.

Politik Samudera Pasai bertentangan dgn Politik Gajah MadaGajah Mada yg diangkat sebagai patih di Kahuripan (1319-1321) oleh raja Jayanegara dari Majapahit. Dan pada tahun 1331 naik pangkat Gajah Mada menjadi mahapatih Majapahit yg diangkat oleh raja Tribuana Tunggadewi.Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi mahapatih Majapahit inilah keluar ucapan yg disebut dgn

Page 9: Makalah

sumpah palapa yg berisikan "dia tak akan menikmati palapa sebelum seluruh Nusantara berada dibawah kekuasaan kerajaan Majapahit". Ternyata dgn dasar sumpah palapa inilah Gajah Mada merasa tak senang ketika mendengar dan melihat bahwa Samudera Pasai di Aceh makin berkembang dan maju. Pada tahun 1350 Majapahit ingin menggempur Samudera Pasai tetapi Majapahit tak pernah mencapai kerajaan Samudra Pasai krn di hadang askar Sriwijaya. Selama 27 tahun Majapahit dendam terhadap kerajaan Sriwijaya dan kemudian pada tahun 1377 giliran Sriwijaya digempur sehingga habislah riwayat Sriwijaya sebagai negara Budha yg berpusat di Palembang ini.

Sultan Iskandar MudaAceh merupakan negeri yg amat kaya dan makmur pada masa kejayaannya. Menurut seorang penjelajah asal Perancis yg tiba pada masa kejayaan Aceh di zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau Sumatera Timur hingga Perak di semenanjung Malaysia.Aceh merupakan salah satu bangsa di pulau Sumatra yg memiliki tradisi militer dan pernah menjadi bangsa terkuat di Selat Malaka yg meliputi wilayah Sumatra dan Semenanjung Melayu ketika dibawah kekuasaan Iskandar Muda.Sultan Iskandar Muda kemudian menikah dgn seorang putri dari Kesultanan Pahang. Putri ini dikenal dgn nama Putroe Phang. Konon krn terlalu cinta sang Sultan dgn istri Sultan memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali (Taman Istana) sebagai tanda cintanya. Kabar sang puteri selalu sedih krn memendam rindu yg amat sangat terhadap kampung halaman yg berbukit-bukit. Oleh krn itu Sultan membangun Gunongan utk mengubati rindu sang puteri. Hingga saat ini Gunongan masih dapat disaksikan dan dikunjungi.

Aceh melawan PortugisKetika kerajaan Islam Samudera Pasai dalam krisis maka kerajaan Islam Malaka yg muncul dibawah Parameswara (Paramisora) yg berganti nama setelah masuk Islam dgn panggilan Iskandar Syah. Kerajaan Islam Malaka ini maju pesat sampai pada tahun 1511 ketika Portugis dibawah pimpinan Albuquerque dgn armada menaklukan Malaka.Ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis kembali Aceh bangkit dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Yang diteruskan oleh Sultan Salahuddin (1528-1537). Sultan Alauddin Riayat Syahal Kahar (1537-1568). Sultan Ali Riyat Syah (1568-1573). Sultan Seri Alam (1576. Sultan Muda (1604-1607). Sultan Iskandar Muda gelar marhum mahkota alam (1607-1636). Semua serangan yg dilancarkan pihak Portugis dapat ditangkisnya.

Pada abad ke-16 Ratu Inggris yg paling berjaya Elizabeth I sang Perawan mengirim utusan bernama Sir James Lancester kepada Kerajaan Aceh dan pula mengirim surat bertujuan "Kepada Saudara Hamba Raja Aceh Darussalam" serta seperangkat perhiasan yg tinggi nilainya. Sultan Aceh kala itu menerima maksud baik "saudarinya" di Inggeris dan mengizinkan Inggris utk berlabuh dan berdagang di wilayah kekuasaan Aceh. Bahkan Sultan juga mengirim hadiah-hadiah yg amat berharga termasuk sepasang gelang dari batu rubi dan surat yg ditulis di atas kertas yg halus dgn tinta emas. Sir James pun dianugerahi gelar "Orang Kaya Putih". Hubungan yg misra antara Aceh dan Inggris dilanjutkan pada masa Raja James I dari Inggris dan Skotlandia. Raja James mengirim sebuah meriam sebagai hadiah utk Sultan Aceh. Meriam tersebut hingga kini masih terawat dan dikenal dgn nama Meriam Raja James.

Page 10: Makalah

Selain Kerajaan Inggris Pangeran Maurits -pendiri dinasti Oranje- juga pernah mengirim surat dgn maksud meminta bantuan Kesultanan Aceh Darussalam. Sultan menyambut maksud baik mereka dgn mengirimkan rombongan utusan ke Belanda. Rombongan tersebut dipimpin oleh Tuanku Abdul Hamid. Rombongan inilah yg dikenal sebagai orang Indonesia pertama yg singgah di Belanda. Dalam kunjungan Tuanku Abdul Hamid sakit dan akhir meninggal dunia. Ia dimakamkan secara besar-besaran di Belanda dgn dihadiri ileh para pembesar-pembesar Belanda. Namun krn orang Belanda belum pernah memakamkan orang Islam maka beliau dimakamkan dgn cara agama nasrani di pekarangan sebuah Gereja. Kini di makam beliau terdapat sebuah prasasti yg dirasmikan oleh Mendinag Yang Mulia Pangeran Bernard suami menidiang Ratu Juliana dan Ayahanda Yang Maha Mulia Ratu Beatrix.

Pada masa Iskandar muda Kerajaan Aceh mengirim utusan utk menghadap sultan Empayar Turki Uthmaniyyah yg berkedudukan di Konstantinompel. Kerana saat itu sultan Turki Uthmaniyyah sedang gering maka utusan kerajaan Aceh terluntang-lantung demikian lama sehingga mereka harus menjual sedikit demi sedikit hadiah persembahan utk kelangsungan hidup mereka. Lalu pada akhir ketika mereka diterima oleh sang Sultan persembahan mereka hanya tinggal Lada Sicupak atau Lada sekarung. Namun sang Sultan menyambut baik hadiah itu dan mengirimkan sebuah meriam dan beberapa orang yg cakap dalam ilmu perang utk membantu kerajaan Aceh. Meriam tersbut pula masih ada hingga kini dikenal dgn nama Meriam Lada Sicupak. Pada masa selanjut sultan Turki Uthmaniyyah mengirimkan sebuha bintang jasa kepada Sultan Aceh.

Kerajaan Aceh pula menerima kunjungan utusan Diraja Perancis. Utusan Raja Perancis tersebut semula bermaksud menghadiahkan sebuah cermin yg amat berharga bagi Sultan Aceh. Namun dalam perjalanan cermin tersebut pecah. Akhir mereka mempersembahkan seripah cermin tersbut sebagai hadiah bagi sang Sultan. Dalam buku Danis Lombard mengatakan bahwa Sultan Iskanda Muda amat menggemari benda-benda berharga. Pada masa itu Kerajaan Aceh merupakan satu-satu kerajaan melayu yg memiliki Bale Ceureumin atau Hall of Mirror di dalam Istananya. Menurut Utusan Perancis tersebut Istana Kesultanan Aceh luas tak kurang dari 2 kilometer. Istana tersbut bernama Istana Dalam Darud Dunya. Didalam meliputi Medan Khayali dan medan Khaerani yg mampu menampung 300 ekor pasukan gajah. Sultan Iskandar muda juga memerintahkan utk memindahkan aliran sungai Krueng Aceh hingga mengaliri istananya. Disanalah sultan acap kali berenang sambil menjamu tetamu-tetamunya.

Kerajaan Aceh sepeninggal Sultan Iskandar Thani mengalami kemunduran yg terus menerus. Hal ini disebabkan kerana naik 4 Sultanah berturut-turut sehingga membangkitkan amarah kaum Ulama Wujudiyah. Padahal Seri Ratu Safiatudin Seri Tajul Alam Syah Berdaulat Zilullahil Filalam yg merupakan Sultanah yg pertama adl seorang wanita yg amat cakap. Ia merupakan puteri Sultan Iskandar Muda dan Isteri Sultan Iskandar Thani. Ia pula menguasai 6 bahasa Spanyol Belanda Aceh Melayu Arab dan Parsi. Saat itu di dalam Parlemen Aceh yg beranggotakan 96an orang 1/4 diantara adl wanita. Perlawanan kaum ulama Wujudiyah berlanjut hingga datang fatwa dari Mufti Besar Mekkah yg menyatakan keberatan akan seorang Wanita yg menjadi Sultanah. Akhir berakhirlah masa kejayaan wanita di Aceh.Pada masa perang dgn Belanda Kesultanan aceh sempat meminta bantuan kepada perwakilan Amerika Serikta di Singapura yg disinggahi Panglima Tibang Muhammad dalam perjalanan menuju Pelantikan Kaisar Napoleon III di Perancis. Aceh juga mengirim Habib Abdurrahman utk meminta bantuan kepada Empayar Turki Uthmaniyyah. Namun Empayar Turki

Page 11: Makalah

Uthmaniyyah kala itu sudah mengalami masa kemunduran. Sedangkan Amerika menolak campur tangan dalam urusan Aceh dan Belanda.

Hubungan dgn Barat - InggrisPada abad ke-16 Ratu Inggris Elizabeth I mengirimkan utusan bernama Sir James Lancester kepada Kerajaan Aceh dan mengirim surat yg ditujukan: "Kepada Saudara Hamba Raja Aceh Darussalam." serta seperangkat perhiasan yg tinggi nilainya. Sultan Aceh kala itu menerima maksud baik "saudarinya" di Inggris dan mengizinkan Inggris utk berlabuh dan berdagang di wilayah kekuasaan Aceh. Bahkan Sultan juga mengirim hadiah-hadiah yg berharga termasuk sepasang gelang dari batu rubi dan surat yg ditulis di atas kertas yg halus dgn tinta emas. Sir James pun dianugerahi gelar "Orang Kaya Putih".Sultan Aceh pun membalas surat dari Ratu Elizabeth I. Berikut cuplikan isi surat Sultan Aceh yg masih disimpan oleh pemerintah kerajaan Inggris tertanggal tahun 1585:I am the mighty ruler of the Regions below the wind who holds sway over the land of Aceh and over the land of Sumatra and over all the lands tributary to Aceh which stretch from the sunrise to the sunset.(Hambalah sang penguasa perkasa Negeri-negeri di bawah angin yg terhimpun di atas tanah Aceh dan atas tanah Sumatra dan atas seluruh wilayah wilayah yg tunduk kepada Aceh yg terbentang dari ufuk matahari terbit hingga matahari terbenam).

Hubungan yg mesra antara Aceh dan Inggris dilanjutkan pada masa Raja James I dari Inggris dan Skotlandia. Raja James mengirim sebuah meriam sebagai hadiah utk Sultan Aceh. Meriam tersebut hingga kini masih terawat dan dikenal dgn nama Meriam Raja James.

Hubungan dgn Barat - BelandaSelain Kerajaan Inggris Pangeran Maurits – pendiri dinasti Oranje– juga pernah mengirim surat dgn maksud meminta bantuan Kesultanan Aceh Darussalam. Sultan menyambut maksud baik mereka dgn mengirimkan rombongan utusan ke Belanda. Rombongan tersebut dipimpin oleh Tuanku Abdul Hamid. Rombongan inilah yg dikenal sebagai orang Indonesia pertama yg singgah di Belanda. Dalam kunjungan Tuanku Abdul Hamid sakit dan akhir meninggal dunia. Ia dimakamkan secara besar-besaran di Belanda dgn dihadiri oleh para pembesar-pembesar Belanda. Namun krn orang Belanda belum pernah memakamkan orang Islam maka beliau dimakamkan dgn cara agama Nasrani di pekarangan sebuah gereja. Kini di makam beliau terdapat sebuah prasasti yg diresmikan oleh Mendiang Yang Mulia Pangeran Bernhard suami mendiang Ratu Juliana dan Ayahanda Yang Mulia Ratu Beatrix.

Hubungan dgn Barat - OttomanPada masa Iskandar Muda Kerajaan Aceh mengirim utusan utk menghadap Sultan Kekaisaran Ottoman yg berkedudukan di Konstantinopel. Karena saat itu Sultan Ottoman sedang gering maka utusan Kerajaan Aceh terluntang-lantung demikian lama sehingga mereka harus menjual sedikit demi sedikit hadiah persembahan utk kelangsungan hidup mereka. Lalu pada akhir ketika mereka diterima oleh sang Sultan persembahan mereka hanya tinggal Lada Sicupak atau Lada sekarung. Namun sang Sultan menyambut baik hadiah itu dan mengirimkan sebuah meriam dan beberapa orang yg cakap dalam ilmu perang utk membantu kerajaan Aceh. Meriam tersebut pula masih ada hingga kini dikenal dgn nama Meriam Lada Sicupak. Pada masa selanjut Sultan Ottoman mengirimkan sebuah bintang jasa kepada Sultan Aceh.

Page 12: Makalah

Hubungan dgn Barat - PerancisKerajaan Aceh juga menerima kunjungan utusan Kerajaan Perancis. Utusan Raja Perancis tersebut semula bermaksud menghadiahkan sebuah cermin yg sangat berharga bagi Sultan Aceh. Namun dalam perjalanan cermin tersebut pecah. Akhir mereka mempersembahkan serpihan cermin tersebut sebagai hadiah bagi sang Sultan. Dalam buku Danis Lombard mengatakan bahwa Sultan Iskandar Muda amat menggemari benda-benda berharga. Pada masa itu Kerajaan Aceh merupakan satu-satu kerajaan Melayu yg memiliki Balee Ceureumeen atau Aula Kaca di dalam Istananya. Menurut Utusan Perancis tersebut Istana Kesultanan Aceh luas tak kurang dari dua kilometer. Istana tersebut bernama Istana Dalam Darud Do (kini Meuligo Aceh kediaman Gubernur). Di dalam meliputi Medan Khayali dan Medan Khaerani yg mampu menampung 300 ekor pasukan gajah. Sultan Iskandar Muda juga memerintahkan utk memindahkan aliran Sungai Krueng Aceh hingga mengaliri istana (sungai ini hingga sekarang masih dapat dilihat mengalir tenang di sekitar Meuligoe). Di sanalah sultan acap kali berenang sambil menjamu tetamu-tetamunya.

Pasca-Sultan Iskandar ThaniKerajaan Aceh sepeninggal Sultan Iskandar Thani mengalami kemunduran yg terus menerus. Hal ini disebabkan kerana naik empat Sultanah berturut-turut sehingga membangkitkan amarah kaum Ulama Wujudiyah. Padahal Seri Ratu Safiatudin Seri Tajul Alam Syah Berdaulat Zilullahil Filalam yg merupakan Sultanah yg pertama adl seorang wanita yg amat cakap. Ia merupakan puteri Sultan Iskandar Muda dan Isteri Sultan Iskandar Thani. Ia pula menguasai 6 bahasa Spanyol Belanda Aceh Melayu Arab dan Parsi. Saat itu di dalam Parlemen Aceh yg beranggotakan 96 orang 1/4 di antara adl wanita. Perlawanan kaum ulama Wujudiyah berlanjut hingga datang fatwa dari Mufti Besar Mekkah yg menyatakan keberatan akan seorang wanita yg menjadi Sultanah. Akhir berakhirlah masa kejayaan wanita di Aceh.

Datang Pihak kolonial Ke Aceh Kesultanan Aceh terlibat perebutan kekuasaan yg berkepanjangan sejak awal abad ke-16 pertama dgn Portugal lalu sejak abad ke-18 dgn Britania Raya (Inggris) dan Belanda. Pada akhir abad ke-18 Aceh terpaksa menyerahkan wilayah di Kedah dan Pulau Pinang di Semenanjung Melayu kepada Britania Raya.Pada tahun 1824 Perjanjian Britania-Belanda ditandatangani di mana Britania menyerahkan wilayah di Sumatra kepada Belanda. Pihak Britania mengklaim bahwa Aceh adl koloni mereka meskipun hal ini tak benar. Pada tahun 1871 Britania membiarkan Belanda utk menjajah Aceh kemungkinan utk mencegah Perancis dari mendapatkan kekuasaan di kawasan tersebut.

Perang AcehTahun 1873 pecah perang Aceh melawan Belanda. Perang Aceh disebabkan karena:1. Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari perjanjian Siak 1858. Dimana Sultan Ismail menyerahkan daerah Deli Langkat Asahan dan Serdang kepada Belanda padahal daerah-daerah itu sejak Sultan Iskandar Muda ada dibawah kekuasaan Aceh.2. Belanda melanggar Siak maka berakhirlah perjanjian London (1824). Dimana isi perjanjian London adl Belanda dan Inggris membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dgn garis lintang Sinagpura. Kedua mengakui kedaulatan Aceh.3. Aceh menuduh Belanda tak menepati janji sehingga kapal-kapal Belanda yg lewat perairan Aceh ditenggelamkan Aceh. Perbuatan Aceh ini disetujui Inggris krn memang Belanda bersalah.

Page 13: Makalah

4. Di buka terusan Suez oleh Ferdinand de Lessep. Menyebabkan perairan Aceh menjadi sangat penting utk lalulintas perdagangan.5. Dibuat Perjanjian Sumatera 1871 antara Inggris dan Belanda yg isi Inggris memberika keleluasaan kepada Belanda utk mengambil tindakan di Aceh. Belanda harus menjaga keamanan lalulintas di Selat Sumatera. Belanda mengizinkan Inggris bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerah di Guinea Barat kepada Inggris.6. Akibat perjanjian Sumatera 1871 Aceh mengadakan hubungan diplomatik dgn Konsul Amerika Italia Turki di Singapura. Dan mengirimkan utusan ke Turki 1871.7. Akibat hubungan diplomatik Aceh dgn Konsul Amerika Italia dan Turki di Singapura Belanda menjadikan itu sebagai alasan utk menyerang Aceh. Wakil Presiden Dewan Hindia Nieuwenhuyzen dgn 2 kapal perang datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud Syah tengtang apa yg sudah dibicarakan di Singapura itu tetapi Sultan Machmud menolak utk memberikan keterangan.

Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873 setelah melakukan beberapa ancaman diplomatik. Sebuah ekspedisi dgn 3.000 serdadu yg dipimpin Mayor Jenderal Köhler dikirimkan pada tahun 1874 namun dikalahkan tentara Aceh di bawah pimpinan Panglima Polem dan Sultan Machmud Syah yg telah memodernisasikan senjatanya. Köhler sendiri berhasil dibunuh pada tanggal 10 April 1873

Ekspedisi kedua di bawah pimpinan Jenderal van Swieten berhasil merebut istana sultan. Ketika Sultan Machmud Syah wafat 26 Januari 1874 digantikan oleh Tuanku Muhammad Dawot yg dinobatkan sebagai Sultan di masjid Indragiri. Pada 13 Oktober 1880 pemerintah kolonial menyatakan bahwa perang telah berakhir. Bagaimanapun perang dilanjutkan secara gerilya dan perang fisabilillah dikobarkan di mana sistem perang gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1904.Pada masa perang dgn Belanda Kesultanan Aceh sempat meminta bantuan kepada perwakilan Amerika Serikat di Singapura yg disinggahi Panglima Tibang Muhammad dalam perjalanan menuju Pelantikan Kaisar Napoleon III di Perancis. Aceh juga mengirim Habib Abdurrahman utk meminta bantuan kepada Kekaisaran Ottoman. Namun Kekaisaran Ottoman kala itu sudah mengalami masa kemunduran. Sedangkan Amerika menolak campur tangan dalam urusan Aceh dan Belanda.

Perang kembali berkobar pada tahun 1883. Pasukan Belanda berusaha membebaskan para pelaut Britania yg sedang ditawan di salah satu wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh dan menyerang kawasan tersebut. Sultan Aceh menyerahkan para tawanan dan menerima bayaran yg cukup besar sebagai gantinya. Sementara itu Menteri Perang Belanda Weitzel kembali menyatakan perang terbuka melawan Aceh. Belanda kali ini meminta bantuan para pemimpin setempat di antara Teuku Umar. Teuku Umar diberikan gelar panglima prang besar dan pada 1 Januari 1894 bahkan menerima dana bantuan Belanda utk membangun pasukannya. Ternyata dua tahun kemudian Teuku Umar malah menyerang Belanda dgn pasukan baru tersebut. Dalam perang gerilya ini Teuku Umar bersama Panglima Polem dan Sultan terus tanpa pantang mundur. Tetapi pada tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van Der Dussen di Meulaboh Teuku Umar gugur. Tetapi Cut Nya Dien istri Teuku Ummar siap tampil menjadi komandan perang gerilya.

Page 14: Makalah

Pada 1892 dan 1893 pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah gagal merebut Aceh. Dr. Snoeck Hurgronje seorang ahli Islam dari Universitas Leiden yg telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh kemudian memberikan saran kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama bukan kepada sultan. Saran ini ternyata berhasil. Dr Snouck Hurgronye yg menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh utk meneliti kemasyarakatan dan ketatanegaraan Aceh. Hasil kerja itu dibukukan dgn judul Rakyat Aceh ( De Acehers). Dalam buku itu disebutkan rahasia bagaimana utk menaklukkan Aceh.

Isi nasehat Snouck Hurgronye kepada Gubernur Militer Belanda yg bertugas di Aceh adalah1. Mengesampingkan golongan Keumala (yaitu Sultan yg berkedudukan di Keumala) beserta pengikutnya.2. Senantiasa menyerang dan menghantam kaum ulama.3. Jangan mau berunding dgn para pimpinan gerilya.4. Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya.5. Menunjukkan niat baik Belanda kepada rakyat Aceh dgn cara mendirikan langgar masjid memperbaiki jalan-jalan irigasi dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh.

Pada tahun 1898 J.B. van Heutsz dinyatakan sebagai gubernur Aceh pada 1898-1904 kemudian Dr Snouck Hurgronye diangkat sebagai penasehat dan bersama letnan Hendrikus Colijn (kelak menjadi Perdana Menteri Belanda) merebut sebagian besar Aceh.

Sultan M. Daud akhir meyerahkan diri kepada Belanda pada tahun 1903 setelah dua istri anak serta ibunda terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda. Kesultanan Aceh akhir jatuh seluruh pada tahun 1904. Istana Kesultanan Aceh kemudian di luluhlantakkan dan diganti dgn bangunan baru yg sekarang dikenal dgn nama Pendopo Gubernur. Pada tahun tersebut hampir seluruh Aceh telah direbut Belanda.

Taktik perang gerilya Aceh ditiru oleh Van Heutz dimana dibentuk pasukan marsuse yg dipimpin oleh Christoffel dgn pasukan Colone Macan yg telah mampu dan menguasai pegunungan-pegunungan hutan-hutan rimba raya Aceh utk mencari dan mengejar gerilyawan-gerilyawan Aceh.

Taktik berikut yg dilakukan Belanda adl dgn cara penculikan anggota keluarga Gerilyawan Aceh. Misal Christoffel menculik permaisuri Sultan dan Tengku Putroe (1902). Van Der Maaten menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim. Akibat Sultan menyerah pada tanggal 5 Januari 1902 ke Sigli dan berdamai. Van Der Maaten dgn diam-diam menyergap Tangse kembali Panglima Polem dapat meloloskan diri tetapi sebagai ganti ditangkap putera Panglima Polem Cut Po Radeu saudara perempuan dan beberapa keluarga terdekatnya. Akibat Panglima Polem meletakkan senjata dan menyerah ke Lo Seumawe (1903). Akibat Panglima Polem menyerah banyak penghulu-penghulu rakyat yg menyerah mengikuti jejak Panglima Polem.

Taktik selanjut pembersihan dgn cara membunuh rakyat Aceh yg dilakukan dibawah pimpinan Van Daalen yg menggantikan Van Heutz. Seperti pembunuhan di Kuta Reh (14 Juni 1904) dimana 2922 orang dibunuh yg terdiri dari 1773 laki-laki dan 1149 perempuan.

Page 15: Makalah

Taktik terakhir menangkap Cut Nya Dien istri Teuku Umar yg masih melakukan perlawanan secara gerilya dimana akhir Cut Nya Dien dapat ditangkap dan diasingkan ke Sumedang Jawa Barat.Surat Perjanjian Pendek Tanda Menyerah Ciptaan Van Heutz

Van Heutz telah menciptakan surat pendek penyerahan yg harus ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yg telah tertangkap dan menyerah. Dimana isi dari surat pendek penyerahan diri itu berisikan Raja (Sultan) mengakui daerah sebagai bagian dari daerah Hindia Belanda. Raja berjanji tak akan mengadakan hubungan dgn kekuasaan di luar negeri. Berjanji akan mematuhi seluruh perintah-perintah yg ditetapkan Belanda. (RH Saragih J Sirait M Simamora Sejarah Nasional 1987)

Bangkit Nasionalisme Aceh Sementara pada masa kekuasaan Belanda bangsa Aceh mulai mengadakan kerjasama dgn wilayah-wilayah lain di Indonesia dan terlibat dalam berbagai gerakan nasionalis dan politik. Sarekat Islam sebuah organisasi dagang Islam yg didirikan di Surakarta pada tahun 1912 tiba di Aceh pada sekitar tahun 1917. Ini kemudian diikuti organisasi sosial Muhammadiyah pada tahun 1923. Muhammadiyah membangun sebuah sekolah Islam di Kutaraja (kini bernama Banda Aceh) pada tahun 1929. Kemudian pada tahun 1939 Partai Indonesia Raya (Parindra) membukan cabang di Aceh menjadi partai politik pertama di sana. Pada tahun yg sama para ulama mendirikan PUSA(Persatuan Ulama Seluruh Aceh) sebuah organisasi anti-Belanda.

Perang Dunia IIAceh kian hari kian terlibat dalam gerakan nasionalis Indonesia. Saat Volksraad (parlemen) dibentuk Teuku Nyak Arif terpilih sebagai wakil pertama dari Aceh. (Nyak Arif lalu dilantik sebagai gubernur Aceh oleh gubernur Sumatra pertama Moehammad Hasan).

Seperti banyak penduduk Indonesia dan Asia Tenggara lain rakyat Aceh menyambut kedatangan tentara Jepang saat mereka mendarat di Aceh pada 12 Maret 1942 krn Jepang berjanji membebaskan mereka dari penjajahan. Namun ternyata pemerintahan Jepang tak banyak berbeda dari Belanda. Jepang kembali merekrut para uleebalang utk mengisi jabatan Gunco dan Sunco (kepala adistrik dan subdistrik). Hal ini menyebabkan kemarahan para ulama dan memperdalam perpecahan antara para ulama dan uleebalang. Pemberontakan terhadap Jepang pecah di beberapa daerah termasuk di Bayu dekat Lhokseumawe pada tahun 1942 yg dipimpin Teungku Abdul Jalil dan di Pandrah Jeunieb pada tahun 1944.

Masa Republik Indonesia- Aceh Tidak Termasuk Anggota Negara-negara Bagian RIS41 tahun kemudian semenjak selesai perang Aceh Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Ternyata perjuangan utk bebas dari cengkraman Belanda belum selesai sebelum Van Mook menciptakan negara-negara boneka yg tergabung dalam RIS (Republik Indonesia Serikat).Dimana ternyata Aceh tak termasuk negara bagian dari federal hasil ciptaan Van Mook yg meliputi seluruh Indonesia yaitu yg terdiri dari:1. Negara RI yg meliputi daerah status quo berdasarkan perjanjian Renville.2. Negara Indonesia Timur.3. Negara Pasundan termasuk Distrik Federal Jakarta

Page 16: Makalah

4. Negara Jawa Timur5. Negara Madura6. Negara Sumatra Timur termasuk daerah status quo Asahan Selatan dan Labuhan Batu7. Negara Sumatra Selatan8. Satuan-satuan kenegaraan yg tegak sendiri seperti Jawa Tengah Bangka-Belitung Riau Daerah Istimewa Kalimantan Barat Dayak Besar Daerah Banjar Kalimantan Tenggara dan Kalimantan Timur.9. Daerah.daerah Indonesia selebih yg bukan daerah-daerah bagian.Yang terpilih menjadi Presiden RIS adl Soekarno dalam sidang Dewan Pemilihan Presiden RIS pada tanggal 15-16 Desember 1949. Pada tanggal 17 Desember 1949 Presiden Soekarno dilantik menjadi Presiden RIS. Sedang utk jabatan Perdana Menteri diangkat Mohammad Hatta. Kabinet dan Perdana Menteri RIS dilantik pada tanggal 20 Desember 1949.

Pengakuan Belanda Kepada Kedaulatan RIS Tanpa AcehBelanda dibawah Ratu Juliana Perdana Menteri Dr. Willem Drees Menteri Seberang Lautnan Mr AMJA Sassen dan ketua Delegasi RIS Moh Hatta membubuhkan tandatangan pada naskah pengakuan kedaulatan RIS oleh Belanda dalam upacara pengakuan kedaulatan RIS pada tanggal 27 Desember 1949. Pada tanggal yg sama di Yogyakarta dilakukan penyerahan kedaulatan RI kepada RIS. Sedangkan di Jakarta pada hari yg sama Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota AHJ Lovink dalam suatu upacara bersama-sama membubuhkan tandangan pada naskah penyerahan kedaulatan. (30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 Sekretariat Negara RI 1986)

Kembali Ke Negara Kesatuan Republik IndonesiaTanggal 8 Maret 1950 Pemerintah RIS dgn persetujuan Parlemen (DPR) dan Senat RIS mengeluarkan Undang-Undang Darurat No 11 tahun 1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS. Berdasarkan Undang-Undang Darurat itu beberapa negara bagian menggabungkan ke RI sehingga pada tanggal 5 April 1950 yg tinggal hanya tiga negara bagian yaitu RI NST (Negara Sumatera Timur) dan NIT (Negara Indonesia Timur).

Pada tanggal 14 Agustus 1950 Parlemen dan Senat RIS mengesahkan Rancangan Undang-Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia hasil panitia bersama.

Pada rapat gabungan Parlemen dan Senat RIS pada tanggal 15 Agustus 1950 Presiden RIS Soekarno membacakan piagam terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada hari itu juga Presiden Soekarno kembali ke Yogya utk menerima kembali jabatan Presiden RI dari Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI Mr. Asaat. (30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964 Sekretariat Negara RI 1986)

Maklumat Negara Islam Indonesia Aceh oleh Daud Beureueh3 tahun setelah RIS bubar dan kembali menjadi RI Daud Beureueh di Aceh memaklumatkan Negara Islam Indonesia di bawah Imam SM Kartosoewirjo pada tanggal 20 September 1953.

Isi Maklumat NII di Aceh adalah: Dengan Lahirnja Peroklamasi Negara Islam Indonesia di Atjeh dan daerah sekitarnja maka lenjaplah kekuasaan Pantja Sila di Atjeh dan daerah sekitarnja digantikan oleh pemerintah dari Negara Islam.

Page 17: Makalah

Dari itu dipermaklumkan kepada seluruh Rakjat bangsa asing pemeluk bermatjam2 Agama pegawai negeri saudagar dan sebagainja:1. Djangan menghalang2i gerakan Tentara Islam Indonesia tetapi hendaklah memberi bantuan dan bekerdja sama utk menegakkan keamanan dan kesedjahteraan Negara.2. Pegawai2 Negeri hendaklah bekerdja terus seperti biasa bekerdjalah dgn sungguh2 supaja roda pemerintahan terus berdjalan lantjar.3. Para saudagar haruslah membuka toko laksanakanlah pekerdjaan itu seperti biasa Pemerintah Islam mendjamin keamanan tuan2.4. Rakjat seluruhnja djangan mengadakan Sabotage merusakkan harta vitaal mentjulik merampok menjiarkan kabar bohong inviltratie propakasi dan sebagainja jang dapat mengganggu keselamatan Negara. Siapa sadja jang melakukan kedjahatan2 tsb akan dihukum dgn hukuman Militer.5. Kepada tuan2 bangsa Asing hendaklah tenang dan tentram laksanakanlah kewadjiban tuan2 seperti biasa keamanan dan keselamatan tuan2 didjamin.6. Kepada tuan2 yg beragama selain Islam djangan ragu2 dan sjak wasangka jakinlah bahwa Pemerintah N.I.I. mendjamin keselamatan tuan2 dan agama jang tuan peluk krn Islam memerintahkan utk melindungi tiap2 Umat dan agamanja seperti melindungi Umat dan Islam sendiri. Achirnja kami serukan kepada seluruh lapisan masjarakat agar tenteram dan tenang serta laksanakanlah kewadjiban masing2 seperti biasa.Negara Islam IndonesiaGubernur Sipil/Militer Atjeh dan Daerah sekitarnja.MUHARRAM 1373Atjeh DarussalamSeptember 1953

Daud Beureueh Menyerah kepada Penguasa Daulah PancasilaBulan Desember 1962 7 bulan setelah Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo Imam NII tertangkap (4 Juni 1962) di atas Gunung Geber di daerah Majalaya oleh kesatuan-kesatuan Siliwangi dalam rangka Operasi Bratayudha Daud Beureueh di Aceh menyerah kepada Penguasa Daulah Pancasila setelah dilakukan "Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda Kolonel M.Jasin. (30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964 Sekretariat Negara RI 1986)

Hasan Di Tiro Mendeklarasi Negara Aceh Sumatera14 tahun kemudian setelah Daud Beureueh menyerah kepada Penguasa Daulah Pancasila Hasan Muhammad di Tiro pada tanggal 4 Desember 1976 mendeklarasikan kemerdekaan Aceh Sumatra. Bunyi deklarasi kemerdekaan Negara Aceh Sumatra itu adalah:".“ "Kepada rakyat di seluruh dunia: Kami rakyat Aceh Sumatra melaksanakan hak menentukan nasib sendiri dan melindungi hak sejarah istimewa nenek moyang negara kami dgn ini mendeklarasikan bebas dan berdiri sendiri dari semua kontrol politik pemerintah asing Jakarta dan dari orang asing Jawa.Atas nama rakyat Aceh Sumatra yg berdaulat.Tengku Hasan Muhammad di Tiro.Ketua National Liberation Front of Acheh Sumatra dan Presiden Aceh Sumatra4 Desember 1976" ”“ "To the people of the world:

Page 18: Makalah

We the people of Acheh Sumatra exercising our right of self-determination and protecting our historic right of eminent domain to our fatherland do hereby declare ourselves free and independent from all political control of the foreign regime of Jakarta and the alien people of the island of Java.In the name of sovereign people of Acheh Sumatra. Tengku Hasan Muhammad di Tiro. Chairman National Liberation Front of Acheh Sumatra and Head of State Acheh Sumatra December 4 1976 ”

Akhir Konflik di Aceh - Operasi militer Indonesia di AcehPada 15 Agustus 2005 GAM dan pemerintah Indonesia akhir berhasil mencapai kesepakatan damai utk mengakhiri konflik berkepanjangan tersebut.

Pada 26 Desember 2004 sebuah gempa bumi besar menyebabkan tsunami yg melanda sebagian besar pesisir barat Aceh termasuk Banda Aceh dan menyebabkan kematian ratusan ribu jiwa.

Di samping itu telah muncul aspirasi dari beberapa wilayah NAD khusus di bagian barat selatan dan pedalaman utk memisahkan diri dari NAD dan membentuk 2 provinsi baru yg disebut Aceh Leuser Antara yg terdiri dari Aceh Tengah Bener Meriah Gayo Lues Aceh Tenggara dan Aceh Singkil serta Aceh Barat Selatan atau ABAS yg terdiri dari Nagan Raya Aceh Barat Daya Aceh Selatan Simeulue Aceh Barat dan Aceh Jaya.

4 Desember 2005 diadakan Deklarasi bersama di Gelora Bung Karno Jakarta yg dihadiri ratusan orang dan 11 bupati yg ingin dimekarkan wilayah dan dilanjutkan dgn unjukrasa yg menuntut lepas 11 kabupaten tadi dari Nanggroe Aceh Darussalam.Pada 15 Agustus 2005 GAM dan pemerintah Indonesia akhir menandatangani persetujuan damai sehingga mengakhiri konflik antara kedua pihak yg telah berlangsung selama hampir 30 tahun.

Perjuangan Awal Kemerdekaan Indonesia (1945-1949)Nov 10, '07 2:41 AMfor everyone

Pendahuluan Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah buah perjuangan yang telah

dilakukan para pendiri bangsa. Kemenangan yang diraih bukanlah milik satu golongan saja, tetapi merupakan kemenangan dan kemerdekaan segenap elemen bangsa. Para pendiri bangsa saat itu sudah berani mengambil resiko perjuangan yang akan mereka terima. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bukan berarti perjuangan telah selesai. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Indonesia akan mengalami fase perjuangan selanjutnya yakni upaya perebutan kekuasan dan pengakuan kedaulatan dari negara lain.

Indonesia yang sudah memproklamirkan kemerdekaannya tidak serta merta bebas dari belenggu penjajah Jepang saat itu. Belum lagi masuknya kekuatan asing lain yang masuk ke wilayah Indonesia. Masa perjuangan awal kemerdekaan Indonesia setelah proklamasi diwarnai dengan berbagai pertempuran dan bentrokan antara pemuda-pemuda Indonesia melawan aparat kekuasaan Jepang. Tujuannya adalah untuk merebut kekuasaan dan memperoleh senjata. Di berbagai daerah terjadi pertempuran. Pergolakan yang terjadi terus meletus tidak hanya di pusat kekuasaan (Jakarta), tetapi terus melebar dan meluas di berbagai daerah lannya yang tidak hanya melawan penjajah Jepang, namun melakukan perlawanan kepada siapapun yang menghalang-halangi kemerdekaan Indonesia.[1]

Page 19: Makalah

   Rapat Raksasa di Lapangan Ikada

Para pemuda yang dipelopori oleh Komite van Aksi Menteng 31[2] merencanakan pengerahan massa yang untuk pertama kali mempertemukan pemimpin RI (setelah proklamasi) dengan rakyatnya. Pertemuan itu dimaksudkan untuk membuktikan dukungan rakyat terhadap pemimpinnya serta sebagai upaya awal pengakuan kedaulatan dan harga diri Indonesia sebagai bangsa yang merdeka. Cara yang dilakukan pemuda itu adalah dengan mempersiapkan pengerahan massa dan menyampaikan rencana tersebut kepada presiden. Pada intinya, pemerintah tidak mempermasalahkan pelaksaan acar tersebut. Akan tetapi yang ditakutkan adalah respon penjajah Jepang saat itu. Jika acar tersebut dilakukan, pemerintah mengkhawatirkan akan terjadinya bentrokan antara aparat Jepang dengan massa aksi. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, pemerintah mengadakan sidang kabinet yang diadakan di kediaman presiden pada 19 September. Rapat itu berlangsung hingga dinihari dan dilanjutkan lagi pagi harinya di Lapangan Banteng Barat. Pembicaraan tersebut juga dihadiri oleh para pemimpin pemuda.[3] Para pemuda bersikeras agar acara tersebut tetap diadakan karena massa sudah berbondong-bondong menghadiri Lapangan Ikada untuk mendengarkan pidato dari pemimpinnya. Situasi tegang terjadi saat itu karena penjagaan ketat dari aparat bersenjata Jepang. Selain itu, massa aksi banyak yang membawa senjata tajam. Acara tetap dilakukan dengan pidato Bung Karno. Dalam pidatonya, Bung Karno meminta kepercayaan dan dukungan rakyat kepada Pemerintah. Ia mengharapkan rakyat dapat mematuhi perintah dan disiplin. Setelah acara selesai, massa diperintahkan untuk membubarkan diri dengan tenaang. Perintah itu akhirnya ditaati oelh massa yang meninggalkan rapat raksasa dengan tertib tanpa kerusuhan. Walaupun pidato Bung Karno berlangsung sangat singkat, namun berhasil mempertemukan Pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya. Rapat raksasa 19 September 1945 adalah momen pertama yang menunjukkan kewibawaan Pemerintah Republik Indonesia terhadap rakyatnya. Perebutan kekuasaan di beberapa daerah

Semangat revolusioner kemerdekaan bukan hanya terjadi di Jakarta yang notabene adalah pusat kekusaan Republik Indonesia. Di berbagai daerah juga terjadi hal demikian. Perebutan kekuasaan di beberapa daerah bahkan terjadi bentrokan fisik dan konfrontasi senjata.

Di Yogyakarta terjadi aksi pemohokan pegawai perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Jepang. Perebutan kekuasaan secara serentak dimulai pada tanggal 26 September 1945 sejak pukul 10 pagi. Massa memaksa orang-orang Jepang untuk menyerahkan semua kantor perusahaan mereka kepada Indonesia. Sehari setelah itu, pada tanggal 27 September 1945, Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah itu telah berada di tangan Republik Indonesia.[4]

Di Bandung, dilakukan upaya merebut pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel). Upaya tersebut berlangsung hingga kedatangan pasukan Serikat di Bandung pada tanggal 17 Oktober 1945.

Di Banda Aceh, para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API) pada tanggal 6 Oktober 1945. Namun pada tanggal 12 Oktober 1945, Jepang memanggil para pemimpin gerakan itu untuk dan menyatakan bahwa walaupun Jepang telah kalah, semua kegiatan pendirian organisasi dan perkumpulan harus meminta izin kepada Jepang.

Page 20: Makalah

Bila hal itu tidak dilakukan maka perkumpulan itu akan dibubarkan. Hal itu memicu pertentangan dari para pemuda dan masyaraat. Akhirnya perlawanan mereka meluas dengan dilakukannya perebutan kantor-kantor Jepang dan pelucutan senjata militer Jepang.[5]

Secara umum, perlawanan terjadi di berbagai daerah lainnya seperti di Bali, Sumatera Selatan, Gorontalo, Kalimantan, Sulawesi Utara, dll. semua perlawanan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melakukan perebutan kekuasaan Indonesia terhadap pemerintah kolonial.[6]Rakyat Indonesia telah lama merindukan kemerdekaan dari segala bentuk penindasan dan penderitaan. Dan sudah saatnya mereka mendapatkan hak kemerdekaan yang telah mereka idam-idamkan. Pertempuran Surabaya

Surabaya sebelum perang memang sudah menyimpan kerawanan konflik yang besar. Di kota ini banyak berdiri Laskar rakyat dan BKR[7] yang sangat bersemangat dalam rangka kemerdekaan Indonesia dan usaha untuk mempertahankannya. Ketegangan di Surabaya semakin meningkat dengan pendaratan Sekutu yang mempunyai agenda untuk mempertahankan status quo. Dengan adanya tentara Sekutu maka perang adalah suatu hal yang tidak terelakan.             Berawal dari tewasnya Brigjen Mallaby yang mengakibatkan Mayjen Mansergh mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya yang menyatakan agar rakyat Surabaya datang ketempat yang telah ditentukan selambat-lambatnya tanggal 9 November 1945 pukul 18.00 dengan membawa bendera putih dan senjata. Apabila tidak dipenuhi maka pasukan Inggris akan menggunakan kekuasaan angkatan laut, udara, dan darat. 

Apa yang diperhitungkan oleh pihak TKR betul-betul terjadi pada tanggal 10 November 1945 pagi hari sekali, pesawat-pesawat tempur Sekutu melayang-layang di udara kota Surabaya. Suara-suara ledakan terdengar keras sekali di bagian utara kota Surabaya. Sudah dapat dipastikan bahwa tentara Sekutu benar-benar memenuhi bunyi ultimatumnya dengan mengerahkan segenap angkatan perangnya untuk menghancurkan Surabaya. Tembakan-tembakan dari darat, laut, maupun udara menggempur kota tiada henti-hentinya. Namun rakyat, TKR, dan seluruh badan perjuangan bersenjata telah bersatu padu untuk mempertahankan kota Surabaya dari gempuran balasan tentara Inggris. Maka pecahlah perang antara pasukan TKR bersama laskar rakyat melawan pasukan Inggris. Perang ini lebih dikenal dengan “Perang 10 November 1945”.             Pasukan TKR menerapkan stategi yang telah direncanakan, yaitu mempertahankan kota Surabaya dengan tidak memberikan kesempatan pasukan Inggris untuk menguasai tiap-tiap jalan atau pun gedung-gedung. Hampir setiap sudut kota Surabaya telah dipertahankan oleh pasukan TKR dengan mati-matian.             Sebetulnya taktik yang direncanakan dalam melawan pasukan Inggris dengan

melaksanakan perang kota telah dilakukan dengan sempurna oleh pasukan TKR dan laskar

rakyat Surabaya. Tetapi ada yang diluar perhitungan, jumlah pasukan Inggris berlipat ganda dan

jauh lebih besar daripada ketika dikomandoi oleh Brigjen Mallaby, bahkan taktiknya berubah

sama sekali.

            Dulu sewaktu Mallaby sebagai komandannya, pemusatan-pemusatan pasukan Inggris lebih banyak terlihat, karena mereka berangapan bahwa kekuatan TKR dan laskar rakyat sangat kecil. Perhitungan yang meleset itu menimbulkan dampak kehancuran bagi pasukan Inggris. Mereka terpotong-potong dan berada jauh dari logistiknya.

Page 21: Makalah

            Berbeda dengan strategi yang dilaksanakan oleh Mansergh, yang mungkin telah

mempelajari kekuatan dan kelemahan pasukan dan laskar rakyat, maka di samping menambah

pasukan tempurnya yang berlipat ganda, ia juga lebih mengutamakan gerakan serentak secara

total yang dibantu oleh segenap angkatan perangnya dan kemudian menjepit serta terus

menggiring pasukan TKR ke arah luar kota agar tujuan utamanya menguasai kota Surabaya

secara menyeluruh berhasil.

Rupanya pasukan TKR dan laskar rakyat masih menggunakan pola pertempuran lama,

yaitu tetap bertujuan mengepung dan mengisolir, kemudian memutuskan hubungan dengan

pasukan indukya kemudian baru menghancurkannya. Tetapi semua gerakan pasukan TKR dan

laskar rakyat itu selalu tidak berhasil dan bahkan menimbulkan korban yang sangat besar. hal itu

disebabkan karena gerakan pasukan Inggris selalu berlapis-lapis susunannya dan majunya selalu

dibarengi oleh kekuatan lapis baja yang dibantu pula oleh serangan pesawat udaranya.

            Melihat perkembangan pasukan TKR dan laskar rakyat yang sangat memprihatinkan, dan

jumlah korban yang semakin besar, maka satu-satunya jalan yang harus ditempuh oleh mayjen

Jonosewojo selaku komandan Divisi Surabaya, ialah segera memerintahkan seluruh pasukannya

untuk segera mengundurkan diri ke daerah pinggiran kota Surabaya. Kecuali itu strategi untuk

mengepung seluruh pasukan Inggris diubah, tidak lagi mengepung pemusatan-pemusatan

pasukan Inggris lagi karena kekuatan mereka berlapi-lapis jumlahnya, karena itu dilakukan

strategi yang kedua, yaitu mengepung kota Surabaya dengan melakukan perang gerilya sebagai

lanjutan dari strategi perang kota yang boleh dikatakan gagal total.

            Untuk mengadakan hubungan dan koordinasi antar pasukan yang banyak terpukul oleh

gerakan pasukan Inggris sangatlah tidak mudah. Banyak kesulitan yang dialami, karena untuk

mencari induk pasukan yang sudah berpisah dengan anak pasukannya kadang-kadang

memerlukan waktu lama dan terpaksa harus menerobos jepitan-jepitan yang telah dilakukan oleh

pasukan Inggris.

            Akhirnya setelah pasukan TKR dan laskar pemuda Surabaya bertempur melawan

pasukan Inggris yang ternyata didalamnya ikut pula pasuka NICA yang telah dilatih di Amerika

Serikat, yang memakan waktu lebih dari tiga minggu, berhasil mengadakan konsolidasi kembali

dan mempertahankan kota Surabaya dari pinggiran kota saja.

            Dengan datangnya pasukan dari utara maka kekuatan Batalion Bambang Joewono,

Batalion Darmosoegondo, Batalion Sawunggaling, Batalion Moh. Isa Edris dan laskar rakyat

Page 22: Makalah

yang ditugaskan untuk menahan laju pasukan Inggris dengan batas Sungai Sepanjang dan Sungai

Wonokromo akhirnya menjadi semakin kuat.

            Setelah pasukan TKR mengadakan pertempuran tanpa henti untuk memertahankan kota

Surabaya selama lebih dari tiga minggu, akhirnya terpaksa harus mundur dari dalam kota belum

menurun, tetapi posisi berbalik menjadi pihak yang selalu diserang oleh Sekutu. Pertempuran-

pertempuran di pinggiran kota pun makin hebat dan meluas hinga akhirnya perang yang bersifat

frontal menjadi perang gerilya.

 

Pertempuran Ambarawa

Pertempuran yang terjadi antar pasukan TKR dan pemuda melawan pasukan Inggris ini

berlangsung sejak tanggal 20 November 1945 sampai 15 Desember 1945. Pertempuran ini dipicu

oleh pelangaran kesepakatan pihak tentara serikat dalam perjanjian dengan pihak TKR. Peristiwa

itu berawal saat pasukan serikat yang masuk ke wilayah RI diperkenankan mengurus para

tawanan perang. Namun yang dilakukanya justru mempersenjatai para tawanan perang tersebut.

Setelah itu terjadi berbagai insiden yang terus meluas. Pada tangal 20 November 1945 di

Ambarawa meletus pertempuran antara (di bawah pimpinan Mayor Sumarto) melawan pasuka

serikat. Pihak serikat memperkuat pasukan mereka dengan mendatangkan personil ke

Ambarawa. Pertempuran dalam kota terjadi pada tanggal 22 November 1945. Bantuan pasukan

juga berdatangan ke lokasi pertempuran anatar lain batalyon 10 Divisi III, Batalyon 8, dll.

Strategi yang dilakukan pasukan TKR berhasil mengepung musuh. Namun musuh melakukan

sebuah strategi melambung yang mengancam kedudukan pasukan TKR. Semua elemen

berdatangan seperti batalyon dari Yogyakarta, batalyon Polisis Istimewa, dll. mereka dapat

menahan musuh sampai ke desa Jambu. Di desa Jambu mereka membentuk suatu komando yang

disebut Markas Pimpinan Pertempuran. Sejak saat itu medan Ambarawa dibagi menjadi empat

sector dan koordinasi semua elemen berjalan sesuai koordinasi sehingga pasukan Indonesia

semakin kuat. Kekuatan yang ikut bertempur saat itu terdiri dari 19 batalyon TKR dan beberapa

batalyon badan perjuangan. Lama kelamaan kedudukan musuh semakin terjepit. Dan akhirnya

pada tanggal 15 Desember 1945, musuh mulai meninggalkan kota Ambarawa.[8]

 

 

 

Page 23: Makalah

Penutup

Proklamasi adalah puncak perjuangan yang dilakukan oleh para pendiri bangsa. Pada

hakikatnya, proklamasi adalah symbol terlepasnya segala belengu penjajahan yang telah lama

dirasakan. Akan tetapi, setelah proklamasi bukan berarti Indonesia lepas dari segala

permasalahan. Perjuangan awal kemerdekaan setelah proklamasi justru menjadi batu ujian sejauh

mana perjuangan dan kesadaran berbangsa dari setiap rakyat. Ujian yang diterima Indonesia

begitu besar. Rakyat dengan militansinya terus menerus melakukan perlawanan terhadap

penjajahan. Perebutan kekuasan yang berakibat pada meletusnya berbagai pertempuran menjadi

gambaran bahwa rintangan yang dihadapi Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat begitu berat.

Page 24: Makalah

DAFTAR PUSTAKA

 

Hanafi, A.M. Menteng 31 Membangun Jembatan Dua Angkatan. Jakarta: Sinar Harapan, 1997.

Kahin, George McTurnan. Nasinalisme dan Revolusi di Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan, 1995.

Notosusanto dkk. Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka, 1993.

Reid, Anthony J.S. Revolusi Nasional Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan, 1996.

Sundhaussen, Ulf. Politik Militer Indonesia (1945—1967).. Jakarta: LP3ES, 1986.

 

[1] Setelah Jepang mengalami kekalahan, pasukan Serikat yang juga dimanfaatkan oleh Belanda di dalamnya mencoba memasuki Indonesia untuk memulihkan keadaan dan mengambil alih kekusaan kolonial Jepang. Secepatnya pasukan serikat/sekutu memasuki berbagai wilayah Indonesia. Selengkapnya baca Anthony J.S.Reid, Revolusi Nasional Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan, 1996. hlm. 179-210.[2] Komite van Aksi Menteng 31 adalah wadah perkumpulan pemuda yang bertempat di Jln. Menteng 31. Kelompok ini adalah salah satu otak dari peristiwa Rengasdengklok. Untuk lebih jelasnya baca A.M. Hanafi, Menteng 31: Membangun Jembatan Dua Angkatan, Jakarta: Sinar Harapan, 1997.[3] Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, Jakarta: Balai Pustaka, 1993, hlm. 101[4] Ibid., hlm. 103[5] Ibid., hlm. 106[6] Pertempuran yang tak menentu antara orang Jepang dan Indonesia makin sering terjadi dan makin meluas di berbagai daerah. Lebih lengkap baca George McTurnan Kahin, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan, 1995.[7] Pada tanggal 22 Agustus Agustus, PPKI mengumumkan terbentuknya sebuah “Badan Penolong Keluarga Korban Perang” yang secara keorganisasian mencakup sebuah Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dalam perkembangannya, BKR terus melakukan metamorfosis menjadi sebuah wadah tentara nasional. Selengkapnya baca Ulf Sundhaussen, Politik Militer Indonesia (1945—1967), Jakarta: LP3ES, 1986.