macam budidaya

19
BUDIDAYA PUYUH 1. SEJARAH SINGKAT Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandangkandang ternak yang ada di Indonesia. 2. SENTRA PETERNAKAN Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. 3. J E N I S kelas : Aves (Bangsa Burung) Ordo : Galiformes Sub Ordo : Phasianoidae Famili : Phasianidae Sub Famili : Phasianinae Genus : Coturnix Species

Upload: tubagus-hidayatullah

Post on 01-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Budidaya

TRANSCRIPT

BUDIDAYA PUYUH

1. SEJARAH SINGKAT Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran

tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs.

Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang

pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru

dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979.

Kini mulai bermunculan di kandangkandang ternak yang ada di Indonesia.

2. SENTRA PETERNAKAN Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera,

Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.

3. J E N I S

kelas

: Aves (Bangsa Burung)

Ordo

: Galiformes

Sub Ordo

: Phasianoidae

Famili

: Phasianidae

Sub Famili

: Phasianinae

Genus

: Coturnix

Species

: Coturnix-coturnix Japonica

4. MANFAAT

1)

Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat

2)

Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya

3)

Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai

pupuk tanaman

5. PERSYARATAN LOKASI

1)

Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk

2)

Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran

3)

Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit

4)

Bukan merupakan daerah sering banjir

5)

Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi

yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding

(makanan ternak/pakan)

6.1.

Penyiapan Sarana dan Peralatan

Perkandangan

Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal

atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan

kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku

untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari

pagi dapat masuk kedalam kandang.

Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai

sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor

anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan.

Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.

Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:

a.

Kandang untuk induk pembibitan

Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur

yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan

jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas

kandang 200 m2.

b.

Kandang untuk induk petelur

Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai

bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi

bisa juga sama.

c.

Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)

Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu

hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak

puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang

sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas.

Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm,

dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).

d.

Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)

Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas

kandang biasanya berupa kawat ram.

Peralatan

Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat

obat-obatan.

6.2.

Peyiapan Bibit

Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3

(tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan

pengelolaan usaha peternakan.

Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam

tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:

a.

Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas

dari kerier penyakit.

b.

Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.

c.

Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi

telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin

telur tetas yang baik.

6.3.

Pemeliharaan

Sanitasi dan Tindakan Preventif

Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan

kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.

Pengontrolan Penyakit

Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat

terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan

atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.

Pemberian Pakan

Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:

bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan

mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan

diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan

ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh

pada bibitan terus-menerus.

Pemberian Vaksinasi dan Obat

Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin

dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat

segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk

dari PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Anda

beternak puyuh.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1.

Penyakit

1.

Radang usus (Quail enteritis)

Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul

peradangan pada usus.

Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berk yang

membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.

Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan

mengandung asam urat.

Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh

yang sehat dari yang telah terinfeksi.

2.

Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)

Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk,

sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala

“tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.

Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus,

binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam

yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril

serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.

3.

Berak putih (Pullorum)

Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.

Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan

sayap lemah menggantung.

Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.

4.

Berak darah (Coccidiosis)

Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam

menggigil kedinginan.

Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan

Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam

air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox

5.

Cacar Unggas (Fowl Pox)

Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.

Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut

dan farink yang apabila dilepaskan akan

mengeluarkan darah.

Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.

6.

Quail Bronchitis

Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.

Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan

hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.

Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.

7.

Aspergillosis

Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.

Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai

keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.

Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.

8.

Cacingan

Penyebab: sanitasi yang buruk.

Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.

Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga

kebersihannya.

8. P A N E N

8.1.

Hasil Utama

Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi

telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.

8.2.

Hasil Tambahan

Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja dan bulu

puyuh.

Budidaya Sapi

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari

pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari

rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus

pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara

berkelompok di tengah sawah atau ladang.

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang

dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu

jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran

yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut

biasanya dibuat jalur untuk jalan.

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal

apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan

penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih

besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.

Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit.

Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai

tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.

Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih

dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.

Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m,

sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per

ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C

(rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada

dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).

Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus

memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan

perlengkapan kandang.

II. Pembibitan

Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:

1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.

2) Matanya tampak cerah dan bersih.

3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak

keluar lendir.

4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.

5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.

6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.

7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.

III. Penyakit

1. Penyakit antraks

Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau

pernafasan.

Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3)

pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-

kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan

vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna

kehitaman.

Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta

mengubur/membakar sapi yang mati.

2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)Penyebab: virus ini

menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang

tercemar kuman AE.

Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan

bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu

makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.

Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.

3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)

Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang

tercemar bakteri.

Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;

(2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan

perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang

yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.

Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.

4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)

Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.

Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2)

kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang

dan akhirnya bisa lumpuh.

Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan

pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:

1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.

2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.

3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.

4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk

Penetasan telur bebek

Mesin penetas Telur Bebek ukuran ( 0,6 x 2,4 x 0,4 ) m3 ; dibagi menjadi 2 ruangan yang tiap

ruangannya dipanaskan dengan bolam 10 watt - sebanyak 8 bolam/ruangan jadi ada 16 bolam

per mesin tetas . Tiap mesin tetas muat 2x150 butir = 300 butir dengan masa tetas 28 hari;

keberhasilan 75% , jadi tiap 900 butir telur, yang jadi 600 butir ( masih perlu modifikasi

mesin tetas, untuk meningkatkan keberhasilan penetasan ). Kandang Pembesaran Bebek

dengan lantai tanah asli dengan dijaga agar selalu kering. Untuk Mereduksi Bau kotoran yang

tadinya mengganggu tetangga, dilakukan Cara : 1. Makanan dicampur cairan penghilang bau

yang dicampurkan ke makanan bebek, 2. Kandang selalu dijaga kekeringannya dengan

memindahkan air minum portable 2x sehari, agar sekitar tempat minum bisa mengering.

Diatur dengan luas kandang ( 5 x 6 ) m2 hanya dihuni 100 bebek ( tidak lebih ) agar kotoran

tidak terlalu banyak sehingga tidak sempat kering .Kotoran di dalam kandang tidak

dibersihkan/dibuang, (ada yang sampai bertahun-tahun) tapi dijaga agar tetap kering. dengan

pembesaran 600 ekor bebek sungguh tidak bisa dipercaya kalau bau yang dihasilkan hanya

seperti bau poer pakan bebeknya sendiri ! 3. Pakan Bebek agar tidak bau, tidak memakai ikan

segar ,tapi pakai tepung ikan kering .Berat bebek yang siap bertelur adalah 1,3 kg/ekor ,

harga per bulan Maret 2009 adalah Rp 28.000,-/ekor; sedang harga bibit bebek umur 3 hari

adalah Rp 5.500,-/ekor.

Budidaya lele

I. Pendahuluan.

Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat, daging empuk,

duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. dengan prinsip K-3

(Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu petani lele dengan paket produk dan

teknologi.

II. Pembenihan Lele.

Adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara

mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pembenihan lele

mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha

pembesaran lele.

III. Sistem Budidaya.

Terdapat 3 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :

1. Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam

dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari

pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada

keaktifan induk jantan mencari pasangannya.

2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu

kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok

antara kedua induk.

3. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).

Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan

ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini

harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.

IV. Tahap Proses Budidaya.

A. Pembuatan Kolam.

Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam

tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak

maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :

Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi untuk

pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini

merupakan sumber air untuk kolam yang lain.

Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan telur

dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel

sperma.

Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia

sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk

jantan dan betina.

Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah

berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai

memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk

dalam saluran pencernaannya.

B. Pemilihan Induk

Induk jantan mempunyai tanda :

- tulang kepala berbentuk pipih

- warna lebih gelap

- gerakannya lebih lincah

- perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung

- alat kelaminnya berbentuk runcing.

Induk betina bertanda :

- tulang kepala berbentuk cembung

- warna badan lebih cerah

- gerakan lamban

- perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.

C. Persiapan Lahan.

Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :

- Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.

- Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk

mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh

pengeringan.

- Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas

berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol

TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat

dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.

- Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama

3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.

Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :

- Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.

- Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh

dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama

D. Pemijahan.

Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan

sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina

tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah

dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.

E. Pemindahan.

Cara pemindahan :

- kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.

- siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang.

- samakan suhu pada kedua kolam

- pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.

- pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari,

karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.

F. Pendederan.

Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 - 7 cm, 7 - 9 cm dan 9 - 12 cm dengan

harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok

atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah

stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan

ini.

V. Manajemen Pakan.

Pakan anakan lele berupa :

- pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik)

dikonsumsi pada umur di bawah 3 - 4 hari.

- Pakan buatan untuk umur diatas 3 - 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar

proteinnya.

- Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC

NASA dengan dosis 1 - 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan

pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting,

protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.

VI. Manajemen Air.

Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :

- air harus bersih

- berwarna hijau cerah

- kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm).

Ukuran kualitas air secara kimia :

- bebas senyawa beracun seperti amoniak

- mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON

sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein,

karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang

berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan

ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara

dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air

baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25

g/100m2.

VI. Manajemen Kesehatan.

Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh

yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air)

yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik

yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan

pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian

nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar.

Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan

pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri

dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam

dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus

sesuai.

Budidaya Ayam Pedaging

I. Pendahuluan

Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat

menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu). Broiler mempunyai peranan

yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak.

II. Pemilihan Bibit

Bibit yang baik mempunyai ciri : sehat dan aktif bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat),

bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta lubang

kotoran (anus) bersih

III. Kondisi Teknis yang Ideal

a. Lokasi kandang

Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana

transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat.

b.Pergantian udara dalam kandang.

Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Supaya kebutuhan

oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik.

c.Suhu udara dalam kandang.

Suhu ideal kandang sesuai umur adalah :

Umur (hari) Suhu ( 0C )

01 - 07 34 - 32

08 - 14 29 - 27

15 - 21 26 - 25

21 - 28 24 - 23

29 - 35 23 - 21

d.Kemudahan mendapatkan sarana produksi

Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan.

IV. Tata Laksana Pemeliharaan

4.1 Perkembangan

Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe

panggung lantai kandang lebih bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak

memerlukan alas kandang sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan

kandang lebih besar. Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan

lebih murah.

Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga

energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas

tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10

ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada

umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum,

stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.

4.2. Pakan

- Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat

pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.

Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi).

- Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat

pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap

pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%.

Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar

protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya. -Penambahan POC NASA

lewat air minum dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum memberikan berbagai nutrisi pakan

dalam jumlah cukup untuk membantu pertumbuhan dan penggemukan ayam broiler.

- Dapat juga digunakan VITERNA Plus sebagai suplemen khusus ternak dengan dosis 1

cc/liter air minum/hari, yang mempunyai kandungan nutrisi lebih banyak dan lengkap.

- Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara

menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang

dipanen.

Contoh perhitungan :

Diketahui ayam yang dipanen 1000 ekor, berat rata-rata 2 kg, berat pakan selama

pemeliharaan 3125 kg, maka FCR-nya adalah :

Berat total ayam hasil panen =

1000 x 2 = 2000 kg

FCR = 3125 : 2000 = 1,6

Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan pakan

sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi). Penggunaan POC NASA atau VITERNA

Plus dapat menurunkan angka FCR tersebut.

4.3. Vaksinasi

Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk

menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan

pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21

hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.

4.4. Teknis Pemeliharaan

- Minggu Pertama (hari ke-1-7). Kutuk/DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera

diberi air minum hangat yang ditambah POC NASA dengan dosis + 1 - 2 cc/liter air minum

atau VITERNA Plus dengan dosis + 1 cc/liter air minum/hari dan gula untuk mengganti

energi yang hilang selama transportasi. Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan per ekor 13

gr atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada

prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan

berbentuk butiran-butiran kecil (crumbles).

- Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen air minum sudah berupa air dingin dengan

penambahan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum atau VITERNA Plus dengan

dosis 1 cc/liter air minum/hari (diberikan saat pemberian air minum yang pertama). Vaksinasi

yang pertama dilaksanakan pada hari ke-4.

- Minggu Kedua (hari ke 8 -14).

Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu pertama,

meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk

minggu kedua adalah 33 gr per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.

- Minggu Ketiga (hari ke 15-21).

Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah

48 gr per ekor atau 4,8 kg untuk 100 ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan

vaksinasi yang kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air

minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk

beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air

mengandung vaksin sebanyak-banyaknya. Perlakuan vaksin tersebut juga tetap ditambah

POC NASA atau VITERNA Plus dengan dosis tetap.

- Minggu Keempat (hari ke 22-28).

Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada

umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam.

Pertumbuhan yang normal

mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg

untuk 100 ekor ayam. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini

ayam mulai rentan terhadap penyakit.

- Minggu Kelima (hari ke 29-35).

Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah

kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas

lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gr per ekor atau 8,8 kg

untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot

badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 - 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah

dapat dipanen.

- Minggu Keenam (hari ke-36-42).

Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap

ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang

baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.

4.5. Penyakit

Penyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu :

- Tetelo (Newcastle Disease/ND)

Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah. Gejalanya ayam sering

megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada tempat yang hangat.

Setelah 1 - 2 hari muncul gejala syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam

berputar-putar yang akhirnya mati. Ayam yang terserang secepatnya dipisah, karena mudah

menularkan kepada ayam lain melalui kotoran dan pernafasan. Belum ada obat yang dapat

menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang

dan dijaga agar lantai kandang tetap kering.

- Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)

Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus

golongan Reovirus. Gejala diawali dengan hilangnya nafsu makan, ayam suka bergerak tidak

teratur, peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh bergetar-getar. Sering menyerang pada

umur 36 minggu. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung melalui

pakan, air minum dan peralatan yang tercemar. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan,

yang dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro.

- Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)

Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma

gallisepticum Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung

dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai,

mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan. Penularan

melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat

dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai.

- Berak Kapur (Pullorum).

Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare

mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur.

Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum.

Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi. Penularan melalui kotoran. Pengobatan

belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya dilakukan adalah

pencegahan dengan perbaikan sanitasi kandang.

Infeksi bibit penyakit mudah menimbulkan penyakit, jika ayam dalam keadaan lemah atau

stres. Kedua hal tersebut banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang kotor, serta

cuaca yang jelek. Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah suhu yang

terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara drastis. Penyakit, terutama yang

disebabkan oleh virus sukar untuk disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara

rutin dan ventilasi kandang yang baik. Pemberian POC NASA yang mengandung berbagai

mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta

dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan ayam, ketahanan

tubuh ayam, mengurangi kadar kolesterol daging dan mengurangi bau kotoran. Untuk hasil

lebih optimal, pemberian POC NASA dapat dicampur dengan Hormonik dosis 1 botol POC

NASA dicampur dengan 1-2 tutup botol Hormonik, atau 1 botol POC NASA dicampur

dengan 2-4 kapsul Asam Amino. Dapat juga menggunakan VITERNA Plus yang merupakan

suplemen khusus ternak dengan kandungan :

1. Mineral-mineral yang penting untuk pertumbuhan tulang, organ luar dan dalam,

pembentukan darah dan lain-lain.

2. Asam-asam amino utama seperti Arginin, Histidin, Isoleucine, Lycine, Methionine ,

Phenylalanine, Threonine, Thryptophan, dan Valine sebagai penyusun protein untuk

pembentukan sel, jaringan, dan organ tubuh

3. Vitamin-vitamin lengkap, yaitu A, D, E, K, C dan B Komplek untuk kesehatan dan

ketahanan tubuh.

4.6. Sanitasi/Cuci Hama Kandang

Sanitasi kandang harus dilakukan setelah panen. Dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu

pencucian kandang dengan air hingga bersih dari kotoran limbah budidaya sebelumnya.

Tahap kedua yaitu pengapuran di dinding dan lantai kandang. Untuk sanitasi yang sempurna

selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan formalin, untuk membunuh bibit penyakit.

Setelah itu dibiarkan minimal selama 10 hari sebelum budidaya lagi untuk memutus siklus

hidup virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya.