lp isk

28
BAB I KONSEP MEDIS 1. Definisi Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi disepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat manjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering adalah yang disebabkan oleh Escherichia Coli, suatu organisme yang sering ditemukan di daerah anus. (Corwin, 2001 : 480). 2. Etiologi 1

Upload: nur-ilmi

Post on 12-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

jjhj

TRANSCRIPT

Page 1: LP ISK

BAB I

KONSEP MEDIS

1. Definisi

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk

mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi disepanjang

saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu

mikroorganisme. Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh

bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat manjadi penyebabnya. Infeksi

bakteri tersering adalah yang disebabkan oleh Escherichia Coli, suatu

organisme yang sering ditemukan di daerah anus. (Corwin, 2001 : 480).

2. Etiologi

a. Bakteri (Eschericia coli)

b. Jamur dan virus

c. Obstruksi saluran kemih (BSK)

d. Diabetes

e. Kehamilan

f. Pemasangan kateter

g. Prostat hipertropi (urine sisa)

(patofisiologi untuk keperawatan,113)

3. Patofisiologi

Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada

faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta

menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri

harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi

1

Page 2: LP ISK

epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui

berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.

2

Page 3: LP ISK

Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang

tidak lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout)

dan imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan cara

mengganggu mekanisme normal.

Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi sistisis dan pielonefritis.

Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens.

Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi

dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal.

Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya

dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks

vesikoureter.

Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh

menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik

urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal),

kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar

naik yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis

gnoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui

kontak seksual. Uretritis nongonoreal ; uretritis yang tidak berhubungan

dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia

frakomatik atau urea plasma urelytikum.

Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri

piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua

ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal

meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang

mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara hematogen

kurang dari 3 %.

(Buku Saku Patofisiologi, 176-180)

3

Page 4: LP ISK

4. Manifestasi Klinik

a) Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :

1) Mukosa memerah dan oedema

2) Terdapat cairan eksudat yang purulent

3) Ada ulserasi pada urethra

4) Adanya nanah awal miksi

5) Nyeri pada saat miksi

6) Kesulitan untuk memulai miksi

7) Nyeri pada abdomen bagian bawah.

b) Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :

1) Disuria (nyeri waktu berkemih)

2) Peningkatan frekuensi berkemih

3) Perasaan ingin berkemih

4) Adanya sel-sel darah putih dalam urin

5) Nyeri punggung bawah atau suprapubic

6) Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang

parah.

c) Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :

1) Demam

2) Menggigil

3) Nyeri pinggang

4) Disuria

(patofisiologi keperawatan,113-114)

d) Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan

pielonefritis akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan

akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.

5. Komplikasi

a. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal

b. Gagal ginjal

4

Page 5: LP ISK

(patofisiologi keperawatan,115)

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Urinalisis

1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih

2) Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

b. Bakteriologis

1) Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.

2) Biakan bakteri 102 – 103 organisme koliform/mL urin plus

piuria.

3) Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna

pada uji carik.

(Buku Ajar Keperawatan Medikal,137)

7. Penatalaksanaan

a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram

negatif.

b. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks,

maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-

masalah tersebut.

c. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk

membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita

harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari

kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.

(Buku Saku Patofisiologi,183)

5

Page 6: LP ISK

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan

pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :

a. Data biologis meliputi :

1) Identitas klien

2) Identitas penanggung

b. Riwayat kesehatan :

1) Riwayat infeksi saluran kemih

2) Riwayat pernah menderita batu ginjal

3) Riwayat penyakit DM, jantung.

c. Pengkajian fisik :

1) Palpasi kandung kemih

2) Inspeksi daerah meatus

a) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine

b) Pengkajian pada costovertebralis

d. Riwayat psikososial

1) Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan

2) Persepsi terhadap kondisi penyakit

3) Mekanisme kopin dan system pendukung

e. Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga

1) Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit

2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri yang berhubungan dengan peradangan pada saluran kemih.

b. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau

nokturia) yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih.

6

Page 7: LP ISK

c. Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin , perubahan

pada reagulasi temperatur.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka operasi dan

kelemahan fisik.

e. Resiko infeksi sekunder yang berhubungan dengan adanya bakteri pada

saluran kemih,port de entry, pemasangan kateter.

f. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia mual muntah.

g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan

produksi,frekuensi urin,poliuria,nokturia.

h. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan

di rumah.

i. Cemas berhubungan dengan koping mal adaptif

j. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri,

kelemahan.

3. Perencanaan/Intervensi

a. Nyeri yang berhubungan dengan ISK

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam

pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang.

Kriteria Hasil :

1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.

2) Kandung kemih tidak tegang

3) Pasien nampak tenang

4) Ekspresi wajah tenang

Intervensi :

1) Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau

meringankan nyeri.

7

Page 8: LP ISK

Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi

2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang

dapat di toleran.

Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat

merilekskan otot-otot

3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi

Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih

4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.

Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri

b. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau

nokturia) yang berhubunganm dengan ISK.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.

Kriteria :

1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam

2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih

3) Klien dapat bak dengan berkemih

Intervensi :

1) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih

Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk

mengetahui input/out put

2) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam

Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam

vesika urinaria.

3) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam

Rasional : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.

4) Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal

Rasional : Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.

5) Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman

8

Page 9: LP ISK

Rasional : Agar klien tidak sukar untuk berkemih.

c. Diagnosa : Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin ,

perubahan pada reagulasi temperatur.

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, Tidak

mengalami komplikasi yang berhubungan infeksi.

Intervensi

1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan

menggigil/diaforesis

Rasional: Suhu 38,9°-41,1° C menunjukkan proses penyakit

infeksius akut. Menggigil sering mendahului puncak suhu.

2) Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur,

sesuai indikasi.

Rasional: Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk

mempertahankan suhu mendekati normal.

3) Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.

Rasional : Dapat membantu mengurangi demam.

Kolaborasi

4) Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen

(Tylenol).

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi

sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat

berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan

meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.

5) Berikan selimut pendingin

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih

besar dari 39,5°–40° C pada waktu terjadi kerusakan/gangguan

pada otak.

9

Page 10: LP ISK

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan luka

operasi.

Tujuan : Klien dapat beraktivitas secara optimal sesuai keadaan

Kriteria Hasil :

1) Klien terlihat segar.

2) Klien mampu memenuhi kebutuhannya sesuai dengan

kemampuannya.

Intervensi :

1) Kaji kemampuan secara fungsional

Rasional: Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat

memberikan informasi mengenai pemulihan.

2) Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala

ketergantungan.

Raional: Pasien mampu/mandiri (nilai 0) atau memerlukan

bantuan/peralatan yang minimal (nilai 1); memerlukan bantuan

pengawasan/diajarkan (nilai 2); memerlukan bantuan/peralatan

terus menerus dan alat khusus (nilai 3); atau tergantung secara total

pada pemberian asuhan (nilai 4).

3) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan.

Rasional: Mengurangi beban klien sehingga mempercepat

kesembuhan

4) Beri/bantuan mengubah posisi.

Rasional: Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia jaringan.

Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal

ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis.

5) Motivasi keluarga untuk membantu dalam pemenuhan ADL

Rasional: Diharapkan keluarga terdorong dan mau berpartisipasi

dalam membantu memenuhi kebutuhan ADL klien.

6) Libatkan keluarga dalam perawatan klien.

10

Page 11: LP ISK

Rasional: Agar keluarga kooperatif dalam pengobatan dan

perawatan.

e. Resiko Infeksi sekunder yang berhubungan dengan adanya bakteri

pada saluran kemih,port de entry dan pemasangan kateter.

Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.

Kriteria Hasil :

1) Tanda vital dalam batas normal

2) Nilai kultur urine negatif

3) Urine berwarna bening dan tidak bau

Intervensi :

1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas

38,50 C

Rasional :Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam

tubuh

2) Catat karakteristik urine

Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan

atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

3) Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra

indikasi

Rasional : Untuk mencegah stasis urine

4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk

menentukan respon terapi.

Rasional : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap

keadaan penderita.

5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara

komplit setiap kali kemih.

Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih

11

Page 12: LP ISK

6) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan

kering.

Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri

yang membuat infeksi uretra

f. Tujuan dan criteria hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama 3x24 jam nutrisi seimbang dan adekuat. Kriteria Hasil:

1) Nafsu makan meningkat

2) Tidak terjadi penurunan BB

3) Masukan nutrisi adekuat

4) Menghabiskan porsi makan

5) Hasil lab normal (albumin, kalium)

Intervensi :

1) Monitor adanya mual dan muntah

Rasional : dasar untuk menetapkan output dan input pasien

2) Monitor adanya kehilangan berat badan dan perubahan status

nutrisi.

Rasional : tanda adanya ketidakadekuatan pasien dalam

mempertahankan intake yang optimal.

3) Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan hematocrit level

Rasional : yang menindikasikan status nutrisi dan untuk

perencanaan treatment selanjutnya.

4) Monitor intake nutrisi dan kalori klien.

Rasional : membantu keadekuatan klien dalam memenuhi input

yang optimal.

5) Berikan makanan sedikit tapi sering.

Rasional : memenuhi kebutuhan pasien

6) Berikan perawatan mulut sering

Rasional : membantu meningkatkan dan memperbaiki nafsu makan

pasien.

12

Page 13: LP ISK

7) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet sesuai terapi

Rasional : membantu klien dalam mengembalikan status gizi yang

optimal.

g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan

produksi,frekuensi urin,poliuria,nokturia.

Tujuan dan criteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 2 x 24 jam diharapkan pasien dapat istirahat tidur malam

optimal dengan : Melaporkan istirahat tidur malam yang optimal.

Intervensi :

1) Pantau keadaan umum pasien dan TTV

Rasional : Mengetahui kesadaran, dan kondisi tubuh dalam

keadaan normal atau tidak

2) Kaji Pola Tidur.

Rasional : Untuk mengetahui kemudahan dalam tidur.

3) Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama.

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kegelisahan.

4) Kaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri, takut, stress,

ansietas, imobilitas, gangguan eliminasi seperti sering berkemih,

gangguan metabolisme, gangguan transportasi, lingkungan yang

asing, temperature, aktivitas yang tidak adekuat).

Rasional : Untuk mengidentifikasi penyebab aktual dari gangguan

tidur.

5) Catat tindakan kemampuan untuk mengurangi kegelisahan.

Rasional : Untuk memantau seberapa jauh dapat bersikap tenang

dan rilex.

6) Ciptakan suasana nyaman, Kurangi atau hilangkan distraksi

lingkungan dan gangguan tidur.

Rasional : Untuk membantu relaksasi saat tidur.

13

Page 14: LP ISK

7) Batasi pengunjung selama periode istirahat yang optimal (mis;

setelah makan).

Rasional : Tidur akan sulit dilakukan tanpa relaksasi,

8) Minta klien untuk membatasi asupan cairan pada malam hari dan

berkemih sebelum tidur.

Rasional : Berkemih malam hari dapat mengganggu tidur.

9) Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari (mis; hygiene

personal, linen dan baju tidur yang bersih).

Rasional : Kenyaman dalam tubuh pasien terkait kebersihan diri

dan pakai.

10) Gunakan alat bantu tidur (misal; air hangat untuk kompres

rilaksasi otot, bahan bacaan, pijatan di punggung, music yang

lembut, dll).

Rasional : Memudahkan dalam mendapatkan tidur yang optimal.

11) Ajarkan relaksasi distraksi.

Rasional : Untuk menenangkan pikiran dari kegelisahan dan

mengurangi ketegangan otot

12) Beri obat dengan kolaborasi dokter.

Rasional : Pemberian obat sesuai jadwalnya.

h. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan

di rumah.

Tujuan : Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam klien mengerti: Proses penyakit infeksi saluran kemih dengan kriteria hasil: klien mampu memahami proses penyakitnya.Intervensi :

1) Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman terhadap proses penyakitnya.

Rasional : Mengetahui sejauh mana pasien paham tingkat penyakitnya

14

Page 15: LP ISK

2) Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi tentang proses penyakitnya.

Rasional: Pengetahuan pasien tentang penyakitnya dapat dikendalikan dengan informasi penyakit

3) Berikan penyuluhan tentang proses penyakitnya sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila diperlukan

Rasional : Pengetahuan pasien tentang penyakitnya dapat dikendalikan dengan informasi penyakit.

4) Gunakan berbagai pendekatan penyuluhan, redemonstrasi, dan berikan umpan balik secara verbal dan tertulis.

Rasional : pasien mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan penyakitnya

5) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang terkait dalam pemberian informasi sumber-sumber komunitas yang dapat menolong pasien dalam mempertahankan program terapi.

Rasional : dengan kolaborasi pencegahan infeksi saluran kemih dapat di lakukan dengan baik

i. Cemas berhubungan dengan koping maladaptive.

Tujuan dan criteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam,cemas

klien dapat berkurang dengan criteria hasil :

1) Ansietas berkurang, dibuktikan oleh bukti tingkat ansietas hanya

ringan sampai sedang, dan selalu menunjukkan pengendalian diri

terhadap ansietas, konsentrasi dan koping.

2) Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, yang dibuktikan

oleh indikator sebagai berikut :

3) Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan

4) Menggunakan tekhnik relaksasi untuk meradakan ansietas.

Intervensi :

1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

15

Page 16: LP ISK

Rasional : faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap

ancaman diri, potensial siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi

upaya medik untuk mengontrol ansietas.

2) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal

pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas.

Rasional: membantu pasien menurunkan ansietas dan memberikan

kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata.

3) Berikan informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi,dan

prognosis.

Rasional : menurunkan ansietas sehubungan dengan

ketidaktahuan/harapan yang akan datang dan memberikan dasar

fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.

4) Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya di alami

selama prosedur.

Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat

membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat

meningkatkan kerjasama dalam program terapi, kerjasama penuh

penting untuk keberhasilan hasil setelah prosedur

5) Ajarkan teknik relaksasi misalnya imajinasi terbinbing, visualisasi.

Rasional : memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan

Ansietas dan meningkatkan proses penyembuhan

6) Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu.

Rasional : dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan

memudahkan istirahat.

j. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri,

kelemahan

16

Page 17: LP ISK

Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 kali 24 jam,klien dapat memenuhi kebutuhan

ADL secara mandiri.

1)Klien terbebas dari bau badan

2)Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan

untuk melakukan ADL

3)Dapat melakukan ADL dengan bantuan

Intervensi

1)Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang

mandiri

Rasional : untuk mengetahui sejauh mana klien

merawat diri sendiri

2)Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk

kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan

makan

Rasional : Memenuhi kebutuhan klien

3)Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh

untuk melakukan self-care

Rasional : Mempermudah klien dalam perawatan diri

secara mandiri

4)Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari

yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki

Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah

peningkatan kerja jantung tiba-tiba

17

Page 18: LP ISK

5)Ajarkan keluarga untuk mendorong kemandirian,

untuk memberikan bantuan hanya jika klien tidak

mampu untuk melakukannya

Rasional :

6) Pertimbangkan usia klien jika mendorong

pelaksanaan aktivitas sehari-hari

Rasional : Semakin lanjut usia klien maka semakin

sedikit pelaksanaan aktivitas sehari hari yang dapat

dilakukan secara mandiri

4. Evaluasi

a. Pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang

b. Klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.

c. Suhu dalam batas normal, Tidak mengalami komplikasi yang

berhubungan infeksi.

d. Klien dapat beraktivitas secara optimal sesuai keadaan

e. pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.

f. nutrisi seimbang dan adekuat

g. istirahat tidur malam yang optimal

h. klien mampu memahami proses penyakitnya

i. Cemas klien dapat berkurang

j. memenuhi kebutuhan ADL secara mandiri.

18

Page 19: LP ISK

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.

Nanda internasional. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Brae. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.

Tombayung, dr. Jan, 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

19