makalah

39
Bab 1 Pengenalan 1.1 Pendahuluan Kehamilan yang direncanakan dan diinginkan akan menimbulkan kebahgiaan, sedangkan kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi si ibu maupun janin yang dikandungnya. Depresi hingga kematian dapat terjadi akibat kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak diinginkan terjadi akibat kegagalan kontrasepsi seperti lupa minum pil KB, terlambat suntik KB, kegagalan senggama terputus, ataupun akibat perkosaan. KUHP melarang aborsi, dan bagi ibu serta pelakunya dapat dikenakan sanksi pidana. Dengan diundangkannya UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang juga mengatur tindak pidana aborsi, maka pasal-pasal tentang aborsi dalam KUHP ini tidak berlaku lagi atas dasar Lex Specialis Derogant Lex Generalis. Berbeda dengan KUHP, UU Kesehatan memberikan pengecualian (legalisasi) terhadap tindakan aborsi tertentu, yaitu aborsi yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu atau janinnya. Pengertian Aborsi Menurut Encyclopedia Britania “ The American College Of Obstericians and Gyneologist “ ada dua jenis aborsi : 1. Accident abortion, yaitu penghentian kehamilan sebelum kematangan yang terjadi selama alami, tanpa perlakuan medis. 1

Upload: danielz-france

Post on 30-Oct-2014

291 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah ....

TRANSCRIPT

Page 1: makalah

Bab 1

Pengenalan

1.1 Pendahuluan

Kehamilan yang direncanakan dan diinginkan akan menimbulkan kebahgiaan,

sedangkan kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan dapat

menimbulkan dampak yang kurang baik bagi si ibu maupun janin yang dikandungnya.

Depresi hingga kematian dapat terjadi akibat kehamilan yang tidak diinginkan.

Kehamilan yang tidak diinginkan terjadi akibat kegagalan kontrasepsi seperti lupa

minum pil KB, terlambat suntik KB, kegagalan senggama terputus, ataupun akibat

perkosaan.

KUHP melarang aborsi, dan bagi ibu serta pelakunya dapat dikenakan sanksi

pidana. Dengan diundangkannya UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang juga

mengatur tindak pidana aborsi, maka pasal-pasal tentang aborsi dalam KUHP ini tidak

berlaku lagi atas dasar Lex Specialis Derogant Lex Generalis. Berbeda dengan

KUHP, UU Kesehatan memberikan pengecualian (legalisasi) terhadap tindakan aborsi

tertentu, yaitu aborsi yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu atau janinnya.

Pengertian Aborsi

Menurut Encyclopedia Britania “ The American College Of Obstericians and

Gyneologist “ ada dua jenis aborsi :

1. Accident abortion, yaitu penghentian kehamilan sebelum kematangan yang terjadi

selama alami, tanpa perlakuan medis.

2. Therapeutic abortion, artinya bahwa penghentian kehamilan melakukan perlakuan

tenaga medis, melalui operasi atau penggunaan RU486 atau beberapa terapi

lainnya.

Sedangkan beberapa kelompok masyarakat yang pro kehidupan mendefinisikan aborsi

sebagai sebuah tujuan untuk menghalangi proses perkembangan yang dari waktu ke

waktu konsepsi hingga melahirkan.1

Abortus merupakan suatu masalah kontroversi yang sudah ada sejak sejarah di

tulis orang. Kontroversi karena di satu pihak abortus ada di masyarakat. Hal ini dapat

dibuktikan dengan adanya jamu dan obat-obat peluntur serta dukun pijat untuk

mereka yang terlambat bulan. Di pihak lain abortus tidak dibenarkan oleh agama.

Bahkan dicaci, dimaki dan dikutuk sebagai perbuatan tidak bermoral. Pembicaraan

tentang abortus dianggap tabu. Sulit ditemukan seorang wanita yang secara sukarela

mengaku bahwa ia pernah diabortus, karena malu.2

1

Page 2: makalah

1.2 Masalah

Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di rumah sakit tipe B.

Seorang anggota polisi membawa sebuah botol berukuran 2 liter yang disebutnya

sebagai botol dari sebuah alat “suction curret” milik seorang dokter di kota anda.

Masalahnya adalah bahwa dokter tersebut disangka telah melakukan pengguguran

kandungan yang illegal. Dan di dalam botol tersebut terdapat campuran darah dan

jaringan hasil suction. Polisi menerangkan dalam surat permintaannya, bahwa darah

dan jaringan dalam botol berasal dari tiga perempuan yang saat ini sedang

diperiksakan ke Bagian Kebidanan rumah sakit anda. Penyidik membutuhkan

pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi

pengguguran kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan yang sedang

diperiksa di kebidanan adalah perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter

tersebut. Hasil pemeriksaan tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke proses hukum

terhadap dokter tersebut.

Anda tahu bahwa harus ada komunikasi antara anda dengan dokter kebidanan

yang memeriksa perempuan-perempuan di atas, agar pemeriksaan medis dapat

memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi penyidikan dan penegakkan hukum.

1.3 Tujuan

1. Mempelajari tentang aspek hukum, aspek etik profesi dan prosedur legal

terkait kasus abortus.

2. Mempelajari tentang pemeriksaan medis baik di bidang pemeriksaan fisik dan

ginekologis terhadap perempuan tersangka pengguguran.

3. Mempelajari tentang pemeriksaan laboratorium terhadap perempuan dan hasil

suction dalam botol serta pembuatan dan penyampaian laporan hasil

pemeriksaan.

2

Page 3: makalah

Bab 2

Isi

2.1 Aspek Hukum Pada Kasus Aborsi

Pengguguran kandungan dapat dibedakan kepada definisi menurut hukum dan

definisi menurut medis. Definisi pengguguran kandungan berdasarkan hukum adalah

keluarnya bayi dari rahim ibunya sebelum saatnya dilahirkan (0-9 bulan). Secara

medis, pengguguran kandungan didefinisikan sebagai janin yang belum layak hidup

di luar rahim ibu yaitu < 20 minggu atau < 1000 gram. Untuk perbincangan hukum,

maka akan dibincangkan pengguguran kandungan berdasarkan definisi hukum.3

Berdasarkan UU No 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan;

Pasal 75 UU No 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan

(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan

berdasarkan:

a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik

yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit

genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki

sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan; atau

b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologik

bagi korban perkosaan.3

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah

melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan

konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan

berwenang.3

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.3

Pasal 76 UU No 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid

terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;

b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki ketrampilan dan kewenangan yang

memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

3

Page 4: makalah

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh

Menteri.

Dari undang-undang tersebut jelas bahawa segala tindakan aborsi dilarang kecuali

pada keadaan tertentu seperti terdapatnya indikasi medis dan jika kehamilan tersebut

merupakan hasil perkosaan. Karena pengguguran kandungan merupakan tindakan

kriminal maka dalam KUHP penjelasan tentang tindakan aborsi di tulis dibawah

Pengguguran Kandungan Kriminalis;

Pasal 346 KUHP

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya

atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling

lama empat tahun.3

Pasal 347 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan

seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling

lama dua belas tahun.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian wanita tersebut, dikenakan pidana

penjara paling lama lima belas tahun.3

Pasal 348 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan

seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling

lama lima tahun enam bulan.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana

penjara paling lama tujuh tahun.3

HR 1 November 1897

Pengguguran dalam kandungan hanya dapat dipidana apabila pada waktu

perbuatan itu dilakukan, kandungannya hidup. Undang-undang tidak

4

Page 5: makalah

mengenal suatu dugaan hukum menurut hukum, darimana dapat disimpulkan

bahwa ada kehidupan atau kepekaan hidup.3

HR 12 April 1898

Untuk pengguguran yang dapat dihukum vide pasal-pasal 346 – 348 KUHP

disyaratkan bahwa kandungan ketika perbuatan dilakukan masih hidup dan

adalah tidak perlu bahawa kandungan itu mati karena pengguguran.

Keadaan bahwa anak itu lahir hidup, tidak menghalangi bahwa kejahatan telah

selesai dilakukan. Undang-undang tidak membedakan antara tingkat

kehidupan kandungan yang jauh lebih kecil, akan tetapi mengancam dengan

hukuman pengguguran yang tidak tepat.3

HR 20 Desember 1943

Dari bukti-bukti yang dipakai oleh Hakim dalam keputusannya haris dapat

disimpulkan bahwa wanita itu mengandung kandungan yang hidup dan bahwa

terdakwa mempunyai niat dengan sengaja menyebabkan pengguguran dan

kematian.3

Pasal 349 KUHP

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan

yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah

satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang

ditentukan dalam pasal itu ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak

untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.3

2.2 Aspek Etika Profesi Kedokteran

Etik adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari moralitas. Bioetika pula

merupakan salah satu cabang dari etik normatif. Etika biomedik merupakan etik yang

berhubungan dengan praktek dengan prakter kedokteran dan atau penelitian di bidang

biomedis.4

Etika kedokteran merupakan cabang etik yang digunakan dalam bidang

kedokteran. Etika kedokteran digunakan dalam menentukan tindakan dalam bidang

kesehatan atau kedokteran, selain mempertimbangkan keempat kebutuhan dasar

manusia, dengan mempertimbangkan juga hak-hak asasi pasien.4

5

Page 6: makalah

Dikenali empat kaedah dasar moral untuk mencapai keputusan etik. Keempat kaedah

dasar moral tersebut adalah;

1. Prinsip otonomi

Otonomi merupakan prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,

terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral

ini kemudian melahirkan doktrin informed consent.5

2. Prinsip benificience

Merupakan prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke

baikan pasien. Dalam beneficience tidak hanya dikenal perbuatan untuk

kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih

besar daripada sisi buruknya (mudharat).5

3. Prinsip non-maleficience

Merupakan prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk

keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “above

all do no harm”.5

4. Prinsip justice

Iaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap

maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice).5

Dari prinsip moral yang dinyatakan, didapat rules derivatnya yaitu:

Veracity (berbicara benar, jujur dan terbuka)

Privacy (menghormati hak privasi pasien)

Confidentiality (menjaga kerahasiaan pasien)

Fidelity (loyalitas dan promise keeping)

Seorang dokter harus mampu menggunakan keempat prinsip dasar yang telah

disebutkan beserta dengan etika profesi sebagai panduan dalam bersikap dan

berperilaku.

Walaupun begitu, dalam pembuatan keputusan etik, terutama dalam situasi

klinik, dapat juga digunakan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan kaedah

moral yang telah disebutkan. Teori etik yang esensial dalam pelayanan klinik adalah:

1. Medical Indication

Pada topic medical indication atau indikasi medis, dimasukkan semua

prosedur diagnostic dan terapi yang sesuai untuk mengevaluasi keadaan

pasien dan mengobatinya. Penilaian aspek indikasi medis ini ditinjau dari sisi

6

Page 7: makalah

etiknya, terutama menggunakan kaidah benificience dan non-maleficience.

Pertanyaan etika pada topic ini serupa dengan seluruh informasi yang

selayaknya disampaikan kepada pasien pada doktrin informed consent.5

2. Patient preferences

Pada topik ini, diperhatikan nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan

beban yang akan diterimanya. Topik ini mencerminkan kaidah otonomi.

Pertanyaan etik meliputi pertanyaan tentang kompetensi pasien, sifat

volunteer sikap dan keputusannya, pemahaman atas informasi, siapa pembuat

keputusan bila pasien tidak kompeten, nilai dan keyakinan yang dianut oleh

pasien.5

3. Quality of life

Topik ini merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran, yaitu

memperbaiki, menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insane. Apa, siapa

dan bagaimana melakukan penilaian kualits hidup merupakan pertanyaan etik

sekitar prognosis, yang berkaitan dengan beneficence, nonmaleficence dan

autonomy.5

4. Contextual features

Dibahas pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mempengaruhi

keputusan, seperti faktor keluarga, ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan,

alokasi sumber daya dan faktor hukum.5

Dalam profesi kedokteran di Indonesia, telah disusun Kode Etik Kedokteran

Indonesia (KODEKI). Kodeki terdiri dari empat kewajiban yaitu kewajiban umum,

kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap teman sejawat dan kewajiban terhadap

diri sendiri.

Pasal-pasal yang disusun dalam Kodeki berbunyi seperti berikut;

1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah

dokter.6

2. Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai

dengan standar tertinggi.6

3. Dalam melaksanakan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh

dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan

kemandirian profesi.6

7

Page 8: makalah

4. Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji

diri.6

5. Setiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis

maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah

memperoleh persetujuan pasien.6

6. Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan

menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji

kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.6

7. Setiap dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah

diperiksa sendiri kebenarannya.6

7a. Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan

pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral

sepenuhnya, disertai rasa kasih saying (compassion) dan penghormatan atas

martabat manusia.6

7b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien

dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia

ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang

melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.6

7c. Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya,

dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

7d. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi

hidup makhluk insani.6

8. Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan

kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan

kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif),

baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi

masyrakat yang sebenar-benarnya.6

9. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan

dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.6

10. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mepergunakan segala ilmu dan

ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu

melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,

ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam

penyakit tersebut.6

8

Page 9: makalah

11. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa

dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan

atau dalam masalah lainnya.6

12. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.6

13. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas

perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu

memberikannya.6

14. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia ingin

diperlakukan.6

15. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali

dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.6

16. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja dengan

baik.6

17. Setiap dokter harus senantiasa mengikuti pekembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi kedokteran/kesehatan.6

Dengan tersusunnya Kode Etik Kedokteran ini berserta dengan prinsip-prinsip moral

dasar dan teori etik klinik, diharapkan dokter-dokter dapat memberikan pelayanan

yang terbaik. Dalam hal seorang dokter melanggar etika kedokteran (tanpa melanggar

norma hukum), maka ia dapat dipanggil dan disidang oleh Majelis Kehormatan Etik

Kedokteran (MKEK) IDI untuk dimintai pertanggungjawaban.7

2.3 Prosedur Medikolegal

Prosedur medikolegal yaitu tata cara prosedur penatalaksanaan dan berbagai

aspek yang berkaitan dengan pelayanan kedokteran untuk kepentingan umum.

Secara garis besar prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundangan

yang berlaku di Indonesia dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah

dokter dan etika kedokteran.3

Lingkup prosedur medikolegal antara lain:

1. Pengadaan Visum et Repertum

2. Pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka

3. Pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian

keterangan ahli di dalam persidangan

9

Page 10: makalah

4. Kaitan Visum et Repertum dengan rahasia kedokteran

5. Penerbitan surat keterangan kematian dan surat keterangan medik

6. Fitness/kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik

Kewajiban dokter untuk membuat keterangan ahli telah diatur dalam pasal 133

KUHAP. Keterangan ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan

sidang pengadilan (pasal 184 KUHAP).3

Pihak yang berwenang meminta keterangan ahli

Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaan

keterangan ahli adalah penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai wewenang

tersebut sesuai dengan pasal 11 KUHAP.3

Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli

Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang melakukan pemeriksaan

forensik yang menyangkut tubuh manusia dan membuat keterangan ahli adalah dokter

ahli kedokteran kehakiman (forensik), dokter dan ahli lainnya. Sedangkan dalam

penjelasan KUHAP tentang pasal tersebut dikatakan bahwa yang dibuat oleh dokter

ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli sedangkan yang dibuat oleh selain

ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan.3

2.4 Anamnesis dan Pemeriksaan

Anamnesis

Pada tindakan anamnesis, doktor harus dapat melacak apakah tersangka

pernah hamil atau melahirkan. Soalan yang ditanyakan juga diharapakan bersifat

terarah agar dapat membantu dalam melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi

hasil pemeriksaan.8

Antara soalan yang dapat ditanyakan adalah seperti:

Kapan mens terakhir?

Berapa lamakah siklus?

Kapan mennarche?

Apakah ia mempunyai pacar atau sudah bernikah?

Apakah ia mempunyai anak sebelumnya, jika ada, berapa orang dan usia anak

paling muda. Dan soalan-soalan lain.

A. Pemeriksaan Medis

10

Page 11: makalah

1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik umum

Manifestasi klinis abortus antara lain:

Keadaan umum tampak lemah atau menurun, tekanan darah menurun atau

normal, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

Perdarahan pervaginaan, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.

Rasa mules atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri

pinggang akibat kontraksi uterus.9

Pembesaran pada payudara

Pada saat hamil perubahan yang terjadi pada ibu hamil adalah payudara

menjadi tegang, areola ( puting ) menjadi lebih menonjol dan daerah sekitar puting

menghitam ( hiperpigmentasi ).

Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan persediaan darah keseluruh

tubuh maka daerah sekitar payudara akan tampak bayangan pembuluh-pembuluh vena

dibawah kulit payudara. Hipertropi alveoli payudara menyebabkan payudara

bertambah besar dan noduler. Karena ukuran payudara membesar, vena-vena halus

pun terlihat semakin jelas di bawah kulit.9

Perubahan kulit

Stretch-marks akan muncul di payudara, perut, paha dan pantat pada sebagian

besar wanita. Tanda-tanda ini berwarna merah muda pada waktu hamil tetapi setelah

melahirkan bentuknya mengecil berwarna keperakan. Pada wanita berkulit lebih gelap

stretch-marks kelihatan lebih jelas karena kontras dengan warna kulit.

Sebagian dari pertambahan darah mengalir ke kulit. Kulit menjadi lebih

hangat dan sering berkeringat. Warnanya pun menjadi agak gelap yang disebabkan

oleh meningkatnya pasokan darah.9

Sebagian besar kulit kembali ke warna aslinya setelah melahirkan, kecuali

area sekitar puting susu, genitalia, dan perut.9

2. Pemeriksaan ginekologi

11

Page 12: makalah

Diperiksa ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber

perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah

mengalir keluar dari ostium.9

a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium bau busuk dari vulva

b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,

ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau

busuk dari ostium.

c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan

dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak

nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak

menonjol dan tidak nyeri

Inspeksi :

(1). Chloasma gravidarum.

(2). Keadaan kelenjar thyroid.

(3). Dinding abdomen ( varises, jaringan parut,).

(4). Keadaan vulva dan perineum

Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang

dilakukan oleh orang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi. Tanda-tanda infeksi alat

genital berupa demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek,

nyeri tekan, leukositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru saja

terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam

kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran kecil dari seharusnya.9

Pemeriksaan korban abortus

Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan

pada payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula

dibukti adanya usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia

interna/eksterna, daerah perut bagian bawah.9

12

Page 13: makalah

Abortus yang dilakukan oleh ahli trampil mugkin tidak meninggalkan bekas

dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau

penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus kriminal.9

Pemeriksaan pada korban hidup

Pada pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter

adalah mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan menentukan cara pengguguran

yang dilakukan serta sudah berapa lama melahirkan. Pemeriksaan ini sebaiknya

dilakukan oleh Sp.OG.

Pemeriksaan tes kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi

dikeluarkan dari kandungan, dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara,

nyeri tekan di daerah perut, kongesti pada labia mayora, labia minora dan serviks.

Tanda-tanda tersebut biasanya tidak mudah dijumpai karena kehamilan masih muda.

Bila segera sesudah melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang

pemastiannya perlu pemeriksaan secara histopatologi (patologi anatomi), luka,

peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama, sisa bahan

abortivum. Pada masa kini bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan DNA untuk

pemastian hubunga ibu dan janin.9

Pembuktian kasus abortus

1. Menentukan apakah wanita tersebut hamil

2. Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus yang dilakukan

a) Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka, perdarahan jalan

lahir

b) Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril

c) Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau cavum uteri

B. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Terhadap Tersangka

Dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium, apakah seorang wanita itu hamil atau

tidak adalah dengan memeriksa :

a. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap

13

Page 14: makalah

Dengan pemeriksaan ini dapat menunjukkan penurunan kadar hematokrit,

hemoglobin rendah yang dapat memicu pasca pendarahan setelah terjadinya

aborsi.

b. Pemeriksaan trombosit

Dapat meningkat karena mekanisme pembekuan darah yang terjadi sebagai

mekanisme kompensasi setelah terjadinya pendarahan yang banyak setelah

aborsi

c. Fibrinogen

Pemeriksaan ini dapat membedakan sama ada sama ada aborsi ini tergolong

dalam spontaneous atau pun missed abortion. Pemeriksaan ini lebih spesifik

kepada missed abortion.1

d. Test urine

Pada pemeriksaan urin juga dapat di ketahui bahwa wanita tersebut sedang

hamil jika adanya peningkatan bhCG yang sangat bermakna dalam mendeteksi

bahwa wanita ini sebelumnya pernah hamil dan melakukan pengguguran. Ini

adalaha karena bhCG dapat menurun setelah 2- 3 minggu setelah melahirkan,

dan uji ini member nilai yang sangat bermanfaaat.

e. Pemeriksaan pregnanediol

Preganediol merupakan hasil metabolit progesterone. Progesterone sanagt

bertanggungjwab dalam perubahan uterus setelah ovulasi. Ianya menigkat

selam akehamilah dan dapat menuru jika terjadi aborsi dan disfungsi plasenta.1

f. Kadar Prolactin dalam serum

Kadar prolactin serum berbeda beda mengikut jangka waktu kehamilan ,pada

trimester pertama < 80ng/ml, pada trimester kedua < 160ng/mL dan trimester

ketiga < 400 ng/mL. Hormon ini meningkat sesuai jangka waktu kehamilan

untuk menyediakan kepada pengembangan mammae semasa laktasi terjadi.

Jika adanya peningkatan kepada hormone ini bermakna ibu ini pernah hamil.

g. Pemeriksaan dengan USG

Dengan USG dapat mengetahui uterus seseorang sama ada telah di aborsi atau

tidak dengan melihat kepada permukaan dinding rahim setelah terjadinya

curratage.1

14

Page 15: makalah

Pemeriksaan Terhadap Hasil Curettage

Pemeriksaan darah sangat penting dalam menentukan species dan golongan

darah manusia. Apabila ditemukan darah tersebut pertama sekali harus di buktikan

sama ada bercak darah ini benar – benar darah manusia, atau hewan, jika darah

manusia perlu memastikan adakah ianya darah mensturasi atau bukan. Oleh itu di

anjurkankan melakukan pemeriksaan:

a. Pemeriksaan Mikroskopik

Ertujuan melihat darah sel darah merah dengan membuat sediaan hapus

dengan pewarnaan Giemsa atau Wright. Pemeriksaan ini dapat menentukan

golongan kelas dan bukan spesies. Keuntunagn sediaan hapus dapat

mengetahui apakah darah ini merupakan seorang wanita atau bukan dengan sel

lekosit berinti banyak denan adanya barr body dan drum stik.4

b. Pemeriksaan Kimiawi

Pemeriksaann ini terdiri dari :

Pemeriksaan penyaringan darah dan penentuan darah serta penentuan

species. Pemeriksaan penyaringan darah dapat di gunakan reaksi benzidin

dan fenoftalin, dan jika positif akan bewarna merah muda dan memastikan lagi

ianya darah manusia.4

Pemeriksaan Penentuan Darah

a) Dengan ditemukan pigmen , krisal hematin dan hemokhromogen dengan

menggunakan reaksi Teichman dan Wagenaar. Reaksi Teichman dengan

hasil psitif tampak Kristal hemin- HCl yang berbentuk batang bewarna coklat.

b) Reaksi Wagenaar , dengan hasil positip terlihat Kristal aceton –hemin yang

berbentuk batang bewarna coklat.

c) Pemeriksaan Spektroskopik. Pemeriksaan ini dapat memastikan lagi bahwaa

golongan darah yang di periksa ini adalah darah jika di jumpai pita pita

absorbs yang khas dari hemoglobin atau turunannya.

d) Pemeriksaan Serologis. Berguna dalam menentukan species dan golongan

darah berdasarkan reaksi antigen dan antibody , yaitu reaksi aglutinasi.

15

Page 16: makalah

Penentuan Spesies

Terdapat dua cara yatu:

Reaksi cincin( reaksi presipitat dalam tabung )

Hasil postif darah manusia akan terbentuk cincin keruh di perbatasan.

Reaksi precipitate dalam agar

Anti globulin darah manusia di masukkan dan di letakkan dalam ruang

yang lembab, hasil positip memberikan precipitate jernih pada

perbatasan lubang.

Pemeriksaan Hubungan Antara Hasil Curratage dan Tersangka

a. Penentuan Golongan Darah

Ianya dapat di lakukan dengan meneteskan 1 tetes anti serum darah dan di

lihat apakah terjadinya aglutinasi atau pun belum. Jika keduanya cocok maka

akan terlihat reaksi aglutinasi.4

b. Pemeriksaan Test DNA

Pemeriksaan ini sangat akurat dan memberikan nilai yang sangat tepat hampir

99.9%. Bahan sampel DNA dapat dipilih dari jaringan apa saja, karena DNA

dapat diperoleh dari semua sel berinti. Sel yang tidak memiliki DNA hanyalah

sel darah merah karena sel darah merah tidak memiliki inti. Untuk itu terhadap

berbagai bahan sampel tersebut harus diberi perlakuan sebagai berikut:

1. Jaringan

Untuk bahan sampel yang segar, sampel terbaik adalah jaringan limpa,

kelenjar getah bening dan hati.

2. Darah

Darah cair diberikan pengawet EDTA, dan disimpan dalam termos es

atau lemari es. Alternatif lain, bahan diserap dengan kain kasa lalu

dikeringkan. Bercak kering dapat dikerok dengan scalpel, dibawa dengan

bendanya atau diusap dengan kain kasa basah lalu dikeringkan.

3. Tulang, Gigi dan Rambut

Dibungkus dengan kertas alumunium dan disimpan pada suhu di bawah

20°C.

Bahan yang telah dikeringkan dapat disimpan pada suhu kamar. Sampel

rambut diambil 10 – 15 helai beserta akarnya. Sampel gigi dipilih paling

16

Page 17: makalah

sedikit empat, molar jika mungkin. Sampel gigi sebaiknya tidak rusak

oleh endodontia. Sampel tulang sebaiknya dari femur.

Teknik Analisis DNA

Adapun jenis-jenis teknik analisa DNA adalah sebagai berikut:

1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)

Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang forensik polimorfisme

yang dinamakan Restriction Fragment Leght Polymorphism (RFLP) adalah suatu

polimorfisme DNA akibat variasi panjang fragmen DNA setelah dipotong dengan

enzim retriksi tertentu menjadi fragmen Variable Number Of Tandem Repeat (VNTR).

Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan enzim retriksi yang berfungsi memotong

DNA pada tempat-tempat tertentu dengan cara mengenali urutan basa tertentu seperti

AATT. Setelah selesai, pola RFLP tampak seperti kode batang (bar code). Dan

dibandingkan untuk menentukan apakah kedua sampel tersebut berasal dari sumber

yang sama.1

2. Polymerase Chain Reaction (PCR)

Metode analisa DNA yang selanjutnya adalah Polymerase Chain Reaction

(PCR) yaitu suatu metode untuk memperbanyak fragmen DNA tertentu secara in vitro

dengan enzim polymerase DNA. Teknik ini didesain agar yang diperbanyak hanya

segmen tertentu dari sampel dengan tingkat akurasi yang tinggi, sehingga dapat

diperoleh informasi dari sampel yang jumlahnya sedikit atau bahkan pada sampel

DNA yang sudah mulai terdegradasi.1

3. STRs (Short Tandem Repeats)

Metode STRs (Short Tandem Repeats) adalah salah satu metode analisis

yang berdasar pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR). STRs (Short Tandem

Repeat) adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan urutan

DNA pendek (2 – 5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap manusia

mengandung ratusan STRs. Metode ini paling banyak dikembangkan karena metode

ini cepat, otomatis dan memiliki kekuatan diskriminasi yang tinggi. Dengan metode

STRs dapat memeriksa sampel DNA yang rusak atau dibawah standar karena ukuran

fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya berkisar antara 200 – 500 pasangan

basa. Selain itu pada metode ini dapat dilakukan pemeriksaan pada setiap lokus yang

memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan memeriksa banyak lokus dalam waktu

bersamaan. Teknik yang digunakan adalah multiplexing yaitu dengan memeriksa

17

Page 18: makalah

banyak lokus dan berbeda pada satu tabung. Dengan cara ini dapat menghemat waktu

dan menghemat sampel. Analisis pada teknik ini didasarkan pada perbedaan urutan

basa STRs dan perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs. Teknis ini banyak di

gunakan sekarang ini dalam penentuan DNA.1

4. mtDNA (Mitochondrial DNA)

Aplikasi penggunaan mitokondria DNA (mtDNA) dalam identifikasi

forensik dimulai pada tahun 1990. Mitokondria adalah partikel intraselular yang

terdapat di luar nukleus dalam sitoplasma sel. Mitokondria mengandung DNA kecil

berupa molekul berbentuk sirkular yang terdiri dari 16569 pasangan basa yang dapat

diidentifikasi. Setiap sel mengandung 100 – 1000 mitokondria.

Ciri khas dari mtDNA adalah pola penurunannya. Tidak seperti DNA inti

yang tersusun dari kombinasi separuh DNA orang tua, mitokondria DNA hanya

mengandung DNA ibu. Jika dari pemeriksaan Mitokondria DNA dapat mengetahui

garis ibu, maka dari pemeriksaan Kromosom Y dapat mengetahui garis ayah pada

anak laki-laki. Perbedaan yang terlihat bahwa Mitokondria DNA adalah marker

sitoplasmik yang diturunkan ibu kepada semua anaknya sedangkan Kromosom Y

adalah marker nuklear yang hanya diturunkan seorang ayah pada anak laki-lakinya.1

Penggunaan teknis ini sangat bererti dalam penegakkan kasus aborsi untuk

memastikan lagi hubungan tersangka dengan anaknya

2.5 Visum et Repertum

Pasal 133 KUHAP menyebutkan:

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang

korban baik luka, keracunan maupun mati yang diduga karena peristiwa

yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan

keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau

ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1)

dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas

untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan

bedah mayat.

18

Page 19: makalah

Penjelasan terhadap pasal 133 KUHP:

(2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut

keterangan ahli, sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan

ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan.

Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik

pembantu sebagaimana bunyi pasal 7 (1) butir h dan pasal 11 KUHP.Yang

dimaksud dengan penyidik disini adalah penyidik sesuai dengan dengan pasal

6 (1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik ini

adalah penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk pidana yang berkaitan

dengan kesehatan dan jiwa manusia.10

Oleh karena visum et repertum adalah keterangan ahli mengenai pidana

yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia, maka penyidik pegawai

negeri sipil tidak berwenang meminta visum et repertum, karena mereka

hanya mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi

dasar hukumnya masing-masing (Pasal 7(2) KUHP).10

Mengenai kepangkatan pembuat surat permintaan visum et repertum telah

diatur dalam Peraturan Pemerintah no.27 tahun 1983 yang menyatakan

penyidik polri berpangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua,

sedangkan pada wilayah kepolisian tertentu yang komandannya adalah

seorang bintara (Sersan), maka ia adalah penyidik karena jabatannya tersebut.

Kepangkatan bagi penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya

sersan dua. Untuk mengetahui apakah suatu Surat Permintaan pemeriksaan

telah ditanda tangani oleh yang berwenang, maka yang penting adalah bahwa

orang yang menandatangani surat tersebut selaku penyidik.10

Wewenang penyidik meminta keterangan ahli ini diperkuat dengan

kewajiban dokter untuk memberikannya bila diminta, seperti yang tertuang

dalam pasal 179 KUHP sebagai berikut:

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran

kehakiman atau dokter ata ahli lainnya wajib memberikan keterangan

ahli demi keadilan.

19

Page 20: makalah

Definisi

Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan

penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup

maupun mati, ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya

dan di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan.Penegak hukum mengartikan

Visum et Repertum sebagai laporan tertulis yang dibuat dokter berdasarkan sumpah

atas permintaan yang berwajib untuk kepentingan peradilan tentang segala hal yang

dilihat dan ditemukan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.10

Perbedaan Visum et Repertum dengan Catatan Medis

Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta

tindakan pengobatan atau perawatan yang dilakukan oleh dokter. Catatan medis

disimpan oleh dokter atau institusi dan bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kecuali

dengan izin dari pasien atau atas kesepakatan sebelumnya misalnya untuk keperluan

asuransi.

Catatan medis ini berkaitan dengan rahasia kedokteran dengan sanksi hukum

seperti yang terdapat dalam pasal 322 KUHP. Sedangkan Visum et Repertum dibuat

berdasarkan Undang-Undang yaitu pasal 120, 179 dan 133 KUHAP dan dokter

dilindungi dari ancaman membuka rahasia jabatan meskipun Visum et Repertum

dibuat dan dibuka tanpa izin pasien, asalkan ada permintaan dari penyidik dan

digunakan untuk kepentingan peradilan.10

Jenis Visum et Repertum

Ada beberapa jenis Visum et Repertum, yaitu:

1. Visum et Repertum Perlukaan atau Keracunan

2. Visum et Repertum Kejahatan Susila

3. Visum et Repertum Jenazah

4. Visum et Repertum Psikiatrik

Tiga jenis visum yang pertama adalah Visum et Repertum mengenai tubuh atau raga

manusia yang berstatus sebagai korban, sedangkan jenis keempat adalah mengenai

mental atau jiwa tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana.

Visum et Repertum perlukaan, kejahatan susila dan keracunan serta Visum et

Repertum psikiatri adalah visum untuk manusia yang masih hidup sedangkan Visum

et Repertum jenazah adalah untuk korban yang sudah meninggal. Keempat jenis

20

Page 21: makalah

visum tersebut dapat dibuat oleh dokter yang mampu, namun sebaiknya untuk Visum

et Repertum psikiatri dibuat oleh dokter spesialis psikiatri yang bekerja di rumah sakit

jiwa atau rumah sakit umum.10

Visum et repertum Perlukaan

Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup adalah untuk

mengetahui penyebab luka/sakit dan derajat luka atau sakitnya tersebut.

Terhadap setiap pasien, dokter harus membuat catatan medic atas semua hasil

pemeriksaan mediknya. Pada korban yang diduga korban tindak pidana, pencacatan

harus lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk pembuatan visum et

repertum. Catatan medic yang tidak lengkap dapat mengakibatkan hilangnya sebagian

barang bukti di dalam pemberitaan visum et repertum.

Derajat luka ditentukan berdasarkan ketentuan KUHP pada pasal 352, pasal

90, pasal 352, pasal 353 dan pasal 351.10

Fungsi

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis

dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian

suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia.Visum et repertum

menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam

bagian pemberitaan yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti benda bukti.

Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai

hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan

demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan

ilmu hukum, sehingga dengan membaca visum et repertum, dapat diketahui dengan

jelas apa yang telah terjadi pada seseorang dan para praktisi hukum yang dapat

menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh/jiwa

manusia.10

21

Page 22: makalah

Contoh visum et repertum untuk kasus 1:

PROJUSTITIA 11 Januari

2011

Visum et repertum no.: 1/I/2011

Visum et Repertum

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dokter Aqilah binti Isa. Dokter pada

bagian forensik rumah sakit UKRIDA di Jakarta atas permintaan dari kepolisian

Resort Grogol dalam suratnya nomor/VeR/1/2011/LL/Res. Tng tertanggal 11

Januari 2011, maka dengan ini menerangkan bahwa, pada tanggal sebelas januari

tahun dua ribu sebelas pukul tiga sore Waktu Indonesia Barat, bertempat di RS

UKRIDA, telah melakukan pemeriksaan atas korban dengan nomor registrasi

97011990 yang menurut surat tersebut adalah:--------------------------------

Nama : Nyonya B

-----------------------------------------------------------------

Jenis kelamin : Perempuan

----------------------------------------------------------------

Warga Negara : Indonesia --------------------------------------------------------------

Alamat : xxx, Jakarta

------------------------------------------------------------

Hasil pemeriksaan

1. Dari anamnesis pada Nyonya B, harus ditanyakan mengenai hari terakhir

menstruasi, lama menstruasi, menarche, sudah punya pacar/menikah.

2. Pada korban ditemukan : ----------------------------------------------------------------

a. Dilihat dari pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah/menurun,

tekanan darah menurun/normal, denyut nadi normal/cepat dan kecil

serta suhu badan normal/meningkat.

b. Pada pemeriksaan daerah kelamin didapatkan pendarahan. Disertai

keluhan mules/keram perut di perut serta nyeri pinggang.

3. Di lakukan pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah didapatkan kadar

darah yang rendah, pemeriksaan golongan darah adalah __, pemeriksaan

22

Page 23: makalah

hormon kehamilan positif, pemeriksaan radiologi kelihatan permukaan

keadaan dinding rahim, pemeriksaan hasil curettage; hasil positif darah

manusia, golongan darah adalah __ sesuai dengan wanita tersangka. Hasil

pemeriksaan DNA terhadap jaringan serta wanita tersangka cocok. (Mencari

hubungan antara jaringan yang ditemukan dengan tersangka melalui

pemeriksaan golongan darah, DNA)

4. Pengobatan yang telah di lakukan( terapi untuk mengurangkan pendarahan

rahim). Dan korban di pulangkan dalam keadaan yang baik.

Kesimpulan

Pada korban perempuan ini yang berusia ___ tahun, berdasarkan hasil temuan

yang telah di dapatkan tanda-tanda kehamilan, ( payudara yang membesar,

strecthmark pada perut). Seterusnya di simpulkan adanya keguguran atau

kematian kandungan pada perempuan

ini-------------------------------------------------------------

Demikian saya uraikan dengan sejujurnya atas sumpah dokter sesuai dengan

lembaran Negara 1973 nomor 350 untuk dipergunakan dimana perlu penyidikan

lebih lanjut. Harap digunakan sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan

kitab undang-undang hukum acara pidana.------------------------------------------------

Dokter yang memeriksa,

dr.Aqilah Isa

23

Page 24: makalah

Bab 3

Penutup

3.1 Kesimpulan

Botol berisi campuran darah dan jaringan berasal dari tiga perempuan

tersangka pengguguran kandungan. Hasil pemeriksaan didapatkan tanda kehamilan

dan tanda abortus pada perempuan tersangka. Ditambah pula dengan pemeriksaan

laboratorium yang menunjang bahwa adanya hubungan jaringan dengan perempuan

tersangka.

24

Page 25: makalah

Daftar Pustaka

1. WHO. Safe Abortion: Technical and Policy Guidance for Health System. A

Draft 4 September 2002.

2. Azhari. Masalah abortus dan kesehatan reproduksi perempuan. Bagian

Obstetri & Ginekologi FK UNSRI/RSMH, Palembang. Diunduh dari :

http://webcache.googleusercontent.com/search?

q=cache:uUzwQd5A2gwJ:digilib.unsri.ac.id/download/MASALAH

%2520ABORTUS%2520DAN

%2520KESEHATAN.pdf+tanda+abortus&hl=en&gl=id pada 19 Januari

2011.

3. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan perundang-undangan bidang

kedokteran. Jakarta: FKUI; 1994.

4. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Pengguguran kandungan. Dalam: Ilmu

kedokteran forensik. Jakarta; FKUI. 1997.

5. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Diunduh dari

dinkes-sulsel.go.id/new/images/Berita4/1.uu36-09-kesehatan.pdf pada 18

Januari 2011.

6. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetika. Dalam Bioetik dan hukum

kedokteran pengantar bagi mahasiswa kedokteran dan hukum. Jakarta:

Pustaka Dwipar; 2007.

7. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Pelanggaran etik dan disiplin profesi

kedokteran. Dalam Bioetik dan hukum kedokteran pengantar bagi mahasiswa

kedokteran dan hukum. Jakarta: Pustaka Dwipar; 2007. Hal 138 – 9.

8. Lipscomb K, Novy M.J. The normal puerperium in Decherney A.H, Nathan

L,Goodwin T.M. et. al. Current diagnosis and treatment: obstetrics and

gynecology. 10th ed. USA: The McGraw-Hill Companies; 2007

9. Fransisca. Aborsi.2007. Diunduh dari : http://docs.google.com/viewer?

a=v&q=cache:ZECrsZB6YGEJ:last3arthtree.files.wordpress.com/2009/02/

aborsi.pdf+tanda+fisik+abortus pada 18 Januari 2011.

10. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Visum et repertum. Dalam: Ilmu

kedokteran forensik. Jakarta; FKUI. 1997. hal. 5-16

25

Page 26: makalah

26