lumpuh hadapi musim paceklik - ftp.unpad.ac.id filesedikitnya 50 warga korban lum pur di desa...

1
SEDIKITNYA 50 warga korban lum pur di Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, Kabupa- ten Sidoarjo, Jawa Timur, kembali berunjuk rasa di atas tanggul desa setempat menuntut penyelesaian ganti rugi, kemarin. Dalam aksi itu, mereka membawa papan berisikan penegasan bahwa tanah yang dijadikan kolam penam- pungan lumpur tersebut adalah aset desa. Warga kemudian memasang pa- pan tersebut di atas tanggul sebagai bukti perlawanan agar pihak Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) tidak melanjutkan kegiatan perluasan kolam penampungan maupun penguatan tanggul di atas tanah seluas 40 hektare tersebut. ‘’Silakan ganti rugi kami dilu- nasi terlebih dulu sebelum kegiatan penanggulan ini dilanjutkan,’’ kata Kepala Desa Kedungbendo, Hasan. Menurut Hasan, sesuai dengan Perpres Nomor 14 Tahun 2007 sudah ditegaskan, ganti rugi sudah dilunasi paling lambat sebulan setelah masa kontrak rumah warga selama dua tahun habis. Namun, kenyataannya setelah masa kontrak rumah habis pada 2009, ganti rugi belum diberes- kan hingga saat ini. Selain itu, ternyata proses pem- bayaran ganti rugi sistem cicilan tersendat sejak Maret lalu. Akibat- nya warga korban lumpur menjadi kebingungan karena uang cicilan sebesar Rp15 juta per berkas per bulan akan digunakan warga untuk menutupi biaya kebutuhan hidup. Selain untuk menutupi biaya ke- butuhan hidup sehari-hari, uang ganti rugi tersebut dipergunakan untuk membayar biaya cicilan pem- belian tanah ataupun rumah. ‘’Bahkan ironisnya masih terdapat puluhan warga yang ternyata belum menerima ganti rugi sama sekali,’’ kata Fatah, warga lain yang ikut berunjuk rasa. Warga yang berunjuk rasa itu ke- cewa dengan pemerintah, dalam hal ini BPLS, bupati, gubernur hingga Presiden. Sebab, pemerintah dinilai tidak berupaya membantu korban lumpur agar persoalan ganti rugi ini bisa segera diselesaikan PT Minarak La- pindo Jaya. Menurut rencana, warga akan me- ngirim surat kepada Presiden dan Dewan Pengarah BPLS. Mereka akan mengutarakan semua permasalahan ganti rugi yang tersendat melalui surat tersebut. Aksi warga itu mendapatkan pe- ngawalan ketat dari aparat Polres Sidoarjo. Sempat terjadi negosiasi antara warga dan polisi yang dipim- pin Wakapolres Sidoarjo Komisaris Leo Simarmata serta dengan per- wakilan BPLS. Dalam negosiasi tersebut warga diimbau agar memahami bahwa pro- ses penguatan tanggul dan kegiatan perluasan kolam penampungan lumpur sangat diperlukan untuk me- nampung lumpur baru yang keluar dari pusat semburan. Maka itu, warga diminta agar tidak melarang petugas BPLS melakukan kegiatan penanggulan. Namun, ne- gosiasi itu tidak membawa hasil dan warga tetap bersikeras melarang BPLS melakukan kegiatan penang- gulan. (HS/N-1) B EBERAPA daerah sentra produksi bahan pangan mengalami paceklik. Itu terjadi di sentra pertanian di Jawa Tengah (Jateng). Seperti di Kecamatan Sumowono dan Ban- dungan, Kabupaten Semarang, be- berapa komoditas sayuran meng- alami musim paceklik. Demikian juga di daerah pengha- sil cabai di Kecamatan Sayung, Karangtengah, dan Guntur, Kabu- paten Demak, dan penghasil ba- wang di Kabupaten Brebes dan Tegal. “Di sini dulu adalah daerah ca- bai terbesar setelah Temanggung, tetapi sekarang satu pohon pun tak ada karena warga tak lagi me- nanam sejak beberapa tahun ini akibat sawah dan ladang yang terendam rob,” kata Parmin, 38, warga Surodadi, Kecamatan Sa- yung, Demak. Pasokan sayuran dari Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, hampir dipastikan terputus selama Rama- dan hingga Lebaran mendatang karena saat ini para petani ramai- ramai beralih ke tembakau. Dari pantauan Media Indonesia kemarin, hamparan luas lahan per- tanian milik warga yang terletak di kaki Gunung Merapi dan Merbabu itu kini seluruhnya digunakan un- tuk menanam tembakau. Padahal, Selo merupakan salah satu sentra penghasil sayuran ter- besar di eks Keresidenan Surakarta setelah Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Komoditas utama yang dihasil- kan di tempat itu adalah kubis, kembang kol, jipang, dan wortel. Selain untuk memenuhi perminta- an konsumen di wilayah eks Kere- sidenan Surakarta, para petani Selo juga memasok daerah lain di Jawa Tengah. Pasokan dari luar Ironisnya, saat ini untuk me- menuhi sayuran kebutuhan sehari- hari para petani beralih mengandal- kan pasokan dari Muntilan, Mage- lang, dan Kopeng, Salatiga. Beberapa petani yang ditemui di ladang beralasan beralih ke tem- bakau karena keuntungan yang di peroleh lebih besar daripada sayuran. Apalagi saat ini cuaca yang cenderung cerah memang sangat mendukung untuk tanaman tembakau. “Sekarang daun yang masih hi jau sudah dihargai Rp5.000- Rp6.000/kg. Tembakau rajangan lebih mahal lagi, terakhir harga- nya bisa sampai Rp40 ribu/kg,” kata salah seorang petani di Desa Samiran, Hidayat. Hal yang sama terjadi dengan lumbung padi seperti Pati, Kudus, Jepara, Demak, Kendal, Batang, dan Pekalongan, yang telah selesai musim panen dan kini tengah me- masuki masa bero (tak menanam) sehingga produksi beras yang ada di beberapa daerah tersebut jauh berkurang. Apalagi sebagian besar beras hasil panen telah lari ke luar daerah seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Melimpah Di sisi lain, sejumlah jenis sa- yur an di sentra produksi Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jateng, memasuki ma sa panen. Hal itu membuat harga sayur-mayur mengalami penurunan yang cukup berarti di daerah ini. Penurunan harga yang sangat tajam terjadi pada sawi putih, sawi hijau, dan kol. Harga sawi putih kini Rp200 per kilogram dari sebelumnya Rp3.500/kg, sedang- kan sawi hijau menjadi Rp300 dari Rp2.000/kg. Adapun kol dari Rp4.200/kg menjadi Rp1.200/kg. ‘’Saat sekarang sudah memasuki musim panen sayuran sehingga harganya banyak yang anjlok,’’ kata Kepala Desa Serang, Sugito, kemarin. Sementara itu, stok melimpah terjadi di pusat agrobisnis Pasar Mantung, Pujon, Kabupaten Ma- lang, Jawa Timur. Walau stok melimpah di kawasan itu, harga penjualan masih tinggi. “Stok sa- yur melimpah. Tetapi dalam satu pekan terakhir sejumlah komoditas sayur harganya cenderung naik. Mungkin karena menjelang Rama- dan,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Pasar Mantung, Totok Pur- wanto, kemarin. Ia menjelaskan stok sayur yang dijual di Mantung mencapai 100 ton sampai 200 ton per hari. Sayur yang dikirim ke luar Pulau Jawa, di antaranya tomat, kubis, wortel, dan bawang, sebanyak 90 ton per ming- gu. (LD/BN/FR/JS/DY/N-1) achmad_sapuan @mediaindonesia.com TANAH longsor menimbun ruas jalan sepanjang 50 meter di Desa Kareana, Kecamatan Botin Leo Bele, Kabupaten Belu, Nusa Teng- gara Timur (NTT), kemarin. Akibatnya, transportasi yang menghubungkan Atambua, ibu ko- ta Belu, dengan wilayah di selatan daerah itu lumpuh total. Daerah yang terisolasi akibat long sor antara lain Betun, ibu kota Kecamatan Malaka Tengah, yang berbatasan dengan lokasi longsor, serta kecamatan lain- nya yang ber- batasan dengan Malaka Tengah seperti Weli- man, Ma laka Barat, Kobalima, dan Kobali ma Barat. Longsor terja- di akibat hujan tidak henti meng- guyur wilayah itu sejak awal pekan ini. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Selain itu, badan jalan di sekitar longsor juga ambles sedalam 5 meter. Kejadian itu mulai terlihat sejak Selasa (3/8). Bupati Belu Joachim Lopez mengatakan Peme- rintah Kabupaten Belu langsung mengirim dua ekskavator untuk menyingkirkan material longsoran yang menimbun badan jalan. “Kita usahakan jalur alternatif agar transportasi kembali lancar,” katanya. Sementara itu, bus antarkabu- paten dan kendaraan pribadi serta travel yang melewati ruas jalan tersebut terpaksa berhenti. Pe- numpang harus turun dan berjalan kaki melewati timbunan batu dan lumpur untuk tiba di seberang, ke- mudian naik kendaraan ke tujuan masing-masing. Informasi yang dihimpun menye- butkan, kemarin pagi, kendaraan roda dua sudah berhasil melintasi lokasi longsor, tetapi kendaraan itu diangkut bera- mai-ramai oleh warga setempat dengan imbalan Rp5.000 sampai Rp10.000. Lokasi longsor itu berjarak sekitar 60 kilometer di selatan Atambua, tepatnya di hutan lindung Kateri. Kawasan hutan ini sejak Oktober 2000 pernah dite- bang eks pengungsi Timor Timur untuk membuka kebun. Pemerintah berupaya bernegosiasi bersama eks pengungsi tersebut, tetapi tidak berhasil. Sesuai dengan data Dinas Kehutanan Kabupaten Belu, luas kawasan hutan di wilayah itu 69.401,57 hektare (ha). Dari jum- lah itu yang dibabat eks pengungsi berjumlah 2.854 ha. (PO/N-1) MI/HERI SUSETYO PROTES GANTI RUGI: Puluhan warga korban lumpur Lapindo kembali menggelar protes di atas tanggul di Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, kemarin. Mereka menuntut penyelesaian ganti rugi yang masih berlarut-larut. Longsor Putuskan Jalur Atambua-Betun Ganti Rugi Lumpur Lapindo belum Tuntas 10 | Nusantara KAMIS, 5 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Akhmad Safuan Harga kebutuhan pangan selama Ramadan diperkirakan semakin tidak terkendali. Sentra Produksi Pertanian Hadapi Musim Paceklik Jalur Pantura Lumpuh 30 Jam PERAYAAN hari ulang tahun tempat ibadah Tri Dharma di Kelenteng Kwan Sing Bio di Kabupaten Tuban, Jawa Ti- mur, mengakibatkan jalur utama pantai utara (pantura) macet hingga sekitar 30 kilometer, kemarin. Kemacetan terparah terjadi di ruas jalan yang menuju arah Semarang. Ribuan kendaraan roda empat meng- alami penumpukan dari Kota Tuban hingga Kecamatan Tambakboyo--yang jaraknya sekitar 30 kilometer dari pusat kota. Kemacetan juga terjadi di sejumlah ruas jalan dalam kota. Kenyataan ini mengakibatkan angkutan umum kesulit- an beroperasi karena sebagian jalan telah ditutup untuk acara pawai. Kemacetan sebenarnya sudah terjadi sejak Selasa (3/8) malam, saat artis Mulan Jameela tampil di tempat ibadah yang berada di Jl RE Martadinata, Tuban Kota. Hal itu mengakibatkan jalur pantura ter- paksa ditutup dan kendaraan dari arah Semarang dialihkan melalui Jalan Teuku Umar, kemudian masuk Jalan Wahidin Sudirohusodo. Persiapan mudik Sejumlah persiapan untuk menghadapi arus mudik dan balik terus dikebut. Di jalur utara Jawa Barat, Tol Palimanan- Kanci (Palikanci) tengah dibenahi. Se- jumlah perbaikan ditargetkan selesai 14 hari sebelum Lebaran. “Sejak April lalu perbaikan ruas tol su- dah kami lakukan,” kata Kepala Cabang PT Jasa Marga Tol Palimanan-Kanci, Mu- hammad Zahir Siregar, kemarin. Perbaikan dikonsentrasikan di sepan- jang 6 kilometer dari titik 213 km hingga 207 km, ruas Tol Palimanan-Kanci. Di Palembang, menjelang arus mudik Lebaran, Direktorat Lalu Lintas Polda Su- matra Selatan mengimbau para pemudik mewaspadai sekitar 20 titik rawan long- sor di delapan kabupaten dan kota. “Daerah rawan longsor berada di jalur Jalan Lintas Timur dan Jalan Lintas Te- ngah. Pemudik harus waspada, apalagi saat kondisi cuaca kurang mendukung,” kata Direktur Lalu Lintas Polda Sumsel Komisaris Besar Bimo Anggoroseno. Balai Pelaksana Jalan Wilayah III Dirjen Bina Marga juga terus melakukan pem- bangunan dan pemeliharaan Jalintim se- panjang 448 km serta Jalinteng sepanjang 488 km. (YK/UL/Bhm/LD/N-3) Perbaikan dikonsentrasikan di sepanjang 6 kilometer dari titik 213 km hingga 207 km, ruas Tol Palimanan-Kanci.” MI/ADAM DWI Joachim Lopez Bupati Belu

Upload: ledien

Post on 08-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SEDIKITNYA 50 warga korban lum pur di Desa Kedungbendo, Ke camatan Tanggulangin, Kabupa-ten Si doarjo, Jawa Timur, kembali berunjuk rasa di atas tanggul desa setempat menuntut penyelesaian ganti rugi, kemarin.

Dalam aksi itu, mereka membawa papan berisikan penegasan bahwa tanah yang dijadikan kolam penam-pungan lumpur tersebut adalah aset desa.

Warga kemudian memasang pa-pan tersebut di atas tanggul sebagai bukti perlawanan agar pihak Badan

Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) tidak melanjutkan kegiatan perluasan kolam penampungan mau pun penguatan tanggul di atas tanah seluas 40 hektare tersebut.

‘’Silakan ganti rugi kami dilu-nasi terlebih dulu sebelum kegiatan penanggulan ini dilanjutkan,’’ kata Kepala Desa Kedungbendo, Hasan.

Menurut Hasan, sesuai dengan Perpres Nomor 14 Tahun 2007 sudah ditegaskan, ganti rugi sudah dilunasi paling lambat sebulan setelah masa kontrak rumah warga selama dua tahun habis. Namun, kenyataannya

setelah masa kontrak rumah habis pada 2009, ganti rugi belum diberes-kan hingga saat ini.

Selain itu, ternyata proses pem-bayaran ganti rugi sistem cicilan ter sendat sejak Maret lalu. Akibat-nya warga korban lumpur menjadi kebingungan karena uang cicilan sebesar Rp15 juta per berkas per bu lan akan digunakan warga untuk menutupi biaya kebutuhan hidup.

Selain untuk menutupi biaya ke-butuhan hidup sehari-hari, uang gan ti rugi tersebut dipergunakan un tuk membayar biaya cicilan pem-

belian tanah ataupun rumah.‘’Bahkan ironisnya masih terdapat

puluhan warga yang ternyata belum menerima ganti rugi sama sekali,’’ kata Fatah, warga lain yang ikut ber unjuk rasa.

Warga yang berunjuk rasa itu ke-cewa dengan pemerintah, dalam hal ini BPLS, bupati, gubernur hingga Presiden.

Sebab, pemerintah dinilai tidak berupaya membantu korban lumpur agar persoalan ganti rugi ini bisa segera diselesaikan PT Minarak La-pindo Jaya.

Menurut rencana, warga akan me-ngirim surat kepada Presiden dan Dewan Pengarah BPLS. Mereka akan mengutarakan semua permasalahan ganti rugi yang tersendat melalui surat tersebut.

Aksi warga itu mendapatkan pe-ngawalan ketat dari aparat Polres Sidoarjo. Sempat terjadi negosiasi antara warga dan polisi yang dipim-pin Wakapolres Sidoarjo Komisaris Leo Simarmata serta dengan per-wakilan BPLS.

Dalam negosiasi tersebut warga diimbau agar memahami bahwa pro-ses penguatan tanggul dan kegiatan perluasan kolam penampungan lum pur sangat diperlukan untuk me-nampung lumpur baru yang keluar dari pusat semburan.

Maka itu, warga diminta agar tidak melarang petugas BPLS melakukan kegiatan penanggulan. Namun, ne-gosiasi itu tidak membawa hasil dan warga tetap bersikeras melarang BPLS melakukan kegiatan penang-gulan. (HS/N-1)

BEBERAPA daerah sentra produksi bahan pangan mengalami paceklik. Itu terjadi di sentra pertanian

di Jawa Tengah (Jateng). Seperti di Kecamatan Sumowono dan Ban-dungan, Kabupaten Semarang, be-berapa komoditas sayuran meng-alami musim paceklik.

Demikian juga di daerah pengha-sil cabai di Kecamatan Sayung, Ka rangtengah, dan Guntur, Kabu-paten Demak, dan penghasil ba-wang di Kabupaten Brebes dan Tegal.

“Di sini dulu adalah daerah ca-bai terbesar setelah Temanggung, tetapi sekarang satu pohon pun tak ada karena warga tak la gi me-nanam sejak beberapa tahun ini akibat sawah dan ladang yang terendam rob,” kata Parmin, 38, warga Surodadi, Kecamatan Sa-yung, Demak.

Pasokan sayuran dari Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, hampir dipastikan terputus selama Rama-dan hingga Lebaran mendatang karena saat ini para petani ramai-ramai beralih ke tembakau.

Dari pantauan Media Indonesia kemarin, hamparan luas lahan per-tanian milik warga yang terletak di kaki Gunung Merapi dan Merbabu itu kini seluruhnya digunakan un-tuk menanam tembakau.

Padahal, Selo merupakan salah sa tu sentra penghasil sayuran ter-besar di eks Keresidenan Surakarta setelah Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

Komoditas utama yang dihasil-kan di tempat itu adalah kubis, kem bang kol, jipang, dan wortel. Se lain untuk memenuhi perminta-an konsumen di wilayah eks Kere-si denan Surakarta, para petani Selo juga memasok daerah lain di Jawa Tengah.

Pasokan dari luarIronisnya, saat ini untuk me-

menuhi sayuran kebutuhan sehari-hari para petani beralih mengandal-kan pasokan dari Muntilan, Mage-lang, dan Kopeng, Salatiga.

Beberapa petani yang ditemui di ladang beralasan beralih ke tem-bakau karena keuntungan yang di peroleh lebih besar daripada sa yuran. Apalagi saat ini cuaca yang cenderung cerah memang sa ngat mendukung untuk tanaman

tembakau.“Sekarang daun yang masih

hi jau sudah dihargai Rp5.000-Rp6.000/kg. Tembakau rajangan lebih mahal lagi, terakhir harga-nya bisa sampai Rp40 ribu/kg,” ka ta salah seorang petani di Desa Samiran, Hidayat.

Hal yang sama terjadi dengan lum bung padi seperti Pati, Kudus, Jepara, Demak, Kendal, Batang, dan Pekalongan, yang telah selesai mu sim panen dan kini tengah me-masuki masa bero (tak menanam) se hingga produksi beras yang ada di beberapa daerah tersebut jauh ber kurang. Apalagi sebagian besar beras hasil panen telah lari ke luar daerah seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang.

MelimpahDi sisi lain, sejumlah jenis sa-

yur an di sentra produksi Desa Se rang, Kecamatan Karangreja, Pur balingga, Jateng, memasuki ma sa panen. Hal itu membuat har ga sayur-mayur mengalami pe nurunan yang cukup berarti di dae rah ini.

Penurunan harga yang sangat tajam terjadi pada sawi putih, sa wi hijau, dan kol. Harga sawi pu tih kini Rp200 per kilogram dari se belumnya Rp3.500/kg, sedang-kan sawi hijau menjadi Rp300 da ri Rp2.000/kg. Adapun kol dari Rp4.200/kg menjadi Rp1.200/kg. ‘’Saat sekarang sudah memasuki mu sim panen sayuran sehingga har ganya banyak yang anjlok,’’ ka ta Kepala Desa Serang, Sugito, ke marin.

Sementara itu, stok melimpah ter jadi di pusat agrobisnis Pasar Man tung, Pujon, Kabupaten Ma-lang, Jawa Timur. Walau stok me limpah di kawasan itu, harga pen jualan masih tinggi. “Stok sa-yur melimpah. Tetapi dalam satu pe kan terakhir sejumlah komoditas sayur harganya cenderung naik. Mung kin karena menjelang Rama-dan,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Pasar Mantung, Totok Pur-wanto, kemarin.

Ia menjelaskan stok sayur yang dijual di Mantung mencapai 100 ton sampai 200 ton per hari. Sayur yang dikirim ke luar Pulau Jawa, di antaranya tomat, kubis, wortel, dan bawang, sebanyak 90 ton per ming-gu. (LD/BN/FR/JS/DY/N-1)

[email protected]

TANAH longsor menimbun ruas jalan sepanjang 50 meter di Desa Kareana, Kecamatan Botin Leo Bele, Kabupaten Belu, Nusa Teng-gara Timur (NTT), kemarin.

Akibatnya, transportasi yang menghubungkan Atambua, ibu ko-ta Belu, dengan wilayah di selatan daerah itu lumpuh total.

Daerah yang terisolasi akibat long sor antara lain Betun, ibu kota Kecamatan Malaka Tengah, yang berbatasan de ngan lokasi long sor, serta ke camatan lain-nya yang ber-batasan dengan Malaka Tengah seper t i Weli-man, Ma laka Ba rat, Kobalima, dan Kobali ma Barat.

Longsor terja-di akibat hujan tidak henti meng-guyur wilayah itu sejak awal pekan ini. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

Selain itu, badan jalan di sekitar longsor juga ambles sedalam 5 meter. Kejadian itu mulai terlihat sejak Selasa (3/8). Bupati Belu Joa chim Lopez mengatakan Peme-rintah Kabupaten Belu langsung me ngirim dua ekskavator untuk me nying kir kan material longsoran yang me nimbun badan jalan.

“Kita usahakan jalur alternatif

agar transportasi kembali lancar,” katanya.

Sementara itu, bus antarkabu-paten dan kendaraan pribadi serta travel yang melewati ruas jalan ter sebut terpaksa berhenti. Pe-num pang harus turun dan berjalan kaki melewati timbunan batu dan lumpur untuk tiba di seberang, ke-mudian naik kendaraan ke tujuan masing-masing.

Informasi yang dihimpun menye-butkan, kemarin pagi, kenda raan roda dua su dah berhasil me lintasi lokasi longsor, tetapi ken daraan itu diangkut bera-mai-ramai oleh warga setempat dengan imbalan Rp5.000 sampai Rp10.000.

Lokasi longsor itu berjarak se ki tar 60 kilometer di selatan Atambua, tepatnya di hutan lindung Kateri. Kawasan hutan ini sejak Oktober 2000 pernah dite-bang eks pengungsi Timor Timur untuk membuka kebun.

Pemerintah berupaya bernegosiasi bersama eks pengungsi tersebut, tetapi tidak berhasil. Sesuai dengan data Dinas Kehutanan Kabupaten Belu, luas kawasan hutan di wilayah itu 69.401,57 hektare (ha). Dari jum-lah itu yang dibabat eks pengungsi berjumlah 2.854 ha. (PO/N-1)

MI/HERI SUSETYO

PROTES GANTI RUGI: Puluhan warga korban lumpur Lapindo kembali menggelar protes di atas tanggul di Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, kemarin. Mereka menuntut penyelesaian ganti rugi yang masih berlarut-larut.

Longsor Putuskan Jalur Atambua-Betun

Ganti Rugi Lumpur Lapindo belum Tuntas

10 | Nusantara KAMIS, 5 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA

Akhmad Safuan

Harga kebutuhan pangan selama Ramadan diperkirakan semakin tidak terkendali.

Sentra Produksi Pertanian Hadapi Musim Paceklik

Jalur Pantura Lumpuh 30 Jam

PERAYAAN hari ulang tahun tempat ibadah Tri Dharma di Kelenteng Kwan Sing Bio di Kabupaten Tuban, Jawa Ti-mur, mengakibatkan jalur utama pantai uta ra (pantura) macet hingga sekitar 30 kilometer, kemarin. Kemacetan terparah terjadi di ruas jalan yang menuju arah Semarang.

Ribuan kendaraan roda empat meng-alami penumpukan dari Kota Tuban hing ga Kecamatan Tambakboyo--yang ja raknya sekitar 30 kilometer dari pusat kota. Kemacetan juga terjadi di sejumlah ruas jalan dalam kota. Kenyataan ini meng akibatkan angkutan umum kesulit-an beroperasi karena sebagian jalan telah ditutup untuk acara pawai.

Kemacetan sebenarnya sudah terjadi sejak Selasa (3/8) malam, saat artis Mulan Jameela tampil di tempat ibadah yang berada di Jl RE Martadinata, Tuban Kota. Hal itu mengakibatkan jalur pantura ter-paksa ditutup dan kendaraan dari arah Semarang dialihkan melalui Jalan Teuku Umar, kemudian masuk Jalan Wahidin Sudirohusodo.

Persiapan mudikSejumlah per siapan untuk menghadapi

arus mudik dan balik terus dikebut. Di jalur utara Jawa Barat, Tol Palima nan-Kan ci (Palikanci) tengah dibenahi. Se-

jumlah per baikan ditargetkan selesai 14 hari sebelum Lebaran.

“Sejak April lalu perbaikan ruas tol su-dah kami lakukan,” kata Kepala Cabang PT Jasa Marga Tol Palimanan-Kanci, Mu-hammad Zahir Siregar, kemarin.

Perbaikan dikonsentrasikan di sepan-jang 6 kilometer dari titik 213 km hingga 207 km, ruas Tol Palimanan-Kanci.

Di Palembang, menjelang arus mudik Lebaran, Direktorat Lalu Lintas Polda Su-matra Selatan mengimbau para pemudik mewaspadai sekitar 20 titik rawan long-sor di delapan kabupaten dan kota.

“Daerah rawan longsor berada di jalur Jalan Lintas Timur dan Jalan Lintas Te-ngah. Pemudik harus waspada, apalagi saat kondisi cuaca kurang mendukung,” kata Direktur Lalu Lintas Polda Sumsel Komisaris Besar Bimo Anggoroseno.

Balai Pelaksana Jalan Wilayah III Dirjen Bina Marga juga terus melakukan pem-bangunan dan pemeliharaan Jalintim se-panjang 448 km serta Jalinteng sepanjang 488 km. (YK/UL/Bhm/LD/N-3)

Perbaikan dikonsentrasikan di sepanjang 6 kilometer dari titik 213 km hingga 207 km, ruas Tol Palimanan-Kanci.”

MI/ADAM DWI

Joa chim LopezBupati Belu