lp ileus obstruktif

24
LAPORAN PENDAHULUAN ILEUS OBSTRUKTIF Di Ruangan Intensif Coronary Care Unit (ICCU) RSUD Ulin Banjarmasin Tanggal 13 Juli s/d 1 Agustus 2015 Oleh : TITY RIEZKA RIANTHI, S. Kep NIM. I41B110214

Upload: tityriezkarianthi

Post on 15-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

laporan pendahuluan ICU

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Ileus Obstruktif

LAPORAN PENDAHULUAN

ILEUS OBSTRUKTIF

Di Ruangan Intensif Coronary Care Unit (ICCU) RSUD Ulin Banjarmasin

Tanggal 13 Juli s/d 1 Agustus 2015

Oleh :

TITY RIEZKA RIANTHI, S. KepNIM. I41B110214

PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2015

Page 2: Lp Ileus Obstruktif

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ILEUS OBSTRUKTIF

Di Ruangan Intensif Coronary Care Unit (ICCU) RSUD Ulin Banjarmasin

Tanggal 13 Juli s/d 1 Agustus 2015

Oleh :

TITY RIEZKA RIANTHI, S. KepNIM. I41B110214

Banjarbaru, 22 Juli 2015

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Abdurahman Wahid, S.Kep,Ns., M.Kep Erwin Setiadi, S.Kep.,Ns

Page 3: Lp Ileus Obstruktif

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ILEUS OBSTRUKTIF

1.      Pengertian

Ileus obstruktif adalah blok saluran usus yang menghambat pasase cairan,

flatus, dan makanan, dapat secara mekanis atau fungsional (Iin Inayah, 2004 : 202).

Ileus obstruktif terjadi ketika terdapat rintangan terhadap aliran normal dari isi

usus, bisa juga karena hambatan terhadap rangsangan saraf untuk terjadinya

peristaltik atau karena adanya blockage (Barbara C. Long, 1996 : 242).

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ileus obstruktif adalah

penyumbatan yang terjadi secara parsial atau komplit, mekanik atau fungsional, yang

terjadi bisa diusus halus ataupun diusus besar, dapat mengakibatkan terhambatnya

pasase cairan, flatus, dan makanan.

2.      Etiologi

Susan C Smeltzer & Brenda G. Bare (2002),Susan Martin Tucker (1998),

Christian Stone M.D (2004) dan Barbara C Long (1996) mengatakan bahwa

penyebab dari ileus obstruktif adalah :

a.       Mekanis

1)      Adhesi, sebagai perlengketan fibrosa (jaringan ikat) yang abnormal di antara

permukaan peritoneum yang berdekatan, baik antar peritoneum viseral maupun antara

peritoneum viseral dengan parietal

2)      Hernia, terjebaknya bagian usus pada lubang abnormal.

Page 4: Lp Ileus Obstruktif

3)      Karsinoma, tumor yang ada dalam dinding usus meluas ke lumen usus, atau tumor

diluar usus mendesak dinding usus.

4)      Massa makanan yang tidak dicerna.

5)      Sekumpulan cacing

6)      Tinja yang keras.

7)      Volvulus, terplintir atau memutarnya usus.

8)      Intussusception, masuknya satu segmen usus kedalam usus itu sendiri

3.      Patofisiologi

Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan terenggang oleh cairan dan

gas (70 % dari gas yang tertelan) akibat penekanan intralumen menurunkan

pengaliran air dan natrium dari lumen usus kedarah. Sekitar 8 liter cairan diekskresi

kedalam saluran cerna setiap hari, karena tidak adanya absorpsi mengakibatkan

penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah

pengobatan merupakan sumber utama kehilangan cairan dan elektrolit. Pengaruh atas

kehilangan ini adalah penciutan ruang ekstra sel yang mengakibatkan syok hipotensi.

Pengaruh curah jantung, pengurangan perfusi jaringan dan asidosis metabolic. Efek

local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas

akibat nekrotik, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri kedalam rongga peritoneum

dan sirkulasi sistemik. Kehilangan sodium dan ion-ion klorida menyebabkan

keluarnya potassium dari sel, mengakibatkan alkalosis hipovolemik.

Menurut Susan C Smeltzer & Brenda G. Bare (2002), akumulasi isi usus,

cairan, dan gas terjadi didaerah diatas usus yang mengalami obstruksi. Distensi dan

retensi cairan mengurangi absorpsi cairan dan merangsang lebih banyak sekresi

cairan lambung. Dengan peningkatan distensi, tekanan darah lumen usus meningkat,

menyebabkan penurunan tekanan kapiler vena dan arteriola. Pada gilirannya hal ini

akan menyebabkan edema, kongesti, nekrosis, dan akhirnya rupture atau perforasi.

Muntah refluk dapat terjadi akibat distensi abdomen.

4. Pathway

Page 5: Lp Ileus Obstruktif

5.      Manifestasi Klinis

Susan Martin Tucker (1998), Christian Stone, M.D (2004) dan Barbara C Long

(1996) menemukan bahwa tanda dan gejala dari ileus obstruktif adalah :

a.       Obstruksi Usus Halus

1)      Mual

2)      Muntah, pada awal mengandung makanan tak dicerna,selanjutnya muntah air dan

mengandung empedu, hitam dan fekal.

3)      Nyeri seperti kram pada perut, disertai kembung, nyerinya bisa berat dan menetap.

4)      Demam sering terjadi, terutama bila dinding usus mengalami perforasi. Perforasi

dengan cepat dapat menyebabkan perdangan dan infeksi yang berat serta

menyebabkan syok.

5)      Obstipasi dapat terjadi terutama pada obstrusi komplit.

6)      Abdominal distention

7)      Tidak adanya flatus

b.      Obstruksi Usus Besar

1)      Distensi berat

2)      Nyeri biasanya terasa didaerah epigastrium, nyeri yang hebat dan terus menerus

menunjukkan adanya iskemi atau peritonitis.

3)      Konstipasi dan obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplet

4)      Muntah fekal laten

Page 6: Lp Ileus Obstruktif

5)      Dehidrasi laten

6)      Penyumbatan total menyebabkan sembelit yang parah, sementara penyumbatan

sebagian menyebabkan diare.

Manifestasi Klinik Laparatomi:

1.      Nyeri tekan

2.      Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan

3.      Kelemahan

4.      Gangguan integumuen dan jaringan subkutan

5.      Konstipasi

6.      Mual dan muntah, anoreksia

6.      Komplikasi

a.       Ketidakseimbangan elektrolit, akibat dari lumen usus yang tersumbat, secara

progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70 % gas yang ditelan) akibat

peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan aliran air dan natrium dari lumen

usus kedarah. Oleh karena itu sekitar delapan liter cairan diekskresi kedalam saluran

cerna setiap hari, tidak ada absorpsi mengakibatkan penimbunan intra lumen dengan

cepat. muntah dan penyedotan usus

b.      Asidosis metabolic

c.       Perforasi, akibat dari terlalu tingginya tekanan intra lumen.

d.      Syok, akibat dari kehilangan cairan yang berlebih kedalam lumen usus dan

kehilangan cairan menuju ruang peritoneum setelah terjadi perforasi.

7.      Penatalaksanaan

a.    Puasa

b.    Selang nasogastrik harus dipasang, untuk dekompresi usus, mengurangi muntah,

dan mencegah aspirasi.

c.    Cairan parenteral dengan elektrolit, untuk perbaikan keadaan umum.

Page 7: Lp Ileus Obstruktif

d.    Bedah(laparatomy), dilakukan apabila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ

vital berfungsi secara memuaskan.

e.     Analgetik

f.     Therapy oksigen.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiologi

Pemeriksaan sinar-X bisa sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi diagnosis ileus

obstruktif serta foto abdomen tegak dan berbaring harus yang pertama dibuat.

Adanya gelung usus terdistensi dengan batas udara-cairan dalam pola tangga pada

film tegak sangat menggambarkan ileus obstruksi sebagai diagnosis. Dalam ileus

obstruktif usus besar dengan katup ileocaecalis kompeten, maka distensi gas dalam

kolon merupakan satu-satunya gambaran penting (Sabiston, 1995). Penggunaan

kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis. Barium enema

diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada kecurigaan volvulus

(Anoym, 2007).

b. Laboratorium

Leukositosis, dengan pergeseran ke kiri, biasanya terjadi bila terdapat

strangulasi, tetapi hitung darah putih yang normal tidak menyampingkan

strangulasi. Peningkatan amilase serum kadang-kadang ditemukan pada semua

bentuk ileus obstruktif, khususnya jenis strangulasi (Harrison’s, 2001)

9. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Page 8: Lp Ileus Obstruktif

Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang

mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering.

Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut abdomen,

hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat gerakan

peristaltik usus (Gambar 2.4) yang bisa bekorelasi dengan

mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah. Penderita

tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik (Sabiston,

1995; Sabara, 2007)

b. Palpasi

Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau

nyeri tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau rebound dan

pembengkakan atau massa yang abnormal (Sabiston, 1995; Sabara, 2007).

c. Auskultasi

Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik

gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush’) diantara masa tenang. Tetapi

setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi,

maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun

parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus

obstruksi strangulata (Sabiston, 1995).

10.   Pengkajian

a.     Identitas

Page 9: Lp Ileus Obstruktif

1)    Identitas klien

Data yang terdapat berupa nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor registrasi, diagnosa medik.

2)      Identitas penanggung jawab

Mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,

hubungan dengan klien.

b.      Riwayat keperawatan

1)      Keluhan utama

Gangguan utama/terpenting yang dirasakan klien sehingga ia butuh pertolongan.

2)      Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat penyakit sekarang yang ditemukan ketika dilakukan pengkajian yang

dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan teknik PQRST. Pasien ileus

obstruktif sering ditemukan nyeri kram, rasa ini lebih konstan apalagi bila bergerak

akan bertambah nyeri dan menyebar pada distensi, keluhan ini mengganggu aktivitas

klien, nyeri ini bisa ringan sampai berat tergantung beratnya penyakit dengan skala 0

sampai 10. Klien post laparatomi pun mengeluh nyeri pada luka operasi, nyeri

tersebut akan bertambah apabila klien bergerak dan akan berkurang apabila klien

diistirahatkan, sehingga klien biasanya hanya berbaring lemas. Nyeri yang dirasakan

klien seperti disayat-sayat oleh benda tajam letaknya disekitar luka operasi, dengan

skala nyeri lebih dari 5 (0-10).

3)      Riwayat kesehatan dahulu

Klien dengan ileus obstruktif mempunyai riwayat pernah dioperasi padabagian

abdomen, yang mengakibatkan terjadinya adhesi. Klien post laparatomi biasanya

mempunyai riwayat penyakit pada system pencernaan.

4)      Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat dalam keluarga sedikit sekali kemungkinan mempunyai ileus obstruktif

karena kelainan ini bukan merupakan kelainan genetik, ada kemungkinan pada

keluarga dengan ileus obstruktif dan post laparatomi mempunyai riwayat penyakit

kanker dan dapat pula mempunyai riwayat cacingan pada keluarga.

5)      Situasi Riwayat pekerjaan

Page 10: Lp Ileus Obstruktif

tempat bekerja dan lingkungan.

6)      Riwayat geografi

Kondisi lingkungan tempat tinggal

7)      Riwayat social

Ada perubahan peran, pekerjaan, atau aktivitas, klien akan merasa tergantung dan

membutuhkan bantuan orang lain.kesembuhan penyakit.

8)      Pola kebiasaan sehari-hari

Adanya kesulitan dalam melakukan aktivitas, adanya gangguan dalam nutrisi

biasanya tidak mampu makan dan minum karena mual dan muntah, gangguan dalam

tidur/istirahat, kesulitan BAB (konstipasi atau obstipasi), personal hygiene kurang

terpenuhi.

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum:

2) Sistem pernafasan (breath)

3) Sistem kardiovaskuler (blood)

4) Sistem pencernaan(bawel)

5) Sistem persyarafan (brain)

6) Sistem musculoskeletal (bone)

7) Sistem perkemihan (bladder)

8) Sosial

9) Spiritual

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien obstruksi usus sebagai berikut :

1)   Laboratorium : BUN, hematokrit, berat jenis urin meningkat, penurunan kadar

serum natrium, klorida dan kalium, leukosit meningkat, terdapat penurunan sodium

dan potassium.

2)   Enema barium membantu menentukan bila obstruksi didalam kolon.

Page 11: Lp Ileus Obstruktif

3)   Pemeriksaan radiologis abdomen, foto rontgen bisa menunjukan lingkaran usus yang

melebar, yang menunjukkan lokasi dari penyumbatan dan juga bisa menunjukkan

adanya udara di sekitar usus di dalam perut yang merupakan tanda adanya perforasi.

4)   Skan CT, MRI (magnetic resonance imaging), atau ultrasound membantu

memastikan diagnosis.

5)   Proktosigmoidoskopi membantu menentukan penyebab obstruksi bila didalam kolon

klien setelah laparotomi dibutuhkan pemeriksaan penunjang

e.    Diagnosa keperawatan

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien ileus obstrutif

menurut Judith M. Wilkinson (2005) dan Susan Martin Tucker, et al (1998) sebagai

berikut :

a.  Inefektif pola napas berhubungan dengan nyeri akut, distensi abdomen.

b.  Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah abnormal, kehilangan

cairan abnormal, status puasa, mual dan muntah.

c. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen pembedahan.

d. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kemungkinan nekrosis.

No. DIAGNOSA NOC NIC

Page 12: Lp Ileus Obstruktif

1 Inefektif pola napas berhubungan dengan nyeri akut, distensi abdomen.

Criteria hasil

Menunjukkan pernapasan

yang dalam dan dangkal.

Memiliki pola nafas dan

frekuensi dalam batas normal

Kepatenan jalan nafas

adekuat

Status tanda-tanda vital

dalam batas normal

Fasilitasi kepatenan jalan

nafas

Kaji pucat dan sianosis

Pemberian oksigen sesuai

kebutuhan

Auskultasi suara nafas,

ada/tidaknya bunyi nafas

tambahan

Posisikan pasien dengan semi

fowler

Suction sesuai kebutuhan

Pantau terapi oksigen.

Kaji dan ajarkan pasien

untuk membalik dan batuk

setiap setiap 4 jam dan napas

dalam setiap jam.

2 Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah abnormal, kehilangan cairan abnormal, status NPO, mual.

Criteria hasil :

- Pasien menunjukan tanda vital

stabil : sistolik tekanan darah 90

– 140 mmHg, diastolic 50 -90

mmHg, nadi = 60 -100/menit

- Urin output adekuat > 60

ml/jam

- Membrane mukosa baik,

turgor kulit baik

- Menunjukan level elektrolit,

BUN, hematokrit dan serum

osmolalitas dalam keadaan

normal.

Monitor dan perbaiki intake

output, antara setiap jam

dan perbandingkan. Ukur

dan dokumentasikan output

urine setiap 1-4jam.

Laporkan sebagai berikut :

- Urine output lebih dari

200ml/jam selama 2 jam

- urine output kurang dari

30ml/jam selama 2 jam

Monitor hasil laboratorium

sesuai indikasi. Laporkan

sebagai berikut :

Page 13: Lp Ileus Obstruktif

- Osmolalitas urine, kurang

dari 200mOsm/kg

- Osmolalitas serum, lebih

dari 300 mOsm/kg

- Serum sodium, lebih dari

145 mEq/L

- Peningkatan level BUN

dan hematokrit

Monitor ECG dan tekanan

hemodinamika secara

periodic.

Perhatikan adanya :

- Adanya gelombang U, QT

memanjang, depresi segmen

ST, dan gelombang T

memendek.

- Tekanan hemodinamika

kardiak output rendah

Berikan terapi sesuai

indikasi, biasanya cairan

isotonic dengan

penambahan potassium

klorida jika serum

potassium rendah.

Pantau akses IV , antisipasi

peningkatan pemberian

cairan jika hipertermia atau

adanya infeksi.

Pantau tanda-tanda vital

dan observasi kesadaran

Page 14: Lp Ileus Obstruktif

serta gejala syok

Pertahankan puasa, kaji

tingkat hidrasi

Pantau cairan perenteral

dengan elektrolit, antibiotic,

dan vitamin

Kaji keadaan kulit sebagai

tanda-tanda dehidrasi,

turgor kulit jelek,kulit dan

membrane mukosa kering,

pucat. Kaji juga kehausan,

khususnya pada lansia.

Kaji dan laporkan adanya

perubahan tingkat

kesadaran, kelemahan otot

dan koordinasi.

Siapkan untuk pembedahan

sesuai indikasi

Timbang berat badan setiap

hari bila memungkinkan

3 Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen pembedahan

Criteria hasil:

- Mempertahankan level nyeri

pada skala nyeri yang dapat

ditoleransi

(skala 0-10)

- Menunjukan rileks

- Pasien akan menunjukan

teknik relaksasi individu yang

efektif dalam

Pemberian anlgesik sesuai

indikasi

Kaji skala nyeri atau

ketidaknyamanan dengan

skala 0 – 10.

Ajarkan teknik manajemen

nyeri : nafas dalam, guide

imagery, relaksasi,

visualisasi dan aktivitas

Page 15: Lp Ileus Obstruktif

mencapai kenyamanan

- Melaporkan keadaan fisik dan

piskis sudah membaik

- Penggunaan analgesik dan

analgesik untuk menghilangkan

nyeri

terapeutik.

Kaji secara komprehensif

kondisi nyeri termasuk

lokasi karakteristik, onset,

durasi, frekuensi, kuantitas

atau kualitas nyeri, dan

faktor presipitasi/pencetus.

Observasi secara verbal atau

nonverbal ketidaknyamanan

Instruksikan pasien untuk

melaporkan nyeri bila

sangat hebat

Informasikan pasien

prosedur yang dapat

meningkatkan nyeri

tawarkan koping adaptif.

Pertahankan tirah baring

dalam posisi yang nyaman,

seperti semifowler.

Kaji dan ajarkan melakukan

latihan rentang gerak aktif

atau pasif setiap 4 jam.

Dorong ambulasi dini

Ubah posisi dengan sering

dan berikan gosokan

punggung dan perawatan

kulit

Page 16: Lp Ileus Obstruktif

4 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kemungkinan nekrosis

Criteria hasil :

- Temperature tubuh normal

- Menunjukan tidak ada tanda-

tanda infeksi.

Awasi dan laporkan indikasi

infeksi, yaitu : tanda-tanda

vital,temperature tubuh,

bising usus, suara nafas,

karakter urin, adanya abses

dalam distensi abdomen dan

ikterus.

Berikan antibiotic sesuai

indikasi

Sediakan kultur untuk dan

testing sensitivitas sesuai

indikasi, lakukan sebelum

terapi antibiotic.

Gunakan prosedur teknik

septic dan aseptic selama

DAFTAR PUSTAKA

1. Inayah, iin. 2004 .Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. 202. EGC.

Jakarta.

2. Brunner and Suddart. 2002 . Buku Ajar Keperawatan . Edisi 3. EGC. Jakarta.

Page 17: Lp Ileus Obstruktif

3. Doengoes , Mailyn . E . 2000. Rencana Asuhan Keperawata. Edisi 3 . EGC .

Jakarta.

4. Harjono . M . 2001. Ilmu Bedah . Jakarta : Erlangga.

5. Corwin , Mutaqin .2003 . Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medical Bedah .

Jakarta : Salemba Medica

6. Subiston,D.C.2001 .Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.

7. Wilkinson. Judith. M. 2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan

Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC.