makala h
DESCRIPTION
anatomi dan morfologi corpus callosum pada penderita hidrosefallusTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Hidrosefalus dapat didefinisikan secara luas sebagai suatu gangguan
pembentukan,aliran, atau penyerapan cerebrospinal fluid (CSF) yang mengarah ke
peningkatan volume cairan di dalam SSP. Kondisi ini juga bisa disebut sebagai
gangguan hidrodinamik dari CSF. Akut hidrosefalus terjadi selama beberapa hari,
hidrosefalus subakut terjadi selama beberapa minggu, dan hidrosefalus kronis
terjadi selama beberapa bulan atau tahun. Kondisi seperti atrofi otak dan lesi
destruktif fokus juga mengakibatkan peningkatan abnormal CSF dalam SSP.
Sebuah ironi yang lebih tua yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ini
adalah hidrosefalus ex vakum.
Hidrosefalus kommunikan terjadi karena kelebihan produksi CSF (jarang),
gangguan penyerapan dari CSF (paling sering), atau ketidak cukupan drainase
vena (kadang-kadang).Hidrosefalus non kommunikan terjadi ketika aliran CSF
erhalang dalam sistem ventrikel atau dalam outlet untuk ruang arakhnoid,
mengakibatkan penurunan CSF dari ventrikel ke ruang subarachnoid.Bentuk yang
paling umum adalah hidrosefalus obstruktif dan disebabkan oleh lesi massa-
menduduki intraventricular atau extraventricular yang mengganggu anatomi
ventrikel.
Pada sebagian penderita, pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested
hydrocephalus) mungkin oleh rekanalisasi ruang subarachnoid atau kompensasi
pembentukan CSS yang berkurang.Tindakan bedah belum ada yang memuaskan
100%, kecuali bila penyebabnya ialah tumor yang masih bisa diangkat. Ada tiga
prinsip pengobatan hidrosefalus, yaitu; Mengurangi produksi CSS, Memperbaiki
hubungan antara tempat produksi CSS, Pengeluaran CSS ke dalam organ
ekstrakranial.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Corpus Callosum
Korpus kalosum (corpus callosum) adalah massa materi putih besar yang
terdiri dari ikatan serat yang menghubungkan materi putih dari dua belahan otak.
Korpus kalosum membawa sejumlah besar serat dari belahan otak yang lain dan
merupakan rute utama komunikasi antara dua belahan otak untuk mengontrol
fungsi kognitif dan motorik.Corpus callosum merupakan jembatan komunikasi
neuron dari otak kiri dan otak kanan.
Bagian penting dari corpus callosum yaitu di bagian anterior disebut dengan
rostrum di bagian posterior disebut dengan splenium corpora callosa. Bentukan
seperti lekukan disebut dengan genu corpora callosa, badannya disebut dengan
truncus corpora collosa. Perluasan genu ke arah lateral disebut dengan forceps minor,
perluasan splenium ke arah luar disebut dengan forceps mayor. Septum pelucidum, di
bagian anterior, corpus fornicis di bagian posterior, sulcus corporis collosi di atasnya.
Gambar 1 : Anatomi Corpus Callosum (Sumber :
http://en.wikipedia.org/wiki/Corpus_callosum)
3
Kerusakan corpus callosum menyebabkan seseorang memiliki "separate
minds" atau disebut dengan split-brain, karena hemisfer kanan mengatur fungsi-
fungsi dan gerak tubuh bagian kiri dan sebaliknya, hemisfer kiri mengatur fungsi
dan gerak tubuh bagian kanan. Orang dengan kerusakan corpus callosum dapat
menggerakkan kedua bagian tubuh di kanan dan kiri secara bersamaan, misalkan
menggambar sebuah bentuk yang berbeda dengan tangan kanan dan kiri
bersamaan. Hal tersebut karena hemisfer otak mereka bekerja secara independen
tanpa menyatu di corpus callosum - garis batas yang menyebabkan interaksi
antara hemisfer kanan dan kiri. Ada pula orang yang terlahir tanpa corpus
callosum, namun kondisi mereka lebih baik ketimbang split-brain. corpus
callosum menyebabkan kerja-kerja logika mungkin saja dibarengi emosionalitas
kita, kalau kata buku saya, mungkin ada kalanya kita ingin satu hemisfer otak kita
diam untuk sejenak, tapi nyatanya tidak bisa.
2.2 Definisi Hidrosefalus
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang
berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS)
secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi
akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang
subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan
antara produksi dan absorpsi dari CSS.
2.3 Epidemiologi dan Insidensi
Di Amerika Serikat insiden hidrosefalus kongenital mencapai 3 per 1.000
kelahiran hidup, insiden hidrosefalus yang didapat tidak diketahui persis
jumlahnya. Secara internasional, insiden hidrosefalus yang didapat juga tidak
diketahui jumlahnya. Sekitar 100.000 shunt yang tertanam setiap tahun di negara
maju, tetapi informasi untuk negara-negara lain masih sedikit.3
Kematian pada hidrosefalus yang tidak ditangani dapat terjadi oleh karena
herniasi tonsil sekunder yang dapat meningkatkan tekanan intracranial, kompresi
batang otak dan sistem pernapasan.
Pemasangan shunt telah dilakukan pada 75% dari semua kasus
hidrosefalus dan di 50% pada anak-anak dengan hidrosefalus komunikan. Pasien
4
dirawat di rumah sakit untuk merevisi shunt sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan, untuk pengobatan komplikasi, atau kegagalan shunt. Kurangnya
perkembangan fungsi kognitif pada bayi dan anak-anak, atau hilangnya fungsi
kognitif pada orang dewasa, dapat mejadi komplikasi pada hidrosefalus yang
tidak diobati. Hal ini dapat bertahan setelah pengobatan. Kehilangan fungsi visual
dapat menjadi komplikasi pada hidrosefalus yang tidak diobati dan dapat menetap
setelah pengobatan.
Insiden hidrosefalus menyajikan kurva usia bimodal. Satu puncak terjadi
pada masa bayi dan terkait dengan berbagai bentuk cacat bawaan. puncak lain
yang terjadi di masa dewasa, sebagian besar dihasilkan dari NPH. Hidrosefalus
pada orang dewasa mewakili sekitar 40% dari total kasus hidrosefalus.
2.4 Anatomi dan Fisiologi Serebrospinal
2.4.1 Anatomi
Sebelum membicarakan lebih lanjut tentang hidrosefalus perlu kiranya
diuraikan terlebih dahulu struktur anatomi yang berkaitan dengan hidrosefalus
yaitu bangunan-bangunan di mana CSS berada, yaitu:
1. Sistem ventrikel dalam otak dan kanalis sentralis dalam medula oblongata dan
medula spinalis.
2. Ruang subarakhnoid serebral dan medular yang merupakan tempat
penampungan sementara dari CSS sebelum diabsorpsi oleh vili arakhnoid.
Ad.1 Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis
Ventrikel otak merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak yang
saling berhubungan dan dibatasi oleh ependima (semacam sel epitel yang
membatasi semua rongga otak dan medulla spinalis) dan mengandung cairan
serebrospinal . Empat ventrikel ini yaitu dua vetrikel lateralis, ventrikel ketiga dan
ventrikel keempat.
Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut pleksus
koroideus. Pleksus koroideus inilah yang mensekresi liquor cerebrospinalis yang
jernih dan tidak berwarna, yang merupakan cairan pelindung di sekitar SSR.
5
a. Ventrikel Lateralis
Pada setiap hemisfer serebri terdapat satu ventrikel lateral. Ventrikel
lateral mempunyai hubungan dengan ventrikel ketiga melalui sepasang foramer
interventrikularis Monroe.
Ventrikel lateralis terbagi atas cornu anterior, corpus, cornu inferior dan
cornu posterior. Cornu anterior (frontal) terdapat dalam lobus frontalis. Bagian
atap dan dinding rostral dibatasi oleh corpus callosum. Cornu anterior dan kedua
ventrikel ini dipisahkan oleh septum pellucidum. Dinding lateral dan dasar cornu
anterior dibentuk oleh caput nucleus caudatum. Cornu anterior melanjutkan diri
hingga ke foramen interventrikularis. Corpus terletak dalam lobus frontal dan
parietalis, mulai dari foramen interventrikularis hingga splenium corpus callosum.
Cornu inferior (temporale), letaknya mengarah ke caudal dan frontal
mengelilingi aspect caudalis thalamus, meluas ke rostral ke dalam pars medialis
lobus temporalis dan berakhir kira-kira 2,5 cm dari polus temporalis. Atap dan
dinding lateral dibentuk oleh tapetum dan radiatio optical.
Cornu posterior (occipital) berada di dalam lobus occipital. Serabut dari
tapetum corpus callosum memisahkan ventrikel dari radiatio optica dan
membentuk atap serta dinding cornu posterior.
b. Ventrikel Ketiga
Ventrikel ketiga terdapat dalam diensefalon. Ventrikel ketiga adalah celah
sempit di antara dua ventrikel lateral. Ventrikel ketiga memiliki atap, dasar, dan
dinding: anterior posterior dan dua lateral. Bagian atap dibentuk oleh tela
koroidea. Dasarnya dibentuk oleh chiasma optic, tuber cinereum dan
infundibulum. Di bagian rostral terdapat foramen interventrikulare Monroe yang
menghubungkan ventrikel ketiga dalam ventrikel lateral. Di bagian posterior
melanjutkan diri pada aquaductus serebri sylvii, dinding lateral dibagi oleh sulcus
hipothalamikus menjadi pars superior dan pars inferior. Lantai ventrikel dibentuk
oleh tegmentum mesencephant, pedinculus serebri dan hypothalamus.
6
c. Ventrikel Keempat
Ventrikel keempat adalah sebuah ruangan pipih yang berbentuk belah
ketupat dan berisi Cairan Serebrospinal. Ventrikel keempat terletak diantara
batang dan otak dan serebellum. Di bagan rostral, ventrikel keempat melanjutkan
diri dari aquaductus serebri sampai kanalis sentral dari medulla spinalis. Pada
ventrikel keempat terdapat tiga lubang, sepasang foramen luschka dilateral dan
satu foramen magendie di medial, yang berlanjut ke ruang subaraknoid otak dan
medulla spinalis.
d. Kanalis Sentralis Medulla Oblongata dan Medulla Spinalis
Merupakan saluran kecil memanjang yang berjalan di dalam substansi
mielum mulai dari pertengahan medulla oblongata ke arah bawah sampai ujung
bawah medulla spinalis 5-6 cm dari filum terminale. Kanalis sentralis ini
mengalami dilatasi berbentuk fusiformis yang disebut ventrikel terminalis.
Ad.2 Ruang Subarakhnoid
Merupakan ruang yang terletak di antara lapisan arakhnoid dengan
piamater yang membungkus permukaan otak maupun medulla spinalis. Selain
berisi CSS ruang sub arakhnoid ini juga berisi pembuluh-pembuluh darah otak
dan medulla spinalis serta anyaman jaringan trabekular yang menghubungkan
arakhnoid dengan piameter. Pada tempat-tempat tertentu di mana terdapat lekukan
yang dalam antara satu bangunan dengan bangunan yang lain nampak ruang sub
arakhnoid menjadi lebih lebar dan disebut sisterna sub arakhnoid. Beberapa
sisterna yang kita ketahui adalah:
- Sisterna serebro medularis (sisterna magna)
- Sisterna pontis
- Sisterna interpendukularis
- Sisterna khiasmatik
- Sisterna vena serebri magna (sisterna superior)
- Sisterna sulkus lateralis
- Sisterna spinalis
2.4.2 Fisiologi Cairan Serebrospinal (CSS)
7
Pada umur kehamilan 35 hari terlihat pleksus khoroidalis sebagai
invaginasi mesenkhimal dari atap ventrikel IV, lateralis dan ventrikel III. Pada
saat kehamilan 50 hari sudah mulai terjadi sirkulasi CSS secara normal,
bersamaan dengan tiga peristiwa penting, yakni; perforasi atap ventrikel IV oleh
proses aktif diferensiasi, berkembangnya fungsi sekresi pleksus khoroidalis dan
terbentuknya ruang subarachnoid.
Sebagian besar (80-90%) CSS dihasilkan oleh pleksus khoroidalis pada
ventrikel lateralis sedangkan sisanya (10-20%) di ventrikel III, ventrikel IV, juga
melalui difusi pembuluh-pembuluh ependim dan piamater. Proses pembentukan
CSS melalui dua tahap, yaitu:
- Tahap ke I : pembentukan ultrafiltrat plasma oleh tekanan hidrostatika, melalui
celah endotel kapiler koroid di dalam stroma jaringan ikat di bawah epitel vili.
- Tahap ke II : perubahan ultrafiltrat plasma ke dalam bentuk sekresi oleh proses
metabolisme aktif di dalam epitel khoroid.
Mekanisme dari proses ini belum diketahui secara pasti, tetapi diduga
merupakan aktivasi pompa Na-K-ATPase dengan bantuan enzim karbonik
anhidrase. Kecepatan pembentukan CSS 0,3-0,4 cc/menit atau antara 0,2-0,5%
volume total per menit dan ada yang menyebut 14-38 cc/jam. Sekresi total CSS
adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi pertukaran atau pembaharuan dari CSS
sebanyak 4-5 kali/hari. Pada neonatus jumlah total CSS berkisar 20-50 cc dan
akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada orang dewasa.
Pada hakikatnya susunan CSS sama seperti cairan interselular otak,
ventrikel dan ruang subarakhnoid. CSS setelah diproduksi oleh pleksus
khoroideus pada ventrikel lateralis akan mengalir ke ventrikel III melalui foramen
Monroe. Selanjutnya melalui akuaduktus serebri (Sylvius) menuju ventrikel IV.
Dari ventrikel IV sebagian besar CSS dialirkan melalui foramen Luschka dan
Magendie menuju ruang subarakhnoid, setinggi medulla oblongata dan hanya
sebagian kecil CSS yang menuju kanalis sentralis.
Dalam ruang subarakhnoid CSS selanjutnya menyebar ke segala arah
untuk mengisi ruang subarakhnoid, serebral maupun spinal. Kecepatan aliran CSS
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain.
- Tekanan CSS
8
- Tekanan dalam sinus durameter dalam sistem vena kortical
- Tekanan pada vili arakhnoid
Absorpsi CSS dilakukan oleh vili-vili arakhnoid yang jumlahnya sangat
banyak pada permukaan hemisferium serebri, basis serebri dan sekeliling radiks
nervi spinalis. Vili arakhnoid yang besar dikenal sebagai granulasi
arakhnoid pacchioni yang merupakan jonjot piaarakhnoid yang luas bersama
lapisan dura yang menipis dan menonjol ke dalam ruang-ruang sinus sagitalis
superior. Vili arakhnoid terdiri dari anyaman-anyaman yang berupa saluran.
Anyaman ini bekerja sebagai katup yang memungkinkan adanya aliran CSS yaitu
dari ruang subarakhnoid menuju ke dalam aliran darah vena pada sinus sagitalis
superior. Apabila tekanan CSS melebihi tekanan vena maka katup akan membuka
dan mengalirkan CSS ke sinus. Akan tetapi apabila tekanan vena yang meningkat
maka vili arakhnoid akan mengalami kompresi dan katup akan menutup. Perlu
diketahui bahwa kemampuan vili-vili arakhnoid mengabsorpsi CSS adalah 2-4
kali lebih besar dari produksi CSS normal.
CSS juga melindungi dalam dan di sekitar otak. CSS mengalir melalui
sistem ventrikel, dan keluar melalui tiga bukaan kecil di ventrikel keempat
sebelum memasuki ruang subarachnoid yang mengelilingi otak dan sumsum
tulang belakang. Cairan kemudian mengalir di atas permukaan otak dan tulang
belakang, dan akhirnya diserap ke dalam aliran darah melalui struktur katup-
seperti yang disebut granulasi pacchionian. Dengan demikian, CSS secara
berkelanjutan melakukan produksi, sirkulasi, dan absorbsi. Dalam kondisi normal,
ada keseimbangan yang terkait dengan proses ini untuk menjaga jumlah CSS pada
tingkat yang konstan. Hidrosefalus terjadi ketika CSS tidak dapat mengalir
melalui sistem ventrikel, atau ketika penyerapan ke dalam aliran darah tidak sama
dengan jumlah CSF yang diproduksi.
2.5 Patofisiologi dan Klasifikasi Hidrosefalus
2.5.1 Patofisiologi
CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel lateral
ke dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke ventrikel IV. Di
sana cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis externum melalui
foramen lateralis dan medialis dari ventrikel IV. Pengaliran CSS ke dalam
9
sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi arachnoidea, yang menonjol ke dalam
sinus venosus atau ke dalam lacuna laterales; dan sebagian lagi pada tempat
keluarnya nervi spinalis, tempat terjadinya peralihan ke dalam plexus venosus
yang padat dan ke dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus
lymphaticus).
Kecepatan pembentukan CSS 0,3-0,4 cc/menit atau antara 0,2- 0,5%
volume total per menit dan ada yang menyebut antara 14-38 cc/jam. Sekresi total
CSS dalam 24 jam adalah sekitar 500-600cc, sedangkan jumblah total CSS adalah
150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi pertukaran atau pembaharuan dari CSS
sebanyak 4-5 kali/hari. Pada neonatus jumblah total CSS berkisar 20-50 cc dan
akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada orang dewasa.2
Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi dengan
absorpsi dan gangguan sirkulasi CSS. Adapun keadaan-keadaan yang dapat
mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan tersebut adalah:
1) Disgenesis serebri
Empat puluh enam persen hidrosefalus pada anak akibat malformasi otak
dan yang terbanyak adalah malformasi Arnold-Chiary. Berbagai malformasi
serebral akibat kegagalan dalam proses pembentukan otak dapat menyebabkan
penimbunan CSS sebagai kompensasi dari tidak terdapatnya jaringan otak. Salah
satu contoh jelas adalah hidroanensefali yang terjadi akibat kegagalan
pertumbuhan hemisferium serebri.
2) Produksi CSS yang berlebihan
Ini merupakan penyebab hidrosefalus yang jarang terjadi. Penyebab tersering
adalah papiloma pleksus khoroideus, hidrosefalus jenis ini dapat disembuhkan.
3) Obstruksi aliran CSS
Sebagian besar kasus hidrosefalus termasuk dalam kategori ini. Obstruksi
dapat terjadi di dalam atau di luar sistem ventrikel. Obstruksi dapat disebabkan
beberapa kelainan seperti: perdarahan subarakhnoid post trauma atau meningitis,
di mana pada kedua proses tersebut terjadi inflamasi dan eksudasi yang
mengakibatkan sumbatan pada akuaduktus Sylvius atau foramina pada ventrikel
IV. Sisterna basalis juga dapat tersumbat oleh proses arakhnoiditis yang
mengakibatkan hambatan dari aliran CSS. Tumor fossa posterior juga dapat
10
menekan dari arah belakang yang mengakibatkan arteri basiliaris dapat
menimbulkan obstruksi secara intermiten, di mana obstruksi tersebut berhubungan
dengan pulsasi arteri yang bersangkutan.
4) Absorpsi CSS berkurang
Kerusakan vili arakhnoidalis dapat mengakibatkan gangguan absorpsi CSS,
selanjutnya terjadi penimbunan CSS. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan
kejadian tersebut adalah:
- Post meningitis
- Post perdarahan subarachnoid
- Kadar protein CSS yang sangat tinggi
5) Akibat atrofi serebri
Bila karena sesuatu sebab terjadinya atrofi serebri, maka akan timbul
penimbunan CSS yang merupakan kompensasi ruang terhadap proses atrofi
tersebut.
Terdapat beberapa tempat yang merupakan predileksi terjadinya hambatan aliran
CSS :
a. Foramen Interventrikularis Monroe
Apabila sumbatan terjadi unilateral maka akan menimbulkan pelebaran
ventrikel lateralis ipsilateral.
b. Akuaduktus Serebri (Sylvius)
Sumbatan pada tempat ini akan menimbulkan pelebaran kedua ventrikel
lateralis dan ventrikel III.
c. Ventrikel IV
Sumbatan pada ventrikel IV akan menyebabkan pelebaran kedua ventrikel
lateralis, dan ventrikel III dan akuaduktus serebri.
d. Foramen Mediana Magendie dan Foramina Lateralis Luschka
Sumbatan pada tempat-tempat ini akan menyebabkan pelebaran pada
kedua ventrikel lateralis, ventrikel III, akuaduktus serebri dan ventrikel IV.
Keadaan ini dikenal sebagai sindrom Dandy-Walker.
e. Ruang Sub Arakhnoid di sekitar medulla-oblongata, pons, dan mesensefalon
Penyumbatan pada tempat ini akan menyebabkan pelebaran dari seluruh
sistem ventrikel. Akan tetapi apabila obstruksinya pada tingkat mesensefalon
11
maka pelebaran ventrikel otak tidak selebar seperti jika obstruksi terjadi di tempat
lainnya. Hal ini terjadi karena penimbunan CSS di sekitar batang otak akan
menekan ventrikel otak dari luar.
Produksi Sirkulasi Absorpsi
Meningkat
- Papiloma plexus
choroideus
Normal Normal
Normal Terhambat
- Aquaductus silvii
- Foramen magendi dan
Luscha (sindrom Dandy
Walker)
- Ventrikel III
- Ventrikel IV
- Ruang subarachnoid di
sekitar medulla oblongata,
pons, dan mesensefalon
Menurun
- Trauma
- Subarachnoid
hemorraghic
- Gangguan pembentukan
vili arachnoid
- Post meningitis
- Kadar protein CSS yang
sangat tinggi
2.5.2 Klasifikasi
Hidrosefalus dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu:
1) Anatomis
a. Hidrosefalus tipe obstruksi/non komunikans
b. Hidrosefalus tipe komunikans
2) Etiologi
a. Tipe obstruktif (non-komunikans)
Terjadi bila CSS otak terganggu (gangguan di dalam atau pada sistem
ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam sistem ventrikel
otak)
(1) Kongenital
(a) Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan selama kehidupan fetal, stenosis kongenital sejati sangat jarang.
12
Russel mengklasifikasikan stenosis akuaduktal ke dalam 4 kelompok berdasarkan
temuan histologis: gliosis, forking stenosis simple, dan pembentukan septum.
Stenosis atau penyempitan akuaduktal terjadi pada 2/3 kasus hidrosefalus
kongenital.
(b) Sindroma Dandy-Walker (atresia foramen Megendie dan Luschka)
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus.
Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV
dan hipoplasia veris serebelum. Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh
hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga subarakhnoid yang tidak
adekuat; dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya
tampak dalam tiga bulan pertama. Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan
dengan anomali lainnya seperti: agenesis korpus kalosum, labiopalatoskhisis,
anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
(c) Malformasi Arnold-Chiari
Malformasi ini melibatkan kelainan susunan saraf pusat yang rumit (khas
pada fossa posterior). Batang otak tampak memanjang dan mengalami
malformasi, dan tonsil serebellum memanjang dan ekstensi ke dalam kanalis
spinalis. Kelainan ini menyebabkan obliterasi sisterna-sisterna fossa posterior dan
mengganggu saluran ventrikel IV. Malformasi Arnold Chiari dijumpai pada
hampir semua kasus mielomeningokel, walaupun tidak semuanya berkembang
menjadi hidrosefalus aktif yang membutuhkan tindakan operasi pintas (shunting)
(80% kasus). Tampilan hidrosefalusnya sangat nyata pada usia satu bulan pertama
dan makin menghebat setelah defek spinalnya dioperasi.(6)
(d) Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal
tidak dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena
vena Galen mengalir di atas akuaduktus Sylvii, menggembung dan membentuk
kantong aneurisma. Seringkali menyebabkan hidrosefalus.
(e) Hidransefali
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak adadan diganti dengan kantong
CSS. sangat jarang. (Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German measles, X-linked
hidrosefalus).
13
(2) Didapat
(a) Stenois akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
Infeksi oleh bakteri meningitis yang menyebabkan radang pada selaput
(meningen) di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika
jaringan parut dari infeksi meningen menghambat aliran CSS dalam ruang
subarachnoid, yang melalui akuaduktus pada sistem ventrikel atau mempengaruhi
penyerapan CSS dalam villi arachnoid. Jika saat itu tidak mendapat pengobatan,
bakteri meningitis dapat menyebabkan kematian dalam beberapa hari. Tanda-
tanda dan gejala meningitis meliputi demam, sakit kepala, panas tinggi,
kehilangan nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus yang ekstrim, gejala meningitis
ditunjukkan dengan muntah dan kejang. Dapat diobati dengan antibiotik dosis
tinggi.
(b) Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial
(c) Hematoma intraventrikular
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah
mengalir dalam jaringan otak sekitar dan mengakibatkan perubahan neurologis.
Kemungkinan hidrosefalus berkembang sisebabkan oleh penyumbatan atau
penurunan kemampuan otak untuk menyerap CSS.
(d) Tumor : Ventrikel, Regio vinialis, Fossa posterior
Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun.
70% tumor ini terjadi dibagian belakang otak yang disebut fosa posterior. Jenis
lain dari tumor otakyang dapat menyebabkan hidrosefalus adalah tumor
intraventrikuler dan kasus yang sering terjadi adalah tumor plexus
choroideus(termasuk papiloma dan carsinoma). Tumor yang berada di bagian
belakang otak sebagian besar akan menyumbat aliran CSS yang keluar dari
ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati hidrosefalus yang
berhubungan dengan tumor adalah menghilangkan tumor penyebab sumbatan.
(e) Abses/granuloma
(f) Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika
terdapat kista arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan
14
pada membran arachnoid. Kista biasanya ditemukan pada anak-anak dan berada
pada ventrikel otak atau pada ruang subarachnoid. Kista subarachnoid dapat
menyebabkan hidrosefalus non komunikans dengan cara menyumbat aliran CSS
dalam ventrikel khususnya ventrikel III. Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah
saraf dapat menghilangkan dinding kista dan mengeringkan cairan kista. Jika kista
terdapat pada tempat yang tidak dapat dioperasi (dekat batang otak), dokter dapat
memasang shunt untuk mengalirkan cairan agar bisa diserap. Hal ini akan
menghentikan pertumbuhan kista dan melindungi batang otak.
b. Tipe komunikans
Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan
penyerapan (gangguan di luar sistem ventrikel).
(1) Penebalan leptomeningens dan/atau granulasi arakhnoid akibat:
(a) Infeksi
Mikobakterium TBC
Kuman piogenik
Jamur; cryptococcus neoformans, coccidioides immitis.
(b) Perdarahan subarachnoid
Spontan seperti pada aneurisma dan malformasi arteriol
Venus
Trauma
Post operatif
(c) Meningitis karsinomatosa
(2) Peningkatan viskositas CSS, seperti : kadar protein yang tinggi seperti pada
perdarahan subarakhnoid, tumor kauda ekuina, tumor intrakranial neurofibroma
akustik, hemangioblastoma serebelum dan medulla spinalis, neurosifilis, sindrom
Guillain-Barre.
(3) Produksi CSS yang berlebihan:
Papiloma pleksus khoroideus.
2.6 Gambaran Klinis
Gejala yang menonjol pada hidrosefalus adalah bertambah besarnya
ukuran lingkar kepala anak dibanding ukuran normal. Di mana ukuran lingkar
15
kepala terus bertambah besar, sutura-sutura melebar demikian juga fontanela
mayor dan minor melebar dan menonjol atau tegang. Beberapa penderita
hidrosefalus kongenital dengan ukuran kepala yang besar saat dilahirkan sehingga
sering mempersulit proses persalinan, bahkan beberapa kasus memerlukan operasi
seksio sesaria. Tetapi sebagian besar anak-anak dengan hidrosefalus tipe ini
dilahirkan dengan ukuran kepala yang normal. Baru pada saat perkembangan
secara cepat terjadi perubahan proporsi ukuran kepalanya. Akibat penonjolan
lobus frontalis, bentuk kepala cenderung menjadi brakhisefalik, kecuali pada
sindrom Dandy-Walker di mana kepala cenderung berbentuk dolikhosefalik,
karena desakan dari lobus oksipitalis akibat pembesaran fossa posterior. Sering
dijumpai adanya Setting Sun Appearance / Sign, yaitu adanya retraksi dari
kelopak mata dan sklera menonjol keluar karena adanya penekanan ke depan
bawah dari isi ruang orbita, serta gangguan gerak bola mata ke atas, sehingga bola
mata nampak seperti matahari terbenam.
Kulit kepala tampak tipis dan dijumpai adanya pelebaran vena-vena
subkutan. Pada perkusi kepala anak akan terdengar suara cracked pot, berupa
seperti suara kaca retak. Selain itu juga dijumpai gejala-gejala lain seperti
gangguan tingkat kesadaran, muntah-muntah, retardasi mental, kegagalan untuk
tumbuh secara optimal.
Pada pasien-pasien tipe ini biasanya tidak dijumpai adanya papil edema,
tapi pada tahap akhir diskus optikus tampak pucat dan penglihatan kabur. Secara
pelan sikap tubuh anak menjadi fleksi pada lengan dan fleksi atau ekstensi pada
tungkai. Gerakan anak menjadi lemah, dan kadang-kadang lengan jadi gemetar.
1. Hidrosefalus pada bayi (Tipe congenital/infantil):
- Kepala membesar
- Sutura melebar
- Fontanella kepala prominen
- Mata kearah bawah (sunset phenomena)
- Nistagmus horizontal
- Perkusi kepala : cracked pot sign atau seperti semangka masak.
Ukuran rata-rata lingkar kepala3
Umur Lingkar kepala
16
0 bulan 35 cm
3 bulan 41 cm
6 bulan 44 cm
9 bulan 46 cm
12 bulan 47 cm
18 bulan 48,5 cm
2. Tipe juvenile/adult (2-10 tahun) :2
- ?Sakit kepala
- ?Kesadaran menurun
- Gelisah
- Mual, muntah
- Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
- Gangguan perkembangan fisik dan mental
- Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat
mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
- Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah
menutup, nyeri kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik
dan mental secara bertahap akan menurun dengan gangguan mental yang sering
dijumpai seperti : respon terhadap lingkungan lambat, kurang perhatian tidak
mampu merencanakan aktivitasnya.
2.7 Diagnosis
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil
pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang, yaitu :
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran
sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio
digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari
foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
17
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3
menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor.
Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar
kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis
kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala
dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan
suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis
maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya
dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke
dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor
pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan
mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT
Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan kepala
18
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel
lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering
ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi
transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi
ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari
daerah sumbatan.
Gambar 2: CT Scan hidrosefalus (Sumber : Della,2004)
7. MRI kepala
MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara
mendetail dan bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi.
Gambar 3: MRI kepala dengan hidrosefalus (Sumber : Alberto,2010)
19
Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan punksi ventrikel melaui fontanel
mayor, dapat menunjukkan tanda peradangan, dan perdarahan baru atau lama.
Punksi juga dilakukan untuk menentukan tekanan ventrikel.
Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan penunjang yang mempunyai
peran penting dalam mendeteksi adanya hidrosefalus pada periode perinatal dan
pascanatal selama fontanelnya tidak menutup sehingga dapat ditentukan adanya
pelebaran ventrikel atau perdarahan dalam ventrikel.
CT-scan/MRI kriteria untuk akut hidrosefalus berupa :
o Ukuran kedua temporal horns lebih besar dari 2 mm, jelas terlihat.
Dengan tidak adanya hydrocephalus, temporal horns nyaris tak terlihat.
o Rasio terlebar dari frontal horns untuk diameter biparietal maksimal
(yaitu, Evans ratio) lebih besar dari 30% pada hidrosefalus.
o Eksudat Transependymal yang diterjemahkan pada gambar sebagai
hypoattenuation periventricular (CT) atau hyperintensity (MRI T2-
weighted and fluid-attenuated inversion recovery [FLAIR] sequences).
o tanda pada frontal horn dari ventrikel lateral dan ventrikel ketiga
(misalnya,"Mickey mouse"ventrikel) dapat mengindikasikan obstruksi
aqueductal.
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya
mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan
resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusatpusat
kesehatan dimana sarana bedah saraf tidak ada.
Obat yang sering digunakan adalah:
a. Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat
ditingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari
b. Furosemid
20
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv
0,6 mg/kgBB/hari Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien
diprogramkan untuk operasi.
2.8.2 Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas
hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan
terjadi penurunan tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi
CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih mudah.
Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama
pada hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventrikular-
intraventrikular dan meningitis TBC. Diindikasikan juga pada hidrosefalus
komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi
herniasi (impending herniation)
Cara:
a. LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-3 atau L3-
4 dan CSS dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gaya gravitasi.
b. LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang memakai cara
setiap LP CSS dikeluarkan 3-5 ml.
c. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang dari 5 ml, LP
diperjarang (2-3 hari).
d. Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap minggu.
e. LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT scan 3
minggu berturut-turut.
f. Tindakan ini dianggap gagal jika :
- Dilatasi ventrikel menetap
- Cortical mantel makin tipis
- Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks
- Dilatasi ventrikel yang progresif
Komplikasi : herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi, hipoproteinemia dan
gangguan elektrolit.
2.8.3 Terapi Pembedahan
21
1. Pada pusat-pusat kesehatan yang memiliki sarana bedah saraf, tetapi operasi
biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita yang
gawat dan sambil menunggu operasi penderita biasanya diberikan:
- Mannitol (cairan hipertonik), dengan cara pemberian dan dosis: per infus, 0,5-2
g/kg BB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
2. Tidak terdapat fasilitas bedah saraf.
a. Pasien tidak gawat
Diberi terapi medikamentosa, bila tidak berhasil, pasien dirujuk ke rumah
sakit terdekat yang mempunyai fasilitas bedah saraf.
b. Pasien dalam keadaan gawat
Pasien segera dirujuk ke rumah sakit terdekat yang mempunyai fasilitas
bedah saraf setelah diberikan mannitol.
Sejarah terapi operatif pada pasien hidrosefalus
1) Third Ventrikulostomi/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum,
dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel
III dapat mengalir keluar.
2) Operasi pintas/Shunting
Ada 2 macam :
- Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan
normal.
- Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
~Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor- Kjeldsen)
~Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
~Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
~Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
~Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
22
~Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
b. Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan
operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting
1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu
frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monro.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan
analisis.
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak
proksimal dengan tipe bola atau diagfragma (Hakim, Pudenz, Pitz,
Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz).
Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H20.
4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium
kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray > ujung distal
setinggi 6/7).
5. Ventriculo-Peritoneal Shunt.
a. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan.
b. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak, dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak
diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.
3) Komplikasi Shunting
a. Infeksi
Berupa peritonitis, meningitis atau peradangan sepanjang saluran
subkutan. Pada pasien-pasien dengan VA Shunt. Bakteri aleni dapat mengawali
terjadinya Shunt Nephritis yang biasanya disebabkan Staphylococcus epidermis
ataupun aureus, dengan risiko terutama pada bayi. Profilaksis antibiotik dapat
mengurangi risiko infeksi.
b. Hematoma Subdural
23
Ventrikel yang kolaps akan menarik permukaan korteks serebri dari
duramater. Pasien post operatif diletakkan dalam posisi terlentang mengurangi
risiko sedini mungkin.
c. Obstruksi
Dapat ditimbulkan oleh:
- Ujung proksimal tertutup pleksus khoroideus.
- Adanya serpihan-serpihan (debris).
- Gumpalan darah.
- Ujung distal tertutup omentum.
- Pada anak-anak yang sedang tumbuh dengan VA Shunt, ujung distal kateter
dapat tertarik keluar dari ruang atrium kanan, dan mengakibatkan terbentuknya
trombus dan timbul oklusi.
d. Keadaan CSS yang rendah
Beberapa pasien Post shunting mengeluh sakit kepala dan vomiting pada
posisi duduk dan berdiri, hal ini ternyata disebabkan karena tekanan CSS yang
rendah, keadaan ini dapat diperbaiki dengan jalan:
- Intake cairan yang banyak.
- Katup diganti dengan yang terbuka pada tekanan yang tinggi.
e. Asites oleh karena CSS
Asites CSS ataupun pseudokista pertama kali dilaporkan oleh Ames,
kejadian ini diperkirakan 1% dari penderita dengan VP shunt. Adapun
patogenesisnya masih bersifat kontroversial. Diduga sebagai penyebab kelainan
ini adalah pembedahan abdominal sebelumnya, peritonitis, protein yang tinggi
dalam CSS. Asites CSS biasanya terjadi pada anak dengan tekanan intrakranial di
mana gejala yang timbul dapat berupa distensi perut, nyeri perut, mual dan
muntah-muntah.
f. Kraniosinostosis
Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari pembuatan shunt pada hidrosefalus
yang berat, sehingga terjadi penututupan dini dari sutura kranialis.
2.9 Diagnosis Banding
24
1. Higroma subdural ; penimbunan cairan dalam ruang subdural akibat pencairan
hematom subdural
2. Hematom subdural ; penimbunan darah di dalam rongga subdural
3. Emfiema subdural ; adanya udara atau gas dalam jaringan subdural.
4. Hidranensefali ; sama sekali atau hampir tidak memiliki hemisfer serebri, ruang
yang normalnya di isi hemisfer dipenuhi CSS
5. Tumor otak
6. Kepala besar
- Megaloensefali : jaringan otak bertambah
- Makrosefali : gangguan tulang
Dalam proses diagnostik, diagnosis banding penting bagi pakar neuro ( saraf ) dan
bedah neuro untuk menentukan prognosis dan terapetik.
Komplikasi hidrosefalus :
- Atrofi otak
- Herniasi otak yang dapat berakibat kematian.
2.10 Prognosis
Pada hidrosefalus infantil dengan operasi shunt menunjukkan perbaikan
yang bermakna. Jika tidak diobati 50-60% bayi akan tetap dengan hidrosefalus
atau mengalami penyakit yang berulang-ulang. Kira-kira 40% dari bayi yang
hidup dengan intelektual mendekati normal. Dengan pengobatan dan pembedahan
yang baik setidak-tidaknya 70% penderita dapat hidup hingga melampaui masa
anak-anak, di mana 40% diantaranya dengan intelegensi normal dan 60% sisanya
mengalami gangguan intelegensi dan motorik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hidrosefalus terjadi oleh karena terdapat ketidakseimbangan antara
produksi dan absorpsi dari CSS. Ketidakseimbangan tersebut dapat disebabkan
25
oleh disgenesis serebri, produksi CSS yang berlebihan, absorpsi CSS berkurang
dan atrofi dari serebri. Jika ditinjau dari segi etiologi, insidens dari hidrosefalus
sangat bervariasi, tetapi secara keseluruhan insidens hidrosefalus diperkirakan
1:1.000.
Secara klinis dikenal 2 tipe hidrosefalus yaitu tipe kongenital/infantil dan
tipe juvenile/adult. Prosedur diagnostik hidrosefalus di samping didasarkan atas
gejala klinis juga berdasarkan pemeriksaan-pemeriksaan khusus.
Pada prinsipnya terapi hidrosefalus terdiri dari terapi medikamentosa dan terapi
operasi. Pemilihan dari cara terapi tersebut sangat tergantung dengan ada tidaknya
fasilitas bedah saraf dan gawat tidaknya pasien. Pada penderita hidrosefalus
infantil jika dilakukan operasi shunt menunjukkan perbaikan yang bermakna dan
jika tidak diobati 50-60 % penderita akan tetap dengan hidrosefalus. Dengan
pengobatan dan pembedahan yang baik diperkirakan 70% dapat hidup hingga
melampaui masa anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Alberto, J Espay, MD., (2010), Hydrocephalus, www.emedicine.com di akses pada 11 April 2015.
26
Delia, R., Nickolaus, dan R., N., Leanne, Lintula, (2004),Hydrocephalus Therapy Living with Hydrocephalus,Medtronic.
Dan Stranding S. Ventricular System and Cerebrospinal Fluid, in Grays Anatomy The Anatomical Basis of Clinical Practice, thirty nine edition, Churchill Livingstone, New York.
De, Jong, W, Sjamsuhidajat, R, (2005), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, Penerbit buku kedokteran EGC,Jakarta.
Espay, A, J, dkk., (2010), Hydrocephalus, http://emedicine.medscape.com/article/1135286-overview#showall diakses pada 11 April 2015.
Kahle, Leonhardt, Platzer, (2005), Sistem Saraf Dan Alat-Alat Sensoris, dalam Atlas Berwarna & Teks Anatomi Manusia Jilid 3, Edisi 6,. Hipokrates.
King, L., A., (2011), The Science of Psychology , McGraw-Hill, New York.
Listiono, L., D., (1998), Ilmu Bedah Saraf Satyanegara Edisi III, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Price, S., A., dan Wilson., L., M., (1994), Ventrikel dan Cairan Cerebrospinalis, dalam Patofiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Woodworth, GF, McGirt MJ, Williams MA, Rigamonti D.,(2009), Cerebrospinal Fluid Drainage And Dynamics In The Diagnosis Of Normal Pressure Hydrocephalus. Neurosurgery.64(5):919-25