long case uveitis anggi

Upload: m-aprial-darmawan

Post on 04-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Long Case Uveitis Anggi

    1/11

    1

    STATUS PASIEN

    I. IDENTITAS

    Nama : Ny. W

    Umur : 35 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Jl. Warung Asem no. 19 RT/RW 02/04 Rawa Bunga Jatinegara

    Bangsa : Indonesia

    Agama : Islam

    Status : Menikah

    Pendidikan : SMAPekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    No RM : 885810

    II. ANAMNESIS

    Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 29 Juli 2013, jam 13.05 WIB

    di Poliklinik Mata RSUD Budhi Asih.

    Keluhan utama : Mata kiri merah sejak 2 minggu yang lalu.

    Keluhan tambahan : Mata kiri penglihatannya buram dan silau jika melihat cahaya,

    sakit, perih dan berair.

    Riwayat penyakit sekarang :

    Pasien datang ke Poliklinik Mata Budhi Asih dengan keluhan mata kirinya merah

    sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Awalnya , mata kiri merah pada bagian bawah

    lalu meluas pada seluruh mata kiri. Satu minggu kemudian pasien berobat ke puskesma

    dan pasien diberi obat, tapi pasien tidak tahu nama obatnya. Setelah berobat

  • 8/13/2019 Long Case Uveitis Anggi

    2/11

    2

    kepuskesmas, mata kiri merahnya berkurang. Tidak ada keluhan gatal, belekan maupun

    kelopak mata yang terasa lengket. selain itu pasien juga mengeluh rasa perih dan berair

    dimatanya. Rasa perih yang dirasakan pasien sangat tidak enak. Pasien juga mengeluhkan

    adanya rasa sakit pada bagian dalam bola mata dan sekeliling mata. Rasa sakit dirasakan

    hilang timbul dan tidak menjalar. Pasien mengatakan tidak ada rasa pusing, mual maupun

    muntah. Selama sakit mata ini pasien selalu mengucek matanya. Riwayat trauma, operasi

    mata disangkal oleh pasien.

    Selain itu pasien turut mengeluh penglihatan mata kirinya mulai buram sejak 2

    minggu ini. Buram terjadi perlahan-lahan bersamaan dengan keluhan mata merah yang

    dialaminya. Pasien juga mengatakan silau jika melihat di siang hari atau melihat cahaya

    lampu. Keluhan melihat bintik hitam disangkal. Keluhan melihat rambut atau benangyang beterbangan tidak ada. Tidak terdapat keluhan pada mata sebelah kanan.

    Riwayat penyakit dahulu :

    Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat adanya sakit

    mata yang terdahulu juga disangkal. Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi, batuk-batuk

    lama, kencing manis, sakit sendi, asma dan alergi terhadap obat-obatan. Riwayat operasi

    pada mata disangkal.

    Riwayat penyakit keluarga :

    Tidak ada anggota keluarga satu rumah yang mengalami keluhan seperti pasien.

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    A. Status generalis

    Keadaan umum : Tampak sakit ringan

    Kesadaran : Compos mentis

    Tekanan darah : 120/90 mmHg

  • 8/13/2019 Long Case Uveitis Anggi

    3/11

    3

    Frekuensi nadi : 80x/ menit

    Suhu : Afebris

    Pernafasan : 24x/ menit

    B. Status Oftalmologis

    Oculi Dekstra (OD) Oculi Sinistra (OS)

    6/75 CC Visus 6/10 CC

    Ortoforia Kedudukan bola mata Ortoforia

    Pergerakan baik ke segala

    arah, nyeri gerak (-)

    Pergerakan bola mata Pergerakan baik ke segala

    arah, nyeri gerak (-)

    Oedema (-), hiperemis (-),

    entropion (-), ektropion (-),

    trikiasis (-), distikiasis (-)

    Palpebra superior Oedema (+), hiperemis (-

    ), entropion (-), ektropion

    (-), trikiasis (-), distikiasis

    (-)

    Oedema (-), hiperemis (-),

    entropion (-), ektropion (-),

    trikiasis (-), distikiasis (-)

    Palpebra inferior Oedema (-), hiperemis (-

    ), entropion (-), ektropion

    (-), trikiasis (-), distikiasis

    (-)

    Hiperemis (-), folikel (-),

    papil (-), litiasis (-)

    Konjungtiva Tarsalis

    Superior

    Hiperemis (+), folikel (-),

    papil (-), litiasis (-)

    Hiperemis (-), folikel (-),

    papil (-), itiasis (-),

    sekret (-)

    Konjungtiva Tarsalis

    Inferior

    Hiperemis (+), folikel (-),

    papil (-), litiasis (-),

    sekret (-)

    Injeksi silier (-), injeksi

    konjungtiva (-), perdarahan

    subkonjungtiva (-),

    Konjungtiva Bulbi Injeksi silier (+), injeksi

    konjungtiva (+),

    perdarahan

  • 8/13/2019 Long Case Uveitis Anggi

    4/11

    4

    pinguekula (-), pterigium (-) subkonjungtiva (-),

    pinguekula (-), pterigium

    (-)

    Jernih, oedem (-) Kornea Jernih, oedem (-), keratik presipitat (-)

    Dalam, jernih COA Dalam,keruh, sel (+),flare

    (+), hipopion (-)

    Warna coklat, kripti baik Iris Warna coklat, kripti tidak

    jelas, sinekia posterior

    (+)

    Bulat, tepi regular, RCL (+)

    , RCTL (+)

    Pupil Tidak bulat, tepi

    irreguler, RCL (-), RCTL

    (-)

    Jernih, Lensa Jernih, fibrin (+)

    Jernih Vitreous humor Keruh

    Refleks fundus (+), papil

    bulat, batas tegas, pucat (-)

    CD ratio 0,3, arteri : vena =

    3:2, refleks makula (+),

    perdarahan retina (-),

    eksudasi (-).

    Funduskopi Refleks fundus (+), papil

    bulat, batas tegas, pucat

    (-) CD ratio 0,3, arteri :

    vena = 3:2, refleks

    makula (+), perdarahan

    retina (-), eksudasi (-).

    N/palpasi

    10,9 mmHg

    TIO N/palpasi

    7,2 mmHg

    Sama dengan pemeriksa Tes konfrontasi Sama dengan pemeriksa

  • 8/13/2019 Long Case Uveitis Anggi

    5/11

    5

    Gambar oculi dextra Gambar oculi sinistra

    C. Resume

    Ny W, 35 tahun, datang ke Poliklinik Mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan mata

    kirinya merah sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu.. Rasa perih dan mata yang berair juga

    dikeluhkan oleh pasien. Matanya juga dirasakan sakit , terutama di bagian dalam bola matadan sekeliling mata.Pasien turut mengeluh penglihatan mata kirinya mulai buram sejak 2

    minggu ini dan silau saat melihat cahaya yang terang. Riwayat sakit mata sebelumnya

    disangkal. Riwayat hipertensi dan kencing manis disangkal pasien.

    Pada pemeriksaan oftalmologi occuli sinistra (OS) diperoleh visus OS 6/10. Oedem (+)

    pada palpebra superior, hiperemi (+) pada konjungtiva tarsalis superior dan inferior. Pada

    konjungtiva bulbi didapatkan injeksi konjungtiva (+) dan injeksi siliar (+). COA dalam,

    keruh, dengan , sel dan flare (+). Kripti pada iris tidak jelas, sinekia posterior (+). Pupil

    tidak bulat, tepi irregular, RCL (-) RCTL (-). Lensa jernih, fibrin (+), vitreous humour keruh.

    D. Diagnosis

  • 8/13/2019 Long Case Uveitis Anggi

    6/11

    6

    Uveitis Anterior Akut Oculi Sinistra

    E. Penatalaksanaan

    Medikamentosa

    Cendo Xitrol eye drop diberikan 6x gtt OS Sulfas Atropin 1% diberikan 3x gtt OS Cefixime caps 100 mg 2x1 pc selama satu minggu Cataflam tab 25mg 2x1 a.c

    Non medikamentosa

    Edukasi :

    Kontrol kembali 1 minggu ke depan atau jika ada keluhan yang semakin buruk

    Mata jangan dikucek kucek

    Menjaga kesehatan dan kebersihan mata.

  • 8/13/2019 Long Case Uveitis Anggi

    7/11

    7

    F. Pemeriksaan Penunjang

    Dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto fundus mata kiri pasien.

    Dari hasil foto fundus diperoleh hasil : lensa ada pigmen pigmen jadi foto fundus tidak jelas..

    G. Prognosis Ad vitam : Ad bonam Ad fungsionam : Dubia ad bonam Ad sanationam : Dubia ad bonam

    IV. ANALISA KASUS

    Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan, dapat ditegakkan

    diagnosis pada pasien, yaitu Uveitis Akut Oculi Sinistra.

    Diagnosis Uveitis Akut Oculi Sinistra ditegakkan atas dasar:

  • 8/13/2019 Long Case Uveitis Anggi

    8/11

    8

    Anamnesis

    1. Mata merah

    Mata merah terjadi akibat suatu proses peradangan di mana terjadi pelebaran

    pembuluh darah siliar dan konjungtiva.

    2. Penglihatan kabur

    Terjadi karena adanya suatu proses peradangan di iris, COA dan vitreous humor.

    3. Lakrimasi

    Mata yang berair diakibatkan oleh iritasi saraf pada kornea

    4. Mata sakit dan perih

    Rasa sakit dan perih ini disebabkan oleh iritasi saraf siliar bila melihat cahaya dan

    penekanan saraf siliar apabila melihat dekat. Intensitas rasa sakit ini ditentukan oleh beratnya peradangan uvea dan ambang nyeri penderita.

    5. Fotofobia

    Keluhan silau disebabkan oleh spasme siliar.

    Keluhan yang dialami kurang dari 3 bulan dan secara tiba-tiba tanpa pernah terjadi

    keluhan serupa sebelumnya membuat kasus ini termasuk dalam klasifikasi uveitis akut.

    Pemeriksaan oftalmologi:

    1. Visus menurun (6/10)

    Visus menurun pada pasien ini muncul karena kelainan pada media refraksi, yakni

    kekeruhan pada bilik mata depan dan kekeruhan pada badan kaca.

    2. Injeksi konjungtiva dan silier

    Merupakan gambaran pelebaran pembuluh darah siliar di sekitar limbus, berwarna

    keunguan, dan merupakan tanda patognomonik dan gejala dini dari uveitis anterior

    akut. Pada kasus peradangan hebat seperti pasien ini, injeksi konjungtiva dan siliar

    dapat muncul bersamaan karena di antara keduanya terdapat anastomosis.

  • 8/13/2019 Long Case Uveitis Anggi

    9/11

    9

    3. Sel dan flare pada COA

    Radang iris dan badan siliar menyebabkan terganggunya blood-aqueous barrier

    sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam aqueous

    humor. Hal inilah yang menyebabkan munculnya gambaran sel dan flare di

    pemeriksaan dengan slit lamp .

    4. Sinekia posterior

    Adalah perlengketan iris dengan kapsul depan lensa, dapat berbentuk benang atau

    dengan dasar luas dan tebal. Bila luas dapat menutupi pupil, bila seklusi sempurna

    akan memblokade pupil. Sinekia posterior membuat bentuk pupil tidak bulat, tepinya

    tidak rata, dan mengganggu refleks cahaya.

    5. Fibrin pada lensaBerupa gelatin dalam sel, bentuk seperti benang. Terjadi karena adanya proses

    eksudasi akibat reaksi radang.

    6. Kekeruhan vitreous humor

    Perubahan pada badan kaca timbul karena pengelompokan sel, eksudat fibrin dan

    sisa kolagen, di depan atau belakang. Bersifat difus, bentuk seperti benang, dapat

    menetap atau bergerak. Agregasi terutama oleh sel limfosit, plasma dan makrofag.

    Pada penatalaksanaan medikamentosa, diberikan tetes mata Cendo Xitrol sebanyak 6

    kali sehari pada mata kiri. Cendo Xitrol adalah kombinasi antibiotik neomisin sulfat dan

    polimiksin-B sulfat dengan glukokortikoid sintetik deksametason, biasa digunakan untuk

    mengobati infeksi yang sedang berlangsung dan mengatasi inflamasi.

    Pasien turut diberikan sikloplegik; Sulfas Atropin 1% , dengan tujuan untuk relaksasi

    otot-otot iris dan badan silier, sehingga dapat mengurangi nyeri, mempercepat

    penyembuhan, dan mengurangi kongesti pada tempat peradangan. Selain itu, midriatikum

    sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya sinekia, ataupun melepaskan sinekia yang

    telah ada. Selain itu, diberikan NSAID Cataflam 25mg untuk mengurangi peradangan

    dan rasa sakit yang dikeluhkan pasien. Diberikan juga Cefixime 100mg sebagai antibiotik

    untuk mengobati infeksi.

  • 8/13/2019 Long Case Uveitis Anggi

    10/11

    10

    Untuk penatalaksanaan non-medikamentosa, kita harus memberitahu pasien untuk

    melakukan pemeriksaan lanjutan dan control 1 minggu selanjutnya, agar penanganan

    uveitis bisa sembuh dengan baik dan memantau kemajuan pengobatan pasien. Pasien juga

    tidak boleh mnegucek mata dan menjaga kesehatan dan kebersihan mata. Seperti,

    melindungi mata dari air dan debu ,serta idak mengucek mata.

    Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah ad bonam karena fungsi vital pada pasien

    ini masih baik. Prognosis ad fungsionam adalah dubia ad bonam karena pada funduskopi

    tampak normal, sedangkan prognosis ad sanationam pada pasien ini dubia ad bonam

    karena dengan pengobatan yang benar dan ketaatan pasien kontrol secara teratur,

    peradangan ini dapat sembuh.

  • 8/13/2019 Long Case Uveitis Anggi

    11/11

    11

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata . Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2008.

    2. Vaughan, Dale. General Ophtalmology (terjemahan ), Edisi 14. Jakarta: Widya Medika,2000.

    3. Wijaya, Nana. Ilmu Penyakit Mata . Cetakan ke-6. Semarang. Universitas Diponegoro.

    4. Artini W, Hutauruk J, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta : Badan Penerbit

    FKUI. 2011.