lo kebakaran blok 21.docx

24
TUTORIAL LEARNING OBJECTIVE “KEBAKARAN DISUSUN OLEH : Nama Mahasiswa : Gusti Ayu Ratna Handayani Stambuk : G 501 10 023 Kelompok : 4 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Upload: william-bunga-datu

Post on 28-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ayu

TRANSCRIPT

Page 1: LO kebakaran blok 21.docx

TUTORIAL

LEARNING OBJECTIVE

“KEBAKARAN “

DISUSUN OLEH :

Nama Mahasiswa : Gusti Ayu Ratna HandayaniStambuk : G 501 10 023Kelompok : 4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKOPALU2014

Page 2: LO kebakaran blok 21.docx

Step 1

1. Cafillary refill time adalah waktu yang diperlukan darah kembali mengisi kapiler, di tes pada ujung kuku. Normal jika kembali dalam 2 detik, jika >2 detik tanda dehidrasi

2. vulnus laceratum adalah luka robek karena benda tumpul, tepi luka tidak rata, hematoma3. deformitas angularis adalah bengok4. eritem adalah bercak kemerahan karena vasodilatasi pembuluh darah5. vesikel adalah berisi serosa dengn ukuran < 1 cm6. Bula adalah berisi serosa dengan ukuran >1 cm7. Traumatology adalah ilmu yang mempelajari tentang cedera, luka, serta hubungannya

dengan kekerasan. 8. pulsasi adalah denyut nadi

Step 2

1. Penyebab batuk dahak berwarna hitam?

2. Derajat luka bakar dan pada skenario derajat ke berapa?

3. Penanganan luka bakar : cara menghitung cairan yang dibutuhkan

4. Apa fungsi dari cafillary refill tie? Efeknya jika melambat?

5. Jenis trauma dan kaitannya dengan skenario

6. Jenis fraktur dan kaitannya dengan skenario

7. Jenis luka dan kaitannya dengan skenario

8. Pemeriksaan klinis (anamnesis, pemfism, dan penunjang)

9. Penatalaksanaan trauma, fraktur diskenario?

10. Penanganan awal perdarahan?

11. Penanganan pertama untuk skenario? Dari seknian banyak kasus yang diskenario?

12. Prognosis luka bakar

13. Proses penyembuhan luka

14. SKDUI luka bakar ? perlu rujuk? Bagaimana merujuk?

Step 3 dan 4

2. Menilai luka bakar berdasarkan :

a. luas

b. kedalaman:

Page 3: LO kebakaran blok 21.docx

- superficial : hanya terkena pada epidermis, tanda : eritema & nyeri

- Profunda : sampai ke retikuler

- Profunda lebih dalam : sampai ke otot dan tulang

Keparahan : a. Minor, luas permukaan <12%

b. moderat : 15-25%

c. Major : >25%

Skenario : major karena luka bakar sampai fraktur dan sudah kena muka

- Penilaian derajat luka 1. grade 1 : luka bakar superficial -> permukaan kulit/ epidermis, kemerahan, nyeri

sedang, edema2. grade 2 :- superficial partial thickness : luka bakar pada epidermis dan dermis

sedikit, kulit kemerahan, edema, nyeri, dan, bulla, luka sembuh sendiri <3minggu

- deep partial thickness : meliputi epidermis dan dermis, nyeri, bulla vesikel, kemerahan/ bercak merah pada kulit, penyembuhan luka 3-9 minggu

3. grade 3 : terjadi kerusakan kulit yang permanen, rasa nyeri tidak sama dengan derajat 1 dan 2, ujung saraf sudah mulai hancur, sudah sampai otot, lemak,dan tulang.

4. grade 4 : total berwarna hitam

- penilaian derajat luka (role of nine) : muka 9%, leher 9%, dada bag depan 9%, bagian abdominal 9%, dada belakang 9%, bokong 9 %, ekstremitas atas kanan dan kiri 9% dan 9%, ekstremitas bawah kanan kiri 9% dan 9%, genital 1%,. Skenario luasnya : 27% karena yang terbakar muka, dada, dan perut. Dan derajat 2.

5. jenis trauma

1. trauma mekanik : benda tajam, tumpul, dan senjata api

2. trauma fisika : suhu, listrik/ petir, perubahan tekanan udara, akustik, dan radiasi

3. trauma kimia : asam dan basa kuat. Asam menandakan luka basah, dan basa menandakan luka kering karena penetrasi luka lebih dalam.

Skenario : trauma mekanik karena benda tumpul dan trauma fisika karena suhu dan radiasi.

Trauma tumpul : memar, abrasi (vulnus excoriasi), senjata api (bekar tembakan peluru, zona lecet, kelim -> minyak berasal dari senapan, kelim api :tampakan seperti luka bakar)

Page 4: LO kebakaran blok 21.docx

Trauma benda tajam : iris dan bacok. Jika iris panjang luka > dalam, sedangkan bacok dalam > luka. Teratur no hematoma, tidak ada jembatan jaringan. Ciri khas luka : 1 bentuk sepetti huruf V, dan satu sisi rata. Benda yang digunakan pisau bermata 2 (sisi dua”nya tajam).

Suhu : panas > 40/ 50/ 60oC, dingin jika <35oC

Luka karena listrik :luka masuk : kontak langsung dengan sumber listrik, luka keluar : luka dengan tanah

Radiasi : gel. Elektromagnetik : orang tidak secara langsung terpapar dari sumber panas.

Luka tusuk : dalam > panjang

Luka berdasarkan terajat kontaminasi :

1. luka bersih : no infeksi dan inflamasi, infeksi kemungkinan terjadi 1-5%2. luka bersih terkontaminasi: luka pembedahan dimana sal. Pernapasan, pencernaan, dan

urinalisis terkontrol. Kemungkinan infeksi 11-13%3. luka kontaminasi : luka yang berpotensi terjadi infeksi sal. Pernapasan , pencernaan,

dan urinalisis. Ditemukan pada luka terbuka karena trauma/ kecelakaan. 4. luka kotor : luka lama (luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati). Tanda

infeksi: cairan purulent.

13. proses penyembuhan luka

1. fase inflamasi : trombosit akan berdegranulasi akan mengeluarkan tromboxan dan as. Amino. Tromboxan dan as. Amino akan terjadi vasokonstriksi, permeabilitas darah meningkat-> radang, panas, nyeri. Berlangsung 1-5 hari.

2. fase fibroblast : fibroblas berdegranulasiakan mengeluarkan serat kolagen tepi luka nanti akan disatukan. Berlangsung 5- akhor 2 minggu

3. fase re-modelling : berbulan-bulan. Fase ini berkahir jika tanda radang sudah hilang.

- cara penyembuhan luka :

1. primer : dibantu oleh jahitan

2. sanatio primum : tidak dibantu oleh apapun. Hanya dengan proses hemostasis.

9. penatalaksanaan :

Batuk hitam : intubasi endotracheal , luka dibersihkan secara aseptik, jika ada vesikel dipecahkan -> diperban (diganti 4-8 hari), basah (diganti lagi).Luka bakar >20% syok primer.garam oralit 24-48 jam . >48 jam diganti air mineral

3. Formula porkland

Page 5: LO kebakaran blok 21.docx

Luas luka bakar x BBx 4ml. 8jam pertama ½ cairan selanjutnya ½ cairan lainnya 16 jam pertama

Step 5

Learning Objective

Step 6

Belajar Mandiri

Step 7

1. Penyebab batuk dengan dahak berwarna hitamPada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi diwajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terhirup. Udema laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.(De Jong, 2010)

2. Fungsi melihat capillary refill time dan interpretasinya bila melambatCRT merupakan tes cepat yang dilakukan pada kuku. Tes ini digunakan untuk memonitoring dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan. Tekanan diterapkan pada kuku sampai berubah putih. Hal ini menunjukkan bahwa darah telah dipaksa keluar dari jaringan. Hal ini disebut blanching. Setelah jaringan telah pucat, tekanan akan dilepaskan. Sementara pasien memegang tangannya di atas jantung, penyedia layanan kesehatan mengukur waktu yang dibutuhkan darah untuk kembali ke jaringan. Kembalinya darah ditandai dengan kuku kembali berwarna pink.Jaringan membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. Oksigen dibawa ke berbagai bagian tubuh oleh darah (vaskular). Tes ini mengukur seberapa baik sistem vaskular bekerja di tangan dan kaki atau bagian-bagian tubuh yang terjauh dari jantung. Jika terdapat aliran darah ke kuku, warna pink harus kembali dalam waktu kurang dari 2 detik setelah tekanan dilepaskan.CRT lebih dari 2 detik dapat mengindikasikan :a. Dehidrasib. Syokc. Hipotermiad. Peripheral vascular disease (PVD)

(Dugate,2014)

3. Jenis – jenis frakturJenis fraktur menurut Apley dan Solomon, 1995:a. Fraktur lengkap

Tulang benar – benar patah menjadi dua fragmen atau lebih. Kalau fraktur bersifat melintang, fragmen itu biasanya tetap di tempatnya setelah reduksi; kalau bersifat oblik atau spiral , fraktur cenderung bergeser dan berpindah lagi sekalipun tulang itu

Page 6: LO kebakaran blok 21.docx

dibebat. Pada fraktur impaksi fragmen-fragmen terikat erat bersama-sama dan garis fraktur itu tak jelas. Fraktur kominutif adalah fraktur dengan lebih dari dua fragmen; karena ikatan sambungan pada permukaan fraktur tidak baik, lesi ini sering tidak stabil.

b. Fraktur tidak lengkapDalam keadaan ini tulang terpisah secara tidak lengkap dan periosteum tetap menyatu. Pada fraktur greenstick tulang bengkok atau melengkung (seperti ranting hijau yang dipatahkan); ini ditemukan pada anak-anak, yang tulangnya lebih elastis daripada tulang orang dewasa. Reduksi biasanya muah dan penyembuhannya cepat. Fraktur kompresi terjadi bila tulang yang berespon mengerut. Ini terjadi pada orang dewasa, terutama dalam badan vertebra. Kalau tidak dioperasi seketika itu, reduksi tidak dapat dilakukan dan tidak dapat dihindari adanya deformitas sisa.

Jenis –jenis fraktur menurut De Jong, 2011 :Secara klinis, fraktur dibagi menurut ada tidaknya hubungan patahan tulang dengan dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur terbuka memungkinkan masuknya kuman dari luar ke dalam luka. Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan fraktur yang terjadi.Derajat fraktur terbuka :

Derajat Luka FrakturI Laserasi < 1cm kerusakan

jaringan tidak berarti relatif bersih Sederhana, dislokasi fragmen minimal

II Laserasi > 1 cm tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi ada kontaminasi

Dislokasi fragmen jelas

III Luka lebar dan rusak hebat , atau hilangnya jaringan disekitarnya kontaminasi hebat.

Kominutif,segmental, fragmen tulang ada yang hilang

Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur komplet atau inkomplet (termasuk fisura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral, kompresi, simpel, kominutif, segmental, kupu-kupu, dan impaksi (termasuk impresi dan inklavasi). Menurut lokasi patahan di tulang, fraktur dibagi menjadi fraktur epifisis , metafisis, dan diafisis.

Sedangkan dislokasi atau berpindahnya ujung tulang yang patah disebabkan oleh berbagai kekuatan, seperti cedera, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Karena pada anak-anak masih ada lempeng pertumbuhan (lempeng epifisis), dapat terjadi fraktur pada lempeng epifisis yang oleh Salter-Harris dibagi menjadi lima tipe :

a. Pada tipe I : terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya patah tulang. Sel-sel pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur ini terjadi akibat adanya adanya gaya potong (shearing force) pada bayi lahir atau

Page 7: LO kebakaran blok 21.docx

anak-anak kecil. Fraktur ini cukup diatasi dengan reduksi tertutup karena masih ada perlekatan periosteum yang intak. Prognosis biasanya baik bila direposisi dengan cepat.

b. Fraktur epifisis tipe II merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Pada tipe ini, garis fraktur berjalan di sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis sehingga membentuk suatu fragmen metafisis seperti segitiga yang disebut tanda Thurston-Holland. Sel –sel pertumbuhan pada lempeng epifisis juga masih melekat. Trauma yang menghasilkan jenis fraktur ini biasanya adalah trauma bergaya potong dan bengkok pada anak-anak yang lebih tua. Periosteum mengalami robekan pada daerah konveks tetapi tetap utuh pada daerah konkaf. Reposisi secepatnya tidak begitu sulit dilakukan. Bila reposisi terlambat, harus dilakukan pembedahan. Prognosis fraktur epifisis tipe II baik , kecuali jika terjadi kerusakan pembuluh darah.

c. Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garis fraktur berjalan dari permukaan sendi menerobos lempeng epifisis lalu memotong sepanjang garis lempeng epifisis. Jenis fraktur intra-artikuler ini biasanya ditemukan pada epifisis os tibia bagian distal. Karena intraartikuer , fraktur ini harus direduksi secara akurat. Sebaiknya dilakukan operasi terbuka dan fiksasi interna dengan pin.

d. Fraktur lempeng epifisis tipe IV juga merupakan fraktur intra-artikuler yang garis frakturnya menerobos permukaan sendi ke epifisis, ke lapisan lempeng epifisis , hingga kesebagian metafisis. Pengobatannya adalah reduksi terbuka dan fiksasi interna karena fraktur tidak stabil akibat tarikan otot. Prognosisnya jelek bila reduksi tidak dilakukan dengan baik.

e. Fraktur lempeng episisis tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang diteruskan ke lempeng epifisis . Biasanya terjadi di daerah sendi penopang badan, yaitu sendi pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosis fraktur jenis ini sulit karena secara radiologi tidak tampak kelainan. Prognosis jelek karena dapat terjadi kerusakan sebagian atau seluruh lempeng pertumbuhan.

4. Pemeriksaan klinisa. Pemeriksaan pada fraktur

Anamnesis : bilamana tidak ada trauma berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci jenisnya, besar-ringannya trauma, arah trauma dan posisi penderita atau ekstremitas yang bersangkutan. Dari anamnesa dapat diduga : (kemungkinan poitrauma; kemungkinan fraktur multiple; kemungkinan fraktur tertentu misal fraktur colles, fraktur femur,dll); pada anamnesa ada nyeri tetapi bisa tidak jelas pada fraktur inkomplit; ada gangguan fungsi). (FKUI,2008)

Pemeriksaan umum : dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya: syok pada fraktur multiple, tanda sepsis pada fraktur terbuka terinfeksi. Bisa juga dengan melihat tanda – tanda fraktur klasik seperti:1. Look

Penonjolan yang abnormalAngulasi

Page 8: LO kebakaran blok 21.docx

RotasiPemendekanHilangnya fungsi(FKUI,2008)

2. FeelTerdapat nyeri tekan (FKUI,2008)

3. MoveKrepitasi: terasa krepitasi bila fraktur digerakkanNyeri bila digerakkan(FKUI,2008)Memeriksa seberapa jauh gangguan fungsi, gerakkan yang tidak mampu dilakukan, range of motion dan kekuatan.Gerakan yang tidak normal: gerakan yang terjadi tidak pada sendi seperti pertengahan femur dapat digerakkan. Ini merupaka bukti paling penting adanya fraktur. (FKUI,2008)

Pemeriksaan RadiologisUntuk fraktur dengan tanda – tanda klasik, diagnosis dapat dibuat secara klinis sedangkan pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. (FKUI,2008)Untuk fraktur yang tidak menunjukan tanda klasik memang membutuhkan pemeriksaan radiologis, baik rontgen biasa ataupun pemeriksaan canggih seperti MRI, misalnya untuk fraktur tulang belakang dengan komplikasi neurologis. Foto rontgen minimal harus dua proyeksi yaitu AP dan letaral. AP dan lateral harus benar – benar AP dan lateral. Posis yang salah akan memberikan interpretasi yang salah. (FKUI,2008)

b. Pemeriksaan pada luka bakar Anamnesis

Anamnesis riwayat trauma sangat penting dalam penanganan pasien luka bakar. Sewaktu menyelamatkan diridari tempat kebakaran, mungkin terjadi cedera penyerta. Ledakan dapat melemparkan pasien, mengakibatkan misalnya cedera kepala, jantung,paru-paru, trauma abdomen dan fraktur. Catat waktu terjadinya trauma. Luka bakar yang terjadi pada ruangan tertutup harus dicurigai terjadinya trauma inhalasi. (American College of Surgeon, 2004)Anamnesis dari pasien sendiri atau keluarga, hendaknya juga mencakup riwayat singkat penyakit-penyakit yang diderita sekarang(seperti misalnya diabetes, hipertensi, jantung, paru-paru dan/atau ginjal) dan obat yang sedang dipakai untuk terapi. Penting pula diketahui riwayat alergi dan status imunisasi tetanus. (American College of Surgeon, 2004)

Luas luka bakarRule of nine merupakan cara praktis untuk menentukan luas luka bakar. Tubuh manusia dewasa dibagi menurut pembagian anatomis yang bernilai 9% atau kelipatan dari 9% dari keseluruhan luas tubuh. Berbeda dengan orang dewasa, kepala bayi dan anak merupakan bagian terbesar dari luas permukaan tubuh, sedangkan ekstremitas bawah merupakan bagian yang lebih kecil. Persentase

Page 9: LO kebakaran blok 21.docx

luas permukaan kepala anakadalah dua kali orang dewasa. Untuk luka bakar yang distribusinya tersebar, rumus luas permukaan telapak tangan (termasuk jari-jari) pasien sama dengan 1% luas permukaan tubuhnya dapat membantu memperkirakan luasnya luka bakar. (American College of Surgeon, 2004)

Kedalaman luka bakarKedalaman luka bakar penting untuk menilai beratnya luka bakar, merencanakan perawatan luka bakar, dan memprediksi hasil dari segi fungsional maupun kosmetik. (American College of Surgeon, 2004)Luka bakar derajat I ditandai dengan adanya eritema , nyeri dan tidak ada bulla. Karena tidak berbahaya dan tidak memerlukan pemberian cairan intravena.Luka bakar derajat II atau partial thickness burns ditandai dengan warna kemerahan atau campuran disertai pembengakakandan bulla. Permukaan basah, berair serta nyeri hebat meskipun hanya tersapu aliran udara.Luka bakar derajat III atau full- thickness burns menyebabkan luka kehitaman dan kak. Warna kulit bisa terlihat putih seperti lilin , merah sampai kehitaman. Warna merah ini tidak berubah menjadi pucat dengan penekanan, tidak merasa nyeri dan kering.

Pemeriksaan fisikTentukan luas dan dalamnya luka bakar, periksa apakan ada cedera penyerta, timbang berat badan pasien. (American College of Surgeon, 2004)

Pemeriksaan penunjangAmbil contoh darah untuk pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, dan cross match, kadar karboksihemoglobin, gula darah, elektrolit, dan tes kehamilan pada wanita usia subur. Darah arteri juga diambil untuk analisa gas darah. (American College of Surgeon, 2004)Pemeriksaan foto toraks bisa dilakukan secara seri beberapa kali bila diperlukan, sedangakan pemeriksaan radiologi lain dilakukan bila dicurigai adanya cedera ikutan. (American College of Surgeon, 2004)

5. Penatalaksanaan trauma (fraktur dan luka)a. Penatalaksanaan luka bakar (De Jong, 2011)

1) Mematikan api pada tubuh (menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala)

2) Merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya 15 menit. Upaya pendinginan ini dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan proses koagulasi proteinsel di karingan yang terpajan suhu tinggi. Merendam bagian yang terbakar selama 15 menit bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.

3) Pada luka bakar ringan, prinsip penanganana utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawt secara tertutup atau terbuka.

Page 10: LO kebakaran blok 21.docx

4) Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti luka bakar ringan, kalau perlu dilakukan resusitasi segera penderita menunjukan gejala syok.bila menunjukan gejala terbakarnya jalan napas diberikan campuran udara lembab dan oksigen. Kalau terjadi edema laring , dipasang pipa endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi membebaskan jalan napas, mengurangi ruang mati, dan memudahkan pembersihan jalan napas dari lendir dan kotoran.bila ada dugaan keracunan CO, segera berikan oksigen murni.

5) Pemberian cairan intravenaAda beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan. Cara Evans adalah sebagai berikut : 1) luas luka dalam persen x BB dalam kg

menjadi mL NaCl per 24 jam; 2) luas luka dalam persen x BB dalam Kg menjadi mL plasma per 24 jam. Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edema. Plasma diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang keluar, 3) sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2000 cc glukosa 5% per 24 jam.

Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter, yaitu luas luka bakar dalam persen x BB dalam Kg x 4mL larutan Ringer (kristaloid).

Intinya, status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya 1000-1500 mL/24 jam atau 1 Ml/KgBB/jam dan 3 mL/kgBB/jam pada pasien anak. Yang penting juga adalah pengamatan apakah sirkulasi normal atau tidak.

6) Obat-obatanAntibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap Pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui IV dalam dosis serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa disertai hipotensi. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa toksoid.

7) Nutrisi Minuman diberikan pada penerita luka bakar

Segera setelah peristalsis menjadi normalSebanyak 25 ml/KgBB/hariSampai diuresis sekurang-kurangnya mencapai 30 ml/jam

Makanan diberikan per oral pada penderita luka bakarSegera setelah dapat minum tanpa kesulitanSedapat mungkin 2500 kalori/hari

Page 11: LO kebakaran blok 21.docx

Sedapat mungkin mengandung 100-150 gr protein/hari Sebagai tambahan diberikan setiap hari :

Vitamin A,B dan DVitamin C 500 mgFe sulfat 500 mgMukoprotektor

8) Penanganan lokalPada luka yang lebih dalam yang lebih dalam perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringan kulit yang mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai sampai mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup. Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine (bakteriostatik) dan yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment) Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle). Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras argenti 0,5%.

9) Terapi bedah Misalnya pemotongan eskar atau eskarotomi.

b. Penatalaksanaan fraktur (De Jong, 2011)Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). 1) Cara pertama penanganan adalah proteksi saja tanpa reposisi dan imobilisasi.

Pada fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau tidak akan menyebabkan cacat dikemudian hari, cukup dilakukan dengan proteksi saja, misalnya dengan mengenakan mitela atau sling.

2) Cara kedua ialah dengan imobilisai luar tanpa reposisi,tetapi tetap diperlukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting.

3) Cara ketiga berupa reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi. Ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti, seperti pada patah tulang radius distal.

4) Cara keempat berupa reposisi dengan traksi terus menerus selama masa tertentu, lalu iikuti dengan imobilisasi. Hal ini dilakukan pada patah tulang yang apabila direposisi akan terdislokasi kembali di dalam gips, biasanya pada fraktur yang dikelilingi oleh otot yang kuat seperti pada fraktur femur.

5) Cara kelima berupa reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar. Fiksasi fragmen fraktur menggunakan pin baja yang ditusukan pada fragmen tulang, kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam di luar kulit. Alat ini dinamakan fikator eksterna.

6) Cara keenam berupa reposisi secara nonoperatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara operatif , misalnya reposisi fraktur kolum femur.

Page 12: LO kebakaran blok 21.docx

7) Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna. Cara ini disebut juga sebagai reduksi terbuka fiksasi interna (open reduction internal fixation, ORIF).

8) Cara terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan prostetis , yang dilakukan pada patah tulang kolum femur. Kaput femur dibuang secara operatif lalu diganti dengan prostetis.

Khusus untuk fraktur terbuka, perlu diperhatikan bahaya terjadinya infeksi. Pencegahan harus dilakukan sejak awal pasien masuk rumah sakit, yaitu debridemen yang adekuat dan pemberian antibiotik profilaksis serta imunisasi tetanus.

6. Penanganan awal perdarahanPerdarahan terbuka pada arteri memerlukan penatalaksanaan yang sangat mendesak, yang merupakan tindakan penting kedua setelah tindakan pemeliharaan jalan napas. Penekanan langsung pada bagian perdarahan serta meninggikannya lebih tinggi dari daerah tubuh yang lain seringkali merupakan seluruh tindakan yang diperlukan untuk menghentikan perdarahan damlam jangka pendek. (Morison, 2004)

7. Prognosis luka bakar (Kartohatmodjo, 2007)Prognosis luka bakar tergantung pada :a. Derajat luka bakarb. Luas permukaanc. Daerah yang terkena (perineum, ketiak, leher,dan tangan karena sulit perawatannya

dan mudah kontraktur)d. Usia dan kesehatan penderita

8. Peran dokter umum dalam kasus trauma (SKDUI dan cara merujuk)a. Kriteria rujukan luka bakar (American College of Surgeon, 2004)

Menurut american burn association luka bakar yang perlu dirujuk ke pusat luka bakar adalah sebagai berikut :1) Luka bakar derajat II dan III lebih dari 10% luas permukaan tubuh pada pasien

yang berumur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun.2) Luka bakar derajat II dan III lebih dari 20% diluar usia tersebut di atas. 3) Luka bakar derajat II dan III yang mengenal wajah, mata, telinga, tangan, kaki,

genitalia, atau perineum atau yang mengenai kulit sendi-sendi utama4) Luka bakar derajat III lebih dari 5%luas permukaan tubuh pada semua umur5) Luka bakar listrik, termasuk tersambar petir (kerusakan jaringan bawah kulit

hebat dan menyebabkan gagal ginjal akut serta komplikasi lain).6) Luka bakar kimia7) Trauma inhalasi8) Luka bakar pada pasien yang karena penyakit yang sedang dideritanya dapat

mempersulit penanganan, memperpanjang pemulihan, atau dapat mengakibatkan kematian

Page 13: LO kebakaran blok 21.docx

9) Luka bakar dengan cedera penyerta menambah resiko morbiditas dan mortalitas, ditangani dahulu di UGD sampai stabil, baru dirujuk ke pusat luka bakar.

10) Anak-anak dengan luka bakar yang dirawat di rumah sakit tanpa petugas dan peralatan yang memadai , dirujuk kepusat luka bakar.

11) Pasien luka bakar yang memerlukan penanganan khusus seperti penanganan sosial , emosional, atau yang rehabilitasinya lama, termasuk adanya tindakan kekerasan pada anak atau anak yang ditelantarkan.

b. Kriteria rujukan fraktur (American College of Surgeon, 2004)Kriteria rujukan antar rumah sakit pada gangguan ekstremitas :1) Traumatik amputasi yang mungkin masih dapat dilakukan reimplantasi2) Fraktur : intraartikular yang rumit3) Crush injury yang berat4) Iskemia

Page 14: LO kebakaran blok 21.docx

Standar Kompetensi Dokter Indonesia (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012)

a. sistem mukoloskeletal

Page 15: LO kebakaran blok 21.docx

b. sistem integumentum

Tingkat kemampuan yang harus dicapai:a. Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan

Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

b. Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujukLulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

c. Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk 3A. Bukan gawat darurat

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

3B. Gawat daruratLulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

d. Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntasLulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas. 4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter 4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

Dengan demikian didalam Daftar Penyakit ini level kompetensi tertinggi adalah 4A

Page 16: LO kebakaran blok 21.docx

Referensi :

American College of Surgeon 2004, Advanced Trauma Life Support for Doctors Eighth

Edition, Dragonfly Media Group, United States of America.

Apley, A.G dan Solomon, L 1995, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley Edisi

Ketujuh, Widya Medika, Jakarta.

De Jong, Sjamsuhidajat et al 2011, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, EGC, Jakarta.

Dugate, D.C 2014, ‘Capillary Nail Refill Test’, Midline Plus, Page 1, Viewed 23 April

2014, from : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003394.htm

Kartohatmodjo, S 2007, Luka Bakar (Combustio), page 1-22, Viewed on 23 April 2014,

From http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Ilmu %20Kedokteran%20T

erintegrasi%20-%20PBL/Materi%20PBL%20IIa%202007-2008/luka%20bakar%20 akut

%20text.pdf

Konsil Kedokteran Indonesia 2012, Standar Kompetensi Dokter Indonesia, Konsil

Kedokteran Indonesia, Jakarta.

Morison, M.J 2004, Manajemen Luka, EGC, Jakarta.

Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Indonesia 2008, Kumpulan Kuliah

Ilmu Bedah, Binarupa Aksara Publisher, Jakarta.