makala h

24
1. Pengertian TPA Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yangbenar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa saying untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan kurang prioritas disbanding dengan pembangunan sektor lainnya. Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup. 2. Pengertian sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia

Upload: musdalifah-usman

Post on 24-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1. Pengertian TPA Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yangbenar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa saying untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan kurang prioritas disbanding dengan pembangunan sektor lainnya. Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup. 2. Pengertian sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.

3. Jenis sampahA. Berdasarkan sumbernya:

1.Sampah alam2.Sampah manusia3.Sampah konsumsi4.Sampah nuklir5.Sampah industri6.Sampah pertambangan

B. Berdasarkan sifatnya

- Sampah organik - dapat diurai (degradable)Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;- Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton;C. Berdasarkan bentuknya

1. Sampah PadatSampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:- Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.- Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:- Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.- Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.

2. Sampah CairSampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.- Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.- Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan.

3. Sampah alamSampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

4. Sampah manusiaSampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.

5. Sampah KonsumsiSampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.

6. Limbah radioaktifSampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).4. Bahan kimia dlm sampah yg ad di TPA(klo kelebihan/ kekurangan apa dampaknya)Secara umum komponen limbah rumah tangga dapat menjadi berbahaya dalam keadaan tertentu, seperti kaca yang istirahat di kertas, sampah yang menyatu, sampah busuk yang terfermentasi dan dapat menciptakan gas metana yang berpotensi menimbulkan ledakan, dan gipsum pelindung dinding yang larut dalam kondisianaerobdan menghasilkansulfida hidrogenberacun (H2S ). Komponen limbah rumah tangga juga bisa menjadi berbahaya jika mereka tanpa pandang bulu dicampur dengan zat berbahaya seperti pelarut kimia, bahan kimia reaktif seperti asam, dan agen kaustik atau bahan pengoksidasi. Lebih spesifik bahaya yang terkait dengan pembuangan limbah padat dibahas di bawah ini.Bahaya-bahaya bahan kimia dari lindi TPALindi merupakan jalur utama dari bahan kimia berbahaya dari TPA yang dapat berdampak pada lingkungan sekitarnya. Landfillatau TPA modern tidak terbuka untuk umum, sehingga hanya pekerja TPA yang hanya rentan terhadap terkena secara langsung atau paparan bahaya atau cidera seperti luka tusukan.Amonium, NH4+adalah komponen anorganik yang paling menonjol dalam lindi TPA.Sulfidamungkin juga akan ada dalam lindi, meskipunsulfidacenderung mengendap dari larutan padapH netral atau dikonversi menjadi gas berbahaya H2S pada tingkatpH rendah. Asam lemak volatil sebagian besar terdiri dari karbon organik dalam lindi. Satu-satunya jenis lainnya yang diharapkan dari lapisan limbah organik adalah kation-kation dasar (Ca2 +,Mg2 +,Na+, dan K+) dan klorida. Komponen berbahaya seperti hidrokarbon aromatik atau logam berat biasanya terdapat dalam cairan lindi TPA. Senyawa ini dapat langsung ditelusuri pada limbah yang tidak semestinya dibuang yang sesuai dengan pembuangan limbah dan oleh sebab itu akan sangat sulit untuk menggeneralisasi konsentrasi dari bahaya ini dalam cairan lindi TPA.Bahaya-bahaya limbah padat biologi dan limbah berbahayaTabel di bawah ini merupakan daftar umum organisme patogen-patogen dari manusia dan sumber-sumbernya, serta menggambarkan bahwa organisme patogen dapat muncul dalam limbah domestik, dibawa dalam popok, pembalut, kertas tisu dan limbah-terutama makanan daging.Keberadaan patogen dalam limbah padat saat ini merupakan salah satu topik penting penelitian. Secara khusus, terdapat kekurangan pengetahuan tentang keberadaan bakteri patogen manusia dalam endapan, yang merupakan komponen utama dari aliran limbah industri dan komersial, serta efek dari proses komposting dan proses pencernaan secara anaerobik terhadap kemampuan hidup bakteri patogen (Qld EPA 2002; USNRC 2002 ).Limbah Sludge dapat digunakan sebagai bahan aditif tanah, termasuk untuk aplikasi pertanian, jika level patogen lebih kecil dari level yang terdeteksi, dimana hal ini biasanya ditetapkan pada konsentrasi koliform fekal dari 1000 unit MPN per gram endapan kering. Konsentrasi E. Coli pada 100 unit MPN per gram lumpur kering, dan tidak terdapat salmonella yang terdeteksi dalam 50g lumpur kering.Sebuah kerangka risiko dari bakteri patogen membutuhkan penelitian yang luas pada hubungan dosis respon, efek dari berbagai perlakuan kemampuan bertahan hidup bakteri patogen, dan mobilitas serta atenuasi dari bakteri patogen yang bermigrasi dari limbah ke tanah sekitarnya. Kemampuan bertahan hidup mikroorganisme tergantung pada faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kekuatan ionik, substrat dan pasokan unsur hara, kondisi redoks, dan pH. Semua faktor ini akan berfluktuasi sebagai proses degradasi limbah dalam tempat pembuangan sampah. Migrasi patogen dari dalam sumber juga tergantung pada morfologi patogen. Ukuran protozoa mungkin lebih besar dari bakteri, dimana yang pada gilirannya dapat lebih besar dari virus.Tabel Patogen-patogen manusia yang ditemukan dalam materi fekal dan sisa makananPatogenSumberPembiakan lingkungan idealPenyakit

Bacteria

Salmonella (lebih dari 1600 tipe)Daging atau daging unggas yang dimasakDi dalam yang tidak memadaiGastroenteritis dan demam berlangsung 1 sampai 7 hari

Clostridia, khususnyaCl. perfringensDaging yang telah dimasak yang didinginkan kembaliKondisi anaerobik ketat; membentuk spora yang tahan panasDiare, sakit perut, muntah dan demam

Staphylococcus aureusBagian-bagian hidung, makanan, dan infeksi kulitPermukaan makananDapat membentuk abses pada jaringan dalam, muntah, diare dan dehidrasi

Escherichia coliMateri feses, ditransfer oleh lalat dan hama lainnya atau dengan tanganOrganisme yang kuatEfek-efek sitotoksik lokal yang bertanggung jawab pada Gastroenteritis akut

Vibrio parahaemolyticusMakanan laut mentah atau setengah matangAir asinDiare dan dehidrasi

Virus

Rotavirus dan NorwalkMateri feses, ditransfer oleh hama atau dengan tanganBerkembang biak dalam saluran usus, dapat tetap memungkinkan serta menular selama berhari-hari di permukaan luarGastroenteritis akut

PoliomyelitisMateri fesesPolio

Hepatitis AMateri fesesKehilangan nafsu makan, mual dan sakit kuning yang terkait dengan infeksi hati

Hepatitis BDarah dan produk-produk darahSama seperti Hepatitis A, tetapi mempunyai probabilitas lebih tinggi dari penyakit hati yang serius

Cacing

Taenia solium dan T.SaginataKista pada jaringan otot babi dan hewan ternakCacing yang berkembang di ususlarva yang dapat membentuk kista dalam jaringan

Protozoa

Giardia lambliaMateri feses dan mengkonsumsi salad mentahOrganisme parasit yang berkembang di ususMalabsorpsi air dan nutrisi di usus; anemi

Sumber : Passmore&Eastwood (1986) sebagaimana yang terdapat pada Clarke W.(2002, p.293-309)

5. Teori secara luas mengenai sampahA.Pengertian SampahSampah adalah barang yang tidak diperlukan atau yang tidak digunakan orang lagi. Pengertia sampah adalah barang yang tidak diperlukan atau barang yang tidak digunakan lagi. Pada saat ini sampah dikalangan masyarakat sangatlah memperihatinkan, karena masyarakat membuang sampah tidak ada tempatnya, seperti di sungai atau dibelakang rumah mereka dan mereka tidak memikirkan akibatnya. Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.Banyak sampah organik masih mungkin digunakan kembali atau pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan yang tidak dapat digunakan kembali.Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk di dalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk di dalamnya).

B.Ciri-Ciri SampahAdapun ciri-ciri sampah antara lain : Dedaunan pohon gugur Seperti kulit pisang dan buah-buahan yang busuk Kotoran hewan, seperti kotoran ayam, kotoran kambing, sapid an lain-lain

C.Dampak Negatif Dari Sampah Bagi MasyarakatDampak negatif dari sampah sangatlah besar dan menrugikan banyak masyarakat, apabila masyarakat membuang sampah sembarangan seperti di sungai, dapat mengakibatkan banjir dan apabila masyarakat membuang sampah sembarang di sekitar lingkunganny dapat mengakibatkan sumber penyakit bagi luas.

D.Cara MenanggulanginyaCara menanggulangi sampah ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh masyarakat antara lain : Masyarakat seharusnya tidak membuang sampah ke sungai karena dapat mengakibatkan banjir dan tidak membuang sampah di lingkungan sekitarnya, karena dapat mengakibatkan sumber penyakit. Jika perlu masyarakat dapat memanfaatkan sampah atau barang yang tidak diperlukan lagi dengan cara. Sampah organik di jadikan pupus, sedangkan sampah organik di daur ulang atau di bakar.

E. Karakteristik Sampah Terdapat karakteristik sampah yang sesuai dengan jenis-jenisnya yaitu :1. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat -zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.2. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak termasuk garbage. 3. Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik dirumah, dikantor, industri. 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan. 5. Dead Animal (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan. 6. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal dari perumahan. 7. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai- bangkai mobil, truk, kereta api. 8. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri, pengolahan hasil bumi. 9. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung. 10. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung. 11. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan. 12. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif.

6. Cara pengolahan sampah di TPATEKNIS OPERASIONAL TPA 1. Persiapan Lahan TPA Sebelum lahan TPA diisi dengan sampah maka perlu dilakukan penyiapan lahan agar kegiatan pembuangan berikutnya dapat berjalan dengan lancar. Beberapa kegiatan penyiapan lahan tersebut akan meliputi: Penutupan lapisan kedap air dengan lapisan tanah setempat yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan atas lapisan tersebut akibat operasi alat berat di atasnya. Umumnya diperlukan lapisan tanah setebal 50 cm yang dipadatkan di atas lapisan kedap air tersebut. Persediaan tanah penutup perlu disiapkan di dekat lahan yang akan dioperasikan untuk membantu kelancaran penutupan sampah; terutama bila operasional dilakukan secara sanitary landfill. Pelatakan tanah harus memperhatikan kemampuan operasi alat berat yang ada.

2. Tahapan Operasi Pembuangan Kegiatan operasi pembuangan sampahsecara berurutan akan meliputi: a. Penerimaan sampah di pos pengendalian; dimana sampah diperiksa, dicatat dan diberi informasi mengenai lokasi pembongkaran. b. Pengangkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi sel yang dioperasikan; dilakukan sesuai rute yang diperintahkan. c. Pembongkaran sampah dilakukan di titik bongkar yang telah ditentukan dengan manuver kendaraan sesuai petunjuk pengawas. d. Perataan sampah oleh alat berat yang dilakukan lapis demi lapis agar tercapai kepadatan optimum yang diinginkan. Dengan proses pemadatan yang baik dapat diharapkan kepadatan sampah meningkat hampir dua kali lipat. e. Pemadatan sampah oleh alat berat untuk mendapatkan timbunan sampah yang cukup padat sehingga stabilitas permukaannya dapat diharapkan untuk menyangga lapisan berikutnya. f. Penutupan sampah dengan tanah untuk mendapatkan kondisi operasi control atau sanitary landfill.

3. Pengaturan Lahan Seringkali TPA tidak diatur dengan baik. Pembongkaran sampah terjadi di sembarang tempat dalam lahan TPA sehingga menimbulkan kesan yang tidak baik; disamping sulit dan tidak efisiennya pelaksanaan pekerjaan perataan, pemadatan dan penutupan sampah tersebut. Agar lahan TPA dapat dimanfaatkan secara efisien, maka perlu dilakukan pengaturan yang baik yang mencakup: a. Pengaturan Sel Sel merupakan bagian dari TPA yang digunakan untuk menampung sampah satu periode operasi terpendek sebelum ditutup dengan tanah. Pada sistem sanitary landfill, periode operasi terpendek adalah harian; yang berarti bahwa satu sel adalah bagian dari lahan yang digunakan untuk menampung sampah selama satu hari. Sementara untuk control landfill ssatu sel adalah untuk menampung sampah selama 3 hari, atau1 minggu, atau operasi terpendek yang dimungkinkan. Dianjurkan periode operasi adalah 3 hari berdasarkan pertimbangan waktu penetasan telur lalat yang rata-rata mencapai 5 hari; dan asumsi bahwa sampah telah berumur 2 hari saat ada di TPS sehingga sebelum menetas perlu ditutup tanah agar telur/larva muda segera mati. Untuk pengaturan sel perlu diperhatikan beberapa faktor: Lebar sel sebaiknya berkisar antara 1,5-3 lebar blade alat berat agar manuver alat berat dapat lebih efisien Ketebalan sel sebaiknya antara 2-3 meter. Ketebalan terlalu besar akan menurunkan stabilitas permukaan, sementara terlalu tipis akan menyebabkan pemborosan tanah penutup Panjang sel dihitung berdasarkan volume sampah padat dibagi dengan lebar dan tebal sel. Sebagai contoh bila volume sampah padat adalah 150 m3/hari, tebal sel direncanakan 2 m, lebar sel direncanakan 3 m, maka panjang sel adalah 150/(3x2) = 25 m Batas sel harus dibuat jelas dengan pemasangan patok-patok dan tali agar operasi penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar.

b. Pengaturan BlokBlok operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk penimbunan sampah selama periode operasi menengah misalnya 1 atau 2 bulan. Karenanya luas blok akan sama dengan luas sel dikalikan perbandingan periode operasi menengah dan pendek. Sebagai contoh bila sel harian berukuran lebar 3 m dan panjang 25 m maka blok operasi bulanan akan menjadi 30 x 75 m2 = 2.250 m2

c. Pengaturan Zona Zona operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk jangka waktu panjang misal 1 3 tahun, sehingga luas zona operasi akan sama dengan luas blok operasi dikalikan dengan perbandingan periode operasi panjang dan menengah.

Sebagai contoh bila blok operasi bulanan memiliki luas 2.250 m2 maka zona operasi tahunan akan menjadi 12 x 2.250 = 2,7 Ha.

4. Persiapan Sel PembuanganSel pembuangan yang telah ditentukan ukuran panjang, lebar dan tebalnya perlu dilengkapi dengan patok-patok yang jelas. Hal ini dimaksudkan untuk membantu petugas/operator dalam melaksanakan kegiatan pembuangan sehingga sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Beberapa pengaturan perlu disusun dengan rapi diantaranya: Peletakan tanah penutup Letak titik pembongkaran sampah dari truk Manuver kendaraan saat pembongkaran

5. Pembongkaran Sampah Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas kepada pengemudi truk agar mereka membuang pada titik yang benar sehingga proses berikutnya dapat dilaksanakan dengan efisien. Titik bongkar umumnya diletakkan di tepi sel yang sedang dioperasikan dan berdekatan dengan jalan kerja sehingga kendaraan truk dapat dengan mudah mencapainya. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa titik bongkar yang ideal sulit dicapai pada saat hari hujan akibat licinnya jalan kerja. Hal ini perlu diantisipasi oleh penanggungjawab TPA agar tidak terjadi.

Jumlah titik bongkar pada setiap sel ditentukan oleh beberapa faktor: Lebar sel Waktu bongkar rata-rata Frekuensi kedatangan truk pada jam puncak

Harus diupayakan agar setiap kendaraan yang datang dapat segera mencapai titik bongkar dan melakukan pembongkaran sampah agar efisiensi kendaraan dapat dicapai. 6. Perataan dan Pemadatan Sampah Perataan dan pemadatan sampah dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi pemanfaatan lahan yang efisien dan stabilitas permukaan TPA yang baik. Kepadatan sampah yang tinggi di TPA akan memerlukan volume lebih kecil sehingga daya tampung TPA bertambah, sementara permukaan yang stabil akan sangat mendukung penimbunan lapisan berikutnya. Pekerjaan perataan dan pemadatan sampah sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan efisiensi operasi alat berat. Pada TPA dengan intensitas kedatangan truk yang tinggi, perataan dan pemadatan perlu segera dilakukan setelah sampah dibongkar. Penundaan pekerjaan ini akan menyebabkan sampah menggunung sehingga pekerjaan perataannya akan kurang efisien dilakukan. Pada TPA dengan frekuensi kedatangan truk yang rendah maka perataan dan pemadatan sampah dapat dilakukan secara periodik, misalnya pagi dan siang. Perataan dan pemadatan sampah perlu dilakukan dengan memperhatikan kriteria pemadatan yang baik: Perataan dilakukan selapis demi selapis Setiap lapis diratakan sampah setebal 20 cm 60 cm dengan cara mengatur ketinggian blade alat berat Pemadatan sampah yang telah rata dilakukan dengan menggilas sampah tersebut 3-5 kali Perataan dan pemadatan dilakukan sampai ketebalan sampah mencapai ketebalan rencana 7. Penutupan Tanah Penutupan TPA dengan tanah mempunyai fungsi maksud sebagai berikut: Untuk memotong siklus hidup lalat, khususnya dari telur menjadi lalat Mencegah perkembangbiakan tikus Mengurangi bau Mengisolasi sampah dan gas yang ada Menambah kestabilan permukaan Meningkatkan estetika lingkungan Frekuensi penutupan sampah dengan tanah disesuaikan dengan metode/teknologi yang diterapkan. Penutupan sel sampah pada sistem sanitary landfill dilakukan setiap hari, sementara pada control landfill dianjurkan 3 kali sehari. Ketebalan tanah penutup yang perlu dilakukan adalah: Untuk penutupan sel (sering disebut dengan penutup harian) adalah dengan lapisan tanah padat setebal 20 cm Untuk penutupan antara (setelah 2 - 3 lapis sel harian) adalah tanah padat Setebal 30 cm Untuk penutup terakhir, yang dilakukan pada saat suatu blok pembuangan telah terisi penuh, dilapisi dengan tanah padat setebal minimal 50 cm

8. Proses pembuangan pengangkutan dan pengolahan smpah di TPAPembuangan sampah mengenal beberapa metoda dalam pelaksanaannya yaitu: a. Open Dumping Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi; dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemda yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana, dll).Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti: Perkembangan vektor penyakitseperti lalat, tikus, dll Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor b. Control Landfill Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA. Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metoda ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas diantaranya: Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan Pos pengendalian operasional Fasilitas pengendalian gas metan Alat berat

c. Sanitary Landfill Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internsional dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan. Persyaratan Lokasi TPAMengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati. Hal ini ditunjukkan dengan sangat rincinya persyaratan lokasi TPA seperti tercantum dalam SNI tentang Tata Cara PemilihanLokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah; yang diantaranya dalam kriteria regional dicantumkan: Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan longsor, rawan gempa, dll) Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kondisi kedalaman air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air (dalam hal tidak terpenuhi harus dilakukan masukan teknologi) Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari 20%) Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara (jarak minimal 1,5 3 km) Bukan daerah/kawasan yang dilindungi

Jenis dan Fungsi Fasilitas TPA Untuk dapat dioperasikan dengan baik maka TPA perlu dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang meliputi: a. Prasarana Jalan Prasarana dasar ini sangat menentukan keberhasilan pengoperasian TPA. Semakin baik kondisi jalan ke TPA akan semakin lancar kegiatan pengangkutan sehingga efisiensi keduanya menjadi tinggi. Konstruksi jalan TPA cukup beragam disesuaikan dengan kondisi setempat sehingga dikenal jalan TPA dengan konstruksi: Hotmix Beton Aspal Perkerasan situ Kayu Dalam hal ini TPA perlu dilengkapi dengan: Jalan masuk/akses; yang menghubungkan TPA dengan jalan umum yang telah tersedia Jalan penghubung; yang menghubungkan antara satu bagian dengan bagian lain dalam wilayah TPA Jalan operasi/kerja; yang diperlukan oleh kendaraan pengangkut menuju titik pembongkaran sampah Pada TPA dengan luas dan kapasitas pembuangan yang terbatas biasanya jalan penghubung dapat juga berfungsi sekaligus sebagai jalan kerja/operasi.

b. Prasarana Drainase Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan dengan tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Seperti diketahui, air hujan merupakan faktor utama terhadap debit lindi yang dihasilkan. Semakin kecil rembesan air hujan yang masuk ke timbunan sampah akan semakin kecil pula debit lindi yang dihasilkan yang pada gilirannya akan memperkecil kebutuhan unit pengolahannya. Secara teknis drainase TPA dimaksudkan untuk menahan aliran limpasan air hujan dari luar TPA agar tidak masuk ke dalam area timbunan sampah. Drainase penahan ini umumnya dibangun di sekeliling blok atau zona penimbunan. Selain itu, untuk lahan yang telah ditutup tanah, drainase TPA juga dapat berfungsi sebagai penangkap aliran limpasan air hujan yang jatuh di atas timbunan sampah tersebut. Untuk itu permukaan tanah penutup harus dijaga kemiringannya mengarah pada saluran drainase.

c. Fasilitas Penerimaan Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah yang datang, pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pada umumnya fasilitas ini dibangun berupa pos pengendali di pintu masuk TPA. Pada TPA besar dimana kapasitas pembuangan telah melampaui 50 ton/hari maka dianjurkan penggunaan jembatan timbang untuk efisiensi dan ketepatan pendataan. Sementara TPA kecil bahkan dapat memanfaatkan pos tersebut sekaligus sebagai kantor TPA sederhana dimana kegiatan administrasi ringan dapat dijalankan.

d. Lapisan Kedap AirLapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air lindi yang terbentuk di dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Untuk itu lapisan ini harus dibentuk di seluruh permukaan dalam TPA baik dasar maupun dinding. Bila tersedia di tempat, tanah lempung setebal +50 cm merupakan alternatif yang baik sebagai lapisan kedap air. Namun bila tidak dimungkinkan, dapat diganti dengan lapisan sintetis lainnya dengan konsekuensi biaya yang relatif tinggi.

e. Fasilitas Pengamanan GasGas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida dan metan dengan komposisi hampir sama; disamping gas-gas lain yang sangat sedikit jumlahnya. Kedua gas tersebut memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global terutama gas metan; karenanya perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan lepas bebas ke atmosfer. Untuk itu perlu dipasang pipa-pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari timbunan sampah pada titik-titik tertentu. Untuk ini perlu diperhatikan kualitas dan kondisi tanah penutup TPA. Tanah penutup yang porous atau banyak memiliki rekahan akan menyebabkan gas lebih mudah lepas ke udara bebas. Pengolahan gas metan dengan cara pembakaran sederhana dapat menurunkan potensinya dalam pemanasan global. f. Fasilitas Pengamanan Lindi Lindi merupakan air yang terbentuk dalam timbunan sampah yang melarutkan banyak sekali senyawa yang ada sehingga memiliki kandungan pencemar khususnya zat organik sangattinggi. Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air baik air tanah maupun permukaan sehingga perlu ditangani dengan baik. Tahap pertama pengamanan adalah dengan membuat fasilitas pengumpul lindi yang dapat terbuat dari: perpipaan berlubang-lubang, saluran pengumpul maupun pengaturan kemiringan dasar TPA; sehingga lindi secara otomatis begitu mencapai dasar TPA akan bergerak sesuai kemiringan yang ada mengarah pada titik pengumpulan yang disediakan.Tempat pengumpulan lindi umumnya berupa kolam penampung yang ukurannya dihitung berdasarkan debit lindi dan kemampuan unit pengolahannya. Aliran lindi ke dan dari kolam pengumpul secara gravitasi sangat menguntungkan; namun bila topografi TPA tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan cara pemompaan. Pengolahan lindi dapat menerapkan beberapa metode diantaranya: penguapan/evaporasi terutama untuk daerah dengan kondisi iklim kering, sirkulasi lindi ke dalam timbunan TPA untuk menurunkan baik kuantitas maupun kualitas pencemarnya, atau pengolahan biologis seperti halnya pengolahan air limbah. g. Alat BeratAlat berat yang sering digunakan di TPA umumnya berupa: bulldozer, excavator dan loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam operasionalnya. Bulldozer sangat efisien dalam operasi perataan dan pemadatan tetapi kurang dalam kemampuan penggalian. Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi kurang dalam perataan sampah. Sementara loader sangat efisien dalam pemindahan baik tanah maupun sampah tetapi kurang dalam kemampuan pemadatan.Untuk TPA kecil disarankan dapat memiliki bulldozer atau excavator, sementara TPA yang besar umumnya memiliki ketiga jenis alat berat tersebut.

h. PenghijauanPenghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa maksud diantaranya adalah: peningkatan estetika lingkungan, sebagai buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat yang berlebihan. Untuk itu perencancaan daerah penghijauan ini perlu mempertimbangkan letak dan jarak kegiatan masyarakat di sekitarnya (permukiman, jalan raya, dll)

i. Fasilitas Penunjang Beberapa fasilitas penunjang masih diperlukan untuk membantu pengoperasian TPA yang baik diantaranya: pemadam kebakaran, mesin pengasap (mist blower), kesehatan/keselamatan kerja, toilet, dan lain lain.

DAFTAR PUSTAKAClarke W., (2002), Solid and Hazardous Wastes, Environmental Health in Australia and New Zealand, Edd. By Cromar N., Cameron S.,&Fallowfield, Oxford University Press, Australia, p.293-309.http://billyshare99.blogspot.com/2013/12/all-about-sampah.html (Diakses pada hari Minggu, 20 April 2014 pukul 10.00 WITA)http://gorecycledbc0015.wordpress.com/daur-ulang-dan-sampah/mengenai-sampah/ (Diakses pada hari Minggu, 20 April 2014 pukul 11.20 WITA)http://pplp-dinciptakaru.jatengprov.go.id/sampah/file/777282715_tpa.pdf ( Diakses pada hari Minggu, 20 April 2014 pukul 10.10 WITA)