lupa akan kehidupan hakiki

1
Terlintas dalam benak setiap manusia, saya ingin sekali itu, ini dan segala macam kebutuhan dari yang primer sampai tersier pun rela dikejar. Seakan lupa kepada yang menciptakan kebutuhan tersier. Bukankah manusia terbaik yang menjadi pilihan telah bersabda. "Kehidupan dunia itu seperti musafir (orang yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain)". Kehidupan dunia itu seperti musafir, kedipan mata dan lain-lain. Kalo saya boleh analogikan kehidupan dunia itu layaknya seorang yang sedang mudik. Sebagai contoh Si Udin dilahirkan di Kutohardjo, beliau merantau ke Jakarta untuk bekerja di sebuah perusahaan mobil terkenal. Singkat cerita, memasuki penghujung ramadhan di Indonesia terjadi musim mudik. Si Udin dengan membawa hadiah pakaian lebaran untuk kedua orangtuanya pulang ke kampung halaman tercinta. Alangkah bahagianya kedua orangtua Si Udin atas pemberian hadiah pakaian lebaran tersebut. Layaknya cerita Si Udin untuk mengarungi keidupan akhirat dibutuhkan bekal pada saat hidup di dunia. Bekal berupa apa? Tujuan untuk apa? Tentu saja bekal berupa amal shaleh selama hidup di dunia. Amal shaleh yang dimaksud yang dilakukan dengan ikhlas dan mengikuti Rasulullah. Supaya Allah ridho atas kenikmatan yang kita terima pada suatu masa kelak "Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan" (Al-Nahl Ayat 128) "Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)" (Adz-Dzariyat Ayat 49) "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu" (Adz-Dzariyat Ayat 56) Kalau kita berkaca pada ketiga ayat diatas bahwasannya Allah menciptakan kaya dengan miskin, ganteng/cantik dengan jelek, kegagalan dengan kesuksesan dan lain-lain, Asumsi yang bertolak belakang itu haruslah disyukuri, dengan cara senantiasa taat dalam beribadah yaitu menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Dan berkat kesabaran dalam ketaatan mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin "Kesuksesan hidup pada intinya adalah bagaimana kita menyikapi sikap syukur, sabar, dan taqwa" -Heru Panca Prawira Wallahu a'lam bisshawab

Upload: heru-panca-prawira

Post on 24-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Lupa Akan Kehidupan Hakiki

TRANSCRIPT

Page 1: Lupa Akan Kehidupan Hakiki

Terlintas dalam benak setiap manusia, saya ingin sekali itu, ini dan segala macam kebutuhan dari yang primer sampai tersier pun rela dikejar. Seakan lupa kepada yang menciptakan kebutuhan tersier. Bukankah manusia terbaik yang menjadi pilihan telah bersabda. "Kehidupan dunia itu seperti musafir (orang yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain)". Kehidupan dunia itu seperti musafir, kedipan mata dan lain-lain. Kalo saya boleh analogikan kehidupan dunia itu layaknya seorang yang sedang mudik. Sebagai contohSi Udin dilahirkan di Kutohardjo, beliau merantau ke Jakarta untuk bekerja di sebuah perusahaan mobil terkenal. Singkat cerita, memasuki penghujung ramadhan di Indonesia terjadi musim mudik. Si Udin dengan membawa hadiah pakaian lebaran untuk kedua orangtuanya pulang ke kampung halaman tercinta. Alangkah bahagianya kedua orangtua Si Udin atas pemberian hadiah pakaian lebaran tersebut.Layaknya cerita Si Udin untuk mengarungi keidupan akhirat dibutuhkan bekal pada saat hidup di dunia.Bekal berupa apa?Tujuan untuk apa?Tentu saja bekal berupa amal shaleh selama hidup di dunia. Amal shaleh yang dimaksud yang dilakukan dengan ikhlas dan mengikuti Rasulullah. Supaya Allah ridho atas kenikmatan yang kita terima pada suatu masa kelak "Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan" (Al-Nahl Ayat 128)"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)" (Adz-Dzariyat Ayat 49)"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu"(Adz-Dzariyat Ayat 56)Kalau kita berkaca pada ketiga ayat diatas bahwasannya Allah menciptakan kaya dengan miskin, ganteng/cantik dengan jelek, kegagalan dengan kesuksesan dan lain-lain, Asumsi yang bertolak belakang itu haruslah disyukuri, dengan cara senantiasa taat dalam beribadah yaitu menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Dan berkat kesabaran dalam ketaatan mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin"Kesuksesan hidup pada intinya adalah bagaimana kita menyikapi sikap syukur, sabar, dan taqwa" -Heru Panca PrawiraWallahu a'lam bisshawab