lp hipertensi
DESCRIPTION
Laporan Pendahuluan Penyakit Hipertensi ( Cardiovascular )TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI EMERGENCY
Disusun oleh :
PRADIKA SANGGA PRAMANA ( P 272 20008 102 )
D IV KEPERAWATANPOLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2010
I. KONSEP
A. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 160 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Pada umumnya hipertensi diklasifikasikan berdasarkan nilai sistole dan
diastolik.
Kategori Sistolik (atas)
mmHg
Distolik (bawah)
mmHg
- Normal tinggi (perbatasan) 130 - 139 85 – 89
- Stadium 1, ringan 140 - 159 90 – 99
- Stadium 2, sedang 160 - 179 100 – 109
- Stadium 3, berat 180 - 209 110 – 119
- Stadium 4, sangat berat 210 120
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama :
1. Volume cairan yang mengisi pembuluh darah besarnya ditentukan oleh curah
jantung.
2. Tahanan (resistensi) pembuluh darah tepi (perifer) terhadap aliran darah yang
mengalir.
Krisis hipertensi adalah tekanan darah yang mengalami kenaikan yang cepat
sehingga menyebabkan kerusakan organ secara cepat, perbaikan hanya bisa didapat
dengan obat penurun tekanan darah.
Urgensi hipertensi terjadi ketika tekanan darah melonjak naik, tetapi tidak
ada kerusakan organ tubuh sebagai akibatnya, dan tekanan darah dapat diturunkan
dengan aman dalam 24 jam dengan pemberian obat penurun tekanan darah.
Ketika kerusakan organ terjadi sebagai akibat dari tekanan darah yang
sangat tinggi, ini disebut sebagai hipertensi emergency. . Ketika ini terjadi, tekanan
darah harus diturunkan segera (dalam 2 jam) untuk mencegah kerusakan organ. Hal
ini dilakukan dalam unit perawatan intensif rumah sakit.
Kerusakan organ yang terkait dengan hipertensi darurat dapat meliputi :
Perubahan status mental seperti kebingungan atau koma (ensefalopati).
Perdarahan ke dalam otak (stroke).
Gagal jantung.
Nyeri dada (angina).
Cairan di paru-paru (edema paru).
Serangan jantung .
Aneurisma (menggembung pembuluh darah).
Eklampsia (terjadi selama kehamilan).
B. Patofisiologi
Hipertensi merupakan suatu kelainan/ suatu gejala dari gangguan mekanisme
regulasi tekanan darah. Tubuh mempunyai suatu sistem untuk mengatur tingginya
tekana darah yaitu sistem renin angiostenin aldosteron (RAAS). Sel-sel tertentu
ginjal dapat membentuk hormon renin yang dilepaskan apabila tekanan darah di
glumerolus menurun. Hanya terjadi bila jumlah darah yang mengatur melalui ginjal
berkurang. Misalnya karena penurunan volume darah atau penyempitan arteri ginjal.
Dalam plasma, renin bergabung dengan menjadi angiostensin I yang oleh enzim
ACE (Angiostensi convertury enzim) dapat menjadi angiostensin II. Zat ini berdaya
vasokontriktif kuat secara langsung dan dapat langsung menstimulasi sekresi
hormon aldortenon dengan sifat retensi garam sehingga volume darah dan tekanan
darah meningkat.
Disamping regulasi hormon masih terdapat beberapa faktor fisiologi yang
dapat mempengaruhi tekanan darah, antara lain :
1. Stroke volume
Yaitu jumlah darah yang dipompa keluar jantung pada setiap kali konstriksi,
semakin besar volume ini semakin tinggi tekanan darah. Retensi garam
meningkatkan volume cairan sehingga volume meningkat. Maka tekanan atas
dinding pembuluh darahpun meningkat.
2. Kekenyalan dinding arteri
Arteri yang dindingnya sudah mengeras karena endapan kolesterol/ lemak
(artherosclerosis) menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada dinding
yang masih elastis.
3. Pelepasan neurohormon
Antara lain adrenalain dari nerodrenalin yang berfungsi menyempitkan
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. Pada saat emosi
meningkat atau berolahraga yang bertenaga, sistem saraf adrenergik terangsang
dan melepaskan neurohormon. Situasi stres dan merokok juga meningkatkan
produksi neurohormon adrenolin (Sandra M Hettina, 2002).
C. Faktor Penyebab Hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain,
misal :
a. Penyakit perenkim ginjal atau vaskuler ginjal
b. Gangguan endokrin diabetes
c. Penyempitan aorta kongenital
d. Neurogenik tumor, enoufalitas, luka bakar, kenaikan volume
intravaskuler dan gangguan psikiatri
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Factor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin (laki-
laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras (ras kulit hitam lebih
banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau
makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum
alcohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin )
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari hipertensi, yaitu :
1. Sakit kepala
2. Epitaksis
3. Pusing migren
4. Nokturia
5. Finitus
6. Kelemahan/ letih
7. Mual muntah
8. Sesak nafas
9. Sukar tidur
10. Mata berkunang-kunang
11. Rasa berat ditekuk
12. Kenaikan TD dari normal
13. Penurunan kekuatan gengaman tangan dan reflek tendon dalam
14. Frekuensi jantung meningkat
15. Takipnea
16. Perubahan irama jantung
(Sandra M Hettina, 2002)
Namun, sebagian besar orang tidak merasakan gejala apapun, sehingga
hipertensi ini sulit dideteksi bila tidak rutin memeriksakan tekanan darah. Saat
sudah diketahui, biasanya sudah parah. Karena hal ini lah , hipertensi disebut
silent killer.
Sedangkan untuk Gejala Hipertensi Emergency meliputi:
1. Headache (Sakit kepala)
2. Serangan jantung
3. Chest pain (Nyeri dada )
4. Shortness of breath (Sesak napas )
5. Pembengkakan atau edema (penumpukan cairan dalam jaringan)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan
F. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi yaitu :
1. Kerusakan pembuluh darah, manifestasi muncul sesuai sistem organ yang
terkena
2. Penyakit jantung koroner dengan angina
3. Hipertrofi ventrikel kiri
4. Perubahan fatologis ginjal
5. Perdarahan otak/ stroke
6. Infark serebri
(Brunner dan Suddart, 2002)
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hb/ HCl untuk menilai hubungan antara sel-sel dari viskositas darah sebagai
faktor resiko dari hiperkoagulasi, enemia, dll.
2. BUN/ creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
3. Glukosa, hiperglikemia akibat tingginya katekolamin akan menambah
hipertensi.
4. Sistem potasium. Bila ditemukan adanya hipokalamia ini merupakan tanda
adanya aldostenon primer sebagai efek samping diuretika.
5. Serum kalsium, bila tinggi biasanya signifikan pada hipertensi.
6. Serum trigliserida dan kolesterol bila tinggi merupakan faktor predisposisi
hipertensi.
7. Tiroid. Hipertirordisme menyebabkan vasokontriksi vaskuler
8. WP untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi, apakah merupakan penyakit
parenkim ginjal atau renal kalikulo.
(Brunner dan Suddart, 2002)
H. PENATALAKSANAANPengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian
dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan
penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3). Penurunan berat badan
4). Penurunan asupan etanol
5). Menghentikan merokok
6). Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
1). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
2). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
3). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan
4). Frekuensi latihan sebaiknya 1 x perminggu dan paling baik 2 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada
pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan
darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun
bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
e. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat
diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
f. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
g. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
h. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
i. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
j. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari
k. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping
dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
l. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
m. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
n. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
o. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Fokus Pengkajian (Doengoes, M.E dan Moorhouse : 2000)
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipneu
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner
dan penyakit cerebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial, dan kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk menegakkan diagnosis)
Hipotensi postural, nadi, denyut apikal, frekuensi atau irama,
bunyi jantung.
c. Integritas ego
Gejala : Riwayat perusahaan keperibadian, ansietas, depresi, euforia,
atau marah kronik.
Faktor-faktor stres multiple (hubungan, keuangan, yang
beerkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak
Gerak taangan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat,
pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi / obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)
e. Makanan / cairan
Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan (tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (gorengan, keju, telur),
kandungan tinggi kalori.
Mual-muntah
Perubahan berat badan akhir-akhir ini
Riwayat penggunaan diuretik
Tanda : Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema, kongesti vena, glikosuria
f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening atau pusing
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
Episoe kebas dan kelemahan pada satu sesi tubuh.
Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
Episode epistaksis
Tanda : Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,afek, proses pikir atau memori (ingatan)
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan
atau reflek tendon dalam.
Perubahan-perubahan retinal optik : dari sklerosis atau
penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan
sklerotik dengan edema, eksudat, dan hemoragi tergantung
pada berat atau lamanya hipertensi.
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
Nyeri hilang timbul pada tungkai (indikasi arterosklerosis pada
arteri esktremitas bawah)
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya
Nyeri abdomen atau massa
h. Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja
Takipneu, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal
Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum
Riwayat merokok
Tanda : Distres respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan
Bunyi napas tambahan (krakels / mengi)
Sianosis
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi atau cara berjalan
Episode parestesia unilateral transien
Hipotensi postural
j. Pembelajaran atau penyuluhan
Gejala : Faktor-fakto risiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler
atau ginjal.
Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika, Amerika, Asia
Tenggara.
Penggunaan pil KB atau hormon lain : penggunaan obat atau
alkohol.
C. Diagnosa (Doengoes, M.E dan Moorhouse : 2000)
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplay O2 dan
kebutuhan tubuh
3. Nyeri kepala (pusing) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular
cerebral
4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan masukan berlebihan, pola
hidup monoton
5. Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasional, sistem
pendukung tidak adekuat
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan kurang
pengetahuan
C. Fokus intervensi (Doengoes, M.E dan Moorhouse : 2000)
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi.
Tujuan : Tidak terjadi adanya tanda-tanda dan gejala-gejala penurunan
curah jantung.
KH : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD atau
beban kerja jantung.
- Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat
diterima.
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam
rentang normal pasien.
Intervensi :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan atau paha untuk evaluasi awal.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum atau tertentu.
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau keributan
lingkungan
g. Pertahankan pembatasan aktivitas sepeti istirahat di tempat tidur atau
kursi.
h. Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.
i. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imaginasi, aktivitas pengalihan.
j. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay O2 dan
kebutuhan tubuh
Tujuan : Toleransi aktivitas tubuh Meningkat.
KH : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan atau
diperlukan
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi
aktivitas.
Intervensi :
a. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih
dari 20 kali permenit di atas frekuensi istirahat.
b. Instruksikasn pasien tentang tehnik penghematan energi, misal
menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir.
c. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri
bertahap jika dapat ditoleransi.
d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
3. Nyeri kepala (pusing) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular
cerebral.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
KH : - Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau
terkontrol
- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
- Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi :
a. Mempertahanakn tirah baring selama fase akut.
b. Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit
kepala,misal : kompres dingin pada dahi, tehnik relaksasi.
c. Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misal : mengejan saat BAB, batuk panjang,
membungkuk
d. Bantuan pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
e. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi
perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk
menghentikan perdarahan.
f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, anti ancietas, misal : lorazepam,
diazepam.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan masukan berlebihan, pola
hidup monoton.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi tidak terganggu
KH : - Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan
- Menunjukkan perubahan pola makan, mempertahankan berat
badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
Intervensi :
a. Kaji pemahaman pasien tentang berhubungan langsung antara hipertensi
dan kegemukan.
b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
c. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan piliah diet.
e. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan pasien.
f. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian.
g. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi.
h. Kolaborasi dengan ahli gizi.
5. Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasional, sistem
pendukung tidak adekuat.
Tujuan : Kopping individu efektif
KH : - Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya.
- Menyatakan kesadaran kemampuan koping atau kekuatan pribadi.
- Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah
untuk mengubahnya atau menghindari.
- Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan atau metode koping
efektif.
Intervensi :
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku.
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah.
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya.
d. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan
partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
e. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.
f. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan
hidup yang perlu.
6. Resiko penurunan kondisi kesehatan diri berhubungan dengan kurang
pengetahuan.
Tujuan : Kondisi kesehatan tidak menurun
KH : - Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan.
- Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi
yang perlu diperhatikan.
- Mempertahankan TD dalam parameter normal.
Intervensi :
a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar.
b. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal, jelaskan tentang hipertensi dan
efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
c. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler
yang dapat diubah.
d. Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam
membuat rencana untuk berhenti merokok.
e. Instruksikan dan peragakan tehnik pemantauan TD mandiri.
f. Sarankan untuk sering mengubah posisi, olahraga kaki saat berbaring
g. Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau cairan
tinggi kalium, misalnya jeruk, pisang, tomat, kentang dan lain-lain.
h. Bantu pasien untuk menurunkan atau menghilangkan kafein.
i. Dorong pasien untuk membuat program olahraga sendiri seperti olahraga
aerobik ringan.
7. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : perfusi jaringan tidak terganggu
KH : - Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak
ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam
batas normal.
- Haluaran urin 30 ml/ menit
- Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia
c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
d. Amati adanya hipotensi mendadak
e. Ukur masukan dan pengeluaran
f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
g. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC.
Chung, Edward.K. 2005. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta: EGC.
Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta : Kanisius.
Kodim, Nasrin. 2003. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, Jakarta : EGC
IOWA Outcomes Project. 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. USA: Mosby Year Book
IOWA Intervention Project. 2006. Nursing Intervention Classification (NIC). USA: Mosby Year Book
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. Jakarta: FK-UI.
Marvyn, Leonard. 2005. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta: Penerbit Arcan.
Nanda, 2005, Nursing Diagnosis Deffinition and Classification. USA: Mosby Year Book
Price, A. Sylvia. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Semple Peter. 2006. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Penerbit Arcan.
Sobel, Barry J, et all. 2009Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi. Jakarta: Hipokrates.
Soeparman. 2008. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid ke-1. Jakarta: FKUI.
Smith, Tom. 2005. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya?. Jakarta: Penerbit Arcan, .
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2008