lp manajemen nyeri

7
Laporan Pendahuluan Praktikum Manajemen Nyeri pada Anak dengan Teknik Nonfarmakologi Oleh Ria Febriyeni, 1006770942 Keperawatan Anak 3 C Nyeri adalah pengalaman subjektif yang meliputi kompoen sensorik maupun emosional (Behrman, 2000). Oleh karena itu intensitas pengalaman nyeri dan mekanisme untuk mengatasinya beevariasi antar individu. Penatalaksanaan nyeri secara nonfarmakologi terdiri dari berbagai strategi baik secara fisik maupun perilaku kognitif. Intervensi fisik meliputi stimulasi kutaneus, imobilisasi, stimulasi saraf elektrik transkutaneus (SSET), dan akupuntur. a. Stimulasi Kutaneus - Lakukan tindakan mengusap berirama yang sederhana; penggunaan tekanan atau vibrator listrik; massage dengan lotion tangan, bedak atau krim mentol; kompres panas atau dingin sebelum memberikan injeksi atau diberi kompres es pad adaerah yang berlawanan dengan posisi nyeri b. Stimulasi saraf elektrik transkutaneus (SSET) atau Transcutaneous electro nerve stimulation (TENS) SSET adalah metode yang menggunakan stimulasi listrik voltase rendah secara langsung di area nyeri yang

Upload: ria-febriyeni

Post on 07-Dec-2014

399 views

Category:

Documents


39 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP Manajemen Nyeri

Laporan Pendahuluan Praktikum

Manajemen Nyeri pada Anak dengan Teknik Nonfarmakologi

Oleh Ria Febriyeni, 1006770942

Keperawatan Anak 3 C

Nyeri adalah pengalaman subjektif yang meliputi kompoen sensorik

maupun emosional (Behrman, 2000). Oleh karena itu intensitas pengalaman nyeri

dan mekanisme untuk mengatasinya beevariasi antar individu. Penatalaksanaan

nyeri secara nonfarmakologi terdiri dari berbagai strategi baik secara fisik maupun

perilaku kognitif.

Intervensi fisik meliputi stimulasi kutaneus, imobilisasi, stimulasi saraf

elektrik transkutaneus (SSET), dan akupuntur.

a. Stimulasi Kutaneus

- Lakukan tindakan mengusap berirama yang sederhana; penggunaan

tekanan atau vibrator listrik; massage dengan lotion tangan, bedak atau

krim mentol; kompres panas atau dingin sebelum memberikan injeksi atau

diberi kompres es pad adaerah yang berlawanan dengan posisi nyeri

b. Stimulasi saraf elektrik transkutaneus (SSET) atau Transcutaneous electro

nerve stimulation (TENS)

SSET adalah metode yang menggunakan stimulasi listrik voltase rendah secara

langsung di area nyeri yang teridentifikasi, pada titik akupresur, sepanjang area

saraf perifer ysng mempersarafi area nyeri tersebut, atau sepanjang kolom

spinal. TENS atau SSET telah diteliti dan digunakan secara efektif pada anak

yang mengalami nyeri pasca operasi, sakit kepala, dan prosedur yang

menyebabkan nyeri tanpa dampak yang merugikan (Carpenito, 2009). Unit

SSET terdiri dari alat portable yang menggunakan baterai dengan kabel timah

dan bantalan elektroda ditempelkan pada area kulit yang dipilih.

Tujuan penggunaan unit SSET

yaitu:

- Mengurangi nyeri kronis dan

akut

Page 2: LP Manajemen Nyeri

- Menurunkan kebutuhan opiat dan kemungkinan depresi fungsi

pernapasan karena penggunaan narkotik

- Memfasilitasi keterlibatan klien dalam penatalaksanaan pengendalian

nyeri

Indikasi: nyeri akut dan kronis non-keganasan.

Kontraindikasi: Penggunaan alat pacu jantung, riwayat distritmia, iskemia

miokard, infark miokard, konfusi, riwayat masalah pembuluh darah perifer

yang mengubah persepsi neurosensori.

Perlengkapan: Unit SSET; Baskom mandi dengan air hangat; sabun; waslap;

handuk; krim konduksi, gel, atau air; plester hipoalergenik

Prosedur: (Berman A, 2009)

- Jelaskan tujuan dan prosedur penggunaan alat

- Cuci tangan

- Berikan privasi klien

- Siapkan peralatan (SSET dengan baterainya)

- Bersihkan area yang akan digunakan (cuci, bilas, dan keringkan dengan

sabun dan air)

- Oleskan krim konduksi, gel atau air (sesuai petunjuk pabrik) pada elektroda

- Pasang elektroda pada area kulit yang bersih dan tidak rusak sesuai lokasi,

sifat dan asal nyeri

- Pastikan seluruh permukaan elektroda kontak dengan kulit

- Plester semua sisi secara merata dengan plester hipoalergenik

- Aktifkan unit (kontrol amplitudo diatur pada tingkat 0, naikkan perlahan

sampai klien merasakan sedikit ketidaknyamanan, perlahan turunkan

amplitudo sampai klien merasakan sensasi yang menyenangkan)

- Pantau klien

- Setelah selesai, matikan alat, bersihkan elektroda dan kulit klien

- Berikan penyuluhan kepada klien atau keluarga

- Dokumentasi

Page 3: LP Manajemen Nyeri

Intervensi tubuh-pikiran (perilaku kognitif) meliputi aktivitas distraksi,

relaksasi, imajinasi, meditasi, biofeedback, hipnotis, dan sentuhan terapeutik.

a. Distraksi

Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien dari nyeri.

Tipe-tipe distraksi: (Berman A, 2009)

- Distraksi visual, seperti membaca atau menonton TV, dan imajinasi

terbimbing

- Distraksi auditori, seperti humor dan mendengar musik

- Distraksi taktil, misalnya bernapas perlahan dan berirama, massage,

memegang atau menggerakkan binatang atau mainan

- Distraksi intelektual, contohnya teka-teki silang, permainan kartu, hobi

(mis. Koleksi perangko, menulis cerita).

Strategi khusus: (Wong, 2008)

- Libatkan anak dan orang tua dalam mengidentifikasi distraktor yang kuat

- Libatkan anak dalam permainan; gunakan tape recorder, radio, CD player,

atau permainan komputer

- Minta anak menarik napas dalam dan menghembuskannyasampai

deiberitahu untuk berhenti (French, Painter, Coury, 1994 dalam Wong,

2008)

- Minta anak meniup gelembung untuk “meniup rasa sakit agar menjauh”

- Minta anak berkonsentrasi pada berteriak atau mengatakan “aduh”

- Minta anak untuk melihat ke kaleidoskop (jenis dengan suspensi pengilat

dalam tabung berisi cairan) dan anjurkan untuk berkontraksi dengan

menanyakan “apakah kamu melihat rancangan yang berbeda?” (Vessey,

Carlson, dan McGill, 1994 dalam Wong, 2008)

Page 4: LP Manajemen Nyeri

- Gunakan humor seperti menonton kartun, melontarkan lelucon atau cerita

lucu atau bertindak bodoh bersama anak

- Minta anak, membaca, dan bermain

b. Relaksasi (Wong, 2008)

Pada bayi atau anak kecil

- Gendong anak dengan posisi yang tertopang dengan baik dan nyaman

seperti vertikal terhadap dada dan bahu

- Timang dengan lengkungan yang luas dan berirama di kursi goyang atau

ayun ke depan dan kebelakang jangan atas-bawah

- Ulangi satu atau dua kata seperti “Ibu disini”

Pada anak yang lebih besar

- Minta anak untuk menarik napas dalam dan “lemas seperti boneka kain”

sambil mengeluarkan napas secara perlahan kemudian minta anak untuk

menganga (tunjukkan bila perlu)

- Bantu anak mengambil posisi yang nyaman (mis. Bantal dibawah leher

dan lutut)

- Mulailah relaksasi progresif dari ibu jari, instruksikan anak secara

sistematik dengan “melemaskan” atau “memberatkan” setiap bagian

tubuh dan kemudian merilekskannya

- Biarkan mata anak tetap terbuka, karena anak akan berespon dengan

lebih baik selama relaksasi jika mata terbuka

c. Imajinasi Terbimbing

Prosedur:

- Atur posisi yang nyaman pada klien

- Dengan suara yang lembut, minta klien untuk membayangkan hal-hal yang

menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indra

- Minta klien untuk tetap fokus sambil merelaksasikan tubuhnya

- Bila klien tampak relaks, perawat tidak perlu bicara lagi

- Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah, atau tidak nyaman,

perawat harus menghentikan latihan dan memulai lagi ketika klien siap.

Strategi khusus: (Wong, 2008)

Page 5: LP Manajemen Nyeri

- Minta anak mengidentifikasi beberapa pengalaman nyata atau imajinasi

yang sangat menyenangkan

- Minta anak menjelaskan detail kejadian, termasuk sebanyak mungkin indra

yang terlibat (mis “rasakan kawat yang dingin”, “lihat warna yang indah”,

“dengarkan musik yang menyenangkan”)

- Minta anak menuliskan atau merekam sebuah naskah

- Anjurkan anak untuk berkonsentrasi hanya pada kejadian yang

menyenangkan selama periode yang menyakitkan; tingkatkan imajinasi

dengan mengingat kembali detail spesifik melalui pembacaan naskah atau

memutar rekaman

- Gabungkan pernapasan relaksasi dan berirama

Daftar Pustaka

Behrman dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 1 Edisi 15. Editor A. Samik Wahab. Jakarta: EGC

Berman, A. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klinis Edisi V. Editor Fruriolina Ariani. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinik Edisi 9. Editor Eka Anisa Mardella, Meining Issuryanti. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L dkk. (2008). “Buku Ajar Keperawatan Pediatrik” Edisi 6 Volume 2. Editor Egi Komala Yudha. Jakarta: EGC.