lp crf hilal 2

Upload: tamu-agung

Post on 13-Apr-2018

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    1/38

    BAB II

    KONSEP DASAR

    A.

    Definisi

    Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal

    progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah

    nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak

    dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal), (Nursalam, 2006).

    Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif

    dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

    metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.

    ( S l S C 2002)

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    2/38

    ( S lt S C 2002)

    lambat sehingga ginjal tidak mampu mempertahankan metabolisme tubuh dan

    keseimbangan cairan dan elektrolit dan menyebabkan uremia.

    B.

    Etiologi

    Menurut Price dan Wilson (2005) klasifikasi penyebab gagal ginjal

    kronik adalah sebagai berikut :

    1. Penyakit infeksi tubulointerstitial: Pielonefritis kronik atau refluks

    nefropati

    2.

    Penyakit peradangan: Glomerulonefritis

    3.

    Penyakit vaskuler hipertensif: Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis

    maligna, Stenosis arteria renalis

    4 G j i ik t L it t i t ik li t iti

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    3/38

    C. Anatomi dan fisiologi ginjal

    1. Anatomi ginjal

    Gambar 1. Letak ginjal

    A t i i j l e t i e d Wil (2005) d S let e d

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    4/38

    Ginjal terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai

    kapsula renis. Disebelah anterior ginjal dipisahkan dari kavum abdomen

    dan isinya oleh lapisan peritoneum. Disebelah posterior organ tersebut

    dilindungi oleh dinding toraks bawah. Darah dialirkan kedalam setiap

    ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal melalui vena

    renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis

    membawa darah kembali kedalam vena kava inferior.

    Pada orang dewasa panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm

    (4,7-5,1 inci) lebarnya 6 cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1 inci) dan

    beratnya sekitar 150 gram. Permukaan anterior dan posterior katub atas

    dan bawah serta tepi lateral ginjal berbentuk cembung sedangkan tepi

    l t l i j l b b tk k k d hil G b t i i j l

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    5/38

    Apabila dilihat melalui potongan longitudinal, ginjal terbagi

    menjadi dua bagian yaitu korteks bagian luar dan medulla di bagian dalam.

    Medulla terbagi-bagi menjadi biji segitiga yang disebut piramid, piranid-

    piramid tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolumna

    bertini. Piramid-piramid tersebut tampak bercorak karena tersusun oleh

    segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papilla (apeks)

    dari piramid membentuk duktus papilaris bellini dan masukke dalam

    perluasan ujung pelvis ginjal yang disebut kaliks minor dan bersatu

    membentuk kaliks mayor, selanjutnya membentuk pelvis ginjal. Gambar

    penampang ginjal dapat dilihat pada gambar. 3

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    6/38

    lengkung henle dan tubulus kontortus distal yang mengosongkan diri ke

    duktus pengumpul. Kapsula bowman merupakan suatu invaginasi dari

    tubulus proksimal. Terdapat ruang yang mengandung urine antara rumbai

    kapiler dan kapsula bowman dan ruang yang mengandung urine ini

    dikenal dengan nama ruang bowmen atau ruang kapsular. Kapsula

    bowman dilapisi oleh sel - sel epitel. Sel epitel parielalis berbentuk gepeng

    dan membentuk bagian terluar dari kapsula, sel epitel veseralis jauh lebih

    besar dan membentuk bagian dalam kapsula dan juga melapisi bagian luar

    dari rumbai kapiler. Sel viseral membentuk tonjolan - tonjolan atau kaki -

    kaki yang dikenal sebagai pedosit, yang bersinggungan dengan membrana

    basalis pada jarak - jarak tertentu sehingga terdapat daerah-daerah yang

    b b d i k t k t l it l D h d h t d t di t

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    7/38

    Vaskilari ginjal terdiri dari arteri renalis dan vena renalis.setiap

    arteri renalis bercabang waktu masuk kedalam hilus ginjal. Cabang

    tersebut menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara pyramid dan

    selanjutnya membentuk arteri arkuata yang melengkung melintasi basis

    pyramid-piramid ginjal. Arteri arkuata kemudian membentuk arteriola-

    arteriola interlobaris yang tersusun oleh parallel dalam korteks, arteri ini

    selanjutnya membentuk arteriola aferen dan berakhir pada rumbai-rumbai

    kapiler yaitu glomerolus. Rumbai-rumbai kapiler atau glomeruli bersatu

    membentuk arteriola eferen yang bercabang-cabang membentuk sistem

    portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan kapiler peritubular.

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    8/38

    Darah yang mengalir melalui system portal akan dialirkan ke

    dalam jalinan vena menuju vena intelobaris dan vena renalis selanjutnya

    mencapai vena kava inferior. Ginjal dilalui oleh darah sekitar 1.200 ml

    permenit atau 20%-25% curah jantung (1.500 ml/menit).

    2. Fisiologi ginjal

    a. Fungsi ginjal

    Menurut Price dan Wilson (2005), ginjal mempunyai berbagai macam

    fungsi yaitu ekskresi dan fungsi non-ekskresi. Fungsi ekskresi

    diantaranya adalah :

    1) Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol

    d b h b h k k i i

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    9/38

    3)

    Metabolism vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

    4) Degradasi insulin.

    5) Menghasilkan prostaglandin.

    b. Fisiologi pembentukan urine

    Pembentukan urine diginjal dimulai dari proses filtrasi plasma

    pada glomerolus. Sekitar seperlima dari plasma atau 125 ml/menit

    plasma dialirkan di ginjal melalui glomerolus ke kapsula bowman.

    Halini dikenal dengan istilah laju filtrasi glomerolus/glomerular

    filtration rate (GFR) dan proses filtrasi pada glomerolus disebut

    ultrafiltrasi glomerulus. Tekanan darah menentukan beberapa tekanan

    dan kecepatan alirn darah yang melewati glomeruls. Ketika darah

    b j l l ti t kt i i filt i t j di Ai d l k l l k l

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    10/38

    Sebagian substansi seperti glukosa normalnya akan diabsorbsi

    kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urine.

    Berbagai substansi yang secara normal disaring oleh glomerulus,

    diabsorbsi oleh tubulus dan diekresikan kedalam urine mencakup

    natrium, klorida, bikarbinat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin dan

    asam urat.

    Terdapat 3 proses penting yang berhubungan dengan proses

    pembentukan urine, yaitu :

    a.

    Filtrasi (penyaringan) : kapsula bowman dari badan malpighi

    menyaring darah dalam glomerus yang mengandung air, garm,

    gula, urea dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah)

    hi dih ilk filt t l ( i i ) Di d l

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    11/38

    glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus

    kolektifus ke pelvis renalis.

    Perbandingan jumlah yang disaring oleh glomerulus setiap hari

    dengan jumlah yang biasanya dikeluarkan kedalam urine maka dapat

    dilihat besar daya selektif sel tubulus:

    Tabel 1: Daya Selektif Sel Tubulus

    Komponen Disaring Dikeluarkan

    Air 150 Liter 1, 5 Liter

    Garam 750 Liter 15 Gram

    Glukosa 150 Liter 0 gram

    Urea 50 Gram 30 Gram

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    12/38

    Fungsi lain dari ginjal yaitu memproduksi renin yang berpperan

    dalam pengaturan tekanan darah. Apabila tekanan darah turun, maka

    sel-sel otot polos meningkatkan pelelepasan reninnya. Apabila

    tekanan darah naik maka sel - sel otot polos mengurangi pelepasan

    reninnya. Apabila kadar natrium plasma berkurang, maka sel-sel

    makula dansa memberi sinyal pada sel-sel penghasil renin untuk

    meningkatkan aktivitas mereka. Apabila kadar natrium plasma

    meningkat, maka sel-sel makula dansa memberi sinyal kepada otot

    polos untuk menurunkan pelepasan renin. Setelah renin beredar dalam

    darah dan bekerja dengan mengkatalisis penguraian suatu protein kecil

    yaitu angiotensinogen menjadi angiotensin I yang terdiri dari 10 asam

    i i t i dih ik l h h ti d k t i d l

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    13/38

    D. Patofisiologi

    Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab pada

    akhirnya akan terjadi kerusakan nefron. Bila nefron rusak maka akan terjadi

    penurunan laju filtrasi glomerolus dan terjadilah penyakit gagal ginjal kronik

    yang mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan dan fungsi

    non-eksresi. Gangguan fungsi non-eksresi diantaranya adalah gangguan

    metabolism vitamin D yaitu tubuh mengalami defisiensi vitamin D yang

    mana vitamin D bergunan untuk menstimulasi usus dalam mengabsorpsi

    kalsium, maka absorbs kalsium di usus menjadi berkurang akibatnya terjadi

    hipokalsemia dan menimbulkan demineralisasi ulang yang akhirnya tulang

    menjadi rusak. Penurunan sekresi eritropoetin sebagai factor penting dalam

    ti l i d k i l d h h l h t l b bk d k

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    14/38

    menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk.

    Asidosis metabolic akibat ginjal tidak mampu menyekresi asam (H+) yang

    berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu

    menyekresi ammonia (NH3-) dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3

    -).

    Penurunan eksresi fosfat dan asam organic yang terjadi.

    Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai,

    memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan

    untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien terutama dari

    saluran pencernaan. Eritropoietin yang dipreduksi oleh ginjal menstimulasi

    sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah dan produksi

    eritropoitein menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai

    d k l tih i d k f

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    15/38

    E. Menifestasi klinis

    Manifestasi klinik menurut Price dan Wilson (2005), Smeltzer dan

    Bare (2001), Lemine dan Burke (2000) dapat dilihat dari berbagai fungsi

    system tubuh yaitu :

    1. Manifestasi kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema periorbital,

    friction rub pericardial, pembesaran vena leher, gagal jantung kongestif,

    perikarditis, disritmia, kardiomiopati, efusi pericardial, temponade

    pericardial.

    2.

    Gejala dermatologis/system integumen : gatal-gatal hebat (pruritus),

    warna kulit abu-abu, mengkilat dan hiperpigmentasi, serangan uremik

    tidak umum karena pengobatan dini dan agresif, kulit kering, bersisik,

    i i k k ti i d h b t ti i d k ( )

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    16/38

    kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot, tidak mampu berkonsentrasi,

    perubahan tingkat kesadaran, neuropati perifer.

    7. Manifestasi pada system repoduktif : amenore, atropi testikuler,

    impotensi, penurunan libido, kemandulan

    8. Manifestasi pada hematologic yaitu anemia, penurunan kualitas

    trombosit, masa pembekuan memanjang, peningkatan kecenderungan

    perdarahan.

    9.

    Manifestasi pada system imun yaitu penurunan jumlah leukosit,

    peningkatan resiko infeksi.

    10.

    Manifestasi pada system urinaria yaitu perubahan frekuensi berkemih,

    hematuria, proteinuria, nocturia, aliguria.

    11 M if i d i i d k i i hi i id d i l

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    17/38

    F. Stadium gagal ginjal kronik

    1. Pembagian stadium gagal ginjal kronik menurut Smletzer dan Bare (2001)

    dan Le Mone dan Burke (2000) adalah :

    a. Stadium I

    Stadium I ini disebut dengan penurunan cadangan ginjal, tahap inilah

    yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini

    penderita ini belum merasakan gejala-gejala dan pemeriksaan

    laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama tahap ini

    kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas

    normal dan penderita asimtomatik, laju filtrasi glomerolus/glomeruler

    Filtration rate(GFR) < 50 % dari normal, bersihan kreatinin 32,5-130

    l/ i G f i i j l ki h d dik h i

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    18/38

    ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutama menyerang

    tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3

    liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal

    ginjal diantara 5 %-25 % . faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul

    gejala gejala kekurangan darah, tekanan darah akan naik, aktifitas

    penderita mulai terganggu.

    c. Stadium III

    Stadium ini disebut gagal ginjal tahap akhir atau uremia, timbul

    karena 90% dari massa nefron telah hancur atau sekitar 200.000

    nefron yang utuh, Nilai GFR nya 10% dari keadaan normal dan kadar

    kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang, uremia akan

    i k d l k d k ih i i P d di

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    19/38

    2.

    Sedangkan tahap cronic kidney disease (CKD) menurut

    kidney.org/professionals (2007) dan Kidney.org.uk (2007) adalah :

    a. Tahap I : kerusakan ginjal dengan GFR normal arau meningkat, GFR

    > 90 ml/menit/1,73 m.

    b. Tahap II : penurunan GFR ringan, GFR 60-89 ml/menit/1,73 m.

    c. Tahap III : penurunan GFR sedang yaitu 30-59 ml/menit/1,73 m.

    d. Tahap IV : penurunan GFR berat yaitu 15-29 ml/menit/1,73 m.

    e.

    Tahap V : gagal ginjal dengan GFR < 15 ml/menit/1,73 m.

    G. Penatalaksanaan Medis

    Penatalaksanaan untuk mengatasi penyakit gagal ginjal kronik

    S l d B (2001) i

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    20/38

    f.

    Osteodistoofi diatasi dengan Dihidroksiklkalsiferol, alumunium

    hidroksida.

    g. Kelebihan fosfat dalam darah diatasi dengan kalsium karbonat,

    kalsium asetat, alumunium hidroksida.

    h. Mudah terjadi perdarahan diatasi dengan desmopresin, estrogen

    i. Ulserasi oral diatasi dengan antibiotic.

    2. Intervensi diet yaitu diet rendah protein (0,4-0,8 gr/kgBB), vitamin B dan

    C, diet tinggi lemak dan karbohirat

    3.

    Asidosis metabolic diatasi dengan suplemen natrium karbonat.

    4.

    Abnormalitas neurologi diatasi dengan Diazepam IV (valium), fenitonin

    (dilantin).

    5 A i di i d k bi i i i i ( IV

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    21/38

    H. Komplikasi

    Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smletzer dan Bare

    (2001) yaitu :

    2. Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic, katabolisme

    dan masukan diet berlebihan.

    3. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi

    produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.

    4.

    Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system

    rennin-angiostensin-aldosteron

    5.

    Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah

    merah, perdarahan gastrointestinalakibat iritasi oleh toksin dan

    k hil d h l h di li i

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    22/38

    a.

    Demografi

    Tingkungan yang tercemar oleh timah, cadmium, merkuri, kromium

    dan sumber air tinggi kalsium beresiko untuk gagal ginjal kronik,

    kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun, jenis kelamin lebih banyak

    perempuan, kebanyakan ras kulit hitam.

    b. Riwayat penyakit dahulu

    Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan, vaskuler

    hipertensif, gangguan saluran penyambung, gangguan kongenital

    dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik dan neropati

    obstruktif.

    c. Riwayat kesehatan keluarga

    i ki k l hi if ki b lik i

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    23/38

    2)

    Pola nutrisi dan metabolik

    Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia, intake cairan

    inadekuat, peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan

    berat badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak

    sedap pada mulut (pernafasan amonia), penggunanan diuretic,

    demam karena sepsis dan dehidrasi.

    3) Pola eliminasi

    Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap

    lanjut), abdomen kembung, diare konstipasi, perubahan warna

    urin.

    4) Pola aktivitas dan latihan

    l h k i k l h l i k b k

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    24/38

    gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,

    ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau.

    7) Persepsi diri dan konsep diri

    Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,

    menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan

    kepribadian, kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu

    bekerja, mempertahankan fungsi peran.

    8)

    Pola reproduksi dan seksual

    Penurunan libido, amenorea, infertilitas, impotensi dan atropi

    testikuler.

    e. Pengkajian fisik

    ) l h l i i

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    25/38

    d)

    Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia,

    mual,muntah serta cegukan, peradangan gusi.

    6) Leher : pembesaran vena leher.

    7) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan,

    pernafasan dangkal dan kusmaul serta krekels, nafas dangkal,

    pneumonitis, edema pulmoner, friction rub pericardial.

    8) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.

    9)

    Genital : atropi testikuler, amenore.

    10)

    Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan

    kusam serta tipis, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada

    telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    26/38

    c)

    Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010

    menunjukkan kerusakan ginjal berat)

    d) Klirens kreatinin, mungkin menurun

    e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak

    mampu mereabsobsi natrium.

    f) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat

    menunjukkan kerusakan glomerulus.

    2)

    Darah

    a)

    Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb

    biasanya kurang dari 7-8 gr

    b) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    27/38

    cairan, penurunan pemasukan atau sintesa karena kurang

    asam amino esensial.

    h) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering

    sama dengan urin.

    3) Pemeriksaan radiologik

    a) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan

    bladder/KUB): menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung

    kemih, dan adanya obstruksi (batu).

    b)

    Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan

    mengidentifikasi ekstravaskuler, masa

    c) Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran kandung

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    28/38

    i)

    Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan

    posisi ginjal, ukuran dan bentuk ginjal.

    j) CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal (seperti

    penyebararn tumor).

    k) Magnetic Resonan Imaging / MRI untuk mendeteksi

    struktur ginjal, luasnya lesi invasif ginjal

    2.

    Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik menurut

    Doeges (1999), Carpenito (2000) dan Smeltzer dan Bare (2001) adalah

    a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran

    urine, diet berlebihan dan retensi cairan dan natrium.

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    29/38

    f)

    Perubahan proses fikir berhubungan dengan perubahan fisiologis

    seperti akumulasi toksin (urea, amonia)

    g) Resiko kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi

    toksik dalam kulit dan gangguan turgor kulit, gangguan status

    metabolik.

    h) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi

    produk sampah dan prosedur dialisis.

    i)

    Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan perawatan penyakit

    gagal ginjal kronik berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah

    interpretasi informasi dan kurangnya informasi.

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    30/38

    36

    3. Fokus Intervensi dan rasional

    Intervensi keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik menurut Doenges (1999), Carpenito (2000) dan Smeltzer dan Bare

    (2001) adalah

    NoDignosa

    keperawatanTujuan Kriteria hasil Intervensi rasional

    1. Kelebihan

    volume cairan

    berhubungan

    dengan

    penurunan

    haluaran urine

    dan retensi cairan

    dan natrium.

    Kelebihan

    cairan/edema

    tidak terjadi.

    Pembatasan diet

    dan cairan.

    Turgor kulit

    normal tanpa

    edema.

    Tanda-tanda vital

    normal.

    1) kaji status cairan

    Timbang berat badan harian

    Keseimbangan masukan dan haluaran.

    Turgor kulit dan adanya edema.

    Tekanan darah, denyut dan irama nadi.

    2) batasi masukan cairan

    3) identifikasi sumber potensial cairan,

    medikasi dan cairan yang digunakan untuk

    pengobatan, oral dan intravena

    4)

    Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang

    pembatasan cairan.

    5) Bantu pasien dalam menghadapi

    Pengkajian merupakan dasar

    berkelanjutan untuk memantau

    perubahan dan mengevaluasi

    intervensi.

    Pembatasan cairan akan menentukan

    berat tubuh ideal, haluaran urine dan

    respons terhadap terapi.

    Sumber kelebihan cairan yang tidak

    diketahui dapat diidentifikasi

    Pemahaman meningkatkan kerjasama

    pasien dan keluarga dalam

    pembatasan cairan.

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    31/38

    37

    ketidaknyamanan akibat pembatasan

    cairan.

    Kenyamanan pasien meningkatkan

    kepatuhan terhadap pembatasan diet.

    2. Perubahan nutrisi

    kurang dari

    kebutuhan tubuh

    berhubungan

    dengan intake

    inadekuat, mual,

    muntah,

    anoreksia.

    Mempertahan

    kan masukan

    nutrisi yang

    adekuat

    Pengukuran

    antropometri

    dalam batas

    normal.

    Perlambatan atau

    penurunan berat

    badan yang cepat

    tidak terjadi.

    Pengukuran

    biokomis dalam

    batas normal

    (albumin, kadar

    elektrolit).

    Peneriksaan

    laboratorium

    klinis dalam batas

    normal.

    pematuhan

    makanan dalam

    1) Kaji status nutrisi

    perubahan berat badan

    pengukuran antropometrik

    nilai laboratorium (elektrolit serum,

    BUN, kreatinin, protein, transferin dan

    kadar besi).

    2) Kaji pola diet dan nutrisi pasien

    riwayat diet makanan kesukaan

    hitung kalori.

    3) Kaji faktor-faktor yang dapat merubah

    masukan nutrisi:

    Anoreksia, mual dan muntah

    Diet yang tidak menyenangkan bagi

    pasien

    Kurang memahami diet.

    4) Menyediakan makanan kesukaan pasien

    Menyediakan data dasar untuk

    memantau perubahan dan

    mengevaluasi intervensi.

    Pola diet sekarang dan dahulu dapat

    dipertimbangkan dalam menyusun

    menu.

    Menyediakaninformasi mengenai

    faktor lain yang dapat diubah atau

    dihilangkan untuk meningkatkan

    masukan diet.

    Mendorong peningkatan masukan

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    32/38

    38

    pembatasan diet

    dan medikasi

    sesuai jadwal

    untuk mengatasi

    anoreksia.

    dalam batas-batas diet.

    5) Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah

    protein, rendah natrium, diantara waktu

    makan.

    6) Jelaskan rasional pembatasan diet dan

    hubungannya dengan penyakit ginjal dan

    peningkatan urea dan kadar kreatinin.

    7) Sediakan jadwal makanan yang dianjurkan

    secara tertulis dan anjurkan untuk

    memperbaiki rasa tanpa menggunakan

    natrium atau kalium.

    8) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan

    selama waktu makan.

    9) Timbang berat badan harian.

    10) Kaji bukti adanya masukan protein yang

    tidak adekuat

    diet.

    Mengurangi makanan dan protein

    yang dibatasi dan menyediakan kalori

    untuk energi, membagi protein untuk

    pertumbuhan dan penyembuhan

    jaringan.

    Meningkatkan pemahaman pasien

    tentang hubungan antara diet, urea,

    kadar kreatinin dengan penyakit

    renal.

    Daftar yang dibuat menyediakan

    pendekatan positif terhadap

    pembatasan diet dan merupakan

    referensi untuk pasien dan keluarga

    yang dapat digunakandirumah.

    Faktor yang tidak menyenagkan yang

    berperan dalam menimbulkan

    anoreksia dihilangkan.

    Untuk memantau status cairan dan

    nutrisi.

    Masukan protein yang tidak adekuat

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    33/38

    39

    pembentukan edema

    penyembuhan yang lambat

    penurunan kadar albumin

    dapat menyebabkan penurunan

    albumindan protein lain,

    pembentukan edema dan perlambatan

    peyembuhan.

    3. Gangguan

    perfusi jaringan

    berhubungan

    dengan

    penurunan suplai

    O2 dan nutrisi

    ke jaringan

    sekunder

    terhadap

    penurunan COP.

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    perfusi

    jaringan

    adekuat

    Membran mukosa

    warna merah

    muda.

    Kesadaran

    kompos mentis.

    Tidak ada keluhan

    sakit kepala.

    Tidak ada tanda

    sianosis ataupun

    hipoksia

    Capillary refill

    kurang dari 3

    detik.

    Nilai laboratorium

    dalam batas

    normal (Hb 12-15

    gr%).

    Konjungtiva tidak

    1) Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian

    kapiler, warna kulit dan dasar kuku.

    2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai

    toleransi.

    3) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan

    suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai

    dengan indikasi.

    4) Kolaborasi untuk pemberian O2

    5) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium

    (hemoglobin).

    Memberikan informasi tentang derajat

    atau keadekuatan perfusi jaringan dan

    membantu menentukan. kebutuhan

    intervensi.

    Meningkatkan ekspansi paru dan

    memaksimalkan oksigenasi untuk

    kebutuhan seluler, vasokonstrisi (ke

    organ vital) menurunkan sirkulasi

    perifer.

    Kenyamanan klien atau kebutuhan

    rasa hangat harus seimbang dengan

    kebutuhan untuk menghindari panas

    berlebihan pencetus vasodilatasi

    (penurunan perfusi organ).

    Memaksimalkan transport oksigen ke

    jaringan.

    Mengetahui status transport O2

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    34/38

    40

    anemis.

    Tanda-tanda vital

    stabil: TD: 120/80

    mmHg, nadi: 60-

    80x/menit.

    4. Perubahan pola

    nafas

    berhubungan

    dengan

    hiperventilasi

    paru.

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    klien

    menunjukkan

    pola nafas

    efektif

    analisa gas darah

    dalam rentang

    normal.

    tidak ada tanda

    sianosis maupun

    dispnea.

    bunyi nafas tidak

    mengalami

    penurunan

    TTV dalam batas

    normal: RR 16-24

    x/menit

    1) Kaji fungsi pernapasan klien, catat

    kecepatan, adanya gerak, dispnea,

    sianosis, dan perubahan tanda vital.

    2) Catat pengembangan dada dan posisi

    trakea

    3) Kaji klien adanya keluhan nyeri bila batuk

    atau nafas dalam.

    4) Pertahankan posisi nyaman misalnya

    posisisemi fowler

    5) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium

    (elektrolit)

    6) Kolaborasikan pemeriksaan analisa gas

    darah dan foto thoraks

    Distress pernapasan dan perubahan

    pada vital dapat terjadi sebagai akibat

    dari patofisiologi dan nyeri.

    Pengembangan dada atau ekspansi

    paru dapat menurunkan apabila terjadi

    asietas atau udema pulmoner.

    Sokongan terhadap dada dan otot

    abdominal membuat batuk lebih

    efektif dan dapat mengurangi trauma.

    Meningkatkan ekspansi paru.

    Untuk mengetahui elektrolit sebagai

    indikator keadaan status cairan.

    Mengkaji status pertukaran gas dan

    ventilasi serta evaluasi dari

    implementasi.

    Menghilangkan distress respirasi dan

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    35/38

    41

    7) Kolaborasikan pemeriksaan oksigen sianosis.

    5. Resiko

    penurunan curah

    jantung

    berhubungan

    dengan

    ketidakseimbang

    an cairan

    mempengaruhi

    sirkulasi, kerja

    miokardial dan

    tahanan vaskuler

    sistemik,

    gangguan

    frekuensi, irama,

    konduksi jantung

    (ketidakseimban

    gan elektrolit).

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    curah jantung

    dapat

    dipertahankan

    Tanda-tanda vital

    dalam batas

    normal: tekanan

    darah: 120/80

    mmHg, nadi 60-

    80 x/menit, kuat,

    teratur.

    Akral hangat

    Capillary refill

    kurang dari 3

    detik

    Nilai laboratorium

    dalam batas

    normal (kalium

    3,5-5,1 mmol/L,

    urea 15-39 mg/dl)

    1) Auskultasi bunyi jantung dan paru,

    evaluasi adanya edema perifer atau

    kongesti vaskuler dan keluhan dispnea,

    awasi tekanan darah, perhatikan postural

    misalnya: duduk, berbaring dan berdiri.

    2) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan

    lokasi dan beratnya.

    3) Evaluasi bunyi jantung akan terjadi

    friction rub, tekanan darah, nadi perifer,

    pengisisan kapiler, kongesti vaskuler, suhu

    tubuh dan mental,

    4) Kaji tingkat aktivitas dan respon terhadap

    aktivitas.

    5) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium

    yaitu kalium.

    6) Berikan obat anti hipertensi sesuai dengan

    Mengkaji adanya takikardi, takipnea,

    dispnea, gemerisik, mengi dan edema.

    Hipertensi ortostatik dapat terjadi

    sehubungan dengan defisit cairan.

    Mengkaji adanya kedaruratan medik.

    Kelelahan dapat menyertai gagal

    jantung kongestif juga anemia.

    Ketidakseimbangan dapat mengangu

    kondisi dan fungsi jantung.

    Menurunkan tahanan vaskuler

    sistemik.

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    36/38

    42

    indikasi.

    6. Resiko kerusakan

    intregitas kulit

    berhubungan

    dengan

    akumulasi toksik

    dalam kulit dan

    gangguan turgor

    kulit (uremia)

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    tidak terjadi

    integritas kulit

    Klien

    menunjukkan

    perilaku atau

    tehnik untuk

    mencegah

    kerusakan atau

    cidera kulit.

    Tidak terjadi

    kerusakan

    integritas kulit.

    Tidak terjadi

    edema.

    1) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,

    turgor dan perhatikan adanya kemerahan,

    ekimosis, purpura.

    2) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit

    dan membran mukosa.

    3) Inspeksi area tubuh terhadap edema.

    4) Ubah posisi dengan sering menggerakkan

    klien dengan perlahan, beri bantalan pada

    tonjolan tulang.

    5) Pertahankan linen kering, dan selidiki

    keluhan gatal.

    6) Pertahankan kuku pendek

    Memandakan adanya sirkulasi atau

    kerusakan yang dapat menimbulkan

    pembentukan dekubitus atau infeksi.

    Mendeteksi adanya dehidrasi atau

    hidrasi berlebihan yang

    mempengaruhi sirkulasi dan integritas

    jaringan pada tingkat seluler.

    Jaringan edema lebih cenderung rusak

    atau robek.

    Menurunkan tekanan pada edema,

    meningkatkan peninggian aliran balik

    statis vena sebagai pembentukan

    edema.

    Menurunkan iritasi dermal dan resiko

    kerusakan kulit.

    Menurunkan resiko cedera dermal

    7. Intoleransi

    aktivitas

    berhubungan

    Berpartisipasi

    dalam

    aktivitas yang

    Berpartisipasi

    dalam

    meningkatkan

    1)

    Kaji faktor yang menyebabkan keletihan

    anemia

    ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

    Menyediakan informasi tentang

    indikasi tingkat keletihan

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    37/38

    43

    dengan keletihan,

    anemia, retensi

    produk sampah

    dan prosedur

    dialisis.

    dapat

    ditoleransi

    tingkat aktivitas

    dan latihan

    Melaporkan

    peningkatan rasa

    sejahtera

    Melakukan

    istirahat dan

    aktivitas secara

    bergantian

    Berpartisipasi

    dalam aktivitas

    perawatan mandiri

    yang dipilih.

    retensi produk sampah

    depresi

    2)

    Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas

    perawatan diri yang dapat ditoleransi,

    bantu jika keletihan terjadi.

    3) Anjurkan aktivitas alternatif sambil

    istirahat.

    4) anjurkan untuk beristirahat setelah dislisis.

    Meningkatkan aktivitas ringan/sedang

    dan memperbaiki harga diri.

    Mendorong latihan dan aktivitas

    dalam batas-batas yang dapat

    ditoleransi dan istirahat yang adekuat.

    Dianjurkan setelah dialysis, yang bagi

    banyak pasien sangat melelahkan.

    8. Gangguan

    pertukaran gas

    berhubungan

    dengan

    penurunan

    ekspansi paru

    sekunder

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    klien

    menunjukkan

    pertukaran gas

    analisa gas darah

    dalam rentang

    normal

    tidak ada tanda

    sianosis maupun

    hipoksia

    taktil fremitus

    1) Kaji fungsi pernapasan klien, catat

    kecepatan, adanya gerak, dispnea,

    sianosis, dan perubahan tanda vital.

    2) Auskultasi bunyi nafas

    3) Catat pengembangan dada dan posisi

    trakea

    Distress pernapasan dan perubahan

    pada vital dapat terjadi sebagai akibat

    dari patofisiologi dan nyeri.

    Untuk mengetahui keadaan paru.

    Pengembangan dada atau ekspansi

  • 7/24/2019 LP CRF HILAL 2

    38/38

    44

    terhadap adanya

    edema pulmoner.

    efektif. positif kanan dan

    kiri

    bunyi nafas tidak

    mengalami

    penurunan

    auskultasi paru

    sonor.

    TTV dalam batas

    normal: RR 16-24

    x/menit

    4)

    Kaji taktil fremitus

    5) Kaji klien adanya keluhan nyeri bila batuk

    atau nafas dalam.

    6) Pertahankan posisi nyaman misalnya

    posisisemi fowler

    7) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium

    (elektrolit)

    paru dapat menurunkan apabila terjadi

    asietas atau udema pulmoner.

    Taktil fremitus dapat negative pada

    klien dengan edema pulmoner.

    Sokongan terhadap dada dan otot

    abdominal membuat batuk lebih

    efektif dan dapat mengurangi trauma.

    Meningkatkan ekspansi paru.

    Untuk mengetahui elektrolit sebagai

    indicator keadaan status cairan.