makala h

Upload: frist-silia

Post on 14-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

A.Individu Individu berasal dari kata yunani yaitu individium yang artinya tidak terbagi. Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa individu adalah manusia yang memiliki peranan khas atau spesifik dalam kepribadiannya. Dan terdapat tiga aspek dalam individu yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Dimana aspek aspek tersebut saling berhubungan. Apabila salah satu rusak maka akan merusak aspek lainnya. Individu mempunyai ciri-ciri memiliki suatu pikiran dan diri. Untuk lebih jelasnya, marilah kita bahas individu dalam keseharian. Anda tentu pernah melihat seekor kucing sedang tiduran, seorang anak sedang berlarian atau sebatang pohon rambutan tumbuh di pekarangan. Apa yang Anda lihat tersebut adalah satu makhluk hidup. Satu makhluk hidup yang Anda lihat itu disebut individu. Jadi Anda menyebut Anda sendiri sebagai individu, demikian juga tiap sebatang pohon pisang dalam rumpunnya. Tentu Anda dapat mengamati dengan jelas setiap jenis individu, Anda dapat menghitung banyaknya individu dalam kelompoknya. Kita kadang - kadang agak sukar untuk menentukan individu dari satu kelompok organisme. Misalnya memisahkan individu rumput pada lapangan rumput, individu binatang pada binatang karang, begitu pula dengan memisahkan sebatang pohon kunyit dari rumpunnya. Pernahkah Anda menanam ubi kayu dengan steknya? Potongan ubi kayu itu akan tumbuh menjadi individu baru. Telur burung berasal dari induk burung betina dapat menetas dan menghasilkan individu burung. Oleh sebab itu berprinsip bahwa individu selalu bersifat tunggal. Ada bermacam - macam adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu: adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku. 1. Adaptasi morfologi Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Contoh adaptasi morfologi, antara sebagai berikut. a) Gigi - gigi khusus Gigi hewan karnivor atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik - cabik mangsanya. b) Moncong Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yang dapat dijulurkan keluar mulut untuk menangkap serangga. c) Paruh Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya. d) Daun Tumbuhan insektivor (tumbuhan pemakan serangga). Misalnya kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap. Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivor, serangga tersebut akan dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan. e) Akar Akar Tumbuhan gurun kuat dan panjang, berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas. 2. Adaptasi fisiologi Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut. a) Kelenjar bau Musang dapat mensekresikan bau busuk dengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya. b) Kantong tinta Cumi - cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi - cumi dan gurita. c) Mimikri pada kadal Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya. 3. Adaptasi tingkah laku Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya sebagai berikut. a) Pura - pura tidur atau mati Beberapa hewan berpura - pura tidur atau mati, misalnya tupai virginia. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing. b) Migrasi Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai tujuh tahun berkumpul di teluk di sepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur - telur ikan betinanya. Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar. Setelah menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut. B. HabitatHabitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentuy dimana spesies atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung perkembangan biakan organisme yang hidup didalamnya secara normal. Habitat memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme. Kapasits untuk mendukung organisme disebut daya dukung habitat.Dalam hidupnya , satwa liar burung membutuhkan pakan, air, dan tempat berlindung dari panas dan pemangsa serta tempat untuk bersarang, beristirahat dan memelihara anaknya. Seluruh kebutuhan tersebut diperoleh dari lingkungannya atau habitat dimana satwa liar hidup dan berkembang biak. Dilihat dari komposisinya dialam, habitat satwa liar terdiri dari 3 komponen utama yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu:1. Komponen biotik meliputi: vegetasi, satwa liar, dan organisme mikro.2. Komponen fisik meliputi: air, tanah, iklam, topografi, dll.3. Komponen kimia, meliputi seluruh unsur kimia yang terkandung dalam komponen biotik maupun komponen fisik.Secara fungsional, seluruh komponen habitat diatas menyediakan pakan, air, dan tempat berlindung bagi satwa liar burung. Jumlah dan kualitas ketiga sumber daya fungisonal, tersebut akan membatasi kemampuan habitat untuk mendukung populasi satwa liar. Komponen fisik habitat (Iklim, topografi, tanah, dan air) akan menentukan kondisi fisik habitat yang merupakan faktor pembatas bagi ketersediaan komponen biotik di habitat tersebut. Dilingkungan dengan kondisi fisik yang ekstrim, aktivitas biologi relatif kurang berkembang, sedangkan di lingkungan yang kondisi fisiknya sesuai, interaksi dalam ekosistem, habitat secara efektif akan membatasi pertumbuhan populasi satwa liar. Suatu habitat yang digemari oleh suatu jenis satwa belum tentu sesuai untuk kehidupan jenis satwa yang lain karena pada dasarnya setiap jenis satwa memiliki preferensi habitat yang berbeda-beda.Berkurangnya habitat disebabkan karena beberapa faktor. Ada tiga faktor yang dinilai sangat mempengaruhi terhadap perubahan habitat, yaitu: aktivitas manusia, satwa liar dan bencana alam seperti gunung meletus.C. Komunitas Komunitas adalah kumpulan populasi yang berada di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya sawah disusun oleh bermacam - macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut. Interaksi antarkomunitas cukup kompleks karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat. Nama KomunitasNama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, hutan jati.Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan :1.Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil2.Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan, dll3.Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik.Macam-macam KomunitasDi alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu:1.Komunitas akuatik, misalnya yang terdapat di laut, danau, sungai, parit atau kolam.2.Komunitas terestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir, dll.Struktur Komunitas1.Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas.Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.2.Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat.Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan3.Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.

InteraksiDalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Interaksi antarkomponen ekologi dapat merupakan interaksi antarorganisme, antarpopulasi, dan antarkomunitas.Interaksi antar organismeSemua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.Netraladalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral.Predasiadalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa.Parasitismeadalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnyaKomensalismeadalah merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan.Mutualismeadalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak.Interaksi AntarpopulasiAntara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut.Alelopatimerupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.Kompetisimerupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.Interaksi Antar KomunitasKomunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.Interaksi Antarkomponen Biotik dengan AbiotikInteraksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.D. Ekosistem Istilah ekosistem pertama kali diperkenalkan oleh A.G. Tansley seorang ahli ekologi berkebangsaan Inggris. Ciri ekosistem adalah sebagai berikut, 1. Memiliki sumber energi yang konstan, umumnya cahaya matahari atau panas 2. bumi pada ekosistem yang ditemukan di dasar laut yang dangkal. 3. Populasi makhluk hidup mampu menyimpan energi dalam bentuk materi organik. 4. Terdapat daur materi yang berkesinambungan antara populasi dan lingkungannya. 5. Terdapat aliran energi dari satu tingkat ke tingkat yang lainnya.Contoh ekosistem diantaranya, 1. Ekosistem alami, hutan 2. Ekosistem binaan, agroekosistem 3. Ekosistem buatan, aquarium 1. Komponen Ekosistem a. Komponen Biotik Ekosistem adalah suatu sistem yang saling terkait antara organisme hidup dan organisme tak hidup atau lingkungan fisiknya. Merupakan bagian hidup dari lingkungan, termasuk seluruh populasi yang berinteraksi dengannya. Contoh dampak faktor biotik pada suatu lingkungan adalah penyerbukan bunga oleh angin. Komponen biotik apat dibagi berdasarkan fungsinya, adalah a. Produsen, semua makhluh hidup yang dapat membuat makanannya sendiri. Contohnya: makhluk hidup autotrof, seperti tumbuhan berklorofil. b. Konsumen, semua makhluk hidup yang bergantung pada produsen sebagai sumber energinya. Berdasarkan jenis makannya konsimen dibagi menjadi: Herbivor, konsumen yang memakan tumbuhan Contohnya:sapi, kambing, dan kelinci. Karnivor, konsumen yang memakan hewan lain. Contohnya: harimau, serigala, dan macan. Omnivor, konsumen yang memakan tumbuhan dan hewan. Contohnya: manusia dan tikus. c. Dekomposer atau pengurai, semua makhluk hidup yang memperoleh nutrisi dengan cara menguraikan senyawa-senyawa organik yang berasal dari makhluk hidup yang telah mati. Contohnya: bakteri, jamur, dan cacing. b. Komponen Abiotik Merupakan semua bagian tidak hidup dari ekosistem. Peranan komponen abiotik untuk makhluk hidup adalah sebgai berikut, Kemampuan organisme untuk hidup dan berkembang biak bergantung pada beberapa factor fisika dan kimia di lingkungannya. Sebagai factor pembatas, faktor yang membatasi kehidupan organisme. Contohnya, jumlah kadar air sebgai faktor pembatas yang menentukan jenis organisme yang hidup di padang pasir. Komponen abiotik pada ekosistem diantaranya: air, cahaya matahari, oksisgen, suhu, dan tanah.

2. Hubungan Antarkomponen Ekosistem a. Hubungan Makan Suatu interaksi dalam ekosistem yang menyediakan nutrisi untuk setiap makhluk hidup yang sangat diperlukan untuk pemeliharaan diri, pertumbuhan, dan perkembangbiakan. 1. Nutrisi Autotrof, Makhluk hidup tertentu yang dapat mensintesis makanannya sendiri. 2. Nutrisi Heterotrof, hubungan makan diantara makhluk hidup yang bergantung pada makhluk hidup yang lain sebagai sumber energinya. 3. Saprofit, makhluk hidup yang menggunakan bahan organik dari organisme yang telah mati sebagai sumber makanannya. 4. Herbivor, makhluk hidup pemakan tumbuhan 5. Karnivor, makhluk hidup pemakan hewan lain 6. Omnivor, makhluk hidup pemakan segala. b. Hubungan Simbiosis Hubungan dua organisme yang hidup bersama dalam suatu hubungan nutrisi yang erat. Beberapa jenis simbiosis antara lain: SimbiosisOrganisme AOrganisme BContoh

Mutualisme++Lumut kerak, antara gangang dan jamur

Komensalisme+0Hiu dan ikan remora

Parasitisme +-Benalu dan tumbuhan inang

c. Hubungan Kompetisi Hubungan persaingan antar makhluk hidup untuk mempertahankan hidupnya. Dalam ekosistem dikenal istilah: a. Habitat, tempat suatu organisme dapat hidup dan menyediakan semua hal yang dibutuhkan oleh organisme tersebut.b. Relung (niche), cara hidup suatu organisme. Kompetisi tidak terjadi jika organisme-organisme menempati relung yang berbeda, walaupun habitat dan jenis makannya sama.

3.Aliran Energi Yang Melintasi Ekosistem 1. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan

2. Piramida Biomassa dan Piramida Energi Piramida biomassa, dapat dinyatakan sebagai diagram yang mengambarkan perpaduan massa seluruh makhluk hidup di habitat tertentu yang diukur dan dinyatakan dalam satuan gram. Biomassa, ukuran berat materi hidup pada waktu tertentu. Piramida Energi, memperlihatkan jumlah energi yang dipindahkan darisatu tingkat ke tingkat diatasnya dalam suatu jarring makanan.

4. Siklus Biokimia Dalam EkosistemSiklus bahan kimia, dari bagian abiotik dalam ekosistem ke komponenbiotik, lalu diuraikan kembali menjadi mineral, demikian seterusnya.1. Siklus Air

2. Siklus Fosfor

3. Siklus Karbon

4. Siklus Nitrogen

5. Tipe-Tipe Ekosistem1. Ekosistem Aira. Ekosistem Air Tawar1) Ekosistem Air Tenang Contoh: danau dan kolam2) Ekosistem Air Mengalir Contoh: sungaib. Air Lauta. Estuari (muara sungai), mempunyai air yang dangkal sehingga dapat tertembus cahaya matahari.Contoh hewan: kepiting, remis, dan cacingb. Zona Intertidal (zona pantai), zona perbatasan antara ekosistem darat dan ekosistem laut.Contoh hewan: ganggang, timun laut, dan bintang laut.c. Zona Neritik, bagian tepi benua atau pulau memanjang sampai ke dalam laut hingga jarak tertentu. Contoh: Terumbu karangd. Zona laut terbuka, penetrasi cahaya hanya beberapa ratus meter sajaContoh hewan: Ikan tuna, lumba-lumba, paus dan fitoplankton (sebagai sumber makannya)2. Ekosistem Darata. Ekosistem hutan hujan tropis Suhu 250C sepanjang tahun Curah hujan tinggi Hewan dan tumbuhan sangat beragam Tumbuhan khas, liana (rotan), epifit (angrek)b. Ekosistem hutan gugur_ Mempunyai empat musim_ Tumbuhannya, campuran pohon beech-maple dan oak-hickory._ Hewannya, rusa, tupai, salamander, dan beruang hitamc. Ekosistem tundra Terdapat di kutub utara yang mempunyai curah hujan rendah Tumbuhannya, lumut kerak dan lumut Hewannya, serigala, beruang kutub, dan rusa kutub.

d. Ekosistem taiga1. Terdapat di belahan bumi bagian utara dan pegunungan daerah tropic2. Suhu pada musim dingin rendah3. Hutan yang terdiri atas satu species, seperti conifer, pinus, dan cemara.4. Hewannya merupakan pemakan biji-bijian pohon conifer, seperti tupai, serangga, dan burung finch.

e. Ekosistem padang rumput Terdapat pada iklim sedang sampai tropis dengan curah hujan 25 cm sampai 75 cm per tahun Tumbuhan yang dominant rumput Hewannya, seperti jerapah, gajah afrika, bison amerika, dan singa.

f. Ekosistem gurun1. Sangat gersang dan curah hujan sangat rendah2. Suhu pada siang hari sangat dingin mancapai 450C, sedangkan malam hari sangat dingin sampai 00C.3. Tumbuhannya, kaktus4. Hewannya, Unta.

F. EkologiEkologi berasal dari bahasa Yunani oikos (rumah atau tempat hidup) dan logos (ilmu). Secara harafiah ekologi merupakan ilmu yang mempelajari organisme dalam tempat hidupnya atau dengan kata lain mempelajari hubungan timbal-balik antara organisme dengan lingkungannya. Ekologi hanya bersifat eksploratif dengan tidak melakukan percobaan, jadi hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam. Pada saat ini dengan berbagai keperluan dan kepentingan, ekologi berkembang sebagai ilmu yang tidak hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam. Ekologi berkembang menjadi ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem (alam), sehingga dapat menganalisis dan memberi jawaban terhadap berbagai kejadian alam. Sebagai contoh ekologi diharapkan dapat memberi jawaban terhadap terjadinya tsunami, banjir, tanah longsor, DBD, pencemaran, efek rumah kaca, kerusakan hutan, dan lain-lain.Ekologi dapat dibagi menjadi autekologi dan sinekologi1. Autekologi membahas sejarah hidup dan pola adaptasi individu-individu organisme terhadap lingkungan2. Sinekologi membahas golongan atau kumpulan organisme yang berasosiasi bersama sebagai satu kesatuan

G. Ekosistem EustarinEstuarin atau estuaria adalah daerah semi tertutup yang mempunyai hubungan bebasdengan lautan dan di dalamnya terjadi percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal baik dari air hujan maupun air tawar yang berasal dari aliran sungai. Percampuran ini terjadi paling tidak setengah waktu dari setahun. Batasan ini mungkin sudah dapat mencakup suatu kenyataan bahwa beberapa bentuk geomorfologi garis pantai misalnya gobah, rawa, fjord dan bentuk teluk dangkal lainnya sering dianggap estuarin. Berdasarkan geomorfologinya, sejarah geologi dan keadaan iklim, estuaria dibagi menjadi empat. 1. Estuaria dataran pesisir (coastal plain estuary) Estuaria ini terbentuk pada akhir jaman es penghabisan ketika permukaan laut menggenangi lembah sungai yang rendah letaknya

2. Estuaria tektonik Terjadi karena turunnya permukaan daratan sehingga daerah tertentu di daerah dekat pantai digenangi air laut

3. Estuaria semi tertutup (gobah) Terbentuk karena adanya gumuk pasir yang sejajar dengan garis pantai dan sebagian memisahkan perairan yang terdapat dibelakangnya dari air laut. Keadaan ini menciptakan suatu gobah yang dangkal dibelakang gumuk pasir yang menampung debit air tawar dari daratan. Air di dalam gobah bervariasi salinitasnya tergantung pada keadaan iklim, ada tidaknya aliran sungai ke dalam gobah dan sampai dimana gumuk pasir membatasi jalan masuk air laut. Tipe ini banyak ditemukan di pantai berpasir di selatan pulau jawa.4. Fjord Tipe ini sebenarnya adalah lembah yang telah diperdalam oleh kegiatan glesier dan kemudian digenangi air laut. Memiliki cirri khas berupa suatu ambang yang dangkal pada mulut muaranya.

Klasifikasi estuaria juga dapat didasarkan pada bagaimana salinitas dibentuk. Berdasarkan criteria ini estuaria dibagi menjadi tiga yaitu:1. Estuaria positif (baji garam)Estuaria tipe ini memiliki ciri khas gradien salinitas dipermukaan perairan cenderung lebih rendah dibanding dengan salinitas pada bagian yang lebih dalam atau di dasar perairan. Rendahnya salinitas di permukaan perairan disebabkan karena air tawar yang memiliki berat jenis lebih ringan dibanding air laut akan bergerak di atas air laut dan percampuran baru terjadi setelah beberapa saat kemudian. Kondisi ini juga disebabkan oleh karena kecilnya proses penguapan akibat rendahnya intensitas penyinaran matahari, sehingga penguapan juga relative rendah. Estuaria positif biasanya terdapat di daerah subtropis dimana penguapan relatif kecil dan volume air tawar yang masuk muara cukup besar. Estuaria tipe ini juga dapat ditemukan pada daerah tropis terutam terjadi pada saat musim penghujan dimana intensitas cahaya matahari rendah dan volume air tawar cukup besar.

2. Estuaria negatifEstuaria tipe ini biasanya ditemukan di daearah dengan sumber atau masukan air tawar yang sangat minim atau rendah dan penguapan sangat tinggi yaitu di daerah iklim gurun pasir. Air laut masuk daerah muara sungai lewat permukaan , mengalami sedikit pengenceran karena bercampur dengan air tawar yang terbatas jumlahnya. Tingginya intensitas cahaya matahari menyebabkan penguapan sangat cepat menyebabkan air permukaan hipersalin.

3. Estuaria percampuran sempurnaPercampuran sempurna menghasilkan salinitas yang sama secara vertical dari permukaan sampai ke dasar perairan pada setiap titik. Estuaria seperti ini kondisinya sangat tergantung dari beberapa faktor antara lain: volume percampuran masa air, rezim pasang surut, musim, tipe mulut muara dan berbagai kondisi khusus lainnya. Estuaria percampuran sempurna kadang terjadi atau ditemukan di daerah tropis khususnya ketika volume dan kecepatan penggelontoran air tawar yang masuk ke daerah muara saimbang dengan pasang air laut serta ditunjang dengan mulut muara yang lebar dan dalam. Kondisi ini biasanya hanya insidental dan waktunya relatif pendek. Estuaria sebagai ekosistem kompleks, memiliki variasi yang sangat besar dalam banyak parameter fisik dan kimia sehingga lingkungannya menjadi sangat menekan bagikehidupan organisme. Beberapa faktor fisik dan kimia lingkungan yang dapat menjadi faktor pembatas dalam ekosistem estuaria antara lain:1. SalinitasSalinitas daerah estuaria sangat fluktuatif dan tergantung pada musim, topografi estuaria, aksi pasang air laut, dan volume air tawar. Dua musim dalam setahun di daerah tropis seperti di Indonesia dan tipe pasang semi diurnal pada sebagian besar wilayahnya (dua kali pasang dan dua kali surut) dalam waktu sehari semalam menyebabkan terjadinya fluktuasi salinitas yang periodisitasnya sangat pendek (sekitar 6 jam). Aksi pasang air laut yang besar mendorong air laut masuk cukup jauh ke hulu sungai dan sebaliknya pasang turun akan mendorong kembali isohaline ke hilir. Kondisi ini menyebabkan pada daerah yang sama di estuarin memiliki salinitas yang berbeda pada waktu yang berbeda sesuai dengan perubahan aksi pasang dan volume air tawar. Faktor ke dua yang mempengaruhi salinitas di daerah estuarin adalah kekuatan coriolis, yaitu terjadinya pembelokan arah gerak melingkar akibat rotasi bumi mengelilingi sumbunya. Berputarnya bumi pada porosnya mengakibatkan perubahan arah gerakan air laut yang masuk ke daratan (muara sungai), membelokannya kearah kanan dibelahan bumi sebelah utara dan kearah kiri pada belahan bumi bagian selatan. Sebagai contoh di daerah estuaria di sekitar pulau jawa bagian selatan, kekuatan coriolis akan membelokkan air laut yang masuk ke estuaria kea rah kiri apabila kita melihat estuaria kearah laut. Akibatnya, pada dua titik yang berlawanan dan teletak pada jarak yang sama dari laut akan memiliki salinitas yang berbeda. Faktor ke tiga yang menyebabkan fluktuasi salinitas di estuarin adalah musim. Di Indonesia dengan dua musim yang berbeda dalam setahun akan menyebabkan perbedaan salinitas sebagai akibat berubahnya volume air tawar dan berubahnya intensitas cahaya matahari.Fluktuasi salinitas selain terjadi di kolam airnya juga terjadi pada substrat dasarnya. Substrat estuarin yang berupa pasir atau lumpur akan menahan air diantara partikel-partikelnya. Air interstitial ini berasal dari air yang semula terdapat di atas substrat. Perubahan salinitas air interstitial jauh lebih lambat dibanding dengan air di atasnya, karena itu air interstitial serta Lumpur dan pasir di sekitarnya bersifat buffer terhadap air yang di atasnya. Berdasarkan beberapa pengaruh faktor fisik dan kimia lingkungan terhadap terbentuknya rezim salinitas baik secara vertikal maupun horisontal di daerah estuarindapat disimpulkan bahwa: Pada ekosistem estuarin, berdasarkan salinitasnya terbentuk tiga zona yaitu zona air tawar, air payau dan air laut. Antara zona-zona ini terdapat garis pemisah yang hanya dapat dilewati oleh organisme yang memiliki kemampuan adaptasi fisiologi tertentu.

2. SuhuSuhu air estuaria memiliki fluktuasi harian lebih besar dibanding dengan perairan lainnya. Hal ini disebabkan karena luas permukaan estuaria relatif lebih besar jika dibandingkan dengan volume airnya. Air estuaria cenderung lebih cepat panas dan lebih cepat dingin tergantung kondisi atmosfir yang melingkupinya. Alasan lain bervariasinya suhu pada ekosistem estuarin adalah karena masuknya air tawar yang suhunya lebih depengaruhi oleh perubahan suhu musiman. Selain itu suhu di estuaria juga bervariasi secara vertikal karena pengaruh fluktuasi suhu harian. Perairan permukaan cenderung mempunyai kisaran suhu terbesar dibanding dengan perairan yang lebih dalam.

3. Ombak dan ArusTerjadinya ombak tergantung pada luas permukaan perairan dan juga angina. Estuaria memiliki luas perairan terbuka yang sempit karena dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya, dengan demikian angina yang bertiup untuk menciptakan ombak juga minimal. Kedalaman dan sempitnya mulut estuaria juga menjadi penghalang terbentuknya ombak yang besar atau menghilangkan pengaruh ombek laut yang masuk estuaria. Arus di estuaria cenderung disebabkan oleh aksi pasang air laut dan aliran sungai. Kecepatan arus tertinggi terjadi pada bagia tengah sungai/muara dimana hambatan gesek dengan dasar dan tepian menjadi minimal. Arus di daerah estuaria sering mengakibatkan timbulnya erosi dan biasanya diikuti oleh pengendapan di mulut muara. Adanya perbedaan kecepatan arus yang berasal dari sungai dari musim ke musim menyebabkan perbedaan kecepatan erosi dan pengendapan, sehingga banyak kasus terutama di beberapa tempat di Indonesia muara sungai bergeser dari tempat semula.

4. Substrat dasarKebanyakan estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari proses pengendapan material baik yang dibawa oleh air laut maupun oleh air tawar dari aliran sungai. Air laut dan air sungai membawa banyak partikel pasir maupun lumpur yang tersuspensi dan keduanya bertemu di estuaria. Berbagai ion yang berasal dari laut akan mengikat partikel Lumpur yang terbawa air sungai sehingga menggumpal dan mengendap sebagai dasar substrat yang khas. Kondisi terlindung estuaria juga menyebabkan berkurangnya kecepatan air, dengan demikian partikel mengendap dan membentuk substrat dasar estuaria baik lumpur atau pasir. Pengendapan partikel juga tergantung pada arus dan ukuran partikel yang tersuspensi. Partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat, dan arus yang kuat mempertahankan partikel tersespensi (halus), dengan demikian substrat pada daerah dengan arus yang kuat akan didominasi oleh substrat berpasir atau kerikil dan pada daerah dengan arus yang lemah substrat dasar didominasi oleh Lumpur halus. Air laut akan melepas materi lebih besar (pasir) pada mulut estuaria, sedangkan air sungai melepas material kasar pada bagian hulu estuaria atau bahkan pada sungai itu sendiri, dengan demikian daerah tempat percampuran antara air laut dan air tawar akan didominasi oleh endapan halus (Lumpur). Di antara endapan lumpur adalah materi organik sehingga estuaria menjadi tempat yang kaya cadangan bahan makanan bagi organisme.

5. Kekeruhan (turbiditas)Besarnya jumlah partikel tersuspensi menyebabkan pada waktu-waktu tertentu terutama pada saat musim penghujan dimana volume air tawar meningkat dan membawa material akibat erosi menyebabkan kekeruhan meningkat, demikian juga aktivitas pasang air laut. Kekeruhan biasanya minimum pada mulut muara dan semakin meningkat kearah hulu sungai. Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitas primer akibat penurunan fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan bentik.

6. DO (Oksigen terlarut)Kandungan oksigen terlarut daerah estuaria sangat tergantung beberapa faktor antara lain: suhu, salinitas, pengadukan, dan aktivitas organisme. Melihat kondisi fisik daerah estuarin, maka secara umum wilayah ini memiliki kandungan oksigen terlarut relative tinggi dibanding perairan lain. Pada musim kemarau yang panjang dimana penggelontoran air tawar menurun dan suhu serta salinitas relatif tinggi di permukaan perairan, menyebabkan proses pengadukan dan distribusi oksigen dari permukaan ke dasar perairan sedikit terhambat sehingga kandungan oksigen di dasar perairan menurun. Selain itu menurunnya kandungan oksigen di dasar perairan juga dapat disebabkan karena tingginya bahan organik yang terdeposit dan tingginya populsi dan individu bakteri di dalam sediment menyebabkan meningkatnya pemakaian oksigen. Ukuran partikel dalam sediment yang halus juga membatasi pertukaran air interstitial dan air yang diatasnya (kaya oksigen) sehingga oksigen sangat cepat berkurang, bahkan pada beberapa sentimeter dalam sedimen dapat bersifat anoksik.

BIOTA ESTUARIA1. FaunaAda tiga komponen fauna utam penghuni estuaria yaitu fauna laut, tawar dan fauna khas estuaria itu sendiri. Dari ketiganya, fauna laut merupakan yang terbesar dalam jumlah species dan individunya, karena sebagian besar fauna laut bersifat eurihalin sehingga mampu menembus dan masuk estuaria sampai batas salinitas rendah. Bahkan beberapa species tertentu seperti Anguila sp dapat menembus sampai salinitas 3. Fauna khas air payau atau estuaria terdiri dari species yang terdapat pada kisaran salinitas antara 5 - 30, tetapi tidak ditemukan di air tawar maupun yang sepenuhnya air laut, contohnya antara lain adalah tiram (Crassostrea ostrea), siput kecil (Hydrobia), berbagai tiram dan udang. Ada beberapa kecenderungan beberapa genera estuarin penyebarannya kearah laut, bukan masalah toleransi fisiologis tetapi cenderung kea rah interaksi biologis (pemangsaan). Komponen fauna terakhir adalah fauna air tawar. Fauna air tawar umumnya bersifat stenohalin sehingga tidak mampu menghuni estuaria dengan salinitas di atas 5. Disamping fauna di atas, juga terdapat fauna yang hanya menghabiskan sebagian daur hidupnya di estuaria. Contohnya stadia juvenil beberapa jenis udang Penaidae. Fauna estuaria termasuk juga yang hanya masuk daerah ini sekedar untuk mencari makan termasuk beberapa jenis ikan dan burung.

2. FloraHampir semua bagian estuaria terus menerus terendam dan terdiri dari substrat. Lumpur halus sehingga tidak cocok melekatnya makroalga. Kekeruhan yang sangat tinggi juga menyebabkan terbatasnya daya tembus cahaya matahari ke lapisan yang dangkal sekalipun, sehingga lapisan dasar estuaria miskin tumbuhan hidup. Hanya ada beberapa jenis algae yang sering ditemukan di sebstrat dasar estuaria antara lain: Ulva, Enteromorpha, Chaetomorpha dan Cladophora, namun algae ini juga bersifat musiman.Kekruhan yang tinggi menyebabkan flora dominan yang tumbuh sebagian besar darikelompok tumbuhan berbungan berumur panjang yang menancapkan akar-akarnya kedalam substrat dan membentuk komunitas khas yang dikenal sebagai Hutan Mangrove.

ADAPTASI ORGANISME ESTUARIAVariasi sifat habitat terutama salinitas membuat estuaria menjadi habitat yang keras dan sangat menekan bagi kehidupan organisme. Organisme untuk dapat hidup dan berhasil membentuk koloni di daerah ini organisme harus mempunyai kemampuan untuk beradaptasisecara khusus.1. Adaptasi MorfologisOrganisme yang mendiami substrat berlumpur sering kali beradaptasi dengan membentuk rumbai-rumbai halus atau rambut atau setae yang menjaga jalan masuk keruang pernapasan agar permukaan ruang pernapasan tidak tersumbat oleh partikelLumpur. Organisme yang memiliki kemampuan adaptasi seperti ini adalah kepitingestuaria, dan beberapa anggauta dari Gastropoda. Adaptasi yang lain adalah ukuran tubuh. Organisme estuaria umumnya mempunyai ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan dengan kerabatnya yang hidup di laut. Contohnya adalah kepiting (Ucha) yang memiliki ukuran kecil, hal ini terjadi karena sebagian besar energi yang dimilikinya dipergunakan untuk beradaptasi menyesuaikan dengan kadar garam lingkungan.

2. Adaptasi FisiologisAdaptasi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme estuaria adalah berhubungan dengan keseimbangan ion cairan tubuh menghadapi fluktuasi salinitaseksternal. Kemampuan osmoregulasi sangat diperlukan untuk dapat bertahan hidup.Organisme yang memiliki kemampuan osmoregulasi dengan baik disebut osmoregulatorcontohnya Copepoda, Cacing Polychaeta dan Mollusca. Organisme yang memilikikemampuan osmoregulasi rendah disebut osmokonformer. Kemampuan mengatur osmosis menurut beberapa ahli sangat dipengaruhi oleh suhu. Di daerah tropic dengan suhu air lebih tinggi dan perbedaan suhu antara air tawar dan air laut kecil, biasanya dihuni oleh species estuaria lebih banyak, dan species lautan yang stenohalin dapat masuk lebih jauh ke hulu.

3. Adaptasi TingkahlakuSalah satu bentuk adaptasi tingkahlaku yang dilakukan oleh organisme estuaria adalah membuat lubang ke dalam Lumpur. Ada dua keuntungan yang didapatkan dari organisme yang beradaptasi seperti ini. Pertama, adalah dalam pengaturan osmosis.Keberadaan di dalam lubang berarti mempunyai kesempatan untuk berhubungan denganair interstitial yang mempunyai variasi salinitas dan suhu lebih kecil dari pada air diatasnya. Kedua, membenamkan diri ke dalam substrat berarti lebih kecil kemungkinanorganisme ini dimakan oleh pemangsa yang hidup di permukaan substrat atau di kolamair. Adaptasi tingkahlaku lainnya adalah dengan cara bergerak ke hulu atau ke hilir.Tingkahlaku ini akan menjaga organisme tetap berada pada daerah dengan kisarantoleransinya. Contohnya beberapa species kepiting seperti Rajungan (Calinectes sapidus),ikan belanak (Mugil mugil), Ikan baung, Ikan banding dan lain-lain