lll
DESCRIPTION
ADASDTRANSCRIPT
REFERAT
ILMU KESEHATAN ANAK
ANEMIA HEMOLITIK PADA ANAK
PEMBIMBING:
dr. Henny Komalia, Sp.A
Disusun oleh:
Widyasari 406148011
Suzan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Sentra Medika, Depok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
2015
LEMBAR PENGESAHAN REFERAT
ANEMIA HEMOLITIK PADA ANAK
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Widyasari – 406148011
Suzan -
Telah dipresentasikan tanggal: ...................................
Kepala SMF Pembimbing Referat
dr. Ava Lanny Kawilarang,Sp.A dr. Henny Komalia, Sp.A
Depok, Oktober 2015
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Sentra Medika, Depok
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmatnya dan karuniaNya referat yang berjudul “Anemia Hemolitik pada Anak” ini dapat
diselesaikan pada waktunya. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan
klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di Rumah Sakit
Sentra Medika, Depok
Penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada dr. Ava Lanny
Kawilarang, Sp.A , dr. Henny Komalia,Sp.A , dr. Harmon Mawardi, Sp.A dan dr. Indra
Sugiarno,Sp.A serta perawat yang bertugas di Poliklinik dan Bangsal Anak di RS Sentra
Medika, depok , atas bantuan dan bimbingannya, serta kepada semua pihak yang turut
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan referat ini.
Dalam penyusunan referat ini, penulis berusaha mendapatkan informai dan referensi
dari buku ajar yang berhubungan dengan tema referat ini. Adapun demikian penulis
menyadari masih banyak kekurangan dari referat ini, baik dari segi penulisan maupun segi
isi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis berharap referat ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
Jakarta, Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I. PENDAHULUAN 5
BAB II. PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia secara umum didefinisikan sebagai berkurangnya volume eritrosit atau
konsentrasi hemoglobin.1 Anemia bukan suatu keadaan spesifik, melainkan dapat disebabkan oleh bermacam-macam reaksi patologis dan fisiologis. Anemia ringan hingga sedang mungkin tidak menimbulkan gejala objektif, namun dapat berlanjut ke keadaan anemia berat dengan gejala-gejala keletihan, takipnea, napas pendek saat
beraktivitas, takikardia, dilatasi jantung, dan gagal jantung.2,3
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia; diperkirakan
terdapat pada 43% anak-anak usia kurang dari 4 tahun.4 Survei Nasional di Indonesia (1992) mendapatkan bahwa 56% anak di bawah umur 5 tahun menderita anemia, pada survei tahun 1995 ditemukan 41% anak di bawah 5 tahun dan 24-35%
dari anak sekolah menderita anemia.5 Gejala yang samar pada anemia ringan hingga sedang menyulitkan deteksi sehingga sering terlambat ditanggulangi. Keadaan ini
berkaitan erat dengan meningkatnya risiko kematian pada anak.3
Tujuan pembuatan tinjauan pustaka ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang kelainan hidung, salah satunya adalah deviasi septum, sehingga dapat mendeteksi, diagnosis dan penatalaksanaan yang baik dan juga untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik senior di departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan dan Bedah Kepala Leher. Dalam tinjauan pustaka ini dibahas tentang definisi, etiologi, insidens, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, dan terapi dari deviasi septum
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Memberikan informasi kepada dokter maupun tenaga kesehatan tentang deviasi
septum serta berbagai hal lain yang berhubungan dengan penyakit ini
2. Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit deviasi septum
3. Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian atau hal
lain yang ada kaitannya dengan penyakit ini
SEL DARAH MERAH
1. Struktur Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein dalam sel merah yang membawa oksigen dari
paru-paru ke jaringan tubuh dan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru. Hemoglobin
terdiri dari empat molekul protein (globiln rantai) yang terhubung bersama –sama.
Hemoglobin dewasa normal (Hbg) molekul mengandung rantai 2-globulin alfa dan 2 rantai
beta globulin.Pada janin dan bayi hanya ada beberapa rantai beta dan molekul hemoglobin
terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma.Saat bayi tumbuh, rantai gamma secara bertahap
diganti dengan rantai beta. Setiap rantai globulin berisi struktur pusat penting yang disebut
molekul heme.Tertanam didalam molekul heme adalah besi yang mengankut oksigen dan
karbon dioksida dalam darah.Besi yang terkandung dalam hemoglobin juga
bertanggungjawan untuk warna darah merah.Hemoglobin juga memainkan peran penting
dalam mempertahankan bentuk sel dara merah.Struktur hemoglobin abnormal bias
mengganggu pembuluh darah.
Gambar 1: struktur hemoglobin
2. Proses eritropoeisis
Setiap orang memproduksi sekitar 1012 eritrosit baru tiap hari melalui proses
eritropoesis yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoesis berjalan daris el induk
melalui sel progenitor CFUGEMM (unit pembentuk koloni granulosit eritrosit, monosist dan
megakaryosit), BFUE (unit pembetuk letusan eritroid) dan CFU eritroid yang menjadi
precursor eritrosit dan dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang yaitu pronormoblas.
Pronormoblas adalah sel besar denga sitoplasma biru tua dengan inti di tengah dan nucleoli
serta kromatin yang sedikit menggumpal. Pronormoblas menyebabkan terbentuknya satu
rangkaian normoblas yang semakin kecil melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini
juga mengandung hemoglobin yang makin banyak dalam sitoplasma , warna sitoplasma biru
pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan apparatus yang mensintesis protein, sedangkan
kromatin initi menjadi semakin padat. Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas dan
kemudian berlanjut di dalam sumsum tulang dan menghasilkan retikulosit yang masih
mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu mensistesis hemoglobin. Sel ini sedikit
lebih besar daripada eritrosit matur berada selama 1 – 2 hari dalam sumsum tulang dan juga
beredar di darah tepi selama 1 – 2 hari sebelum menjadi matur, terutama berada di limpa, saat
RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda seluruhnya memiliki bentuk
cakram bikonkaf tak berinti.Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel
darah merah berinti ( normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoesis terjadi diluar
sumsum tulang ( eritropoesis ekstramedullar) dan juga terdapat pada beberapa penyakit
sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia normal.Prekurosr
eritrosit paling awal adalah proeritroblas. Sel ini relative lebih besar dengan garis tengah 12
µm sampai 15 µm. Kromatin dalam intinya yang bulat besar tampak berupa granula halus
dan biasanya terdapat dua nukleolus nyata. Sitoplasmanya jelas basofilik. Sementara
proeritroblas berkembang, jumlah ribosom dan polisom yang tersebar merata makin
bertambah dan lebih menonjolkan basofilianya
Turunan proeritroblas disebut eritroblas basofilik.Sel ini agak lebih kecil daripada
proeritroblas.Intinya yang lebih bulat lebih kecil dan kromatinnya lebih padat.Sitoplasmanya
bersifat basofilik merata karena banyak polisom, tempat pembuatan rantai globin untuk
hemoglobin.Sel pada tahap perkembangan eritroid disebut eritroblas polikromatofilik.Warna
prokrormatofilik yang tampak terjadi akibat polisom menangkap zat warna basa pada pulasan
darah, sementara hemoglobin yang dihasilkan mengambil eosin.Inti eritroblas
prokromatofilik seidkit lebih kecil daripada inti eritroblas basofilik dan granula kromatinnya
yang kasar berkumpul sehingga mengakibatkan inti tampak sangat basofilik.Pada tahap ini
tidak tampak anak inti. Eritroblas polikromatofilik merupakan sel paling akhir pada seri
eritroid yang akan membelah.
Pada tahap pematangan berikutnya disebut dengan normoblas inti yang terpulas gelap
mengecil dan piknotik.Inti ini secara aktif dikeluarkan sewaktu sitoplasmanya masih agak
polikromatofilik, dan terbentuklah eritrosit polikromatofilik.Eritrosit polikromatofilik lebih
mudah dikenali sebagai retikulosit dengan polisom yang masih terdapat dalam sitoplasma
berupa retikulum.
Gambar 2: proses eritropoiesis
ANEMIA
1. Definisi
Pucat atau anemia didefinisikan sebagai penurunan kadar Hb di bawah normal : anak
6 bulan-6 tahun Hb normal > 11g%, anak di atas 6 tahun > 12g% sehingga terjadi penurunan
kemampuan darah untuk menyalurkan oksigen ke jaringan. Dengan demikian anemia
bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis yang
diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang teliti serta pemeriksaan laboratorium yang
menunjang. Manifestasi klinik yang timbul tergantung pada kecepatan timbulnya anemia,
umur individu, serta mekanisme kompensasi tubuh seperti peningkatan curah jantung dan
pernapasan, meningkatkan pelepasan oksigen oleh hemoglobin, mengembangkan volume
plasma, redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.1,4
2. Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian:1,3,4
Anemia defisiensi, anemia yang terjadi akibat kekurangan faktor-faktor
pematangan eritrosit, seperti defisiensi besi, asam folat, vitamin B12, protein,
piridoksin dan sebagainya.
Anemia aplastik, yaitu anemia yang terjadi akibat terhentinya proses
pembuatan sel darah oleh sumsum tulang.
Anemia hemoragik, anemia yang terjadi akibat proses perdarahan masif atau
perdarahan yang menahun.
Anemia hemolitik, anemia yang terjadi akibat penghancuran sel darah merah
yang berlebihan. Bisa bersifat intrasel seperti pada penyakit talasemia, sickle
cell anemia/ hemoglobinopatia, sferosis kongenital, defisiensi G6PD atau
bersifat ektrasel seperti intoksikasi, malaria, inkompabilitas golongan darah,
reaksi hemolitik pada transfusi darah.
Menurut morfologi eritrosit:
1. Anemia mikrositik hipokromik (MCV < 80 fl ; MCH < 27 pg)
Anemia defisiensi besi
Thalassemia
Anemia akibat penyakit kronis
Anemia sideroblastik
2. Anemia Normokromik Normositik (MCV 80-95 fl; MCH 27-34 pg)
Anemia pascaperdarahan akut
Anemia aplastik-hipoplastik
Anemia hemolitik- terutama didapat
Anemia akibat penyakit kronik
Anemia mieloptisik
Anemia pada gagal ginjal kronik
Anemia pada mielofibrosis
Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia pada leukemia akut
3. Anemia Makrositik
Anemia megaloblastik
Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi vitamin B12
4. Nonmegaloblastik
Anemia pada penyakit hati kronik
Anemia pada hipotiroid
Anemia pada sindrom mielodisplastik
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejalan yang sering timbul adalah sakit kepala, pusing, lemah, gelisah,
diaforesis (keringat dingin), takikardi, sesak napas, kolaps sirkulasi yang progresif
cepat atau syok, dan pucat (dilihat dari warna kuku, telapak tangan, membran mukosa
mulut dan konjungtiva). Selain itu juga terdapat gejala lain tergantung dari penyebab
anemia seperti jaundice, urin berwarna hitam, mudah berdarah dan pembesaran lien.
4. Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosadapat dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti
pemeriksaan sel darah merah secara lengkap, pemeriksaan kadar besi, elektroforesis
hemoglobin dan biopsi sumsum tulang.1,4
ANEMIA HEMOLITIK
Pada anemia hemolitik umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit
100-120 hari). Gejala umum penyakit ini disebabkan adanya penghancuran eritrosit sehingga
dapat menimbulkan gejala anemi, bilirubin meningkat bila fungsi hepar buruk dan keaktifan
sumsum tulang untuk mengadakan kompensasi terhadap penghancuran tersebut (hipereaktif
eritropoetik) sehingga dalam darah tepi dijumpai banyak eritrosit berinti, retikulosit
meningkat, polikromasi, bahkan eritropoesis ektrameduler. Adapun gejala klinis penyakit ini
berupa : menggigil, pucat, cepat lelah, sesak napas, jaundice, urin berwarna gelap, dan
pembesaran limpa.4
Penyakit ini dapat dibagi dalam 2 golongan besar yaitu :
a. Gangguan Intrakorpuskular (kongenital)
Kelainan ini umumnya disebabkan oleh karena ada gangguan dalam metabolisme.
Dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1. Gangguan pada struktur dinding eritrosit
Sferositosis
Umur eritrosit pendek, bentuknya kecil, bundar dan resistensi terhadap NaCl
hipotonis menjadi rendah. Limpa membesar dan sering disertai ikhterus, jumlah retikulosit
meningkat. Penyebab hemolisis pada penyakit ini disebabkan oleh kelainan membran
eritrosit. Pada anak gejala anemia lebih menyolok dibanding dengan ikhterus. Suatu infeksi
yang ringan dapat menimbulkan krisis aplastik. Utnuk pengobatan dapat dilakukan transfusi
darah dalam keadaan kritis, pengangkatan limpa pada keadaan yang ringan dan anak yang
agak besar (2-3 tahun), roboransia.1,4
Ovalositosis (eliptositosis)
50-90% Eritrosit berbentuk oval (lonjong), diturunkan secara dominan, hemolisis
tidak seberat sferositosis, dengan splenektomi dapat mengurangi proses
hemolisis.4
A beta lipoproteinemia
Diduga kelainan bentuk ini disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada
dinding sel.1,4
Gangguan pembentukan nukleotida
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah.4
Defisiensi vitamin E
2. Gangguan enzim yang mengakibatkan kelainan metabolisme dalam eritrosit
Defisiensi G6PD
Akibat kekurangan enzim ini maka glutation (GSSG) tidak dapat direduksi.
Glutation dalam keadaan tereduksi (GSH) diduga penting untuk melindungi
eritrosit dari setiap oksidasi, terutama obat-obatan. Diturunkan secara dominan
melalui kromosom X. Penyakit ini lebih nyata pada laki-laki. Proses hemolitik
dapat timbul akibat atau pada : obat-obatan (asetosal, sulfa, obat anti malaria),
memakan kacang babi, alergi serbuk bunga, bayi baru lahir. Gejala klinis yang
timbul berupa cepat lelah, pucat, sesak napas, jaundice dan pembesaran hepar.
Untuk terapi bersifat kausal.1,4
Defisiensi glutation reduktase
Disertai trombositopenia dan leukopenia dan disertai kelainan neurologis.4
Defisiensi glutation
Diturunkan secara resesif dan jarang ditemukan.4
Defisiensi piruvat kinase
Pada bentuk homozigot berat sekali sedang pada bentuk heterozigot tidak terlalu
berat. Khas dari penyakit ini adanya peninggian kadar 2,3 difosfogliserat (2,3
DPG). Gejala klinis bervariasi, untuk terapi dapat dilakukan tranfusi darah.4,5
Defisiensi triose phosphatase isomerase (TPI)
Menyerupai sferositosis tetapi tidak ada peningkatan fragilitas osmotik dan
hapusan darah tepi tidak ditemnukan sferosit. Pada bentuk homozigot bnersiaft
lebih berat.4
Defisiensi difosfogliserat mutase
Defisiensi heksokinase
Defisiensi gliseraldehide 3 fosfat dehidrogenase
Ketiga jenis terakhir diturunkan secara resesif dan diagnosis ditgakkan dengan
pemeriksaan biokimia.4
3. Hemoglobinopatia
Hemoglobin orang dewasa normal teridi dari HbA (98%), HbA2 tidak lebih
dari 2 % dan HbF tidak lebih dari 3 %. Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian
terbesar dari hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan konsentrasi HbF
akan menurun sehingga pada umur 1 tahun telah mencapai keadaan yang normal.
Terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan Hemoglobin ini yaitu gangguan
struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal) misal HbE, HbS dan
lain-lain, serta gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin misal
talasemia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Samitta, M. Bruce. Anemia, dalam Nelson, E Waldo., Kliegmen, Robert. Buku
Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EKG. 2000; h 1680-1712.
2. Rusdiana, Nelly. Pendekatan Diagnosis Pucat pada Anak. Available at
http://respiratory.usu,.ac.id/handle/123456789/18404. Accessed on 18 July 2012.
3. Sylvia, A. Prince. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC. 1995; h 1253-1262.
4. Yuindartanto, Andrei. Anemia Pada Anak. Available at
http://anemia-pada-anak/2009/08/08. accessed on October 2015
5. Mahaderma, Alain. Anemia pada Anak. Available at: http://gejala-gejala-dan-
tanda-anemia-anak/28/02/2011. Accessed on October 2015