macam-macam kerusakan beton
DESCRIPTION
berbagai macam kerusakan betonTRANSCRIPT
Concrete Application
KERUSAKAN BETON
Beton adalah salah satu bahan konstruksi yang umum digunakan
untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lain-lain. Beton dipilh
karena sifatnya yang mampu menahan gaya tekan dengan baik, serta
mempunyai sifat tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi
lingkungan. Selain itu beton segar atau beton yang baru dibuat dapat
dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan. Cetakannya dapat pula
dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis. Beton segar ini dapat
disemprotkan pada permukaan beton lama yang retak maupun dapat
diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu juga
dapat mudah dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada
tempat-tempat yang posisinya sulit. Kelebihan lain dari beton adalah
tahan aus dan tahan bakar, sehingga perawatannya lebih murah.
Tetapi selain kelebihan-kelebihan yang disebutkan diatas, beton
juga mempunyai kekurangan-kekurangan yaitu beton dianggap tidak
mampu menahan gaya tarik, sehingga mudah retak, oleh karena itu perlu
di beri baja tulangan sebagai penahan gaya tarik. Beton yang telah keras
juga dapat menyusut dan mengembang bila terjadi perubahan suhu
sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah
terjadinya retakan-retakan akibat terjadinya perubahan suhu dan
terakhir, beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan
diteliti secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan
menjadi bersifat daktail (liat atau alot), terutama pada struktur tahan
gempa.
Kerusakan pada beton dapat diakibatkan oleh dua hal, yaitu :
1) Kondisi beton yang memburuk atau berkurangnya mutu kekuatan
beton.
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Berkurangnya kekuatan beton dapat diakibatkan oleh material
pembentuk yang tidak awet, proses beku-cair cs, reaksi agregat alkali
dan lain-lain. Kerusakan beton juga bisa diakibatkan oleh
melengkung atau tidak tepatnya kelurusan batang ruji (dowel) dan
tegangan-tegangan yang timbul akibat ekspansi dan penyusutan.
2) Kerusakan yang diakibatkan oleh lemahnya struktur beton, lapis
pondasi bawah (subbase), dan tanah-dasar.
Beton rusak oleh akibat beban yang berlebihan,
pemompaan (pumping), pecahnya bagian pojok pelat, rusaknya
sambungan dan lain-lain.
Kerusakan beton dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Spalling
b. Deformasi (deformation)
c. Retak (cracks)
d. Disintegrasi (disintegration).
A. SPALLING
Spalling adalah retak, pecah atau chipping pada joint atau pula
retak pinggir. Biasanya terjadi 0,6 meter dari joint/retak pinggir.
Spalling dapat menyebabkan lepas berpuing pada beton, roughness,
yang umumnya merupakan indikator kelanjutan kerusakan
joint/retak.
Biasanya spalling disebabkan oleh terlampauinya tegangan
pada joint/retak yang disebabkan infiltrasi incompressible material
dan kelanjutan dari proses expansi. Disintergrasi beton dari freeze-
thaw atau retak “d”. Lemahnya beton pada joint kerena kurang
padat. Missalignment atau dowel berkarat dan juga beban lalu lintas
yg berat atau berlebihan.
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Metode perbaikan pada kerusakan spalling, tergantung pada
besar dan dalamnya spalling yang terjadi. Ada 4 metode spalling,
yaitu :
1. Patching
Untuk spalling yang tidak terlalu dalam (kurang dari selimut
beton) dan area yang tidak luas, dapat digunakan metode
patching. Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan manual,
dengan melakukan penempelan mortar secara manual. Pada saat
pelaksanaan yang harus diperhatikan adalah penekanan pada saat
mortar ditempelkan, sehingga benar-benar didapatkan hasil yang
padat.
Material yang digunakan harus memiliki sifat mudah
dikerjakan, tidak susut dan tidak jatuh setelah terpasang (lihat
maksimum ketebalan yang dapat dipasang tiap lapis), terutama
untuk pekerjaan perbaikan overhead. Umumnya yang dipakai
adalah monomer mortar, polymer mortar dan epoxy mortar.
2. Grouting
Sedang pada spalling yang melebihi selimut beton, dapat
digunakan metode grouting, yaitu metode perbaikan dengan
melakukan pengecoran memakai bahan non-shrink mortar.
Metode ini dapat dilakukan secara manual (gravitasi) atau
menggunakan pompa.
Pada metode perbaikan ini yang perlu diperhatikan adalah
bekesting yang terpasang harus benar-benar kedap, agar tidak
ada kebocoran spesi yang mengakibatkan terjadinya keropos dan
harus kuat agar mampu menahan tekanan dari bahan grouting.
Material yang digunakan harus memiliki sifat mengalir dan
tidak susut. Umumnya digunakan bahan dasar semen atau epoxy.
3. Shotcrete (Beton Tembak)
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Shotcrete merupakan metode ketiga, yaitu metode yang
sebaiknya dilakukan apabila spalling terjadi pada area yang
sangat luas. Pada metode ini tidak diperlukan bekesting lagi
seperti halnya pengecoran pada umumnya. Metode shotcrete ada
dua sistim yaitu dry-mix dan wet-mix.
Pada sistem dry-mix, campuran yang dimasukkan dalam
mesin berupa campuran kering dan akan tercampur dengan air di
ujung selang. Sehingga mutu dari beton yang ditembakkan sangat
tergantung pada keahlian tenaga yang memegang selang yang
mengatur jumlah air. Tapi sistim ini sangat mudah dalam
perawatan mesin shotcrete-nya, karena tidak pernah terjadi
‘blocking’.
Pada sistem wet-mix, campuran yang dimasukkan dalam
mesin berupa campuran basah, sehingga mutu beton yang
ditembakkan lebih seragam. Tapi sistim ini memerlukan
perawatan mesin yang tinggi, apalagi bila sampai terjadi
‘blocking’.
Pada metode shotcrete, umumnya digunakan additive untuk
mempercepat pengeringan (accelerator), dengan tujuan
mempercepat pengerasan dan mengurangi terjadinya banyaknya
bahan yang terpantul dan jatuh (rebound).
4. Grout Preplaced Aggregat (Beton Prepack)
Metode perbaikan lainnya untuk memperbaiki kerusakan
berupa spalling yang cukup dalam adalah dengan metode Grout
Preplaced Aggregat. Pada metode ini beton yang dihasilkan
adalah dengan cara menempatkan sejumlah agregat (umumnya
40% dari volume kerusakan) kedalam bekesting, setelah itu
dilakukan pemompaan bahan grout, kedalam bekesting.
Material grout yang umumnya digunakan adalah polymer
grout, yang memiliki flow cukup tinggi dan tidak susut.
B. DEFORMASI
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Deformasi adalah sembarang perubahan permukaan beton
dan bentuk aslinya. Penyebab dari deformasinya beton adalah :
Beban lalu lintas.
Pengaruh lingkungan, atau pengaruh lain seperti : tanah
pondasi mudah mengembang, mudah membeku atau penurunan
tanah pondasi yang berlebihan.
Retakan pelat beton atau gerakan relatif diantara pelat-pelat.
Deformasi mengurangi kualitas kenyamanan kendaraan dan dapat
menimbulkan genangan air yang menambah kemungkinan
air masuk ke celah beton. Genangan air ini juga dapat
mengakibatkan kecelakaan.
Berikut adalah kerusakan beton yang merupakan bagian dari
deformasi :
1. Pemompaan (Pumping)
Pemompaan adalah peristiwa terangkatnya campuran air,
pasir, lempung di sepanjang sambungan transversal atau
longitudinal. Tahap awal dari pemompaan lapis pondasi dari
material granuler sama dengan pemompaan pada tanah berbutir
halus. Suatu rongga terbentuk oleh beban yang berulang-ulang
pada material pondasi. Rongga-rongga ini awalnya adalah akibat
dari pemadatan lapis pondasi atau tanah dasar yang tidak baik,
atau dapat pula rongga berasal dari butiran halus yang terkumpul
di dalam lapis pondasi akibat deformasi permanen yang
berlebihan pada bagian lapis pondasi sebelah atas. Kemudian air
masuk ke dalam rongga. Jika material granuler gradasinya padat,
maka material akan tetap di bawah pelat sampai terangkut oleh
pengaruh defleksi pelat akibat beban berulang dari lalu lintas.
Retak transversal dapat terjadi oleh akibat pemompaan. Retak ini
diakibatkan oleh material berbutir halus yang terangkut ke atas
dari tanah dasar, sehingga mengurangi cukungan tanah dasar
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
pada pelat beton. Tipe kerusakan semacam ini tidak mudah untuk
di identifikasi. Kemungkinan kerusakan dapat dikenali dengan
sambungan atau retakan yang di sampingnya terdapat endapan
material berbutir halus
yang terpompa.
Faktor penyebab kerusakan :
Seperti yang telah dijelaskan diatas adalah akibat
terpompanya material berbutir halus dari tanah-dasar atau lapis
pondasi, ketika retakan atau sambungan tergenang air dan
dilalui kendaraan secara berulang-ulang, sehingga mengurangi
dukungan tanah dasar pada pelat beton.
Cara perbaikan :
Menutup retakan atau celah sambungan dengan
material pengisi (joint sealing).
Menyuntikkan (grouting) material pengisi ke dalam rongga
di bawah pelat yang retak (under seal).
2. Blow-up/Buckling
Blow-up/bucklings adalah rusaknya beton akibat
tekuk (buckling) lokal dari beton. Biasanya terjadi pada retakan
atau sambungan melintang yang mengalami tegangan tekan yang
tinggi, yaitu jika material keras mengisi sambungan, sehingga
menghambat pemuaian pelat beton. Sebagai akibatnya ujung
pelat beton terangkat secara lokal dan terjadi penekukan di dekat
sambungannya. Blow-up sering terjadi selama musim panas,
di mana pelat memuai secara berlebihan.
Menghindari blow-up adalah dengan merawat
sambungan secara reguler agar ruang ekspansi tersedia saat
beton memuai. Untuk hal ini sambungan harus selalu dibersihkan.
Faktor penyebab kerusakan :
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Sambungan pelat terisi dengan material keras (ex : pasir, kerikil)
sehingga menghambat pemuaian pelat beton.
Cara perbaikan :
Menambal di kedalaman parsial atau di seluruh
kedalaman pelat.
Penggantian pelat.
3. Punch-out
Punch-out adalah kerusakan lokal pada beton yang pecah
menjadi beberapa bagian yang relative kecil. Sering di ikuti
dengan tenggelamnya/tertimbunnya pecahan pelat. Punch-
out mempunyai banyak perbedaan bentuk, biasanya didefinisikan
dari retakan dan sambungan atau retak yang berjarak dekat
(biasanya berjarak 1.5 m)
Faktor penyebab kerusakan :
Pelat beton yang terlalu tipis.
Pengecoran beton buruk.
Cara perbaikan :
Retakan di isi.
Penambalan di seluruh kedalaman pelat yang pecah.
4. Rocking
Rocking adalah fenomena dinamik yang berupa gerakan
vertikal pada sambungan atau retakan akibat beban lalu lintas.
Biasanya, rocking terjadi akibat turunnya tanah dasar atau
pemompaan (pumping) lapisan pendukung di bawah pelat,
sehingga dukungan hilang yang dapat menimbulkan patah
permanen.
Faktor penyebab kerusakan :
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Pemadatan yang buruk pada lapis pondasi bawah.
Tanah dasar buruk.
Terjadi beda penurunan pada tanah-dasar.
Hilangnya butiran halus pada lapis pondasi
bawah (subbase) atau tanah-dasar akibat pemompaan.
Cara perbaikan :
Dilakukan penutupan retakan dengan bahan pengisi
retakan (crack filling).
Dilakukan penutupan sambungan dengan pengisi
sambungan (joint sealing).
Jika mungkin, pelat yang patah diangkat ke posisi semula
dan di ikuti dengan pengisian menggunakan bahan pengisi (ex:
growing dengan semen).
C. RETAK (CRACKS)
Retak yang terjadi pada beton disebabkan oleh beberapa faktor
dengan pola retak yang berbeda-beda. Penyebab perbedaan pola ini
juga bermacam-macam.
Retak susut terjadi akibat dari penyusutan betonnya sendiri. Retak
ini sering terjadi selama masa pengeringan. Bentuk retakan biasanya
pendek-pendek dengan jarak yang acak, baik dalam arah memanjang
dan melintang. Semua beton dengan semen portland akan mengalami
retak susut, tapi bila perancangan baik, retak ini bisa dikendalikan.
Sehingga tidak merusak beton.
Secara umum, retak pada beton dapat di akibatkan oleh banyak
hal, seperti:
Kekuatan (mutu bahan) dan tebal beton kurang.
Beban kendaraan berlebihan (overload).
Kehilangan dukungan tanah-dasar yang diakibatkan oleh
pemompaan (pumping).
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Pasti lebar pelat beton terhadap panjang tidak benar
(sambungan terlalu jauh).
Tegangan tekuk yang berlebihan oleh akibat perubahan
temperatur.
Tidak sempurnanya transfer beban pada sambungan sambungan.
Sambungan tidak cukup dalam atau buruknya sambungan.
Pada prinsipnya, bila tegangan pada beton terlalu tinggi, maka
akan mengakibatkan beton retak. Pecahnya struktur beton yang
disebabkan oleh kelelahan atau beban yang berlebihan terjadi dalam
bentuk pecahan di sudut, pecah ke arah memanjang, atau melintang.
Retak yang banyak terjadi di dekat sambungan mungkin akibat pecah
struktural, sedang pecah yang terjadi di pusat pelat beton adalah
akibat tekukan atau kontraksi.
Retaknya pelat beton bisa berakibat pada:
Hilangnya kenyamanan dalam berkendaraan
(kegagalan fungsional).
Hilangnya kemampuan pelat beton dalam menyebarkan began
ke lapisan di bawahnya.
Hilangnya keindahan permukaan jalan.
Korosi pada tulangan beton.
Masuknya air ke lapisan lebih bawah, sehingga dukungan
terbaclap pelat melemah.
Untuk membuat retakan terlihat rapih, maka di permukaan beton
dibarut atau dibuat alur yang lurus pada interval tertentu.
Retak tambahan dapat terjadi akibat tegangan-tegangan yang
disebabkan olek kontraksi atau melengkungnya pelat beton.
Bila beton timbul retak, maka segera dibersihkan dan ditutup. Jika
terdapat problem struktural, maka harus ditambal pada seluruh
kedalamannya. Jika terdapat rongga di bawah pelat, maka rongga
harus ditutup dengan aspal atau bahan lain. Seluruh sambungan dan
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
retakan harus ditutup dengan bahan perekat supaya masuknya air
dan bahan asing yang lain dapat dicegah. Jika sambungan atau
retakan tidak ditutup, maka kemungkinan besar akan terjadi
kerusakan beton secara menyeluruh.
Tipe-tipe retak pada perkerasan beton menurut AUSTROADS (1987)
adalah
Retak memanjang (longitudinal cracks)
Retak melintang (transversal cracks)
Retak diagonal (diagonal cracks)
Retak berkelok-kelok (meandering cracks)
Pecah sudut (corner breaks) retak sudut (corner cracks).
1. Retak Memanjang (Longitudinal Cracks)
Retak memanjang atau longitudinal cracks adalah retak
individual atau tidak saling berhubungan antar retakan satu sama
lain yang memanjang disepanjang beton. Retak ini bisa nampak
sebagai individu maupun sekelompok retakan yang sejajar.
Faktor penyebab kerusakan :
Beda penurunan pada tanah-dasar.
Susut lateral, karena pelat terlalu lebar.
Sambungan memanjang terlalu dekat dengan jalur iintasan
lalu
Sambungan memanjang terlalu dangkal.
Pelat kurang tebal.
Cara perbaikan :
Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm),
maka dapat dilakukan pengisian celah dengan aspal. Retakan
dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam
celah beton.
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka
dilakukan pembangunan pelat kembali secara lokal.
Penambalan di seluruh kedalaman.
2. Retak Melintang (Transversal Cracks)
Retak melintang atau transversal adalah retak individual
atau tidak saling berhubungan antara retakan satu sama lain
yang melintang sepanjang beton. Jika pelat yang panjang
dibangun, retak melintang dapat timbul akibat pelengkungan
atau kontraksi yang berlebihan dari pelat.
Beton dengan menggunakan semen portland yang tidak
ditengkapi
dengan tulangan baja, apabila ada perubahan temperatur akan
Iebih beresiko mempunyai retak melintang yang lebar. Jika
retakan tidak mendapat transfer beban pada tampang retakan,
maka dapat
dipastikan kerusakan tersebut akan berkelanjutan.
Faktor penyebab kerusakan :
Penyusutan beton selama masa perawatan dan -felat
beton terlalu panjang.
Adanya rocking (gerakan vertikal pada sambungan
atau retakan, oleh beban dinamis lalu lintas).
Pelat beton kurang tebal.
Cara perbaikan :
Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm),
maka dilakukan pengisian celah dengan aspal. Retakan
dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam
celah beton.
Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm),
maka dilakukan pembangunan pelat kembali secara lokal.
Penambalan di seluruh kedalaman.
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
3. Retak Diagonal (Diagonal Cracks)
Retak diagonal adalah retak individual atau tidak saling
berhubungan antara retakan satu sama lain yang menyilang
secara diagonal pada permukaan beton. Penyebab kegagalan
struktur semacam ini adalah kibat dari memadatnya tanah dasar
berupa pasir halus, sehingga mengurangi kekuatanya dalam
mendukung pelat. Kondisi ini mengakibatkan pecahnya pelat
beton akibat tegangan yang berlebihan dalam pelat.
Faktor penyebab kerusakan :
Susutnya beton selama masa perawatan dan panjang pelat
yang berlebihan.
Penurunan tanah dasar dan beton.
Pelat beton kurang tebal.
Pelat mengalami rocking.
Cara perbaikan :
Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm),
maka dilakukan pcngisian celah dengan aspal. Retakan
dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam
celah beton.
Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka
dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal.
Penambalan di seluruh kedalaman.
4. Retak Berkelok-kelok (Meandering Cracks)
Retak berkelok-kelok adalah retak berkelok-kelok tidak be
raturan yang bersifat individual atau tidak saling berhubungan
antara satu sama lain.
Faktor penyebab kerusakan :
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Penyusutan pelat sclama masa pengeringan beton
dengan panjang pelat yang berlebihan.
Pelat beton kurang tebal.
Pelat mengalami rocking.
Penurunan beton dan tanah dasar.
Cara perbaikan :
Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm), maka
dilakukan pengisian celah dengan aspal. Retakan
dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam
perkerasan.
Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mn),
maka dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal.
Penambalan di seluruh kedalaman.
5. Pecah Sudut/Retak Sudut (Corner Breaks/Corner Cracks)
Pecah sudut atau retak sudut adalah retakan atau pecahan
yang terjadi di sudut pelat beton, dengan bentuk pecahan berupa
segitiga. Pecahan beton memotong sambungan pada
jarak kurang atau sama dengan setengah dari panjang pelat di
kedua sisi panjang dan lebarnya yang diukur dari sudut pelat.
Pecah sudut berbeda dengan gompal sudut, di mana pecah sudut
berkembang memotong keseluruhan pelat secara vertikal,
sedang gompal di sudut adalah gompal yang
memotong sambungan dengan sudut tertentu.
Faktor penyebab kerusakan :
Beban lalu lintas berulang yang berlebilian dan kurangnya
dukungan tanah dasar. Kurangnya dukungan tanah
dasar diakibatkan oleh pemompaan, atau hilangnya transfer
beban pada sambungan memanjang dan melintang.
Pelat beton kurang tebal.
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Cara perbaikan :
Pengisian retak dengan aspal untuk retakan melebihi 3 mm.
Retakan dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi
air ke dalam celah beton.
Penambalan di seluruh kedalaman.
Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm),
maka dapat dilakukan pembangunan pelat kembali secara
lokal.
6. Retak Susut (Shrinkage Cracks)
Retak susut adalah retak rambut yang biasanya hanya b
eberapa meter dan tidak berkembang memotong seluruh pelat.
Retak ini terjadi saat waktu perawatan beton dan biasanya tidak
sampai memotong ke seluruh kedalaman tebal pelat.
Faktor penyebab kerusakan :
Penyusutan beton pada waktu masa perawatan.
Cara perbaikan :
Tidak perlu diperperbaiki.
7. Retak Bersilangan Pelat Pecah (Shattered Slab
Intersecting Cracks)
Retak bersilangan adalah retak yang memecahkan pelat
beton menjadi 4 atau lebih kepingan, yang diakibat dari beban
lalu lintas berlebihan.
Faktor penyebab kerusakan :
Beban berlebihan dan kurangnya dukungan lapis pondasi
bawah dan tanah dasar.
Kelelahan pelat beton atau pecahnya pelat beton.
Pelat beton kurang tebal.
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Cara perbaikan :
Pembangunan kembali pelat beton di area pecah secara lokal.
Jika problemnya melebar, pembangunan kembali
kekerasan dengan lapisan tambahan (overlay) aspal.
8. Pelat Terbagi (Divided Slab)
Pelat terbagi adalah retakan yang membagi pelat
menjadi empat atau Iebih bagian pecahan yang diakibatkan oleh
beban berlebihan atau oleh buruknya dukungan pelat. Jika
seluruh pecahan atau retakan berada di dalam kerusakan pecah
sudut, maka kategori kerusakan dianggap sebagai pecah sudut
yang parah.
Faktor penyebab kerusakan :
Beban kendaraan berlebihan atau dukungan di bawah pelat
buruk.
Cara perbaikan :
Retak ditutup jika lebarnya lebih dari 1/8 inch.
Penggantian pelat.
9. Retak Daya Tahan (Durability "D" Cracking)
Retak daya tahan atau retak "D" disebabkan oleh ekspansi,
yaitu akibat proses beku-cair dan agregat besar yang
dengan berjalannya waktu secara berangsur-angsur yang
memecahkan beton. Kerusakan ini nampak berupa retakan-
retakan yang berada di dekat sambungan atau retakan. Oleh
akibat beton retak-retak didekat sambungan atau retakan,
endapan berwarna gelap sering dijumpai di sekitar retak "D" ini.
Tipe kerusakan ini kadang-kadang dapat mengakibatkan
disintegrasi pelat secara keseluruhan.
Faktor penyebab kerusakan :
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Ekspansi yang timbul akibat proses beku-cair dari agregat
besar yang dengan berjalannya waktu secara berangsur-angsur
akan memecahkan beton.
Cara perbaikan :
PenambaIan di seltirtili kedalarnan
SamIningan direkomtruksi
Penggatitian pt lal beton.
D. DISINTEGRASI
Disitegrasi adalah terurainya pelat beton kedalam bagian kecil-
kecil. Kerusakan ini apabila tidak dicegah secepatnya maka harus
dilakukan perbaikan total.
Berikut adalah kerusakan beton yang merupakan bagian dari
disintegrasi :
1. Scaling/Map Cracking/Crazing
Map cracking atau crazing menunjukkan suatu bentuk
jaringan retak dangkal, halus atau retak rambut yang
berkembang hanya di permukaan beton. Retakan cenderung
bersudut 1200. Map cracking atau crazing biasanya disebabkan
oleh pekerjaan akhir beton yang berlebihan (overfinishing) dan
mungkin berakibat scaling yang memecahkan permukaan beton
pada kedalaman sampai 1/4 - 1/2 in (6--13 mm). Scaling
merupakan pengelupasan permukaan beton semen portland
secara berangsur-angsur akibat hilangnya mortar yang diikuti
dengan hilangnya agregat, atau hilangnya agregat oleh akibat
gangguan, yang diikuti dengan hilangnya mortar. Dalam
kerusakan yang sudah parah, pengelupasan permukaan beton
bisa berlanjut sampai kedalaman yang dalam. Scaling mudah
sekali dikenali dan merupakan kerusakan yang umum terjadi
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
pada beton. Ditinjau dari kekuatan struktur, kerusakan semacam
ini tidak berakibat serius.
Faktor penyebab kerusakan :
Pencampuran adukan beton buruk.
Agregate kotor yang menyebabkan lumpur dan lempung
mengalir ke permukaan saat proses penyelesaian.
Perawatan/pengeringan beton kurang baik.
Siklus beku-cair, hilangnya lapisan es.
Cara perbaikan :
Pelat diganti.
Penambalan parsial atau di seluruh kedalaman
Pada area rusak dengan kedalaman sekitar 10 mm atau
kurang, perbaikan sementara dapat dilakukan dengan
menggunakan penutup larutan emulsi aspal.
Jika kerusakan beton dalam, beton hares (hull) dengan beton
aspal sebagai lapisan tambahan (overlay)
2. Gompal (Spoiling)
Gompal pada sambungan dan sudut adalah pecan atau di
sintegrasi dari beton pada bagian pinggir perkerasan,
sambungan atau retakan pada arah memanjang atau melintang.
Gompal tidak meluas ke seluruh pelat, tapi hanya memotong
sebagian sambungan atau retakan di sudut.
Faktor penyebab kerusakan :
Akibat dari penutupan sambungan atau retakan yang buruk,
sehingga memungkinkan material keras masuk ke dalam
lubang sambungan atau retakan.
Bentuk sambungan buruk. Gompal terjadi oleh akibat
panas yang menyebabkan pelat memuai. Pemuaian ini
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
memecahkan beton pada sambungan atau retakan yang terisi
oleh material keras, karena pemuaian pelat menjadi tertahan.
Dowel yang digunakan untuk alat transfer beban memotong
sambungan ekspansi, tidak diletakkan dalam posisi sejajar
dengan sumbu dan permukaan beton.
Cara perbaikan
Penambalan pada sebagian kedalaman, untuk
kedalaman gompal lebih besar dari 50 mm.
Pelapisan tambahan tipis, untuk kedalaman gompal kurang
dari 50 mm.
3. Agregat Licin (Polished Aggregate)
Agregat licin adalah tergosoknya partikelagregat
di permukaan beton, sehingga permukaannya menjadi licin
karena aus. Kadang-kadang, permukaan beton menjadi licin dan
mengkilat.
Faktor penyebab kerusakan :
Kualitas agregat campuran beton tidak bagus, sehingga akibat
dari beban lalu lintas, permukaan beton menjadi aus dan licin
terutama saat basah atau hujan. Beberapa kerikil secara alami
permukaannya halus. Bila agregrat ini tidak dipecah saat
digunakan dalam campuran beton maka akan mengurangi
kekesatan permukaan.
Kualitas mortar pada permukaan tidak baik.
Pengcoran beton kurang baik sehingga mengakibatkan
naiknya air semen ke permukaan.
Cara perbaikan :
Permukaan beton ditutup dengan astral yang tahan aus.
Dibuat alur-alur kecil untuk mengkasarkan permukaan.
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
4. Popouts
Popouts adalah pecahan kecil-kecil beton akibat aksi
kombinasi beku-cair dan ekspansi agregat yang menyebabkan
material beton lepas dan menyebar dipermukaan. Popouts
biasanya berdiameter antara 25-100 mm dengan kedalaman 13 -
50 mm.
Faktor penyebab kerusakan :
Aksi kombinasi beku-cair dan ekspansi agregrat yang
menyebabkan material lepas dan menyebar dipermukaan.
Cara perbaikan :
Tidak perlu diperbaiki.
5. Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and Utility Cuts)
Tambalan adalah area beton asli yang telah dibongkar dan
diganti dengan material pengisi. Penambalan sering
dilakukan dalam area beton guna perbaikan beton, di mana di
bawah beton ada parit atau lubang yang harus diperbaiki. Oleh
kurangnya pemadatan, maka di area tambalan ini terjadi
penurunan yang merusak tambalan.
Faktor penyebab kerusakan :
Pemadatan tambalan kurang.
Cara penambalan tidak benar.
Cara perbaikan :
Tambalan dibongkar dan lapis pondasi bawah dipadatkan
lagi, lalu ditambal.
Perbaikan sementara dapat dilakukan dengan menambal beton
yang rusak di permukaan.
6. Lubang (Pothole)
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Lubang adalah kerusakan berbentuk cekungan akibat
penurunan permukaan beton, dengan tidak memperlihatkan
pecahan-pecahan bersudut seperti gompal. Pada kerusakan
lubang, beton pecah dan ambles. Kedalaman lubang dapat
bertambah oleh pengaruh air. Lubang ini terjadi akibat retak dan
disintegrasi dari pelat beton.
Faktor penyebab kerusakan :
Retak lokal didalam tulangan yang terbuka
Aksi pembekuan
Penempatan dowel terlalu dekat dengan permukaan
Retakan atau kerusakan lain yang tidak segera ditutup
Cara perbaikan :
Penambalan beton yang rusak dipermukaan untuk perbaikan
sementara
Penambalan di seluruh kedalaman untuk perbaikan permanen
7. Kerusakan Penutup Sambungan (Joint Seal Damage)
Kerusakan penutup sambungan adalah sembarang
kondisi yang memungkinkan tanah atau batuan berkumpul pada
sambungan, atau sembarang kondisi yang memungkinkan
infiltasi air yang berlebihan masuk ke dalam sambungan.
Hilangnya penutup sambungan menimbulkan tanggul-tanggul
kecil pada sambungan. Kerusakan bahan pengisi sambungan
juga dapat menyebabkan masuknya material keras ke dalamnya,
sehingga dapat menghalangi pemuaian arah horisontal. Kondisi
ini mengakibatkan tegangan berlebihan pada sambungan,
sehingga dapat mengakibatkan gompal. Selain itu, masuknya air
dapat mengakibatkan pemompaan.
Faktor penyebab kerusakan :
Aus dan lapuknya bahan penutup sambungan.
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Persiapan pemasangan penutup sambungan buruk.
Kualitas bahan penutup sambungan rendah.
Kurangnya adhesi bahan penutup terhadap dinding
sambungan.
Balm penutup sambungan kurang, atau terlalu banyak di
dalam sambungan.
Bentuk penutup sambungan tidak bagus.
Pemompaan dan rocking pada pelat.
Cara perbaikan :
Penggantian bahan penutup sambungan.
8. Batang Dowel Macet (Frozen Dowel Bars)
Tegangan kekang dapat timbul ketika dowel tidak lurus
atau tidak licin, sehingga pelat beton menjadi tidak
bebas memuai dan menyusut.
Faktor penyebab kerusakan :
Dowel tidak lurus dan licin.
Cara perbaikan :
Dowel diberi pelicin/diberi minyak
Bila pelat telah mengalami gompal, maka dilakukan
penambalan pada dowel yang macet
9. Persilangan jalan rel (Railroad Crossing)
Faktor penyebab kerusakan :
Amblasnya perkerasan sehinggga menimbulkan beda elevasi
antara permukaan perkerasan dengan permukaan rel
Pelaksanaan pemasangan rel yang buruk
Cara perbaikan :
Penambalan parsial
Novi Dyah Cahyani - 11210015
Concrete Application
Pekonstruksi persilangan jalan
10. Konsolidasi atau Gerakan Tanah Pondasi
Gerakan pondasi di bawah timbunan jalan akan
menyebabkan gerakan lereng secara perlahan dan dapat
menyebabkan kerusakan beton yang relatif meluas. Gerakan
lereng ini umumnya akan menyebabkan beton bergerak ke
bawah dan sering diikuti dengan retakan-retakan.
Untuk jenis kerusakan yang sama seperti ini, kerusakan
dapat diperbaiki dengan meletakkan lapisan perata, sehingga
kualitas kerataan perkerasan dapat dikembalikan ke kondisinya
semula.
Namun perlu diingat bahwa menambahkan material di
atas beton akan menambah beban timbunan, sehingga bila
penurunan konsolidasi yang terjadi diikuti dengan gerakan
lereng timbunan ke arah bawah, maka penambahan lapis perata
atau material lain di atas beton akan menambah beban timbunan
yang akan semakin menambah resiko terjadinya longsoran pada
lereng timbunaan oleh karena itu bila gerakan lereng semakin
besar maka lebih baik dilakukan perbaikan lereng.
Novi Dyah Cahyani - 11210015