makala dasar penghapus pidana
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hukum pidana adalah hukum positif yang menentukan tentang perbuatan pidana dan
menentukan tentang kesalahan bagi si pelanggarnya (substansi hukum pidana) dan
menentukan tentang pelaksanaan substansi hukum pidana (hukum acara pidana). Tujuan
hukum pidana merupakan suatu aturan yang dibuat oleh pejabat berwenang yang
berhubungan dengan ketertiban, ketenangan, keamanan, perlindungan kepentingan tertentu,
menghindari tindakan main hakim sendiri dari pihak penduduk atau masyarakat secara
perseorangan, serta setiap saat harus detagakkan kebenarannya agar terciptanya kehidupan
yang sejahtera bernegara. Hukum pidana berlaku pada masarakat dan badan-badan negara
lain karena tidak ada yang kebal terhadap hukum yang berlaku(hukum positif)
Hukum pidana mempunyai ketentuan-ketentuan terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh masyarakat,tindakan mana yang dapat dipidana dan mana yang tidak dapat
dipidana,dan mana yang tidakan mendapat suatu penghapus,peringan dan pemberat
pidana.Hal ini disebut dengan Dasar Penghapus,Peringan dan pemberat pidana.
Adapun dari tiga dasar pidana tersebut merupakan suatu ketentuan-ketentuan yang
ada dalam sistem hukum pidana,dalam kesempatan ini kami akan membahas mengenai
Dasar Penhapus Pidana.
PEMBAHASAN
Teori
Pembentuk Undang Undang dalam beberapa rumusan tindak pidana merumuskan alasan
penghapusan pidana, yaitu keadaan khusus yang maksudnya ( yang harus dikemukakan “
tetapi tidak harus dibuktikan “ oleh terdakwa dan apabila dipenuhi, menyebabkan “ meskipun
terhadap semua unsur tertulis dari rumus delik telah dipenuhi tidak dapat di jatuhkan pidana.
Selain itu pembentuk Undang Undang telah menetapkan sejumlah alasan penghapus pidana
umum dalam Buku I KUHP WvS Indonesia, dan di samping itu, melalui Pasal 103 KUHP
WvS juga meliputi semua delik/tindak pidana diluar KUHP, kecuali apabila dalam undang
undang dalam arti formal terdapat aturan yang menyimpang.
Selanjutnya menurut sistematika KUHP WvS Indonesia, masalah peniadaan, pengurangan
dan penambahan pidan, ditempatkan dibawah satu judul bab, yaitu Bab III buku I. Namun
demikian, ada juga masalah di atas diatur di dalam bab-bab tertentu lainya.
Masalah alasan penghapus pidana ini dalam bukunya D.Schaffmeister tentang Hukum Pidana
dibagi ke dalam dua kelompok yaitu:
Menurut Undang-undang
Menurut Peradilan dan Ilmu Pengetahuan
Alasan penghapus pidana umum menurut undang-undang adalah sebagai berikut:
Tidak mampu bertanggung jawab
Daya paksa dan keadaan darurat
Pembelaan terpaksa dan pembelaan terpaksa melampaui batas
Melaksanakan peraturan perundang-undangan
Menjalankan perintah jabatan
Dalam praktik peradilan dan ilmu pengetahuan (doktrin) terdapat alasan penghapus pidana
umum diluar undang-undang yaitu sebagai berikut
Izin
Tidak ada sama sekali sifat tercela
Tidak ada sifat melawan hukum materil
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia alasan peniadaan pidana di atur
dalam Buku I ketentuan umum,yang mengatur mengenai:
Tidak mampu bertanggung jawab karena jiwanya cacat atau terganggu karena penyakit (Pasal
44)
Daya paksa (Pasal 48)
Pembelaan paksa (Pasal 49)
Melaksanakan ketentuan Undang-undang (Pasal 50)
Melaksanakan perintah jabatan (Pasal 51)
Percobaan kejahatan dipidana (Pasal 53)
Percobaan terhadap pelanggaran tidak dipidana (Pasal 54)
Membantu melakukan kejahatan dipidana (Pasal 56)
Membantu melakukan pelanggaaran tidak dipidana (Pasal 60)
Dalam KUHP ada tindak pidana tertentu yang dapat dituntut apabila syarat-syarat penuntutan
dipenuhi. Tindak pidana tersebut adalah delik pers yang diatur dalam Pasal 61 dan 62 KUHP
dan juga diatur juga mengenai delik aduan di dalam Pasal 72, 75 KUHP Indonesia.
PENGHAPUSAN DAN PENGHILANGAN PERBUATAN PIDANA (Peniadaan Pidana
Pasal 44 – 52 KUHP)
Dalam ilmu hukum pidana alasan penghapus pidana dibedakan dalam: :
Alasan penghapusan pidana umum adalah alasan penghapus pidana yang berlaku umum
untuk setiap tindak pidana dan disebut dalam pasal 44, 48 - 51 KUHP
Alasan penghapus pidana khusus adalah alasan penghapus pidana yang berlaku hanya untuk
tindak pidana tertentu. Misalnya pasal 122, 221 ayat (2), 261, 310, dan 367 ayat (1) KUHP.
Terdapat keadaan-keadaan khusus yang menyebabkan suatu perbuatan yang pada umumnya
merupakan tindak pidana, kehilangan sifat tindak pidana, sehingga si pelaku bebas dari
hukuman pidana. Pembahasan ini dalam KUHP diatur dalam title III dari buku I KUHP, yaitu
pasal 44 – 51. akan tetapi dalam praktek hal ini tidak mudah, banyak kesulitan dalam
mempraktekkan ketentuan-ketentuan dalam KUHP ini.
Dalam teori hukum pidana alas an-alasan yang menghapuskan pidana ini dibedakan menjadi
3 :
Alasan pembenar adalah alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan,
sehingga apa yang dilakukan oleh terdakwa lalu menjadi perbuatan yang patut dan benar.
Tertera dalam pasal 49 (1), 50, 51 (1).
Alasan Pemaaf adalah alasan yang mengahpuskan kesalahan terdakwa, tetap melawan hukum
jadi tetap merupakan perbuatan pidana, tapi dia tidak dipidana, karena tak ada kesalahan.
Tercantum dalam pasal 49 (2), 51 (2).
Alasan penghapus penuntutan adalah peran otoritas dari pemerintah, pemerintah menganggap
bahwa atas dasar utilitas atau kemanfaatannya kepada masyarakat, sebaiknya tidak diadakan
penuntutan demi kepentingan umum. Contoh : pasal 53 KUHP, kalau terdakwa dengan
sukarela mengurungkan niatnya percobaan untuk melakukan suatu kejahatan.
1. Memaafkan Pelaku( Fait D’Excuse )
Pasal 44 ayat 1 KUHP yang menyatakan tidak dapat dihukum seorang yang perbuatannya
tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada orang itu berdasar bertumbuhnya atau ada
gangguan penyakit pada daya piker seorang pelaku.
Istilah tidak dapat dipertanggungjawabkan (niet kan worden toe gerekend) tidak dapat
disamakan dengan “tidak ada kesalahan berupa sengaja atau culpa”. Yang dimaksud disini
adalah berhubung dengan keadaan daya berpikir tersebutr dari si pelaku, ia tidak dapat dicela
sedemikian rupa sehingga pantaslah ia dikenai hukuman. Dalam hal ini diperlukan orang-
orang ahli seperti dokter spesialis dan seorang psikiater. Akan tetapi kenyataannya adalah
bahwa seorang yang gila melakukan perbuatan yang sangat mengerikan sehingga dia pantas
mendapat hukuman, lebih-lebih apabila pelaku kejahatan pura-pura menjadi orang gila.
Bagaimana dengan orang yang mabuk? Orang mabuk dapat lepas dari hukuman. Namun
dapat juga terkena hukuman, dilihat dari kadar mabuknya dan keadaannya.
Pasal 44 ayat 2 KUHP, apabila hakim memutuskan bahwa pelaku berdasar keadaan daya
berpikir tersebut tidak dikenakan hukuman, maka hakim dapat menentukan penempatan si
pelaku dalam rumah sakit jiwa selama tenggang waktu percobaan, yang tidak melebihi satu
tahun. Hal ini bukan merupakan hukuman akan tetapi berupa pemeliharaan.
2. Penentuan Orang yang Belum Dewasa
Pasal-pasal 45, 46 dan 47 KUHP memuat peraturan khusus untuk orang belum dewasa
sebagaiberikut:
Pasal 45 :
Dalam penuntutan di muka hakim pidana dari seorang yang belum dewasa, tentang suatu
perbuatan yang dilakukan sebelum orang itu mencapai usia 16 tahun, maka pengadilan
dapat :
a. Memerintahkan, bahwa si bersalah akan dikembalikan kepada orang tua, wali, atau
pemelihara, tanpa menjatuhkan hukuman pidana.
b. Apabila perbuatannya masuk golongan “kejahatan” atau salah satu dari “pelanggaran-
pelanggaran” yang termuat dalam pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503-505, 517-519, 526, 531,
532, 536 dan 540. dan lagi dilakukan sebelum 2 tahun setelah penghukuman orang itu karena
salah satu dari pelanggaran-pelanggaran tersebut atau karena suatu kejahatan,
memerintahkan, bahwa si terdakwa diserahkan di bawah kekuasaan pemerintah, tanpa
menjatuhkan suatu hukuman pidana.
c. Menjatuhkan suatu hukuman pidana.
Pasal 46 :
a. Apabila pengadilan memerintahkan agar si terdakwa diserahkan kekuasaan pemerintah,
maka terdakwa dapat dimasukkan ke lembaga pemerintah dan oleh pemerintah dididik
seperlunya. Atau dapat diserahkan kepada seorang penduduk Indonesia atau suatu yayasan
atau lembaga social sampai si terdakwa mencapai umur usia 18 tahun.
b. Ketentuan-ketentuan untuk melaksanakan ayat 1 ini akan dimuat dalam suatu Undang-
undang.
Pasal 47 :
a. Apabila terdakwa dijatuhi hukuman oleh pengadilan, mak maksimum hukumannya
dikurangi sepertiga.
b. Apabila terdakwa dihukum perihal suatu kejahatan, yang dapat dijatuhi hukuman mati atau
hukuman seumur hidup, maka maksimum hukumannya menjadi hukuman penjara selama 15
tahun.
c. Tidak boleh dijatuhkan hukuman-hukuman tambahan dari pasal 10 di bawah huruf b,
nomor 1 dan 3.
3. Hal Memaksa (Overmacht)
Pasal 48 :
“tidaklah dihukum seorang yang melakukan perbuatan, yang didorong hal memaksa”.
Jadi apabila seseorang melakukan tindak kejahatan dalam keadaan terpaksa, maka dia tidak
dihukum. Paksaan ini adakalanya bersifat fisik (vis absoluta) dan ada yang bersifat psikis
(Vis Compulsiva). Yang dimaksud dalam pasal 48 KUHP adalah paksaan yang bersifat
psikis, bukan fisik.
Vis compulsive terbagi menjadi 2 macam :
Daya paksa dalam arti sempit (overmacht in enge zin)
Keadaan darurat (noodtoestand), antara lain : orang terjepit antara dua kepentingan, orang
terjepit antara kepentingan dan kewajiban, ada konflik antara dua kewajiban.
Contoh : seorang A dengan menodong menggunakan pistol menyuruh B untuk mengambil
barang milik si C atau untuk memukul C. Maka berdasarkan pasal 48, mereka tidak
dikenakan hukuman pidana. Akan tetapi, tidaklah dikatakan bahwa perbuatan tersebut halal,
perbuatan itu tetap melanggar hukum. Hanya para pelaku dapat dimaafkan ().
4. Bela Paksa (Noodweer)
Pasal 49 ayat 1 :
“Tidakalah seorang yang melakukan suatu perbuatan, yang diharuskan (geboden) untuk
keperluan mutlak membela badan (lijf), kesusilaan (eerbaarheid), atau barang-barang (goed)
dari dirinya sendiri atau orang lain, terhadap suatu serangan (aanranding) yang bersifat
melanggar hukum (wederrechtlijk) dan yang dihadapi seketika itu (ogenblikklijk) atau
dikhawatirkan akan segera menimpa (onmiddelijk dreigend)”.
Harus ada serangan atau ancaman serangan
Harus tidak adanya jalan lain untuk menghalaukan serangan atau ancaman serangan pada
saat itu dan harus masuk akal(subsidaritas).
Perbuatan pembelaan harus seimbang dengan sifatnya serangan(proporsional).
Adapaun kepentingan-kepentingan yang dapat dilakukan pembelaan adalah :
Diri/badan orang.
Kehormatan dan kesusilaan
Harta benda orang.
Melampaui Batas Membela Diri (Noodweer-Exces)
Pasal 49 ayat 2 KUHP :
“tidaklah kena hukuman pidana suatu pelampauan batas
keperluan membela diri apabila ini akibat langsung dari gerak perasaan, yang disebabkan
oleh serangan lawan”.
Pelampauan ini terjadi apabila :
Serangan balasan dilanjutkan pada waktu serangan lawan sudah dihentikan.
Tidak ada imbangan antara kepentingan yang mula-mula diserang dan kepentingan lawan
yang diserang kembali.
Dalam hal ini terdakwa hanya dapat dihindarkan dari pidana apabila hakim menerima
aksesnya yaitu “langsung disebabkan oleh kegoncangan jiwa yang hebat”. Hal ini sangat
berhubungan dengan perasaan seseorang ketika dihadapkan pada sebuah peristiwa.
Contoh yang sering terjadi di masyarakat adalah pengeroyokan seorang pencuri oleh
masyarakat/orang banyak dapat masuk pelampauan batas keperluan membela diri yang
memenuhi syarat-syarat dari pasal 49 ayat 2 KUHP. Maka orang-orang yang mengeroyok
tidak dapat dihukum. Akan tetapi si pencuri juga berhak membela diri dari pengeroyokan
tersebut, apabila dalam membela dirinya pencuri tersebut melukai salah seorang pengeroyok
maka si pencuri tidak dapat dihukum atas tuduhan penganiyayaan pasal 351
KUHP.Pelaksanaan Peraturan Hukum Perundang-undangan
5. Perintah Jabatan (Ambtelijk Bevel)
Pasal 51 ayat 1 KUHP:
menyatakan bahwa tidak dikenakan hukuman pidana seorang yang melakukan suatu
perbuatan untuk melaksanakan suatu perintah, diberikan oleh seorang atasan yang berwenang
untuk memberikan perintah itu.
Pasal 51 ayat 2 KUHP:
menyatakan tidak dikenakan hukuman pidana juga dalam hal ada perintah, dikeluarkan oleh
seorang pengusaha yang tidak berwenang untuk itu, namun si pelaku harus mengira secara
jujur (te goeder trouw) bahwa perintah itu sah dan beres. Perbuatan yang dilakukan seorang
bawahan ini harus dalam lingkungan pekerjaan jabatan
Kasus Posis
Bahwa Awalnya pada hari Kamis tanggal 28 Agutsus 2008 sekira pukul12.00 Wib Terdakwa Ferdinando bin Giles Adrian bertemu dengan DedyPramono, Sucipto, Agung Setio Nugroho, Suwarno, M. Darmadi, Tikno,Burhan dan Pingit Mahanani ketika mereka sedang minum minumanberalkohol jenis Chongyang di belakang pabrik anggur Cap Orang Tua ;- Bahwa dalam pertemuan tersebut, Terdakwa telah dituduh hendakmengambil pekerjaan sebagai petugas keamanan di pabrik anggur caporang tua, namum telah dijelaskan oleh Terdakwa kepada Dedy Pramonodan Sanusi bahwa Terdakwa sama sekali tidak berniat menjadi petugaskeamanan di pabrik tersebut, karena telah sibuk dengan kegiatannya.Namum, setelah menerima penjelasan dari Terdakwa diantara mereka adayang memecahkan botol minuman keras ;- Bahwa setelah itu sekira pukul 15.30 Wib, Dedy Pramono, Sucipto, AgungSetio Nugroho, Suwarno, M. Darmadi, Tikno, Burhan dan Pingit Mahananipergi ke Karaoke Green Jl. Hasanudin Semarang. Akan tetapi Sucipto danAgung Setio Nugroho mendatangi rumah Terdakwa Ferdinando bin GilesAdrian di Jl. Kakap Semarang untuk menyelesaikan masalah keamanan dipabrik anggur Cap Orang Tua ;- Bahwa ketika di Jl. Kakap Semarang, Sucipto dan Agung Setio Nugrohobertemu dengan Terdakwa dan Jimy bin Giles Adrian. Kemudian Suciptomenanyakan masalah keamanan dan limbah pabrik anggur Cap Orang Tua,namun oleh Terdakwa dijawab hal tersebut sudah dijelaskannya bahwa diatidak akan mengambil pekerjaan tersebut. Sehingga kemudian terjadipertengkaran menurut para saksi kemudian Terdakwa memukul Sucipto dibagian mukanya, lalu Agung Setio Nugroho berusaha melerai namun jugaikut dipukul oleh Terdakwa pada bagian perut sebanyak 2 kali. Bahwa akantetapi, menurut Terdakwa ia hanya mendorong bahu mereka sebab kalaubenar dia memukulnya pasti rahangnya patah sebab Terdakwa bekaspetinju dan bobot tubuhnya jauh lebih berat dari mereka. KeteranganTerdakwa ini dikuatkan oleh saksi Sutan Rambing yang adalah mantanpelatih tinju profesional Terdakwa ;- Bahwa akibat kejadian tersebut kemudian saksi Sucipto dan Agung SetioNugroho menceritakan pemukulan tersebut kepada Dedy Pramono dkkyang sedang berada di Karaoke Green JI. Hasanudin Semarang ;- Bahwa selanjutnya sekira pukul 18.30 Wib Dedy Pramono, Sucipto, AgungSetio Nugroho, Suwarno, M. Darmadi, Tikno, Pingit Mahanani denganmembawa senjam tajam, alat pemukul bersama-sama mendatangi rumahTerdakwa Ferdinando bin Giles Adrian di Jl. Kakap Semarang sambilbereriak-teriak mereka memanggil Terdakwa untuk keluar dan dibunuhatau dibakar rumahnya ;- Bahwa selanjutnya paman Terdakwa yakni saksi Rusdi alias Didikmendatangi mereka maksudnya hendak melerai namum terpeleset danlangsung disabet dengan senjata tajam sehingga mengenai bagian tangan,kepala dan punggungnya ;- Bahwa melihat hal tersenut ibu Terdakwa lari keluar hendak menolongnya
namum juga disabet di bagian kaki dan ditendang oleh mereka sehinggajatuh. Melihat hal tersebut Terdakwa terus lari keluar rumah sambilmengambil senta tajam yang ada di dekat rumahnya untuk menolongpaman dan ibunya, sehingga akhirnya diserang oleh kelompok DedyPramono dengan dilempari batu dan disabet senjata tajam ;- Bahwa saat itu Terdakwa juga dibantu oleh adiknya yang bernama Jimmyyang juga lari keluar dengan membawa bambu untuk mengusir parapenyerang tersebut sehingga antara Terdakwa dan para penyerangnyasaling mengayunkan senjam tajam yang mereka bawa ;- Bahwa saat itu Terdakwa berhadapan dengan Pingit Mahanani dan lainlainnyayang menurut Terdakwa antara tiga sampai dengan tujuh orangsehingga Terdakwa terkena senjata tajam di bagian tangan, punggung dankepalanya sehingga pandangannya menjadi kabur karena matanya tertutupdarah dari kepalanya ;- Bahwa diantara para penyerangnya menurut saksi yang menyerangTerdakwa antara lain adalah korban M. Darmadi yang terkena tusukanTerdakwa di bagian dada kanannya hingga tembus ke punggung. Akantetapi menurut Terdakwa dari foto yang dilihatnya di berkas perkara ia tidakkenal dengan korban dan seingat Terdakwa tidak ada orang yang miripkorban yang telah menyerangnya. Namum diterangkannya mungkin dalampengeroyokan terhadap dirinya memang ada orang yang terkenasenjatanya karena saat ini Terdakwa mengayunkan senjatanya secaraacak ke kiri dan kekakan untuk menangkis serangan mereka ;- Bahwa setelah itu datang serombongan polisi sehingga para penyerangnyamelarikan diri dan di sebuah gang dekat kejadian M. Darmadi menderitaluka tusuk dan oleh masyarakat dibawa kerumah sakit namum akhirnyameningga dunia sesuai Visum et Repertum No. 137/KK/B.9/KRSTLD/IX/2008 tanggal 28 Agustus 2008 yang dibuat dan ditandatangani olehdr. Gatoto Suharto, SH, Msi, Med. Spf dokter pada Rumah Sakit KariyadiSemarang ;
Analisa Putusan
Menurut analisa kelompok kami bahwa putusan diatas telah sesuai dengan teori yang
ada,dimana hakim dalam membutuskan kasus diatas sesuai sesuai dengan apa yang menjadi
ketentuan Bela Paksa (Noodwer) berdasarkan Pasal 49 ayat 1 :
“Tidakalah seorang yang melakukan suatu perbuatan, yang diharuskan (geboden) untuk
keperluan mutlak membela badan (lijf), kesusilaan (eerbaarheid), atau barang-barang (goed)
dari dirinya sendiri atau orang lain, terhadap suatu serangan (aanranding) yang bersifat
melanggar hukum (wederrechtlijk) dan yang dihadapi seketika itu (ogenblikklijk) atau
dikhawatirkan akan segera menimpa (onmiddelijk dreigend)”.
Apa yang menjadi Putusan Hakim tersebut telah memenuhi syarat-syarat bela
paksa(noodwer) yakni:
Harus ada serangan atau ancaman serangan : Dimana sekira pukul 18.30 Wib Dedy Pramono, Sucipto, AgungSetio Nugroho, Suwarno, M. Darmadi, Tikno, Pingit Mahanani dengan membawa senjam tajam, alat pemukul bersama-sama mendatangi rumah Terdakwa Ferdinando bin Giles Adrian di Jl. Kakap Semarang sambil bereriak-teriak mereka memanggil Terdakwa untuk keluar dan dibunuh atau dibakar rumahnya ;
Harus tidak adanya jalan lain untuk menghalaukan serangan atau ancaman serangan pada saat itu dan harus masuk akal(subsidaritas): Dimana terdakwa telah dikepung oleh 3 atau 7 orang sehingga Terdakwa terkena senjata tajam di bagian tangan, punggung danKepalanya dan pandangannya menjadi kabur karena matanya tertutup darah dari kepalanya, sehingga karena tidak ada jalan lain Terdakwa mengayunkan senjatanya secara acak ke kiri dan kekakan untuk menangkis serangan mereka;
Perbuatan pembelaan harus seimbang dengan sifatnya serangan(proporsional).Dimana
terdakwa dalam melakukan perlawanan menggunakan senjata tajam sebagai mana yang
dipakai oleh korban kepadanya
Adapaun kepentingan-kepentingan yang dapat dilakukan pembelaan adalah :
Diri/badan orang :Diri terdakwa dan Keluarga yang ada didalam rumah tersebut
Harta benda orang :Rumah yang sebagai mana diancam akan dibakar.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Bambang Poernomo, S.H., Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia,1994.
Bisri, ilhami, Sistem Hukum Indonesia, Jatinangor : PT. Raja Grafindo 2004
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya,
edisi 1991.
Kitab Undang-undang Hukum pidana (KUHP) dan Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), Puataka yistisa Yogyakarta cetakan II 2010.
Putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor : 1002/Pid.B/2008/PN. Smg.