lppm iain kediri – lembaga penelitian dan pengabdian...
TRANSCRIPT
PEDOMAN
TRANSLITERASI ARAB-LATIN
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | i
LEMBAR PENGESAHAN
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
TAHUN 2019
PENGESAHANDiajukan oleh Diperiksa dan disetujui oleh
Wakil Dekan I Fakultas SyariahIAIN Kediri
Eko Budi Hartanto, S.Hum., M.Pd.I. Dr. Ulin Na’mah, M.HI.NIP : 19901029 201903 1 009 NIP : 19780201 200501 2
Mengetahui,Dekan Fakultas Syariah IAIN Kediri
Dr. Khamim, M.Ag.NIP : 19640624 200212 1 001
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | i
KATA PENGANTAR
Alh}amdulillah, kami panjatkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat beserta hikmah-Nya kepada kita semua, sehingga
dengan rahmatNya pulalah buku Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini dapat diselesaikan
tepat waktu.
Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini disusun berdasarkan kebutuhan yang dirasakan
oleh civitas akademika Fakultas Syariah IAIN Kediri Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Kediri dalam menulis karya ilmiah yang berupa skripsi, artikel, makalah, dan laporan
penelitian.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
menyiapkan dan, memberikan masukan dalam penyusunan Pedoman Transliterasi Arab-Latin
ini. Segala upaya telah diusahakan demi kesempurnaan buku Pedoman Transliterasi Arab-
Latin ini, namun bukan mustahil dalam pedoman ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. Tegur sapa dan saran kiranya sangat berharga demi kesempurnaan pedoman ini di
masa yang akan datang.
Mudah-mudahan pedoman ini bermanfaat bagi civitas akademika Fakultas Syariah
khususnya dan IAIN Kediri khususnyaumumnya, dan juga semua pihak di luar civitas
akademika IAIN Kediri umumnya. Kepada-Mu kami mengabdi dan kepada-Mu pula kami
memohon pertolongan. A>mi>n ya rabb al-‘a>lami>n.
Kediri, 25 November 2019Penyusun,
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
TUJUAN 3
BAB II : TRANSLITERASI 4
A. PENGERTIAN TRANSLITERASI 4
URGENSI PEMBAKUAN TRANSLITERASI 5
BAB III : PEDOMAN TRANSLITERASI DAN PENGGUNAANNYA 8
A. PEDOMAN TRANSLITERASI 8
PETUNJUK PENGGUNAAN TRANSLITERASI 12
BAB IV : PENUTUP 15
LAMPIRAN 16
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tiap-tiap bahasa mempunyai sistem sendiri, baik dalam tata bunyi, kosa kata,
susunan kalimat dan sosial budaya. Tak heran apabila setiap orang merasa kesulitan dalam
mempelajari bahasa asing. Karena, semenjak kecil bahasa ibu (mother tongue) sudah
tertanam pada dirinya melalui kebiasaan. Alat ucapnyapun sudah diset diatur untuk
melafalkan bunyi-bunyi bahasanya sendiri. Sehingga, ketika dihadapkan dengan bahasa
asing, ia belum siap untuk mengrubah kebiasaan alat ucapnya itu.
Permasalahan bahasa asing, bukanlah suatu penghambat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Karena Ppenguasaan bahasa asing, dalam perkembangan ilmu pengetahuan
adalah sesuatu yang mutlak, terutama dalam hal penerjemahan dan penulisan karya-karya
ilmiah.
Menurut sejarah, Islam berada dalam zaman keemasan pada masa Bani Abbasiyah,
tepatnya pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid dan al Ma`mun. Pada masa itu, negara
Islam menjadi pusat kebudayaan dan peradaban dunia, terutama dalam bidang ilmu
pengetahuan. Banyak sekali usaha-usaha yang dilakukan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan. Ilmuwan- ilmuwan Arab pada saat itu, banyak menerjemahkan buku-buku
Yunani untuk dipelajari. Sehingga, Mmereka dapat mengolah dan menemukan kembali
(rediscovery) disiplin ilmu baru, seperti filsafat, kedokteran, aljabar, ilmu ukur, kimia dan
sastra.1 Hal itu juga ditegaskan oleh DR. ‘Ali Abd al-Wahid Wafi dalam bukunya `Ilmu al-
Lugah bahwasanya,
ر بني ))ة في عص)) ة اللغ))ة العربي ل في نهض)) ط من الفض)) "ف))أكبر قس))ية )))اللغتين الفارس))) )))اء و العلم)))اء ب اس يرج)))ع إلى انتف)))اع الأدب العب))ون ر يترجع))ون أثارهم))ا ويعقب ))ك العص)) والإغريقية. فقد أخ))دوا في ذل))را من رح ويستغلونها في بحوثهم ويقتبسون منها عددا كبي عليها بالش
2المفردات العلمية".
Keterangan di atas menegaskan bahwa pada masa Bani Abbasiyah, adalah masa
yang paling banyak memberi sumbangan bagi kebangkitan bahasa Arab, di mana para
sastrawan dan ulama Arab banyak mempelajari bahasa Persia dan Yunani dengan cara 1 Chatibul Umam, Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama/ IAIN, (Jakarta: t. pn, 1975), h. 702 DR. Ali Abd al-Wahid Wafi, Ilmu al-Lugah, ( Kairo: Maktabah Nahdah al-Misriyyah, 1962), h. 254
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 1
menerjemahkan buku-buku asing dan memberi beberapa keterangan di dalamnya. Mareka
sangat antusias sekali dalam membahas masalah-masalah itu, sehingga dan dari situlah
mereka mendapatkan istilah-istilah ilmiah.
Di samping itu, pada masa keemasan Islam, banyak hal luar biasa yang terjadi. Di
antaranya adalah penyebaran bahasa Arab ke daerah-daerah non-Arab. Seorang profesor
bahasa Arab dari University of Oxford, A.F.L Beeston mengatakan bahwa,
“ Soon after A.D. 700 a great change came over the situation. The Muslim
conquests had dispersed Arab settlers over a vast stretch of territory from Spain to
Eastern Persia…More important, the Muslim conquests resulted in the adoption of the use
of Arabic by vast numbers of non-Arabs, among whom were to be found the intelectual
elite of the Muslim world ; and this let to a very rapid and significant evolution in common
language itself.”3
Beliau menyatakan bahwa, banyak hal yang terjadi pada saat orang-orang Islam
mengembangkan sayapnya ke negara-negara sekitarnya. Bersamaan dengan itu, bahasa
Arab juga berkembang ke seluruh negara-negara taklukan itu. Pengadopsian bahasa Arab
banyak dilakukan oleh orang-orang non- muslim, sehingga terjadi evolusi yang sangat
cepat dan signifikan pada bahasa pada di masa itu.
Usaha orang Arab, dalam mempelajari buku-buku Persia danYunani, dan orang non-
Arab yang mempelajari bahasa Arab, secara lisan maupun tulisan, nampaknya sudah
membuahkan hasil. Rediscovery yang dilakukan orang Arab tentang ilmu-ilmu Yunani
melahirkan beberapa disiplin ilmu baru. Sedangkan, penguasaan bahasa Arab oleh orang-
orang non-Arab, sudah banyak tertuang dalam buku-buku tentang studi Islam.
Semangat itupun dimiliki oleh para ilmuwan Barat yang mengkaji ilmu dari negara
Arab. Pengkajian itu dilakukan dengan gerakan penerjemahan terhadap buku-buku ilmiah
Arab. Usaha itu banyak dilakukan oleh para orientalis yang ingin mempelajari agama dan
kebudayaan Arab. Padahal, buku-buku tersebut memakai bahasa Arab, bahasa yang asing
bagi mereka. Tetapi mereka tidak berhenti atau menyerah begitu saja. Buktinya, saat ini,
banyak dijumpai buku-buku tentang studi Islam yang ditulis oleh orang-orang non-
muslim.
Karya-karya yang bernilai tinggi di atas, sudah banyak tersebar di penjuru dunia.
Sehingga Karena itu, tidak hanya orang Islam saja yang membacanya, bahkan orang-orang
non-muslim pun sudah banyak yang mempelajarinya. Untuk mencegah kesalahpahaman
dalam pemaknaan istilah-istilah yang dipakai, para penulis memakai sistem transliterasi. 3 A.F.L Beeston, The Arabic Language Today, (London: Hutchinson, 1970), p. 14
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 2
Sistem ini digunakan oleh para penulis untuk menuliskan istilah-istilah yang tidak dapat
diterjemahkan. Ini sangat membantu pembaca yang non-muslim dalam mempelajari
sumber- sumber Islam.
Sebenarnya, tidak hanya orang non-muslim saja yang membutuhkan sistem
transliterasi, akan tetapi seorang muslim pun masih membutuhkannya. Dikarenakan,
pengetahuannya yang lemah terhadap baca-tulis Arab. Seperti halnya umat Islam di
Indonesia, walaupun secara mayoritas mereka memeluk agama Islam, akan tetapi banyak
yang tidak bisa membaca sumber-sumber Islam dalam tulisan Arab. Ironis sekali, apabila
orang Islam sendiri tidak bisa membaca kitab suci agamanya sendiri. Untuk itu, disusunlah
pedoman pengalihan huruf arab ke huruf latin yang mana ditujukan bagi siapa saja yang
masih kurang penguasaan Arabnya.
Di samping itu, orang-orang yang mampu membaca huruf Arab sebernarnya juga
membutuhkan pedoman transliterasi, t. Terutama mereka yang banyak berkecimpung
dalam bidang kelekturan. Buku-buku studi Islam saat ini, banyak menuliskan istilah-istilah
Arab dan tulisan Latin untuk mempermudah penulisan. Jadi, istilah-istilah itu tidak harus
ditulis dalam huruf Arab, akan tetapi cukup menuliskan transliterasinya saja, sehingga
pembaca dapat membaca istilah Arab tersebut dengan fasih walaupun tidak ditulis dengan
huruf Arab.
Pedoman itulah yang nantinya digunakan untuk memudahkan pemahaman bangsa
Indonesia terhadap tulisan Aarab. Sehingga seluruh umat Islam di Indonesia dapat
memahami, menghayati, dan mengamalkan apa-apa yang tertulis dalam sumber-sumber
Islam. Kemudian untuk golongan akademisi, pedoman ini bermanfaat untuk
mentransformasikan bahasa sumber referensi dalam penulisan karya tulis ilmiah ke dalam
bahasa Iindonesia.
B. TUJUAN
Tujuan penyusunan Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini adalah untuk memberikan
panduan tentang transliterasi Arab-Llatin kepada csivitas akademika Fakultas Syariah
IAIN Kediri, terutama para mahasiswa dalam menulis karya tulis ilmiah. Melalui pedoman
ini diharapkan muncul persamaan persepsi para mahasiswa di Fakultas Syariah IAIN
Kediri dalam penggunaan Transliterasi Arab-Latin ketika menyadur referensi dalam
penulisan karya tulis ilmiah.
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 3
BAB II
TRANSLITERASI
A. PENGERTIAN TRANSLITERASI
Keberadaan sistem penulisan lambang bunyi bahasa Arab ke dalam huruf Latin,
sudah lama dihajatkan oleh seluruh umat Islam di Indonesia, m. Mengingat perkembangan
Islam di Indonesia sangatlah pesat. Saat ini, Islam sudah menjadi agama yang dipeluk oleh
mayoritas penduduk Indonesia. Maka, sistem itu penulisan tersebut merupakan sebuah
masukan yang dapat membantu mereka masyarakat dalam mempelajari sumber-sumber
Islam.
Sistem penulisan lambang bunyi itu, disebut dengan sistem transliterasi. Secara
bahasa, transliterasi berasal dari bahasa Inggris “transliteration”, yang artinya, lambang
bunyi, fonem, atau kata dalam sistem penulisan, atau lambang yang ditentukan menurut
aturan tata bahasa.4 Dari pengertian ini, dapat diketahui bahwa transliterasi berhubungan
dengan lambang bunyi dan sistem penulisan.
Dalam Webster`s Now 20th Century Dictionary, transliterasi diambil dari kata kerja
“transliterate”, yang berarti, to write or spell (words, etc) in the alphabetical characters
of another language that represent the same sound or sounds.5 Dalam pengertian ini,
transliterasi dapat diartikan sebagai penulisan dan pengucapan karakter huruf asing dalam
bentuk lambang yang mempunyai bunyi yang sama.
DSedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, transliterasi diartikan sebagai
penyalinan dengan penggantian huruf abjad satu ke abjad yang lain.6 Dalam pengertian ini,
transliterasi hanyalah sebuah penggantian abjad saja, bukan penggantian lambang bunyi
sebagaimana yang telah tersebut dalam pengertian sebelumnya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa transliterasi adalah
penulisan atau pengucapan lambang bunyi bahasa asing yang dapat mewakili bunyi yang
sama dalam sistem penulisan suatu bahasa tertentu. Di Indonesia, transliterasi yang
dimaksudkan adalah transliterasi Arab-Latin, yaitu penyalinan lambang bunyi huruf Arab
ke dalam sistem penulisan huruf Llatin.
Pengalihan huruf-huruf itu harus dilakukan dengan cara-cara ilmiah dan sistematis.
4 Peter Salim, The Contemporary English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: Modern English Press, 1996), p. 2100
5 Noah Webster, Webster’s New 20th Century Dictionary of English Language, (n.p : William Collins
Publishers, Inc, 1980), p. 19396 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 1070
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 4
Tidak boleh ada pengurangan atau penambahan di dalamnya. Sehingga, huruf-huruf Arab
dapat dilambangkan dengan tepat dalam huruf Latin. Agar bangsa Indonesia dapat
membaca huruf Arab dengan fasih dalam huruf Latin. Membaca dengan fasih yang
dimaksud adalah, membaca dengan baik dan benar sesuai kaidah tata bahasa Arab.
Singkatnya, transliterasi di Indonesia diharapkan dapat membantu umat Islam dalam
membaca, memahami, dan menghayati sumber-sumber Islam yang berbahasa Arab.
B. URGENSI PEMBAKUAN TRANSLITERASI
Proses pembakuan berhubungan dengan keseragaman. Pembakuan pedoman
transliterasi berarti penyeragaman kaidah penulisan transliterasi. Di samping itu,
pembakuan juga berarti kemantapan atau kestabilan yang luwes. Setiap bahasa memang
harus mempunyai kemantapan dalam penerapan kaidahnya, akan tetapi kemantapan itu
bukanlah hal yang kaku. Karena, kaidah yang dibakukan itu harus selalu sesuai dengan
kebutuhan masyarakat luas.
Keseragaman memang memang tidak bersifat mutlak, baik menurut ukuran waktu
maupun ukuran tempat. Pendapat yang mengatakan bahwa pembakuan adalah pembekuan,
merupakan pendapat yang salah. Itulah yang mendorong Ferguson untuk merumuskan
batasan pembakuan. Sesuai dengan apa yang dikutip oleh Anton M. Moeliono, batasan
pembakuan menurut Ferguson adalah ,“ … processses of one variety of language
becoming widely accepted throughout the speech community …although these may be felt
appropriate in some domains.” Kurang lebih batasan pembakuan adalah proses
penyeragaman bahasa yang diterima secara luas, walaupun masih ada modifikasi kecil di
sana-sini.7
Pembakuan transliterasi dibutuhkan oleh negara yang banyak mengkaji tentang
studi-studi Islam. Banyak usaha yang dilakukan untuk menyeragamkan pedoman atau
kaidah transliterasi, akan tetapi, selalu gagal k. Karena masing-masing negara mempunyai
aturan-aturan pengucapan bahasa tersendiri, yang sudah mengakar dan sulit untuk dirubah.
Permasalahan ini juga diungkapkan oleh Isma`il Raji` al-Faruqy dalam pernyataannya
sebagai berikut :
“There are many ways of transliterating Arabic words into the Latin alphabets as
there are authors and writers and publishers. Indeed, those of one country has followed
different ways from those of another country. Within the English speaking world, there has
been little success in coordinating and univying the various ways. Some universities, 7 Anton M. Moeliono, Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, ( Jakarta: Djambatan, 1983), h.95
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 5
libraries, aducational institution and publishing firms have each devised its own way…
each tried to established its own way as universal norm for transliteration. None
succeeded, and none proved its viability without question, since each had set its own rule,
some of which were quiete arbitrary…” 8
Dari pernyataan tersebut, pembakuan transliterasi bukanlah suatu hal yang mudah.
Banyak usaha yang dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi, perpustakaan, lembaga
pendidikan dan perusahaan penerbitan dalam membuat pedoman transliterasi. Masing-
masing membuat kebijakan tersendiri dengan harapan dapat dijadikan sebagai kaidah yang
dapat dipakai secara universal. Akan tetapi tidak ada satu pun yang berhasil. Hal ini tidak
bisa ditanyakan mengapa, bilamana mereka masih berpegang teguh pada aturan-aturannya
sendiri.
Begitu pula yang terjadi di Indonesia., Ssebelum dibakukan, bermacam-macam
pedoman transliterasi banyak bermunculan. Usaha penyeragamannyapun pernah dicoba,
akan tetapi hasilnya belum bisa dipakai secara menyeluruh di Indonesia. Maka dari itu,
Puslitbang Lektur Agama mengadakan seminar tentang usaha pembakuan transliterasi
pada Tahun Anggaran 1985/1986. Usaha itu dikuatkan dengan adanya Keputusan Bersama
antara Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No. 158 tahun 1987 dan
No. 0543 b/u/1987.
Dalam seminar itu, dibahas beberapa makalah yang disampaikan oleh para ahli,
yang kesemuanya seluruhnya memberikan kontribusi ke arah itu. Seminar itu juga
membentuk suatu tim yang bertugas untuk merumuskan hasil seminar dan
selanjutnya,yang kemudian akan dibawa ke Seminar Nasional Pembakuan Transliterasi
Arab-Latin tahun 1985/1986. Tim itu beranggotakan lima orang, yaitu ;
- H. Sawabi Hasan, M.A
- Ali Audah
- Prof. Gazali Dunia
- Prof. DR. H.B. Jassin
- Drs. Sudarno, M.Ed9
Tim itulah yang bekerja keras dalam menyusun pedoman transliterasi Arab-Latin yang
baku. Hasilnya, dapat dinikmati oleh semua umat Islam di Indonesia.
Pedoman transliterasi disusun menurut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang
8 Isma`il Raji al-Faruqy, Toward Islamic English, (Virginia: International Institute of Islamic Thought, 1986),
p. 109 Departemen Agama RI, Pedoman Transliterasi Arab-Latin, (Jakarta: t. pn, 2003), h. 1
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 6
berlaku. Prinsip pelambangannya, adalah satu fonem satu grafem. Sedangkan huruf Arab
yang tidak dapat dilambangkan dalam huruf latin, dibakukan dengan memakai simbol
diakritik. Jadi, berdasarkan pedoman di atas, sebagian huruf Arab dilambangkan dengan
huruf Latin, sebagian dengan simbol diakritik, dan sebagian lagi dilambangkan dengan
mengkombinasikan huruf dengan simbol diakritik.
Pentingnya pembakuan transliterasi sangat dirasakan oleh bangsa Indonesia k.
Karena penulisan transliterasi yang berbeda-beda akan membingungkan masyarakat,
sangat membingungkan mereka. Sehingga, pada saat dihadapkan dengan lafal Arab, satu
huruf bisa jadi dilafalkan dengan beberapa bunyi. Ini akan berakibat fatal pada pemaknaan
bahasa Arab, sebab lafal yang berbeda akan menimbulkan makna yang berbeda pula.
Pembakuan transliterasi, juga sangat penting bagi para ilmuwan yang banyak
menulis tentang studi Islam. Mereka banyak menemukan istilah-istilah Arab yang tidak
dapat diterjemahkan dalam bahasa mereka. Sehingga, istilah- istilah itu ditulis apa adanya
dalam sistem penulisan transliterasi. Penulisan transliterasi itu pun dilakukan menurut
keyakinan mereka sendiri-sendiri. Ketidakseragaman penggunaan transliterasi itu akan
berdampak negatif pada para pembaca. Maka dari itu, Pemerintah Indonesia membuat
pedoman baku transliterasi untuk dapat digunakan dalam semua karangan asli dan
terjemahan mengenai bidang studi keislaman.10
Baik masyarakat umum maupun para ilmuwan, tidak dapat mengelak bahwa mereka
membutuhkan pembakuan itutransliterasi. Karena, disadari ataupun tidak, ketidakbakuan
transliterasi akan mengakibatkan kesalahan dalam pelafalan. Maka dari itu, pembakuan
transliterasi merupakan suatu tindakan yang tepat untuk mengatasi kesalahan-kesalahan
itu.
10 Johannes den Heijer, Pedoman Transliterasi Bahasa Arab, (Jakarta: INIS, 1992) h. ix
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 7
BAB III
PEDOMAN TRANSLITERASI DAN PENGGUNAANNYA
A. PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB)
Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.epublik IndonesiaI. Nomor:
158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat
pada halaman berikut :
Huruf arab Nama Huruf latin Namaا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkanب Ba B Beت Ta T Teث S|a S| Es (dengan titik diatas)ج Jim J Jeح H}a H} Ha (dengan titik dibawah)خ Kha Kh Ka dan Haد Dal D Deذ Z|al Z| Zet (dengan titik diatas)ر Ra R Erز Zai Z Zet
س Sin S Esش Syin Sy Es dan yeص S}ad S} Es (dengan titik di bawah)ض D}ad D} De (dengan titik di bawah)ط T}a T} Te (dengan titik di bawah)ظ Z}a Z} Zet (dengan titik di bawah)ع ‘Ain ‘ Apostrof terbalikغ Gain G Geف Fa F Efق Qof Q Qiك Kaf K Kaل Lam L El
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 8
م Mim M Emن Nun N Enو Wau W Weه Ha H Haء Hamzah ’ Apostrofي Ya Y YeHamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa
pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau
monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf latin Nama
ا Fath{ah A A
ا Kasrah I I
ا D{ammah U U3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan Huruf Nama Huruf dan tanda Nama
..... ا / ..... ى fath}ah dan alif
atau ya
a> a dan garis di
atas
.... ي kasrah dan ya i> i dan garis di atas
... و d}ammah dan wau
u> u dan garis di atas
Contoh:
مات
: ma>ta
رمى
: rama>
قيل : qi>laيمو : yamu>tu
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 9
ت4. Ta marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta marbu>t}ah yang
hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya
adalah [t]. Sedangkan ta marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun,
transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbu>t}ah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:
روضةالأطفال
: Raud}ah al-at}fa>l
المدينةالفضيلة
: Al-madi>nah al-fad}i>lah
الحكمة : Al-h}ikmah5. Syaddah (tasydi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda tasydi>d (), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Contoh :
نا رب : Rabbana>
ين نجا : Najjaina>
الحج
: Al-h}ajj
عدو
: ‘aduwwun
Jika huruf ي ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (ىي), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah ( i> ). Contoh:
علي : ‘ali> (bukan ‘aliyy atau ‘aly)
عربي
: ‘arabi> (bukan ‘arabiyy atau ‘araby)
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (alif lam
ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa,
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 10
al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang
tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contohnya:
م الشس
: Al-syamsu (bukan asy-syamsu)
لزل الزة
: Al-zalzalah (bukan az-zalzalah)
الفلسفة
: Al-falsafah
البلاد : Al-bila>du7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal
kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif. Contohnya:
تأمرون
: Ta’muru>na
وء الن : Al-nau’
شيء : Syai’un
أمرت : Umirtu8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah, atau
kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah, atau kalimat yang
sudah lazim dan menjadi bagian dari permbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah
sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi
di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari Al-Qur’a>n), Sunnah, khusus dan umum.
Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka
mereka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh: Fi> Z}ila>l al-Qura’a>n, Al-sunnah qabl al-tadwi>n.
9. Lafz al-jala>lah (الله)Kata Allah yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau
berkedudukan sebagai mud}a>f ilahi (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf
hamzah. Contoh: دين الله : di>nulla>h , بالله : billa>hi>>.
Adapun ta marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 11
lafz al-jala>lah, ditransliterasi dengan huruf (t). Contoh: هم في .hum fi> rah}matilla>h : رحمة الله
10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf
kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf
kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat,
bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata
sandang (al), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka
huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang
sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata
sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan
Contoh:
Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>Abu>> Nas}r al-Fara>bi>Al-Gaza>li
B.PETUNJUK PENGGUNAAN TRANSLITERASISebelum menggunakan transliterasi Arab-Latin, terlebih dahulu harus
menginstal - install dulu font Times New Arabic dan memilih font tersebut dalam
program under windows (Microsoft Word) yang sedang digunakan.
1. Cara Install Times New Arabic pada Komputer
a) Download font times new arabic.
b) Jika download masih berupa Zip. atau winrar maka diekstrak terlebih dahulu.
Kemudian file times new arabic dicopy
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 12
c) Kemudian Masuk ke Ekspoler Kemudian Pilih Direktori C kemudian Folder
Windows Kemudian Pilih Folder Font kemudian paste pada folder font.
2.Teknik Penulisan Transliterasi dengan Font Times New Arabic
NO HURUF KONSONAN
1 S{ D{, T{, H{, Z{
Huruf Besar + Titik bawah Shift huruf + Shift {
2 s}, d}, t}, h}, z}
Huruf Kecil + Titik bawah Huruf + Shift }
3 S|, Z| Huruf Besar + titik atas Shift huruf + shift |
4 s\, z\ Huruf kecil + titik atas Huruf + \
HURUF VOKAL5 A<, U< Huruf Besar + garis panjang di atas Shift Huruf + Shift <
6 I@ Huruf Besar + garis panjang di atas Shift Huruf + Shift @
7 a>, i>, u> Huruf Kecil + garis panjang di atas Huruf + >
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 13
Contoh:1.
S{ira>t}un
S{ira>t}un صراط
D{araba D{araba ضربT{ari>qun T{ari>qun طريقal-H{amdu al-H{amdu الحمدZ{ahrun Z{ahrun ظهر
2.
Mis}ba>h}u
n
Mis}ba>h}un مصباح
Ramad}a>nun
Ramad}a>nun رمضان
Nat}aqa Nat}aqa نطقRah}mah Rah}mah رحمةNaz}ama Naz}ama نظم
3.
S|a>nawiya
h
S|a>nawiyah ثانوية
Z|ikrun Z|ikrun ذكر4.
Mas\na> Mas\na> مثنىMuz\
a>karahMuz\a>karah مذاكرة
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 14
BAB IV
PENUTUP
Transliterasi Arab-Latin adalah penggantian huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf
Latin beserta perangkatnya.
Pembakuan pedoman transliterasi Arab-Latin menggunakan prinsip sesuai EYD,
padanannya huruf Arab dalam huruf Latin dilakukan dengan menambahkan tanda diakritik,
dan pedoman transliterasi diperuntukkan bagi masyarakat umum.
Daftar transliterasi huruf arab ke huruf latin, berdasarkan Surat Keputusan Bersama
(SKB) Menteri Agama Republik Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543 b/U/1987 tentang Transliterasi
Huruf Arab ke dalam Huruf Latin adalah sebagaimana perincian di atas.
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 15
LAMPIRAN
1. Contoh Penulisan Catatan Kaki
a. Buku1. ‘Umar Faru>kh, Ta>ri>kh S{adr al-Isla>m wa al-Dawlah al-Umawi>yah (Bairut: Da>r al-Mala>yi>n, 1970), 243.
2. Ibid., 90.3. Kate L. Turabian, A Manual of Writers of Term Papers, Theses, and Dissertations (Chicago and London: The University of Chicago Press, 1987), 27.
4. Faru>kh, Ta>ri>kh S{adr al-Isla>m, 231.b.Artikel dalam Jurnal dan Buku
1. Syamsul Arifin, “Pertautan Agama dalam Ideologi dan Gerakan Sosial: Pengalaman Hibut Tahrir Indonesia” Akademika, Vol. 18, No.2 (Maret, 2006), 19.
2. Abdus Subhan, “Social and Relegious Reform Movement in the 19th Century among the Muslim”, dalam Social and Religious Movement, ed. S.P. Sen (Calcutta: Institute of Historical Studies, 1979), 485.
c. Ensiklopedi1. A.J. Wensink, “Kufr”, The First Encyclopedia of Islam, Vol. 7, ed. M.Th. Houstma, et al. (Leiden: E.j. Brill, 1987), 234.
d.al-Qur’an1. al-Qur’an, 2: 19.2. Ibid., 12: 6.
e.Skripsi atau Tesis1. Muhammad Sholihuddin, “Tah{li>l Kita>b “al-‘Arabiyyah al-Mu’a>s}irah” wa tanfi>z\ihi fi> barna>mij ta’li>m al-Lugah al-‘Arabiyah al-Mukas\s\af fi> qismi tadri>s al-Lugah al-‘Arabiyah bi al-Ja>mi’ah al-Isla>miyah al-h}uku>miyah kadi>ri>” (Skripsi-IAIN Kediri, Kediri, 2019), 30.
2. Muhammad Musthofa, “Upaya Kontekstualisasi Hukum Islam di Indonesia” (Tesis-IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011), 59.
f. Internet1. Amin Abdullah, “Kajian Ilmu Kalam di IAIN”, dalam http://ditpertais.net/artikel/amin01.asp (20 Oktober 2019)
g.Artikel dalam Surat Kabar1. Muhammad Syakir, “Reformasi”, Jawa Pos (23 Oktober 2006), 5.
h.Wawancara1. Muhammad Umar Hasan, Wawancara, Surabaya, 24 Maret 2019.
2. Contoh Penulisan Bibliografi
‘Abduh, Muhammad. Musykila>t al-Qur’a>n al-Kari>m wa Tafsi>r Su>rat al-Fa>tih}ah. Beirut: Maktabah bi al-H{aya>h, 1967.
________. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Azi>m: Juz ‘Amma. Kairo: al-Mat}ba’ah al-Ami>ri>yah, 1968.
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 16
________. Dan Rashi>d Rid}a>. Tafsi>r al-Mana>r, Vol. 12. Kairo: al-Hay’ah al-Mis}ri>yah li al-Kita>b, 1972.
Dhahabi> (al), Muhammad H{usayn. Al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, Vol. 3. Kairo: Da>r al-Kutub al-H{adi>s\ah, 1962.
Pedoman Transliterasi Arab-Latin | 17