makalah 17 - ikterus neonatorum fisiologis
DESCRIPTION
ikterus neonatorum makalahsilvia witarsihTRANSCRIPT
IKTERUS NEONATORUM FISIOLOGIS
Silvia Witarsih
102012520
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
Telp. (021) 56966593-4 Fax. (021) 5631731
Email : [email protected]
SKENARIO 9
Seorang bayi usia 5hari dibawa kedokter untuk kontrol rutin.ibu mengatakan bahwa bayinya
mulai tampak kuning pada usia 2hari. Bayi dilahirkan secara normal per vaginam pada usia
kehamilan 39 minggu. Bayi masih aktif, menangis kuat, dan menyusu dengan baik. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan (+) sclera ikterik, (+)jaundice pada wajah dan badannya. TTV
dalam batas normal.
Mind Maping
HIPOTESIS
Bayi 5hari, diduga menderita ikterus neonatorum fisiologis.
Anamnesis
PemeriksaanfisikPrognosis
Pemeriksaan penunjang
Komplikasi
Penatalaksanaan
Patogenesiss
Etiologi
WDDD
Ikterus neonatorum patologis
Ikterus Neonatorum
Fisiolgis
Bayi 5 hari, wajah dan tubuh kuning sejak 2 hari disertai dengan sklera ikteri
A. Pendahuluan
Ikterus diamati selama usia minggu pertama pada sekitar 60% bayi cukupbulan dan 80%
bayi preterm. Warna kuning biasanya akibat di dalam kulit terjadi akumulasi pigmen
bilirubin yang larut lemak, tak terkonjugasi, nonpolar (bereaksi-indirek) yang dibentuk dari
hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin reduktase, dan agen pereduksi
nonenzimatik dalam sel retikuloendotelial. Dapat juga sebagian disebabkan oleh endapan
pigmen sesudah pigmen ini didalam mikrosom sel hati diubah oleh enzim asam uridin
disfoglukuronat (uridine diphosphoglucuronic acid/UDPGA), glukuronil transfase menjadi
menjadi bilirubin ester glukuronida yang polar, larut dalam air(bereaksi direk). Bentuk tak
terkonjugasi ini bersifat neurotoksik bagi bayi yang kadar tertentu dan pada berbagai
keadaan. Bilirubin terkonjugasi tidak neurotoksik tetapi menunjukkan kemungkinan terjadi
gangguan yang serius. Kenaikan bilirubin ringan dapay mempunyai sifat antitoksidan.
B. Pembahasan
1. Anamnesis
Merupakan suatu cara pemeriksaan dengan wawancara, pada kasus ini cara anamnesis
yang digunakan adalah alloanamesis yaitu; semua keterangan diperoleh dari keluarga
terdekat, seperti orang tua. Anamnesis berperan sangat penting dalam diagnosis dan
tatalaksana penyakit.
Langkah – langkah anamnesis:
Identitas Pasien bertujuan: mengetahui dan memastikan bahwa yang diperiksa benar-
benar pasien yang dimaksud dan tidak keliru dengan pasien lain. Identitas terdiri dari
nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, agama dan suku bangsa.
Riwayat Penyakit
Keluhan utama, keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.
Keluhan utama tidak selalu merupakan keluhan yang pertama disampaikan oleh
pasien. Keluhan utama tidak harus sejalan dengan diagnosis utama.
Riwayat penyakit sekarang, menanyakan keluhan adanya nyeri, kaku atau bengkak,
jika ada salah satu ataupun ketiga keluhan tersebut, kemudian ditanyakan dimana
lokasi terasa nyeri, kaku atau bengkak, kemudian onset yaitu dari kapan atau sejak
kapan mulai terasa nyeri, kaku atau bengkak. Lalu durasi, berapa lama keluhan
berlangsung. Yang terakhir adalah adakah factor yang memperberat seperti terasa
nyeri atau kaku, ketika pagi hari, atau melakukan aktivitas sehari-hari.
Riwayat perjalanan penyakit disusun cerita yang kronologis, terinci dan jelas sejak
sebelum terdapat keluhan sampai berobat, bila pasien telah berobat sebelumnya
tanyakan kapan, kepada siapa, obat apa yang diberikan dan bagaimana hasilnya. Perlu
ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya komplikasi, adanya
gejala sisa, bahkan juga kecacatan. Riwayat perjalanan penyakit pada dugaan penyakit
keturunan ( mis: asma) ditanyakan adakah saudara sedarah ada yang mempunyai
stigmata alergi. Perlu pula diketahui penyakit yang mungkin berkaitan dengan
penyakit sekarang. Hal-hal berikut perlu diketahui mengenai keluhan atau gejala
lamanya keluhan berlangsung. Bagaimana sifat terjadinya gejala :mendadak/perlahan-
lahan/terus, menerus/berupa, bangkitan/hilang, timbul/berhubungan dengan waktu.
Keluhan lokal dirinci lokalisasi dan sifatnya: menetap/menjalar/menyebar/sifat
penyebarannya/berpindah, berat-ringannya, keluhan dan perkembangannya,
menetap/cenderung bertambah, berat/cenderung berkurang. Terdapatnya hal yang
mendahului keluhan, apakah keluhan tersebut pertama kali atau berulang .Apakah ada
saudara atau tetangga menderita yang sama, upaya yang telah dilakukan. Riwayat
penyakit yg pernah diderita atau riwayat penyakit dahulu, perlu diketahui karena
mungkin ada hubungan dengan penyakit sekarang.
Riwayat Keluarga Perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran
keadaan sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien.
2. Pengertian Ikterus
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan
bilirubin. Ikterus Neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat tingginya
produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Pada neonatus
produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi di banding orang dewasa normal. Hal ini dapat
terjadi karena jumlah eritrosit pada neonatus lebih lebih banyak dan usianya lebih pendek
1. Ikterus fisiologis adalah :
a. Ikterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga lalu menghilang setelah sepuluh hari atau
pada akhir minggu kedua.
b. Tidak mempunyai dasar patologis.
c. Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan.
d. Tidak mempunyai potensi menjadi kern-ikterus.
e. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
f. Sering dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
2. Ikterus patologis adalah :
a. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama.
b. Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau > 10 mg% pada
neonatus kerang bulan.
c. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg% per hari.
Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan pemeriksaan
selanjutnya tidah menunjukkan dasar patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang
menjadi kern-icterus. Kern-icterus (ensefalopati biliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak.
3. Etiologi
1. Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena :
a. Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih
pendek.
b. Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase,
UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) -> penurunan ambilan bilirubin oleh
hepatosit dan konjugasi.
c. Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim -> glukuronidase di
usus dan belum ada nutrien.
2. Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh
faktor/keadaan:
a. Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD,
sferositosis herediter dan pengaruh obat.
b. Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.
c. Polisitemia.
d. Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
e. Ibu diabetes.
f. Asidosis.
g. Hipoksia/asfiksia.
h. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
4. Epidemiologi
5. Faktor resiko
Faktor resiko untuk timbulnya ikterus neonatorum adalah :
1. Faktor Maternal.
a. Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani).
b. Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh).
c. Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
d. ASI
2. Faktor perinatal
a. Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis).
b. Infeksi (bakteri, virus, protozoa).
3. Factor neonates.
a. Prematuritas.
b. Faktor genetic.
c. Polisitemia.
d. Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol).
e. Rendahnya asupan ASI.
f. Hipoglikemia.
g. Hipoalbuminemia
6. Patofisiologi
Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin
mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu
perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.
1. Ikterus fisiologis
Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum,
namun kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus
fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum
total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL,
kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang dapat muncul
peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan bilirubin terkonyugasi < 2 mg/dL.
Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor lain.
Sebagai contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi
pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi
ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5
setelah lahir. Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir
meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit
(pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari), proses ambilan dan konyugasi di hepar
yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan
bilirubin.
2. Ikterus pada bayi mendapat ASI ( Breat milk jaundice ).
Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi ikterus yang yang
berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga
meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus. Bila tidak ditemukan faktor risiko lain, ibu
tidak perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah.
Apabila keadaan umum bayi baik, aktif, minum kuat, tidak ada tata laksana khusus
meskipun ada peningkatan kadar bilirubin.
7. Gejala Dan Tanda Klinis
Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu
dapat pula disertai dengan gejala-gejala:
1. Dehidrasi
a. Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)
2. Pucat.
a. Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah ABO,
rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.
3. Trauma lahir
Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses
kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik,
baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada
masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau
perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi
meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali
tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Bruising,
sefalhematom (peradarahn kepala), perdarahan tertutup lainnya.
4. Pletorik (penumpukan darah)
a. Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi KMK.
5. Letargik dan gejala sepsis lainnya.
6. Petekiae (bintik merah di kulit)
a. Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis
7. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal)
a. Sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati.
8. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa).
9. Omfalitis (peradangan umbilikus).
10. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid).
11. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus).
12. Feses dempul disertai urin warna coklat
a. Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi.
8. Jenis – Jenis Ikterus Menurut Waktu Timbulnya
1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
Ikterus yang terjadi 24 jam pertama sebagian besar disebabkan oleh :
a. Inkompatibilitas darah Rh, ABO, atau golongan lain
b. Infeksiintra uterine
c. Kadang – kadang karena defisiensi enzim G-6-PD
2. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
a. Biasanya ikterus fisiologis
b. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan lain
c. Defisiensi enzim G-6-PD atau enzim eritrosit lain juga masih mungkin.
d. Policitemi
e. Hemolisis perdarahan tertutup* (perdarahan subaponerosis, perdarahan hepar, sub capsula
dll)
3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama
a. Sepsis
b. Dehidrasi dan asidosis Defisiensi G-6-PD
c. Pegaruh obat-obatan
d. Sindroma Criggler-Najjar, sindroma Gilbert
4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya
a. Ikterus obtruktive
b. Hipotiroidisme
c. Breast milk jaundice
d. Infeksi
e. Hepatitis neonatal
f. Galaktosemia.
9. Penilaian Ikterus
Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan
menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh
sirkulasi darah. Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan resiko
terjadinya kern-ikterus, misalnya kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (Kramer)
dilakukan dibawah sinar biasa (day light)
Penilaian Ikterus menurut Kramer
Daerah Luas IkterusKadar
Bilirubin
1 Kepala dan leher 5 mg%
2 Daerah 1 + badan bagian atas 9 mg%
3Daerah 1, 2 + badan bagian bawah dan
tungkai
11 mg%
4Daerah 1, 2, 3 + lengan dan kaki di bawah
dengkul
12 mg%
5 Daerah 1, 2, 3, 4 + tangan dan kaki 16 mg%
10. Penanganan
1. Ikterus Fisologis
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat,
aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya
kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan
beberapa cara berikut:
a. Minum ASI dini dan sering
b. Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO
c. Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol
lebih cepat (terutama bila tampak kuning).
Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan sebagai faktor
prediksi hiperbilirubinemia pada bayi
cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya. Hal ini kurang dapat
diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar.
2. Tata Laksana Awal Ikterus Neonatorum ( WHO )
a. Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat.
b. Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir sebelum
usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis
c. Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan
golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs :
1. Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan
terapi sinar.
2. Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi
sinar, lakukan terapi sinar
3. Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab
hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD bila
memungkinkan.
d. Tentukan diagnosis banding
3. Mencegah terjadinya kern-ikterus
a. Dalam hal ini yang penting adalah pengamatan yang ketat dan cermat perubahan
peningkatan kadar bilirubin bayi baru lahir, khususnya ikterus yang kemungkinan besar
menjadi patologis yaitu :
1. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama.
2. Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau > 10
mg% pada neonatus kerang bulan
3. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg% per hari.
4. Mengatasi hiperbilirubinemia
a. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fitoterapi
b. Tranfusi darah tukar, dengan indikasi :
1. Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek ≥ 20 mg%.
2. Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3 – 1 mg% per jam.
3. Anemia berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung.
4. Kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan Uji Coomb direk positif.
Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin
(modifikasi dari Maisels 1972)
Bilirubi
n
< 24 jam 24-26Jam 49-72jam >72 jam
< 5 mg
%Pemberian makanan dini
5-9 mg
%
Terapi sinar
bila hemolisisKalori cukup
10-14
mg%
Transfusi
tukar* bila
hemolisis
Terapi sinar
15-19
mg%
Transfusi
tukar*
Transfusi
tukar* bila
hemolisis
Terapi sinar+ +
>20 mg
%Transfusi tukar+
*Sebelum dan sesudah transfusi tukar à beri terapi sinar+ Bila tidak berhasil à transfusi tukar
Bilirubin < 5 mg% selalu observasi
Bilirubin > 5 mg% penyebab ikterus perlu diselidiki.
2.1.10. Bagan Penanganan Ikterus Bayi Baru Lahir
Tanda-tanda Warna kuning pada kulit dan sclera mata (tanpa hepatomegali, perdarahan kulit, dan kejang.
KategoriNormal Fisiologik Patologik
Penilaian
- Daerah ikterus (rumus Kramer)
- Kuning hari ke:- Kadar bilirubin
11-2≤ 5 mg%
1 + 2>35-9 mg%
1 sampai 4>311-15 mg%
1 sampai 5>3>15-20 mg%
1 sampai 5>3>20 mg%
Penanganan
Bidan atau puskesmas
Terus diberi ASI
- Jemur di matahari pagi jam 7-9 selama 10 menit
- Badan bayi telanjang, mata ditutup.
- Terus beri ASI- Banyak minum
- Rujuk ke rumah sakit
- Banyak minum
Rumah sakit Sama dengan di atas
Sama dengan di atas
Terapi sinar
Terapi sinar
- Periksa golongan darah ibu dan bayi
- Periksa kadar bilirubinNasehat bila semakin kuning, kembali
Waspadai bila kadar bilirubin naik >0,5mg/jam Coomb’s test
11. KOMPLIKASI
A. SSP ( encephalopathy / Kern Ikterus )
Derajat I :
Lethargi
Malas minum
Hipotoni
Derajat II :
Respon meningkat ( iritable )
Tonus meningkat
Kejang
Hipertermia
Bayi bisa meninggal
Derajat III :
Bila tertolong bayi tampak normal/ asymptomatik
Derajat IV :
Opistotonus
Jangka lama terjadi gejala berupa gangguan motorik, pendengaran ( cerebral palsy ).
B. Saluran cerna :
Diare akibat hiperosmolar dalam usus.
12. PROGNOSIS
Tanpa komplikasi, prognosa baik.
Dengan komplikasi, co ad vitam cukup baik, co ad sanationum kurang baik