makala dasar penghapus pidana

18

Click here to load reader

Upload: daniel-samosir

Post on 12-Aug-2015

404 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makala Dasar Penghapus Pidana

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hukum pidana adalah hukum positif yang menentukan tentang perbuatan pidana dan

menentukan tentang kesalahan bagi si pelanggarnya (substansi hukum pidana) dan

menentukan tentang pelaksanaan substansi hukum pidana (hukum acara pidana). Tujuan

hukum pidana merupakan suatu aturan yang dibuat oleh pejabat berwenang yang

berhubungan dengan ketertiban, ketenangan, keamanan, perlindungan kepentingan tertentu,

menghindari tindakan main hakim sendiri dari pihak penduduk atau masyarakat secara

perseorangan, serta setiap saat harus detagakkan kebenarannya agar terciptanya kehidupan

yang sejahtera bernegara. Hukum pidana berlaku pada masarakat dan badan-badan negara

lain karena tidak ada yang kebal terhadap hukum yang berlaku(hukum positif)

Hukum pidana mempunyai ketentuan-ketentuan terhadap tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh masyarakat,tindakan mana yang dapat dipidana dan mana yang tidak dapat

dipidana,dan mana yang tidakan mendapat suatu penghapus,peringan dan pemberat

pidana.Hal ini disebut dengan Dasar Penghapus,Peringan dan pemberat pidana.

Adapun dari tiga dasar pidana tersebut merupakan suatu ketentuan-ketentuan yang

ada dalam sistem hukum pidana,dalam kesempatan ini kami akan membahas mengenai

Dasar Penhapus Pidana.

Page 2: Makala Dasar Penghapus Pidana

PEMBAHASAN

Teori

Pembentuk Undang Undang dalam beberapa rumusan tindak pidana merumuskan alasan

penghapusan pidana, yaitu keadaan khusus yang maksudnya ( yang harus dikemukakan “

tetapi tidak harus dibuktikan “ oleh terdakwa dan apabila dipenuhi, menyebabkan “ meskipun

terhadap semua unsur tertulis dari rumus delik telah dipenuhi tidak dapat di jatuhkan pidana.

Selain itu pembentuk Undang Undang telah menetapkan sejumlah alasan penghapus pidana

umum dalam Buku I KUHP WvS Indonesia, dan di samping itu, melalui Pasal 103 KUHP

WvS juga meliputi semua delik/tindak pidana diluar KUHP, kecuali apabila dalam undang

undang dalam arti formal terdapat aturan yang menyimpang.

Selanjutnya  menurut sistematika KUHP WvS Indonesia, masalah peniadaan, pengurangan

dan penambahan pidan, ditempatkan dibawah satu judul bab, yaitu Bab III buku I. Namun

demikian, ada juga masalah di atas diatur di dalam bab-bab tertentu lainya.

Masalah alasan penghapus pidana ini dalam bukunya D.Schaffmeister tentang Hukum Pidana

dibagi ke dalam dua kelompok yaitu:

Menurut Undang-undang

Menurut Peradilan dan Ilmu Pengetahuan

Alasan penghapus pidana umum menurut undang-undang adalah sebagai berikut:

Tidak mampu bertanggung jawab

Daya paksa dan keadaan darurat

Pembelaan terpaksa dan pembelaan terpaksa melampaui batas

Melaksanakan peraturan perundang-undangan

Menjalankan perintah jabatan

Page 3: Makala Dasar Penghapus Pidana

Dalam praktik peradilan dan ilmu pengetahuan (doktrin) terdapat alasan penghapus pidana

umum diluar undang-undang yaitu sebagai berikut

Izin

Tidak ada sama sekali sifat tercela

Tidak ada sifat melawan hukum materil

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia alasan peniadaan pidana di atur

dalam Buku I ketentuan umum,yang mengatur mengenai:

Tidak mampu bertanggung jawab karena jiwanya cacat atau terganggu karena penyakit (Pasal

44)

Daya paksa (Pasal 48)

Pembelaan paksa (Pasal 49)

Melaksanakan ketentuan Undang-undang (Pasal 50)

Melaksanakan perintah jabatan (Pasal 51)

Percobaan kejahatan dipidana (Pasal 53)

Percobaan terhadap pelanggaran tidak dipidana (Pasal 54)

Membantu melakukan kejahatan dipidana (Pasal 56)

Membantu melakukan pelanggaaran tidak dipidana (Pasal 60)

Dalam KUHP ada tindak pidana tertentu yang dapat dituntut apabila syarat-syarat penuntutan

dipenuhi. Tindak pidana tersebut adalah delik pers yang diatur dalam Pasal 61 dan 62 KUHP

dan juga diatur juga mengenai delik aduan di dalam Pasal 72, 75 KUHP Indonesia.

Page 4: Makala Dasar Penghapus Pidana

PENGHAPUSAN DAN PENGHILANGAN PERBUATAN PIDANA (Peniadaan Pidana

Pasal 44 – 52 KUHP)

Dalam ilmu hukum pidana alasan penghapus pidana dibedakan dalam: :

Alasan penghapusan pidana umum adalah alasan penghapus pidana yang berlaku umum

untuk setiap tindak pidana dan  disebut dalam pasal 44, 48 - 51 KUHP

Alasan penghapus pidana khusus adalah alasan penghapus pidana yang berlaku hanya untuk

tindak pidana tertentu. Misalnya pasal 122, 221 ayat (2), 261, 310, dan 367 ayat (1) KUHP.

Terdapat keadaan-keadaan khusus yang menyebabkan suatu perbuatan yang pada umumnya

merupakan tindak pidana, kehilangan sifat tindak pidana, sehingga si pelaku bebas dari

hukuman pidana. Pembahasan ini dalam KUHP diatur dalam title III dari buku I KUHP, yaitu

pasal 44 – 51. akan tetapi dalam praktek hal ini tidak mudah, banyak kesulitan dalam

mempraktekkan ketentuan-ketentuan dalam KUHP ini.

Dalam teori hukum pidana alas an-alasan yang menghapuskan pidana ini dibedakan menjadi

3 :

Alasan pembenar adalah alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan,

sehingga apa yang dilakukan oleh terdakwa lalu menjadi perbuatan yang patut dan benar.

Tertera dalam pasal 49 (1), 50, 51 (1).

Alasan Pemaaf adalah alasan yang mengahpuskan kesalahan terdakwa, tetap melawan hukum

jadi tetap merupakan perbuatan pidana, tapi dia tidak dipidana, karena tak ada kesalahan.

Tercantum dalam pasal 49 (2), 51 (2).

Alasan penghapus penuntutan adalah peran otoritas dari pemerintah, pemerintah menganggap

bahwa atas dasar utilitas atau kemanfaatannya kepada masyarakat, sebaiknya tidak diadakan

penuntutan demi kepentingan umum. Contoh : pasal 53 KUHP, kalau terdakwa dengan

sukarela mengurungkan niatnya percobaan untuk melakukan suatu kejahatan.

1. Memaafkan Pelaku( Fait D’Excuse )

Page 5: Makala Dasar Penghapus Pidana

Pasal 44 ayat 1 KUHP yang menyatakan tidak dapat dihukum seorang yang perbuatannya

tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada orang itu berdasar bertumbuhnya atau ada

gangguan penyakit pada daya piker seorang pelaku.

Istilah tidak dapat dipertanggungjawabkan (niet kan worden toe gerekend) tidak dapat

disamakan dengan “tidak ada kesalahan berupa sengaja atau culpa”. Yang dimaksud disini

adalah berhubung dengan keadaan daya berpikir tersebutr dari si pelaku, ia tidak dapat dicela

sedemikian rupa sehingga pantaslah ia dikenai hukuman. Dalam hal ini diperlukan orang-

orang ahli seperti dokter spesialis dan seorang psikiater. Akan tetapi kenyataannya adalah

bahwa seorang yang gila melakukan perbuatan yang sangat mengerikan sehingga dia pantas

mendapat hukuman, lebih-lebih apabila pelaku kejahatan pura-pura menjadi orang gila.

Bagaimana dengan orang yang mabuk? Orang mabuk dapat lepas dari hukuman. Namun

dapat juga terkena hukuman, dilihat dari kadar mabuknya dan keadaannya.

Pasal 44 ayat 2 KUHP, apabila hakim memutuskan bahwa pelaku berdasar keadaan daya

berpikir tersebut tidak dikenakan hukuman, maka hakim dapat menentukan penempatan si

pelaku dalam rumah sakit jiwa selama tenggang waktu percobaan, yang tidak melebihi satu

tahun. Hal ini bukan merupakan hukuman akan tetapi berupa pemeliharaan.

2. Penentuan Orang yang Belum Dewasa

Pasal-pasal 45, 46 dan 47 KUHP memuat peraturan khusus untuk orang belum dewasa

sebagaiberikut:

Pasal 45 :

Dalam penuntutan di muka hakim pidana dari seorang yang belum dewasa, tentang suatu

perbuatan yang dilakukan sebelum orang itu mencapai usia 16 tahun, maka pengadilan

dapat :

a. Memerintahkan, bahwa si bersalah akan dikembalikan kepada orang tua, wali, atau

pemelihara, tanpa menjatuhkan hukuman pidana.

b. Apabila perbuatannya masuk golongan “kejahatan” atau salah satu dari “pelanggaran-

pelanggaran” yang termuat dalam pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503-505, 517-519, 526, 531,

532, 536 dan 540. dan lagi dilakukan sebelum 2 tahun setelah penghukuman orang itu karena

salah satu dari pelanggaran-pelanggaran tersebut atau karena suatu kejahatan,

memerintahkan, bahwa si terdakwa diserahkan di bawah kekuasaan pemerintah, tanpa

menjatuhkan suatu hukuman pidana.

c. Menjatuhkan suatu hukuman pidana.

Page 6: Makala Dasar Penghapus Pidana

Pasal 46 :

a. Apabila pengadilan memerintahkan agar si terdakwa diserahkan kekuasaan pemerintah,

maka terdakwa dapat dimasukkan ke lembaga pemerintah dan oleh pemerintah dididik

seperlunya. Atau dapat diserahkan kepada seorang penduduk Indonesia atau suatu yayasan

atau lembaga social sampai si terdakwa mencapai umur usia 18 tahun.

b. Ketentuan-ketentuan untuk melaksanakan ayat 1 ini akan dimuat dalam suatu Undang-

undang.

Pasal 47 :

a. Apabila terdakwa dijatuhi hukuman oleh pengadilan, mak maksimum hukumannya

dikurangi sepertiga.

b. Apabila terdakwa dihukum perihal suatu kejahatan, yang dapat dijatuhi hukuman mati atau

hukuman seumur hidup, maka maksimum hukumannya menjadi hukuman penjara selama 15

tahun.

c. Tidak boleh dijatuhkan hukuman-hukuman tambahan dari pasal 10 di bawah huruf b,

nomor 1 dan 3.

 

3. Hal Memaksa (Overmacht)

Pasal 48 :

“tidaklah dihukum seorang yang melakukan perbuatan, yang didorong hal memaksa”.

Jadi apabila seseorang melakukan tindak kejahatan dalam keadaan terpaksa, maka dia tidak

dihukum. Paksaan ini adakalanya bersifat fisik (vis absoluta) dan ada yang bersifat psikis

(Vis Compulsiva). Yang dimaksud dalam pasal 48 KUHP adalah paksaan yang bersifat

psikis, bukan fisik.

Vis compulsive terbagi menjadi 2 macam :

Daya paksa dalam arti sempit (overmacht in enge zin)

Keadaan darurat (noodtoestand), antara lain : orang terjepit antara dua kepentingan, orang

terjepit antara kepentingan dan kewajiban, ada konflik antara dua kewajiban.

Contoh : seorang A dengan menodong menggunakan pistol menyuruh B untuk mengambil

barang milik si C atau untuk memukul C. Maka berdasarkan pasal 48, mereka tidak

Page 7: Makala Dasar Penghapus Pidana

dikenakan hukuman pidana. Akan tetapi, tidaklah dikatakan bahwa perbuatan tersebut halal,

perbuatan itu tetap melanggar hukum. Hanya para pelaku dapat dimaafkan ().

4. Bela Paksa (Noodweer)

Pasal 49 ayat 1 :

“Tidakalah seorang yang melakukan suatu perbuatan, yang diharuskan (geboden) untuk

keperluan mutlak membela badan (lijf), kesusilaan (eerbaarheid), atau barang-barang (goed)

dari dirinya sendiri atau orang lain, terhadap suatu serangan (aanranding) yang bersifat

melanggar hukum (wederrechtlijk) dan yang dihadapi seketika itu (ogenblikklijk) atau

dikhawatirkan akan segera menimpa (onmiddelijk dreigend)”.

Harus ada serangan atau ancaman serangan

Harus tidak adanya jalan lain untuk menghalaukan serangan atau ancaman serangan pada

saat itu dan harus masuk akal(subsidaritas).

Perbuatan pembelaan harus seimbang dengan sifatnya serangan(proporsional).

Adapaun kepentingan-kepentingan yang dapat dilakukan pembelaan adalah :

Diri/badan orang.

Kehormatan dan kesusilaan

Harta benda orang.

Melampaui Batas Membela Diri (Noodweer-Exces)

Pasal 49 ayat 2 KUHP :

“tidaklah kena hukuman pidana suatu pelampauan batas

keperluan membela diri apabila ini akibat langsung dari gerak perasaan, yang disebabkan

oleh serangan lawan”.

Pelampauan ini terjadi apabila :

Serangan balasan dilanjutkan pada waktu serangan lawan sudah dihentikan.

Page 8: Makala Dasar Penghapus Pidana

Tidak ada imbangan antara kepentingan yang mula-mula diserang dan kepentingan lawan

yang diserang kembali.

Dalam hal ini terdakwa hanya dapat dihindarkan dari pidana apabila hakim menerima

aksesnya yaitu “langsung disebabkan oleh kegoncangan jiwa yang hebat”. Hal ini sangat

berhubungan dengan perasaan seseorang ketika dihadapkan pada sebuah peristiwa.

Contoh yang sering terjadi di masyarakat adalah pengeroyokan seorang pencuri oleh

masyarakat/orang banyak dapat masuk pelampauan batas keperluan membela diri yang

memenuhi syarat-syarat dari pasal 49 ayat 2 KUHP. Maka orang-orang yang mengeroyok

tidak dapat dihukum. Akan tetapi si pencuri juga berhak membela diri dari pengeroyokan

tersebut, apabila dalam membela dirinya pencuri tersebut melukai salah seorang pengeroyok

maka si pencuri tidak dapat dihukum atas tuduhan penganiyayaan pasal 351

KUHP.Pelaksanaan Peraturan Hukum Perundang-undangan  

5. Perintah Jabatan (Ambtelijk Bevel)

Pasal 51 ayat 1 KUHP:

 menyatakan bahwa tidak dikenakan hukuman pidana seorang yang melakukan suatu

perbuatan untuk melaksanakan suatu perintah, diberikan oleh seorang atasan yang berwenang

untuk memberikan perintah itu.

Pasal 51 ayat 2 KUHP:

menyatakan tidak dikenakan hukuman pidana juga dalam hal ada perintah, dikeluarkan oleh

seorang pengusaha yang tidak berwenang untuk itu, namun si pelaku harus mengira secara

jujur (te goeder trouw) bahwa perintah itu sah dan beres. Perbuatan yang dilakukan seorang

bawahan ini harus dalam lingkungan pekerjaan jabatan

Page 9: Makala Dasar Penghapus Pidana

Kasus Posis

Bahwa Awalnya pada hari Kamis tanggal 28 Agutsus 2008 sekira pukul12.00 Wib Terdakwa Ferdinando bin Giles Adrian bertemu dengan DedyPramono, Sucipto, Agung Setio Nugroho, Suwarno, M. Darmadi, Tikno,Burhan dan Pingit Mahanani ketika mereka sedang minum minumanberalkohol jenis Chongyang di belakang pabrik anggur Cap Orang Tua ;- Bahwa dalam pertemuan tersebut, Terdakwa telah dituduh hendakmengambil pekerjaan sebagai petugas keamanan di pabrik anggur caporang tua, namum telah dijelaskan oleh Terdakwa kepada Dedy Pramonodan Sanusi bahwa Terdakwa sama sekali tidak berniat menjadi petugaskeamanan di pabrik tersebut, karena telah sibuk dengan kegiatannya.Namum, setelah menerima penjelasan dari Terdakwa diantara mereka adayang memecahkan botol minuman keras ;- Bahwa setelah itu sekira pukul 15.30 Wib, Dedy Pramono, Sucipto, AgungSetio Nugroho, Suwarno, M. Darmadi, Tikno, Burhan dan Pingit Mahananipergi ke Karaoke Green Jl. Hasanudin Semarang. Akan tetapi Sucipto danAgung Setio Nugroho mendatangi rumah Terdakwa Ferdinando bin GilesAdrian di Jl. Kakap Semarang untuk menyelesaikan masalah keamanan dipabrik anggur Cap Orang Tua ;- Bahwa ketika di Jl. Kakap Semarang, Sucipto dan Agung Setio Nugrohobertemu dengan Terdakwa dan Jimy bin Giles Adrian. Kemudian Suciptomenanyakan masalah keamanan dan limbah pabrik anggur Cap Orang Tua,namun oleh Terdakwa dijawab hal tersebut sudah dijelaskannya bahwa diatidak akan mengambil pekerjaan tersebut. Sehingga kemudian terjadipertengkaran menurut para saksi kemudian Terdakwa memukul Sucipto dibagian mukanya, lalu Agung Setio Nugroho berusaha melerai namun jugaikut dipukul oleh Terdakwa pada bagian perut sebanyak 2 kali. Bahwa akantetapi, menurut Terdakwa ia hanya mendorong bahu mereka sebab kalaubenar dia memukulnya pasti rahangnya patah sebab Terdakwa bekaspetinju dan bobot tubuhnya jauh lebih berat dari mereka. KeteranganTerdakwa ini dikuatkan oleh saksi Sutan Rambing yang adalah mantanpelatih tinju profesional Terdakwa ;- Bahwa akibat kejadian tersebut kemudian saksi Sucipto dan Agung SetioNugroho menceritakan pemukulan tersebut kepada Dedy Pramono dkkyang sedang berada di Karaoke Green JI. Hasanudin Semarang ;- Bahwa selanjutnya sekira pukul 18.30 Wib Dedy Pramono, Sucipto, AgungSetio Nugroho, Suwarno, M. Darmadi, Tikno, Pingit Mahanani denganmembawa senjam tajam, alat pemukul bersama-sama mendatangi rumahTerdakwa Ferdinando bin Giles Adrian di Jl. Kakap Semarang sambilbereriak-teriak mereka memanggil Terdakwa untuk keluar dan dibunuhatau dibakar rumahnya ;- Bahwa selanjutnya paman Terdakwa yakni saksi Rusdi alias Didikmendatangi mereka maksudnya hendak melerai namum terpeleset danlangsung disabet dengan senjata tajam sehingga mengenai bagian tangan,kepala dan punggungnya ;- Bahwa melihat hal tersenut ibu Terdakwa lari keluar hendak menolongnya

Page 10: Makala Dasar Penghapus Pidana

namum juga disabet di bagian kaki dan ditendang oleh mereka sehinggajatuh. Melihat hal tersebut Terdakwa terus lari keluar rumah sambilmengambil senta tajam yang ada di dekat rumahnya untuk menolongpaman dan ibunya, sehingga akhirnya diserang oleh kelompok DedyPramono dengan dilempari batu dan disabet senjata tajam ;- Bahwa saat itu Terdakwa juga dibantu oleh adiknya yang bernama Jimmyyang juga lari keluar dengan membawa bambu untuk mengusir parapenyerang tersebut sehingga antara Terdakwa dan para penyerangnyasaling mengayunkan senjam tajam yang mereka bawa ;- Bahwa saat itu Terdakwa berhadapan dengan Pingit Mahanani dan lainlainnyayang menurut Terdakwa antara tiga sampai dengan tujuh orangsehingga Terdakwa terkena senjata tajam di bagian tangan, punggung dankepalanya sehingga pandangannya menjadi kabur karena matanya tertutupdarah dari kepalanya ;- Bahwa diantara para penyerangnya menurut saksi yang menyerangTerdakwa antara lain adalah korban M. Darmadi yang terkena tusukanTerdakwa di bagian dada kanannya hingga tembus ke punggung. Akantetapi menurut Terdakwa dari foto yang dilihatnya di berkas perkara ia tidakkenal dengan korban dan seingat Terdakwa tidak ada orang yang miripkorban yang telah menyerangnya. Namum diterangkannya mungkin dalampengeroyokan terhadap dirinya memang ada orang yang terkenasenjatanya karena saat ini Terdakwa mengayunkan senjatanya secaraacak ke kiri dan kekakan untuk menangkis serangan mereka ;- Bahwa setelah itu datang serombongan polisi sehingga para penyerangnyamelarikan diri dan di sebuah gang dekat kejadian M. Darmadi menderitaluka tusuk dan oleh masyarakat dibawa kerumah sakit namum akhirnyameningga dunia sesuai Visum et Repertum No. 137/KK/B.9/KRSTLD/IX/2008 tanggal 28 Agustus 2008 yang dibuat dan ditandatangani olehdr. Gatoto Suharto, SH, Msi, Med. Spf dokter pada Rumah Sakit KariyadiSemarang ;

Page 11: Makala Dasar Penghapus Pidana

Analisa Putusan

Menurut analisa kelompok kami bahwa putusan diatas telah sesuai dengan teori yang

ada,dimana hakim dalam membutuskan kasus diatas sesuai sesuai dengan apa yang menjadi

ketentuan Bela Paksa (Noodwer) berdasarkan Pasal 49 ayat 1 :

“Tidakalah seorang yang melakukan suatu perbuatan, yang diharuskan (geboden) untuk

keperluan mutlak membela badan (lijf), kesusilaan (eerbaarheid), atau barang-barang (goed)

dari dirinya sendiri atau orang lain, terhadap suatu serangan (aanranding) yang bersifat

melanggar hukum (wederrechtlijk) dan yang dihadapi seketika itu (ogenblikklijk) atau

dikhawatirkan akan segera menimpa (onmiddelijk dreigend)”.

Apa yang menjadi Putusan Hakim tersebut telah memenuhi syarat-syarat bela

paksa(noodwer) yakni:

Harus ada serangan atau ancaman serangan : Dimana sekira pukul 18.30 Wib Dedy Pramono, Sucipto, AgungSetio Nugroho, Suwarno, M. Darmadi, Tikno, Pingit Mahanani dengan membawa senjam tajam, alat pemukul bersama-sama mendatangi rumah Terdakwa Ferdinando bin Giles Adrian di Jl. Kakap Semarang sambil bereriak-teriak mereka memanggil Terdakwa untuk keluar dan dibunuh atau dibakar rumahnya ;

Harus tidak adanya jalan lain untuk menghalaukan serangan atau ancaman serangan pada saat itu dan harus masuk akal(subsidaritas): Dimana terdakwa telah dikepung oleh 3 atau 7 orang sehingga Terdakwa terkena senjata tajam di bagian tangan, punggung danKepalanya dan pandangannya menjadi kabur karena matanya tertutup darah dari kepalanya, sehingga karena tidak ada jalan lain Terdakwa mengayunkan senjatanya secara acak ke kiri dan kekakan untuk menangkis serangan mereka;

Perbuatan pembelaan harus seimbang dengan sifatnya serangan(proporsional).Dimana

terdakwa dalam melakukan perlawanan menggunakan senjata tajam sebagai mana yang

dipakai oleh korban kepadanya

Adapaun kepentingan-kepentingan yang dapat dilakukan pembelaan adalah :

Diri/badan orang :Diri terdakwa dan Keluarga yang ada didalam rumah tersebut

Harta benda orang :Rumah yang sebagai mana diancam akan dibakar.

Page 12: Makala Dasar Penghapus Pidana

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Bambang Poernomo, S.H., Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia,1994.

Bisri, ilhami, Sistem Hukum Indonesia, Jatinangor : PT. Raja Grafindo 2004

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya,

edisi 1991.

Kitab Undang-undang Hukum pidana (KUHP) dan Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP), Puataka yistisa Yogyakarta cetakan II 2010.

Putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor : 1002/Pid.B/2008/PN. Smg.