m. nur kholis nim. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i...

128
PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus di ds. Wonocolo kec. Kedewan kab. Bojonegoro Prov. Jawa Timur) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy) Oleh : M. Nur Kholis NIM. 106046101660 K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432H /2010M

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI

ISLAM DAN HUKUM POSITIF

(Studi kasus di ds. Wonocolo kec. Kedewan kab. Bojonegoro Prov. Jawa Timur)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy)

Oleh :

M. Nur Kholis

NIM. 106046101660

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H /2010M

Page 2: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

i

PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI

ISLAM DAN HUKUM POSITIF

(Studi kasus di ds. Wonocolo kec. Kedewan kab. Bojonegoro Prov. Jawa Timur)

Oleh :

M. Nur Kholis

NIM. 106046101660

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H /2010M

Page 3: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

ii

PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI

ISLAM DAN HUKUM POSITIF

(Studi kasus di ds. Wonocolo kec. Kedewan kab. Bojonegoro Prov. Jawa Timur)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy)

Oleh :

M. Nur Kholis

NIM. 106046101660

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I

M. Nuzul Wibawa, M.Ag.

Pembimbing II

Djaka Badranaya, SEI, ME

NIP: 197705302007011008

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H /2010M

Page 4: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Pertambangan Minyak Rakyat Perspektif Hukum

Ekonomi Islam Dan Hukum Positif (Studi kasus di ds. Wonocolo kec. Kedewan

kab. Bojonegoro Prov. Jawa Timur)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10

Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mecapai

gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 01 Januari 2011

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.

NIP: 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

1. Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma,

SH., MA., MM.

(………………….)

NIP: 197107011998032002

2. Sekretaris : Mu’min Roup, M.Ag. (………………….)

NIP: 150281979

3. Pembimbing I : M. Nuzul Wibawa, M.Ag. (………………….)

4 Pembimbing II Djaka Badranaya, SEI, ME (………………….)

NIP: 197705302007011008

5. Penguji I : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA (………………….)

NIP: 195703121985031003

6. Penguji II : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH (………………….)

NIP: 197407252001121001

Page 5: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 08 Muharram 1432 H

13 Desember 2010 M

M. NUR KHOLIS

Page 6: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

v

ABSTRAK

M. Nur Kholis. NIM 106046101660. Pertambangan Minyak Rakyat: Perspektif

Hukum Ekonomi Islam Dan Hukum Positif (Studi kasus di ds. Wonocolo kec.

Kedewan kab. Bojonegoro Prov. Jawa Timur). Program Studi Muamalat (Ekonomi

Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1431 H/2011 M.

Isi: xi + 105 halaman + 19 lampiran, 34 literatur (1979-2010)

Sebagai negara hukum, legalitas sebuah kegiatan ekonomi di Indonesia

sangat dibutuhkan demi tercapainya jaminan pengakuan dari negara atas sebuah

kegiatan ekonomi. Namun terkadang banyak faktor yang menyebabkan sebuah

kegiatan ekonomi tidak terdaftar sebagaimana mestinya. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui seberapa jauh kepatuhan warga(kasus Wonocolo) terhadap

Peraturan atau UU yang mengatur pertambangan rakyat. Dalam hal ini peneliti tidak

hanya men-judge apakah kegiatan penambangan rakyat tersebut telah sesuai dengan

konsep hukum yang berlaku, tetapi peneliti juga menggunakan kearifan lokal untuk

menilai kasus yang terjadi disana. Lebih jauh peneliti juga berusaha menghadirkan

perspektif konsep ekonomi islam untuk menganalisa kasus tersebut.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, Yaitu penelitian

yang menggambarkan data dan informasi dilapangan berdasarkan fakta yang

diperoleh di lapangan secara mendalam. Disamping itu penelitian ini bersifat

kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan penghitungan matematis, statistik

dan lain sebagainya, melainkan menggunakan penekanan ilmiah, atau penelitian

yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan

menggunakan prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ternyata kegiatan pertambangan

minyak rakyat Wonocolo adalah ilegal. Tidak sesuai dengan peraturan yang ada,

dan sikap pemerintah yang “diam” menjadi modal awal atas langgengnya

penambangan tersebut bertahun-tahun. Tetapi diamnya PEMDA setempat

menggunakan banyak pertimbangan, yang penulis sebut dengan “kearifan lokal”

Kata Kunci: Pertambangan Minyak Rakyat, Legalitas Kegiatan Ekonomi, (UUD

1945 Pasal 33 ayat 2, Pertambangan Rakyat Wonocolo

Pembimbing I : M. Nuzul Wibawa, M.Ag.

Pembimbing II : Djaka Badranaya, SEI, ME

NIP: 197705302007011008

Page 7: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah menjadikan Langit dan Bumi beserta

isinya sebagai fasilitas manusia. Yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya tiada

batasnya. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasulullah SAW,

pembawa cahaya yang telah membebaskan manusia dari zaman kebodohan menuju

zaman yang penuh dengan cahaya ilmu pengetahuan. Semua adalah skenario Tuhan

Yang Maha Kuasa, ketika seseorang berhasil mencapai suatu kesuksesan, kita

sebagai manusia hanya menjalankannya, dan diperintahkan berusaha dan berdoa

untuk mencapai kemenangan itu termasuk di balik terselesaikannya skripsi dengan

judul “PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM

EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF” (Studi kasus di ds. Wonocolo kec.

Kedewan kab. Bojonegoro Prov. Jawa Timur), maka setelah memanjatkan rasa puja

dan puji syukur kepada Allah SWT, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

beberapa pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Prof. DR. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH,

Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Pembimbing skripsi, Bapak Nuzul Wibawa, M. Ag, pembimbing I, dan Bapak

Djaka Badranaya SEI, ME, pembimbing II, yang telah memberikan banyak

Page 8: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

vii

waktu, arahan, motivasi, dan masukan-masukan dalam membimbing penyusunan

skripsi ini, sehingga penulis mampu menyelesaikannya dengan baik.

4. Ayahanda Bapak Parlan dan Ibunda Insiyah, yang selalu mengingatkan akan

pentingnya mencari ilmu, dan memberikan motifasi agar tidak pernah

meninggalkan dunia pendidikan.

5. Om, Purwanto SH. dan Bule’ Syarifah Spd. yang telah memberikan dorongan

moril dan materiil, serta selalu mengingatkan agar serius dalam belajar. Semoga

Allah memberikan balasan dengan sebaik-baik balasan. Amiin….

6. Saudara-kandung penulis tercinta, mbak Qo2m, Mbak Nurul, Mbak Zul, dan

Firda dan Afif yang ikut memberikan semangat baik moril maupun materiil

sehingga menjadi pemicu semangat tersendiri pada diri penulis.

7. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah terimakasih atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga

bermanfaat di dunia dan akhirat.

8. Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Perpustakaan Utama, terima kasih atas

pelayanannya, tanpa mereka penulis akan sangat kesulitan mencari referensi

dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. PS. C 2006, Bocah Rusuh, Tim futsal solid (Penulis _olis_, Mumu, Defri,

Kacong, Rizal, Azhar, Saman ) sahabat UNIteds Darus-sunnah, sahabat Elfast-

Net, yang telah memberi warna dalam kisah perjalanan penulis selama

menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah.

Page 9: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

viii

10. Saudara Ihsan Panji sekeluarga yang telah membantu dan menerima penulis saat

melakukan penelitian di Wonocolo dengan memberikan tempat persinggahan,

semoga Allah membalas amal baik kalian dengan sebaik-baik balasan.

11. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini

baik moril maupun materiil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Ciputat, 08 Muharam 1432 H

13 Desember 2010 M

M. NUR KHOLIS

Page 10: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Judul Skripsi .......................................................................................................... i

Lembar Pengesahan Pembimbing ....................................................................... ii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ...................................................................... iii

Lembar Pernyataan .............................................................................................. iv

Abstrak ................................................................................................................... v

Kata Pengantar ..................................................................................................... vi

Daftar Isi ................................................................................................................ ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 8

D. Metode Penelitian............................................................................ 9

E. Review Kajian Terdahulu ............................................................... 12

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 15

BAB II : LANDASAN TEORI PEMANFAATAN SUMBER DAYA

ALAM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN

HUKUM POSITIF

A. Pandangan Islam Tentang Sumber Daya Alam .............................. 18

1. Konsep Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Ekonomi

Islam .......................................................................................... 21

2. Kepemilikan Dalam Hukum Islam............................................ 22

3. Kedudukan, Peran dan Tanggung Jawab Pemerintah (Ulil

Amri) dalam Islam .................................................................... 34

4. Kuasa Pertambangan dan Hak Atas Tanah ............................... 39

B. Pandangan Hukum Positif Tentang Sumber Daya Alam ................ 40

1. Legalitas Kegiatan Ekonomi ..................................................... 40

Page 11: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

x

2. Ketentuan Umum Usaha Pertambangan Menurut Hukum

Positif ........................................................................................ 43

3. Ketentuan Hukum Pertambangan Rakyat ................................. 49

4. Perizinan Pertambangan ............................................................ 53

5. Kuasa dan Hak Kepemilikan Atas Tanah Pertambangan ......... 56

6. Persamaan dan Perbedaan Pengelolaan Tambang minyak

dalam Ekonomi Islam dan Hukum Positif ............................... 58

BAB III : PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT DESA WONOCOLO

BOJONEGORO

A. Profil Desa Wonocolo ..................................................................... 60

1. Profil Desa .................................................................................. 60

2. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat .................................... 61

B. Pertambangan Minyak Rakyat Desa Wonocolo ............................. 62

1. Sejarah Pertambangan Minyak Cepu .......................................... 62

2. Sejarah Pertambangan Minyak Desa Wonocolo ........................ 66

3. Latar belakang penduduk melakukan penambangan .................. 68

4. Perkembangan Pertambangan Minyak Desa Wonocolo ............. 70

5. Pengelolaan Pertambangan Rakyat Desa Wonocolo .................. 71

BAB IV : PENGELOLAAN TAMBANG MINYAK DI DESA

WONOCOLO: (Perspektif Hukum Ekonomi Islam Dan Hukum

Positif)

A. Legalitas Pertambangan Minyak Rakyat Desa Wonocolo Dalam

Hukum Islam dan Hukum Positif .................................................... 80

B. Analisis Hukum Pertambangan Minyak Rakyat Wonocolo ........... 85

C. Pelanggaran Terhadap Ketentuan Ulil Amri ................................... 97

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 101

B. Saran ................................................................................................ 102

Page 12: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

xi

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 104

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Keterangan Wawancara Kepada Pemda Bojonegoro Bag. Sumber

Daya Alam ............................................................................................................. 106

Surat Keterangan Wawancara Kepada Kepala Desa ....................................... 107

Surat Keterangan Wawancara Kepada Pemilik Sumur ................................... 108

Surat Keterangan Wawancara Kepada Tokoh Masyarakat ............................ 109

Data Hasil Wawancara Dengan Kasubag. Sumber daya Alam Pemda

Bojonegoro ............................................................................................................. 110

Verbatim Wawancara dengan Hasil Penelitian ................................................. 114

Galeri Foto-Foto Penelitian .................................................................................. 121

Page 13: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai agama yang universal, Islam telah mengatur seluruh aspek

kehidupan manusia secara umum, maupun terperinci, baik kehidupan yang

berdimensi vertikal, mengenai tata cara beribadah kepada Sang Khalik, ataupun yang

berdimensi horisontal tentang tata cara berinteraksi dengan sesama. Sebagai agama

penutup, Islam telah memberikan banyak rambu-rambu pada setiap masalah. Hal ini

seperti yang telah Allah sebutkan dalam Al Quran, surat Al Maidah: 3, yang artinya:

“Pada hari dimana Aku telah menyempurnakan bagi kalian agama kalaian,

dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku, dan Aku ridho Islam sebagai agama kalian”.

Dalam usaha mencukupi kebutuhannya setiap hari, manusia tidak dapat

lepas dari kegiatan ekonomi. Dalam hal ini, sebagai seorang muslim, tentulah kita

menginginkan suatu sistem yang “Halal” tidak hanya secara hukum positif tetapi

juga menurut syariat Islam yang kita yakini. Karena seperti kita lihat sekarang,

dampak ekonomi dengan sistem kapitalis dan liberalis tidak hanya menindas kaum

lemah, tetapi juga hanya menguntungkan orang orang yang mempunyai modal dan

lobi yang kuat terhadap penguasa. Sistem ekonomi kapitalis akan lebih memperkuat

Page 14: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

2

kedudukan para pemilik modal. Sedangkan sistem ekonomi sosialis akan menjaga

tokoh-tokoh dan golongannya.1

Negara kita terkenal dengan kekayaan alamnya, sudah tidak diragukan lagi

tambang minyak, batu bara, timah, emas, laut luas dengan berbagai ikan didalamnya.

Namun kekayaan alam itu hanya menyisakan pilu, ketika kita menengok kehidupan

masyarakat di sekitarnya. Misalnya Papua, Bangka, Sulawesi, NTT dan sebagainya.

Kehidupan masyarakat Papua yang masih sangat primitif dan “super miskin”

padahal disatu sisi hutan di belantara Papua sangat kaya dengan tembaga dan emas.

Sungguh ironi memang. Sehingga tidak heran jika efek ke belakang muncul berbagai

gerakan separatis, yang disebabkan karena kemiskinan tersebut. Beberapa daerah

memilih untuk melakukan otonomi, agar kekayaan di belakang rumahnya tidak

hanya dimanfaatkan penguasa untuk mencari “tambahan”. Tidak perlu kita sebutkan

berapa banyak anggota dewan yang terlibat teken kontrak dengan perusahaan asing

ataupun swasta dalam negeri, demi memperkaya diri. –Maaf, saya tidak bermaksud

mengarahkan pikiran anda kepada al Amin Nur Nasution-.

Dewasa ini banyak profinsi yang mengajukan otonomi daerah. Banyak

spekulasi mengenai sebab yang melatarbelakanginya, yang pasti kebanyakan mereka

menghendaki kemajuan di daerah mereka, dan mandiri mengelola kekayaan hasil

bumi di wilayah mereka. Sebut saja Aceh, setelah gagal dalam usahanya untuk

melepaskan diri dari Indonesia, akhirnya mereka mau berdamai kembali dengan

1 Abdul Sami‟ al Misry. Pilar-pilar Ekonomi Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1990)

Pengantar. xxvii

Page 15: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

3

mengajukan syarat otonomi daerah. Belakangan Papua dengan Freeport, NTT

dengan Newmont, dan Maluku. Apakah kita harus menunggu sikap berontak yang

lebih besar mereka hanya untuk memberikan perhatian??

Perekonomian perencanaan pusat yang telah mengklaim dapat menjamin

sasaran-sasaran material, bukan saja telah gagal klaimnya, melainkan juga telah

mengalami krisis ekonomi serius yang tidak diragukan lagi meniscayakan kegagalan

sistem ekonomi tersebut.2 Perkembangan pesat hanya terjadi di daerah pusat. Saya

tidak bermaksud membuat statement bahwa, centralisasi itu jelek, namun apapun

sistem yang sudah dianggap baik untuk dijalankan, perhatian dan keadilan terhadap

rakyat perlu untuk diutamakan.

Beberapa waktu yang lalu pemerintahan daerah Bangka sempat

memberikan izin kepada masyarakat setempat untuk ikut menambang timah di pulau

tersebut. Jika kita renungkan alasan yang di kemukakan PEMDA setempat cukup

rasional memang, yaitu keadaan masyarakat yang begitu miskin, padahal berapa juta

Dollar daerah itu menyumbang pundi-pundi negara melalui tambang timah.

Di kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur terdapat sebuah desa yang

melakukan pertambangan minyak. Tidak dapat dipungkiri bahwa efek dari

dibiarkannya penambangan minyak ini membawa kemajuan yang nyata bagi

masyarakat setempat, minimal banyak warga yang dapat bekerja meskipun hanya

sebagai buruh. Secara ekonomi perubahan itu begitu terasa, terutama setelah

2 Umer Chapra, Islam Dan Tantangan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani, 2000) hal. 2

Page 16: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

4

kegiatan pertambangan tersebut dilepas Pertamina. Mungkin cerita kesejahteraan

mereka akan berbeda jika mereka tidak ikut penambangan tersebut.

Penambangan minyak secara turun temurun tersebut sudah berlangsung

sejak zaman Belanda.3 Di kawasan desa Kedewan, 30 kilometer dari kabupaten

Bojonegoro, sedikitnya hingga saat ini tersisa kira-kira 58 sumur minyak produksi

dari ratusan titik sumur yang di masa lalu menjadi kekuasaan kolonial. Sumur-sumur

itu tersebar di desa Wonocolo dan Hargomulyo. Setiap sumur produksi dikelola per

kelompok dengan jumlah yang bervariasi. Misalnya sumur 56 di desa Wonocolo

yang per harinya mampu menghasilkan minyak mentah 2.000 liter, dan dikelola oleh

24 orang. Semua yang kerja di sana warga Wonocolo. Dalam sehari, rata-rata 10

drum minyak mentah didapatkan dan dijual.4

Dahulu mereka diharuskan menjual minyak mentahya ke PT Pertamina,

melalui koperasi yang sudah ditunjuk. Karena harga beli pertamina yang terlalu

rendah, sejak 2006, masyarakat bisa menjual minyak solar hasil sulingan sendiri

sesuai dengan harga pasar, 5tentunya setelah melalui banyak keberatan dan protes.

Mereka tak lagi bergantung pada mekanisme pematokan harga melalui koperasi

seperti yang terjadi bertahun-tahun sebelumnya. Pada waktu menjual ke Pertamina

3 Budi sugiharto, Wonocolo: Ladang Minyak Berupah Rp 6000, artikel diakses pada 2 Juni

2010. Dari http://www.detiknews.com/read/2006/03/Wonocolo-ladang-minyak-berupah.

4 Budi sugiharto, Wonocolo: Ladang Minyak Berupah Rp 6000, artikel diakses pada 2 Juni

2010. Dari http://www.detiknews.com/read/2006/03/Wonocolo-ladang-minyak-berupah.

5 Deru liberalisasi di Wonocolo, artikel diakses pada tanggal 07 Juni 2010, dari

http://keliekwisnu.multiply.com/

Page 17: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

5

melalui KUD Bogosasono warga mendapatkan harga Rp 47.500 setiap drumnya.

Kini setelah keran liberalisasi terbuka, masyarakat bisa menjual minyak solar hasil

sulingan sendiri dengan harga Rp 200.000 per drum. Akhirnya mereka mengilang

minyak mentah tersebut dan menjualnya sendiri.6

Sebenarnya pemerintah sendiri belum memberikan izin resmi “legalitas”

kepada masyarakat untuk melakukan penambangan, namun dengan berbagai alasan

serta keberatan masyarakat karena pemerintah kurang memperhatikan kesejahteraan

mereka, mereka tetap melakukan penambangan tersebut. Bahkan berkali-kali

pemerintah daerah tingkat 1 Jawa Timur berencana menutupnya. Tetapi dengan

berbagai pertimbangan di lapangan, akhirnya selalu batal.

Berkenaan dengan fakta diatas, agama Islam telah mengatur bagaimana

mengelola kekayaan alam. Bagaimana mengatur suatu unsur yang menjadi hajat

hidup orang banyak. Sebagaimana nabi Muhammad menegaskan dalam hadisnya,

“Manusia berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput dan api”.7

Ibn Qudamah berpendapat bahwa barang barang tambang yang berada

diatas permukaan bumi yang menjadi kebutuhan masyarakat umum antara lain

garam, air, belerang, ter, aspal, mumia, minyak, batu nilam dan sejenisnya, tidak

boleh dimiliki dengan cara menggarapnya, dan tidak boleh pula memberikannya

6 Budi sugiharto, Wonocolo: Ladang Minyak Berupah Rp 6000, artikel diakses pada 2 Juni

2010. Dari http://www.detiknews.com/read/2006/03/Wonocolo-ladang-minyak-berupah.

7 Imam Malik, Al Muawatta’, (Damasqus: Dar el Qalam). jilid 3. Hal. 277

Page 18: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

6

kepada salah seorang tanpa melibatkan orang-orang islam yang lain.8 Dalam UUD

1945 pasal 33, ayat 2 juga ditegaskan bahwa:

“Bumi dan air dan kekayaan alam alam yang terkandung didalamnya

dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat”.

Disamping itu ayat sebelumnya, (Pasal 33 ayat 1) juga mengatakan:

“Cabang cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai

hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”

Senada dengan ini, Undang-Undang Pokok Pertambangan Nomor 11 Tahun

1967 Pasal (1) secara tegas menyatakan:

“Semua bahan galian yang terdapat dalam wilayah hukum pertambangan

Indonesia yang merupakan endapan endapan alam, sebagai karunia Tuhan Yang

Maha Esa, adalah kekayaan nasional bangsa Indonesia, dikuasai dan

dipergunakkan oleh negara untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat”

Dengan adanya peraturan ini pertambangan minyak di desa Wonocolo

seharusnya diatur dan dikelola oleh pemerintah pusat, tanpa meninggalkan

kesejahteran masyarakat setempat, karena mereka adalah orang pertama yang

merasakan dampak polusi dari penambangan tersebut. Pemegang otoritas

(pemerintahan atau pemimpin lembaga) merupakan pihak yang bertanggung jawab

untuk mengelola aset publik, baik yang berupa barang maupun jasa, menjaga dan

mengatur sistem pemanfaatannya bagi masyarakat.9 Namun, kembali kepada realitas

8 Husain Husain Syahatah. Perlindungan Asset Publik Dalam Perspektif Islam. (Jakarta:

Amzah, 2005) hal. 9.

9 Ibid, hal. 43

Page 19: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

7

yang ada, mereka tidak ingin bernasib seperti masyarakat Papua, Bangka, Maluku,

NTT, dan sebagainya.

Masyarakat melihatnya ibarat dua mata koin yang tidak akan bertemu.

Mereka menganggap, dikelola pemerintah berarti kesejahteraan mereka terlantarkan,

terutama bagi mereka yang mempunyai wilayah kaya dengan Sumber Daya Alam.

Bahkan sempat mencuat isu, bahwa kebodohan di daerah-daerah kaya Sumber Daya

Alam sengaja dipertahankan. Bukan bermaksud memojokkan pemerintah, namun

yang kita lihat, mereka tetap bodoh (red. Papua, NTT). Padahal sebagai

penyelenggara kekuasaan, pemerintah seharusnya mendahulukan kepentingan rakyat.

Senada dengan kaidah fiqh yang mengatakan:

“Tindakan seorang penguasa senantiasa untuk kepentingan rakyatnya”.10

Yang kita lihat, perhatian akan diberikan manakala telah terjadi tindakan

anarkisme atau jika perlu harus ada korban jiwa terlebih dahulu. Tidak hanya kasus

Mbah Priok, atau GAM di Aceh, tetapi untuk semua protes rakyat.

Berangkat dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang pertambangan minyak yang terjadi di desa Wonocolo, Bojonegoro,

Jawa Timur, yang mana di sana terdapat pertambangan minyak yang dilakukan

rakyat secara langsung, dan menjual hasilnya sendiri. Lebih jauh penulis akan

10

Nasrun Haroen. Figh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama.2007). hal. 13

Page 20: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

8

meneliti masalah “legalitas” dan pengelolaan atas barang tambang yang mereka

hasilkan, dan bagamana hukumnya jika barang tersebut berada pada tanah mereka

sendiri. Bagaimana Ekonomi Islam mengaturnya? apakah dapat dibenarkan melalui

konsep kepemilikan dalam Ekonomi Islam, dan Hukum Positif. Dalam hal ini penulis

memberikan judul atas skripsinya dengan “PERTAMBANGAN MINYAK

RAKYAT: PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF”.

(Studi kasus ds.Wonocolo kec. Kedewan kab. Bojonegoro Prov. Jawa Timur).

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah.

Untuk memperjelas persoalan dan permasalahan yang akan dibahas dalam

penulisan skripsi ini, maka penulis merasa perlu untuk membatasi pembahasan dan

penguraian masalah di dalamnya, agar lebih fokus dan tidak melebar kemana-mana.

Dalam skripsi ini penulis akan memfokuskan pembahasannya menganai:

1. Bagaimana ketentuan Hukum Islam tentang pemanfaatan Sumber Daya Alam.

2. Bagaimana ketentuan Hukum Positif tentang pemanfaatan Sumber Daya Alam.

3. Bagaiman pelaksanaan dan legalitas pertambangan rakyat di Wonocolo.

4. Bagaimana pandangan Hukum Islam atas pertambangan minyak rakyat di

Wonocolo.

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan

Berdasarkan masalah yang penulis kemukakan diatas, maka yang menjadi

tujuan umum bagi penulis dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana

Page 21: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

9

perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif memandang pertambangan minyak

tersebut.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui praktek pertambangan minyak di desa Wonocolo.

b. Mengetahui konsep pengelolaan pertambangan minyak di desa Wonocolo.

c. Mengetahui status penambangan dan pengelolaan hasilnya, jika dilihat dari

perspektif Hukum Ekonomi Islam dan Hukum Positif.

2. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Memberikan tambahan khazanah dalam keilmuan khususnya yang berkaitan

dengan (pengelolaan) pertambangan minyak di tanah air.

b. Mengetahui praktek pertambangan minyak yang terjadi di desa Wonocolo,

Bojonegoro, Jawa Timur.

c. Mengetahui status “kehalalan” penambangan rakyat, sehingga dapat

mencari solusinya dengan tepat, tanpa menelantarkan mereka, seandainya

hal tersebut kurang sesuai dengan aturan yang berlaku.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, Yaitu

penelitian yang menggambarkan data dan informasi dilapangan berdasarkan

Page 22: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

10

fakta yang diperoleh di lapangan secara mendalam11

. Disamping itu penelitian

ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan penghitungan

matematis, statistik dan lain sebagainya, melainkan menggunakan penekanan

ilmiah12

, atau penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak

dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara-cara lain dari

kuantifikasi.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ada dua

macam, yaitu library research dan field research. Masing masing akan

dibahas sebagai berikut:

a. Library Research

Studi kepustakaan berarti melakukan penelusuran kepustakaan dan

menelaahnya.13

Penulis mengadakan study kepustakaan melalui penelitian

dan pengkajian buku-buku, kitab-kitab, majalah majalah, surat kabar, dan

kepustakaan lainnya yang mendukung dan relevan terhadap masalah

tersebut.

11

Suharsimi Arikunto, Managemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993) cet.

Kedua, h. 309

12 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ed. Revisi (Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 1997) cet. Ke 8, h.6

13

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES

1989), ed. Revisi, h. 192

Page 23: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

11

b. Field Research

Pertama, Penulis mengadakan wawancara kepada pihak-pihak

yang berkompeten untuk dapat dimintai data. Dalam hal ini penulis

mengadakan wawancara kepada kepala desa, tokoh masyarakat dan Para

pemilik sumur minyak. Disamping itu penulis juga meminta dokumen-

dokumen kepada pihak yang berwenang di lapangan.

Kedua, penulis mengadakan pengamatan (observasi) ke lokasi area

Pertambangan Rakyat Wonocolo untuk menyaksikan secara langsung

kegiatan penambangan tersebut.

3. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Tehnik analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif dengan

menggunakan pola fikir induksi. Tehnik ini dilaksanakan dengan metode

interaktif sebagaimana dikemukakan oleh Matthew B. Miles dan A. Michael

Huberman, yang terdiri dari tiga jenis kegitan, yaitu redukasi data, penyajian

data dan penarikan kesimpulan.

Redukasi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan tertulis dilapangan. Penyajian data adalah suatu penyajian

Page 24: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

12

sekumpulan informasi tersusun yang menberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan.14

Adapun sistem penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan

skripsi yang diterbitkan oleh UIN Syahid 2007.

E. Review Kajian Terdahulu

Setelah penulis mengadakan penelusuran tentang pembahasan sejenis, yang

telah diadakan sebelumnya, penulis menemukan beberapa skripsi dengan kata kunci

pertambangan, yaitu:

1. Pada tahun 2008, telah ditulis sebuah skripsi oleh Muhammad Rosyidin, Nomor

Induk Mahasiswa (103043127966) dengan judul “Pertambangan Timah Rakyat

Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Otonomi Daerah”. Skripsi ini membahas

tentang Praktek Penambangan Masyarakat Bangka Pasca diterbitkannya Surat

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 146/MPP/Kep/4/1999

tentang perubahan tata niaga timah, serta diberlakukannya Undang-Undang

Otonomi Daerah sesuai PP No. 25 Tahun 2000, yang kemudian disalah tafsirkan

oleh masyarakat Bangka -termasuk individu aparat pemerintahan- dengan

terbukanya kesempatan untuk mengambil, memiliki dan menjual timah Bangka.

Pada kesimpulannya, saudara Rosyidin mengatakan bahwa pertambangan timah

yang ada di Bangka Induk masih jauh dari prinsip ramah lingkungan, masyarakat

yang melakukan penambangan bersifat sporadis tanpa memperhatikan dampak

14 Matthew, B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisa Data Kualitatif: buku tentang

sumber metode-metode baru, (Jakarta: UI press, 1992) h. 18

Page 25: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

13

lingkungan, dan tidak ada upaya reklamasi terhadap lahan. Sedangkan Otonomi

Daerah yang diharapkan mampu mengatur kesejahteraan masyarakat menuju lebih

baik tidak dapat terwujud.

Lebih jauh saudara Rosyidin mengatakan bahwa pertambangan timah masyarakat

Bangka Induk jauh dari aturan (ketentuan) islam, dimana Islam mengajarkan

untuk menghindari kerusakan, dan menyeru agar menjaga keberlangsungan

ekosistem alam dalam jangka panjang.

Skripsi yang disusun oleh saudara Rosyidin tersebut berbeda dengan skripsi yang

akan disusun penulis.

Pertama, skripsi tersebut dilakukan pada pertambangan timah di wilayah yang

menjalankan otonomi daerah. Berbeda dengan skripsi ini yang mana di desa

Wonocolo tidak terjadi otonomi daerah. Hal ini akan memberikan pengaruh lain,

pertama pada perspektif masyarakat. Ketika mereka meyakini telah dijalankan

otonomi daerah, sebagian masyarakat mengartikan hal tersebut sebagai

terbukanya pintu lebar-lebar bagi siapa saja untuk melakukan penambangan,

(menambang timah bukan suatu larangan lagi) walaupun tidak demikian

sebenarnya.

Kedua, skala penambangan timah di kabupaten Bangka Induk tersebut sangat

besar dan dalam area yang sangat luas, berbeda dengan penambangan minyak ini

yang sekupnya hanya kecil -sisa-sisa galian pada zaman kolonial- dan diperkiran

untuk ukuran nasional minyak di perut desa Wonocolo tidaklah seberapa, dan

Page 26: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

14

sumur minyaknyapun terbatas pada sisa-sisa galian belanda, sehingga wajar jika

pemerintah tidak terlalu “ngotot” untuk melarangnya. Di samping itu pemerintah

telah mencoba mengebor di wilayah tersebut, tetapi hasilnya tidak ekonomis.

2. Sekripsi yang disusun oleh Ahmad Dharief Dahlawy (104101003167) ini berjudul

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

di area pengolahan PT Antam Tbk Unit bisnis pertambangan emas Pongkor

Kabupaten Bogor.

Dalam kesimpulannya disampaikan, dari 73 responden didapatkan data bahwa 86

% pekerja memiliki perilaku K3 yang sangat baik, 92% mempunyai pengetahuan

Tentang K3 sangat baik. Dan tidak ada perbedaan bermakna antara tingkat

pengetahuan responden yang rendah atau yang tinggi terhadap perilaku K3. Tidak

ada perbedaan bermakna antara tingkat pendidikan responden yang hanya lulus

SLTP, SLTA, maupun PT dengan Perilaku K3Tidak ada perbedaan yang

bermakna antara katagori tempat kerja responden indoor maupun outdoor dengan

kategori perilaku K3.

Skripsi ini sangat berbeda dengan pembahasan penulis dalam skripsinya yang

lebih menyoroti aspek legalitas usaha pertambangan rakyat.

3. Selanjutnya skripsi dengan judul “Isolasi dan Seleksi Bakteri Indigenus

Pendegradasi Minyak Bumi dari Tanah Lokasi Pertambangan Minyak Pertamina.

Cepu Jawa Tengah”. Penulisnya adalah Teguh Hadi Wibowo (104095003074)

tahun 2008. Skripsi ini membahas masalah pengaruh bakteri indigenus dari lokasi

Page 27: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

15

pengeboran minyak bumi apakah memiliki kemampuan mendegradasi minyak

bumi. Maka Sudah barang tentu sangat berbeda dengan skripsi yang disusun oleh

penulis dari sasaran penelitiannya, yang mana lebih menekankan masalah aspek

legalitas hukum, sedangkan skripsi ini membahas lingkungan pertambangan,

yaitu yang berhubungan dengan bakteri.

Hasilnya, Isolat2 bakteri mampu menghasilkan biosurfaktan yang berbeda-beda

nilai (tingkatan) pada tiap minggunya. Dan hal ini akan memiliki pengaruh pada

pendegradasian minyak bumi.

F. Sitematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini, yang merupakan laporan hasil

penelitian terdiri atas:

BAB I PENDAHULUAN, Bab ini sebagai pengantar latar belakang masalah untuk

menuju pendiskripsian isi skripsi, kemudian pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan diadakannya penelitian serta manfaatnya, metode penelitian review kajian

terdahulu dan sitematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI, penulis menguraikan tentang pandangan Islam

terhadap Sumber Daya Alam, Konsep pengelolaan Sumber Daya Alam dalam

Ekonomi Islam, dilanjutkan masalah Pertambangan yang penulis bagi dalam empat

sub, yaitu pertambangan umum, pertambangan rakyat, perizinan pertambangan, dan

kuasa pertambangan dan hak kepemilikan atas tanah pertambangan. Di samping itu

penulis juga menguraikan masalah kepemilikan dalam Hukum Islam, legalitas

Page 28: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

16

kegiatan ekonomi dalam Hukum Islam dan Hukum Positif, persamaan dan perbedaan

konsep pengelolaan pertambangan Hukum Islam dan Hukum Positif, dan terakhir

penulis menguraikan masalah kedudukan, peran dan tanggung jawab pemerintah

(Ulil Amri).

BAB III GAMBARAN UMUM PERTAMBANGAN MINYAK DESA

WONOCOLO. Dalam bab ini penulis mengemukakan hal-hal yang berkaitan dengan

desa Wonocolo, yang meliputi profil, kehidupan sosial ekonomi masyarakat, serta

struktur masyarakat. Dan juga menjelaskan tentang pertambangan di Wonocolo yang

meliputi sejarah pertambangan di desa tersebut, latar belakang penduduk melakukan

penambangan, perkembangannya dari waktu ke waktu, dan pengelolaan

pertambangan minyak di sana.

BAB IV ANALISIS hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini penulis

memaparkan tentang pengelolaan tambang minyak di Wonocolo Perspektif hak

milik dalam Hukum Islam Dan Hukum Positif, serta tinjauan Hukum Islam dan

Hukum Positif terhadap legalitas pertambangan minyak rakyat Di Wonocolo. Lebih

jauh penulis menguraikan masalah keabsahan kepemilikan seseorang yang tidak

memenuhi ketentuan Ulil Amri.

BAB V PENUTUP, dalam bab terakhir ini penulis membuat kesimpulan dari uraian

dan penjelasan penjelasan yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya, dan

selanjutnya memberikan saran-saran yang sekiraanya berguna dan bermanfaat untuk

kepentingan bersama baik masyarakat maupun pemerintah. Di bagian akhir dari

Page 29: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

17

penulisan skripsi ini, penulis tidak lupa menuliskan Daftar Pustaka. Hal tersebut

sabagai pertanggungjawaban ilmiah atas penulisan skripsi ini.

Page 30: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

18

BAB II

A. Pandangan Islam Tentang Sumber Daya Alam

Segala Sumber Daya Alam ditundukkan oleh Allah untuk diserahkan

pengelolaannya kepada manusia. Hal ini terungkapkan dalam berbagai ayat seperti:

“Dan Dia-lah (Allah) yang telah menciptakan bagi kalian apa-apa yang

ada di Bumi..” (QS. Al Baqarah[2] : 29)

Namun, penundukan sumber sumber daya tersebut bukan untuk diserahkan

kepemilikannya kepada manusia secara mutlak. Hanya Allah-lah satu-satunya

pemilik hakiki atas sumber daya tersebut, sebagaimana penjelasan Allah dalam

berbagai ayat, seperti surah An Nuur[24]: 33,

Disana Aِllah menyebutkan kalimat “Harta Allah yang di datangkan

(anugerahkan) kepada kalian”. Allah SWT senantiasa menjadikan diri sebagai

pemilik atas segala sesuatu, kemudian menganugerahkannya kepada manusia. Dan

selanjutnya atas penganugerahannya tersebut, Allah SWT memberikan wewenang

kepada manusia untuk mengusahakan dan memanfaatkan sumber daya tersebut.15

Kepemilikan manusia hanyalah kepemilikan untuk menikmati dan

memberdayakan harta kekayaan (sumber daya) yang ada bukan sebagai pemilik

15

M. Sholahuddin, Asas-Asas Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

2007) hal. 28

Page 31: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

19

hakiki.16

Allah SWT telah menghalalkan hak milik dalam batas-batas manusia

sebagai khalifah, yang berfungsi sebagai pengatur dan pengelola alam agar dapat

dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia pada umumnya.17

Karena sumber

daya tersebut tidak dimiliki secara mutlak oleh manusia, maka tugas manusia adalah

mengemban amanah pengelolaan sumber daya tersebut. Manusia tidak dapat berbuat

semaunya hingga dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi dirinya terlebih

bagi sumber daya itu sendiri dan orang lain.

Pemanfaatan sumber daya yang diperoleh tidak dapat dilakukan kecuali

untuk kepentingan sesuai dengan ketentuan amanah yang diberikan. Sumber daya

tidak diartikan sebagai alat pemuas kesenangan dunia, namun merupakan sarana

untuk mewujudkan kesejahteraan dunia dan akhirat.18

Dalam Al Qur‟an banyak disebutkan ayat yang menyerukan dasar kerangka

kerja perekonomian, diantaranya:

:

“Makan dan minumlah kalian dari rizki yang diberikan Allah, dan

janganlah berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan”(QS. Al

Baqarah[2]: 60)

16

Abdul Sami‟ al Misry, Pilar-pilar Ekonomi Islam,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2006) hal. 27 17

Ibid, hal. 27 18

M. Sholahuddin, Asas-Asas Ekonomi Islam, hal. 29

Page 32: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

20

“Wahai sekalian manusia, makan-lah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syithan,

sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagimu.” (al Baqarah[2]: 168)

“Dan janganlah kalian saling memakan harta kalian dengan cara yang

bathil, dan jangan pula membawa urusan (pengaduan) kepada hakim agar kamu

dapat mengambil harta manusia dengan jalan dosa padahal kamu mengetahui” (al

Baqarah[2]: 188)

Pada ayat pertama Allah melarang manusia secara tegas agar tidak

melakukan pengerusakan atau hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan.

Kemudian ayat kedua disebutkan larangan agar tidak mengikuti langkah-langkah

syaithan. Hal ini karena, dalam agama Islam Syaithan dikenal sebagai mahluk yang

suka membujuk kepada kerusakan (An-Naas [114]: 5).

Semua ayat tersebut merupakan penentuan dasar pikiran dari pesan Al

Qur‟an dalam bidang ekonomi. Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa Islam

mendorong manusia untuk menikmati karunia yang diberikan Allah dan karunia

Page 33: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

21

tersebut harus digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan baik berupa materi

maupun nonmateri.19

Islam juga mendorong penganutnya untuk berjuang mendapatkan harta

dengan berbagai cara, asalkan mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan.

Rambu-rambu tersebut antara lain mencari yang halal lagi baik, tidak menggunakan

cara bathil, tidak berlebih-lebihan atau melampaui batas, tidak mendzalimi,

menjauhkan dari unsur riba maupun maisir (judi), tidak gharar, serta tidak

melupakan kewajiban sosial berupa zakat, infak dan sedekah.20

1. Konsep Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Ekonomi Islam

Oleh karena sumber-sumber daya yang ada di tangan manusia diberikan

oleh Tuhan, maka manusia sebagai khalifah bukanlah pemilik sebenarnya. Ia hanya

sebagai mahluk yang diberi amanat (titipan). Meskipun pengertian amanat ini tidak

berarti “peniadaan kepemilikan prifat terhadap kekayaan”, tetapi memberikan

sejumlah implikasi penting yang menciptakan perbedaan revolusioner dalam konsep

kepemilikan sumber-sumber daya dalam Islam dan sistem ekonomi lainnya.21

Pertama, sumber-sumber daya itu dipergunakan untuk kepentingan semua,

bukan untuk segelintir orang (al Baqarah[2]: 29) mereka harus dipergunakan secara

adil bagi kesejahteraan semua orang.

19

M. Sholahuddin, Asas-Asas Ekonomi Islam, hal. 30

20

ibid, hal. 30

21

Umar Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press)2000. Hal.

209

Page 34: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

22

Kedua, setiap orang harus mencari sumber-sumber daya dengan benar dan

jujur, dengan cara yang telah ditetapkan oleh Al Qur‟an dan As Sunnah.

Ketiga, meskipun sumber-sumber daya tersebut telah diperoleh melalui

cara-cara yang benar, tetapi tidak boleh dimanfaatkan kecuali menurut persyaratan

keamanatan, yaitu untuk kesejahteran bukan saja bagi si empunya sendiri dan

keluarganya, tetapi juga untuk orang lain. Sifat mementingkan diri sendiri, tamak dan

tidak mengindahkan moral, atau bekerja untuk kepentingan sendiri bukanlah sifat

yang harus melekat pada manusia sebagai pemegang amanat.

Keempat, tidak seorangpun berhak menghancurkan atau menyia-nyiakan

sumber-sumber daya yang telah diberikan oleh Allah. Berbuat demikian disamakan

oleh Al Quran dengan menyebarkan kerusakan (fasad) yang dilarang Allah (Al

Baqarah[2]: 205).22

2. Hak Kepemilikan Dalam Hukum Islam

a. Pengertian Hak Milik

Secara etimologi, kata milik berasal dari bahasa arab Al milk (الملك) yang

artinya penguasaan terhadap sesuatu.23

Secara terminologi, ada beberapa definisi

yang yang dikemukakan oleh para fuqaha, diantaranya oleh Mustafa Al Syalabi:

22

Ibid, hal. 210

23

AH. Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) hal 47.

Page 35: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

23

“Hak milik adalah keistimewaan (Ikhtishas) atas suatu benda yang

menghalangi pihak lain bertindak atas benda tersebut dan memungkinkan

pemiliknya membelanjakan secara langsung selama tidak ada halangan syara‟”24

Sedangkan Dr. Wahbah Zuhaily dalam kitabnya “Al Fiqh Al Islamy Wa

Adillatuhu” memberikan pengertian dengan:

“Milik adalah keistimewaan terhadap sesuatu yang menghalangi orang

lain darinya dan pemiliknya bebas melakukan tasharruf secara langsung kecuali

ada halangan syara’”

Halangan syara‟ yang membatasi kebebasan pemiliknya dalam

bertasharruf ada dua:

Pertama, halangan yang disebabkan karena pemiliknya dipandang tidak

cakap secara hukum, seperti anak kecil atau safih (cacat mental), kedua halangan

yang dimaksudkan untuk melindungi hak orang lain, seperti yang berlaku pada

harta bersama, dan halangan yang dimaksudkan untuk melindungi kepentingan

orang lain atau kepentingan masyarakat umum.26

24

Ibid, hal 48.

25

Wahbah Al Zuhaily , Al Fiqh Al Islamy Wa Adillatuhu (Damaskus: Dar El Fikr, Juz 4

hal. 413

26

Ghufron A. Mas‟adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002) hal. 56

Page 36: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

24

b. Sumber Kepemilikan

Harta yang dikuasai manusia pada hakekatnya adalah milik Allah SWT.

Kedudukan manusia adalah sebagai mahluk yang diberi amanah (kepercayaan)

untuk menguasai dan mendayagunakan harta tersebut sesuai dengan petunjuk

Allah dan rasulnya. Walaupun demikian, tidak semua manusia dapat menguasai

atau memilikinya sehingga ia dapat dengan bebas mendayagunakannya. Faktor

faktor yang menyebabkan harta dapat dimiliki antara lain:

1) Penguasaan terhadap barang bebas (Ibraz al Mubahat), yaitu harta yang belum

dimilki orang lain secara sah, dan tidak ada penghalang syara‟ untuk dimiliki.

Untuk memiliki benda-benda bebas tersebut diperlukan dua syarat, yaitu:

a) Benda bebas tersebut belum dikuasai oleh orang lain. Contohnya: seseorang

mengumpulkan air dalam suatu wadah, maka orang lain tidak berhak

mengambil air tersebut sebab telah dikuasai oleh seseorang.

b) Adanya niat (maksud) untuk memiliki. Maka seseorang memperoleh harta

bebas, tanpa adanya niat, tidak dianggap menguasai harta tersebut.

Umpamanya seseorang memancing di sungai karena hobi, kemudian ikan

hasil pancingannya ditinggalkan di pinggir sungai, tanpa niat memilikinya,

maka dalam keadaan seperti ini ikan belum menjadi miliknya.

2) Khalafiyah, yaitu perpindahan sesuatu menjadi milik seseorang karena

kedudukannya sebagai penerus pemilik lama, atau kedudukannya sebagai

Page 37: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

25

pemilik barang tertentu yang telah rusak atau musnah, dan digantikan dengan

barang baru oleh orang yang merusakkannya.

Atas dasar pengertian diatas khalafiyah dibagi menjadi dua macam,

yaitu:

a) Khalafiyah syakhsy „an syakhsy, yaitu si waris menempati tempat si

muwaris dalam memiliki harta-harta yang ditinggalkan oleh muwaris.

b) Khalafiyah syai „an syai‟in, yaitu yaitu apabila seseorang merugikan orang

lain atau menyerobot barang orang lain kemudian rusak di tangannya atau

hilang, maka ia wajib mengganti kerugiannya.

3) Tawallud Mamluk, yaitu segala sesuatu yang lahir tumbuh dari objek hak yang

telah dimiliki, menjadi hak bagi pemilik objek tersebut. Misalnya bulu domba

menjadi milik bagi pemilik domba.

4) Akad, yaitu pertalian atau keterikatan antara ijab dan qabul sesuai dengan

kehendak (ketentuan) syari‟ah (Allah dan Rasul-Nya) yang menimbulkan

akibat hukum pada obyek akad. Seperti akad jual beli, hibah, dan wasiat. Akad

merupakan sumber utama kepemilikan.

c. Hak Milik Pribadi

Hak milik pribadi adalah hukum syara‟ yang berlaku bagi zat atau

manfaat (utility) tertentu, yang memungkinkan siapa saja mendapatkannya untuk

memanfaatkan barang tersebut, serta memperoleh kompensasi, baik karena

barangnya diambil kegunaannya oleh orang lain (seperti disewa), ataupun karena

Page 38: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

26

dikonsumsi untuk dihabiskan zatnya, seperti dibeli dari barang tersebut.27

Oleh

karena itu setiap orang bisa memiliki kekayaan dengan cara-cara tertentu, sesuai

dengan aturan-aturan syariah.

M. Shalahudin dalam bukunya (Asas-Asas Ekonomi Islam) menyebutkan

lima sumber yang sah dalam hak milik pribadi, yaitu:

1) Bekerja

“Maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah “

(Al-Jum‟ah[62]:10)

2) Warisan

“Allah mensyariatkan kepada kalian -tantang harta pusaka- yaitu

bagi anak laki-laki dua kali dari bagian anak perempuan ” (An-Nisa‟[4]: 11)

3) Untuk menyambung hidup

:-

“Dan orang-orang yang pada hartanya tersedia bagian tertentu, bagi

orang miskin yang meminta dan yang tidak meminta” (Al Ma‟arij:24-25)

4) Pemberian negara kepada rakyat

27

M. Sholahuddin, Asas-Asas Ekonomi Islam, hal. 67

Page 39: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

27

Imam Bukhary telah meriwayatkan dari Abu Humaid As-Sa‟idi, yang

mengatakan:

…)

( “Penguasa daerah Ailah telah menghadiahkan sapi betina puti

kepada Nabi SAW dan juga memakaikan kain burdah kepada beliau” (HR

Bukhari)

5) Saling menolong/ hubungan yang halal antara manusia.

: “Tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan, dan jangan tolong-

menolong dalam keburukan” (Al-Maidah[5]: 2)

d. Hak Milik Umum

Menurut Yuliadi (2001), harta milik umum adalah harta yang telah yang

telah ditetapkan hak miliknya oleh As-Syari‟, dan menjadikan harta tersebut

sebagai milik bersama. Yusanto (2002) seseorang atau sekelompak kecil orang

dibolehkan mendayagunakan harta tersebut, akan tetapi mereka dilarang

menguasainya. Zallum (2002), mengelompakkan harta milik umum menjadi 3,

yaitu:

1) Barang Tambang (Sumber Alam) yang jumlahnya tak terbatas.

28

Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah Al Bukhari, Shahih Bukhari, Birut: Dar Ibn

Katsir, 1987. Jil. 2, Hal. 1411

Page 40: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

28

Harta milik umum jenis pertama adalah barang tambang (sumber

alam) yang jumlahnya tak terbatas, yaitu barang tambang yang diprediksi para

ahli pertambangan mempunyai jumlah yang sangat melimpah. Hasil

pendapatanya merupakan milik bersama, dan dapat dikelola oleh negara, atau

negara menggaji tim ahli dalam pengelolaannya.29

Adapun barang tambang yang yang jumlahnya sedikit dan sangat

terbatas digolongkan ke dalam milik pribadi. Hal ini seperti Rasulullah

membolehkan Bilal bin Harits Al Mazany memiliki barang tambang yang

sudah ada (sejak dulu) di bagian wilayah Hijaz. Saat itu Bilal telah meminta

kepada Rasulullah SAW. Agar memberikan daerah tambang tersebut

kepadanya. Beliaupun memberikannya kepada Bilal, dan boleh dimilikinya.30

Oleh karena itu pertambangan emas, perak dan barang tambang lainnya yang

jumlah (depositnya) sangat sedikit, tidak ekonomis dan bukan untuk

diperdagangkan tergolong milik pribadi. Seseorang boleh memilikinya, seperti

halnya negara boleh memberikan barang tambang tersebut kepada mereka.

Hanya saja mereka diwajibkan membayar khumus seperlima dari hasilnya

kepada baitul maal. Baik yang dieksploitasinya itu sedikit ataupun banyak.31

29

M. Sholahuddin, Asas-Asas Ekonomi Islam, hal. 99

30

Riwayat lengkap beserta penjelasannya lihat Al Ahkam al Sulthaniyyah, hal. 394

31

M. Sholahuddin, Asas-Asas Ekonomi Islam, hal. 99

Page 41: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

29

Adapun barang tambang yang jumlahnya banyak dan depositnya tidak

terbatas menurut Abdullah (2002) tergolong kedalam kepemilikan umum bagi

seluruh rakyat. Sehingga tidak boleh dimiliki oleh seseorang atau beberapa

orang. Tidak boleh diberikan kepada seseorang atau beberapa orang tertentu.

Demikian juga tidak boleh memberikan keistimewaan kepada seseorang atau

lembaga tertentu untuk mengeksploitasinya, tetapi wajib memberikannya

sebagai milik umum bagi seluruh rakyat, dan mereka berserikat atas harta

tersebut. Negaralah yang wajib menggalinya, memisahkannya dari bena-benda

lain, meleburnya, menjualnya atas nama rakyat, dan menyimpan hasil

penjualannya di baitul maal.32

Dalil yang dijadikan dasar untuk barang tambang yang (depositnya)

berjumlah banyak dan tidak terbatas sebagai bagian dari pemilikan Umum

adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abidh bin Hamal al Mazaniy:

32

Ibid, hal. 100

Page 42: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

30

“Dari Abyadh bin Hammal bahwasanya dia mengutus utusan kepada

Rasulullah SAW. Untuk meminta (tambang) garam, kemudian Rasulullah

memberikannya sebidang tambang, tatkala beliau memberikannya, berkata

seorang yang ada dalam majlis apakah engkau mengetahui apa yang baru saja

kau berikan kepadanya, sesungguhnya engkau seperti memberikan air yang

mengalir, kemudian beliau menariknya kembali”

Tindakan Rasulullah SAW yang meminta kembali (tambang) yang

telah diberikan kepada Abidh bin Hammal dilakukan setelah mengetahui

bahwa tambang garam tersebut jumlah (depositnya) sangat banyak dan tidak

terbatas. Ini merupakan dalil atas larangan individu untuk memilikinya, karena

hal itu merupakan milik seluruh kaum muslim. Larangan tersebut tidak terbatas

pada tambang garam saja, cakupannya umum, yaitu diantaranya meliputi setiap

barang tambang apapun jenisnya, asalkan memenuhi syarat bahwa barang

tambang tersebut jumlah (depositnya) bagaikan air yang mengalir, yakni tidak

terbatas.

Perlu diperhatikan bahwa kepemilikan seseorang atas alat-alat dan

industri ini bukan berarti boleh makukan eksploitasi barang tambang yang

jumlahnya banyak untuk kepentingan mereka sendiri. Hal ini karena barang

33

Sulaiman Bin Al Asy‟ats al Sajistani, Sunan Abu Daud, (Beirut: Dar el Kutub Al

„Araby), jilid 3, hal. 139, No. hadits 3066

Page 43: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

31

tambang tersebut merupakan milik seluruh rakyat, sehingga tak seorangpun

dari mereka dapat memilikinya. Maka dari itu, negara dapat menyewa

(membayar upah yang wajar dan terbatas) terhadap mereka untuk

mengeksploitasi barang-barang tambang tersebut. Apa yang dihasilkan menjadi

milik umum seluruh rakyat.34

2) Sarana sarana umum yang diperlukan oleh seluruh umat dalam kehidupan

sehari-hari.

Harta milik umum jenis kedua menurut An Nabhani (1990) dan

Zallum (2002) adalah sarana umum yang diperuntukkan bagi seluruh rakyat

yang diperlukan dalam pemenuhan hidup sehari-hari, yang jika tidak ada akan

menyebabkan perpecahan, seperti air. Rasulullah SAW telah menjelaskan

secara rinci dan sempurna mengenai sifat-sifat sarana umum ini. Hal ini

sebagaimana dimaksudkan dalam hadis beliau yang diriwayatkan oleh Imam

Abu Daud:

34

M. Sholahuddin, Asas-Asas Ekonomi Islam, hal. 103

Page 44: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

32

“Kaum muslimin itu berserikat dalam tiga hal: padang rumput, air,

dan api”

Air, padang rumput dan api merupakan sebagian harta yang pertama

kali dibolehkan oleh Rasulullah SAW untuk seluruh manusia. Mereka

berserikat di dalamnya dan melarang mereka untuk memiliki bagian apapun

didalam sarana umum tersebut, karena hal itu merupakan hak seluruh

manusia.36

Namun kemudian harta tidak terbatas pada ketiga jenis yang

disebutkan pada hadis di atas, tetapi meliputi semua benda yang di dalamnya

terdapat sifat-sifat sarana umum.

3) Harta-harta yang keadaan asalnya terlarang bagi pribadi tertentu untuk

memilikinya.

Harta milik umum yang ketiga adalah harta yang keadaan asal

pembentukannya menghalangi seseorang untuk memilikinya secara pribadi.

Menurut Al-Maliki (2001) hak milik umum jenis ini jika berupa sarana umum

seperti pemilikan umum jenis pertama, maka dalilnya adalah dalil yang

35

Sulaiman Bin Al Asy‟ats Al Sajistani, Sunan Abu Daud, jilid 3, hal. 295, No. hadits

3479.

36

M. Sholahuddin, Asas-Asas Ekonomi Islam, hal. 105

Page 45: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

33

mencakup sarana umum. Hanya saja jenis ketiga ini menurut asal

pembentukannya menghalangi seseorang untuk memilikinya. Berbeda halnya

dengan jenis pertama, yang asal pembentukannya tidak menghalangi seseorang

untuk memilikinya. Sehingga, misalnya boleh memiliki _secara pribadi_ sumur

kecil yang tidak mengganggu hajat hidup orang banyak (umum).37

Dalil yang berkaitan dengan harta milik umum jenis ini adalah dalil

yang digunakan pula pada jenis pertama, yaitu sabda Rasulullah SAW.

“Mina (menjadi) milik orang-orang yang telah sampai lebih dahulu”.

(HR. Tirmidzi dan Ibn Majah)

Demikian juga diriwayatkan dari Rasulullah SAW. Saat beliau

memperbolehkan manusia berserikat dalam kepemilikan jalan umum, dan

menghilangkan kemungkinan seseorang memilikinya secara pribadi. Mina

adalah tempat yang sudah sangat terkenal, terletak di luar Makkah al

Mukarramah, yaitu tempat singgahnya para jamaah haji setelah menyelesaikan

wukuf di Arafah dengan tujuan untuk melaksanakan syi‟ar-syi‟ar ibadah haji

yang sudah ditentukan, seperti melontar jumrah, menyembelih hewan had,

37

Ibid, hal. 108

38 Muhammad bin „isa Abu „Isa At Tirmidzi, Al Jami’ As Shahih Sunan At Tirmidzi,

(Beirut: Dar Ehya Al Turas El „Araby) jil. 3, hal. 228 no. hadis 88

Page 46: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

34

memotong hewan kurban dan bermalam di sana.39

Makna dari Mina munakhun

man sabaq, (milik orang-oranng yang lebih dahulu sampai). Yaitu barang siapa

yang lebih awal di tempat Mina, lalu menempatinya, maka tempat tersebut

adalah baginya, karena Mina merupakan milik umum seluruh rakyat, dan

bukan milik perorangan sehingga orang lain dilarang untuk memilikinya

(menempatinya).

3. Kedudukan, Peran dan Tanggung Jawab Pemerintah (Ulil Amri) dalam

Islam

Tugas negara adalah mengubah teori menjadi kenyataan, mengubah norma-

norma menjadi undang-undang, dan memindahkan keindahan etika menjadi praktek

sehari-hari. Adalah tugas negara membuat suatu badan khusus yang bertugas

mengawasi dan meningkatkan kwalitas ekonomi, mengadili orang yang melanggar

dan menegur orang yang lalai.40

Allah SWT mensifati orang-orang yang beriman yang diteguhkan

kedudukannya di muka bumi dengan firman-Nya “(yaitu) orang-orang yang jika

kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan

sembahyang menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma‟ruf dan mencegah dari

yang mungkar”

39

M. Sholahuddin, Asas-Asas Ekonomi Islam, hal. 109

40

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1997), hal.

252

Page 47: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

35

Yang dimaksud dengan kata “diteguhkan” di bumi adalah bagi orang-orang

yang beriman yaitu kekuasaan di tangan mereka. Pengaruh dari diteguhkan tampak

pada ditegakkannya hak Allah yang paling menonjol yaitu shalat, terpeliharanya hak

kemanusiaan terutama bagi fakir miskin, yaitu hak mereka dalam bagian dari zakat,

tersebarnya kebaikan dan kebenaran serta ditentangnya kabatilan dan kerusakan. Dan

inilah apa yang dimaksud dengan amar ma’ruf nahi mungkar. Tampaklah bahwa

peran negara di lapangan ekonomi mantap dan kokoh dalam menjaga norma dan

kewajibannya itu dalam semua bidang tanpa terkecuali, yaitu produksi, konsumsi,

distribusi dan transaksi.41

Sangatlah wajar apabila semua orang berusaha meminimalisasi risiko yang

akan menimpa jiwa dan hartanya. Beberapa orang bergabung menjadi kelompok

besar untuk mencapai maksud tersebut, agar dapat mengumpulkan cukup dana untuk

melaksanakan usaha bersama dalam jangka yang panjang. Dan hal ini tidak dapat

dilakukan oleh kelompok atau persatuan yang kecil. Organisasi yang besar di bentuk

untuk melaksanakan tujuan semacam ini dengan skala yang besar. Tetapi tidak dapat

dipungkiri bahwa organisasi yang kecil dapat terkena dampak buruk oleh bentuk

usaha besar atau wadah usaha semacam ini. Sehingga dapat menimbulkan konflik

antar individu dan kelompok didalam masyarakat.42

41

Ibid, hal. 252

42

Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) hal. 112

Page 48: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

36

Oleh karena itu, negara harus mengambil alih tanggung jawab dan

mengorganisasi secara nasional atau memberikan jaminan secara kolektif kepada

seluruh masyarakat dalam bentuk jaminan sosial untuk menghindari kemungkinan

konflik.43

Dan untuk memperbaiki efisiensi masyarakat yang lebih baik.

Islam memandang bahwa tanggung jawab pemerintah bukan terbatas pada

keamanan dalam negeri atau mempunyai sistem keamanan antisipasif dari serangan

luar, tetapi pertanggungjawaban pemerintah ini juga harus merupakan bagian dari

program pencapaian masyarakat yang makmur dan adil. Keadilan dalam masyarakat

tidak mungkin tercipta tanpa keterlibatan pemerintah dalam membela yang lemah

dan memberikan jaminan sosial kepada mereka, termasuk yang menyangkut masalah

perekonomian. Pemerintah harus mampu menjadi “super power” dalam menindak

setiap pelanggaran dan mengawasi ter-realisasinya firman Allah yang berbunyi:

“Janganlah sebagian diantara kalian memakan harta sebagian yang lain

dengan cara yang bathil”. (QS. Al Baqarah[2]:188)

Dalam Islam, selain kebijakan dari para pemain atau pihak-pihak sentral

ekonomi yang memang diharapkan dapat memberikan kestabilan dan kesejahteraan

ekonomi, sistem ekonominya juga diyakini memiliki mekanisme sendiri dalam

menjaga kestabilan tersebut. Eksistensi aturan syariah dan institusi dalam sistem

43

Ibid, hal. 113

Page 49: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

37

ekonomi diharapkan dapat menjaga perekonomian dari salah laku para pemain

ekonomi. Dan berkaitan dengan ini dalam perekonomian islam ada beberapa

mekanisme ekonomi yang tidak akan berjalan dengan maksimal, ketika bukan negara

yang menjalankannya, misalnya terlaksananya zakat dan atau pajak. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa peran negara menjadi cukup sentral dalam sistem ekonomi

islam.44

Institusi negara tidak lepas dari konsep kolektif yang ada dalam landasan

moral dan syariah. Konsep ukhuwah, tawsiyah, dan khilafah merupakan landasan

pembangunan institusi islam yang berbentuk negara. Negara dengan kosep tersebut

yang juga dilengkapi dengan seperangkat regulasi syariah diharapkan dapat

melayani dengan baik dan menyeluruh semua kebutuhan.45

Imam Ghazali menyebutkan bahwa agama adalah pondasi atau asas,

sementara kekuasaan -dalam hal ini negara- adalah penjaga pondasi atau asas tadi.

Lebih jauh Najetullah Siddiqi menegaskan bahwa masyarakat tidak akan dapat

diorganisir atau diatur menggunakan prinsip-prinsip islam kecuali menggunakan

negara sabagai media.46

Secara garis besar fungsi negara yang dikemukakan Yusuf Qardhawi

terbagi pada dua hal, yaitu:

44

Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam, (Jakarta: Paradigma, Aqsa publishing)

hal. 357

45

Ibid, hal. 358

46

Ibid. hal. 358

Page 50: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

38

a. Negara berfungsi menjamin segala kebutuhan minimum rakyat. Fungsi pertama

ini bermakna bahwa negara harus menyediakan atau menjaga tingkat kecukupan

atau kebutuhan minimum masyarakat.

b. Negara berfungsi mendidik dan membina masyarakat. Dalam fungsi ini yang

menjadi ruang lingkup kerja negara adalah menyediakan fasilitas infrastruktur,

regulasi, institusi, sumber daya manusia, pengetuahuan sekaligus kualitasnya.47

Sementara itu menurut Hasanuzzaman segala fungsi negara ditujukan untuk

memastikan bahwa keadilan dan keseimbangan di masyarakat dapat terjaga. Fungsi

negara ini menurut beliau terdiri dari:

1) Pembuatan kebijakan dan Legislasi, fungsi ini adalah untuk menekan inefisiensi

dan diskriminasi.

2) Pertahanan negara .

3) Pendidikan dan penelitian.

4) Pembangunan dan pengawasan moral-sosial masyarakat.

5) Menegakkan hukum, menjaga ketertiban dan menjalankan hudud.

6) Mewujudkan kesejahteraan publik.

7) Hubungan luar negeri, selain bertujuan untuk memelihara hubungan baik dengan

negara lain, negara juga dapat menggunakan misi diplomatiknya untuk

47

Ibid. 359

Page 51: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

39

mengawasi potensi perlawanan atau konspirasi yang ingin menghancurkan

negara.48

4. Kuasa Pertambangan dan Hak Atas Tanah

Keberadaan tambang di sebidang tanah milik individu tertentu tidak cukup

dijadikan dasar bagi penyerahan kepemilikan tambang itu –sebagai milik pribadi-

kepada individu tersebut.49

Hak kepemilikan individu atas tanah mencul berdasarkan

dua hal, yaitu reklamasi dan masuknya sebuah wilayah kepada Darul- Islam secara

sukarela. Individu yang mereklamasi sebidang tanah mendapat hak atas tanah

tersebut, sementara orang yang menyerah kepada Darul Islam secara suka rela

diizinkan tetap memilik tanahnya.50

Menurut sebuah hadis, reklamasi terbatas pada

hak atas tanah dan klaim terhadapnya, sebagaimana hadis Nabi yang berbunyi:

Dari Rasulullah SAW. Bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa

memakmurkan tanah yang tidak bertuan, maka ia ia lebih berhak atas tanah itu”

(HR. Al Baihaqi)

48

Ibid, hal. 364

49

Muhammad Baqir Ash Shadr, Iqtishaduna, (Jakarta: Zahra, 2008) hal. 226

50

Ibid, hal. 227

51

Ahmad bin Al Husain bin „Ali bin Musa Abu Bakr Al Baihaqi, Sunan Al-Baihaqi Al

Kubra, (Makkah: Maktabah Darul Baaz, 1994M/ 1414H) Jilid 6, hal. 141

Page 52: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

40

Lebih jauh Baqir Ash Shadr dalam bukunya (Iqtishaduna) menjelaskan

bahwa tambang-tambang yang berada pada tanah milik individu, tidak menjadi

properti individu pemilik tanah tersebut, namun hak individu pemilik tanah harus

diperhatikan karena eksploitasi tambang bergantung pada kehendak (izin) si pemilik

tanah.52

B. Pandangan Hukum Positif Tentang Sumber Daya Alam

1. Legalitas Kegiatan Ekonomi Dalam Hukum Islam dan Hukum Positif

Hampir dapat dipastikan bahwa tujuan melakukan kegiatan ekonomi adalah

untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Tidak masalah, apakah kegiatan tersebut

dilakukan oleh orang perorangan secara individu dan atau oleh kelompok orang

dalam kerja sama atau siapa saja yang menjalankan perusahaan tersebut.53

Pencapaian memperoleh keuntungan tersebut harus dilakukan dengan melakukan

suatu aktivitas/kegiatan sesuai bidang usaha masing-masing.

Dalam rangka melakukan aktivitas tersebut, setiap pelaku ekonomi harus

melakukan interaksi dan transaksi maupun hubungan hukum dengan banyak pihak.

Hubungan hukum dilakukan antara produsen dengan para pemasok, distributor,

konsumen, maupun pihak rekanan termasuk bank. Aktivitas yang baik dan sempurna

adalah suatu aktivitas yang tidak merugikan pihak manapun karena hak dan

52

Muhammad Baqir Ash Shadr, Iqtishaduna, hal. 228

53

Sri Redjeki Hartono, Hukum Ekonomi Indonesia, (Malang: Bayumedia publising),

hal. 126

Page 53: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

41

kewajiban sudah proporsional. Untuk itu dibutuhkan legalitas yang memenuhi

ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Setiap aktivitas para pelaku ekonomi tidak boleh melanggar atau

bertentangan dengan prosedur dan syarat yang harus dipenuhi sesuai peraturan yang

berlaku, baik tingkat pusat maupun tingkat daerah dalam hal syarat formal maupun

syarat materiil. Legalitas yang harus dipenuhi tersebut minimal terdiri atas dua

legalitas utama, yaitu legalitas institusional dan legalitas operasional. Legalitas lain

sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku pada bidang usaha tertentu. Apabila

semua persyaratan sudah dipenuhi, perlu diikuti perolehan/pengesahan/izin dari

instansi yang berwenang untuk pemberian pengesahan badan usaha. Dalam hal ini

meliputi rangkaian tindakan pengesahan, pendaftaran dan pengumuman, sesuai

dengan perundangan yang berlaku.54

Pengesahan dan pengumuman merupakan legalitas bagi setiap badan usaha

sesuai dengan masing-masing badan usaha. Sementara itu yang berhubungan dengan

pendaftaran dan perizinan lain merupakan rangkaian legalitas operasional. Yang

dapat memperoleh legalitas operasional adalah pelaku usaha dan badan usaha yang

sudah memperoleh legalitas institusional. Legalitas operasional kegiatan ekonomi

berawal dari ketentuan Undang-Undang wajib daftar perusahaan, yaitu Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1983.

54

Ibid, hal. 126

Page 54: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

42

Adapun tujuan dari undang-undang Nomor 3 Tahun 1983 tentang wajib

daftar perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Melindungi perusahaan yang jujur. Tujuan pertama pendaftaran adalah untuk

melindungi perusahaan yang dijalankan secara jujur, dan terbukti dari

kemungkinan kerugian akibat praktik usaha yang tidak jujur, seperti persaingan

curang, dan penyelundupan.

b. Melindungi masyarakat atau konsumen. Tujuan kedua pendaftaran perusahaan

adalah untuk melindungi masyarakat atau konsumen dari kemungkinan akibat

perbuatan yang tidak jujur.

c. Mengetahui perkembangan dunia usaha dan perusahaan yang didirikan, beroperasi

serta berkedudukan di Indonesia melalui daftar perusahaan pada kantor

pendaftaran perusahaan.

d. Memudahkan pembinaan, pengarahan, dan pengawasan. Yaitu untuk

memudahkan pemerintah dalam melakukan pembinaan, pengarahan, dan

pengawasan, serta menciptakan iklim dunia usaha yang sehat melalui data yang

dibuat secara benar dalam daftar perusahaan.55

Adapun perusahaan yang waib melakukan pendaftaran adalah sebagai

berikut:

1) Perseroan terbatas (PT), koperasi, persekutuan komanditer (CV), Firma (Fa), dan

perseorangan.

55

Ibid, hal. 127

Page 55: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

43

2) Perusahaan lain yang melaksanakan kegiatan usaha dengan tujuan memperoleh

keuntungan dan/atau laba.56

2. Ketentuan Umum Usaha Pertambangan Menurut Hukum Positif.

a. Pertambangan Pada Umumnya

Pada ketentuan umum Undang-Undang Pertambangan Mineral dan

Batu Bara pasal (1) poin 6, dijelaskan tentang definisi usaha pertambangan,

yaitu kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi

tahap kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta

pasca tambang.57

Lebih lanjut, berdasarkan inventarisasi peraturan perundang-undang

yang berkaitan dengan masalah pertambangan, maka kita dapat

mengklasifikasikan bahwa kegiatan pertambangan berhubungan dengan

seluruh kegiatan lain, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan jenis usaha

bahan galian, pengelolaan usaha pertambangan, kuasa pertambangan, dan

hubungannya dengan hak-hak atas tanah.58

56

Ibid, hal. 128

57

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang

Pertambangan Mineral dan Batu Bara, (Bandung: 2010) hal. 3

58

Badan Pembinaan Hukum Nasional Depertemen Kehakiman, Analisa Dan Evaluasi

Hukum Tentang Prosedur Perizinan Pertambangan Rakyat, (Jakarta:Departemen Kehakiman)1995.

hal. 6

Page 56: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

44

Jika kita memperhatikan ketentuan-ketentuan pokok pertambangan

sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967

menegaskan, bahwa semua bahan galian yang terdapat dalam wilayah hukum

pertambangan Indonesia yang merupakan endapan-endapan alam sebagai

karunia Tuhan Yang Maha Esa, adalah kekayaan nasional bangsa Indonesia,

dan karenanya dikuasai dan dipergunakan negara untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Disitu, yang dimaksud dengan bahan galian adalah unsur-

unsur kimia, mineral, bijih-bijih dan segala macam batu-batuan termasuk batu-

batu mulia yang merupakan endapan alam.59

Dengan menempatkan negara dalam posisi sentral selaku pihak yang

menguasai endapan-endapan alam yang merupakan aset nasional, maka negara

selaku organisasi publik mempunyai wewenang untuk melakukan bentuk-

bentuk hubungan hukum antara subyek hukum seperti perorangan atau badan

hukum dengan obyek hukum, yaitu wilayah pertambangan. Dalam

menjalankan kewenangannya ini, negara diikat oleh suatu prinsip, yaitu bahwa

endapan-endapan alam yang merupakan aset nasional tersebut harus

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, serta empat asas

yang tersurat dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, yaitu: Pertama,

asas manfaat, keadilan dan keseimbangan. Kedua, keberpihakan kepada

59

Ibid, hal. 6

Page 57: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

45

kepentingan bangsa. Ketiga, partisipasif, transparansi, dan akuntabilitas. Dan

ke-empat berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.60

Oleh karena itu, setiap usaha pertambangan baru dapat dilaksanakan

setelah terlebih dahulu memperoleh perizinan pertambangan dan harus

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Selain dari pada itu, pemegang izin pertambangan baru boleh memiliki

bahan galian yang digali untuk dijual setelah terlebih dahulu membayar iuran

pertambangan.61

Bahan-bahan yang merupakan endapan alam tersebut dikelompokkan

ke dalam tiga jenis atau golongan bahan galian:

a) Golongan bahan galian strategis

b) Golongan bahan galian vital

c) Golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam kategori a dan b.

Wewenang untuk menentukan pengelompokan bahan galian tersebut

berada sepenuhnya di tangan pemerintah. Hal itu berarti, pemerintah berhak

setiap saat mengubah pengelompokan. Bahan galian tertentu yang semula

60

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang

Pertambangan Mineral dan Batu Bara, hal. 7

61

Badan Pembinaan Hukum Nasional Depertemen Kehakiman, Analisa Dan Evaluasi

Hukum Tentang Prosedur Perizinan Pertambangan Rakyat, hal. 7

Page 58: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

46

dikelompokkan tidak strategis dikemudian hari dapat diubah menjadi bahan

galian strategis.62

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980, penggolongan

bahan galian secara rinci diatur sebagai berikut:

1) Golongan bahan-bahan galian strategis yang terdiri atas: minyak bumi,

bitumen cair, lilih bumi, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batu bara,

batu bara muda, uranium, radium, thorium, dan bahan-bahan galian

radioaktif lainnya.

2) Golongan bahan galian vital terdiri atas: besi, mangaan, molidben, khrom,

wolfram, vanadium, titan, bauksit, tembaga, timbale, seng, emas, platina,

perak, air raksa, arsin, antimon, bbismut, uttrium, rhutenium, cerium dan

logam-logam langka lainnya.

3) Golongan yang tidak termasuk ke dalam a dan b, terdiri atas: nitrat-nitrat,

pospat-pospat, garam batu (balite), asbes, talk, mika, grafit, magnisit, batu

setengah permata, pasir kwarsa, kaolin, yarosit, leusit, tawas (alum), oker,

batu permata, fieldspar, gips, bentonit, batu apung tras, absidian, perlit,

tanah diatome, tanah serap, marmer, batu tulis, batu kapur, dlomit, kalsit,

62

Ibid, hal. 7

Page 59: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

47

granit, andesit, basal, trkahit, tanah liat dan pasir, sepanjang tidak

mengandung unsur bahan galian a dan b.63

Di Indonesia usaha pertambangan dapat dikelola oleh:

a) Instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Pertambangan

b) Perusahaan negara

c) Perusahaan daerah

d) Perusahaan dengan modal bersama antara negara dan daerah

e) Koperasi

f) Perusahaan swasta yang didirikan sesuai dengan peraturan-peraturan

Republik Indonesia, bertempat kedudukan di Indonesiadan bertujuan

berusaha dalam lapangan pertambangan, dan pengurusnya mempunyai

kewarganegaraan Indonesia dan bertempat tinggal di Indonesia.

g) Perseorangan yang berkewarganegaraan Indonesia, dan bertempat tinggal

di Indonesia.

h) Perusahaan dengan modal bersama antara negara dan atau daerah dengan

koperasi dan/atau badan/perseorangan swasta.

i) Pertambangan rakyat.64

Walaupun banyak pihak tersebut di atas dapat melakukan

pengelolaan usaha pertambangan, namun tidak berarti mereka dapat

63

Ibid, hal. 7

64

Ibid, hal. 9

Page 60: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

48

melakukan usaha pertambangan untuk semua golongan bahan galian. Dalam

kaitannya dengan usaha pengelolaan usaha pertambangan, undang-undang

pokok pertambangan mengambil kebijaksanaan sebagai berikut:

Pertama, golongan galian strategis pada dasarnya dikelola oleh: a) Instansi

pemerintah yang ditunjuk oleh memteri pertambangan. b) Peusahaan negara

Kedua, golongan galian strategis hanya dapat dikelola pihak swasta, bila

menteri pertambangan berpendapat bahwa pengelolaan oleh pihak swasta

tersebut dillihat dari sudut kepentingan ekonomi dan perkembangan

pertambangan lebih menguntungkan bagi negara.

Ketiga, golongan galian strategis dapat dikelola oleh pertambangan rakyat,

bila jumlah endapan bahan galian strategis tersebut kecil sehingga lebih

efisien jika dikelola oleh pertambangan rakyat.

Untuk golongan galian vital, Undang-Undang Pokok Pertambangan

menggariskan kebijaksanaan sebagai berikut:

Pada dasarnya golongan galian vital dapat diusahakan

pengelolaannya oleh:

a) Badan atau perorangan swasta yang memenuhi syarat-syarat menurut

hukum yang berlaku di Indonesia.

b) Instansi pemerintah yang ditunjuk oleh menteri pertambangan.

c) Perusahaan negara.

d) Perusahaan daerah.

Page 61: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

49

e) Perusahaan patungan antara negara (pemerintah pusat) dengan

pemerintah daerah tingkat I, atau pemerintah daerah tingkat II, atau

perusahaan daerah.

f) Perusahaan patungan antara perusahaan negara dan atau perusahaan

daerah dengan badan dan atau perseorangan swasta.65

Selanjutnya apabila ada pekerjaan-pekerjaan dalam rangka usaha

pertambangan yang belum atau tidak dapat dilakukan sendiri oleh instansi

pemerintah atau perusahaan negara, maka instansi pemerintah atau

perusahaan negara tersebut selaku pemegang kuasa pertambangan dapat

mengadakan perjanjian karya dengan kontraktor dengan berpegang pada

pedoman dan syarat-syarat yang diberikan Menteri Pertambangan.

Perjanjian karya tersebut, bila menyangkut eksploitasi galian strategis,

hanya dapat berlaku bila sudah memperoleh pengesahan dari pemerintah.

Pemerintah dapat mengesahkan perjanjian karya tersebut setelah

berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat.66

3. Ketentuan Hukum Pertambangan Rakyat

Seperti kita ketahui pertambangan rakyat sudah lama berkembang di

Indonesia. Sebelum ada perusahaan-perusahaan besar yang berskala nasional atau

internasional, pertambangan rakyat atau sering dikenal sebagai penambang

65

Ibid, hal. 9

66

Ibid, hal. 10

Page 62: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

50

tradisional sudah lama tumbuh dan berkembang di pulau-pulau di Indonesia.

Kegiatan pertambangan yang dikelola oleh rakyat meliputi berbagai jenis galian,

antara lain: emas, intan, pasir kuarsa, batu apung, dan lain sebagainya.67

Dalam kaitannya dengan pertambangan rakyat ini, Undang-Undang Pokok

Pertambangan mengatur sebagai berikut:

Pertama, bahwa tujuan dari pertambangan rakyat adalah memberikan kepada

rakyat setempat dalam mengusahakan bahan galian untuk turut serta

membangun negara dibidang pertambangan dengan bimbingan pemerintah.

Kedua, pertambangan rakyat hanya dilakukan oleh rakyat setempat yang

memegang kuasa (izin) pertambangan rakyat. Itu berarti orang-orang atau

warga yang berasal dari luar atau bukan bagian warga setempat tidak dapat

melakukan pertambangan di wilayah pertambangan rakyat (WPR).68

Pertambangan rakyat belakangan ini sering disorot oleh beberapa pihak,

termasuk pemerintah, sehubungan dengan cara-cara mereka penambangan yang

menggunakan teknologi yang terbelakang, sehingga menimbulkan dampak yang

negatif pada lingkungan fisik, misalnya penggunaan merkuri oleh penambang emas

telah mengakibatkan menumpuknya kandungan merkuri yang jauh melampaui

ambang batas. Terlepas sejauh mana kebenaran dari laporan tentang tata cara

penambangan mereka, yang perlu dilakukan pemerintah adalah bimbingan dan

67

Ibid, hal. 15

68

Ibid, hal. 15

Page 63: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

51

bantuan tehnis, serta barang kali insentif lainnya kepada para penambang tradisional

agar mereka dapat melakukan pengelolaan lingkungan sebaik-baiknya.69

Hal ini

sangat penting, karena pada dasarnya mereka menggunakan cara-cara terbelakang

bukan karena tidak mau menggunakan cara yang lebih aman dan ramah lingkungan,

malaiankan karena memang kebanyakan mereka tidak berpendidikan dan kurang

pembinaan.

Berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku, pengertian atau

definisi pertambangan rakyat dijelaskan dalam peraturan sebagai berikut:

a) Undang-undang No. 11 Tahun 1967 tentang ketentuan ketentuan pokok

pertambangan. Dalam pasal 2, huruf n, yang dimaksud dengan pertambangan

rakyat adalah suatu usaha pertambangan bahan-bahan galian dari semua golongan

a, b, dan c, seperti yang dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) yang dilakukan oleh

rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong royong dengan alat-alat

sederhana untuk penghasilan sendiri. Pada pasal 11 ayat (2): disebutkan

“Pertambangan Rakyat hanya dapat dilakukan oleh rakyat setempat yang

memegang kuasa (izin) Pertambangan Rakyat”.70

b) Peraturan Pemerintah no. 32 Tahun 1969 tentang pelaksanaan undang-undang

Nomor 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan.

69

Ibid, hal. 16

70

Ibid, hal. 16

Page 64: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

52

Pasal 5 ayat (4) berbunyi ”Izin Pertambangan Rakyat diberikan untuk jangka

waktu selama-lamanya 5 tahun dan bila mana diperlukan dapat diperpanjang

untuk jangka waktu yang sama”.

c) Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01/p/201/M. PE/1986 tentang

pedoman pengelolaan pertambangan rakyat bahan galian strategis dan vital

(golongan A dan B).

Yang dimaksud dengan pertambangan rakyat dalam peraturan menteri ini

adalah:

“Usaha bahan galian strategis (golongan a) dan vital (golongan b)

yang dilakukan rakyat setempat yang bertempat tinggal di daerah bersangkutan

untuk penghidupan mereka sendiri sehari-hari yang dilakukan secara

sederhana”.71

Berdasarkan defisnisi pertambangan rakyat seperti yang tersebut di atas

dapat disimpulkan bahwa pertambangan rakyat harus memenuhi kriteria-kriteria

sebagai berikut:

1) Dilaksanakan oleh rakyat setempat, yaitu berdasarkan hukum adat atau adat

setempat atau penduduk yang sudah diterima sebagai penduduk setempat atau

warga desa yang dalam wilayah kecamatan tempat terdapatnya bahan galian

tersebut.

2) Diusahakan secara sederhana atau kecil-kecilan yang dikerjakan dengan alat-

alat sederhana dengan cara sendiri tanpa penelitian atau perencanaan serta

perhitungan ekonomi terlebih dahulu.

71

Ibid, hal. 17

Page 65: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

53

3) Untuk mata pencaharian mereka sendiri, yaitu tidak mencari keuntungan dan

tidak ada perjanjian kerja sebagaimana lazimnya majikan dan karyawan.

4) Dapat memakai permesinan dengan jumlah kekuatan maksimal 25 PK.

(kekuatan kecil)

5) Keadalaman sumuran dan terowongan buntu maksimal 25 meter.

6) Tidak memakai alat-alat berat dan bahan peledak.

7) Dilakukan hanya dalam wilayah pertambangan rakyat (WPR) setelah

mendapatkan izin.72

4. Perizinan Pertambangan

Perizinan pertambangan pada umumnya disebut dengan kuasa

pertambangan (KP), artinya hanya merupakan kuasa untuk melakukan usaha

pertambangan yang diberikan oleh pemerintah kepada warga negara Indonesia.73

Perizinan pertambangan mempunyai 5 (lima) bentuk, yaitu:

a. Kuasa Pertambangan (KP)

Kuasa Pertambangan adalah perizinan pertambangan yang harus

dimiliki untuk dapat mengusahakan bahan galian golongan A, B, serta C yang

terletak di lepas pantai. KP dikeluarkan oleh menteri pertambangan dan energi,

cq. direktur Jenderal Pertambangan Umum.

72

Ibid, hal. 18

73

Ibid, hal. 10

Page 66: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

54

b. Kontrak Karya

Adalah perizinan pertambangan yang harus dimiliki perusahaan

asing/joint ventura untuk dapat mengusahakan galian golongan A dan B.

Kontrak karya terdapat dua macam:

1) Antara pemerintah dan perusahaan asing, KK ini ditandatangani oleh

menteri pertambangan dan Energi atas nama pemerintah.

2) Antara BUMN sebagai pemegang KP dan perusahaan asing/ join ventura

khusus untuk bahan galian minyak, gas bumi dan batu bara. KK ini

ditandatangani oleh Dirut BUMN dengan persetujuan menteri

Pertambangan dan Energi.

c. Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD)

Adalah perizinan pertambangan yang harus dimiliki untuk dapat

mengusahakan bahan galian golongan C, kecuali di lepas pantai. SIPD

diberikan oleh Gubernur (Kepala Daerah Tingkat I) atau Bupati (Kepala

Daerah Tingkat II) untuk luas area tertentu.

d. Suarat Izin Pertambangan Rakyat (SIPR)

Adalah bentuk perizinan pertambangan yang harus dimiliki untuk

mengusahakan bahan galian golongan A, B dan C, oleh rakyat setempat secara

kecil-kecilan dengan alat-alat yang sederhana untuk mata pencaharian sendiri.

SIPR ini diberikan kepada perseorangan atau koperasi. Surat izin ini

Page 67: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

55

dikeluarkan oleh Gubernur (Kepala Daerah Tingkat I) setelah mendapat

persetujuan Menteri Pertambangan dan Energi.

e. Penugasan Pertambangan (PP)

Adalah perizinan pertambangan yang harus dimiliki oleh suatu

instansi pemerintah untuk melaksanakan suatu penyelidikan umum dan

eksplorasi dalam rangka inventarisasi bahan galian yang merupakan kekayaan

alam Indonesia. PP dikeluarkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi cq.

Dirjen Pertambangan Umum.74

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969, kuasa

pertambangan dapat diberikan untuk satu atau beberapa usaha pertambangan,

yaitu berupa:

1) Kuasa pertambangan penyelidikan umum berlaku untuk jangka waktu satu

tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu satu tahun lagi.

2) Kuasa pertambangan eksplorasi berlaku untuk jangka waktu tiga tahun,

yang dapat diperpanjang untuk dua tahun lagi, dan bila usaha pertambangan

eksplorasi akan dilanjutkan dengan eksploitasi, maka dapat diperpanjang

hingga tiga tahun lagi.

3) Kuasa pertambangan eksploitasi yang diberikan untuk jangka waktu tiga

puluh tahun, yang dapat diperpanjang untuk dua puluh tahun lagi.

74

Ibid, hal. 11

Page 68: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

56

4) Kuasa pertambangan pengolahan dan pemurnian diberikan untuk jangka

waktu tiga puluh tahun yang dapat diperpanjang untuk setiap kali

perpanjangan jangka waktunya sepuluh tahun.

5) Kuasa pertambangan pengangkutan dan penjualan untuk jangka waktu

sepuluh tahun, yang dapat diperpanjang untuk setiap kali perpanjangan

jangka waktunya lima tahun.

5. Kuasa dan Hak Kepemilikan Atas Tanah Pertambangan

Fenomena yang kita lihat di Indonesia, dampak sosial dari suatu kegiatan

usaha pertambangan dapat terwujud dalam bentuk konflik antara pemegang kuasa

pertambangan dengan pemilik atau pemegang hak atas tanah yang menguasai

sebidang tanah pada permukaan bumi. Pemegang kuasa pertambangan mempunyai

hak untuk menambang bahan-bahan galian yang ada di dalam kandungan perut

tanah. Sedangkan pemegang hak atas tanah mempunyai hak untuk menggarap

permukaan tanah, dan sering sekaligus pemilik atas benda-benda yang ada diatas

tanah tersebut.

Pemegang kuasa pertambangan hanya mungkin dapat melakukan

penggalian jika tidak ada hambatan atau perlawanan dari pihak pemegang hak atas

tanah. Dalam situasi seperti itu Undang-Undang Pokok Pertambangan menganut

kebijaksanaan yang lebih berpihak pada kepentingan pemegang kuasa atas

pertambangan. Pemilik atau pemegang hak atas tanah, atas alasan apapun tidak dapat

Page 69: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

57

menghalangi atau menggagalkan kegiatan penggalian yang akan dilakukan

pemegang kuasa pertambangan.75

Akan tetapi undang-undang mewajibkan kepada pemegang kuasa

pertambangan untuk mengganti kerugian kepada pemegang hak atas tanah. Pasal 25

ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 menegaskan, pemegang kuasa

pertambangan diwajibkan mengganti kerugian akibat dari usahanya pada segala

sesuatu yang berada di atas tanah kepada yang berhak atas tanah, di dalam

lingkungan daerah pertambangan maupun di luarnya, dengan tidak memandang

apakah perbuatan itu dilakukan dengan atau tidak dengan sengaja, maupun yang

dapat atau tidak dapat diketahui lebih dahulu.

Jumlah dan besarnya ganti rugi ditetapkan bersama melalui musyawarah

bersama antara pemegang hak atas tanah dengan pemegang kuasa pertambangan.

Bila kedua belah pihak tidak dapat mencapai mufakat tentang besarnya ganti rugi,

maka keputusan tentang besarnya ganti rugi diserahkan kepada Menteri

Pertambangan. Salah satu pihak yang tidak dapat menerima keputusan Menteri

Pertambangan dapat mengajukan gugatan di depan Pengadilan Negeri yang wilayah

hukumnya meliputi wilayah yang bersangkutan.76

75

Ibid, hal. 13

76

Ibid, hal. 14

Page 70: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

58

6. Persamaan dan Perbedaan Konsep Pertambangan Dalam Hukum Ekonomi

Islam dan Hukum Positif

a. Persamaan

1) Kedua konsep tersebut mengakui bahwa kekayaan alam termasuk barang tambang

yang terdapat dalam perut bumi, yang jumlah depositnya tak terbatas merupakan

milik bersama (seluruh masyarakat).

2) Mengakui pemerintah/ulil amri sebagai organisasi tertinggi yang memegang

otoritas pada sebuah negara untuk mengelola (mengeksploitasi dan

mendistribusikan) kepada masyarakat luas, sehingga dapat dinikmati semua

kalangan.

3) Membolehkan penyewaan tenaga dari luar (individu atau perusahaan swasta)

untuk mengeksplorasi dengan ganti memberikan upah.

4) Dalam hal pertambangan rakyat/pertambangan yang dilakukan masyarakat

setempat dalam skala kecil, boleh dilakukan dengan catatan membayarkan

sejumlah uang (khumus/ iuran eksplorasi dan pajak pertambangan) kepada negara,

sebagai pemasukan negara.

b. Perbedaan

1) Dalam hukum positif, segala prosedur dan peraturan terkait proses pengambilan

sampai pendistribusian kekayaan alam -termasuk barang tambang-, diserap dari

peraturan-peraturan yang dibuat oleh manusia. Sedangkan dalam konsep

Page 71: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

59

pertambangan ekonomi Islam diserap dari Al Quran dan hadis yang merupakan

sumber utama dalam hukum islam.

2) Dalam hal pertambangan rakyat, penarikan iuran atau pajak pada sistem

ekonomini islam khumus besarnya ditentukan berdasarkan hasil tambang, yaitu

1/5 atau (20%) dari hasil tambang. Sedangkan dalam Undang-Undang

Pertambangan, penarikan iuran pertambangan ditentukan berdasarkan luas area

dan periode (tahun) serta tergantung pada bidang usaha.

3) Konsep pengelolaan sumber daya alam dalam sistem ekonomi islam, manusia

diposisikan sebagai wakil/pemegang amanah (titipan) yang harus

mendayagunakannya demi kepentingan umat secara luas, karena Allah-lah

pemilik hakiki atas sumber daya alam tersebut. Sehingga dalam menjalankan

tugas keamanatan tersebut tidak hanya didasari atas dorongan naluri kemanusiaan

yang sama-sama memerlukan sumber daya yang ada, tetapi juga dalam rangka

pengabdian diri kepada sang Khaliq. Sedangkan dalam hukum positif, telah

disebutkan dalam Undang-Undang Pertambangan bahwa negara adalah menguasai

kekayaan sumber daya alam tanpa ada pengakuan sebagai pemegang amanah

Tuhan. Hal ini berimplikasi pada tidak adanya ruh ibadah dalam rangka mengabdi

kepada Sang Khaliq, melainkan hanya atas dasar kebersamaan dan kemanusian

yang sama-sama membutuhkan sumber daya alam tersebut.

Page 72: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

60

BAB III

PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT DESA WONOCOLO

A. Profil Desa Wonocolo

1- Profil Desa

Wonocolo adalah salah satu desa dari kecamatan Kedewan. Secara

geografis nyaris terletak di perbatasan antara profinsi Jawa Timur dengan Jawa

Tengah, namun tercatat sebagai bagian dari wilayah Jawa Timur. Wilayah

perbukitan yang mendominasi Wonocolo, tidak membuat desa ini mempunyai

hawa dingin, seperti daerah Puncak, Bogor. Mungkin dikarenakan area hutan

di sekelilingnya yang sudah hampir gundul, tinggal pepohon kecil-kecil yang

belum lama direboisasi. Sebelah timur Wonocolo berbatasan dengan desa

Banyu Urip, sebelah selatan berbatasan dengan desa Ngantru, sebelah barat

berbatasan dengan desa Kedewan, dan sebelah utara berbatasan dengan desa

Kali Gede. Luas wilayah desa Wonocolo ± 140,00 km2. Dihuni oleh 460

kepala keluarga, atau 1913 jiwa.77

Wonocolo pernah menjadi pusat kegiatan penambangan minyak oleh

Belanda, sehingga tidak heran jika di sekitar desa ini banyak sekali

peninggalan bangunan-bangunan kuno yang digunakan oleh Belanda untuk

mengatur kegiatan penambangan. Di sana kita akan menemui rumah-rumah tua

77

Wawancara pribadi dengan Bpk. Jasmin, Kepala desa Wonocolo pada 11 November

2010 di Wonocolo.

Page 73: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

61

yang sudah tidak dihuni, namun masih berdiri kokoh meskipun banyak

kerusakan diatapnya, seperti gudang-gudang kosong, rumah-rumah pekerja,

atau tempat persinggahan bagi menir-menir belanda, bahkan terdapat bekas

kolam renang kuno yang konon sering digunakan oleh Para nyonya Belanda.

Dan sekarang tempat-tempat tersebut dimiliki oleh PT. Pertamina.

2- Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat

Warga desa Wonocolo mayoritas beragama Islam. 90 % warganya

bekerja dibidang penambangan. Baik yang resmi bekerja pada PT. Pertamina

maupun menambang sendiri sumur-sumur peninggalan Belanda secara

bergotong royong. Seorang pekerja yang tidak memiliki sumur mampu

mendapatkan upah sekitar Rp. 50.000,- dari hasil upah mengilang minyak atau

menimba sumur, yang ia kerjakan dengan mesin bekas mobil yang

didongkrakkan. Pada sumur-sumur yang masih besar cadangan minyaknya,

seorang pekerja dapat memperoleh upah hingga Rp. 100.000 dari hasil

mengilang minyak saja, terutama setelah tahun 2006.78

Secara ekonomi, sejak 2006 warga desa Wonocolo mulai megalami

peningkatan. Setelah PT. Pertamina membiarkan warga Wonocolo mengilang

minyak hasil sumur-sumur mereka, warga setempat mendapatkan hasil yang

begitu besar dari penambangan minyak ini. Bisa dibayangkan jika sebuah

sumur yang dikelola oleh 11 orang seperti sumur W.06, dalam seminggu dapat

78

Ibid.

Page 74: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

62

menghasilkan 13 drum, setiap drum dapat dijual dengan Rp. 750.000, setelah

disuling. Untuk ukuran orang desa, uang sejumlah itu sudah cukup besar.

Sehingga tidak heran jika beberapa tahun terakhir ini gaya hidup warga

Wonocolo, sudah berubah. Hampir setiap pemuda di desa tersebut dapat

membeli sepeda motor dengan mudah, walaupun terkadang masih tinggal di

rumah-rumah yang sangat sederhana. Namun yang disayangkan adalah gaya

hidup yang lebih menonjolkan penampilan luar tersebut. Disamping itu banyak

pemuda desa Wonocolo yang terjebak pada sikap hidup berfoya-foya.79

B. Pertambangan Rakyat Desa Wonocolo

1. Sejarah Pertambangan Minyak Cepu

Blok Cepu adalah mandala minyak dan gas seluas 167 ribu hektare,

meliputi Blora di Jawa Tengah serta Bojonegoro dan Tuban di Jawa Timur. Di

dalamnya mendekam 318 miliar liter minyak dan 36,8 miliar meter kubik gas.

Banyu Urip merupakan salah satu lapangan minyak di blok itu. Laiknya daerah

kaya migas, area seluas 4.000 hektare ini tandus.80

Keberadaan ladang minyak di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur

berawal dari ketika warga setempat dikejutkan oleh rembesan cairan kehitaman

79

Wawancara pribadi dengan Sugianto, pemilik sumur minyak Wonocolo, Wonocolo

13 November 2010.

80

Metta Dharmasaputr, Muslihat Cukong di Ladang Cepu, artikel diakses pada 23

November2010, dari http://ip52-214.cbn.net.id/id/arsip/2008/01/07/INT/mbm.

20080107.INT126018.id.html

Page 75: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

63

yang mudah terbakar dari dalam tanah pada tahun 1880.81

Inilah temuan

minyak pertama di wilayah yang kemudian dinamai Blok Cepu. Warga

setempat menyebutnya latung. Berita penemuan cairan hitam ini akhirnya

sampai kepada Belanda, dan pada tahun 1887 mereka sudah mulai mengebor

minyak di Kuti dan Kruka, selatan Surabaya.

Adrian Stoop, seorang sarjana pertambangan lulusan Sekolah Tinggi

Tekhnik Delft Belanda pada tahun 1893 datang ke Dusun Ledok, Desa

Wonocolo Kec. Kasiman Kab. Bojonegoro yang berbatasan dengan Cepu, dan

membangun kilang minyak di Cepu. Untuk memperkuat kilang minyaknya

tersebut, Adrian Stoop mendirikan perusahaan bernama Dordtsche Petroleum

Maatschappij (DPM) yang namanya diambil dari desa tempat kelahirannya.

Inilah perusahaan asing pertama yang mengebor minyak di Indonesia.82

Sampai tahun 1900 lebih dari 30 sumur ditemukan di Blok Cepu.

DPM adalah perusahaan asing pertama di Indonesia yang mengelola

minyak dan sekaligus sebagai titik awal pertambangan minyak di tanah Jawa.

Seiring perjalanan sejarah, DPM berubah menjadi Bataafsche Petroleum

Maatschappij (BPM). Dan setelah kemerdekaan Indonesia, BPM berubah lagi

menjadi PTMRI, Permigan, Pusdik Migas, PPTMGB Lemigas, PPT Migas,

81

Metta Dharmasaputr artikel, Muslihat Cukong di Ladang Cepu. diakses pada 23

November2010, dari http.:/ /ip52-214.cbn.net.id/id/arsip/2008/01/07/INT/mbm. 20080107

.INT126018.id.html

82

WR. Yanto, Ladang Minyak dan Perusahaan Minyak di Bojonegoro. artikel iakses

pada 23 Noember 2010, dari http://smpn2balen.sch.id/html/index.php?id=berita&kode=27

Page 76: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

64

dan terakhir menjadi Pusat Pendidikan dan Latihan Minyak Bumi dan Gas

(Pusdiklat Migas). Saat ini Pusdiklat Migas telah berubah menjadi satu-satunya

lembaga pendidikan tentang minyak di Indonesia, yaitu Akademi Minyak dan

Gas (AKAMIGAS). Perubahan drastis dari tambang migas yang pertama kali

menghasilkan minyak di pulau Jawa menjadi AKAMIGAS dikarenakan

menipisnya cadangan-cadangan minyak diladang minyak Cepu. Dengan

menipisnya ladang minyak tersebut, mengakibatkan ongkos produksi lebih

besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu, alat-alat berat

yang dulu dipakai untuk eksploitasi minyak saat ini hanya digunakan sebagai

alat peraga pendidikan di AKAMIGAS.83

Pada tahun 1987, berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi

No. 0177/K/1987 tanggal 5 Maret 1987, Wilayah Kuasa Pertambangan (WKP)

seluas 973 km2 yang semula dikelola oleh PPT Migas diserahkan kepada PT.

Pertamina UEP III lapangan Cepu. Wilayah tersebut terletak di 4 kabupaten,

yaitu Grobogan, Blora, Bojonegoro dan Tuban. Dua kabupaten terakhir berada

di Jawa Timur. Melalui penyerahan WKP ini, sejumlah lapangan minyak, yaitu

Kawengan, Lapangan Ledok, Desa Wonocolo Kec. Kasiman Kab. Bojonegoro

dan Nglobo/Semanggi yang terdiri dari 519 sumur minyak berpindah ke tangan

PT. Pertamina UEP III. Kebijakan pemerintah tersebut bersumber pada

Undang – Undang No. 44 tahun 1960 dan UU No. 8 tahun 1971. Dalam UU

83

WR. Yanto, Ladang Minyak dan Perusahaan Minyak di Bojonegoro. artikel iakses

pada 23 Noember 2010, dari http://smpn2balen.sch.id/html/index.php?id=berita&kode=27

Page 77: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

65

tersebut ditetapkan bahwa kuasa pertambangan minyak dan gas di Indonesia

diberikan kepada PT. Pertamina sebagai satu-satunya BUMN yang mengelola

Migas. PT. Pertamina UEP III Cepu sendiri mengebor ladang minyak pertama

kali pada tahun 1989 di Desa Jepon Kec. Randublatung Kab. Blora Jawa

Tengah.

Tahun 1989, PT Humpuss Patragas, milik Tommy Soeharto,

menyatakan minatnya ikut mengelola Blok Cepu dalam bentuk kerja sama

bantuan teknis (technical assistant contract, TAC) selama 20 tahun hingga

2010. Selanjutnya tahun 1990, TAC PT Pertamina-Humpuss diteken pada 23

Januari. Tahun 1996 Humpuss melepas 49 persen saham ke Ampolex Cepu

Ltd., sebuah perusahaan minyak Australia. Dan pada 1997 Mobil Oil membeli

seluruh saham Ampolex. Kemudian pada 13 Juli 1998. Humpuss meminta izin

menjual lagi 51 persen sahamnya ke Mobil Oil, dan empat bulan kemudian,

Exxon Corporation merger dengan Mobil Oil menjadi ExxonMobil Oil.84

Tahun 1999 Menteri Pertambangan dan Energi menyetujui penjualan

saham ke Exxon Mobil. PT. Pertamina juga menyetujui penjualan dan

pengalihan hak operator kepada Exxon Mobil, dan hasilnya tahun 2000 Exxon

Mobil resmi menjadi operator Blok Cepu melalui Mobil Cepu Ltd. Pada

tanggal 29 Juni tahun 2001, Exxon mengajukan perpanjangan kontrak yang

akan berakhir 2010 menjadi 2030, setelah menemukan cadangan minyak baru

84

WR Yanto, Ladang Minyak dan Perusahaan Minyak di Bojonegoro, artikel diakses

pada 23 November 2010 dari http://smpn2balen.sch.id/html/index.php?id=berita&kode=27.

Page 78: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

66

250 juta barel (39,75 miliar liter) di Banyu Urip. 2002 Komisaris PT.

Pertamina setuju memperpanjang kontrak Exxon. Setahun kemudian (2003)

Diadakan negosiasi antara PT. Pertamina dan Exxon. 2004 Februari PT.

Pertamina setuju Exxon memperpanjang kontrak, namun 29 Juli, Dewan

Komisaris PT. Pertamina baru menyarankan direksi mempertahankan kontrak

dengan Exxon Mobil hanya sampai 2010, dan setelah itu, PT. Pertamina

mengelola sendiri Blok Cepu. April 2005 Pemerintah membentuk tim negosiasi

Blok Cepu dan 25 Juni PT. Pertamina dan Exxon Mobil sepakati bagi hasil

Blok Cepu. Pada 14 Maret 2006 Pemerintah menunjuk Exxon sebagai operator

Blok Cepu. Dan 15 Juni, Planning of development (PoD) Banyu Urip disetujui

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.85

2. Sejarah Pertambangan Rakyat Wonocolo

Pertambangan rakyat Wonocolo tidak bisa terlepas dari sejarah

pertambangan Blok Cepu, sejak zaman Belanda. Sebagai area pertama tempat

pengeboran oleh Belanda, sumur-sumur di Wonocolo bisa dikatakan lebih

dangkal jika dibandingkan area yang sekarang dikelola PT. Pertamina. Rata-

rata kedalaman sumur-sumur di desa Wonocolo adalah 200-400 meter. Hal ini

85

Metta Dharmasaputra, Muslihat Cukong di Ladang Cepu, artikel diakses pada 23

November2010,darihttp://ip52-214.cbn.net.id/id/arsip/2008/01/07/INT/mbm.20080107

.INT126018.id.html

Page 79: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

67

sangat berbada dengan kedalaman sumur yang dikelola oleh PT. Pertamina

yang mencapai 800 meter.86

Belanda yang memulai penambangan di Wonocolo, tentu

membutuhkan banyak tenaga untuk menjalankan proyek penambangan

tradisionalnya. Dari situ Belanda memanfaatkan warga setempat untuk menjadi

pekerja suruhan pada proyek penambangan mereka. Akhirnya rakyat

setempatpun menguasai cara-cara penambangan, secara turun-temurun warga

setempat menguasai tehnik menambang minyak dengan cara tradisional,

bahkan sampai penyulingannya.87

Kegiatan penambangan minyak dibawah prakarsa Belanda melalui

BPM berlanjut sampai tahun 1942, sampai kedatangan tentara Jepang. Tetapi

sebelum itu, pada tahun 1928 Belanda sempat membuka area penambangan

baru di daerah Kawengan yang lebih luas, dan area inilah yang akhirnya

sekarang di kuasai PT. Pertamina sebagai perusahaan negara yang dipercaya

memegang Kuasa Pertambangan di Indonesia. Setelah ditinggalkan Belanda

karena pindah ke Kawengan, sumur-sumur di Wonocolo diteruskan oleh warga

setempat, dengan modal keahlian yang mereka warisi dari Belanda. Bahkan

86

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan pada

13, November. Di area sumur minyak Wonocolo

87

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan pada

13 November. Di area sumur minyak Wonocolo.

Page 80: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

68

ada beberapa sumur yang masih dibantu peralatan oleh Belanda setelah

ditinggal.

Bertahun-tahun masyarakat setempat menimba sumur-sumur

peninggalan Belanda tersebut. Karena harga jual minyak yang terlalu murah,

dahulu orang lebih suka mengambil pipa-pipa baja yang sempat dipasang

belanda pada sumur-sumur minyak tersebut. Sehingga sumur-sumur yang tidak

dikerjakan oleh warga, pipa-pipanya banyak yang hilang. Hal ini yang

membuat sumur-sumur minyak tersebut belakangan ini sulit dicari. Apalagi

ketika harga minyak sempat melambung, dan warga dibiarkan menyuling

secara terang-terangan, warga Wonocolo berlomba lomba menemukan kembali

sumur-sumur yang sudah tidak berpipa baja tersebut. Sehingga tidak heran jika

dari sekitar 200 titik sumur yang tergambar pada peta peninggalan Belanda,

hanya sekitar 59 sumur yang sekarang beroperasi di Wonocolo, karena sulit

dicari.88

3. Latar Belakang Penduduk Melakukan Penambangan

Semenjak Belanda meninggalkan sumur-sumur minyak yang telah

mereka gali, masyarakat dihadapkan pada dua pilihan, yaitu bertani dan

menambang sumur-sumur tersebut. Pada waktu itu banyak masyarakat lebih

memilih menambang minyak dari pada bertani, karena seperti kebanyakan

daerah yang memiliki kandungan minyak tinggi, permukaan tanah sekitar

88

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan pada

13, November. Di area sumur minyak Wonocolo.

Page 81: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

69

Wonocolo tandus. Sehingga banyak warga menanami ladang mereka dengan

pepohon jangka panjang, sperti pohon jati yang mana akan membutuhkan

waktu lama untuk dapat memetik hasilnya. Disamping itu kebanyakan warga

Wonocolo tidak memiliki tanah luas kecuali beberapa orang. Lama-kelamaan

warga Wonocolo benar-benar tergantung pada usaha penambangan untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Bahkan secara turun temurun

mereka mewariskan sumur-sumur yang mereka kelola kepada anak-anak

mereka.

Seandainya sumur sudah mengering mereka tinggalkan dan mencari

sumur baru untuk mereka perbaiki dan mereka timba dan biayai dari awal.

Tidak jarang sumur baru yang mereka temukan untuk dikerjakan adalah sumur

bekas yang dulu pernah dikelola seseorang, namun telah lama ditinggalkan

karena telah kering. PT. Pertamina sendiri sebagai pemegang otoritas

perminyakan negara tidak merambah ke sumur-sumur tua Wonocolo.

Disinyalir karena biaya untuk men-service Sumur tua tidak sebanding dengan

hasil yang akan di dapatkan. PT. Pertamina pernah mencoba mengebor sumur

baru di area sumur tua Wonocolo, namun hasilnya tak seberapa, dan

mengalami kerugian yang sangat besar. Padahal, dari segi teknologi peralatan

Page 82: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

70

yang dipakai PT. Pertamina jauh lebih canggih dari pada yang digunakan

warga setempat.89

4. Perkembangan Minyak Rakyat Desa Wonocolo.

Mulai tahun 2006 warga desa Wonocolo menyuling sendiri latung

(minyak mentah) yang mereka timba dari sumur-sumur mereka. Sebenarnya,

dari sejak dahulu sudah ada beberapa orang yang mulai menyuling sendiri,

namun hal itu masih sembunyi-sembunyi, dan dalam sekala yang sangat kecil.

dari PT. Pertamina. Mereka terang-terangan melakukan penyulingan sendiri

setelah permintaan mereka kepada PT. Pertamina untuk menaikkan harga jual

minyak mentah ke koperasi Bogo Sasono -bentukan PT. Pertamina-, tidak

dipenuhi. Sebelum 2006, mereka di haruskan menjual latung kepada PT.

Pertamina melalui koperasi Bogo Sasono dengan harga Rp 45.000,- dan para

penambang meminta harga Rp.90.000,- per drum.90

Akhirnya PT. Pertamina menangkap warga yang melakukan

penyulingan sendiri, serta menyita minyak sulingan mereka yang telah

berwujud solar dan minyak tanah. Petugas PT. Pertamina mencegat minyak-

minyak sulingan tersebut pada perjalanan antara Wonocolo-Cepu yang berjarak

kurang lebih 15 Km. bahkan ada yang memikul minyak sulingan tersebut lewat

89

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan pada

13, November. Di area sumur minyak Wonocolo.

90

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan pada

13, November. Di area sumur minyak Wonocolo.

Page 83: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

71

tengah hutan, namun akhirnya PT. Pertamina mengetahuinya, dan melakukan

penjagaan sampai ke dalam hutan-hutan yang dilalui pengangkut minyak

tersebut. Hal tersebut tidak menyurutkan usaha mereka untuk menyuling

sendiri latung yang mereka dapatkan. Walaupun ada yang sempat dimasukkan

penjara, warga tidak berhenti sampai disitu. Karena dari awal warga sudah

sepakat untuk memperjuangkan minyak ini bersama-sama. Kekompakan

wargapun terlihat ketika mereka membayar iuran untuk menebus tetangga

mereka yang di penjara karena tertangkap polisi. Pada akhirnya mereka ber-

demo ke PT. Pertamina agar menaikkan harga beli minyak mentah, atau

membiarkan mereka menyuling sendiri. Dan sekarang, mereka dibiarkan

menyuling sendiri minyak mentah yang mereka dapatkan.91

5. Pengelolaan Pertambangan Rakyat Desa Wonocolo

a) Status Kepemilikan

Hampir seluruh sumur minyak di Wonocolo berada pada tanah

milik Perhutani. Tapi, Menurut sugianto –salah satu pemilik sumur-,

walaupun tanah tersebut milik Perhutani, namun dahulu pada area

penambangan, untuk tanah-tanah tersebut telah dibagikan kompensasi

kepada pemegang hak atas tanah itu. Jadi setelah Belanda pergi, warga

91

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan pada

13, November. Di area sumur minyak Wonocolo.

Page 84: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

72

setempat juga merasa berhak atas area tersebut, karena dalam kasus tanah

ini, Belanda telah membayar kompensasi pula untuk tanah-tanah tersebut.92

Mengenai hak atas pengelolaan sebuah sumur, maka sesuai dengan

aturan yang berlaku Di Wonocolo, yaitu siapa saja yang menemukan sumur

peninggalan Belanda, maka dia berhak mengelola sumur tersebut.93

Sumur-

sumur tersebut sebenarnya jumlahnya sangat banyak. Namun pada mulanya

hanya beberapa sumur yang dikelola secara gotong royong oleh warga.

Sisanya, sebagian ada yang belum di pasang casing oleh Belanda, biasanya

disumbat dengan kayu besar agar tidak tertimbun tanah. Sebagian lagi sudah

terpasang pipa casing, namun telah dijarah orang. Tak jarang pipa-pipa yang

dijarah tersebut patah di pertengahan, sehingga menyebabkan sumur

tersebut rusak. Terkadang sampai ada besi bekas rel kereta yang tertinggal

di dalam sumur. Sumur-sumur inilah yang kemudian dicari banyak orang

untuk diperbaiki, dipasang pipa dan ditimba.

b) Sistem Pengelolaan

Hampir semua sumur di Wonocolo dikelola secara berserikat.94

Biasanya sebuah sumur dimiliki oleh 10 sampai 30 orang. Modal akan

92

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan pada

13, November. Di area sumur minyak Wonocolo.

93

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan pada

13, November. Di area sumur minyak Wonocolo.

94

Wawancara pribadi dengan Jasmin. Kepala Desa Wonocolo. Dilakukan pada 11,

November. Di area sumur minyak Wonocolo.

Page 85: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

73

dibayar bersama-sama, dan keuntungan akan dibagi bersama-sama sesuai

besar modal yang dikeluarkan. Disamping itu ada juga yang mencari

pemodal dari luar, kemudian warga wonocolo yang mengusahakannya, lalu

hasil akan dibagi sesuai kesepakatan.95

Misalnya sumur W.06, mesin mobil bekas untuk menarik timba

lantung dimodali oleh orang Solo, maka dia akan mendapat satu nama.

Untuk penyedia tali baja (biasanya 200 meter) dan kerekan timba,

mendapatkan satu nama. Untuk penyedia box (menara anjungan yang

terbuat dari kayu gelondongan, biasanya berbentuk segitiga dengan tinggi

kira-kira 10 meter) akan mendapatkan satu nama. penyedia 2 pipa baja

(kebetulan sumur ini ditemukan tidak berpipa) akan mendapat satu nama.

Pada sumur ini membutuhkan 16 pipa, maka untuk pipa saja ada 8 nama.

Dari sini sumur W.06 dimiliki oleh 11 orang/nama. Dalam seminggu sumur

ini mendapatkan minyak antara 11 sampai 13 drum. Maka ketika satu

minggu sumur tersebut mendapatkan 11 drum, setiap nama akan

mendapatkan satu drum latung (minyak mentah). Beberapa orang

menyerahkan penyulingan penyulingan latung yang mereka dapatkan

kepada orang lain dengan upah Rp. 100.000,- per drum. Hal ini mereka

lakukan dengan alasan untuk membantu tetangga atau saudara yang belum

95

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan pada

13, November. Di area sumur minyak Wonocolo.

Page 86: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

74

punya nama dalam sebuah sumur. Disamping itu ada juga yang memang

tidak bisa menyuling sendiri dengan baik.96

c) Cakupan Wilayah

Area pertambangan rakyat berada pada dua desa, Wonocolo dan

Hargomulyo, namun karena Wonocolo lebih dominan dan disanalah cikal

bakal pertambangan terjadi, desa ini lebih terkenal di kalangan luas.97

d) Kapasitas Produksi dan Omset

Di Wonocolo, setiap sumur dapat menghasilkan latung dalam

jumlah yang berbeda-beda. Sumur-sumur disana rata-rata sudah berpindah

tangan berkali-kali dari satu kelompok orang ke kelompok yang lain.

Semakin kesini cadangan minyak Wonocolopun juga semakin tipis.

Terkadang setelah ditimba satu jam, sumur tersebut sudah tidak basah lagi,

maka harus menunggu kira-kira setengah hari agar minyak berkumpul lagi.

Tahun 1980 sampai 1990 adalah masa-masa kejayaan sumur

Wonocolo selama rakyat menambang. Seluruh sumur wonocolo sertelah

terakumulasi mampu menghasilkan minyak latung sampai 40 rit (1 rit = 5

ton) tapi saat itu rakyat masih diharuskan menjual ke PT. Pertamina melalui

96

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan pada

13, November. Di area sumur minyak Wonocolo.

97

Wawancara pribadi dengan Bpk. Jasmin. Kepala Desa Wonocolo. Dilakukan pada 11,

November. Di area sumur minyak Wonocolo.

Page 87: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

75

koperasi.98

Sehingga walaupun hasil minyak masih lumayan, tapi setelah

dijual tetap saja hasilnya sedikit bagi warga. Sekarang, mereka menjual

sendiri, harga jual sudah lumayan, tapi minyaknya yang sedikit.

Misalnya sumur W.06, setaip hari hanya bisa diambil latungnya

sebanyak maksimal 2 drum. Ada juga yang mendapatkan 10 drum, tetapi

biasanya semakin banyak hasilnya semakin banyak juga anggotanya. Setiap

drum yang belum disuling harganya Rp. 250.000,- dan Rp. 750.000 setelah

disuling. Setiap drum mengandung gas 4 drigen, dan 2 drigen Solar. (1

drigen = 35 liter) satu drigen gas dijual Rp.160.000,- ribu, dan satu drigen

solar dijual Rp. 100.000,-

Jadi rata rata setiap orang dapat mengantongi uang sebesar Rp.

3000.000,- perbulan. Kecuali jika penyulingan mereka serahkan sama orang

lain, dan untuk menimbanya, mereka menyerahkan orang lain maka, setiap

drum akan dipotong biaya suling dan biaya menimba sebesar Rp.250.000,-.

Jadi untuk satu nama yang tidak ikut proses pengambilan dan penyulingan

latung tersebut akan dipotong untuk membayar bagi tukang timba dan

suling, sebesar Rp. 250.000,-. Dan hanya mendapat hasil Rp. 500.000,- per

minggu.99

98

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan pada

13, November. Di area sumur minyak Wonocolo.

99

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan pada

13, November. Di area sumur minyak Wonocolo.

Page 88: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

76

e) Penggunaan Teknologi

Peralatan yang digunakan warga Wonocolo sekarang sudah

berbeda dengan yang dahulu dilakukan. Sebelum tahun 1980-an

pengambilan latung dari sumur dilakukan dengan menggunakan lier, tali

yang ditarik oleh tenaga manusia, atau diputar dengan menggunakan bambu.

(seperti kincir air). Tapi sejak tahun 1980 sampai sekarang, sumur-sumur di

Wonocolo sudah menggunakan mesin mobil bekas yang direnovasi dan

didongkrokkan, untuk menarik latung dari dasar sumur. Selain itu ada juga

yang menggunakan mesin dompeng (mesin diesel). Peralatan kuno seperti

Lier sudah tidak dipakai lagi.100

f) Pemasaran atau Distribusi

Minyak-minyak Wonocolo adalah jenis minyak berat, yang

mempunyai kwalitas kurang baik. Sehinga tidak semua orang mau membeli

minyak ini. Oleh karena itu, minyak dari Wonocolo hanya dipasarkan ke

daerah-daerah tertentu seperti pesisir Tuban, Lamongan, Rembang dan

sekitarnya. Sasaran mereka adalah perahu-perahu nelayan, alat-alat

pertanian dan truk-truk besar yang melintas di jalur pantura. Disamping itu,

minyak hasil sulingan tradisional ini diedarkan ke daerah Ngawi, Sragen,

dan Bojonegoro, untuk alat-alat pertanian.

100

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan

pada 13, November. Di area sumur minyak Wonocolo.

Page 89: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

77

Para nelayan di pesisir pantai Rembang sampai Lamongan tersebut

lebih memilih minyak Wonocolo, karena mesin-mesin yang mereka

gunakan adalah mesin dompeng, yang biaya perawatannya lebih murah dan

gampang. Sehingga selisih harga solar dari Wonocolo, lebih banyak

dibanding biaya perawatan mesin perahu mereka. Begitu juga untuk alat-

alat pertanian di daerah Ngawi, Sragen dan sekitarnya.101

Sistem pendistribusiannya, minyak-minyak hasil sulingan warga

Wonocolo tidak ada yang dikumpulkan dan didistribusikan dengan mobil

tangki, tapi dipasarkan hanya memakai motor-motor saja. Mereka (para

rengkek yang mengecerkan minyak) dapat untung Rp. 60.000,- dari setiap 6

drigen yang dia bawa. Minyak sulingan Wonocolo dilarang keras

didistribusikan dengan menggunakan Mobil tangki, terutama oleh pihak

bupati, karena dikhawtirkan akan dikuasai oleh orang-orang tertentu, atau

orang dari luar yang bermodal besar. Dengan tidak adanya mobil tangki

beroperasi di sana, akan mempermudah bagi siapa saja (orang bawah) untuk

ikut mengenyam rupiah dari sumur minyak ini. sehingga seluruh minyak

dari Wonocolo hanya diedarkan oleh rengkek-rengkek dari berbagai daerah

sekitar Bojonegoro. Selain itu uang yang didapat rengkek tidaklah seberapa,

101

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan

pada 13, November. Di area sumur minyak Wonocolo.

Page 90: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

78

maka polisi hanya bisa kasihan jika melihat para rengkek dengan motor

butut, melintas di jalanan.102

g) Hubungan antara Pengusaha Dengan Masyarakat Setempat dan Pemerintah

Sebenarnya, pada awalnya hampir tidak ada pengusaha yang

terlibat di Wonocolo. Yang ada disana hanya serikat-serikat warga yang

mengusahakan sumur-sumur peninggalan Belanda tersebut, atau buruh-

buruh yang menjadi tenaga penyulingan dan penarik latung. Jadi hampir

seluruh warga setempat yang terlibat dalam proses ekonomi ini. Tetapi,

beberapa tahun terakhir mulai ada pemodal-pemodal dari luar daerah yang

ikut bermain di Wonocolo. Pengusaha dari luar ini, oleh kepala desa, dan

melalui kesepakan warga, diharuskan untuk melibatkan warga setempat

dalam mengusahakan sebuah sumur.103

Sampai 2010, tercatat sudah puluhan Pengusaha/ PT yang ikut

menambang di Wonocolo, tetapi hanya dua PT yang bertahan sampai

sekarang, yaitu PT. Tripika dan PT Ponix. Namun sayangnya, ada yang

menyalahgunakan izin (secara lisan) yang diberikan Bupati untuk men-

sersive sumur, dengan membuat sumur (mengebor) di lokasi baru, yang

102

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan

pada 13, November 2010. Di area sumur minyak Wonocolo.

103

Wawancara pribadi dengan Sugiyanto. Pemilik dan pengelola sumur. Dilakukan

pada 13, November 2010. Di area sumur minyak Wonocolo.

Page 91: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

79

mana hal itu hampir menyulut kemarahan warga setempat karena dengan

mengebor sumur baru akan merugikan sumur-sumur lain di dekatnya.104

Tidak ada kompensasi khusus bagi warga dari para penambang,

karena mayoritas warga sendiri yang menambang sumur-sumur tersebut.

Begitu juga untuk pemerintah dari tingkat kepala desa sampai Bupati. Justru

dahulu pernah ada penyuluhan dari Pemda dan PT. Pertamina yang

memperhatikan mereka menyangkut Keamanan dan Keselamatan Kerja

(K3), karena pada waktu itu warga setempat benar-benar miskin, dan

banyak pula media yang mengangkat ironi kemiskinan mereka atas “emas

hitam” dibawah rumah mereka ke publik.105

Namun, bagi

pengusaha/pemodal dari luar seperti dua PT. yang berhasil tadi, keduanya

memberi sumbangan bagi desa Wonocolo yang dikenal dengan istilah

Jatah.106

104

Wawancara pribadi dengan Jasmin. Kepala Desa Wonocolo. Dilakukan pada 11,

November 2010. Di rumah beliau.

105

Wawancara pribadi dengan Mbah Miren. Pemilik dan Tokoh yang dituakan di

Wonocolo. Dilakukan pada 12, November. Di rumah beliau.

106

Wawancara pribadi dengan Jasmin. Kepala Desa Wonocolo. Dilakukan pada 11,

November 2010. Di rumah beliau.

Page 92: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

80

BAB IV

PENGELOLAAN TAMBANG MINYAK DI DESA WONOCOLO

Perspektif Hukum Ekonomi Islam Dan Hukum Positif.

A. Legalitas Pertambangan Minyak Rakyat Desa Wonocolo Dalam Hukum

Islam dan Hukum Positif.

Seperti telah penulis uraikan di atas pada (BAB III) tentang praktek

pertambangan rakyat di Wonocolo, maka pada bagian ini penulis akan menganalisa

beberapa hal yang berkaitan dengan legalitas pertambangan rakyat Wonocolo.

Sebenarnya kalau kita mempertimbangkan fakta-fakta pertambangan

minyak warga Wonocolo yang meliputi beberapa hal, antara lain: Pertama,

pertambangan minyak Wonocolo adalah penambangan yang memanfaatkan bekas

sumur-sumur Belanda. Kedua, area pertambangan rakyat Wonocolo tidak ekonomis

lagi jika dikelola oleh negara (PT pertamina). Ketiga, kemiskinan warga sekitar

Wonocolo (terutama sebelum tahun 2006), di samping itu mayoritas warga

Wonocolo saat ini tidak mempunyai ladang yang cukup untuk bertani sehingga dapat

menjadi mata pencaharian tetap mereka. Ke-empat, tingkat pendidikan warga yang

rendah.

Berkenaan dengan hal ini penulis akan membuat beberapa analisa terkait

dengan kasus pertambangan minyak warga yang terjadi di Wonocolo, antara lain

meliputi:

Page 93: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

81

Perizinan/Legalitas

Berdasarkan keterangan dan informasi dari pihak-pihak terkait, mulai dari

warga pengelola sumur, kades sampai pemda (bagian sumberdaya alam) maka

penulis mendapatkan fakta bahwa seluruh partambangan rakyat di desa Wonocolo

tidak didaftarkan secara resmi kepada pihak yang berwenang, kecuali izin lisan

sampai ketingkat Kabupaten.

Menurut penulis, dalam kontek Indonesia sebagai negara hukum, maka

setiap tindakan atau usaha (dalam hal ini kegiatan ekonomi) yang tidak memenuhi

ketentuan hukum yang telah ada, maka hal tersebut dianggap menyimpang dan

merupakan sebuah pelanggaran. Meskipun izin lisan sampai pada tingkat kabupaten

telah didapatkan warga, tapi hal tersebut tidak mempunyai kekuatan di depan hukum

selama tidak ada surat izin resmi (hitam di atas putih) yang menyatakan legalitas

kegiatan penambangan mereka.

Sesuai dengan ketentuan hukum positif dalam hal pertambangan rakyat,

maka setidaknya kegiatan ini harus didaftarkan sehingga sah dan legal, serta

mempunyai SIPR (Surat Izin Pertambangan Rakyat) yaitu, bentuk perizinan

pertambangan yang harus dimiliki seseorang atau kelompok warga, untuk

mengusahakan bahan galian golongan A, B dan C, (kasus di Wonocolo adalah bahan

Galian Golongan A, yaitu minyak bumi) oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan

dengan alat-alat yang sederhana untuk mata pencaharian sendiri.

Page 94: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

82

SIPR ini diberikan kepada perseorangan atau koperasi. Dahulu, surat izin

ini dikeluarkan oleh Gubernur (Kepala Daerah Tingkat I) setelah mendapat

persetujuan Menteri Pertambangan dan Energi. Kasus di Wonocolo adalah koperasi

Bogosasono. Dan hal tersebut sesuai dengan ada Peraturan menetri ESDM Nomor 1

tahun 2008 Tetang Pengusahaan Sumur Tua , BAB I, pasal 2ayat 1, 2 dan 3

disebutkan:

(1) Kontraktor mempunyai kewajiban untuk mengusahakan dan memproduksikan

Minyak Bumi dari Sumur Tua yang masih terdapat kandungan Minyak Bumi

berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis

(2) Dalam ha1 Kontraktor tidak mengusahakan dan memproduksikan Minyak

Bumi dari Sumur Tua sebagaimana dimaksud pada ayat (I), KUD atau BUMD

dapat mengusahakan dan memproduksikan Minyak Bumi setelah mendapat

persetujuan Menteri

(3) Pengusahaan dan pemroduksian Minyak Bumi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilaksanakan KUD atau BUMD berdasarkan Perjanjian Memproduksi

Minyak Bumi dengan Kontraktor.

Di samping itu pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010, Pasal

47ayat (1) dan (2) juga disebutkan bahwa:

1) IPR (Izin Pertambangan Rakyat diberikan oleh bupati/walikota berdasarkan

permohonan yang diajukan oleh penduduk setempat, baik orang perseorangan

maupun kelompok masyarakat dan/atau koperasi.

2) IPR diberikan setelah ditetapkan WPR oleh bupati/walikota.107

107

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Peraturan Perundang-undangun Republik

Indonesia: Pertambangan Mineral dan Batubara, (Bandung: CV Nuansa Aulia, 2010), hal. 162

Page 95: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

83

Jadi, meskipun tidak ekonomis lagi, pertamina sebagai Perusahaan Minyak

Nasional tetap berhak, bahkan wajib mengusahakan sumur-sumur tua peninggalan

Belanda tersebut. Kemudian pada ayat 2 disebutkan jika pertamina tidak mampu

mengelola, maka jalan keluarnya adalah dikelola oleh KUD atau BUMD. Dan

masyarakat yang hendak ikut menambang diperbolehkan dengan syarat menjadi

anggota KUD, dan menjual hasil timbaannya kepada KUD dalam bentuk minyak

mentah, yang nantinya akan disalurkan lagi ke Pertamina. KUD yang beroperasi

harus mendapat rekomendasi dari Pemda dan terdaftar secara resmi.

Dalam Hukum Islam, minyak dapat digolongkan ke dalam kategori (an-

Nar). Yang terdapat pada hadis nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh

Imam Abu Daud:

“Kaum muslimin itu berserikat dalam tiga hal: padang rumput, air, dan

api”

Pada mulanya, kata an naar hanya ditafsirkan sebatas api, yang dipakai

untuk memasak, termasuk di dalamnya adalah kayu bakar yang terdapat di hutan.

Page 96: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

84

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, ulama kontemporer menafsirkan juga

dengan semua benda yang termasuk dalam sumber energi, meliputi di dalamnya

minyak dan gas bumi, batu bara, dan barang-barang tambang energi lainnya, yang

dapat digunakan dalam sumber energi. Jadi Api’ memuat segala hal yang tersirat

dalam istilah energi.108

Jika kita merujuk hadis diatas, kata ( ) menunjukkan

pemanfaatan sumber daya alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak serta

pelarangan privatisasi oleh individu atau kelompok tertentu atas barang yang

dibutuhkan masyarakat luas tersebut. Semua orang berhak atas barang tersebut,

karena sesungguhnya konsep pemerataan kekayaan dalam ekonomi islam adalah

menjamin tercukupinya kebutuhan setiap individu, bersamaan dengan sumber-

sumber kekayaan yang terpencar-pencar.

Apa yang dilakukan masyarakat Wonocolo terhadap sumur-sumur minyak

peninggalan Belanda sebenarnya boleh dilakukan. Hal ini seperti yang telah

dilakukan Rasulullah SAW kepada Bilal bin Haris mengenai daerah yang

mengandung barang tambang yang jumlah (depositnya) hanya sedikit. karena barang

tambang yang yang jumlahnya (cadangannya) sedikit dan sangat terbatas,

digolongkan ke dalam milik pribadi. Rasulullah sendiri pernah membolehkan Bilal

bin Harits Al Mazany memiliki barang tambang yang sudah ada (sejak dulu) di

108

Riza Aulia, Kebijakan Energi Dalam Islam, artikel diakses pada 10 Desember 2010,

dari http://fikrulmustanir.blogspot.com/2010/03/kebijakan-energi-dalam-islam.html

Page 97: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

85

bagian wilayah Hijaz. Saat itu Bilal telah meminta kepada Rasulullah SAW agar

memberikan daerah tambang tersebut kepadanya. Beliaupun memberikannya kepada

Bilal, dan boleh dimilikinya.109

Oleh karena itu pertambangan Emas, perak dan

barang tambang lainnya yang jumlah (depositnya) sangat sedikit, tidak ekonomis dan

bukan untuk diperdagangkan tergolong milik pribadi. Seseorang boleh memilikinya,

seperti halnya negara boleh memberikan barang tambang tersebut kepada mereka.

Hanya saja mereka diwajibkan membayar khumus seperlima dari hasilnya kepada

baitul maal. Baik yang dieksploitasinya itu sedikit ataupun banyak.110

Dalam ekonomi Islam dikenakan Khumus sebagai ganti penguasaan atas

barang tambang yang sedikit, maka dalam hukum ekonomi konvensional dikenal

dengan iuran pertambangan, yang terdiri dari iuran eksplorasi dan iuran produksi.

Disamping itu juga terdapat pajak yang harus dibayarkan kepada pemda setempat.

Dari kedua sistem ini penulis tidak mendapatkan perbedaan yang esensial

menyangkut khumus dan iuran pertambangn, kecuali hanya perbedaan istilah dan

tata cara tapi maksudnya sama, yaitu agar negara mendapatkan pemasukan dari

kegiatan pertambangan rakyat ini.

B. Analisis Hukum Pertambangan Minyak Rakyat Wonocolo.

Status kepemilikan

Sebenarnya sumur-sumur minyak yang diusahakan di Wonocolo, adalah

sumur-sumur peninggalan Belanda. Dahulu Belanda pernah membebaskan tanah

109

Al Mawardi, Al Ahkam al Sulthaniyyah, , hal. 394 110

M. Sholahuddin, Asas-Asas Ekonomi Islam, hal. 99

Page 98: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

86

yang akan dibor menjadi area pertambangan, dengan memberikan kompensasi

kepada para pemegang hak atas tanah. Belanda juga sempat mengontrak tanah warga

yang mereka gunakan sebagai gudang gudang peralatan tambang. Tetapi, dalam hal

ini menurut peraturan perundang-undangan, seharusnya peninggalan Belanda berupa

asset-aset perekonomian diambil alih untuk dimiliki negara. Seperti yang tersurat

dalam amanat Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi

Perusahaan Milik Belanda di Indonesia. Namun ternyata Negara melalui PT

Pertamina tidak memanfaat sumur-sumur tersebut.

Nasionalisasi ini bertujuan untuk memberikan manfaat yang lebih luas

kepada masyarakat Indonesia serta memperkokoh keamanan dan pertahanan negara

yang saat itu sedang berkonfrontasi dengan kerajaan Belanda dalam rangka

pembebasan Irian Barat. Beberapa perusahaan yang penting bagi masyarakat dan

dianggap menguasai hajat hidup orang banyak dinasionalisasi. Perusahaan farmasi,

perkebunan, listrik, hingga pertambangan berubah kepemilikannya menjadi milik

negara, dan beberapa perusahaan menjelma menjadi cikal bakal BUMN yang kita

kenal sekarang seperti PLN, PTPN (Perkebunan) dan Garuda Indonesia Airline.

Termasuk perusahaan-perusahaan pertambangan yang dahulu dimiliki pemerintahan

kolonial. Pasca dikeluarkannya dekrit presiden 5 Juli 1959 oleh Bung Karno, tidak

kurang dari 600 perusahaan diambil alih dari Belanda, 100 perusahaan diantara

berupa perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan.

Page 99: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

87

Kasus di Wonocolo adalah ketika ditinggalkan Belanda, desa Wonocolo

dalam keadaan kurang ekonomis. Hal itu juga yang menyebabkan Belanda dahulu

sempat meninggalkannya dan berpindah ke Kawengan. Seharusnya sumur-sumur itu

menjadi aset pendapatan bagi negara. Namun karena sudah tidak ekonomis lagi,

negara pun akhirnya enggan mengurusinya. KUD yang seharusnya menjadi lini

paling bawah untuk tetap meraup untung dari sumur tua itupun tidak maksimal

dalam operasionalnya. Faktor penentuan harga beli dari masyarakat yang terlalu

rendah dan kurangnya pengawasan kepada warga penambang, menyebabkan warga

setempat “bermain sendiri “ dengan sumur-sumur tua tersebut. Oleh karena itu warga

meneruskan sumur-sumur itu dan seolah lupa dengan KUD. Akhirnya dengan

kemampuan seadanya yang mereka warisi dari Belanda mereka berjalan sindiri.

Lebih dari sekedar pemindahan hak milik, nasionalisasi adalah salah satu

langkah dalam upaya pemerataan hasil sumber-sumber alam. Dalam hal ini, penulis

sangat setuju dengan nasionalisasi perusahaan eks-kolonial, atau penguasaan atas

negara untuk mengelola sumber-sumber yang menjadi hajat hidup orang banyak.

Karena negara adalah satu-satunya kekuatan yang dapat melakukan pemerataan hasil

Sumber Daya Alam tersebut, serta satu-satunya organisasi yang bertanggung jawab

atas kesejahteraan rakyat luas, membuat peraturan-peraturan demi terciptanya

keamanan, dan terselenggaranya kehidupan yang harmonis dan sejahtera.

Penulis tidak ingin memojokkan pemerintah menyangkut kemakmuran

mereka, namun pada kasus daerah-daerah seperti Wonocolo, Bangka dan sebagainya,

Page 100: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

88

penulis hanya ingin meng-ibaratkan kekayaan negara tidak ubahnya air yang

mengalir di Sungai, atau parit. Selama air (kekayaan alam) tersebut dapat dapat

mengalir (terdistribusikan) melalui parit-parit yang dibuat oleh negara dengan

pengaturan dan pengawasannya, maka merupakan nilai tambah jika daerah sekitar

sumber air itu berada menjadi lebih subur. Dan ini sangat wajar.

Di sini penulis melihat bahwa, sesungguhnya apa yang dilakukan oleh

warga Wonocolo menurut mereka adalah memanfaatkan sesuatu yang menjadi

peninggalan Belanda, dan tidak didayagunakan oleh pemerintah karena kurang

ekonomis. Akan tetapi Pemerintah dalam hal ini PT Pertamina melakukan langkah

langkah yang sangat mencekik warga dengan membuat kebijakan-kebijakan yang

sangat memberatkan. Seperti mangharusakan menjual hasil kerja mereka ke PT

Pertamina melalui KUD yang terdaftar resmi, dengan harga tertentu jauh di bawah

standar layak, yaitu saat konsumen luar berani membeli latung Wonocolo dengan

harga Rp. 100.000/drum. Pertamina hanya membeli latung Wonocolo dengan harga

Rp. 45.000/drum. Tentu hal ini sangat tidak wajar. Dan membuat warga mencari

“celah” untuk meningkatkan pendapatan. Mereka dibiarkan menambang, namun

ternyata hanya dimanfaatkan demi keuntungan PT Pertamina. Seandainya memang

dianggap menyimpang dan illegal, maka lebih baik diberikan penyuluhan dan

penertiban, atau diatur menggunakan Undang-Undang pertambangan rakyat yang

telah ada, serta memberikan jalan keluar agar sama-sama menguntungkan kedua

belah pihak.

Page 101: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

89

Sebelum tahun 2006, Pertamina begitu aktif men-cukongi latung-latung

hasil timbaan warga. Pertamina dengan berani menentukan harga jual warga jauh di

bawah harga pasar, dan setiap latung dari warga harus dijual ke Pertamina. Barang

siapa yang berani menjual keluar dari Pertamina, maka akan ditangkap. Menurut

penulis, apa yang dilakukan Pertamina tidak ubahnya seperti mengambil keuntungan

dari sesuatu yang tidak dapat mereka lakukan istilah orang jawa (aji mumpung).

Pertamina hanya memanfaatkan warga untuk menjadi pemasok latung dari sumur-

sumur yang tidak dapat mereka upayakan karena pertimbangan ekonomis.

Pertamina adalah perusahaan negara yang dipercaya menangani masalah

permiyakan, dia juga yang harus menyediakan cadangan keperluan dalam negeri,

bertanggung jawab memasok dan mendistribusikannya sampai ke daerah-daerah.

Tapi, jika kita melihat cara PT Pertamina mengumpulkan latung dari warga

Wonocolo, maka hal itu sangat tidak manusiawi. Pertamina tidak mau tahu, berapa

modal masyarakat untuk membeli peralatan timba, serta usaha mereka untuk

mengeluarkan sisa-sisa minyak di perut bumi, tapi dengan seenaknya Pertamina

mewajibkan warga menjual hasil latung mereka ke PT Pertamina, dengan harga yang

sangat rendah. Saya tidak ingin menyebut ini penindasan, jika masih ada kata-kata

yang lebih santun.

Selanjutnya mengenai status kepemilikan tambang yang berada pada tanah

dengan milik individu, maka dalam hukum positif jelas telah diatur, bahwa demi

terselenggaranya pemerataan kekayaan negara, maka tambang tersebut akan diambil

Page 102: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

90

alih oleh negara. Meskipun terkadang harus melalui proses yang alot di pengadilan,

namun biasanya pada akhirnya pengadilan lebih berpihak pada pemegang kuasa

pertambangan (KP)dengan pertimbangan maslahat bersama. Tetapi pemegang kuasa

pertambangan diharuskan membayar ganti rugi sesuai dengan kesepakatan dengan

pemilik tanah.

Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita menemukan konflik antara

pemegang hak atas tanah dengan pemegang kuasa pertambangan. Pemegang kuasa

pertambangan mempunyai hak untuk menambang bahan-bahan galian yang ada di

dalam tanah, namun pemegang hak atas tanah mempunyai hak untuk mengolah dan

memanfaatkan permukaan tanah. Konflik ini akan berlarut-larut jika pemerintah

tidak dapat menjadi penengah diantara kedua belah pihak. Biasanya pemerintah lebih

mendahulukan kepentingan pemegang kuasa pertambangan, dan mengharuskan

membayar ganti rugi kepada pemegang hak atas tanah. Namun terkadang hal itu

tidak dapat menjadi solusi karena dengan uang ganti rugi tersebut belum tentu

pemegang hak atas tanah mendapat ganti lokasi, yang biasanya yang mereka

membutuhkan lokasi baru ketika tanah mereka di ambil. Menurut penulis, akan

sangat tepat jika Pemerintah mau mencarikan solusi, tidak hanya member ganti rugi,

tetapi juga mencarikan lokasi baru sehingga mereka tetap dapat bekerja, atau

merelokasi warga jika area yang akan diambil menyangkut orang banyak seperti satu

kampung. Di Wonocolo, sebenarnya pada awalnya banyak warga yang memiliki

tanah luas untuk bercocok tanam. Namun, karena banyak calo yang membeli tanah

Page 103: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

91

warga dengan harga yang lebih tinggi dibanding harga pasaran, maka warga

pedesaan yang rata-rata kurang berpendidikan sangat mudah terayu apalagi setelah

ditemukan cadangan minyak baru di desa Banyu Urip (2001), banyak para jutawan

dari Surabaya yang menyebar calo untuk membeli tanah-tanah warga, akhirnya

ketika PT. Pertamina hendak membebaskan tanah mereka, yang ia hadapi bukan lagi

warga pedesaan, tetapi para calo yang sudah memprediksi bahwa PT. Pertamina akan

membebaskan tanah warga.

Ringkasnya bahwa barang-barang tambang adalah milik orang banyak,

meskipun diperoleh dari tanah hak milik khusus. Maka barang siapa menemukan

barang tambang atau petroleum pada tanah miliknya tidak halal baginya untuk

memilikinya dan ia harus memberikannya kepada negara, berapun ukurannya.111

Sistem pengelolaan

Pertambangan minyak rakyat desa Wonocolo pada dasarnya adalah

pertambangan yang dilakukan warga setempat secara berkelompok-kelompok

(berserikat), dan hasilnya dibagi sesuai sumbangsih atau kontribusi masing-masing

anggota. Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa setiap sumur dimiliki oleh beberapa

nama yang didaftarkan dalam sumur tersebut. Dan setiap nama yang akan

didaftarkan harus memberikan kontribusi-sebagai modal- yang akan diperhitungkan

nilai dari pengorbanannya. Tidak jarang sumur yang dikelola, dikerjakan dalam

111

Ibid., hal. 73

Page 104: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

92

jumlah besar anggota. Hal ini bertujuan selain agar tidak terasa berat untuk

membiayai sebuah sumur.

Menurut penulis, apa yang dilakukan warga Wonocolo adalah seperti

Syirkah yang diajarkan dalam ekonomi islam. Seperti kita ketahui, dalam ekonomi

islam diajarkan konsep tentang penyertaan modal, baik sama-sama berupa harta, atau

salah satu berupa harta dan pihak lain berupa tenaga. Dalam prakteknya, secara tidak

langsung di Wonocolo banyak menerapkan berbagai macam syirkah yang ada dalam

konsep ekonomi islam. Misalnya, ketika mereka bersama-sama membiayai sebuah

sumur, kemudian mengerjakannya pula bersama-sama, maka secara tidak langsung

mereka menerapkan syirkah Inan. Kemudian ketika mereka bersama-sama

mengerjakan sebuah sumur dengan modal dari pihak luar, maka secara tidak

langsung diantara mereka terjadi syirkah wujuh, dan antara mereka dengan pihak luar

terjadi syirkah mudharabah.

Menurut penilaian penulis, dari sistem yang dijalankan oleh warga

Wonocolo terlepas dari status legalitas usaha mereka, tidak bertentang dengan

syariat islam, justru konsep syirkah dan bagi hasil inilah yang menjadi urat nadi

sistem ekonomi islam. Dengan diterapkannya konsep seperti ini, maka solidaritas

dan rasa kebersamaan antar warga akan semakin kuat. Dan ini menjadi nilai positif

bagi mereka.

Kasus di Wonocolo sebenarnya mirip dengan apa yang pernah terjadi pada

masyarakat Bangka, ketika diberikan izin oleh Pemda setempat untuk dapat

Page 105: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

93

menambang timah di lokasi-lokasi diluar area penambangan PT Timah. Alasan yang

diutarakan pemda setempat adalah keadaan masyarakat yang sangat miskin dan

memprihatinkan. Padahal banyak sekali tempat mereka memberikan pemasukan bagi

negara. Sekiranya akan sangat membantu jika mereka diberi hak untuk mendapatkan

bagian, atau jika pada akhirnya akan merelokasi atau menutup usaha mereka maka,

memberi kesempatan mereka untuk mengumpulkan uang terlebih dahulu menurut

penulis bukan hal yang tercela. Atau melaui program-program CSR (corporate social

responsibility) kearah yang lebih mengembangkan keahlian warga setempat, melalui

bimbingan-bimbingan dan pelatihan-pelatihan tertentu.

Jika kita membandingkan kehidupan warga pesisir pantai utara dengan

warga seperti Wonocolo, terkadang kita akan merasakan sebuah ketidakadilan. Di

wilayah pesisir -yang kaya dengan sumber daya ikan- siapa saja boleh melayar

mencari ikan. Sehingga kebanyakan kehidupan masyarakat pesisir lebih kuat

ekonominya. Namun di daerah seperti di Wonocolo, Bangka, Timika, dan daerah-

daerah lain semisalnya, kekayaan alam di dekat mereka telah dikuasai (diklaim) oleh

negara. Sehingga seandainya mereka menjadi orang yang benar-benar taat hukum,

mereka hanya bisa melihat ketika hutan disamping rumah mereka dipanen oleh

negara. Mereka hanya bisa menonton ketika timah di belakang rumah mereka

dikeruk negara. Mereka hanya bisa menyaksikan pompa-pompa minyak yang

menganguk-angguk 24 jam setiap hari menyedot minyak mentah di samping rumah

Page 106: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

94

mereka. Paling maksimal, dengan modal pendidikan yang rendah, mereka hanya bisa

menjadi kuli panggul, itupun seandainya dibutuhkan.

Dalam beberapa peraturan telah dijelaskan mengenai pertambangan rakyat,

telah diberikan suatu kriteria bahwa yang dimaksud dengan pertambangan rakyat

adalah:

1. Dilaksanakan oleh rakyat setempat, yaitu berdasarkan hukum adat/adat setempat.

Atau penduduk yang sudah diterima menjadi penduduk setempat, atau warga desa

yang sah dalam wilayah kecamatan tempat terdapatnya galian tersebut.

2. Diusahakan secara sederhana atau kecil-kecilan yang dikerjakan dengan alat-alat

sederhana, dengan cara sendiri tanpa penelitian atau perencanaan, serta

perhitungan ekonomi terlebih dahulu.

3. Untuk suatu pencaharian mereka sendiri, yaitu tidak ada perjanjian kerja layaknya

majikan/karyawan.

4. Dapat memakai permesinan sejumlah kekuatan maksimal 25 PK.

5. Tidak memakai alat-alat berat dan bahan peledak.

6. Dilaksanakan dalam wilayah pertambangan rakyat, setelah mendapatkan izin

pertambangan rakyat.

Dari batasan utama yang diberikan oleh Undang-Undang ini terdapat

beberapa hal yang menjadi permasalahan yang terjadi di wilayah Pertambangan

Rakyat Wonocolo, yaitu:

Page 107: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

95

1. Pelaksanaan kegiatan “Pertambangan Rakyat” di desa Wonocolo hanya

berlandaskan pada izin lisan yang diberikan pemerintah daerah, dari Kepala Desa

sampai pada tingkat Bupati.

2. Terdapatnya pendatang dari luar daerah yang turut melakukan penambangan

dengan menggunakan peralatan yang lebih canggih, bahkan yang awalnya hanya

memanfaatkan sumur peninggalan belanda, belakangan para penambang dari luar

sampai membuat mengebor sumur baru dengan modal yang sangan besar, dapat

dikatakan Pertambangan Rakyat Wonocolo hanya dipakai untuk kedok, sehingga

hal ini bisa dianggap masuk dalam kategori “menggunakan perhitungan ekonomi”

dan hal ini dilarang dalam pertambangan rakyat.

3. Biasanya, dengan semakin meningkatnya kegiatan pertambangan pertambangan

rakyat, maka akan menggangu kegiatan pertambangan yang sah, serta akan

menimbulkan kerusakan lingkungan, terutama jika tidak dilaksanakan dengan

benar, dan sesuai peraturan yang berlaku. Sebagai akibat dari adanya

penambangan yang dilakukan dengan tidak benar, dapat menimbulkan kerusakan

lingkungan antara lain:

a. Pembukaan lahan tanpa ada yang bertanggung jawab untuk mereklamasinya.

b. Pencemaran air oleh limbah di sekitar area pertambangan. Jika kita perhatikan,

maka sisa-sisa sulingan yang masih mengandung zat kimia, atau material berat,

dialirkan begitu saja ke parit parit, dan hal ini akan berbaha bagi

keberlangsungan ekosistem dalam jangka panjang.

Page 108: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

96

4. Sosial ekonomi, permasalahan sosial ekonomi, dalam kegiatan Pertambangan

Rakyat yang dilakukan oleh rakyat, meskipun dilakukan di wilayah Kuasa

Pertambangan (WKP), selain menimbulkan gangguan terhadap kegiatan

eksplorasi, yang sedang dilakukan oleh pemegang KP atau KK, juga

menimbulkan dampak negatif terhadap pemerintah, antara lain:

a. Di bidang pendapatan negara

Kerugian keuangan bagi negara akibat tidak dipungutnya iuran tetap dan iuran

eksploitasi. Hal ini sangat jelas ketika rakyat Wonocolo tidak membayarkan

iuran pertambangan atas usaha yang tidak ia daftarkan.

b. Kerawanan Sosial dan Kamtibnas.

Adanya pendatang yang lebih siap dan matang secara modal dan menejemen

sehingga akan mengundang rasa kedengkian warga, dan tidak jarang ulah para

pendatang ini yang menyebabkan kegiatan penambangan ditutup. Hal tersebut

seperti penggunaan alat-alat berat, penambangan dalam kapasitas besar (untuk

mencari keuntungan). Untuk kasus di Wonocolo, sebuah perusahaan

pendatang pernah menyebabkan kerusakan sumur yang sempat menyebabkan

kemarahan warga, yaitu terjadinya flowing pada 2006. Sebuah sumur yang

dibor oleh sebuah PT dari luar Wonocolo menyemburkan minyak bercampur

lumpur setinggi kira-kira 20 meter. Akhirnya sumur tersebut ditutup karena

minyak yang keluar tidak dapat disuling dan hanya mencemari lingkungan

Page 109: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

97

Sebenarnya yang harus dilakukan oleh pemda adalah membuat peraturan

atau menerapkan konsep pertambangan rakyat yang telah ada dalam Undang-Undang

Pertambangan rakyat. Hal ini untuk menjaga agar antara warga dan Pemda dapat

sama-sama mendapatkan penghasilan. warga dapat bekerja dan pemda dapat

pemasukan. Disamping itu ketika diterapkan UUD ini maka proses pertambangan

akan semakin tertata dan tertib. Insallah…

C. Pelanggaran Terhadap Ketentuan Ulil Amri

Ulil Amri adalah pemegang perkara, maksudnya subjek yang dipercaya

untuk memegang urusan umat. Kemudian bagaimana menurut hukum islam, jika

ketentuan Ulil Amri tidak ditaati? Dalam konteks Indonesia sebagai negara hukum,

maka Pemerintah adalah ulil amri bagi rakyat Indonesia, yang bertanggung jawab

mengatur dan menegakkan hukum demi menjaga keharmonisan bersama. Dalam hal

ekonomi, pemerintah bertanggung jawab atas pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Sebaliknya kita sebagai umat atau warga negara, diharuskan untuk mentaati

setiap ketentuan yang telah dibuat oleh pemerintah. Dalam Al Qur‟an surat An-Nisa‟

ayat 59 disebutkan:

Artinya: wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah rasul-

Nya, dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian jika kamu

Page 110: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

98

berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al qur’an)

dan rasul-Nya (as-sunnah) jika kamu bbenar-benar beriman kepada Allaah dan

rasul-Nya. Yang demikian itu lebih utama bagi kalian dan lebih baik akibatnya. (QS.

An Nisa[4]:59)

Dari ayat ini jelas bahwa taat kepada Ulil Amri berada pada derajat ketiga

setelah taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Keberadaan pemerintah (peminpin) sangat

dibutuhkan dalam rangka menjalankan hukum-hukum islam. Tanpa adanya seorang

peminpin, umat islam sangat sulit untuk menjalankan syariat islam. Bahkan

mengingat pentingnya mendirikan pemerintahan, Dr. Wahbah Zuhaili dalam

bukunya Al Fiqh Al Islamy Wa Adillatuhu menyebutkan:

Artiny: “Diwajibkan bagi kita untuk taat kepada Ulil Amri, mereka adalah

para A’immah (pemimpin) atas urusan kita. Diriwayatkan oleh Hisyam Bin Urwah

dari abu Hurairah Bahwasanya Rasulullah Bersabda: akan datang pada kalian

setelah kematianku seorang penguasa yang memerintahkan kalian akan kedustaan

dengan kedustaannya, dan kemaksiatan dengan kemaksiatannya, maka dengarkan

mereka ketika yang dia katakana itu benar, dan taatilah atas apa-apa yang sesuai

dengan kebenaran. Jika hal itu baik maka ada pahala bagimu dan baginya, namun

jika hal itu buruk maka pahala bagimu dan tanggungan (dosa)bagi mereka”.

112

Wahbah Zuhaily, Al Fiqh Alislamy wa Adillatuhu, (Suriah: Dar el fikr ) jilid 8, hal.

274.

Page 111: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

99

Dari keterangan diatas maka taat kepada Ulil Amri atas ketentuan-

ketentuan yang telah ia buat adalah wajib. Undang-Undang dan Peraturan

Pemerintah merupakan salah satu bentuk ketetapan Ulil amri yang harus kita patuhi.

Di Wonocolo, selama proses penambangan tidak mematuhi ketentuan pemerintah

(Ulil Amri) melalui Undang-Undang maupun perangkat hukum lain yang telah ada,

maka hal tersebut tidak dapat dibenarkan. Meskipun pada awalnya penguasan barang

tambang yang sedikit cadangannya itu boleh penguasaannya, namun jika pemerintah

membuat keputusan lain atau menetapkan prosedur yang harus dilalui, maka hal itu

harus dipenuhi.

Page 112: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

100

BAB: V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mengadakan pembahasan dan analisa pada bab-bab

sebelumnya, maka pada bab ke-5 ini penulis akan menyampaikan beberapa

kesimpulan menyangkut permasalahan yang sedang penulis teliti, antara lain:

1. Dalam sistem ekonomi islam, pemilik hakiki atas kekayaan sumber daya alam

adalah Allah SWT dan pemanfaatan sumber daya alam tersebut harus bertujuan

untuk mensejahterakan masyarakat secara luas. Manusia hanyalah sebagai

pemegang amanah dalam mengelolanya, dan mereka berserikat di dalamnya.

Seseorang dilarang memilikinya secara pribadi, dan negara sebagai pemegang

kekuasaan bertanggung jawab atas pemerataan/ditribusi kekayaan sumber daya

tersebut kepada semua masyarakat sehingga dapat dirasakan semua orang. Dalam

hal sumbrdaya yang jumlah depositnya sedikit, seseorang atau warga boleh

mengusahakannya dengan membayar khumus yang besarnya seperlima dari hasil

tambang.

2. Sedangkan dalam hukum positif, disebutkan bahwa sumber daya alam yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara dan digunakan sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Hal ini tertuang dalam UU Nomor 11 tahun 1967.

Dengan menempatkan negara sebagai pemegang posisi sentral selaku pihak yang

menguasai sumber daya alam tersebut, maka negara berhak menentukan

Page 113: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

101

peraturan-peraturan atau membuat regulasi terkait pengelolaan sumber daya alam,

yang harus dipatuhi myarakat. Dalam hal pertambangan rakyat, seseorang atau

kelompok kerja diharuskan membayar iuran pertambangan dan iuran eksplorasi

yang besarnya ditentukan berdasar periode (tergantung bidang usaha) dan luas

area.

3. Pertambangan rakyat Wonocolo adalah penambangan rakyat yang dilakukan

secara turun-temurun oleh warga Wonocolo, pada sumur-sumur peninggalan

Belanda. Penambangan ini tidak mempunyai dasar landasan hukum yang jelas.

Sedangkan Izin (dalam bentuk lisan) atau pembiaran dari bupati tidak dapat

menjamin legalitas kegiatan mereka karena tidak mempunyai dasar hukum,

selama belum dinyatakan dalam bentuk tertulis yang berwujud Surat Izin Resmi.

Untuk mendapatkan surat ini maka setiap penambang harus mendaftarkan usaha

yang akan ia lakukan. Dan proses pendaftaran ini tidak dilakukan warga

Wonocolo.

4. Pada kasus Wonocolo, penulis menilai penambangan ini adalah penambangan

illegal. Sebenarnya, dalam konsep ekonomi islam sebagaimana diungkapkan oleh

Imam Al Mawardi dalam bukunya Al Ahkam As Sulthaniyyah, untuk area

pertambangan yang cadangan depositnya sedikit, maka seseorang boleh

memilikinya, atau mengusahakannya. Dan penulis melihat kasus di Wonocolo

adalah demikian adanya. Oleh karena itu, tidak mengapa ketika warga setempat

mengusahakan sumur-sumur bekas tersebut, selama tetap membayar khumus

Page 114: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

102

(iuran yang besarnya seperlima dari hasil penambangan area tersebut), atau pajak

dan iuran pertambangan, sesuai ketentuan peraturan yang ada, dalam konteks

hukum positif. Tapi sayangnya hal tersebut tidak dilalui.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah penulis paparkan di atas, penulis mempunyai

beberapa saran yang mungkin dapat menjadi solusi bersama antara warga Wonocolo

dengan pemerintah, antara lain:

1. Pemerintah daerah Bojonegoro agar mengadakan penyuluhan dan sosialisasi yang

lebih intensif atas peraturan Perundang-Undangan yang menyangkut

Pertambangan Rakyat, sehingga dapat membuka pemahaman masyarakat

setempat tentang peraturan Pertambangan Rakyat yang legal dan sah secara

hukum.

2. Hendaknya pemerintah daerah Bojonegoro benar-benar mengupayakan penerapan

Undang-Undang terkait Pertambangan Rakyat, agar maslahah dapat dicapai kedua

belah pihak antara masyarakat setempat dan Pemerintah Daerah.

3. Melegalkan kegiatan partambangan rakyat desa Wonocolo dengan mempermudah

prosedur dan proses administrasinya, legalisasi ini dengan pertimbangan:

a. Area sumur tua tidak ekonomis lagi jika di kelola oleh negara, dalam hal ini PT

Pertamina.

Page 115: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

103

b. Rakyat Wonocolo telah melakukan kegiatan penambangan pada sumur-sumur

tua ini secara turun temurun sejak ditinggalkan Belanda, dan mereka tidak

memiliki mata pencaharian lain.

c. Seandainya harus ditutup karena dianggap merugikan, maka handaknya

pemerintah memberikan lapangan pekerjaan lain atau memberikan pelatihan

keahlian tertentu misalnya melalui program CSR (corporate social

Responsibility), sehingga masyarakat Wonocolo yang rata-rata berpendidikan

rendah ini mempunyai keterampilan lain dan dapat tetap bekerja mencukupi

kebutuhan mereka.

Page 116: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

104

DAFTAR PUSTAKA

Al Bukhari, Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah. Shahih Bukhari. Birut:

Dar Ibn Katsir, 1987.

Al Sajistani, Sulaiman Bin Al Asy‟ats. Sunan Abu Daud. Beirut: Dar el

Kutub Al „Araby, 1987.

Ash Shadr, Muhammad Baqir. Iqtishaduna. Jakarta: Zahra, 2008

Ahmad, Mustafa. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Pustaka al Kautsar,

2001.

Al „Assal, Ahmad Muhammaad dan Karim, Fathi Ahmad Abdul. Sistem

Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam. Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Al Baihaqi, Ahmad bin Al Husain bin „Ali bin Musa Abu Bakr. Sunan Al-

Baihaqi Al Kubra. Makkah: Maktabah Darul Baaz, 1994M/ 1414H.

An Nabhani, Taqiyuddin. Sistem Ekonomi Islam. Bogor: al Azhar Press,

2009

Arikunto , Suharsimi. Manajemen Penelitian. cet. II. Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1993.

Ash-Shawi, Shalah, dan Al-Mushlih, Abdullah. Fikih Ekonomi Keuangan

Islam. Jakarta: Darul Haq, 2008.

Badan Pembinaan Hukum Nasional Depertemen Kehakiman. Analisa Dan

Evaluasi Hukum Tentang Prosedur Perizinan Pertambangan Rakyat. Jakarta:

Departemen Kehakiman, 1995

Chapra, M. Umer. Islam Dan Tantangan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani

Press, 2000.

Hartono, Sri Redjeki. Hukum Ekonomi Indonesia. Malang: Bayu Media

Publising, 2007.

Lathif, Ah. Azharudin. Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

Mas‟adi, Ghufron A.. Fiqh Muamalah Kontekstua, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2002.

Page 117: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

105

Matthew, B. Miles dan A. Michael Huberman. Analisa Data Kualitatif:

Buku Tentang Sumber Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press, 1992.

Muhammad, al Assal Ahmad, dan Fathi, Ahmad Abdul Karim. Sistem

Prinsip Dan Tujuan Ekonomi Islam. CV. Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Mujiono. Agama Ramah Lingkungan. Jakarta: Paramadina, 2001

Moleong, Lexy. Metodologi penelitian kualitatif. ed. Revisi, Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 1997.

Mujahidin, Akhmad. Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2007

Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. penerjemah Zaenal

Arifin. Jakarta: Gema Insani, 1997.

Qardhawi, Yusuf. Peran Nilai Dan Moral Dalam Perekonomian Islam.

Jakarta: Rabbani Press, 2001

Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti

Wakaf, 1996.

Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam. Jakarta: Paradigma, Aqsa

publishing, 2007

Sami, al Misri Abdul. Pilar Pilar Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2006.

Sholahuddin, M. Asas-Asas Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007.

Singarimbun, Masri dan Effendi,Sofian. Metode Penelitian Survai, Jakarta:

LP3ES 1989, ed. Revisi

Saryono. Pengelolaan Hutan Tamah dan Air dalam perspektif Alqur’an.

Jakarta: Radar Jaya Pratama, 2002

H. Salim HS., SH., M.S., Hukum Pertambangan di Indonesia, PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta 2007.

Page 118: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

106

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Peraturan Perundang-undangun

Republik Indonesia: Pertambangan Mineral dan Batubara, (Bandung: CV Nuansa

Aulia, 2010.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara. Bandung: CV Nuansa Aulia, 2010

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010.

Bandung: CV Nuansa Aulia, 2010.

WR. Yanto. Ladang Minyak dan Perusahaan Minyak di Bojonegoro. artikel

diakses pada 23 Noember 2010, dari

http://smpn2balen.sch.id/html/index.php?id=berita&kode=27

Metta Dharmasaputra, Muslihat Cukong di Ladang Cepu, artikel diakses

pada 23 November2010,darihttp://ip52-214.cbn.net.id/id/arsip/2008/01/07/INT/mbm.

20080107.INT126018.id.html

Zuhaily ,Wahbah. Al Fiqh Al Islamy Wa Adillatuhu. Damaskus: Dar El Fikr,

Juz 4. 1979

Page 119: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

107

Wawancara Dengan Bagian Sumber Daya Alam Pemda Bojonegoro

Apakah sudah ada sosialisasi menyangkut peraturan pertambangan rakyat di

Wonocolo? Sudah. Beberapa kali, sekarangkan sudah ada peraturan yang baru,

peraturan menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2008 tentang pengusahaan tambang di

sumur tua.

Terus kalau ini pak, saya dengar di Wonocolo tu izin yang mereka pakai adalah

izin secara lisan dari Bupati. Maksudnya mengizinkan tapi tidak secara

tertulis? Bukan seperti itu, jadi sesuai dengan peraturan yang ada, yaitu Permen.

No.1 Tahun 2008 itu, nanti bisa dicari di situ, yang bisa diizinkan itu adalah KUD

atau BUMD. Jadi tidak bisa perorangan. Jadi orang perorang atau pemilik sumur itu

nanti harus terbentuk dalam suatu wadah yaitu di KUD, atau nanti setor ke BUMD.

Kasus di sana itu sekarang ada 2 KUD yang sudah mendapatkan rekomendasi. Kalau

bupati tidak mengeluarkan izin. Ada rekomendasi, rekomendasi saja (buat

KUD)soalnya bupati itu tidak mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan izin

dalam hal usaha hulu migas. Kalau itukan masuk ke usaha hulu migas, itu bupati

tidak berhak untuk mengeluarkan izin, tapi bupati mempunyai kewenangan untuk

memberikan rekomendasi kepada siapa saja yang mengajukan izin.

Untuk masyarakat setempat yang berpindah-pindah sumur itu (pemda) pernah

melarang pak? pindah-pindah maksudnya? Maksudnya sumurkan banyak itu

pak? trus dicari trus ketemu digali, itu pernah dilarang nggak pak? selama itu

dalam satu wadah KAU atau BUMD nggak apa-apa. Jadi yang penting setornya ke

KUD atau ke BUMD gitu? He e.. tidak boleh diolah tidak boleh dijual umum. Itu

soalnya wilayah kerja pertambangannya itu miliknya pertamina. Jadi nanti dari KUD

atau BUMD itu nanti harus setor ke Pertamina.

Saya liat disana itu ada penyulingan juga itu di tengah hutan itu? He e.. itu

illegal itu..

Terus ke depan pak, itu kan banyak itu penyulingan penyulingan itu, rencana

kedepan dari pemda sendiri?. Dari pemda sendiri mungkin kami mengusahakan

Page 120: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

108

agar ada suatu solusi di daerah tersebut. Yang pertama untuk solusi pengambilannya

dulu. Kemaren ada dua KUD ada beberapa she sebenarnya yang meminta

rekomendasi kepada bupati, untuk mengelola itu, he e, yang diberikan rekomendasi

itu dua KUD. KUD Sumber Pangan dan Usaha Jaya Bersama. Bogosasono sudah

wanprestasi dengan Pertamina. Jadi sudah tidak bisa beroperasi lagi di sana itu.

Soalnya dia udah wanprestasi dengan Pertamina, sudah beberapa tahun dia nggak

setor. Yang sekarang masih ada itu ya yang dua tadi itu pak? he e. sekarang ini dalam

rangka 2 KUD itu dalam rangka perizinan ke Pusat. Jadi belum ada lagi malah

sekarang? Belum ada. Bogosasono kan udah wanprestasi dan yang dua ini baru

mau? He e.. sekarang tinggal nunggu proses itu.

Terus melihat apa yang terkjadi di Wonocolo itu bupati Bagaimana

(pemdanya)? Sebetulnya kita ya menyanyangkan, he e .. sampai berlarut-larut

seperti itu memang dahulu terkendala bogosasono kurang pengawasan. Kita hanya

mempunyai kewenangan pada (kalau pemda) yang pertama (kalau di Migas ya) itu

masalah lingkungan hidup yang kedua tata ruang. Semuanya masih,… pengawasan,

dan yang lain-lain kita hanya membatu pemerintah lewat BP Migas . Kalau ada apa-

apa kita lapor ke BP Migas.

Tapi kalau ga salah ada UU tahun 2010 itu yang memberikan kewenangan

kepada DPRD (pemda) melalui rapat DPRD untuk memberikan izin

pertambangan rakyat.. yang mana Coba liat?? Nomor berapa tahun berapa?? Saya

malah belum tau. Kalau emang ada solusi malah lebih bagus lagi..

Jadi itu kegiatan illegal yang belum ditindak gitu ya pak? udah ditindak tegas.

Jadi kegiatan disitu tu sudah dilokalisir di situ saja. Tidak boleh keluar. Mungkin

yang bisa keluar hanya yang rengkek2 yang kecil2 itu. Itu masalah keamanan, itu

sudah haknya aparat keamanan. Ranah keamanan..

Cuma kalau rengkek itu di mata Pemda gimana pak? itu tetap ilegal di mata

hukum… Mungkin pemda punya kebijakan diluar peraturan? Lho,, kebijakan di

luar peraturan ngga‟ bisa.. harus sesuai peraturan UU atau peraturan yang ada.. gitu..

Page 121: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

109

Katanya dulu sempat ada tawar menawar antara warga dengan Pertamina gitu

pak? He e.. kan dulu katanya sempat ada demo minta dilegalkan.. he e.. dan

hasilnya?. Hasilnya nggak bisa..

Mereka bilang gini “ ini tu udah ada sejak zaman Belanda pergi, dan mereka

teruskan, dan itu bertahun tahun dari masa ke masa tidak ada yang melarang?

memeng betul.. makanya di situ itu ada suatu keistimewaan dulu diberikan oleh

pusat,, sebelum ada peraturan ini (UU No. 1 Tahun 2008) tapi tetap mengikuti

peraturan yang ada..

Ini udah ketemu pak (saya sebutkan bunyi pasal 21, UU Nomor 4 tahun 2009)??

Oh lain mas itu.. itu mineral dan batu bara selain migas… jadi beda.. yang migas

ada sendiri.. yang migas itu Nomor 11 tahun 2001. Jadi nggak masuk ke UU ini

pak ya.. he e..

Terus.. saya ingin dengar kesimpulan sikap Pemda menyangkut penambangan

rakyat Wonocolo?? ya sementara ini pemda ya kita mengajukan e.. mengusulkan

untuk itu dilegalisasai dulu, dilegalkan (pengambilannya)… kita belum berbicara

masalah penyulingannya itu… itu masalah pengolahan. Sedangkan penyulingan pun

itu melanggar UU.. ada standarnya tersendiri dan itu jelas tidak sesuai standar.

Sekarang kita memberikan rasa aman kepada penambang dulu sesuai peraturan

gimana..nanti solusinya kita lihat dulu saat dilegalkan di lapangan gimana…,

sementara ini harus dilegalkan dulu…

kedepannya pak? kan katanya dulu pertamina pernah ngebor di area itu, dan

akhirnya ternyata hasilnya tidak sebanding dengan modal (tidak ekonomis) dan

analisa saya disini.. satu-satunya yang dapat memanfaatkan adalah

masyarakat… tapi pemda juga sebenarnya juga harus dapat bagian.. dari iuran

atau pajak pertambangan? Kalau pemda dapat bagian dari Lighting Migas.. Dari

masyarakat pak? ngga.. mungkin kalau KUD yang ada memberikan seperti suatu

kompensasi untuk penambahan PAD ke kas daerah.. saya ngga tau. Soalnya kemarin

yang ngatur bagian perokonomian itu.. sini hanya masalah tehnis saja..

Page 122: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

110

Kedepan akan ditertibkan pak? ditertibkan.. harus itu.. nanti ke depan jika sudah

legal.. itu dicarikan solusi terbaik sama-sama menguntungkan, gimana pertamina

gimana rakyat, yang penting sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat… gimana

caranya legal, yang jelas kan yang penting penambang... penambang itukan..

sementara ini kalau illegal gini kan ngga bisa maksimal…

Coba liat lah permen No. 1 Tahun 2008 lah..

Terakhir pak, analisa masalah pertamina tidak ekonomis untuk Pertamina tapi

masih kekeuh?? Oh itu.. itu ada mekanisme. Jadi wilayah yang tidak ekonomis itu

dikembalikan dulu ke pemerintah, terus pemerintah bisa menawarkan ke daerah

lewat BUMD atau lewat perorangan,, itu ada yang mau ngga gitu.. kalau ngga

mampu, ya,, nanti ditenderkan ke yang lain yang mau.. tapi harus diserahkan dulu

oleh Pertamina ke pemerintah.. Ada di permen no.1 tahun 2008 itu.

Page 123: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

111

Verbatim Dari Hasil Wawancara Peneliti

Bisa di ceritakan pak, kenapa warga menolak menjual ke pertamina??

Kanapa?? Apa pertamina itu.. Siapa yang modalin? Pertamina nggak ikut modalin

kok, minyaknya mau di ambil… oh gitu pak? Iyalah.. inikan sampai puluhan juta

ini (modalnya), apalagi kalau PT, sampai ratusan atau milyaran itu. PT (selevel)

seperti Pertamina gitu pak? Jadi kayak gini,,, kalo yang modalnya banyak biasanya

dibor samping.. padahal sebenarnya bor samping itukan sebenarnya tidak boleh. Bor

samping dari ? Ya bukan titiknya… Itukan nggak bisa. Nggak ada,, izin ngebor itu

kan tertentu… izin ngebor minyak itu. Iya. Nggak setiap orang. Tapi kalo disini

mungkin udah (ada), sama puspita sama bupati. Tapi dalam suratnya itu sebenarnya

servis aja. Nah, kemarin kejadian, yang di alang -alang (nunjuk keatas), yang di jalan

tadi lho… oh itu.. , iya yang di gunung itu lho.. kemarenkan Flowing itu. Mbludak

gitu pak? Keluar sendiri minyaknya? Iya, langsung campur lumpur, yang masuk

TV itu lho. Itukan sampai rame. Kan tidak ada izinnya. Ya semua lepas tangan.

Sekarang kalau izin ke bupati, pak saya mau disana (nambang). Iya,, kan tidak ada

tertulis!!. Kan kalau ada kejadian, siapa yang ngasih izin? Saya g‟ pernah ngasih

izin… kalau diatas kertas (izin), tidak bakal mau bupati ngasih izin kan? Nggak bisa.

Dan nggak akan berani. Kemarin kan pada bingung, sampai gubernur juga kan.

Sekarang kalau udah masuk TV, siapa yang berani, ditanya izinnya mana? lepas

tangan semua kan? Nggak ada izinnya. Izin apa..

Sekarang kalau sumber sumurnya pak? sini itu memang sumbernya ga ada apa-

apanya. Nanti kalau mau gambar, peta eksplorasi di lek (om) Azis ono. Peta itu lho,,

eksplorasi Wonocolo. Dia kan nduwe (punya). Jadi disini itu dulu Pertamina kan

pernah ngebor yang sebelum masuk Wonocolo itu, sedalam 800 meter. Di tembak ke

samping ke sini. Ya gak keluar. Rencananya kan bor samping,, (tapi) tetep nggak

keluar. Ya sekarang kalau dia mau masuk sini ya nggak bisa kan. Soalnya sini itu

sebelum Indonesia ada kan udah ada. Ya pas Belanda itu.

Ini juga lagi nyari ini (Sambil nunjuk ke lubang galian). Tapi belum ketemu. Katany

seh ada, Cuma masih susah. Berapa dalam ini pak? Baru segini, Cuma kadang ada

(Minyak) mentahnya…

Kalau kedalamannya pak? Disini itu lapisannya kan lapisan empat. (empat lapisan)

pertama itu air tawar ya, dua air asin, ketiga itu minyak itu, dalamnya sekitar 60

sampai 190 meter. Lapisan 4 nya 200. Pokonya 190 sampai 210 itu lapisan 4, paling

dalem 400. Makanya kalau ada PT ngebor sampai diatas 500 keluar tapi campur

lumpur. Trus tidak bisa di kerjain lagi itu pak. Di tutup kan. Lha nggak ada izinnya.

Page 124: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

112

Kalau izin disini gimana pak yang legal dan akui menurut warga? nggak ada. Ya

pokonya kita begini, izin nggak ada, ya seumpama kita nyari sumur, kayak ini kan

ketemu, ya udah ditimba di suling lalu dijual. Oh gitu,, itu ke kepala desa nggak ada

izin apa gitu pak ya? Nggak ada. Kecuali kalau yang ngerjain itu PT (pengusaha dari

luar) ya ngsihlah ke desa jatah berapa gitu. Disini itu namanya jatah. Jatang lantung

itu lho…

Kalau hasil dari menambang ini pak? Disini itu lain-lain tiap sumuran. Kalau

disinikan satu drumnya kan 250 ribu, belum disuling itu pak belom. Disini itu

minyak tanah sama bensin nya itu 140 liter. kan kalau di drum kan 240 ya, Sisanya

solar 70 liter. Kalau di kurs ke uang jadinya itu 750 per drunya. udah jadi? Udah.

Ongkos nya yang nyuling sama kayu 100 ribu. Yang nyuling bukan bapak sendiri.

Bukan. Bagi-bagi kerjaan. Jadi kayak ini, ini sumur nya ini dalamnya baru 110. Ini

kalau di petanya kan 300. Nah dulu kan nggak ada pipanya. Diambil orang gitu

pak? Iya. Ini patungan (rombangan) dari hasil ini. Jadi dulu itu dua bulan di

kumpulin, dapet berapa gitu di suling bareng-bareng, dikumpulin duitnya buat beli

pipa. Pipanya kan satu itu satu 1,3 juta. Per batang 6 meter itu. Dulu ini pipanya beli

15 batang udah habis sekitar 30-an (juta) apaya? Tapi duitnya dari sini.

Terus sebelum beli pipa ngambil (minyak) nya pake apa pak? Kerja. Dulu belum

dapat. Jadi dulu itu alat ini (alat tua) itu bawa minyak, nah di kumpulin itu. Terus di

beliin pipa. Lah.. sekarang kalau pertamina nggak tau menau kita kerja kayak gini,

siapa yang ngasih biaya kerja ini, kita sendiri kan? Jadi sebenarnya illegal, tapi ya

nggak bisa. Sekarang kayak pemerintah tu bisa nggak ngasih kerjaan ribuan orang

disini itu. Oh ini ribuan orang pak?. Iyalah. Sekarang satu sumuran aja. Kerja

bagian nyuling ada, bagian ngambil kayu ada,bagian yang bawa dari lokasi ke rumah

ada. Pembelinya (rengkek). Banyak lah rentetannya dalam satu sumur itu kan. Yang

paling banyak narik tenaga kerja yang mana pak? nggak, Sama sih. Disini itu

kan 12. Seminggu dapetnya 12. Jadi seminggu itu dapat satu orang satu itu. Jadi

seminngu 12. Iya 12 drum. Jadi seminngu dapet 750 ribu per orang pak??. Ya

iya, dari satu drum itu tadi. Disni rata-rata satu sumur berapa orang pak? Ada yang

20, ada yang 30, nggak mesti. Kadang-kadang yang banyak itukan gini, sumurnya

berat, kerjaannya berat ya.. iya. Butuh alat, butuh alat apa gitu ntar nyari orang, terus

di kasih nama, kamu nyediain alat tak kasih nama sini. Terus butuh apa lagi, nyari

orang lagi, ya kan tambah banyak orangnya. Jadi membaginya tambah banyak

juga orangnya?. Iya. Soalnya diajak kan bawa alat. Kayak disini. Nyediain kayu

Box, dapat satu nama. pipa? pipa belum. Terus kawat sama puteran katrol sama

seling itu satu nama lagi. Jadi kayak gitu, dibagi-bagi. Hmm.. gitu pak ya..

Page 125: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

113

Jadi disini kalo orang sini bebas nyari, kalo orang luar harus izin masuk ke

desa dulu??. Nggak. Orang luar juga nggak papa, orang Banyu Urip… Orang luar

nggak papa. Klo orang Cepu atau Bojonegoro kesana pak (luar daerah)? kalau orang

luar itukan.. dia ngebor kan... Sumur sini rata rata yang rusak itu alatnya

ketinggalan di dalam. Ada rel ada wuh macem-macem, kadang-kadang kan putus…

gak bisa diambil kan nggak bisa dikerjain itu, jadi salah satu jalan ya di Bor.

Sebenarnya ngebor kan nggak bisa, izin itu Exxon, Petro China yang punya izin

ngebor itu. Kita hanya mengelola yang udah ada aja gitu? Iya… Servis… Cuma

kadang disalahgunakan sama orang-orang yang punya uang. PT.. PT… itu kan

modalnya milyaran itu… milyaran itu.. satu sumur itu bisa satu M itu…

Itu dimodali dari awal lalu di kelola PT sendiri gitu pak? Peralatannya?? Kan

kalau PT itu ada yang.. ada yang sumur dijual, missal ini punya rombangan, di jual

sama PT, biasanya 50 juta, tapi yang punya sumur ini masih dapat bagian.. biasanya

dia dapat bagian di kasih nyuling.. oh jadi nyulingnya di serahkan ke penjual

sumur gitu pak?? Iya… banyak PT yang berhasil pak? Sumur 92,, dulu kadang-

kadang sampai 100 drum/hari itu… sama sumur inting,, sumur inting itu juga…

lumayan juga.. (PT. Puspita dan PT Ponix). Cuma dua PT itu yang berhasil,

selainnya gagal… banyak yang gagal pak?? buanyak.. buanyak.. Sini tu gini..

kadang-kadang banyak duit yang menguap.. pada hal-hal nggak jelas.. yang namanya

pemodalnya orang Jakarta… kebanyakan orang Jakarta…. Yang modalin itu…

orang kampung sini yang merantau gitu pak??? nggak ..nyari di internet

bisanya… investor buat minyak… ya pada datang kesini… ya kaya inilah.. ngebor

ada menaranya ngebornya pake mesin-mesin… tapi seharusnya nggak boleh pak

ya?? Ya nggak boleh lah… Lha kan yang ngebur itu kan seharusnya punya BP

Migas atau Pertamina kan…

Izi pengelolaan minyak dan pengeboran itu kan nggak bisa… Cuman,, Wonocolo

dipakai buat tutup aja… dia di luar Wonocolo nggak bisa ngebor.. banyak sumur tua

sebenarnya,,, Cuma diluar Wonocolo nggak bisa.. disini pemda itu juga nggak bisa

nutup ini…

Kalau sikap pemerintah sendiri pak, nggak bisa nutup terus di biarin gitu

pak?? Dibiarin.. nggak ngelarang pak? nggak… Cuma kadang-kadang gini…

keluarnya.. keluar mbawa minyak itu ditangkapin… kalau pake tangki (mobil tangki)

yang namanya illegal kan tetep ditangkep… tapi akhirnya tetep di lepaskan

pak?..kadang-kadang… kadang di tangkep kadang dilepas, tinggal ngasih fee-nya

berapa…

Page 126: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

114

Yang aktif di Wonocolo ada berapa sumur pak? nggak ada 100… tapi sebenarnya

ratusan.. Cuma banyak yang ilang.. ya itu yang sedang dicari-cari itu pak ya?

Iya… namanya di dalam gini ya susah mau nyari gimana… kalau disini kalau sama

rengkek.. kalau penjualannya pak?? dulu ada lah pemuda yang bawa tengki di

kumpulin diatas sana, ya nggak boleh.. kalau disiini kalau dibawa rengkek aman

itu… ya namanya rengkek diakan Cuma nyari buat makan… oh yang pake motor

bawa derigen itu ya pak?? iya..tapi kalau udah pake mobil di tangkep itu…

maksudnya partai besar gitu pak?? iya… jadi disini penjualannya perantaranya

Cuma pake rengkek itu pak?? iya.. nggak ada yang ngumpulin pake tangki gitu?

Nggak..nggak ada… ada disitu kayak koperasi lah yang nyoba lagi kemaren pake

tangki… tapi katanya di tangkep.. kok ada lagi nggak tau she, tapi kebanyakan keluar

pake motor (rengkek)….

Tadi kalau desa Wonocolo sumurnya ada berapa pak? disini itu ya.. ada dua

bagian W sama D… kalau W itu ada 59 yang dipeta.. titik W itu.. jumlahnya 59 titik

tapi kadang tiap titik ada 3-4 lubang.. nggak tau dulu itu apa gagal terus pindah

sampingnya atau emang zaman dulu dibor 3-4 lubang ngak ada yang tau itu… tapi di

petanya itu ada.. peta itu dari mana asalnya pak? peta ya zaman dulu.. dulu yang

punya migas .. jadi peta migas?? Iya.. juga ada tanda-tandanya yang ada casing nya

sama yang belum dipasang casing…

Kalau pemakaian teknologinya pak disamping pake mobil seperti ini pak..

masih ada yang diputar atau ditarik gitu pak??dulu ditarik sama orang, kalau

diputer ini.. seumpama alat nyepit (dibawah) baru pake diputer.. lier ini namanya,,

kalau nimba sudah pake mesin mobil semua.. mesin semua ya pak, nggak ada yang

pake lier lagi?? iya… sejak tahun 80-an sudah pake mobol semua.. yang lebih

cangging dari ini nggak ada pak?? nggak ada… sama pertaminya ya… yang pake

mesin pompa aja pernah dites kalah sama ini. Pernah dites satu sumur itu..per menit

itu nggak ada satu gayung itu.. pantesan mereka kalah pak ya? Ya nggak..emang

kalau di pertamina itu sudah menipis.. kalau disini pak? ya sama .. sudah nggak

seperti dulu. Dulu tahu 80-an itu satu hari bisa mencapai 40 rit. 40 rit x 5 ton..

berapa itu.. itu berapa harganya?? Nah itu juga yang menyebabkan masyarakat

berontak itu kan gini dulu itu kan minyak masuk KUD, KUD masuk Pertamina ya.

Zaman dulu itu satu drumnya 30 ribu. Dibeli oleh Pertamina itu? Koperasi..!!

ngakk boleh keluar. . Padahal dulu itu ,, (secara) illegal ya… dibawa ke Surabaya

udah laku sekitar 100 ribu..bedanya jauh banget ya? Jauh banget… dijual ke Cepu

aja lho udah 100 ribu mau.. dibeli Pertamina Cuma 35 ribu. Padahal Pertamina itu

nggak tau menau kerjaan disini..harus dijual di sini (Pertamina) gitu..

Page 127: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

115

Kembali ke awal lagi pak, jadi ini bisa di sebut sumur si A, itu karena dia yang

menemukan dan menggali (mencari) gitu pak?? iya.. kadang-kadang gini, ini dulu

tahun 80 udah pernah dikerjain orang satu rombongan gitu ya, terus udah keluar…

udah empat kali… berganti orangnya? Iya.. yang terakhir saya ini..zaman dulu kan

masih pake lier, yang muter-muter itu, ditarik gitu pak? iya.. pokonya orangnya

nggak jalan, Cuma muter-muter..

Terus harapan orang Wonocolo sekarang apa pak? yah… pokonya bisa kerja di

sini.. terus seumpama dikelola dibeli sama pertamina ya minimal sama seperti kita

nyuling sendiri lah…

Kalau Pertamina bikin peraturan gitu pak, nanti harus didaftarkan atau

gimana gitu?? Selama ini belum pernah ada, Cuma memang dulu waktu nyuling

pertama kali emang ditangkepin. Nyuling tangkep.. bikin lagi tangkep lagi ya

namanya urusan perut… lagian, kan minyak ini banyak yang minati.. para sopir bus

bus tronton beda berapa lah sama POM udah pada mau itu.. sopir-sopir, umpamanya

dapat jatah solar dari bosnya 100 litar, dia beli minyak ini, kan udah berapa

selisihnya…

Kalau rengkek rengkek itu biasanya di jual kesiapa lagi?? Pengepul, di daerah

Tuban.. di pinggir Pantura.. oh.. ada pengepulnya juga??iya.... kebanyakan sih

untuk perahu.. para nelayan itu.. selainnya?? ke Kali Tido.. di pinggir jalan raya…

tapi konsumsi banyakan masuk ke Rembang untuk Perahu… Bis, alat-alat

pertanian mungkin?? Iya… tapi kebanyakan ke perahu sama pertanian . mobil itu

ya nggak seberapa..

Jadi perahu itu, kan mesinnya dompeng.. jadi perawatannya murah.. asal bisa hidup

(jalan) mereka masih untung.

Page 128: M. Nur Kholis NIM. 106046101660repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21914...i PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi kasus

116