lp batu ginjal

13
KONSEP PENYAKIT BATU GINJAL 1. Pengertian Batu ginjal atau nefrolitiasis eru!a"an suatu "ea#aan ter#a!atn$a %atu &"al"ul ginjal. Batu ginjal ter%entu" #i tu%uli ginjal "eu#ian %era#a #i "ali"s( infun# ginjal #an %a*"an %ias engisi !el)is serta seluru* "ali"s ginjal. Batu $ang en #an le%i* #ari #ua "ali"s ginjal e%eri"an ga%aran en$eru!ai tan#u" rusa se*i #ise%ut %atu st*agon "elainan atau o%stru"si !a#a s$ste !el)i"asises ginjal &!e in)u#i%ulu #an stenosis uretro!el)i"' e!eru#a* ti%uln$a %atu saluran "ei* #isertai #engan infe"si s"un#er #a!at eni%ul"an !ionefrosis( urose!sis( a%ses !erinefri"( a%ses !arane!ri" atau!un !ielunefritis. +. Etiologi A#a %e%era!a fa,tor $ang eung"in"an ter%entu"n$a %atu !a#a saluran "ei* $a se%agai %eri"ut- a. ifer"alseuria a#ala* "elainaneta%oli,$ang !aling uu. Be%ra!a "asus *i!er"alseuria %er*u%ungan #engan gangguan usus ening"ata"n !en$era!an "alsi &#i"ait"an #engan "ele%i*an #iet "alsiu #an/ atau e"anise !en$era! terlalu a"tif'( %e%era!a "ele%i*an ter"ait #engan resor%si "alsiu #a *i!er!aratiroi#ise'( #an %e%era!a $ang %er*u%ungan #engan "eti#a"a!uan #ari tu%ulus ginjal untu" ere%ut "e%ali "alsiu #ala filtrate gloerulus &ginjal0"e%o,oran *i!er"alseuria'. %. Pele!asan A $ang enurun #an !ening"atan "onsentrasi( "elarutan #an ! urin. ,. Laan$a Kristal ter%entu" #i#ala urin #i!engaru*i o%ilisasi rutin. #. Gangguan rea%sor%si ginjal #an gangguan aliran urin. e. Infe"si saluran "ei*. f. Kurangn$a asu!an air #an #iet $ang tinggi engan#ung 2at !eng*asil %atu. g. I#io!ati". 3. 4enifestasi "lini" isa!ing a#an$a serangan sa"it *e%at $ang ti%ul se,ara en#a#a" $ang %erlan se%entar #an "eu#ian *ilang ti%a5ti%a untu" "eu#ian( ti%ul lagi( #isertai na# u"a !u,at( %er"eringat #ingin #an te"anan #ara* turun atau $ang #ise%ut "oli"( #isertai rasa n$eri $ang "a%ur %erulang5ulang #i #aera* ginjal #an rasa !anas at !inggang $ang #a!at %erlangsung %e%era!a *ari sa!ai %e%era!a inggu. juga terja#i a!a%ila ter#a!at lu"a !a#a saluran "ei* a"i%at !ergeseran %atu. Bila terja#i *$#ronefrosis #a!at #ira%a !e%esaran ginjal. Urin $ang "eru* #a a"an juga #ialai !en#erita %atu ginjal. ea enan#a"an infe"si !en$erta. Ji"a !en$u%atan saluran "ei* en$eluru*( su*u tu%u* %ias en#a#a" tinggi %erulang5u Anuria a"an terja#i ji"a a#a %atu %ilateral atau ji"a *an$a a#a satu ginjal !en# 6. Patofisiologi 1

Upload: zuhdisyuhadasejatiy

Post on 05-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LP Batu Ginjal

TRANSCRIPT

KONSEP PENYAKIT BATU GINJAL1. PengertianBatu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di ginjal. Batu ginjal terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum , pelvis ginjal dan bahkan bias mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu sthagon kelainan atau obstruksi pada system pelvikasises ginjal (penyempitan invudibulum dan stenosis uretropelvik) mempermudah timbulmnya batu saluran kemih. Jika disertai dengan infeksi skunder dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses paraneprik ataupun pielunefritis.

2. Etiologi

Ada beberapa factor yang memungkinkan terbentuknya batu pada saluran kemih yaitu sebagai berikut:

a. Hiferkalseuria adalah kelainan metabolic yang paling umum. Bebrapa kasus hiperkalseuria berhubungan dengan gangguan usus meningkatakn penyerapan kalsium (dikaitkan dengan kelebihan diet kalsium dan/ atau mekanisme penyerapan kalsium terlalu aktif), beberapa kelebihan terkait dengan resorbsi kalsium dari tulang (yaitu hiperparatiroidisme), dan beberapa yang berhubungan dengan ketidakmampuan dari tubulus ginjal untuk merebut kembali kalsium dalam filtrate glomerulus (ginjal+kebocoran hiperkalseuria).b. Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konsentrasi, kelarutan dan pH urin.

c. Lamanya Kristal terbentuk didalam urin dipengaruhi mobilisasi rutin.

d. Gangguan reabsorbsi ginjal dan gangguan aliran urin.

e. Infeksi saluran kemih.

f. Kurangnya asupan air dan diet yang tinggi mengandung zat penghasil batu.

g. Idiopatik.3. Menifestasi klinik

Disamping adanya serangan sakit hebat yang timbul secara mendadak yang berlangsung sebentar dan kemudian hilang tiba-tiba untuk kemudian, timbul lagi, disertai nadi cepat, muka pucat, berkeringat dingin dan tekanan darah turun atau yang disebut kolik, dapat pula disertai rasa nyeri yang kabur berulang-ulang di daerah ginjal dan rasa panas atau terbakar di pinggang yang dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Hematuri dapat juga terjadi apabila terdapat luka pada saluran kemih akibat pergeseran batu.Bila terjadi hydronefrosis dapat diraba pembesaran ginjal. Urin yang keruh dan demam akan juga dialami penderita batu ginjal. Demam menandakan infeksi penyerta. Jika terjadi penyumbatan saluran kemih menyeluruh, suhu tubuh bias mendadak tinggi berulang-ulang.Anuria akan terjadi jika ada batu bilateral atau jika hanya ada satu ginjal penderita.4. Patofisiologi

Zat pembentuk batu terendap di urin jika ambang kelarutaqnnya terlampaui. Pada rentang yang disebut rentang metastabil, pembentukan Kristal mungkin tidak terjadi sama sekali atau hanya berjalan dengan sangat terlambat, meskipun larutan sangat jenuh. Namun, jika konsentrasinya meningkat melebihi rentang metastabil, maka terjadilah kristalisasi. Pelarutan Kristal yang telah terbentuk hanya dapat terjadi dengan menurunkan konsentrasi dibawah rentan metastabil.

Menurut silber nagl (2007), senyawa yang sering ditemukan dalam batu ginjal adalah kalsium oksalaf ( sekitar 70%), kalsium fosfat atau magnesium+ammonium posfat ( sekitar 30%), asam urat atau garam asam urat (30%), serta xantin atau sistin ( < dari 5%). Beberapa zat bias terdapat didalam satu batu karena Kristal yang telah terbentuk sebelumnya berperan sebagai inti kristalisasi dan memudahkan pengendapatn bagi zat metastabil terlarut lainnya (oleh karena itu, totalnya adalh > 100%). Pada peningkatan filtrasi dan ekskresi zat penghasil batu akan membuat peningkatan konsentrasi didalam flasma. Jadi, hiperkalseuria dan posfaturia terjadi akibat peningkatan absorbs di usus dan mobilisasi dari tulang, contohnya jika terdapat kelebihan PTH atau kalsitriol. Hiperkalsalemia dapat disebabkan oleh kelainan metabolic oleh pemecahan asam amino atau melalui peningkatan absorbsinya di usus. Hiperurisemia terjadi akibat suplai yang berlebih, sintesis baru yang meningkat, atau peningkatan pemecahan purin. Batu xantin dapat terjadi jika pembentukan purin sangat meningkat dari pemecahan purin xantin menjadi asam urat di hambat. Namun, xantin lebih mudah larut daripada asam urat sehingga batu xantin lebih jarang ditemukan.

Gangguan reabsorpsi ginjal merupakan penyebab yang sering dari peningkatan dari ekskresi ginjal pada hiperkalseuria dan merupakan penyebab tetap pada sistinuria. Konsentrasi Ca2+ didalam darah dipertahankan melalui absorpsi di usus dan mobilisasi mineral tulang, sementara konsentrasi sistin dipertahankan dengan mengurangi pemecahannya.

Pelepasan ADH (pada situasi volume yang berkurang pada saat dehidrasi, kondisi stress, dan lainnya) menyebabkan peningkatan konsentrasi zat pembentuk batu melalui peningkatan konsentrasi urin. Kelarutan beberapa zat bergantung pada pH urin. Pospat mudah larut pda urin yang asam, tapi sukar larut pada urin yang alkalis. Jadi, pospat baru biasanya hanya ditemukan pada urin yang alkalis.

Sebaliknya, asam urat (garam asam urat) lebih mudah larut jika terdisosiasi daripada yang tidak terdisosiasi, dan asam urat baru lebih cepat terbentuk pada urin yang asam. Jika pembentukan NH3 berkurang, urin harus lebih asam untuk dapat mengeluarkan asam dan hal ini meningkatkan pembentukan batu garam asam urat. Fakor lain yang juga pentinga adalah berapa lama sekiranya krisstal yang telah terbentuk tetap berada didalam urin yang sangat jenuh. Lama waktu bergantung pada diuresis dan kondisi aliran dari saluran kemih bagian bawah misalnya dapat menyebabkan Kristal menjadi terperangkap. Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, inpundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bias mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari 2 kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada system pelikalises ginjal) )penyempitan inpudibulum dan stianosis ureteropelvik) mempermudah timbulnya batu ginjal.Batu ginjal yang tidak terlalu besar didorong oleh pristaltik otot-otot system pelvikalises dan turun ke ureter dan menjadi batu ureter. Tenaga peristaltic ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke kandung kemih. Batu yang ukurannya kecil (lebih kecil 3 mm) pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan yang lebih besar sering kali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi jperadang, serta menimbulkan obstruksi kronis berup hidroneprosis.

Batu yang terletak pada ureter maupun system pelvikalises mampu menimbulkan obstruksi saluran kemih dan menimbulkan kelainan struktur sebelah atas. Obstruksi di ureter menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, yaitu di pielum dapat menimbulkan hidronefrosis, dan batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliekstasis Pada kalieks yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pienefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perineprik, abses paraneprik, ataupun pielonefritis. Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal dan jika mengenai kedua sisi dapat mengakibatkan gagal ginjal permanen.

Kondisi adanya batu pada ginjal memberikan masalah keperawatan pada pasien dengan adanya berbagai respon obstruksi, infeksi, dan peradangan.5. Phatofisiologi Nursing Pathway

Sumber : Muttaqin ariif & Kumala sari (2011)

6. Pengkajian Diagnostik

a. Pemeriksaan sedimen urine menunjukkan adanya : leukosituria, hematuria, dan dijumpai keristal-keristal pembentuk batu.

b. Pemeriksaan kultur urin mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.

c. Pemeriksaan fungsi ginjal untuk memonitor penurunan fungsi.

d. Pemeriksaan elektrolit untuk keterlibatan peningkatan kalsium dalam darah.e. Pemeriksaan foto polos abdomen, PIV, urogram, dan USG untuk menilai posisi, besar, serta bentuk batu pada saluran kemih.

7. Komplikasi

Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih, pylonetritis, yang pada akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya yang jauh lebih parah.8. Penatalaksanaan Medis dan TherapyTujuan dari penatalaksanaan adalah menurunkan komplikasi pada ginjal dan menghilangkan keluhan. Penatalaksanaan yang diberikan adalah sebagai berikut.

a. Medikamentosa

b. Dipecahkan dengan ESWL

c. Tindakan endourologi atau bedah laparaskopi.

d. Pembedahan terbuka.9. Konsep asuhan keperawatana. Pengkajian

1) Pengkajian anamnesis focus

Keluhan yang didapat dari pasien bergantung pada: posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih konferhensipnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST. Pengkajian anamnesis lainnya yang diperlukan perawat pada saat anamnesis meliputi hal-hal berikut.a) Apakah pasien mengeluh tidak nafsu makan, mual, atau muntah.?

b) Bagaimana keluhan terjadi? Pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan, setelah mencerna kamakanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat tertentu atau alcohol?.

c) Bagaimana cara pasien untuk menurunkan keluhan ? minta pertolongan atau berupaya untuk mengobati sendiri ?.

d) Apakah keluhan yang ada berhubungan dengan perubahan posisi, beraktivitas, asnsietas, stress, makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat ?

e) Bagaiman keluhan berkurang atu bisa hilang? Atau bisa hilang dengan sendirinya ?.

f) Adakah riwayat keluarnya batu bersama urin sebelumnya atau pembedahan ginjal ?.

g) Bagaimana riwayat diet yang baru dimakan selama 72 jam ?.

h) Apakah ada orang lain pada lingkungan pasien yang mempunyai gejala seurpa ?.PengkajianTeknik pengkajian, Prediksi hasil dan Implikasi Klinis

Provoking IncidentTidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri, tetapi pada beberapa kasus di dapatkan bahwa pada perubahan posisi secara tiba-tiba dari berdiri atau berbaring berubah ke posisi duduk atau melakukan fleksi pada badan biasanya menyebabkan keluhan nyeri.

Quality of PainKualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos system kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltic tersebut menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.

Region, Radiation, ReliefBatu ginjal yang terjebak di saluran ureter menyebabkan sensasi nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke-paha dan genetalia. Pasien ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Keluhanini disebut keluhan ureteral.

Severity (Scale)Pasien bisa di tanya dengan mengunakan rentang 0-4 dan pasien akan menilai seberapa jauh rasa nyeri yang di rasakan.0= tidak ada nyeri

1 = nyeri ringan

2 = Nyeri sedang

3 = nyeri berat

4 = nyeri berat sekali/ tidak tertahankan.

TimeSifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala timbul mendadak, perlahan lahan atau seketika itu saja.

Pengkajian riwayat penggunaan obat-obatan sebelumnya, khususnya pada pasien yang menderita penyakit peradangan sendi akan penggunaan OAINS dan pascaintervensi kemoterapi. Riwayat adanya penurunan imunitas seperti kangker, luka bakar, sepsis, trauma pembedahan, gagal pernapsan, gagal ginjal, dan kerusakan susunan saraf pusat dapat menjadi factor penyebab gastritis akut.Pengkajian riwayat sanitasi lingkungan, penggunaan air minum dan cara pengolahan makanan perlu di tanyakan untuk mengkaji kemungkinan invasi infeksi Helicobakter Pylori. Infeksi ini menyebabkan keluhan nyeri efigastrium, mual, muntah, kembung, malaise, dan kadang demam.

Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai setatus emosi, kognitif dan prilaku pasien. Perawan mengumpulkan pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan intlektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian psikososilspiritual yang seksama.Pendapatan ekonomi yang rendah berpengaruh terhadap kemampuan penderita dalam memenuhi tingkat kesehatannya. Status pendidikan yang rendah mempengaruhi persepsi pasien dalam menanggulangi penyakit system perkemihan.Pada beberapa pasien yang diputusakan untuk dilakukan pembedahan yang berhubungan untuk mengatasi masalah pada sisitem perkemihan akan memberikan implikasi keperawatan tentang penurunan kecemasan dan pemenuhan informasi periopratif.2) Pemeriksaan fisik focus

Pada pemerikasaan fisik didapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik, papsien sangat terlihat kesakita, keringat dingin dan lemah.

Insfeksi : pada pola eliminasi urin terjadi perubahan akibat adanya hematuria, retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah.

Palpasi : palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi massa. Pada beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.Perkusi : perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kostovertebrata dan didapatkan respon nyeri.b. Diagnosis Keperawatan

1) Nyeri kolik b/d aktivitas peristaltic otot polos system kalises, peregangan dari terminal sarf sekunder dari adanya batu pada ginjal.

2) Perubahan pola miksi b/d retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder dari iritasi saluran kemih.3) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik.

4) Kecemasan b/d prognosis pembedahan , tindakan invasif diagnostic.

5) Pemenuhan informasi b/d rencana pembedahan, tindakan diagnostic invasive (ESWL), perencanaan pasien pulang.

c. Rencana Keperawatan

Nyeri kolik b/d aktivitas peristaltic otot polos system kalises, peregangan dari terminal sarf sekunder dari adanya batu pada ginjal.

Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang /hilang atau teradaptasi.

Kriteria Evaluasi:

Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Scala nyeri 0-1 (0-4).

Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

Ekspresi pasien relaks.

IntervensiRasional

Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive.IntervensiPendekatan dengan menggunakann relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.Rasional

Lakukan menejemen nyeri keperawatan. Istirahatkan pasien

Menejemen lingkungan dan batasi pengunjung

Beri kompres hangat pada pinggang

Lakukakan teknis stimulasi perkutaneus

Lakukan masasse sekitar nyeri

Dekatkan orang terdekat

Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam

Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri

Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri dan menghubungkan beberapa lama nyeri berlangsung.Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer sehingga akan meningkatkan suplai darah kejaringan .

Lingkungan tenang akan menurunkan stimulasi nyeri eksternal.

Vasodilatasi dapat menurunkan spasme otot dan kontraksi otot pinggang sehingga menurunkan stimulus nyeri.

Salah satu metode distraksi untuk menstimulasi pengeluaran endorphin-enkefalin yang berguna sebagai analgetik internal.

Meningkatkat suplai darah untuk menurunkan iskemia.

Eksplorasi stimulasi eksternal untuk menurunkan stimulus nyeri.

Meningkatkan asupan O2 sehingga menurunkan nyeri sekunder

Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal.

Penegtahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu pengembangan kepatuahan pasien terhadap rencana terapeutik

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.Analgetik memblok lintasan nyeri akan berkurang

Perubahan pola miksi b/d retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder dari iritasi saluran kemih

Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi pasien.

Kriteria evaluasi:

Frekuensi miksi dalam batas 5-8 x/24 jam

Pasien mampu minum 2.000 cc/24 jam dan kooferatif untuk menghindari cairan yang mengiritasi kandung kemih.

IntervensiRasional

Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap 6 jam.Mengetahui pengaruh iritasi kandung kemih dengan frekuensi miksi.

Anjurkan pasien untuk minum 2.000 cc/hariMembantu mempertahankan fungsi ginjal, pemberian air secara oral adalah pilihan terbaik untuk mendukung aliran darah renal dan untuk membilas bakteri dari traktus urinarius

Hindari minum kopi, teh, kola dan alkoholMenurunkan iritasi dengan menghindari minuman yang beresifat mengiritasi saluran kemih.

Kolaborasi

Pemberian medikamentosa

Tindakan ESWL

Tindakan endourologi

Pembedahan terbuka

Terapi medikamentosa di tujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm karena di harapkan dapat keluar sepontan.

Alat ini dapat memecah batu ginjal.

Tindakan invasive minimal untuk memecah batu dan mengeluarkannya melalui alat yang di masukkan ke saluran kemih.

Bedah terbuka pada kondisi pasien yang mengalami batu ginjal di lakukan atas pertimbangan medis.

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik.

Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan asupan nutrisi klien terpenuhi.

Kriteria evaluasi:

Klien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat

Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.

IntervensiRasional

Kaji status nutrisi klien , turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan berat badan , integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapakan pilihan intervensi yang tepat

Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien ( sesuai indikasi ).Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki asupan nutrisi.

Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badansecara periodic (sekali seminggu).Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, serta sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan peroralMenurunkan rasa tak enak karena sisa makanan atau bau obat yang dapat merangsang pusat muntah.

Fasilitasi kllien memperoleh diet sesuai indikasi dan anjurkan menghindari asupan dengan agen iritan.Intek minuman yang mengandung kafein dihidari karena merupakan stimulan system saraf pusat yang meningkatkan aktifitas lambung dan sekresi pepsin.

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energy dan kalori sehubungan dengan status hyper metabolic klien.

Kolaborasi untuk pemberian anti muntah Menuingkatkan rasa nyaman gastrointestinal dan meningkatkan kemampuan asupan nutrisi dan cairan peroral.

Kecemasan b/d prognosis pembedahan , tindakan invasif diagnostic.

Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang dan hilang

Kriteria evaluasi:

Pasien menyatakan kecemasan berkurang,, mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya kooferatif terhadap tindakan dan wajh rileks.

IntervensiRasional

Bantu pasin mengekspresikan perasaan marah.Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya.

Beri dukungan prabedah.Hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan mempengaruhi penerimaan pasien dengan pembedahan.

Hindari komfrontasi.Komfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama dan mungkin memperlambat penyembuhan.

Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahatMengurangi ransangan eksternal yang tidak perlu.

beri kepada pasien untuk mengungkapkan ansietasnyaDapat menghilangkan ketegangan terhadap kehawatiran yang tidak diekspresikan.

Kolaborasi:Berikan anti cemas sesuai indikasi contohnya diazepamMeningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan

Pemenuhan informasi b/d rencana pembedahan, tindakan diagnostic invasive (ESWL), perencanaan pasien pulang.

Tujuan: dalam waktu 1x 24 jam terpenuhinya pengetahuan pasien dan keluarga pasien dengan pembedahan

Kriteria evaluasi:

Pasien dan keluarga mengetahui kapan pembedahan.

Pasien dan keluarga kooferatif pada setiap intervensi keperawatan.

Pasien dan keluarga secara subjectif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk melakukan aturan dan prosedur prabedah yang telah dijelaskan.

Pasien dan keluarga memahami tahap-tahap intraopratif dan pascaanastesi.

Pasien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi intervensi prosedur pascaanastesi atau perencanaan pasien pulang.

Pasien dan keluarga memahami respon pembedahan secara fisiologis dan psikologis.

Secara subjeksif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosional.

IntervensiRasional

Kaji tingkat pengetahuan, sumber informasi yang telah diterima.Menjadi data dasar untuk memberikan pendidikan kesehatan dan mengklarifikasi.

Diskusikan jadwal tindakan jadwal diagnostic invasive (ESWL) dan pembedahan.Pasien dan keluarga harus diberitahu waktu dimulainya tindakan ESWL dan pembedahan.

Diskusikan lamanya pembedahan.Kurang bijaksana bila memberitahukan pasien dan keluarganya tentang lamanya waktu tindakan ESWL dan operasi yang telah dilakukan.

Lakukan pendidikan kesehatan preoperatifManfaat dari instruksi preoperative telah dikenal sejak lama. Setiap pasien diajarkan sebagai seorang individu dengan segala mempertimbangkan segala keunikan asietas kebutuhan dan harapan-harapannya..

Beritahu persiapan pembedahan meliputi: Persiapan intestinal.

Persiapan kulit.

Percukuran area operasi.

Persiapan administrasi dan informed consent.Pembersihan dengan enema atau laktasif mungkin dilakukan pada malam sebelum operasi dan mungkin di ulang jika tidak efektif. Untuk mencegah defekasi selama anastesi.

Untuk mengurangi sumber bakteri tanpa mencedrai kulit.

Pencukuran area dilakukan apabila protocol lembaga atau ahli bedah mengharuskan kulit untuk dicukur.

Pasien sudah menyelesaikan administrasi dan mengetahui secara finansial biaya pembedahan. Pasien sudah mendapat penjelasan dan menandatangani informed consent.

Ajarkan aktivitas pada postoprasi, meliputi:

Latihan napas diafragmaIntervensiUntuk meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum.Rasional

Ajarkan latihan batuk efektif dan gunakan bantal agar mengurangi respon nyeri.Tujuan dalam meningkatkan batuk adalah untuk memobilisasi sekresi sehingga dapat dikeluarkan.

Ajarkan aktivitas pada postoprasi meliputi:

Latihan tungkai.Untuk memperbaiki sirkulasi, untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernapasan yang optimal.

Beritahu pasien dan keluarga kapan pasien sudah bisa dikunjungi.Pasien akan mendapat manfaat bila mengetahui kapan keluarganya dan temannya dapat berkunjung setelah pembedahan.

Evaluasi

1. Penurunan keluhan dan respon nyeri.

2. Terjadi perubahan pola miksi.

3. Peningkatan asupan nutrisi kurang.

4. Penurunan tingkat kecemasan.

5. Terpenuhinya informasi tentang rencana pembedahan, tindakan diagnostic invasive (ESWL), dan perencanaan pasien pulang.DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin arif & Kumala Sari (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan System Perkemihan. Salemba Medika : Jakarta.http://blogkugratis.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan_24.htmlKonsentrasi dan kelarutan pH urine

Pelepasan ADH

Factor mobiltas rutin

Kelalinan metabolic

Pemecahan purin

Pemekatan urine

Perubahan pH

Lamanya Kristal terbentuk dalam urine

Paratiroid

Hormone kalsiterol

kal

Peningkatan absorpsi di usus dan mobilisasi dari tulang

Stagnasi urine

Proses kristalisasi

Hiperkalsimea

Hiperuresemia

Larutan metastabil

Infeksi saluran kemih

Pengendapan batu

Peningkatan filtrasi dan ekskresi zat penghasil batu

Pembentukan batu ginjal

Konsentrasi pembentuk batu

Respon edema

Peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal, serta ureter.

Respon obstruksi

Respon infeksi

Infeksi akibat iritasi batu

Nyeri kolik

Hematuria, piuria

Sering miksi

Nyeri kolik

Hematuria, piuria

Sering miksi

Respon sistemik akibat nyeri kolik (mual muntah anoreksia)

Nyeri akut

Perubahan pola miksi Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Nyeri akut

Perubahan pola miksi Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Pemeriksaan diagnostic prognosis pembedahan respon psikologis

Pemenuhan informasi kecemasan

8