makalah 27 fix
DESCRIPTION
gTRANSCRIPT
Talasemia Alfa Minor Pada Pasangan Suami Istri
Jimmy Christeven /102012045
Lisa Ambalinggi /102012032
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
A. Pendahuluan
Talasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari
ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk
hemoglobin (komponen darah). Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter
yang diturunkan secara resesif. Secara molekuler talasemia dibedakan atas talasemia alfa dan
beta, sedangkan secara klinis dibedakan atas talasemia mayor dan minor. Ketidakseimbangan
dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin,
disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang
harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1gen yang diturunkan, maka orang
tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.
Talasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena. 2 jenis yang utama
adalah alfa talasemia (melibatkan rantai alfa) dan beta talasemia (melibatkan rantai beta).
Talasemia alfa terjadi karena adanya penurunan secara sintesis dari rantai alfa globulin.1
Skenario 3:
Pasangan suami istri yang sudah lama ingin punya anak datang untuk konseling genetik. Mereka di rujuk oleh spesialis kandungan karena mereka berdua sama-sama mempunyai Talasemia-alfa minor.Selama ini istri sudah pernah 2 kali hamil tetapi kehamilan pertama mengalamikeguguran pada usia kehamilan 12 minggu, sedangkan kehamilan kedua melahirkan bayi dengan hydrops foetalis pada gestasi 27 minggu dan meninggal beberapa menit setelah dilahirkan.
1
Analisis Masalah
B. Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien
(auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis). Berikut
adalah beberapa hal yang perlu ditanyakan untuk membantu diagnosis dari suatu penyakit:
Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah:
a) Identitas pasien
b) Keluhan utama pasien : hamil 2 kali, tetapi pasien kehamilan yang pertama
mengalami keguguran pada usia 12 minggu sedangkan yang kedua melahirkan
bayi dengan hydrops fetalis pada gestasi 27 minggu dan meninggal beberapa menit
setelah dilahirkan.
c) Riwayat penyakit sekarang yaitu menanyakan yang berhubugan dengan keluhan
utama seperti :
Apakah pasangan suami istri mengalami kelainan berupa kelainan darah
turunan atau penyakit herediter lainnya?
2
Pasangan Suami Istri
dengan Talasemia
MinorAnamesis
PemeriksaanPemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
WDDD
Etiologi
epidemiologiPatofisiologi
PenatalaksanaanFarmakologiNon farmakologi
Silsilah keluarga
Talasemia Alfa
Manifestais Klinis
Konseling genetik dan Pencegahan
Prognosis
Apakah sudah mencoba konseling kepada dokter terkait seperti dokter
kandungan dan dokter genetika klinik?
d) Riwayat kehamilan :
Kehamilan pada usia berapa untuk pertama dan kedua?
Apakah ada gangguan kesehatan pada saat kehamilan?
Apakah ibu sering memeriksa kehamilannya kepada dokter? Bagaimana
hasil yang sering diperoleh?
Apakah dokter ada menyarankan untuk menyarankan melakukan
pemeriksaan tambahan?
Bagaimana keadaan fisik dan psikologis ibu saat hamil?
Apakah sedang mengkonsumsi obat-obatan?
e) Riwayat penyakit dahulu :
apakah pasien pernah atau sedang mengalami suatu penyakit berat?
f) Riwayat penyakit keluarga :
Tanyakan penyakit yang sedang atau pernah dialami oleh keluarga atau
kerabat dekat yang dapat memungkinkan pasien tersebut mengalami hal
yang sama dalam penyakit genetic dan tanyakan keadaan mereka. Seperti
keterkaitan kasus ini yaitu talasemia. Tanyakan kepada orangtuanya apakah
kedua orangtua anak tersebut mempunyai genetic talasemia atau memang
penderita talasemia?
Penting hal nya memikirkan atau membuat sebuah pohon keluarga untuk
lebih memastikan penurunan yang akan diterima apabila kelak pasangan
suami istri tersebut akan memiliki keturunan. Dengan pohon keluarga ini
kita dapat memprediksikan thalasemia diturunkan dengan prediksi
perbandingan.1,2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah keadaan umum dan tanda-tanda vital seperti
suhu, nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan. Selain itu pemeriksaan fisik yang
mengarahkan ke diagnosis talasemia bila dijumpai gejala dan tanda pucat yang menunjukkan
anemia, ikterus yang menunjukkan hemolitik, splenomegali yang menunjukkan adanya
3
penumpukan (pooling) sel abnormal, dan deformitas skeletal, terutama pada thalasemia beta.
Pemeriksaan fisik pada talasemia alfa minor sebenarnya sulit karna sama halnya dengan
seseorang yang seperti sedang menderita anemia.2
Pemeriksaan Penunjang
Yang pertama adalah dilakukannya skrining pada pasangan suami istri ini untuk
memastikan diagnosa talasemia alfanya tersebut. Yang sering dilakukan pada skrining
talasemia adalah dengan hemoglobin elektorforesa yang merupakan pemeriksaan pada
hemoglobin pasien untuk mengidentifikasi lebih dari 150 jenis hemoglobin normal dan
abnormal. Banyak jenis hemoglobin yang abnormal tidak menyebabkan penyakit yang
berbahaya dan hemoglobin yang abnormal ini dapat dideteksi melalui elektroforesis.
Prosedur pemeriksaan adalah dengan mengambil darah vena 7 sampai 10 ml dan masukan ke
dalam tabung dan di periksa di laboratorium, dan pada pasien tidak perlu adanya pembatasan
makan dan cairan. Pada pasien dewasa dengan talasemia alfa ataupun beta maka pada
elektroforesa hemoglobin kita dapat mengetahui rantai globin mana yang mengalami
abnormalitas dan menjadi dasar diagnosa.
Meskipun elektroforesis hb kurang sensitive untuk mendiagnosis talasemia alfa, namun
elektroforesis hb dapat membantu menghitung jumlah dan mengidentifikasi tipe hemoglobin
yang tidak normal. Hb F meningkat: 20%-90% Hb total, elektroforesis Hb : hemoglobinopati
lain dan mengukur kadar Hb F. Elektroforesis hemoglobin pada selulosa asetat atau
elektroforesis gel kanji pada pH basa merupakan uji laboratorium paling mudah untuk
membuktikan adanya hemoglobin abnormal. Pada talasemia alfa, penurunan sintesis rantai
alfa menyebabkan rantai beta menjadi berlebihan. Rantai-rantai beta ini dapat membentuk
tetramer yang mudah dibuktikan dengan pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.
Sedangkan pada pemeriksaan DNA merupakan pemeriksaan yang lebih pasti dalam
skrining ataupun menegakkan diagnosa suatu penyakit. Pemeriksaan DNA dilakukan apabila
pada pemeriksaan hemoglobin elektroforesa kita masih meragukan atau curiga mengarah
pada diagnosa yang lainnya. Analisis DNA dilakukan untuk mengidentifikasi genotip
spesifik. Uji ini dapat dilakukan untuk tujuan penelitian, untuk membedakan talasemia alfa
carrier dari talasemia lainnya, untuk mengidentifikasi gen pembawa sifat tersembunyi, atau
melihat pola pewarisan keluarga.
Selanjutnya akan dibahas mengenai pemeriksaan serum besi, TIBC ( Kapasitas Ikatan
Besi Total) dan serum feritin yang saling berkaitan. Dimana pemeriksaan serum besi
berhubungan dengan transferin plasma yang bertanggung jawab terhadap transportasi zat besi
4
ke sumsum tulang untuk sintesa hemoglobin. Nilai besi serum meningkat bila ada destruksi
sel-sel darah merah yang berlebihan dan nilai menurun pada anemia akibat kekurangan besi.
Biasanya serum besi dan TIBC ditentukan bersamaan karena saling berkaitan satu sama lain.
Kadar normal besi serum pada dewasa 50-150 ug/dL, neonatus 100-200ug/dL dan bayi
6 bulan – 2 tahun 40-100 ug/dL. Dan kadar TIBC pada dewasa 250-450 ug/dL, neonatus 60-
175 ug/dL, bayi 100-400 ug/dL, 6 bulan-2tahun 100-200 ug/dL dan anak lebih dari 2 tahun
mempunyai kadar yang sama dengan dewasa. Sedangkan serum feritin seperti yang telah
diketahui secara luas, jumlah kecil feritin serum dalam serum manusia menggambarkan
simpanan besi tubuh, dimana tes ini sering digunakan sebagai tes untuk mengetahui defisiensi
atau kelebihan besi di dalam tubuh manusia. Pemeriksaan serum besi, kadar feritin dan TIBC
untuk mengkonfirmasi anemia disebabkan oleh defisiensi besi atau karena sebab lain, karena
pada talasemia mempunyai nilai indeks eritrosit (MCV dan MCH) yang rendah, serupa pada
anemia defisiensi besi sehingga dibutuhkan pemeriksaan konfirmasi lebih lanjut.3
Tablel 1. Nilai Indeks Eritrosit pada Talasemia
Red Blood Cell Index Normal Affected Carrier
Sex Male Femaleβ-Thal Major β-Thal Minor
Mean corpuscular
volume (MCV fl)
89,1±5,01 87,6±5,5 50-70 < 79
Mean corpuscular hemoglobin (MCH pg)
30,9±1,9 30,2±2,1 12-20 < 27
Hemoglobin (Hb g/dL)
15,9±1,0 14,,0±0,9 < 7 Males : 11,5-15,3
Females : 9,1-14
Diagnosis Prenatal
Diagnosis prenatal( PND ) pada talasemia pertama kali berhasil dilakukan oleh Nathan
and Kan dengan menggunakan darah fetal. Tujuan dari diagnosis prenatal adalah untuk
mengetahui sedini mungkin, apakah janin yang dikandung menderita talasemia mayor. PND
terutama ditujukan pada janin pasangan baru yang sama sama pengemban sifat talasemia dan
janin pasangan yang telah mendapat bayi talasemia sebelumnya.
5
Pada kasus talasemia, sekarang PND dapat dilakukan pada usia kehamilan 8 minggu
dengan mengguanakan villi chorialis, untuk mempercepat proses PND, dapat dimulai dengan
pemeriksaan DNA kedua orangtuanya terlebih dahulu. Tindakan ini dapat dilakukan lebih
awal bahkan sebelum kehamilan terjadi, pada saat mereka telah memutuskan untuk
mempunyai anak. Kemudian setelah usia kehamilan mencapai 8 minggu, baru dilakukan
pengambilan sampel jaringan vili chorialis janin serta dilakukan pemeriksaan molekular
sesuai dengan mutan yang diemban oleh kedua orangtuanya. Sedikitnya harus ada dua teknik
berbeda yang dilakukan pada PND, agar hasil identifikasi lebih akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. PND juga harus dilakukan secepat mungkin (dalam waktu kurang
dari seminggu) agar tidak menjadi beban psikologis kedua orangtua selama menunggu hasil
untuk mengambil keputusan.
Selain itu usia kehamilan juga masih memungkinkan untuk tindakan terminasi
kehamilan kalau memang hal tersebut diperlukan. Biasanya pasangan masih membutuhkan
waktu beberapa hari hingga mingggu, untuk memutuskan nasib janin mereka jika ternyata
sang janin menderita talasemia, dan selama itu mereka mungkin perlu pendampingan.
Beberapa tahun belakangan ini telah dikembangkan teknik inseminasi selektif, pada
pasangan berisiko tinggi. Dengan teknik ini maka kemungkinan lahirnya bayi talasemia dapat
diperkecil. Apabila pada kehamilan normal probabilitas terjadinya bayi talasemia mayor
adalah 25%, maka pada inseminasi selektif, jika ada enam embrio yang dibuahi secara in
vitro, dan hanya dua embrio yang diambil secara acak yang ditanamkan ke rahim maka
probabilita terjadinya bayi talasemia dari pasangan tersebut menjadi lebih rendah dari resiko
kehamilan normal. Teknik inseminasi selektif dianggap lebih menyenangkan terutama bagi
sebagian pasangan yang karena alasan pribadi atau lainnya keberatan untuk melakukan PND
dan terminasi kehamilan.4
Diagnosis Kerja
Talasemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam amino
yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel darah merah
membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi yang disebut hemoglobin.
Hemoglobin terbuat dari dua macam protein yang berbeda, yaitu globin alfa dan globin beta.
Protein globin tersebut dibuat oleh gen yang berlokasi di kromosom yang berbeda. Apabila
satu atau lebih gen yang memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan
terjadi penurunan produksi protein globin yang menyebabkan talasemia. Mutasi gen pada
6
globin alfa akan menyebabkan penyakit alfa- talasemia dan jika itu terjadi pada globin beta
maka akan menyebabkan penyakit beta-talasemia.1
Talasemia alfa terjadi karena adanya penurunan secara sintesis dari rantai alfa globulin.
Akibat adanya kekurangan sintesis rantai alfa, maka dapat menyebabkan timbulnya banyak
rantai beta dan gamma yang tidak dapat berpasangan dengan rantai alfa. Dengan adanya hal
tersebut, maka akan menyebabkan pula terbentuknya tetramer dari rantai beta(HbH) dan juga
tetramer dari rantai gama (Hb Barts), dengan begitu maka diketahui talasemia alfa memiliki
beberapa jenis, yaitu :
a) Delesi pada empat rantai alpha
Delesi pada empat rantai alpha ini sering dikenal juga dengan sebutan Hydrops
fetalis. Dalam delesi pada empat rantai tersebut biasanya sel darah merahnya
banyak terkandung Hb Barts. Gejala dari delesi ini berupa timbulnya ikterus,
pembesaran limfa, dan jika pada orang hamil, maka janinnya akan sangat anemis
dan dapat mati dalam usia kandungan 36-40 bulan. Biasanya pada bayi yang
mengalami kelainan ini akan mati beberapa jam setelah kelahirannya, jika delesi
ini diuji secara elektroforesis, maka akan diketahui kadar Hb nya sebesar 80-90%
Hb Barts, dan diketahui juga tidak adanya HbA ataupun HbF.
b) Delesi pada tiga rantai alpha
Delesi berikut ini dapat dikenali sebagai HbH Disease yang biasanya disertai
dengan adanya anemia hipokromik mikrositer dengan banyak terbentuknya HbH,
dengan begitu maka HbH akan mengalami presipitasi dalam sel darah merah
(eritrosit), sehingga akan mengakibatkan penghancuran sel darah merah dengan
mudah. Ini dapat terdeteksi setelah kelahiran dengan adanya anemia berat dan juga
adanya pembesaran pada limfa. Fenotipe HbH disease berupa talasemia intermedia
yang ditandai dengan anemia hemoltik sedang-berat namun dengan inefektivitas
eritropoiesis yang lebih ringan.
c) Delesi pada dua rantai alpha
Delesi berikut ini diketahui dengan adanya anemia hipokromik mikrositer yang
ringan, yaitu dengan terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH,
delesi ini ditandai dengan adanya anemia ringan bahkan ada juga yang tidak
terdapat gejala anemianya.
7
d) Delesi pada rantai satu alpha
Delesi ini dapat disebut juga sebagai Silent Carreie, karena adanya tiga lokus
globin yang masih bisa menjalankan fungsinya dengan normal, delesi tersebut
kelainan globulinnya sangat minimal dan hanya dapat diketahui melalui
pemeriksaan laboratorium secara molekuler. Penderita tipe ini merupakan
pembawa sifat yang fenotipnya tidak memberikan gejala dan tanda. Kelainan ini
ditemukan pada 15-20% populasi keturunan afrika.1,4
Etiologi
Penurunan kecepatan sintesis atau kemampuan produksi satu atau lebih rantai globin
alfa atau beta, ataupun rantai globin lainnya, dapat menimbulkan defisiensi produksi sebagian
(parsial) atau menyeluruh (komplit) rantai globin tersebut. Akibatnya, terjadi talasemia yang
jenisnya sesuai dengan rantai globin yang terganggu produksinya. Talasemia alfa terjadi
akibat berkurangnya (defisiensi parsial seperti thalasemia-α+) atau tidak diproduksi sama
sekali (defisiensi total seperti talasemia-α0) produksi rantai globin-α.
Epidemiologi
Penyakit talasemia ini menyebar luas di daerah Mediteranian seperti Italia, Yunani,
Afrika bagian utara, Timur Tengah, India Selatan sampai kawasan Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Frekuensi talasemia di Asia Tenggara antara 3-9%. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa talasemia merupakan kelainan darah yang bersifat herediter. Risiko
terkena talasemia sama bagi pria maupun wanita sebab kelainan ini terdapat di kromosom
autosom. Karena angka insidens yang cukup besar, maka bila seseorang memiliki riwayat
keluarga yang talasemia disarankan untuk melakukan pemeriksaan skrining terutama saat
akan menikah dan diusahakan menikah dengan orang yang tidak memiliki riwayat talasemia
dalam keluarganya.
Patofisiologi
Pada talasemia terjadi pengurangan atau tidak ada sama sekali produksi rantai globin
satu atau lebih rantai globin. Penurunan secara bermakna kecepatan sintesis salah satu jenis
rantai globin menyebabkan sintesis rantai globin yang tidak seimbang. Bila pada keadaan
normal rantai globin yang disintesis seimbang antara rantai alfa dan rantai beta, maka pada
talasemia beta dimana tidak disintesis sama sekali rantai globin beta maka rantai globin alfa
8
yang berlebihan, begitu juga sebaliknya pada talasemia alfa dimana rantai globin alfa tidak
diproduksi sama sekali maka rantai globin beta yang diproduksi secara berlebihan.
Pada talasemia alfa umumnya patofisiologinya sama dengan yang dijumpai pada
talasemia beta kecuali beberapa perbedaan utama akibat delesi atau mutasi rantai globin alfa.
Hilangnya gen globin tunggal tidak berdampak pada fenotip. Sedangkan talasemia 2a alfa
homozigot (-a/-a) atau talasemia 1a heterozigot (aa/--) memberi fenotip seperti talasemia beta
carrier. Kehilangan 3 dari 4 gen globin alfa memberikan fenotip tingkat penyakit berat
menengah (moderat), yang dikatakan sebagai HbH disease. Sedangkan talasemia alfa0
homozigot (--/--) tidak dapat bertahan hidup, disebut sebagai Hb-Bart’s hydrops syndrome.
Kelainan dasar talasemia alfa sama dengan talasemia beta, yakni ketidak seimbangan sintesis
rantai globin. Namun perbedaan besar dalam hal patofisiologi kedua jenis ini adalah:
Pertama karena rantai alfa dimiliki bersama oleh hemoglobin fetus ataupun dewasa,
maka talasemia alfa bermanifestasi pada masa fetus.
Kedua sifat-sifat yang ditimbulkan akibat produksi secara berlebihan rantai globin alfa
dan beta yang disebabkan oleh defek produksi rantai globin alfa sangat berbeda
dibandingkan dengan akibat produksi berlebihan rantai alfa pada talasemia beta. Bila
kelebihan rantai alfa tersebut menyebabkan presipitasi pada prekursel eritrosit, maka
talasemia alfa menimbulkan tetramer yang larut.5
Pewarisan Talasemia
Di dalam mendiagnosa suatu penyakit yang diduga diturunkan secara turun temurun di
dalam keluarga, perlu dikonfirmasi kembali diagnosa yang telah disusun dengan membuat
diagram silsilah keluarga untuk memastikan bahwa penyakit yang diderita pasien memang
sudah ada atau diturunkan dari generasi sebelum pasien sehingga gejala klinis dapat muncul
pada pasien karena penyakit tersebut memang diturunkan dari generasi sebelumnya.
Mempelajari pola pewarisan sifat pada manusia terutama tentang penyakit menurun
mempunyai kendala tersendiri. Kendala-kendala tersebut misalnya: tidak mungkin
melakukan uji coba perkawinan pada manusia, kemungkinan kecil orang mau dikawinkan
secara asal sesuai kehendak peneliti, adanya kemauan untuk menghindari kelainan atau
penyakit menurun, adanya pembatasan jumlah anak karena pertimbangan-pertimbangan
tertentu, dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mempelajari pola pewarisan sifat terutama
kelainan dan penyakit bawaan sering kali dilakukan dengan cara analisis peta silsilah
(pedigree). Peta silsilah ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan jawaban yang
9
memuaskan terhadap sejumlah persoalan yang diakibatkan oleh kelainan atau penyakit
menurun. Pedigree selalu menggunakan simbol silsilah keluarga, seperti:
1. = (kotak tanpa arsiran), simbol untuk laki-laki normal
2. = (kotak dengan arsiran penuh),simbol untuk laki-laki yang menderita kelainan
atau penyakit tertentu.
3. = (kotak dengan arsiran tidak penuh),simbol untuk laki-laki normal carier untuk
penyakit tertentu.
Gambar 1. Silsilah Keluarga dengan Kedua orang tua menderita talasemia alfa minor
(diunduh dari: www.quizlet.com)
Berikut akan dijabarkan mengenai kemungkinan yang terjadi pada pasangan suami istri
penderita talasemia minor yang ingin mempunyai keturunan melalui pewarisan menurut
hukum Mendell yaitu:5
P : Thth >< Thth
G : Th Th
: th th
F1
10
L / P Th Th
Th ThTh Thth
th Thth Thth
Rasio genotip:
Thalasemia Mayor (ThTh) : 25%
Thalasemia Minor (Thth) : 50%
Normal (thth) : 25%
Dari pewarisan penyakit talasemia yang merupakan autosomal resesif melalui
pewarisan Mendel, maka diperoleh anak dengan kelainan fenotip talasemia mayor atau yang
letal adalah 25% atau seperempat dari seluruh keturunan pasien. Setengah atau 50% anaknya
akan diturunkan sifatnya menjadi carrier atau talasemia trait dan hanya 25% atau seperempat
anaknya yang akan normal tanpa kelainan turunan autosomal resesif.5
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari penyakit thalassemia disebabkan oleh kekurangan oksigen di
dalam aliran darah. Hal ini terjadi karena tubuh tidak cukup membuat sel-sel darah merah dan
hemoglobin. Temuan klinis tergantung pada nomor dari delesi gen α –globin yaitu delesi
pada empat rantai alfa ( hydrops fetalis ), delesi pada tiga rantai alfa ( HbH disease ), delesi
pada dua rantai alfa serta delesi pada satu rantai alfa atau yang disebut dengan silent carrier.
a) Silent Carrier
Pada keadaan ini tidak akan timbul gejala sama sekali pada penderita atau hanya
terjadi sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat
(hipokrom). Pembawa sifat talasemia alfa jenis ringan artinya mempunyai kelainan
pada gen globin alfa tetapi tidak menyebabkan kelainan atau gangguan fisik, hanya
ada sedikit perubahan pada gambaran sel darah merahnya. Gambaran sel darah
merahnya hampir sulit dibedakan dengan orang normal, kecuali ukuran sel darah
merahnya (MCV) sedikit lebih kecil dan jumlah hemoglobin per sel darah merah
(MCH) yang sedikit lebih rendah dari ukuran normal. Pembawa sifat talasemia alfa
jenis ini hanya mempunyai 3 globin alfa karena hilangnya 1 gen globin alfa.
Pembawa sifat ini tidak akan mengalami kesehatan yang berarti, dapat melakukan
aktivitas fisik atau mental yang sarna dengan orang yang tidak mempunyai
kelainan ini.
b) Talasemia Alfa Trait
Penderita hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah
yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari ukuran normal
11
(mikrositer). Pembawa sifat talasemia alfa jenis berat artinya mempunyai kelainan
pada gen globin alfa tetapi tidak menyebabkan kelainan atau gangguan fisik, hanya
ada perubahan pada gambaran sel darah merah yang sangat jelas yaitu ukuran sel
darah merahnya (MCV) lebih kecil dari ukuran normal dan jumlah hemoglobin per
sel darah merah (MCH) lebih rendah dari jumlah normal. Pembawa sifat talasemia
alfa jenis ini hanya mempunyai 2 gen globin alpha yang berfungsi. Kedua gen
globin alfa ini terletak pada satu belah kromosom dan yang sebelahnya tidak
mempunyai gen globin alfa sama sekali atau pada setiap belah kromosom hanya
ada 1 gen globin alfa. Pembawa sifat jenis ini tidak mengalami masalah kesehatan
yang berarti, dapat melakukan aktivitas fisik atau mental yang sama dengan orang
yang tidak mempunyai kelainan ini, tetapi dapat mengalami anemia ringan pada
saat hamil atau saat menderita infeksi berat.
c) HbH Disease
Gambaran klinis penderta dapat bervariasi dari tidak menunjukkan adanya gejala
sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa
(splenomegali). Ditandai dengan hanya 1 gen globin yang berfungsi. Penderita ini
dilahirkan dari pasangan yang salah satunya pembawa sifat talasemia alfa berat
sedangkan yang lainnya pembawa sifat talasemia alfa ringan. Penyakit ini harus
dicurigai pada bayi baru lahir yang semua sel darah merahnya pucat dan
mempunyai Hb Bart yang tinggi. Hb Bart dibentuk dari 4 buah rantai globin
gamma. Hemoglobin ini tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada anak
yang lebih besar penyakit HbH ditandai dengan anemia sedang kadar (kadar Hb
antara 8 sid 10 g/dl), sel darah merahnya kecil dan pucat serta ditemukan adanya
HbH. HbH dibentuk dari 4 rantai globin beta dan tidak berfungsi seperti Hb yang
normal. Kadar Hb pada penderita HbH relatif stabil, tetapi kadar Hb dapat turun
dengan drastis pada saat menderita infeksi virus, dan terekspos atau mengkonsumsi
obat-obat, zat kimia atau makanan yang bersifat oksidan seperti obat jenis sulfa,
"benzene" (terdapat dalam bensin, batubara, bahan kimia untuk pembuatan plastik).
Walaupun jarang, dapat terjadi anemia berat, batu empedu, tukak pada kulit, dan
pembesaran limpa yang hebat sampai memerlukan pengangkatan limpa.
12
d) Talasemia Alfa Mayor
Merupakan kondisi yang paling berbahaya pada talasemia tipe alfa. Pada kondisi
ini tidak ada rantai globin yang dibentuk (sama sekali tidak mempunyai gen globin
alfa) sehingga tidak ada HbA atau HbE yang diproduksi. Biasanya fetus (janin)
yang menderita talasemia alfa mayor mengalami anemia pada awal kehamilan,
kemudian membengkak karena kelebihan cairan (hydrops fetalis), lalu terjadi
pembesaran hati dan limpa. Fetus (janin) yang menderita kelainan ini biasanya
mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan. Penderita ini
dilahirkan dari pasangan yang keduanya pembawa sifat talasemia alfa jenis berat.
Pada keadaan ini terjadi kematian janin karena janin mengalami kekurangan
oksigen berat. Ibu dari janin ini dapat mengalami penyakit yang berat.
Penatalaksanaan
Pengobatan talasemia bergantung pada jenis dan tingkat keparahan dari gangguan.
Seseorang pembawa atau yang memiliki sifat alfa atau beta talasemia cenderung ringan atau
tanpa gejala dan hanya membutuhkan sedikit atau tanpa pengobatan. Terdapat 3 (standar)
perawatan umum untuk talasemia tingkat menengah atau berat, yaitu transfusi darah, terapi
besi dan chelation, serta menggunakan suplemen asam folat. Selain itu, terdapat perawatan
lainnya adalah dengan transplantasi sum-sum tulang belakang, pendonoran darah tali pusat.
a) Transfusi darah
Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini merupakan
terapi utama bagi orang-orang yang menderita thalassemia sedang atau berat.
Transfusi darah dilakukan melalui pembuluh vena dan memberikan sel darah
merah dengan hemoglobin normal. Untuk mempertahankan keadaan tersebut,
transfusi darah harus dilakukan secara rutin karena dalam waktu 120 hari sel darah
merah akan mati.6
b) Terapi Khelasi Besi (Iron Chelation)
Hemoglobin dalam sel darah merah adalah zat besi yang kaya protein. Apabila
melakukan transfusi darah secara teratur dapat mengakibatkan penumpukan zat
besi dalam darah. Kondisi ini dapat merusak hati, jantung, dan organ-organ
lainnya. Untuk mencegah kerusakan ini, terapi khelasi besi diperlukan untuk
membuang kelebihan zat besi dari tubuh. Terdapat dua obat-obatan yang
digunakan dalam terapi khelasi besi, yaitu:6
13
Deferoxamine
Deferoxamine adalah obat cair yang diberikan melalui bawah kulit secara
perlahan-lahan dan biasanya dengan bantuan pompa kecil yang digunakan
dalam kurun waktu semalam. Terapi ini memakan waktu lama dan sedikit
memberikan rasa sakit. Efek samping dari pengobatan ini dapat menyebabkan
kehilangan penglihatan dan pendengaran.
Deferasirox
Deferasirox adalah pil yang dikonsumsi sekali sehari. Efek sampingnya adalah
sakit kepala, mual, muntah, diare, sakit sendi, dan kelelahan (kelelahan).
c) Suplemen Asam Folat
Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel-sel darah
merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping melakukan
transfusi darah ataupun terapi khelasi besi.6
d) Transplantasi sum-sum tulang belakang
Bone Marrow Transplantation (BMT) sejak tahun 1900 telah dilakukan. Sumsum
transplantasi sel induk normal akan menggantikan sel-sel induk yang rusak. Sel-sel
induk adalah sel-sel di dalam sumsum tulang yang membuat sel-sel darah merah.
Transplantasi sel induk adalah satu-satunya pengobatan yang dapat
menyembuhkan talasemia. Namun, memiliki kendala karena hanya sejumlah kecil
orang yang dapat menemukan pasangan yang baik antara donor dan resipiennya.6
e) Pendonoran darah tali pusat (Cord Blood)
Cord blood adalah darah yang ada di dalam tali pusat dan plasenta. Seperti tulang
sumsum, itu adalah sumber kaya sel induk, bangunan blok dari sistem kekebalan
tubuh manusia. Dibandingkan dengan pendonoran sumsum tulang, darah tali pusat
non-invasif, tidak nyeri, lebih murah dan relatif sederhana.6
Konseling Genetik
Istilah Konseling Genetik pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Sheldon Redd dari Dight
Institute for Human Genetics, University of Minnesota. Konseling genetic diartikan sebagai
“member informasi atau pengertian kepada masyarakat tentang masalah genetic yang ada
dalam keluarganya”. Penerapan konseling genetic pada masyarakat kita mungkin harus
14
sedikit berbeda dari apa yang direkomendasikan oleh para ahli di luar negeri, karena struktur
social ekonomi, budaya, dan tingkat pendidikan yang berbeda. Istilah konseling genetic
sendiri masih asing dan mungkin masih sukar diterima oleh sebagian masyarakat kita, yang
sebagian besar berpendidikan dibawah SMU.
Pada prinsipnya sebelum konseling genetic diterapkan, kita harus mempunyai para
konselor genetic yang handal. Yang terpenting adalah seorang konselor sudah terlatih dan
menguasai segala sesuatu yang berkaitan dengan thalassemia. Seorang konselor juga dituntut
untuk dapat bersikap simpatik, tidak terkesan menggurui apalagi memaksa, agar dapat terjalin
suatu komunikasi hubungan batin yang baik antara konselor dengan yang dikonseling.
Seorang konselor harus dapat menyampaikan informasi sebanyak dan selengkap mungkin ada
pada keluarga yang dikonseling (klien). Informasi itu menyangkut 3 hal pokok, yaitu:7
a) Tentang penyakit talasemia itu sendiri, bagaimana cara penurunannya, dan masalah
masalah yang akan dihadapi oleh seorang penderita thalassemia mayor. Konselor
juga terlebih dahulu harus mengumpulkan data medis dari kliennya terutama
riwayat keluarga sang klien sebelum memulai konseling, agar informasi yang
disampaikan tepat dan bersifat khusus untuk pasangan tersebut.
b) Memberi jalan keluar cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh sang
klien dan membiarkan mereka yang membuat keputusan sendiri sehubungan
dengan tindakan yang akan dilakukan. Seorang konselor tidak selayaknya
memberikan jalan keluar yang kira kira tidak mungkin terjangkau atau dapat
dilakukan olenh sang klien.
c) Membantu mereka agar keputusan yang telah diambil dapat dilaksanakan dengan
baik dan lancar.
Secara umum sasaran konseling genetic adalah pasangan pranikah, terutama yang
berasal dari populasi atau etnik yang berpotensial tinggi menderita thalassemia, atau kepada
mereka yang mempunyai anggota keluarga yang berpenyakit talasemia. Kepada pasangan
tersebut perlu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan indeks hematologis (full blood
count) terlebih dahulu sebelum menikah untuk memastikan apakah mereka mengemban cacat
genetik talasemia.7
Apabila hanya salah satu dari mereka yang mengemban (pembawa sifat) talasemia
tidak jadi masalah, tetapi jika keduanya pengemban sifat talasemia maka perlu
diinformasikan bahwa jika mereka tetap memutuskan untuk menikah maka 25% dari
keturunannya berpeluang menderita talasemia mayor. Keputusan tergantung pada pasangan
15
tersebut apakah mereka memutuskan tidak kawin, tetap kawin tanpa mempunyai anak, atau
kawin dan ingin mempunyai anak.7
Konseling genetik secara khusus juga ditujukan untuk pasangan berisiko tinggi, baik
yang terjaring pada pemeriksaan premarital maupun pasangan yang telah mempunyai anak
talasemia sebelumnya. Kepada mereka perlu disampaikan bahwa telah ada teknologi yang
dapat membantu untuk mengetahui apakah janin yang dikandung menderita talasemia atau
tidak pada awal kehamilan atau yang dikenal dengan diagnosis prenatal.7
Perlu diinformasikan pula selengkap lengkapnya tentang prosedur diagnosis tersebut, di
mana mereka dapat melakukannya, siapa yang harus dihubungi, tingkat kesalah diagnosis,
biaya serta kemungkinan keguguran akibat proses sampling. Dengan demikian mereka dapat
mempertimbangkan benar benar untung ruginya sebelum mengambil keputusan agar tidak
timbul kekecewaan atau penyesalan di kemudian hari. Kebanyakan dari pasangan berisiko
tersebut memutuskan tetap menikah tetapi memutuskan untuk tidak mempunyai anak.
Kiranya hal ini agak sukar diterapkan pada masyarakat kita jika sebagian besar masih
beranggapan bahwa keberadaaan seorang anak merupakan target utama dari sebuah
perkawinan. Apabila pandangan seperti itu dapat sedikit dirubah menjadi anak yang sehat
merupakan target dari perkawinan, mungkin konseling genetic akan jauh lebih mudah
dilakukan.7,8
Karena berbagai alasan, baik menyangkut agama maupun aspek psikologis lainnya
yang tidak merestui pengakhiran kehamilan, maka pendampingan perlu melibatkan tokoh
tokoh agama dan para psikolog. Langkah ini perlu dilakukan agar semua tindakan yang
diambil dengan hati yang mantap sehingga tidak timbul penyesalan atau rasa bersalah di
kemudian hari. Prinsip dasar dalam konseling adalah bahwa masing-masing individu atau
pasangan memiliki hak otonomi untuk menentukan pilihan, hak untuk mendapat informasi
akurat secara utuh, dan kerahasiaan mereka terjamin penuh. Hal yang harus diinformasikan
berhubungan dengan kelainan genetik secara detil, prosedur obstetri yang mungkin dijalani
dan kemungkinan kesalahan diagnosis pranatal. Informasi tertulis harus tersedia, dan catatan
medis untuk pilihan konseling harus tersimpan. Pemberian informasi pada pasangan ini
sangat penting karena memiliki implikasi moral dan psikologi ketika pasangan karier
dihadapkan pada pilihan setelah dilakukan diagnosis pranatal. Pilihan yang tersedia tidak
mudah, dan mungkin tiap pasangan memiliki pilihan yang berbeda-beda. Tanggung jawab
utama seorang konselor adalah memberikan informasi yang akurat dan komprehensif yang
memungkinkan pasangan karier menentukan pilihan yang paling mungkin mereka jalani
sesuai kondisi masing-masing.7,8
16
Pencegahan
Pencegahan yang paling efektif adalah dengan menghindari pernikahan pada penderita
yang memeliki resiko tinggi terhadap talasemia. Jika salah satu pasangan memiliki resiko
tinggi terhadap talasemia kemungkinan besar akan menurun pada anaknya dengan tingkat
resiko yang lebih tinggi dan menghasilkan anak dengan penderita talasemia dengan gen
bawaan dari orangtua, akibat yang terjadi jumlah penderita talasemia semakin meningkat
tajam.
Prognosis
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari talasemia. Seperti
dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita talasemia sangat bervariasi dari ringan
bahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa.
Kesimpulan
Talasemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif menurut
hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit talasemia meliputi suatu
keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut
talasemia minor atau talasemia trait (carrier = pengemban sifat) hingga yang paling berat
(bentuk homozigot) yang disebut talasemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah
satu orang tuanya yang mengidap penyakit talasemia, sedangkan bentuk homozigot
diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit talasemia. Di negara-negara
yang mempunyai frekuensi gen talasemia yang tinggi penyakit tersebut menimbulkan
masalah kesehatan masyarakat (Public Health). Pada umumnya anak dengan penyakit
talasemia mayor tidak akan mencapai usia produktif bahkan mati di dalam kandungan atau
mati setelah lahir seperti pada talasemia-α Hb bart’s hydrop fetalis. Talasemia alfa dan beta
juga memerlukan skrining talasemia serta konseling genetic apalagi bagi pasangan yang ingin
memiliki anak dengan risiko talasemia yang besar.
17
Daftar Pustaka
1. Atmakusuma D, Setyaningsih I. Dasar-dasar talasemia : salah satu jenis
hemogglobinopati dalam buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi ke-5. Jakarta :
Interna Publishing;2009.h.1379-86.
2. Hoffbrand AV, Moss PAH. Kapita selekta hematologi. Edisi ke-11.
Jakarta: EGC;2011.h.22-35.
3. Sacher RA, Mcpherson RA. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan
laboratorium. Edisi ke-11. Jakarta : EGC;2004.h.93-5.
4. Atmakusuma D, Setyaningsih I. Thalasemia: manifestasi klinis, pendekatan diagnosis
dan thalassemia intermedia dalam buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi ke-5.
Jakarta : Interna Publishing;2009.h.1387-92.
5. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi. Edisi ke-2. Jakarta :
EGC;2008.h.173-5.
6. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W.I, et all, editor. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.
Ed.3. Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI ; 2008, h.497-499.
7. Muttaqin H. Dany F. Dwijayanthi L. ett all. Editor. Esesnsi Pediatri Nelson. Ed.4.
Jakarta: EGC ; 2010. Hal. 159.
8. Curtis GB. Kehamilan diatas usia 30. Edisi ke-1. Jakarta :
EGC;2010.h.67-9.
18