ltm-4. virus adenovirus giardia, e. histolytica dan balantidium coli
TRANSCRIPT
Lembar Tugas Mandiri Pemicu 4 Modul MuskuloskeletalRotavirus, Adenovirus, Giardia, Entamoeba histolotica, dan Balantidium coli
Melissa Lenardi, 0906508296
Diare didefiniskan sebagai kehilngan air cairan dan elektrolit dalam jumlah besar. Seorang bayi normalnya membuang 5 g/kq/hari. Jumlah ini terus bertambah seiring berjalannya usia, hingga dewasa (200 g/hr). Jumlah terbanyak absorpsi cairan adalah di dalam usus halus. Usus halus dewasa dapat mengabsorpsi 10-11 L/hr cairan (baik hasil konsumsi, maupun yang siekskresikan tubuh), sedangkan usus besarnya hanya menyerap 0,5L. Sedangkan disentri merupakan gejala yang dominan pada kolitis.
Table 1 -- Differential Diagnosis of Diarrhea
Infant Child Adolescent
Acute
Common Gastroenteritis Gastroenteritis Gastroenteritis
Systemic infection Food poisoning Food poisoning
Antibiotic associated Systemic infection Antibiotic associated
Antibiotic associated
Rare Primary disaccharidase deficiencyHirschsprung toxic colitisAdrenogenital syndrome
Toxic ingestion Hyperthyroidism
Chronic
Common Postinfectious secondary lactase deficiency
Postinfectious secondary lactase deficiency
Irritable bowel syndrome
Cow's milk/soy protein intolerance
Irritable bowel syndrome Inflammatory bowel disease
Chronic nonspecific diarrhea of infancy
Celiac disease Lactose intolerance
Celiac disease Lactose intolerance Giardiasis
Cystic fibrosis Giardiasis Laxative abuse (anorexia nervosa)
AIDS enteropathy Inflammatory bowel diseaseAIDS enteropathy
Rare Primary immune defects Acquired immune defects Secretory tumor
Familial villous atrophy Secretory tumors Primary bowel tumor
Secretory tumors Pseudo-obstruction Gay bowel disease
Congenital chloridorrhea Factitious
Acrodermatitis enteropathica
Lymphangiectasia
Abetalipoproteinemia
1
Infant Child Adolescent
Eosinophilic gastroenteritis
Short bowel syndrome
Intractable diarrhea syndrome
Autoimmune enteropathy
Factitious
Microvillus inclusion disease From Behrman RE, Kliegman RM (editors): Nelson Essentials of Pediatrics, 3rd ed. Philadelphia, WB Saunders, 1998.
Adenovirus
Adenovirus dapat mengindeksi sel-sel epitel dfaring, selaput mta, ususkecil, dan kadang-kadang sistem organ lainnya. Biasanya virus ini tidak sampai menyebar di luar daerah getah bening. Virus-virus kelompok C menetap sebagai infkdo ;aten pada kelenjar adenoid dan tonsil selama bertahun-tahin dan dikeluarkan sebagai melalui tinja selama berbulan-bulan setelah dimulainya infeksi. Sebagian besar adenovirus manusioa tumbuh pada epitel usus setelah tertelan, tetapi biasanya lrbih menghasilkan in=feksi subklinik daripada gejala atau lesi.
Gejala klinisnya dapat dilihat sebagai berikut.
Kelompok Tipe Utama PenyakitB 3,7,14
7,14,213,711,2134,35
Demam faring konjungtivaOenyakit pernapasa akutPneumoniaSinusitis berdarahPneumonia yang menyebar, menetap di saluran kemih
C 1,2,5,6 Demam faringitis akut pada anak kecil,. Infeksi laten pada haringan kelenjar getah bening
D 8,19, 37 Epidemi ketatokonjungtivitis, radang servik, radang saluran kemih
E 4 Penyakit pernapasan akut disertai ddemam, pneumoniaF 40,41 Gastroenteritis
Diagnosis laboratorium yang dapat digunakan: Isolasi dan identifikasi virus dengan metode ELISA Serologi: pengecekan dengan menggunakan
Rotavirus
Rotavirus adalah virus dengan ukuran 100 nanometer yang berbentuk roda yang termasuk dalam family Reoviridae. Virus ini terdiri dari grup A, B, C, D, E dan F. grup A sering menyerang bayi dan grup B jarang menyerang bayi. Terdapat empat serotipe major dan paling sedikit 10 serotipe minor dari rotavirus grup A pada manusia. Pembagian serotipe ini didasarkan pada perbedaan antigen pada protein virus 7 (VP7). Virus ini terdiri dari tiga lapisan yaitu kapsid luar, kapsid dalam dan inti. Rota virus terdiri dari 11 segmen, setiap segmen mengandung RNA rantai ganda, yang mana setiap kode untuk enam protein struktur ( VP1, VP2, VP3, VP4, VP6, VP7 ) dan lima protein
2
nonstruktur (NSP1, NSP2, NSP3, NSP4, NSP 5). Dua struktur protein yaitu VP7 yang terdiri dari protein G dan glikoprotein dan VP4 yang terdiri dari protein P dan protease pembelahan protein, merupakan protein yang melapisi bagian luar dari virus dan merupakan pertimbangan yang penting untuk membuat vaksin dari rotavirus. Protein pembuat kapsid bagian dalam paling banyak adalah VP6, dan sangat mudah ditemukan dalam pemeriksaan antigen, sedangkan protein nonstruktur kapsid bagian dalam adalah NSP4 yang merupakan sebagai faktor virulensi dari rotavirus, meskipun protein lain juga terlibat dalam mempengaruhi virulensi dari rotavirus.(2)
Rotavirus menyerang dan memasuki sel enterosit yang matang pada ujung vili usus kecil. Virus ini menyebabkan perubahan pada struktur dari mukosa usus kecil, berupa pemendekan villi dan terdapatnya infiltrat sel-sel radang mononuklear pada lamina propria. Kelainan morfologis ini dapat minimal, dan hasil penelitian baru menunjukan bahwa infeksi rotavirus tanpa kerusakan sel epitel dari usus halus. Rotavirus menempel dan masuk dalam sel epitel tanpa kematian sel yang dapat menimbulkan diare. Sel epitel yang dimasuki oleh virus mensintesis dan mensekresi sitokin dan kemokin, yang mana langsung menimbulkan respon imun dari penderita dalam bentuk perubahan morfologi dan fungsi sel epitel. Peneletian baru juga mengatakan diare terjadi pada infeksi rotavirus karena adanya protein nonstruktural dari virus yang mirip dengan enterotoksin yang menyebabkan sekresi aktif dari klorida melalui peningkatan kosentrasi kalsium intra sel(2)
.
Infeksi rotavirus khas mulai sesudah masa inkubasi kurang dari 48 jam dengan demam ringan sampai sedang dan muntah yang disertai dengan mulainya tinja cair yang sering. Muntah dan demam khas mereda selama hari kedua sakit, tapi diare sering berlanjut selama 5-7 hari. Tinja tanpa sel darah merah atau darah putih yang nyata. Dehidrasi mungkin terjadi dan memburuk dengan cepat, terutama pada bayi. Walaupun kebanyakan neonatus yang terinfeksi dengan rotavirus tidak bergejala (3).
Rotavirus terus berkembang dari diare ringan sampai diare berat yang mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit, shock dan kematian pada bayi dan anak-anak. Pada anak berumur diatas tiga bulan akan menimbulkan gastroenteritis, ketika terjadi reinfeksi akan gejalanya tidak muncul (asimptomatik). Masa inkubasi dari rotavirus adalah 1-3 hari. Dengan serangan tiba-tiba dan memberikan gejala demam, muntah dan diare berair (watery diarrhoea). Gejala gastrointestinal akan hilang setelah 3-7 hari, tetapi penyembuhan infeksi rotavirus mungkin bisa sampai 2-3 minggu (4).
Diagnosis:
Pemeriksaan feses dengan metode rapid antigen tests, salah satunya dengan enzyme immunoassay (EIA) dengan sensitivitas dan spesifik lebih dari 98 % atau latex agglutination test yang kurang sensitif dibanding EIA. Antibodi anti rotavirus yaitu imunoglobulin A dan M diekresikan difeses setelah hari pertama terinfeksi rotavirus. Tes antibodi masih positif sampai 10 hari setelah infeksi pertama dan dapat lebih lama lagi jika terjadi infeksi berulang. Oleh karena itu pemeriksaan tes antibodi dapat digunakan untuk mendiagnosa rotavirus
3
Giardia Lamblia
GIardia adalah protozoa yang berkolonisasi di bagian atas usus halus. Ini merupakan protozoa patogen yang paling banyak menginfeksi manusia. Pnyakit akibat spesies ini disebut giardiasis. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Bentuk fase trofozoid seperti buah pir dengan panjang 9-21 mikrometer dengan lebar 5-12 mikrometer dengn 4 pasang flagella, dua nukleus (dis etiap sumbu longitudinal) dan dua tubuh median dalam bentuk cakar. Bagian dorsal berbentuk konveks, bagian anterior pada daerah ventral terdapat suatu diskus adhesif yang berbentuk konkaf. Bentuk kistranyaoval dengan panjang 8-18 µm dan lebar 5-12µm dengan 4 nukleus, flagella, dan tubuh media. Kista akan dikeluarjan bersamaan dnegan feses dalam siklus hidup giardia
Saat kista tertelan, kista akan diaktivasi dan berkembang menjadi trofozoid oleh asam lambung, Aktivitas flagella dimyulai dalam waktu 5-10 menit setelah terekspose dengan asam lambung dan trofozoid jkeluar dengan memecah kista. Setelah itu akan mengalami sitokunesis (pembelahan tanpa replikasi nuklear). Trofozoid ini akan menghisap gula pada sel epitel usus halus melalui suatu lektin yang diaktifkan oleh protease. Kontak antara oarasit dan sel epitel ini karena adanya “penghisap” yang terdiri dari tubulun sitoplasmik dan filamen intermefier, disebut giardins. Walaupun, giargia tidak menghasilkan toxin, parasit ini memiliki protein permukaan yang kaya sistein yang mirip tokcin ular yang menyebabkan diare, Penampakkan fisik dari proliferasi trofoZzoid dan protein ini adalah rusaknya brush border sehingga menjadi tumpul dan menyebabkan malabsorpsi
Pada umumnya tidak ada gelaja klinis yang terlihat sejak awal. Gejala awal giardiasis akt adalah mual, kurang nafsu majan, dan rasa tidak enak pada saluran GI bagiat ayas. Selain itu, diserai dengan diare cair dan bau berlebihan yang muncul tiba-tiba. Feses yang dikeluarkan biasanya linak, banyak, berbau tidak enak, dan berbiusa atau berminyak tanpa darah, Gejala lainnya adalah kembung, anoreksia, kran, dan buang gas yang berbai tidak enal. Pada akut, biasanya akan sembuh sekitar 3-4 hari dan jarang dikenali sebagia giardiasis. Infeksi ini dapat menyebabkan malabsorpsi, steatorea (kehilangan lemak dari feses), lemas, dan kehilangan berat badan
Infeksi akyut dapat menjadi subakut bahkan kronik walaupun kasus yang ditemukan jarang, Penampakan pada pasieen infeksi kronik adalah keluarnya feses yang sering namun singkat dengan feses yang berwarna kuning, berbusa, disertai distensi perut. Terkadang selama periode sakitnya, terdaang mengalami konstipasi
Diagnosis:
Diagnosis dikonfirmasi dengan menemukan kista atau trofozoisd pada feses atau aspirasi atau biopsi duodenojejunal. Deteksi feses sebenarnya sulit dilakukan karena beberapa pasien terkadang tidak ditemukan kista pada feses. Parasit ini lebih mudah ditemukan pada orang yang masih dalam tahap infeksi akut dibanding infeksi kronik. Akan tetapi pemerioksaan ini lebih sering dilakukan untuk diagnosis. Feses yang diperiksa diambil 3 kali dalam jangka waktu 2 hari feses cair dapat mengandung tropozoid yang dapat terdeteksi dengan pemeriksaan pulasan basah, Krista biasanya lebih mudah dideteksi dengan pulasan langsung Imunoflurosensi atau deteksi antigen penting dalam pemeriksaan ini,
Diagnosis kedua adalah aspirasi cairan duodenal dengan menggunakan enterotest
4
Entamoeba histolitica
Merupakan bagian dari genus entamoeba yangs ering menginfeksi manusia. Penyakit akibat parasit ini disebut sebagai amebiasis atau disentri amebik. Parasit ini umumnya menginfeksi daerah tropis atau daerah lain yan memiliki keadaan sanitasi yang buruk
Memiliki 2 ffase, yaitu fase tropozoid dan kista, Tropoziud tidak berbentuk pasti dengan ukuran 10-60µm dengan 1 inti, sitoplasma yang bergranular, dan mengandung eritrosit. Memiliki alat gerak yang lebar, dinamakan pseudopodia. Bentuk kistanya hampir bular dengan ukuran yang lebih kecil disertai dengan 4 inti sel pada saat matang dan terdapat glikogen (chromatodial bodies) pada saat belum matang
Kista E. Histolytica memiliki dinding kitin dengan 4 nukleus yang merupakan bentuk infektif karena tahan terhadap asam lambung. Kista ini akan berkolonisasi p[ada permukaan sel epitel di kolon. Setelah menjadi tropozoid, akan reproduksi tanpa menyakiti host. Karena parasit ini kurang mitokondria atai enzim pada siklus krebs, parasit ini akan mengubah glukosa ,menjadi etamnol. Parasit ini akan menyebabkan disentri ketika menempel pada epitel kolon karena menyebabkan apoptosis dari sel epitel, menyerang kripta pada kelanjar i kolon, dan menggali sampai lamina propria. Hal ini akan menyebabkan infamasi dan nekrosis jaringan sehingga terbentuk ulkus berbentuk botol. Protein yang dihasilkan yang menganggu jaringan, termasuk:
Proteinase sistein, yang dpaat memecah protein di matriks ekstrasesluler Suatu lektikn di permukaan parasit yang mengikat karbohidrat [ada permukaan sel epitel di
kolon dan sel darah merah Suatu protein berbentuk kanal, yang disebut sebagai amebopore yang membuat lubang
pada membran plasma sel pejamui dan melisiskan sel tersebut.
Feses yang mengandung tropozoid yang disertai dengan sisa sel darah merah diindikasikan adanya kerusakan haringan oleh faktor-faktor tersebut.
E. histolytica berpotensi menjadi invasif dan menyebabkan penyakit progresif. Pada beberapa orang, terkadang tidak terlihat gejala atau samar-samar dan tidak spesifik. Infeksi simptomatik nondisentri dapat disertai dengan gejala diare, kram perut, gas pada perut, mual, dan anoreksia. Diare yang sering dapat disertai dengan konstipasi atau feses yang lunak. Terkadang feses disertai lendir tetapi tidak terlihat darah, Disentri amebik biasanya diawali dengan kram perut pada beberapa hari tetapi dengan diare yang terus menerus disertai darah dan lendir. Diare sering terjadi 10-20 atau lebih per hari. Beberapa pasien dapat disertai demam, munta, perut lunak, atau dehidrasi (terutama anak) sebagia tanda semakin berat penyakit ini ameboma memperlihatkan adanya mas aperut yang sakit yang terjadi pada sekum dan kolon asenden. Ulkus perianak dapat terbentuk sebagai bentuk penyebaran langsung dari infeksi intestinal
Diagnosis
Diagnosis definitif (pasti) pada amebiasis adalah ditemuykannya kista atau tropozoid pada feses atau jaringan. Spesimen ini akan diwarnai dan dilihat secara mikroskopok. Kista akan cenderung lebih banyak di feses berbentuk dan tropozoid pada feses cair. Selain itu, ada sigmoidoskopi yang dapat memperlihatkan ulkus, terutama pada penyakit yang sudah berat. Aspirasi atau biopsi juga dapat dilakuykan untuk menunjukkan adanya tropozoid.
5
Balantidium coli
Balantidium coli adalah parasit dengan jenis ciliate protozzoa yang menyebabkan penyakit balantidiasis. Ini adalah satu-satunya anggota dicisi ciliate yang diketahui sebagai patogen ke manusia.
Hospes perantara adlaha babi, Penulatan ke manusia terjadi melewati air yang terkontaminasi feses babi yang menderita balantiudiasis atau openularan dai manusia ke manusia melewati air. Parasit ini hidup di usus besar, dari sekum sampai rektum. Saat manusia tertelkah kista, akan langsung berpindah ke usus besar dan berkoloniasai. Kemnudian, akan mengalami enkistasi dan dikeluarkan melalui feses.
Parast ini umumnya tidak hanya berkolonisasi tetapi juga melakukan penetrasi kem mkodan dan menyebabkan ulkus. Parasit ini juga menghasilkan enzim proteolotik (hyaluronidase) yang memecah dan mencerna epitelium intestinal degingga menygakibatkan diare yang disertai dengan darah
Gejala klinis yang ditemukan adalah mulas, diare kronik berdarah, hi;langnya nafsu makan, muntah, mual, dan lemas. Infeksi juga dapat terjadi tanpa gejala. P{eriode inkubasi biasanya 3-4 hari yang berarti gejala muncul 3-4 hari setelah infeksi. Selain itu, dapat disertai dengan sakit kepala, kolitis ringan, panas, dan anoreksia
Diagnosis:
Spesimen basah dari fesis Kolonoskopi: tindakan endoskopi ke kolon untuk melihat adanya ulkus Broncheoalveolar lavage (BAL) untuk mengidentifikasi organisme pada sekresi bronkus
DAFTAR PUSTAKA
1. Brooks GF, Janet SB, Stephen AM. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s medical microbiology. 24th ed [E-book]. USA: Mc-Graw-Hills, Comp. 2007.
2. Crawford JM, Vinay K. The oral cavitu and the gastrointestinal tract. In: Robbins Basic Patrology. 7th ed. Pennysylvania: Elsevier/ 2004; p 566-572.
3. Fauci, Braunwold, Kasper, etc. Harrison’s Pronciplas od Internal Medicine. 17th ed. USA: Mc-Graw-Hills, Comp. 2008.
4. Intestinal protozoa. Diunduh dari http://www.tulane.edu/wiser/protozoology/notes /intes.html [selasa, 1 maret 2011. 21.08 WIB]
5. Gandahusada S, Illahude HD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2004.
6. Tolan RW. Taenia Infection. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/999727-overview. [selasa, 1 maret 2011. 22.19 WIB]
6