magister ilmu falak program pascasarjana...

18
KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN PRANATAMANGSA Revisi Makalah Disusun guna memenuhi tugas Hisab Rukyat Klasik Dosen Pengampu : Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag Oleh: Li’izza Diana Manzil NIM. 1600028006 MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016

Upload: duongkhue

Post on 01-Aug-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

KAJIAN ASTRONOMIS SISTEM PENANGGALAN

PRANATAMANGSA

Revisi Makalah

Disusun guna memenuhi tugas

Hisab Rukyat Klasik

Dosen Pengampu : Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag

Oleh:

Li’izza Diana Manzil NIM. 1600028006

MAGISTER ILMU FALAK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2016

Page 2: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

1

A. Pendahuluan

Di Indonesia, terdapat beragam jenis kalender. Kalender Jawa-Islam

merupakan salah satu kalender yang berkembang dan digunakan masyarakat

Jawa sampai saat ini selain kalender Hijriah dan Masehi. Kalender Jawa-Islam

digunakan masyarakat Jawa sebagai penentu waktu kegiatan ritual kejawen,

kegiatan-kegiatan masyarakat seperti pertanian, pembangunan, dan

perjodohan. Diantaranya adalah kalender pranatamangsa.

Pranatamangsa merupakan hasil budaya Jawa yang penuh dengan

muatan sains. Tanda-tanda alam yang menggambarkan suatu peristiwa bagi

orang Eropa dan Amerika lebih dipahami sebagai peristiwa fisika atau

astronomi semata, padahal dari tanda-tanda alam tersebut dapat terlihat

bagaimana alam mengatur dirinya dalam lingkaran kosmos yang serba

teratur. Dari sanalah sebenarnya hukum alam memberi isyarat kepada

manusia mengenai tata cara memperlakukan alam dan lingkungannya. Bagi

orang Jawa tanda-tanda yang terwujud dalam rasi bintang, iklim, angin,

maupun perilaku hewan merupakan hukum alam sebagai pertanda atau

penanda untuk melakukan suatu perbuatan tertentu.1

Dari sinilah adanya sebuah keterkaitan, penanggalan Pranatamangsa

bukan hanya sebuah sistem penanggalan yang klasik yang menggunakan

sistem hukum alam namun dalam kenyataan realitas memuat astronomi

yang berkembang secara kontemporer. Sehingga dalam makalah ini akan

dijelaskan bagaimana pengertian, sejarah dan sistem penanggalan

pranatamangsa, serta bagaimana penanggalan pranatamangsa dilihat dari

prespektif astronomis.

1 Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam menurut Pikiran Orang

Jawa berdasarkan Pranata Mangsa”, Jurnal Dinamika Hukum, vol.12 No.3 September 2012, h.433.

Page 3: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

2

B. Pengertian dan Sejarah Penanggalan Pranatamangsa

Menurut Muhyiddin Khazin ada tiga macam penanggalan yang berlaku di

Indonesia khususnya masyarakat Jawa, yaitu Penanggalan Masehi,

penanggalan Hijriah, dan penanggalan Jawa Islam.2

Salah satu penanggalan Jawa Islam klasik yang masih berkembang hingga

saat ini adalah Kalender Pranatamangsa. Pranatamangsa berasal dari bahasa

Jawa, yakni pranata yang berarti aturan dan mangsa yang berarti musim.3

Jadi pranatamangsa adalah aturan waktu yang digunakan para petani sebagai

penentuan atau mengerjakan suatu pekerjaan.4

Pranatamangsa merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat

jawa yang berkaitan dengan pengelolaan lahan pertanian. Selama ribuan

tahun, mereka menghafalkan pola musim, iklim dan fenomena alam lainnya,

yang akhirnya nenek moyang membuat kalender tahunan bukan berdasarkan

kalender Syamsiah (Masehi) ataupun kalender Kamariah (Hijriah/Islam) tetapi

berdasarkan kejadian-kejadian alam yaitu seperti musim penghujan,

kemarau, musim berbunga, dan letak bintang di jagat raya, serta pengaruh

bulan purnama terhadap pasang surut air laut.5

Pada awalnya Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung

membuat Kalender Jawa dengan mengubah sistem kalkulasi tahun Saka yang

didasarkan pada revolusi Bulan dan pergerakannya terhadap Bumi seperti

tahun Hijriah, tetapi nomer tahun mengikuti nomer tahun Saka. Pada

akhirnya, Ia berhasil mengintegrasikan sistem Islam dan Jawa (Hindu).6

2 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka,

2004, h.103. 3 Hartono Kristoko dkk, “Updated Pranata Mangsa: Recombination of Local Knowledge

and Agro Meteorology using Fuzzy Logic for Determining Planting Pattern”, IJCSI International Jurnal of Computer Science Issues, Vol.9 Issues 6 No.2 November 2012, h.367.

4 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, h.66.

5 Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “penjabaran Hukum Alam..... h.427.

6 Hartono Kristoko dkk, “Updated Pranata Mangsa: Recombination of Local Knowledge

and Agro Meteoroogy using Fuzzy Logic for Determining Planting Pattern”, IJCSI International Jurnal of Computer Science Issues, Vol.9 Issues 6 No.2 November 2012, h.367.

Page 4: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

3

Perubahan kalender Jawa dilakukan pada saat tahun baru Saka 1555 dan

bertepatan dengan 1 Muharram 1043 H atau 8 Juli 1633 M.7

Pada tahun 1855 M penanggalan bulan dianggap tidak memadai sebagai

patokan petani untuk bertanam maka bulan-bulan musim atau bulan-bulan

Matahari yang disebut Pranatamangsa diperbaharui oleh Sri Paduka

Mangkunegara IV.8

Menurut Ronggowarsito, Pranatamangsa baru dimulai tahun 1856, saat

kerajaan Surakarta diperintah oleh Pakoeboewono VII yang memberi patokan

untuk para petani agar tidak ada rugi dalam bertani, tepatnya dimulai tanggal

22 Juni 1855 titik balik Matahari pada musim panas.9

Pranatamangsa sangat ketat dilakukan oleh petani di sekitar Gunung

Merapi dan gunung Merbabu di Jawa Tengah. Tujuan penggunaan

pengetahuan pranatamangsa adalah pengurangan resiko dan pencegahan

biaya produksi tinggi. Namun demikian, indikator kejadian alam tersebut

menjadi tidak tepat karena perubahan lingkungan global. Sebagai contoh

kejadian pergeseran musim hujan dan musim kemarau berdampak

pergeseran musim berbunga dan berpanen.

C. Sistem Penanggalan Pranatamangsa

Pranatamangsa merupakan pengenalan waktu tradisional yang menurut

Ronggowarsito sudah ribuan tahun yang lalu dikenal oleh masyarakat Jawa,

namun sebagai kalender diresmikan oleh raja Surakarta pada 22 Juni 1855.10

Pranatamangsa terdiri atas 12 mangsa yang masing-masing memiliki

indikator, dan indikator ini meski bersifat semi kuantitatif dapat

7 Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sistem Penanggalan Masehi,

Hijriyah dan Jawa), Semarang: Walisongo Semarang, 2011, h.18. 8 Isniyatin Faizah, “Studi Komparatif Sistem Penanggalan Jawa Pranatamangsa dan

Sistem Penanggalan Syamsiyah yang Berkaitan dengan Sistem Musim”, Skripsi Strata 1 IAIN Walisongo Semarang, 2014, h.38.

9 Isniyatin Faizah , “Studi Komparatif Sistem..... h.36.

10 Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam..... h.427.

Page 5: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

4

dimanfaatkan untuk membuat perkiraan tentang permulaan musim hujan,

permulaan musim kemarau dan lain-lain.11

Pemahaman-pemahaman yang mendalam dibutuhkan dalam analisis

sistem pertanian pranatamangsa. Dasar penentuan musim didasarkan pada

datang dan perginya curah hujan, sehingga faktor curah hujan menjadi faktor

utama dalam penentu pranatamangsa12

Pranatamangsa dipergunakan untuk menentukan mulai tanam dan panen

tanaman. Pranatamangsa meliputi pembagian musim (mangsa) dan jumlah

hari, aktivitas (kegiatan) petani, ciri-ciri yang tampak (tanda-tanda alam) pada

masing-masing mangsa. Dalam satu siklus pranatamangsa terdiri dari

365/365 hari yang dibagi kedalam beberapa musim atau dalam bahasa Jawa

disebut “mangsa” dengan panjang hari yang berbeda-beda dikarenakan

posisi pulau Jawa di sekitar 7 derajat Lintang Selatan, yaitu Kasa (mangsa

pertama) terdapat 41 hari (22 Juni – 2 Agustus), Karo (mangsa kedua)

terdapat 23 hari (3 Agustus – 26 Agustus), sampai Sadha (mangsa ke dua

belas) terdapat 41 hari (14 Mei – 22 Juni).13

Gambar 1: Mangsa dalam Kalender Pranatamangsa

11

Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam..... h.427. 12

Yosep Budianto dan Rizal Faozi Malik, “Integrasi Teknologi Penginderaan Jauh Satelit TRMM (Tropical Rainfall Measurement Mission) dengan sistem Pertanian Pranatamangsa untuk Optimalisasi Produktivitas Pertanian di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah”, Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Vol.2 No.2 Juni 2015, h.89.

13 Hartono Kristoko dkk, “Updated Pranata Mangsa..... h.368.

Page 6: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

5

Pranatamangsa dibagi menjadi 3 kelompok musim. Kelompok pertama

disebut mangsa utama atau Musim utama. Empat musim umum tersebut, 14

yaitu

1. Musim kemarau (ketiga), yang lamanya sekitar 88 hari

2. Musim pancaroba menjelang hujan (labuh), yaitu musim peralihan

pertama dengan lama sekitar 95 hari

3. Musim hujan (rendheng), yang lamanya sekitar 94/95 hari

4. Musim pancaroba akhir musim hujan (mareng), yaitu musim peralihan

kedua yang lamanya sekitar 88 hari

Kelompok kedua terdiri dari 4 mangsa utama dan 2 mangsa pendek,

yaitu:

1. Mangsa terang (langit cerah, 82 hari)

2. Mangsa semplah (penderitaan, 99 hari)

3. Mangsa Udan (musim hujan, 86 hari)

4. Mangsa pengarep-arep (penuh harap, 98/99 hari)

5. Mangsa pendek, yaitu

a. Mangsa Paceklik, pada 23 hari pertama hujan

b. Mangsa Panen, pada 23 hari terakhir hujan.

Kelompok yang ketiga terdiri dari 12 musim dalam setahun, yaitu:

1. Mangsa Kasa (Kartika), 41 hari

2. Mangsa Karo (Poso), 23 hari

3. Mangsa Katelu, 24 hari

4. Mangsa Kapat (Sitra), 25 hari

5. Mangsa Kalima (Manggala), 27 hari

6. Mangsa Kanem (Naya), 43 hari

7. Mangsa Kapitu (Palguna), 43 hari

8. Mangsa Kawolu (Wasika), 26-27 hari

14

Yosep Budianto dan Rizal Faozi Malik, “Integrasi Teknologi..... h.89.

Page 7: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

6

9. Mangsa Kasanga (Jita), 25 hari

10. Mangsa Kasepuluh (Srawana), 24 hari

11. Mangsa Destha (Pradawana), 23 hari

12. Mangsa Sadha (Asuji), 41 hari

Pranatamangsa sebagai kalender surya mulai disejajarkan dengan

kalender Gregorius (Masehi). Pengaitan pranatamangsa dengan kalender

Gregorian memungkinan periode (umur) masing-masing mangsa dapat dicari

kesejajarannya dengan periode dalam kalender Gregorian yang pada saat ini

sudah diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Sebelum disejajarkan

dengan kalender Gregorian, masyarakat dapat mengetahui perpindahan

mangsa dengan pedoman rasi bintang dan indikator masing-masing

mangsa.15

Contoh:

Februari 2012

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ahad

1 2 3 4 5

6 7 8 9 10 11 12

13 14 15 16 17 18 19

20 21 22 23 24 25 26

27 28 29

Tabel 2: Penanggalan Masehi bulan Februari 2012

Keterangan:

Tanggal 3-29 Februari: mangsa kawolu (Rendheng – Pengarep-arep),

penampakannya/ibaratnya anjrah jroning kayun (merata dalam

keinginan, musimnya kucing kawin). Tanaman padi sudah menjadi tinggi,

sebagian mulai berbuah, uret mulai banyak.

15

Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam..... h.427.

Page 8: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

7

D. Penanggalan Pranatamangsa Prespektif Astronomis

Pranatamamangsa sebenarnya menunjukkan hubungan antara

manusia, alam (lingkungan), dan Tuhan, sekaligus juga menunjukkan cara

orang Jawa berhukum. Tuhan menciptakan alam semesta (kosmos) dengan

hukum-hukumnya yang berupa tanda-tanda alam. Tanda-tanda alam ini

dapat dikatakan merupakan hukum alam semesta yang merupakan bagian

dari keseimbangan kosmos. Hukum alam ini mengatur sirkulasi iklim, perilaku

hewan dan perlakuan manusia terhadap alam yang cocok pada alam agar

dihasilkan keseimbangan kosmos. Hukum alam ini kemudian dibaca oleh

orang Jawa dan menjadi rumusan pranatamangsa, atau yang oleh ilmu

pengetahuan dengan landasan ilmiah dijelaskan oleh suatu bidang ilmu yang

dinamakan astronomi.16

Pranatamangsa sebagai kalender surya mulai disejajarkan dengan

kalender Gregorius (Masehi). Masyarakat dapat mengetahui perpindahan

mangsa dengan pedoman rasi bintang dan indikator masing-masing

mangsa.17 Patokan yang digunakan dalam menentukan kapan dimulai dan

berakhirnya masing-masing mangsa ditentukan berdasarkan kemunculan rasi

bintang tertentu serta panjang banyangan manusia pada tengah hari juga

dipakai untuk menentukan lamanya suatu mangsa.

Mangsa dalam pranatamangsa berada dalam pola yang simetris,

dalam satu tahun panjangnya 365/366 hari dibagi menjadi 6 mangsa dalam 2

tengah tahunan. Panjang mangsanya berturut-turut 41-23-24-25-27-43.

Umur masing-masing mangsa berbeda-berbeda karena proses perubahan

deklinasi Matahari yang apabila digabungkan dengan lintang tempat akan

menimbulkan perubahan bayangan saat Matahari berkulminasi.18

16

Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam..... h.434. 17

Yosep Budianto dan Rizal Faozi Malik, “Integrasi Teknologi..... h.89. 18

Isniyatin Faizah, “Studi Komparatif Sistem..... h.56.

Page 9: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

8

Nama Mangsa Umur

(hari)

Permulaan

Mangsa

Bayangan

Tengah Hari

Tempat

di

Katiga

Kasa 41 22 Juni – 1

Agustus

4 delamak

(pecak) kaki Selatan

Karo 23 2 Agustus - 24

Agustus

3 delamak

(pecak) kaki Selatan

Katelu 24 25 Agustus -

17 September

2 delamak

(pecak) kaki Selatan

Labuh

Kapat 25 18 September

- 12 Oktober

1 delamak

(pecak) kaki Selatan

Kalima 27 13 Oktober - 8

November

0 delamak

(pecak) kaki -

Kanem 43 9 November -

21 Desember

1 delamak

(pecak) kaki Utara

Rendeng

Kapitu 43 22 Desember -

2 Februari

2 delamak

(pecak) kaki Utara

Kawolu 26/27 3 Februari - 28

Februari

1 delamak

(pecak) kaki Utara

Kasongo 25 1 Maret - 25

Maret

0 delamak

(pecak) kaki -

Mareng

Kasepuluh 24 26 Maret - 18

April

1 delamak

(pecak) kaki Utara

Destha 23 19 April - 11

Mei

2 delamak

(pecak) kaki Selatan

Sadha 41 12 Mei - 21

Juni

3 delamak

(pecak) kaki Selatan

Tabel 1: Mangsa dalam Penanggalan Pranata Mangsa

Tanggal 22 Juni dipilih sebagai hari pertama dalam kalender

pranatamangsa rupanya karena didasari bahwa tanggal ini adalah hari

Page 10: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

9

pertama bergesernya kedudukan Matahari dari garis balik utara ke garis balik

selatan. Perpindahan kedudukan Matahari berhubungan dengan keadaan

unsur-unsur meteorologis suatu wilayah yang selanjutnya akan berpengaruh

terhadap fenologi tanaman dan hewan yang merupakan dasar utama

indikator mangsa dalam pranatamangsa.19

Bayang-bayang Matahari saat berkulminasi merupakan posisi jarak

zenith Matahari, dan jarak zenith ditentukan oleh lintang dan deklinasi.

Panjang rentang waktu yang berbeda-beda pada mangsa ditentukan oleh

perubahan panjang bayangan. Mangsa pertama berakhir di saat bayangan

menjadi tiga pecak/kaki yaitu mulai masuk mangsa karo, demikian

selanjutnya hingga mangsa kapat berakhir saat bayangan tepat berada di kaki

yakni saat posisi Matahari berada di zenith.20

Gambar 2 : Peredaran Semu Tahunan Matahari

Sebelum disejajarkan dengan kalender Gregorius masyarakat

mengetahui perpindahan mangsa dengan dasar kedudukan dan penampakan

rasi bintang penunjuk dan indikator masing-masing mangsa. Indikator

tersebut adalah:21

Mangsa Indikator Tafsir Bintang Penunjuk

1 Sotya murca saka

embanan Dedaunan gugur Sapi gumarang

2 Bentala rengka Permukaan tanah Tagih

19

Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam..... h.428. 20

Isniyatin Faizah, “Studi Komparatif Sistem..... h.57. 21

Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam..... h.428. lihat juga Yosep Budianto dan Rizal Faozi Malik, “Integrasi Teknologi..... h.90.

Page 11: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

10

retak

3 Suta manut ing bapa

Tanaman yang

menjalar (ubi)

tumbuh dan

mengikuti

penegaknya

(lanjaran)

Lumbung

4 Waspa kemembeng

jroning kalbu

Sumber air banyak

yang kering Jaran dawuk

5 Pancuran emas

sumawur ing jagad Mulai musim hujan Banyak angrem

6 Rasa mulyo kesucian Pohon buah-

buahan berbuah Gorong mayit

7 Wisa kentar ing

maruta

Munculnya banyak

penyakit Bima sakti

8 Anjrah jroning kayun

Periode kawin

beberapa macam

hewan

Wulanjar ngirm

9 Wedaring wacana

mulya

Gareng

(tonggreget)

berbunyi

Wuluh

10 Gendhing minep

jroning kalbu

Beberapa macam

ternak bunting waluku

11 Sotya sinarawedi

Telur burung

menetas dan

induknya menyuapi

anaknya (ngloloh)

Lumbung

12 Tirta sah saking

sasana

Orang sukar

berkeringat Tagih

Tabel 1.5 Rasi Bintang dalam Kalender Pranatamangsa

Masyarakat pada awalnya hanya menggunakan rasi bintang sebagai

pedoman, namun semakin lama terjadi pergeseran karena keberadaan rasi

bintang di angkasa untuk kedudukan yang sama setiap hari terjadi

keterlambatan + 4 menit.22

22

Sukardi Wisnubroto, “Pengenalan Waktu Tradisional Pranatamangsa menurut Jabaran Meteorologi dan Pemanfaatannya, Jurnal Agromet, Vol XI No. 1 dan 2 tahun 1995, h.20

Page 12: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

11

Prinsip-prinsip Pranatamangsa ini berbasis peredaran Matahari di

langit dan peredaran rasi bintang Waluku atau Orion. Oleh karena itu

kalender Pranatamangsa ada yang menyebutnya sebagai kalender Orionik,

karena kehadiran Orion menurut masyarakat agraris dipandang sebagai

wa(luku) atau bajak (bahasa Jawa) lebih memegang peranan bagi

masyarakat. Sehingga mereka mempercayai bahwa saat itu tanda dimulainya

masa tanam.

Gambar 3: Rasi Bintang Orion atau waluku pada tanggal 22 Juni 185623

Nama-nama 12 mangsa Pranatamangsa dan pejabarannya secara

astronomis, yaitu:

1. Mangsa Kasa (Kartika): “Sotyo murco saking embanan” (mutiara lepas

dari cincin pengikatnya). Berotasi selama 41 hari, dimulai 23 Juni sampai 2

agustus, menandai adanya musim kemarau. Masa puncaknya pada rasi

Sungsang Madangkungan, yang dapat dilihat di langit sebelah Timur

sekitar jam 05.00 WIB sampai jam 07.00 WIB. Masa terang yang biasanya

kering: sinaar Matahari 76%, kelembapan udara 60,1%, curah hujan 67.2

mm, suhu udara 27,4˚C.

23

http://langitselatan.com/2015/01/31/selayang-pandang-pranata-mangsa/ diakses pada tanggal 30 November 2016 pukul 19.00 WIB.

Page 13: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

12

2. Mangsa Karo (Poso): “Bantolo Rengko” (tanah retak). Berotasi selama 23

hari, mulai 3 Agustus – 25 Agustus, menandai adanya musim kemarau.

Hawa menjadi panas: kondisi meteorologisnya sama dengan mangsa

kasa, kecuali curah hujan menjadi 32.2 mm.

3. Mangsa Katelu: “Suto manut ing bopo” (anak menurut pada bapaknya).

Berotasi selama 24 hari, mulai 26 Agustus – 18 Sepetember. Kondisi

meteorologisnya sama dengan mangsa sebelumnya, tapi curah hujan naik

menjadi 42.2 mm.

4. Mangsa Kapat (Sitra): “waspo kumembeng jroning kalbu” (air mata

menggenang dalam kalbu/air mata mulai menggenang). Berotasi selama

25 hari, mulai 19 September – 13 Oktober. Kemarau mulai berakhir,

harapan mulai cerah, sinar Matahari 72%, kelembapan udara 75,5%,

curah hujan 83.3 mm, suhu udara 26,7˚C.

5. Mangsa Kalima (Manggala): “Pancuran rmas sumawur ing Jagad”

(pancuran emas menyinari dunia). Orbitnya selama 27 hari, mulai 14

Oktober – 9 November. Kondisi meteorologisnya sama dengan diatas,

hanya curah hujan naik menjadi 151.1 mm. Mangsa ini ditandai dengan

hujan pertama.

6. Mangsa Kanem (Naya): “Roso mulyo kasucian” (sedang banyak-

banyaknya buah-buahan). Berorbit selama 43 hari, mulai 10 November –

22 Desember. Kondisi meteorologisnya sama dengan sebelumnya, hanya

curah hujan naik menjadi 402.2 mm.

7. Mangsa Kapitu (Palguna): “Wiso kenter ing maruto” (Racun hanyut

bersama angin > banyak penyakit). Berorbit selama 43 hari, mulai 23

Desember – 3 Februari. Ketentraman manusia mulai sejenak terganggu.

Kondisi meteorologisnya: sinar Matahari 67%, kelembapan udara 80%,

curah hujan 501.4 mm dan suhu udara 26.2˚C.

8. Mangsa Kawulo (Wasika): “Anjrah jroning kayun” (keluarnya isi hati >

musim kucing kawin). Berorbit selama 27 hari, mulai 4/5 Februari – 1

Page 14: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

13

Maret. Kondisi meteorologisnya sama dengan sebelumnya, kecuali curah

hujan turun menjadi 371.8 mm.

9. Mangsa Kasanga (Jita): “Wedaring wono mulyo” (munculnya suara-suara

mulia > beberapa hewan mulai bersuara untuk memikat lawan jenis).

Berorbit selama 25 hari, mulai antara 2 Maret – 26 Maret. Kondisi

meteorologisnya sama dengan mangsa sebelumnya, tapi curah hujan

turun menjadi 252.5 mm.

10. Mangsa Kasapuluh (Srawana): “Gedhong minep jroning kayun” (Gedung

terperangkap dalam kalbu > masanya banyak hewan bunting). Berorbit

selama 24 hari, mulai 26 Maret – 18 April. Kondisi meteorologisnya: sinar

Matahari 60%, kelembapan udara 74%, curah hujan 181.6 mm, suhu

udara 27.8˚C.

11. Mangsa Dhesta (Pradawana): “Setyo sinoro wedi” (Intan yang bersinar

mulia). Berorbit selama 23 hari, mulai 19 April – 11 Mei. Hujan mulai

habis. Kondisi meteorologisnya sama dengan diatas, tapi curah hujan

menjadi 129.1 mm.

12. Mangsa Sadha (Asuji): “Tirto sah saking sasono” (Air meninggalkan

rumahnya > jarang berkeringat karena udara dingin dan kering). Berorbit

selama 41 hari, mulai 12 Mei – 21 Juni. Kondisi meteorologisnya sama,

tapi curah hujan naik menjadi 149.2 mm.24

Awal mangsa kasa (pertama) adalah 22 Juni, yaitu saat posisi

Matahari di langit berada pada garis balik Utara (tropic of cancer), sehingga

bagi petani di wilayah antara Gunung Merapi dan Gunung Lawu saat itu

adalah saat bayangan terpanjang (empat pecak/kaki ke arah Selatan). Pada

saat yang sama, rasi bintang Waluku terbit pada waktu subuh (menjelang

fajar). Dari sinilah keluar nama “waluku”, karena kemunculan rasi Orion pada

waktu subuh menjadi pertanda bagi petani untuk mengolah sawah atau

24

Isniyatin Faizah, Isniyatin Faizah, “Studi Komparatif Sistem..... h.39-44.

Page 15: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

14

lahan menggunkan bajak, untuk menanam palawija (jagung dan kacang-

kacangan).25

Rasi bintang Orion merupakan penunjuk awal Pranatamangsa dan

arah Barat – Timur, apabila dilihat di langit 85˚ LU dan 75˚ LS, pada Januari –

Februari, akan tampak paling jelas pada pukul 21.00 WIB dan dilihat pada

pertengahan Juni – awal Agustus, pada Subuh (jam 04.00 – 05.00 WIB)

terlihat terang sehingga sebagai pertanda Musim Kemarau, petani mulai

membajak sawah untuk menanam Palawija.26

Mulai tanggal 21 Juni (akhir Mareng dalam pranatamangsa) – 23

September Matahari berangsur-angsur kembali menuju sebelah Selatan

mendekati khatulistiwa, siang hari terasa panjang sedikit, akan tetapi masih

tetap lebih pendek daripada malam hari. Pada saat itu terjadi musim panas di

belahan Utara dan musim dingin di belahan Selatan.27

Pada tanggal 23 September – 22 Desember (awal mangsa Rendeng)

Matahari mulai semakin menjauh dari khatulistiwa, akan tetapi berada di

seperdua bulatan Selatan. Titik terbitnya terletak di sebelah Selatan titik

Timur dan titik terbenamnya di sebelah Selatan dari titik Barat. Pada saat itu

terjadi musim gugur di belahan Utara dan terjadi musim semi di belahan

Selatan.28

Pada tanggal 22 Desember – 21 Maret dimulai dengan Matahari

berada di zenith garis balik Selatan Bumi (tropic of capricorn), Matahari mulai

berangsur-angsur kembali menuju sebelah Utara mendekati khatulistiwa,

sehingga siang hari bertambah pendek. Pada saat itu terjadi musim dingin di

belahan Utara dan musim panas di belahan Selatan.29 Dari sini penanggalan

Pranatamangsa mulai memasuki mangsa ke 7 (rendheng). Hingga Matahari

kembali lagi ke posisi garis balik Utara yakni pada tanggal 21 Juni.

25

Isniyatin Faizah, “Studi Komparatif Sistem..... h.46. 26

Isniyatin Faizah, Ibid. 27

Isniyatin Faizah, Ibid. 28

Isniyatin Faizah, Ibid, h.51. 29

Isniyatin Faizah, Ibid, h.51.

Page 16: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

15

Gambar 3: Posisi Bumi terhadap Matahari dalam Kalender Pranatamangsa

Demikian pranatamangsa bukan hanya sebuah rekasa perhitungan yang

dilakukan oleh nenek moyang namun juga mereka mempertimbangkan sisi

astronomisnya dan mengacu pada posisi rotasi terhadap Matahari ketika

berevolusi sehingga bisa menjadi tanda bagi permulaan maupun akhir

musim.

E. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang bisa diambil dari makalah ini adalah:

1. Pranatamangsa merupakan hasil budaya Jawa berupa sistem

penanggalan berdasarkan tanda-tanda alam yang digunakan untuk

bidang pertanian dan telah ada sejak sebelum jaman Hindu.

2. Sistem penanggalan pranatamangsa membagi siklus 365/366 hari

dalam 3 kelompok musim, musim utama yaitu musim penghujan

(rendheng), musim mareng (pancaroba), musim kemarau (ketiga),

dan musim labuh (menjelang hujan). Musim kedua dengan 4 musim

utama dan 2 musim pendek. Musim ketiga yang terbagi menjadi 12

mangsa kecil.

3. Penanggalan pranatamangsa merupakan penanggalan yang berbasis

sains, dan menggunakan sistem astronomi, hal ini terbukti dengan

penandaan tiap mangsa yang dilihat berdasarkan rasi bintang

Page 17: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

16

terutama rasi bintang orion serta melihat kedudukan Matahari

sebagai permulaan siklus dan lamanya hari ditentukan oleh panjang

bayangan saat matahari berkulminasi.

F. Penutup

Demikian makalah ini dibuat. Penulis menyadari masih banyak

adanya kekurangan baik dari segi penulisan maupun materi. Untuk itu

kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis butuhkan untuk

pembuatan makalah kedepannya. Kiranya hanya itu yang dapat penulis

sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat umumnya

bagi masyarakat khususnya bagi pembaca. Sekian terimakasih.

Page 18: MAGISTER ILMU FALAK PROGRAM PASCASARJANA …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/KAJIAN-ASTRONOMIS...Sehingga dalam makalah ini akan ... Sebagai contoh kejadian pergeseran

17

DAFTAR PUSTAKA

Budianto, Yosep, dan Rizal Faozi Malik, “Integrasi Teknologi Penginderaan Jauh

Satelit TRMM (Tropical Rainfall Measurement Mission) dengan sistem

Pertanian Pranatamangsa untuk Optimalisasi Produktivitas Pertanian di

Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah”, Jurnal Meteorologi Klimatologi

dan Geofisika, Vol.2 No.2 Juni 2015.

Faizah, Isniyatin, “Studi Komparatif Sistem Penanggalan Jawa Pranatamangsa

dan Sistem Penanggalan Syamsiyah yang Berkaitan dengan Sistem

Musim”, Skripsi Strata 1 IAIN Walisongo Semarang, 2014.

Fidiyani, Rini dan Ubaidillah Kamal, “Penjabaran Hukum Alam menurut Pikiran

Orang Jawa berdasarkan Pranata Mangsa”, Jurnal Dinamika Hukum,

vol.12 No.3 September 2012.

Hambali, Slamet, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sistem Penanggalan

Masehi, Hijriyah dan Jawa), Semarang: Walisongo Semarang, 2011.

Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana

Pustaka, 2004.

Khazin, Muhyiddin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005.

Kristoko, Hartono, dkk, “Updated Pranata Mangsa: Recombination of Local

Knowledge and Agro Meteoroogy using Fuzzy Logic for Determining

Planting Pattern”, IJCSI International Jurnal of Computer Science Issues,

Vol.9 Issues 6 No.2 November 2012.

Wisnubroto, Sukardi, “Pengenalan Waktu Tradisional Pranatamangsa menurut

Jabaran Meteorologi dan Pemanfaatannya, Jurnal Agromet, Vol XI No. 1

dan 2 tahun 1995.

http://langitselatan.com/2015/01/31/selayang-pandang-pranata-mangsa/