makala h

18
makalah Posted on May 22, 2008 by masluqman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kita mesti ingat kembali kritisme Ibn Rusyd atas teori ketuhanan Al-Ghazali. Dalam kritiknya, Ibn Rusyd berpendapat bahwa Al- Ghazali terlalu memperlakukan Allah SWT seperti purnamanusia, tentu saja AL-Ghazali akan menolak konsep seperti itu sebagai konsepnya. Hanya, bantahan Ibn Rusyd tidak tertuju pada konsep itu sebagai konsep Al-Ghazali, tetapi buntut tak terelakkan dari penjelasan AL-Ghazali mengenai sifat bertindak dan mengetahui Allah SWT. Al-Ghazali mestinya akan sama kritis dengan Ibn Rusyd terhadap ide berhubungan dengan Allah SWT layaknya dengan sesosok pribadi. Orang perlu senantiasa ingat akan kebergantungan penuhnya kepada Allah SWT, yang sangat tidak gampang, mengingat kebanalan keseharian dunia yang sering mencampuri keseharian kita dengan hubungan kita dengan tataran ketuhanan. Tarekat tarekat sufi cenderung menyokong keragaman metode menghampiri Allah SWT yang berujung pada fana, perhatian pada dunia dan segala perhiasannya akan dengan cepat merayapi ingatan kita mengenai hubungan mendasar dengan Allah SWT dan sifat-Nya. Dalam penjelasan diatas kita mengetahui bahwa ketauhidan sudah di jelaskan dalam Q.S. Al-Ikhlas, bahwa Surat ini sepenuhnya menegaskan kemurnian keesaan Allah SWT. Penegasan tentang kemurnian keesaan Allah S.W.T. dan menolak segala macam kemusyrikan dan menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya. Surat Al Ikhlash termasuk diantara surat-surat pendek dalam Al Qur’an. Surat ini sering kali dibaca dan diulang- ulang, hampir-hampir sudah menjadi bacaan harian bagi setiap muslim baik ketika sholat ataupun dzikir. Bukan karena surat ini pendek dan mudah di hafal. Namun memang demikianlah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam keseharian beliau tidak lepas dari membaca surat yang mulia ini. Lebih dari itu surat yang

Upload: galang-setiawan

Post on 29-Nov-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makala h

makalah

Posted on May 22, 2008 by masluqman

BAB IPENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Kita mesti ingat kembali kritisme Ibn Rusyd atas teori ketuhanan Al-Ghazali. Dalam kritiknya, Ibn Rusyd berpendapat bahwa Al-Ghazali terlalu memperlakukan Allah SWT  seperti purnamanusia, tentu saja AL-Ghazali akan menolak konsep seperti itu sebagai konsepnya. Hanya, bantahan Ibn Rusyd tidak tertuju pada konsep itu sebagai konsep Al-Ghazali, tetapi buntut tak terelakkan dari penjelasan AL-Ghazali mengenai sifat bertindak dan mengetahui Allah SWT.Al-Ghazali mestinya akan sama kritis dengan Ibn Rusyd terhadap ide berhubungan dengan Allah SWT layaknya dengan sesosok pribadi. Orang perlu senantiasa ingat akan kebergantungan penuhnya kepada Allah SWT, yang sangat tidak gampang, mengingat kebanalan keseharian dunia yang sering mencampuri keseharian kita dengan hubungan kita dengan tataran ketuhanan. Tarekat tarekat sufi cenderung menyokong keragaman metode menghampiri Allah SWT yang berujung pada fana, perhatian pada dunia dan segala perhiasannya akan dengan cepat merayapi ingatan kita mengenai hubungan mendasar dengan Allah SWT dan sifat-Nya.Dalam penjelasan diatas kita mengetahui bahwa ketauhidan sudah di jelaskan dalam Q.S. Al-Ikhlas, bahwa Surat ini sepenuhnya menegaskan kemurnian keesaan Allah SWT. Penegasan tentang kemurnian keesaan Allah S.W.T. dan menolak segala macam kemusyrikan dan menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya. Surat Al Ikhlash termasuk diantara surat-surat pendek dalam Al Qur’an. Surat ini sering kali dibaca dan diulang-ulang, hampir-hampir sudah menjadi bacaan harian bagi setiap muslim baik ketika sholat ataupun dzikir. Bukan karena surat ini pendek dan mudah di hafal. Namun memang demikianlah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam keseharian beliau tidak lepas dari membaca surat yang mulia ini. Lebih dari itu surat yang mulia ini mengandung makna-makna yang penting dan mendalam. Oleh karena itu meski surat ini pendek tapi memiliki kedudukan yang tinggi dibanding surat-surat lainnya. Bahkan kedudukannya sama dengan sepertiga Al Qur’an.Para pembaca yang mulia, pada edisi kali ini kami sajikan tentang -kandungan penting dan mendalam dalam surat Al Ikhlash, agar menambah kekhusu’an kita dalam membaca surat ini dan bisa mengamalkan kandungan-kandungan penting tersebut dalam kehidupan kita.Kedudukan Surat Al IkhlasDiriwiyatkan dalam shahih Al Bukhari dari shahabat Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: “Ada seorang shahabat Rasul shalallahu ‘alaihi wasallam mendengar tetangganya membaca berulang-ulangMenghadirkan kebenaran agama tentang ketuhanan berlangsung pengalaman sehari hari kita supaya Allah SWT tampak lebih nyata ketimbang selain-Nya, dan mencicipkan pengalaman langsung dengan kebenaran batin yang kita tangkap itu bersifat sederhana, dan jalan untuk mencapainya tidaklah gampang. Pasalnya, hidup kita telah menjadi semakin kusut oleh kejerata alam fana. Pendek kata, tauhid menuntun kita kembali ketitik asal kita supaya ingatan kita tentang hakikat ketauhidan diri kita muncul kembali, dan hubungan dengan Allah terpulihkan.

Page 2: Makala h

B. RUMUSAN MASALAH

Inti makalah ini membahas tentang:1.    Sejarah turunya Q.S. Al-Ikhlas dan perkara yang menyertainya.2.    Isi dan makna yang terkandung dalam Q.S. Al-Ikhlas.3.    Penjelasan dari setiap ayat-ayatnya.4.    Nilai-nilai yang terkandung dalam Q.S. Al-Ikhlas yang dapat kita ambil.

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:1.    Untuk menjelaskan sejarah turunya Q.S. Al-Ikhlas dan perkara yang      menyertainya.2.    Untuk mengetahui isi dan makna yang terkandung dalam Q.S. Al-Ikhlas.3.    Untuk memahami penjelasan dari setiap ayat-ayatnya.4.    Sebagai sumber belajar kita tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Q.S. Al-Ikhlas yang dapat kita ambil.menjelaskan pengertian sistem politik Islam.

BAB IIPEMBAHASAN

A.    SEJARAH TURUNNYA Q.S. AL-IKHLAS

1     Katakanlah: `Dialah Allah, Yang Maha Esa`.(QS. 112:1)Dahhak meriwayatkan bahwa orang-orang musyrik mengutus kepada Nabi Muhammad SAW Amir bin Tufail, menyampaikan amanah mereka kepada Nabi, ia berkata: “Engkau telah memecah belahkan keutuhan kami, memaki-maki “tuhan” kami, berubah agama nenek moyangmu. Jika engkau miskin dan mau kaya kami berikan engkau harta. Jika engkau gila kami obati. Jika engkau ingin wanita cantik akan kami kawinkan engkau dengannya”. Nabi menjawab:

. عبادته إلى األصنام عبادة من أدعوكم الله رسول أنا امرأة هويت وال مجنون وال بفقير لست . : السورة هذه الله فأنزل فضة؟ من أو ذهب امن معبودك جنس لنا بين له قل وقالوا ثانية .فأرسلوه

Artinya:“Aku tidak miskin, tidak gila, tidak ingin kepada wanita. Aku adalah Rasul Allah, mengajak kamu meninggalkan penyembahan berhala dan mulai menyembah Allah Yang Maha Esa”, kemudian mereka mengutus utusannya yang kedua kalinya dan bertanya kepada Rasulullah. Terangkanlah kepada kami macam Tuhan yang engkau sembeh itu. Apakah Dia dari emas atau perak?”, lalu Allah menurunkan surah ini.(HR. Dahhak)Surah ini meliputi dasar yang paling penting dari risalah Nabi SAW. iaitu mentauhidkan Allah dan menyucikan-Nya serta meletakkan pedoman umum dalam beramal sambil menerangkan amal perbuatan yang baik dan yang jahat, menyatakan keadaan manusia sesudah mati mulai dari sejak berbangkit sampai dengan menerima balasannya berupa pahala atau dosa.Telah diriwayatkan dalam hadis, “Bahwa surah ini sebanding dengan sepertiga Alquran,” karena barang siapa menyelami artinya dengan bertafakur yang mendalam, niscaya jelaslah kepadanya bahwa semua penjelasan dan keterangan yang terdapat dalam Islam tentang tauhid dan kesucian Allah dari segala macam kekurangan merupakan perincian dari isi surah ini.

Page 3: Makala h

Pada ayat ini Allah menyuruh Nabi-Nya menjawab pertanyaan orang-orang yang menanyakan tentang sifat Tuhannya, bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Esa, tidak tersusun dan tidak berbilang, karena berbilang dalam susunan zat berarti bahwa bagian kumpulan itu memerlukan bagian yang lain, sedang Allah sama sekali tidak memerlukan sesuatu apapun. Tegasnya keesaan Allah itu meliputi tiga hal: Dia Maha Esa pada zat-Nya, Maha Esa pada sifat-Nya dan Maha Esa pada afal-Nya.Maha Esa pada zat-Nya berarti zat-Nya tidak tersusun dari beberapa zat atau bagian. Maha Esa pada sifat-Nya berarti tidak ada satu sifat makhlukpun yang menyamai-Nya dan Maha Esa pada af’al-Nya berarti hanya Dialah yang membuat semua perbuatan sesuai dengan firman-Nya.

فيكون كن له يقول أن شيئا أراد إذا أمره إنماArtinya:Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.(Q.S. Yasin: 82).

2     Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.(QS. 112:2)

الَّص@م?ُد= @ه= )2 ( اللPada ayat ini Allah menambahkan penjelasan tentang sifat Tuhan Yang Maha Esa itu, yaitu Dia adalah Tuhan tempat meminta dan memohon.3    Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,(QS. 112:3)

Bُد? =ول ي Bم? و?ل BُدC ?ل ي Bم? )3 ( لDalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Maha Suci Dia dari mempunyai anak. Ayat ini juga menentang dakwaan orang-orang musyrik Arab yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat adalah anak-anak perempuan Allah dan dakwaan orang Nasrani bahwa Isa anak laki-laki Allah.Dalam ayat lain yang sama artinya Allah berfirman:

ليقولون إفكهم من إنهم أال شاهُدون وهم إناثا المالئكة خلقنا أم البنون ولهم البنات ألربك فاستفتهملكاذبون وإنهم الله ولُد

Artinya:Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah) “Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak-anak laki-laki, atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: “Allah beranak”. Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.(Q.S. As Saffat: 149-152).Dan Dia tidak beranak, tidak pula diperanakkan.Dengan demikian Dia tidak sama dengan makhluk lainnya, Dia berada tidak didahului oleh tidak ada. Maha suci Allah dari apa yang tersebut.Ibnu ‘Abbas berkata: “Dia tidak beranak sebagaimana Maryam melahirkan Isa A.S. dan tidak pula diperanakkan. Ini adalah bantahan terhadap orang-orang Nasrani yang mengatakan Isa Al Masih adalah anak Allah dan bantahan terhadap orang-orang Yahudi yang mengatakan Uzair adalah anak Allah.

Page 4: Makala h

4     dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia `.(QS. 112:4) Kُد ?َح? أ =ف=وMا ك ?ه= ل Bن= ?ك ي Bم? )4 ( و?ل

Dalam ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa tidak ada yang setara dan sebanding dengan Dia dalam zat, Sifat dan perbuatan-Nya. Ini adalah tantangan terhadap orang-orang yang beriktikad bahwa ada yang setara dan menyerupai Allah dalam perbuatannya, sebagaimana pendirian orang-orang musyrik Arab yang menyatakan bahwa malaikat itu adalah sekutu Allah.Untuk meresapkan arti ketauhidan kepada Allah yang terkandung dalam surah Al Ikhlas, maka kami mencantumkan pada akhir tafsir surah ini sebuah munajat kepada Allah yang diamalkan oleh mereka yang tekun melaksanakan ibadahnya:Sebagian riwayat menerangkan: Sebab turunnya surah Al-Ikhlas yaitu: Ketika Rasulullah s.a.w sedang dalam perjalanan pindah dari Mekah ke Madinah, Rasulullah melihat jauh dibelakang seseorang yang sedang mengejar beliau dengan kendaraan kuda. Disaat itu datang Jibril kepada Rasulullah lalu berkata: “hai Muhammad! Suragah mengejarmu dari belakang dan hendak membunuh engkau, tetapi Tuhan telah memerintahkan kepada bumi agar ta’at kepadamu”. Tidak lama kemudian sampailah Suragah kepada Rasulullah. Dia segera menerjang Rasulullah dengan pedang terhunus. Tetapi dengan taqdir Tuhan, Suragah beserta kudanya terperosok kedalam bumi, hingga tak berdaya apa-apa lagi. Rasulullah menoleh kebelakang dan Suragah berkata: “Tolonglah aku hai Muhammad! Aku tidak akan berbuat sesuatu kepada engkau!” Kemudian Rasulullah menarik Suragah dan kudanya dari dalam bumi. Suragahpun selamat, dan ia berkata: “Terangkanlah kepadaku hai Muhammad, tentang Tuhanmu yang mempunyai kekuatan yang besar ini. Adakah Ia terdiri dari emas atau perak?” Rasulullah menundukan kepalanya, terhening sebentar, kemudian turunlah Jibril dan berkata: Hai Muhammad ! Qul hu Allahu ahad!” sampai pada ahir ayat.

B.    ISI DAN MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM Q.S. AL-IKHLAS

·    Menurut tafsir Surah Al IkhlasSurah Ikhlas adalah surah Makkiyyah. Membincangkan tentang sifat-sifat Allah yang mulia, tinggi dan Esa. Menghimpunkan sifat-sifat kesempurnaan Tuhan Azza wa Jalla; Maha Kaya berbanding tiap-tiap apa yang selain daripadanya, membersihkannya dari kekurangan, dan dari penyerupaan, serta menolak ke atas orang-orang Nasara yang mengatakan tentang penigaan tuhan, dan juga penolakkan ke atas orang-orang musyrikin yang menjadikan bagi Allah keturunnan dan anak pinak.Menghimpunkan sifat-sifat kesempurnaan Tuhan Azza wa Jalla; Maha Kaya berbanding tiap-tiap apa yang selain daripadanya, membersihkannya dari kekurangan, dan dari penyerupaan, serta menolak ke atas orang-orang Nasara yang mengatakan tentang penigaan tuhan, dan juga penolakkan ke atas orang-orang musyrikin yang menjadikan bagi Allah keturunnan dan anak pinak.Surat Al Ikhlash termasuk diantara surat-surat pendek dalam Al Qur’an. Surat ini sering kali dibaca dan diulang-ulang, hampir-hampir sudah menjadi bacaan harian bagi setiap muslim baik ketika sholat ataupun dzikir. Bukan karena surat ini pendek dan mudah di hafal. Namun memang demikianlah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam keseharian beliau tidak lepas dari membaca surat yang mulia ini. Lebih dari itu surat yang mulia ini mengandung makna-makna yang penting dan mendalam. Oleh karena itu meski surat ini pendek tapi memiliki kedudukan yang tinggi dibanding surat-surat lainnya. Bahkan kedudukannya sama dengan sepertiga Al Qur’an.

Page 5: Makala h

Para pembaca yang mulia, pada edisi kali ini kami sajikan tentang kandungan-kandungan penting dan mendalam dalam surat Al Ikhlash, agar menambah kekhusu’an kita dalam membaca surat ini dan bisa mengamalkan kandungan-kandungan penting tersebut dalam kehidupan kita.

·    Kedudukan Surat Al IkhlasDiriwiyatkan dalam shahih Al Bukhari dari shahabat Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: “Ada seorang shahabat Rasul shalallahu ‘alaihi wasallam mendengar tetangganya membaca berulang-ulang:

Kُد ?َح? ا الله= ه=و? Bق=ل

Kemudian di pagi harinya dia menemui Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan tentang perbuatan tetangganya tersebut. Seakan akan shahabat ini menganggap ringan kedudukan surat ini. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Cآن Bق=رB ال =ل=َث? ث ?عBُدCل= ?ت ل @ه= Cن إ CهCُد? Cي ب ?فBسي ن @ذCي و?ال

“Demi jiwaku yang ada ditangan-Nya. Sesungguhnya surat Al Ikhlas benar-benar menyamai sepertiga Al-Qur’an.” (HR Al-Bukhari Bab Fadhail Qur’an no. 5014)

Para ulama’ telah menjelaskan sebab kenapa surat Al Ikhlash ini menyamai sepertiga Al Qur’an. Karena di dalam Al Qur’an mengandung tiga pokok yang paling mendasar yaitu;pertama: Tauhid,Kedua: Kisah-kisah rasul dan umatnya,Ketiga: Hukum-hukum syari’at.Sedangkan surat Al Ikhlas ini, mengandung pokok-pokok dan kaidah-kaidah ilmu tauhid. Atas dasar inilah surat Al Ikhlash menyamai sepertiga Al-Qur’an. Pertama; Bahawasanya Dia itu Esa dan tiada dua baginya, maka Dia menafikan sifat ramai atau berbilan-bilang. Kedua; adalah Dia itu Esa yang tiada penyerupaan atau perkongsian bagiNya. Ketiga; bahawasanay Dia itu Esa dan tida terbahagi-bahagi.Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah menegakkan di dalam al-Quran hujjah-hujjah yang jelas di atas ke`Esa’anNya. Dan yang demikian itu, banyak jumlahnya. Dan yang paling terangnya adalah empat hujjah.

(1) Firman Allah;

يخلق ال كمن يخلق أفمن

“Apakah Yang menciptakan itu, sama dengan yang tidak menciptakan?”.

Apabila sabit Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan seluruh yang ada di dalam ini, maka tidaklah benar jika satupun dari ciptaanNya itu dapat bersekutu denganNya.

(2) Firman Allah ta’ala;

لفسُدتا الله إال الهة فيهما كان لو

Page 6: Makala h

“Jika sekiranya adalah pada kedua-duanya (langit dan bumi) itu tuhan-tuhan selain Allah, nescaya binasalah”.Ayat ini adalah dalil bahawa Allah swt itu bersifat Maha Bijaksana, sehingga layaklah Dia menjadi Hakim Agung dan juga dalil yang menunjukkan bahawa Allah swt itu menciptakan sesuatu tanpa contoh.

(3) Firman Allah ta’ala;

سبيال العرش ذى إلى البتغوا إذا يقولون كما آلهة معه كان لو

“Jika adalah bersamanya tuhan-tuhan lain sebagaimana yang mereka perkatakan, nescaya tentulah tuhan-tuhan itu akan mencari jalan-jalan ke `Arasy”.Ayat ini adalah dalil bahawa Allah swt itu Yang Maha Berkuasa.

(4) Firman Allah ta’ala;

إله من معه كان ما و ولُد من الله اتخذ ما

“ CTidak mengambil Allah swt itu akan anak dan tidak adalah bersamanya tuhan-tuhan yang lain”.Ayat ini adalah dalil tentang ke`Maha Tinggi’an ketuhananNya.

C.    PENJELASAN DARI SETIAP AYAT-AYATNYA

·    Kandungan Surat Al-IkhlasAllah subhanahu wata’ala berfirman:

Kُد ?َح? أ @ه= الل ه=و? Bالَّص@م?ُد=) 1 ( ق=ل @ه= ?ُدB) 2 ( الل =ول ي Bم? و?ل BُدC ?ل ي Bم? ُدK) 3 ( ل ?َح? أ =ف=وMا ك ?ه= ل Bن= ?ك ي Bم? )4 ( و?ل

“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, Dan tiada seorangpun yang setara dengan-Nya.”(QS. Al-Ikhlas: 1-4)

Dalam ayat pertama:

Kُد ?َح? ا الله= ه=و? Bق=ل

“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (tunggal).”Para pembaca yang mulia, dalam ayat pertama Allah subhanahu wata’ala menegaskan bahwa dirinya memiliki nama Al Ahad yang mengandung sifat ahadiyyah yang bermakna esa atau tunggal. Dia-lah esa dalam segala nama-nama-Nya yang mulia dan esa pula dalam seluruh sifat-sifat-Nya yang sempurna. Dia-lah esa, tiada siapa pun yang semisal dan serupa dengan keagungan dan kemulian Allah subhanahu wata’ala.Kalau kita memperhatikan penciptaan alam semesta ini dari bumi, langit, matahari, bulan, lautan, gunung-gunung, bukit-bukit, iklim/suhu dan seluruh makhluk yang di alam ini, semuanya tertata rapi dan serasi menunjukkan bahwa pencipta, pengatur, dan penguasa alam semesta ini adalah esa yaitu Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):

Page 7: Makala h

“Dia-lah Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat ada sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak akan menemukan sesuatu yang cacat,…” (Al Mulk: 2-3)

Dan juga firman-Nya (artinya):“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Al Baqarah: 164)

Fitrah manusia yang suci pasti dalam hatinya akan menyakini keesaan Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana perkataan penyair:

Kة? آي ?ه= ل WٍءBي ش? Yل= ك BيCو?فُد= Cلو?اَحB ا @ه= ن? أ ع?ل?ى Zُد=ل? ت

Dan pada segala sesuatu terdapat tanda-tanda bagi-NyaYang semua itu menunjukkan bahwa Allah adalah Esa.Kalau sekiranya yang menguasai dan mengatur bumi dan langit serta seluruh alam ini lebih dari satu niscaya bumi dan langit serta alam ini akan hancur berantakan. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):“Sekiranya ada di langit dan di bumi pengatur dan pencipta selain Allah tentulah keduanya telah rusak dan binasa.” (Al-Anbiya: 22)Demikian pula Allah subhanahu wata’ala adalah esa dalam peribadahan. Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah subhanahu wata’ala dan sesembahan-sesembahan selain Allah subhanahu wata’ala itu adalah batil.

Sehingga termasuk kandungan dari ayat pertama, yaitu bahwa Allah subhanahu wata’ala adalah esa (tunggal) dalam penciptaan, pengaturan dan pengusaan alam semesta ini, maka seharusnya Dia-lah Allah subhanahu wata’ala pula adalah esa (tunggal) dalam peribadahan.“Hai manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa, (karena) Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untuk kalian; Karena itu janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahuinya.” (Al Baqarah: 21-22)Bahkan sesungguhnya kitab suci Al-Qur’an dan semua risalah yang dibawa oleh para Nabi tidaklah datang melainkan dalam rangka menjelaskan tentang keesaan Allah subhanahu wata’ala yaitu bahwa tidak ada yang berhak didibadahi kecuali Allah subhanahu wata’ala semata. Sebagaimana firman-Nya:“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan

Page 8: Makala h

kepadanya: “Bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Aku, maka sembahlah kamu sekalian kepada-Ku”. (Al-Anbiya’: 25)

Dalam ayat yang kedua Allah subhanahu wata’ala berfirman:

الَّص@م?ُد= @ه= الل

“Allah adalah (Rabb) yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.”Dalam ayat ini Allah subhanahu wata’ala mengkhabarkan kepada kita salah satu nama-Nya pula adalah Ash Shomad. Yang mengandung makna bahwa Dia-lah Rabb satu-satunya tempat bergantung dari seluruh makhluk. Dia-lah yang memenuhi seluruh kebutuhan makhluk-Nya. Karena Dia-lah Yang Maha Kaya dengan kekayaan yang tiada batas dan Dia pula Yang Maha Kuasa dengan kekuasaan yang tiada tara. Tidak ada yang bisa mendatangkan manfaat dan menolak mudharat kecuali hanya Allah subhanahu wata’ala semata. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya …” (Yunus: 107)

Rasulllah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Cه@ Cالل ب @ Cال إ ق=و@ة? ? و?ال َح?وBل? ? ال

“Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah.” (HR. Al Bukhari)Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya menegaskan bahwa makhluk itu lemah dan tidak punya daya dan kekuatan. Oleh karena itulah Allah subhanahu wata’ala sebagai tempat satu-satunya untuk bergantung dari seluruh makhluknya.Lalu pantaskah seorang hamba bergantung kepada selain Allah subhanahu wata’ala? Atau berdo’a, meminta pertolongan, meminta barokah, mempersembahkan sesembelihan kepada selain Allah subhanahu wata’ala. Pantaskan seorang hamba menyembelih sesembelihan diperuntukan sang penunggu pohon, gunung, laut, kuburan atau selainnya. Tentu hal itu sangat tidak pantas, karena Allah subhanahu wata’ala adalah Al Ahad yang maha esa dalam penciptaan dan pengaturan, Dia-lah pula yang maha esa dalam peribadahan. Dan Dia subhanahu wata’ala juga adalah Ash Shomad, tempat satu-satuya bergantung dari seluruh makhluk-Nya, sehingga Dia-lah pula yang berhak untuk diibadahi semata.

Dalam ayat ketiga Allah subhanahu wata’ala berfirman:

Bُد? =ول ي Bم? و?ل BُدC ?ل ي Bم? ل

“Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan.”

Ayat ini menunjukkan akan kesempurnaan Allah subhanahu wata’ala, Dia tidak memiliki anak dan tidak pula diperanakkan serta Dia pun tidak meliki istri. Sehingga Dia-lah esa dalam segala sifat-sifat-Nya yang tiada setara dengan-Nya. Allah subhanahu wata’ala menegaskan dalam firman-Nya:

Page 9: Makala h

“Dia pencipta langit dan bumi, Maka bagaimana mungkin Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (Al-An’am: 101)

Sehingga tidak benar perkataan Yahudi bahwa Uzair adalah anak Allah subhanahu wata’ala, tidak bernar pula perkataan Nasrani bahwa Isa adalah Allah subhanahu wata’ala ataupun keyakinan trinitas, tidak benar pula perkataan orang-orang musyrikin Quraisy bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah. Subhanallah (Maha Suci Allah) dari apa yang mereka katakan.

Dalam ayat terakhir, Allah subhanahu wata’ala berfirman:

Kُد ?َح? أ =ف=وMا ك ?ه= ل Bن= ?ك ي Bم? و?ل

“Dan tiada seorangpun yang setara dengan-Nya.”

D.    NILAI-NILAI MAKNA YANG TERKANDUNG

Allah subhanahu wata’ala menutup surat Al Ikhlash ini dengan penegasan bahwa tidak ada yang siapa pun yang setara dan serupa dengan sifat-sifat Allah yang maha mulia dan sempurna. Sebagaimana juga ditegaskan dalam ayat-ayat lainnya, diantaranya;“Dan Katakanlah: “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (Al Isra’: 111)

·    Keutamaan surat Al IkhlasDi antara keutamaan surat Al-Ikhlash adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan kecintaan Allah subhanahu wata’alaDari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pernah mengutus seorang shahabat dalam sebuah pertempuran. Lalu dia mengimami sholat dan selalu membaca surat Al Ikhlas. Tatkala mereka kembali dari pertempuran mereka adukan hal tersebut kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda: “Tanyakan kepadanya apa yang melatarbelakangi dia berbuat seperti itu, merekapun menanyakannya. Lalu Dia pun menjawab: “Karena sesungguhnya surat Al Ikhlas itu mengandung sifat yang dimiliki oleh Ar Rahman (Allah) dan aku suka untuk membacanya. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kabarkan kepadanya bahwa Allah subhanahu wata’ala mencintainya” (HR. Al-Bukhari no. 7375)

2. Mendapatkan JannahDari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: “Aku pernah bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan disaat itu beliau mendengar seseorang membaca:

Kُد ?َح? أ ه=و?الله= Bق=ل

Lalu beliau bersabda: “Dia telah mendapatkan”, Abu Hurairah bertanya: “Mendapatkan apa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Al Jannah (surga).”(HR. At Tirmidzi)

Page 10: Makala h

Dalam hadits yang lain beliau bersabda: “Kecintaanmu terhadap surat Al Ikhlas memasukkanmu ke dalam al jannah.” (HR. Al-Bukhari)

BAB III

A.    KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dalam bab pembahasan yang dikupas di atas dapat kita ambil beberapa poin kesimpulan sebagai sebuah bahan kajian.

·    Profile Surat:

·         Surat Makkiyah terdiri dari 4 ayat, mempunyai 20 nama lain,diantaranya: al Jamal, al-Muqosyqisy, Qul Huwallah, An-Nisbah, An-Najah, dll.Sesuai turunnya merupakan surat yang ke 22 setelah surat An-Naas dan surat yang ke 112 sesuai urutan mushaf.

·    Kandungan Surat:

·         Surah ini meliputi dasar yang paling penting dari risalah para nabisampai kepada Nabi Saw. yaitu mentauhidkan Allah dan menyucikan-Nya.·         Keesaan Allah itu meliputi tiga hal: Dia Maha Esa pada zat-Nya, Maha Esa pada sifat-Nya dan Maha Esa pada af’al-Nya (Perbuatan-Nya).·         Dari sisi Tata Bahasa Arab, pada ayat 4 lafal Lahu berta’alluq kepada lafal Kufuwan. Lafal Lahu ini didahulukan karena dialah yang menjadi subjek penafian; kemudian lafal Ahadun diakhirkan letaknya padahal ia sebagai isim dari lafal Yakun, sedangkan Khabar yang seharusnya berada di akhir mendahuluinya; demikian itu karena demi menjaga Fashilah atau kesamaan bunyi pada akhir ayat.

·    Asbabun Nuzul:

Dahhak meriwayatkan bahwa orang-orang musyrik mengutus kepada Nabi Muhammad Saw.  Amir bin Tufail, menyampaikan amanah mereka kepada Nabi, ia berkata: “Engkautelah memecah belahkan keutuhan kami, memaki-maki “tuhan” kami, berubah agama nenek moyangmu. Jika engkau miskin dan mau kaya kami berikan engkau harta. Jika engkau gila kami obati. Jika engkau ingin wanita cantik akan kami kawinkan engkau dengannya”. Nabi menjawab:“Aku tidak miskin, tidak gila, tidak ingin kepada wanita. Aku adalah Rasul Allah, mengajak kamu meninggalkan penyembahan berhala dan mulai menyembah Allah Yang Maha Esa”, kemudian mereka mengutus utusannya yang kedua kalinya dan bertanya kepada Rasulullah. Terangkanlah kepada kami macam Tuhan yang engkau sembah itu. Apakah Dia dari emas atau perak?”, lalu Allah menurunkan surah ini.

·    Kosakata Penting:

·         Al-Ikhlash    : Menyingkirkan segala sesuatu yang tidak behubungandengan  Tuhan sehingga yang tersisa hanya gambaran Tuhan.

Page 11: Makala h

·         As-Shomad :  yang dituju atau yang dimaksud seluruh makhluk untukmemenuhi semua kebutuhan dan permintaan seluruh makhluk.

·         Kufuwan      : yang setara atau serupa.

·    Keutamaan Surat Al-Ikhlash:

·         Membacanya sama dengan membaca sepertiga al-Qur’anDari Abi Said Al Khudri ra. bahawa Rasulullah saw. bersabda tentang  QulHuwallahu ahad; “Demi Allah –Yang diriku berada di dalam genggaman-Nya–,sesungguhnya ia (Al- Ikhlash) menyamai sepertiga Al Qur’an.”Pada riwayat lain Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya, “Adakah diantara kamu yang tidak sanggup membaca sepertiga Al Qur’an dalam satu malam?”Hal ini memang berat bagi mereka, lalu mereka bertanya, “Siapakah di antara kamiyang mampu ya… Rasulullah?” Beliau bersabda, “Qul Huwallahu ahadAllahush-Shamad, adalah sepertiga Al Qur’an.”(Diriwayatkan oleh Bukhari)

·         Membacanya sepuluh kali ganjarannya syurgaDari Mu’az bin Anas ra. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca Qulhuwallahu ahad sebanyak sepuluh kali niscaya Allah akan membangun rumah baginyadi surga.” (Diriwayatkan oleh Ahmad)

·    Ayat-ayat yang berhubungan dengan surat Al-Ikhlas:Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkatakepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. (Q.S. Yasin, 36: 82)Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah) “Apakah untukTuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak-anak laki-laki, atau apakahKami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan(nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benarmengatakan: “Allah beranak”. Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yangberdusta. (Q.S. As Saffat, 37: 149-152).

·    Do’a Penguat Hati/Aqidah

Untuk meresapkan arti ketauhidan kepada Allah yang terkandung dalam surah Al Ikhlas, maka kami mencantumkan pada akhir tafsir surah ini sebuah munajat kepada Allah yang diamalkan oleh mereka yang tekun melaksanakan ibadahnya:“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, pujian yang memenuhi nikmat-nikmat-Nya dan menyempurnakan nikmat lain-Nya. Semoga rahmat dan keselamatan dilimpahkan kepada Nabi penutup, Muhammad Saw, yang tidak ada lagi Nabi sesudahnya dan kepada sekalian keluarganya, sahabat dan sekalian yang mencintainya. Ya Allah, Tuhan yang aku tidak melihat (dengan mata hatiku) selain Dia, walaupun banyak gejala-gejala nampak, dan yang aku tidak bermunajat melainkan kepada-Nya saja, walaupun banyak wujud-wujud di alam lahir dan yang aku tidak menginginkan melainkan manfaat-Nya walaupun banyak sumber-sumber pengambilannya. Aku mohon kepada-Mu dengan tawassul kepada keesaan-Mu di alam wujud dan berbilangnya tajalli (penampakan

Page 12: Makala h

kekuasaan-Mu) di alam nyata dan dengan kehormatan nampaknya keagungan-Mu bagi mata hati dan tertutupnya Engkau dari jangkauan pancaindera, agar kiranya Engkau mengabulkan hajat permohonanku ini. dan agar Engkau tidak membiarkan aku bersandar pada permohonanku ini; (sebutkan hajat yang dimaksud). Semoga rahmat keselamatan dilimpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad Saw, Nabi yang ummi dan kepada sekalian keluarganya dan sahabatnya. (3x).

B.     SARAN1. Kita sebagai umat Islam hendaknya mengerti atau paling tidak mengetahui tentang ketauhidan.2. Dalam melaksanakan ibadah hendaknya kita memakai dasar-dasar yang telah menjadi pedoman dalam adab beragama ketauhidan islam pada masa Nabi Muhammad SAW agar kita dapat mengimani Allah secara utuh.3. Hendaknya kita mentaati perintah para Ulil Amri sebagaimana telah disampaikan dalam Al Qur’an dan para Imam serta ajarannya agar kita tidak terjerumus dalam kemusyrikan.

DAFTAR PUSTAKA

Mansoer Hamdan. 2004. Materi Intruksional Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum. Direktorat Pergururan Agama Islam Departemen Agama RI.Rasjid Sulaiman. 1985. Al hadhist  Islam. Kurnia Esa: JakartaLeaman Oliver. 2006. Pengantar Filsafat Islam.Mizan Khasanah : Jakarta