lp histerektomi mioma uteri
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PROFESI
KEPERAWATAN MATERNITAS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
Nama mahasiswa : SEPRINAWATI
Nim : 0811465747
Tanggal : 02 Maret 2009
Ruang Praktik : Camar III
Diagnosa medis : Histerektomi a/i mioma uteri
I. Definisi dan Klasifikasi
Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang terdiri dari otot polos dan
jaringan ikat dari uterus. Sering disebut sebagai mioma, fibroid, fibromioma.
Insidens 20-25% pada wanita berusia di atas 35 tahun (Sarwono, 2005).
Berdasarkan letaknya, mioma uteri dibagi menjadi :
mioma intramura : tumbuh di dalam dinding uterus (lapis miometrium)
mioma subserosum: di bawah lapisan serosa uterus / peritoneum, tumbuh
ke rah rongga peritoneum
mioma submukosum : di bawah lapisan mukosa uterus / endometrium,
tumbuh ke arah kavum uteri. (dapat bertangkai dan keluar ke vagina
melalui kanalis servikalis, disebut myoma geburt)
mioma parasitik : mioma yang terlepas dari jaringan induknya, kemudian
melekat pada jaringan lain (misalnya omentum / ligamentum) kemudian
mendapat vaskularisasi dan tumbuh parasitik
mioma peduncularis : mioma yang tumbuh menjadi massa sendiri di dalam
rongga perut.
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan
A. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama
pada mioma uteri submukosum
B. Kemungkinan abortus bertambah
C. Kelainan letak janin dalam rahim terutama pada mioma yang
besar dan letak subserus
D. Menghalang-halangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang
letaknya di servix
E. Mempersulit lepasnya plasenta
Histerektomi adalah operasi pengangkatan uterus yang dilakukan untuk mengatasi
kondisi maligna atau non malignant untuk mengontrol perdarahan yang
mengancam kehidupan dan infeksi pelvic yang tidak dapat dikendalikan atau
rupture yang tidak dapat diperbaiki (Sarwono, 2005).
II. Etiologi
Penyebab mioma uteri belum jelas, tetapi diduga karena hormone
estrogen. Estrogen berpengaruh atas timbulnya mioma uteri. Pada jaringan
mioma, terdapat jumlah reseptor estrogen yang lebih tinggi dibandingkan jaringan
miometrium sekitarnya.
Karena ada hubungan antara mioma dengan hormon estrogen maka:
- mioma uteri membesar pada usia reproduksi dan regresi pada pascamenopause
- mioma uteri sangat responsif terhadap terapi obat GnRH analog.
III. Patofisiologi (Web of Caution). Terlampir
IV. Manifestasi klinis
B. Perdarahan / menorhagia, karena permukaan kavum uteri yang lebih luas
dan adanya gangguan kontraksi uterus akibat massa tumor.
C. Penekanan pada kandung kemih, ureter, rektum atau organ rongga panggul
lainnya
D. Nyeri : akibat degenerasi mioma atau kontraksi uterus berlebihan pada
mioma submukosum.
E. Infertilitas : dapat disebabkan distorsi tuba, gangguan implantasi pada
endometrium, oklusi kanalis endoserviks, dan sebagainya.
V. Pemeriksaan Penunjang
A. Hysterografi atau Hysteroskopi: akan terlihat gambaran bentuk dan letak
mioma pada uterus.
B. Sondage: bentuk kavum uteri yang besar dan rata
VI. Penatalaksanaan
Pertimbangan terapi mioma uteri bila :
- tumor besar mengisi rongga pelvis, diameter melebihi 8 cm
- perdarahan abnormal yang tidak terkendali dengan medikamentosa
- pertumbuhan tumor cepat (curiga degenerasi ganas miosarkoma)
- tumor membesar dan tidak mengecil pada postmenopause
o Pembedahan : histerektomi (jika tidak ada rencana hamil lagi), atau
miomektomi (pada usia reproduksi / masih rencana hamil). Namun jika
massa tumor terlalu besar atau luas, kadang tidak memungkinkan hanya
dilakukan pengangkatan massa tumor, sehingga tetap dilakukan
histerektomi.
o Pengecilan tumor sementara dengan obat-obatan GnRH analog,
medroxyprogesteron, danazol (testosteron).
o Makroskopik pascaoperasi : mioma memiliki lapisan kapsul yang tegas,
dapat dipisahkan / dikupas dari massa tumornya
VII. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat,
status perkawinan, alamat.
b. Data Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien
operasi.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang
sama (Mioma uteri).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada
juga mempunyai riwayat mioma uteri.
4) Riwayat Persalinan
Meliputi jenis persalinan: spontan, SC, tindakan (ekstraksi forsep,
ekstraksi vakum); jenis kelamin bayi, BB, PB; perdarahan
5) Riwayat Ginekologi
Meliputi masalah ginekologi, riwayat KB.
c. Data Sosial Ekonomi
Pasien merasa takut akan penolakan pasangannya, merasa malu.
d. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum, kesadaran, BB/TB
- TTV : TD, N, S, RR
- Kepala leher: rambut, mata, hidung, mulut, telinga, leher
- Dada : jantung, paru, payudara, puting susu
- Abdomen : adanya massa atau tumor, adanya nyeri abdomen bagian bawah
post operasi
- Perineum dan genital : adanya perdarahan pervagina
- Ekstremitas : kelihatan lemah
- Eliminasi : kebiasaan BAB/BAK, sering berkemih
- Istirahat dan kenyamanan : pola tidur, gangguan tidur
- Nutrisi dan cairan: nafsu makan, asupan nutrisi dan cairan
e. Data Psikologis
1) Pasien biasanya dalam keadaan sedih, kecewa, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, merasa tegang dan tidak bisa tidur
2) Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya.
3) Harga diri pasien terganggu
f. Data Pemeriksaan Penunjang
Hysteroskopi dan USG untuk melihat adanya mioma uteri
2. Diagnosa Keperawatan
A. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d. luka insisi post operasi
B. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d. intake inadekuat
C. Gangguan konsep diri: gambaran diri b.d perubahan struktur tubuh:
histerektomi.
D. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
E. Harga diri rendah b.d perasaan tidak berguna.
3. Intervensi Keperawatan dan Rasional
A. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d. luka insisi post operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3 x 5 jam nyeri dapat berkurang dan
teratasi.
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan nyeri berkurang
- Klien dapat tenang
- Klien mampu mengontrol nyeri
Intervensi :
1. Kaji tingkat ketidaknyamanan melalui isyarat verbal dan nonverbal,
perhatikan pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
Rasional: Merupakan pengalaman subyektif dan harus dijelaskan oleh
pasien atau identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang
berhubungan dengan merupakan suatu hal yang amat penting
untuk memilih intensitas yang cocok untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan, memahami perubahan
fisiologis dan latar belakang budaya.
2. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengontrol nyeri
Rasional: Dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral.
3. Lakukan reposisi sesuai indikasi, misalnya miring, semi-fowler.
Rasional: Dapat meningkatkan sirkulasi dan mengurangi rasa sakit. Posisi
semi-fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot
punggung artritis, sedangkan miring mengurangi tekanan
dorsal.
4. Berikan tindakan kenyamanan, mis., pijatan punggung, relaksasi
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan koping pasien
dengan memfokuskan kembali perhatian
5. Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional: Mengurangi rasa nyeri
B. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d. intake inadekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam asupan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
- Klien menunjukkan peningkatan nafsu makan
- Klien dapat mempertahankan/ meningkatkan BB
- Klien menunjukkan tingkat energi biasanya
Intervensi:
1. Kaji pemasukan diet.
Rasional: Membantu mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.
2. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/kultural.
Rasional: Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah
pulang.
3. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen.
Rasional: Menentukan kembalinya peristaltik.
4. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi
pada keluarga.
5. Anjurkan memberikan makan sedikit dan sering.
Rasional : Meminimalkan rasa mual yang dialami pasien
C. Gangguan konsep diri: gambaran diri b.d perubahan struktur tubuh:
histerektomi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam gambaran diri
kien baik
Kriteria hasil :
- Klien mau berbicara
- Klien dapat menerima keadaannya dan beradaptasi dengan dirinya
- Timbul rasa percaya diri klien
Intervensi:
1. Bentuk hubungan atas dasar saling percaya dan terbuka
Rasional: Memulai suatu hubungan dengan atas dasar saling percaya
akan mempermudah dalam mengenali masalah yang terjadi
pada klien.
2. Lakukan komunikasi teraupetik dengan cara menyediakan waktu yang
cukup untuk mendengarkan keluhan dan rasa takut pasien.
Rasional: Untuk membina hubungan saling percaya.
3. Diskusikan persepsi klien tentang perubahan pada dirinya dan
bagaimana dia melihat dirinya sebagai manusia biasa..
Rasional: Meningkatkan rasa percaya diri pasien kembali.
4. Jelaskan kepada klien arti dari kehilangan baik dari segi positif
maupun negatif.
Rasional : Mencegah terjadinya rasa takut yang berlebihan dan
tindakan mencederai diri sendiri.
5. Bantu pasien menerima perasaan dan pikirannya.
Rasional : Membantu dalam memecahkan masalah pasien, mencegah
rasa bersalah pada dirinya.
VIII. Daftar Pustaka:
Bobak, I.M., dkk.(2005). Keperawatan maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC.
Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia. A. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit ed: 6. Jakarta : EGC.
Sarwono, P. (2005). Ilmu kebidanan. Ed. 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sylvia & Lorraine. (1995). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit ed: 4. Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
HISTEREKTOMI A/I MIOMA UTERI
SEPRINAWATINIM : 0811465747
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU