literatur hadis qudsi di indonesia -...

110
LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Atina Rahmawati NIM: 1113034000160 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H./2017 M.

Upload: domien

Post on 02-Mar-2019

262 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Atina Rahmawati

NIM: 1113034000160

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H./2017 M.

Page 2: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi
Page 3: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi
Page 4: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi
Page 5: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

i

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman

pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h h dengan garis di bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

Page 6: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

ii

s es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

gh ge dan ha غ

f ef ف

q ki ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

apostrof ` ء

y ye ي

Page 7: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

iii

2. Vokal Tunggal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal

tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A fathah

I kasrah

U ḏammah و

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i ي

au a dan u و

3. Vokal panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ā a dengan garis di atas ا

ī i dengan daris di atas ي

ū u dengan garis di atas و

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

Page 8: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

iv

syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-syamsiyyah bukan asy-

syamsiyyah, al-rijāl bukan ar-rijāl.

5. Tasydīd

Huruf yang ber-tasydīd ditulis dengan dua huruf serupa secara berturut-

turut, seperti السنة = al-sunnah.

6. Ta marbūṯah

Jika ta marbūṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf

tersebut dialih-aksarakan menjadi huruf /h/, seperti أبو هريرة = Abū Hurairah.

7. Huruf Kapital

Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang,

maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,

bukan huruf awal atau kata sandangnya, seperti البخاري = al-Bukhāri.

Page 9: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

v

ABSTRAK

ATINA RAHMAWATI

Literatur Hadis Qudsi di Indonesia

Skripsi ini menawarkan data filologi serta content analysis dari beberapa

karya hadis qudsi yang terbit di Indonesia mulai kurun waktu dekade 1980 sampai

dengan 2014. Penelitian ini menunjukkan bahwa karakeristik dari sembilan belas

karya hadis qudsi berbahasa Indonesia ini hanya ada dua literatur yang disusun

langsung oleh muslim Indonesia, diantaranya: 325 Hadis Qudsi karya K.H.

Firdaus A.N dan Hadis Qudsi karya Moh. Syamsi Hasan. Sisanya merupakan

bentuk terjemahan atas karya yang sudah ada. Hal ini menunjukkan kurangnya

kontribusi muslim Indonesia dalam kancah penulisan karya hadis.

Semua literatur hadis qudsi mengambil sumber dari kitab induk hadis yang

sama, yakni Saẖīẖ al-Bukhārī dan Saẖīẖ Muslim. Kemudian jumlah hadis qudsi

terbanyak dicapai oleh Saẖīẖ Hadīts Qudsi karya Syaikh Isamuddin al-Sababiṯi

dengan jumlah 524 hadis. Sedangkan paling sedikit dicapai oleh buku Mutiara

Hadis Qudsi karya Aẖmad ‘Abduh Iwadh dengan jumlah 30 hadis. Perbedaan

tersebut bergantung pada kemampuan masing-masing penyusun dalam

mengumpulkannya.

Sebelas dari sembilan belas literatur hadis yang penulis teliti dalam proses

penyusunannya terbagi kepada beberapa sub-tema, sedangkan sisanya disusun

secara musnadi dan diurut berdasarkan huruf hijaiyah. Di samping itu ada dua

karya hadis qudsi yang dalam penulisan matannya menggunakan tulisan tangan,

yakni Hadis Qudsi yang Shahih karya Imam Abi Hasan al-Qoriy dan 254 Hadis

Qudsi karya M. Tajuddin al-Munawi.

Ada tiga karya hadis qudsi yang dalam penyajiannya terdapat takhrij dan

penilaian derajat hadis, di antaranya: Himpunan Hadis Qudsi karya Lajnah Dārul

Fikr, Hadis Qudsi yang Shahih Imam Abi Hasan al-Qoriy, dan Kumpulan Hadis

Qudsi karya al-Nawawi & al-Qastlani. Hal ini memudahkan pembaca sebab

dengan upaya ini pembaca hanya tinggal mengkonsumsi tanpa harus meneliti

sanad ataupun matannya. Hanya ada satu karya hadis qudsi yang mencantumkan

glossaries atau daftar istilah pada bagian akhir buku, yaitu Mutiara Hadis Qudsi

karya Syekh Abd.Majid Al-Adawiy.

Terdapat empat karya hadis qudsi yang hanya menghimpun hadis-hadis

bernilai shahih dan hasan saja, di antaranya: Hadits Qudsi karya Dr. Ahmad

Asyibashi, Hadits Qudsi yang Shahih karya Imam Abi Hasan, 40 Hadis Qudsi

Pilihan karya Ezzeddin Ibrahim, dan Shahih Hadits Qudsi karya Isamuddin As-

Sababithi.

Dari keseluruhan literatur yang diteliti, hanya ada dua karya yang

mencantumkan indeks pada bagian akhir halaman, yakni: Hadits Qudsi yang

Shahih karya Imam Abi Hasan dan Mutiara Hadis Qudsi karya Aẖmad ‘Abduh

‘Iwadh. Kemudian karakteristik yang terakhir yaitu separuh dari jumlah literatur

yang ada, sang penyusun menyertakan syarah hadis dan biografi singkat para ahli

hadis yang menjadi sumber rujukan.

Page 10: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas

segala rahmat dan karunia-Nya serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah

kepada Nabi Muhammad Saw. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Literatur Hadis Qudsi di Indonesia.”

Skripsi ini tidak akan bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan,

dukungan dan kontribusi dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

saya ucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr Dede Rosyada, M.A Selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum selaku ketua Jurusan Tafsir Hadis yang

mensahkan proposal ini sehingga diterima dalam rapat persetujuan

proposal.

4. Ibu Banun Binaningrum, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis.

5. Bapak Drs. Maulana M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini berdasarkan cara

penulisannya, tujuannya, dan manfaatnya bagi masyarakat akademik.

6. Bapak Dr. Ahmad Fudhaili, M.Ag dan Rifqi Muhammad Fatkhi, MA

selaku dosen penguji yang telah memberi saya banyak saran atas

kekurangan skripsi ini.

7. Seluruh dosen pada program studi Tafsir Hadis (TH) atas segala motivasi,

ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan, dan pengalaman yang

Page 11: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

vii

mendorong penulis selama menempuh studi, serta seluruh staff Fakultas

Ushuluddin.

8. Orang Tua di Rumah Ibu dan Bapak yang sudah mendukung dan berjuang

sehingga saya bisa sampai seperti sekarang ini.

9. Teman-teman Tafsir Hadis angkatan 2013 UIN Sarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya kelas TH-E yang telah bersama-sama berjuang selama bangku

kuliah.

10. Teman-teman kostan Ayha, Obi, Vira, Gety, Rusnul, Ci’la, Ilma yang

telah menemani perjalanan saya dalam mengerjakan skripsi ini, teman-

teman satu pondok Ummul Quro al-Islami Bogor seperti Mazidah, Rini,

Biya, Syifa, Aini Indah, Wulan, Kartika, sehingga perjalanan skripsi saya

ini sangat menyenangkan.

11. Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini yang

tidak dapat penulis satu persatu.

Kemudian saya sadar bahwa keilmuan yang saya miliki masih sangat kurang

sehingga dalam penelitian ini tidak jauh dari kesalahan. Dengan demikian saya

memohon maaf atas segala kesalahan dalam penelitian ini.

Kepada Allah lah saya berharap ridla dan bersyukur. Semoga tulisan ini bisa

menjadi manfaat kepada para pembaca agar selalu berpegang pada ajaran-ajaran

Rasulullah Saw. Āmīn

Wassalamualaikum Wr.Wb

Ciputat, 31 Mei 2017

Atina Rahmawati

Page 12: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................................

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................................... 7

D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9

E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9

F. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 9

G. Metodelogi Penelitian ......................................................................... 15

H. Sistematika Penulisan ......................................................................... 18

BAB II PENGKAJIAN HADIS DI INDONESIA ............................................ 20

A. Sejarah Intelektual Islam di Indonesia ................................................ 20

B. Kajian Hadis di Indonesia ................................................................... 21

C. Eksistensi Hadis di Indonesia.............................................................. 25

D. Literatur Hadis di Indonesia ................................................................. 28

BAB III KAJIAN HADIS QUDSI ..................................................................... 32

A. Hadis Ditinjau Dari Sumber Berita ..................................................... 32

B. Pengertian Hadis Qudsi ....................................................................... 35

C. Bentuk-Bentuk Periwayatan Hadis Qudsi ........................................... 36

Page 13: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

ix

D. Perbedaan Hadis Qudsi dengan al-Qur’an .......................................... 39

E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi ................................... 40

F. Khazanah Literatur Hadis Qudsi ......................................................... 41

BAB IV LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA ................................ 44

1. 272 Hadis Qudsi Karya Tajuddin al-Manawi, diterjemahkan oleh H.

Salim Bahreisy, Tahun 1984. .............................................................. 44

2. 325 Hadis Qudsi Pilihan Karya K.H. Firdaus A.N, Tahun 1990. ....... 47

3. Himpunan Hadis Qudsi Karya Lajnah Daarul Fikri Beirut,

diterjemahkan oleh H. Uthman Mahrus, Tahun 1993. ........................ 50

4. Hadits Qudsi karya Dr. Ahmad Asyibashi, diterjemahkan oleh K.H.

Ali Usman dkk, Tahun 1996. .............................................................. 51

5. Hadits Qudsi yang Shahih karya al-Imam Abi Hasan al-Qoriy,

diterjemahkan oleh Drs. M. Thalib, Tahun 1999. ............................... 53

6. Mutiara Hadis qudsi karya Syeikh Abdul Majied al-Adawy,

diterjemahkan oleh H. Nurullah, tahun 2000. ..................................... 55

7. 254 Hadis Qudsi karya Muhammad Tajuddin bin al-Mawawi al-

Haddadi, diterjemahkan oleh Drs. Zainuddin, Tahun 2000. ............... 56

8. Kumpulan Hadis Qudsi karya Imam al-Nawawi dan al-Qasṯalani,

diterjemahkan oleh Miftahul Khoiri, S. Ag dkk, Tahun 2003. ........... 59

9. 40 Hadis Qudsi Pilihan Karya Ezzeddin Ibrahim, diterjemahkan oleh

M. Quraish Shihab, Tahun 2007. ........................................................ 61

10. Mutiara Hadis Qudsi Karya Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh, diterjemahkan

oleh Dewi Ariyanti Lc, Tahun 2008. .................................................. 64

11. Hadis Qudsi Karya Kamil Uwaidah, diterjemahkan oleh M. Abd.

Mujib el-Zayyad dkk, Tahun 2008...................................................... 66

12. Kamus Hadis Qudsi Lengkap karya Syeikh ‘Ali Ibnu Salahuddin ibnu

‘Ali al-Yamani, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar Ihsan Lc, tahun

2009. .................................................................................................... 69

Page 14: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

x

13. Himpunan Hadis Qudsi karya Syekh ‘Irfan Ibnu Sulaim al-‘Asysya

Hassuunah al-Dimasyqiy, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar, L.C

Tahun 2009. ........................................................................................ 70

14. Syarah Hadits Qudsi Karya Team Daar al-Bazz, diterjemahkan oleh

Wawan Djunaedi Soffandi, Tahun 2009. ............................................ 73

15. Kumpulan Hadis Qudsi Pilihan Karya Syaikh Fathi Ghanim,

diterjemahkan oleh Yasir Maqosid, Lc Tahun 2011. .......................... 75

16. Ensiklopedia Hadits Qudsi Karya Team Daar bin Baaz, diterjemahkan

oleh Imanuddin Kamil Lc, Tahun 2012. ............................................. 78

17. Shahih Hadits Qudsi Karya Syaikh Isamuddin Al-Sababiṯi,

diterjemahkan oleh Umar Mujtahid L.C, Tahun 2014. ....................... 80

18. Hadis Qudsi Karya Drs. Moh. Syamsi Hasan, M.Pd, Tanpa Tahun. .. 82

19. Kelengkapan Hadis Qudsi Karya Lembaga al-Qur’an dan al-Hadits,

Majlis Tinggi Urusan Agama Islam Kementrian Wakaf Mesir,

diterjemahkan oleh Muhammad Zuhri, Tanpa Tahun......................... 84

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 87

A. Kesimpulan ......................................................................................... 87

B. Saran-Saran ......................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 90

LAMPIRAN 1 ..................................................................................................... 94

LAMPIRAN 2 ..................................................................................................... 96

Page 15: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia konsentrasi terhadap kajian hadis muncul sejak Islam masuk

wilayah Nusantara, namun perkembangannya belum begitu pesat. Ini dikarenakan

Islam masuk ke Indonesia mayoritas bukan dibawa oleh para ulama maupun

Syekh, melainkan oleh para pedagang. Minimnya peredaran literatur-literatur

hadis berbahasa Arab pada awal masuk Islam menyebabkan hanya Kyai, guru dan

ulama tertentu yang memiliki sejumlah literatur hadis yang cukup. Martin van

Bruinessen mengatakan bahwa perhatian ulama Indonesia terhadap kajian hadis

merupakan hal yang baru, maka wajar adanya bila keberadaan literatur hadis ini

menjadi sangat minim. 1

Kendati demikian, bukan berarti pada masa Islam awal hadis sama sekali

tidak dipelajari. Hal ini terbukti dengan adanya karya Ar-Rānirī 2(w. 1658)

Hidayah al-Habib fi Raghib wa Targhib yang berisi hadis-hadis tentang

penerapan syariat, diterjemahkan oleh Ar-Rānirī kedalam bahasa Melayu

kemudian dipadupadankan dengan penjelasan al-Qur’an. Selain itu, ada pula

1 Umaiyatus Syarifah, Lokalitas Tarjamah Hadis Bahasa Betawi, (Jurnal Studi Islam,

Vol.13, No.1: 2012), h. 2. 2 Nama lengkapnya Nūr al- Dīn Muhammad b. ‘Alī b. Hasan al-Hamīd al- Shāfi’ī al-

Aydarusī al-Rānirī, lahir di Ranir (sekarang Randir); sebuah pelabuhan tua di pantai Gujarat.

Mekipun singkat, selama tujuh tahun kiprahnya di tanah Aceh membuatnya dikenal sebagai ulama

Nusantara. Tahun kelahirannya tidak diketahui, tetapi kemungkinan besar menjelang akhir abad

ke-16. Konon ibunya asli Melayu sedangkan ayahnya imigran Hadhrami (Hadramaut) yang

memiliki tradisi panjang berpindah ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Ada kemu ngkinan ia

keturunan Abū Bakr Abdullah b. Zubayr al-Asadī al-Humaydī (w. 219/834), ulama hadis dan

mufti terkemuka di Mekkah serta murid kenamaan Imam Syafii. Al-Rānirī wafat di Gujarat pada

tahun 1068/1658. Lihat: Mochamad Samsukadi, “Paradigma Studi Hadis di Dunia Pesantren”,

Jurnal Studi mengenai rendahnya minat kajian pesantren secara langsung dan kritis terhadap al-

Qur’an dan hadis, Vol. 06, No. 01, (April 2015), 49.

Page 16: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

2

karya Abdur Rauf al-Sinkili,3 Syaraḥ Hadis Arba’in, dan al-Mawa’iz al-Badi’ah

yang ditulis atas permintaan kesultanan Aceh, Zakiyyah al- Din yang berkuasa

pada tahun 1678-1688 M. Kemudian setelah itu, kajian hadis mengalami

kemandegan dalam penerbitannya sampai awal abad ke-16, salah satu

penyebabnya ialah karena mayoritas masyarakat muslim pada saat itu lebih fokus

pada bidang tasawuf yang terlebih dahulu berkembang di Indonesia.4 Namun

sebenarnya bukan berarti hadis tidak berkembang sama sekali, karena kajian hadis

pada saat itu baru bersifat antologi atau berupa kumpulan-kumpulan dari berbagai

tema yang berkaitan dengan kajian fiqih, maka tampak masih tercampur-campur

dengan disiplin lain. 5

Melihat fenomena tersebut, para syekh, ulama, Kyai Indonesia tidak lantas

diam, upaya mereka dalam mendirikan madrasah-madrasah dan pesantren-

pesantren nampaknya memberi pengaruh penting dalam pengembangan kajian

hadis di Indonesia, ini dilihat dari kebutuhan santri akan literatur hadis sebagai

kurikulum yang digunakan sehingga proses penyebaran dan penggunaannya

semakin pesat. Martin Van Bruinessen menyebutkan dalam penelitiannya bahwa

pada masa ini hadis merupakan mata pelajaran yang relafif baru di pesantren.

Sebelumnya memang sudah banyak mempelajari karya ataupun kitab fiqih dimana

3 Nama lengkapnya Abdul Rauf Al-Singkili, lahir di Sinkel, Aceh pada 1024 H/1615 M,

nenek moyang Syekh Sinkel berasal dari Persia yang datang ke kesultanan Samudra Pasai pada

akhir abad ke-13. Nama Sinkel dinisbahkan pada daerah kelahirannya itu. Selain Hadis al-Arba’in

yang beliau tulis, beliau juga pernah menulis karya berjudul Mir’āt al-Thullāb yang membahas

masalah-masalah fiqh dan hukum. Di dalam karya ini dibahas tentang syarat-syarat dan aturan

menjadi hakim serta penegakan hukum Islam. Al-Singkili juga menulis tentang Fiqh Muamalat

dan menulis tafsir al-Qur’an berjudul Tarjuman al-Mustafid yang terbit untuk pertama kali justru

di Timur Tengah, bukan Indonesia. Lihat: Hasan Su’aidi, “Jaringan Ulama Hadis Indonesia,”

Pekalongan, Jurnal Penelitian oleh Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), (2013),

h. 3. 4 Umaiyatus Syarifah, Lokalitas Tarjamah Hadis Bahasa Betawi, h. 2. 5 Munandar, Perkembangan Hadis di Indonesia, Medan, Jurnal Penelitian Dosen Fakultas

Ushuluddin IAIN Sumatera Utara, Vol. 04, No. 1, Januari- Juni (2014), h. 113.

Page 17: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

3

didalamnya menggunakan dalil-dalil hadis sebagai penguat argumen, namun

disini sudah mulai terdapat proses, penyeleksian dan mengutip hadis yang sesuai

dengan keperluan pengarangnya. Martin Van Bruinessen menyatakan bahwa pada

masa ini minat masyarakat terhadap kajian hadis menjadi lebih besar dibanding

sebelumya, lalu disebutkan pula bahwa kemajuan kajian hadis pada masa ini

disebabkan oleh dampak modernisme.6

Menurut Azyumardi Azra dalam penelitiannya tentang keadaan kajian

hadis di Indonesia menyebutkan bahwa perkembangan ilmu hadis di Indonesia

mengalami ketertinggalan, sebab dari 109 disertasi IAIN Jakarta pada tahun 1997

yang beliau teliti, terkumpul hanya tujuh skripsi yang membahas hadis.

Menurutnya pada masa itu para pengajar hadis pun bukan mereka yang menekuni

bidang tersebut.7

Berbeda dengan Azra, Muhammad Rifqi Fatkhi selaku dosen Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyatakan bahwa kajian hadis di

Indonesia itu masih berkembang. Hal ini bisa dilihat dari skripsi yang ditulis oleh

Nurhidayah di Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta bahwa dari

85 skripsi yang diteliti, terdapat 37% dari 60 skripsi UIN Yogyakarta dan 48%

dari 25 skripsi UIN Jakarta membahas hadis.8 Perbedaan kesimpulan ini tentu

dipengaruhi oleh waktu penelitian yang mana penelitian azra terlebih dahulu

dilakukan, maka hasilnya pun berbeda dengan tahun-tahun berikutnya.

6 Za’im Kholilatul Ummi, Perkembangan Kajian Hadis di Indonesia, (Yogyakarta: UIN

Sunan Kalijaga, Academia.edu, 2015), h. 9. 7 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengakajian Hadis di Indonesia, (Medan:

IAIN Press, 2016), h. 2. 8 Nurhidayah, “Meretas Kesarjanaan Hadis di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2017), h. 68.

Page 18: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

4

Kajian hadis di Indonesia mulai berkembang saat memasuki akhir abad ke-

20, hal ini di dipengaruhi oleh semakin banyaknya sarjana hadis Indonesia baik

yang mengejar ilmu di dalam negeri maupun di luar negeri. Perkembangannya

semakin hari semakin menggembirakan yang dengan keadaan ini melahirkan

optimisme masyarakat muslim di Indonesia dalam menciptakan karya-karya

dalam bidang hadis.9

Setiap karya-karya hadis tentunya memiliki pokok pembahasan masing-

masing, tergantung klasifikasi pembahasannya, apakah masuk ke dalam kategori

himpunan hadis atau ilmu hadis (‘ilmu musṯalaẖul ẖadīts). Di sini penulis

terdorong untuk melakukan penelitian yang membahas ilmu hadis khususnya

tinjauan hadis dari segi sumber berita yakni hadis qudsi. Mengingat hadis qudsi

memiliki kedudukan istimewa dibanding hadis-hadis nabawi lainnya yang

diakibatkan penisbatannya kepada Allah Swt. Serta mengungkap alasan para

penyusun mengapa memisahkan pembahasan terhadap hadis qudsi dan hadis

nabawi, padahal hadis-hadis qudsi sudah tentu termuat pula dalam kitab hadis

nabawi, pembaca hanya perlu melihat ciri-cirinya (hadis qudsi) dalam kitab-kitab

Induk hadis seperti Saẖīẖ al-Bukhāri, Saẖīẖ Muslim, sunan al-Tirmidzī, sunan al-

Nasa’i, sunan Abu Dawūd, Sunan Ibnu Mājah, Musnad al-Imam Aẖmad bin

Hanbal, Muwaṯṯā’ al-Malik, Sunan al-Darimy dsb.

Di samping itu, hingga saat ini belum ada penelitian yang secara spesifik

mengkaji karya-karya hadis qudsi di Indonesia sehingga kriteria yang digunakan

para ulama dalam menyusun maupun mengalih bahasakan karya-karya tersebut

9 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengakajian Hadis di Indonesia, (Medan:

IAIN Press, 2016), h. vi.

Page 19: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

5

belum terungkap secara jelas. Penelitian ini sekaligus menepis pandangan tentang

perkembangan kajian hadis di Indonesia yang konon mengalami ketertinggalan.

Adapun khazanah literatur hadis qudsi jika dilihat dari segi penghimpunan

dan penelitiannya diperlakukan sebagaimanan hadis-hadis nabawi pada umumnya.

Beragam khazanah ini tentu memberi pengaruh terhadap karya-karya hadis di

Indonesia, sebab banyak dari para ilmuan Indonesia yang merujuk pada kitab-

kitab tersebut. Pengumpulan tersendiri dari hadis-hadis Qudsī terjadi setelah

penghimpunan hadis-hadis Nabāwī, di antara khazanah hadis qudsi yang perlu

diketahui yakni kitab Misykāt al- Anwār Fīmā Ruwiya ‘An Allāh Subẖānah Min

al- Akhbār di Halab (1346 H/ 1927 M) karya Muhyiddin Ibn al- Arabi (w. 638 H),

Jami’ al-Jawāmi’ (al-Jāmi’ al-Kabīr) karya Jalaluddin as- Sayuthi (w. 911 H), al-

Jāmi’ al-Shaghīr karya Jalaluddin as- Sayuthi (w. 911 H), al- Aẖādīts al-

Qudsiyyah al-Arba’īniyyah di Halab karya al- Mulla Ali al-Qari (w. 1016 H), al-

Ithāfāt al-Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah di Kairo Mesir karya Abdurrauf

al-Munawi (w. 1031 H), al- Ithāfāt al-Saniyyah Fī al-Aẖādīts al-Qudsiyyah di

Mesir karya Muhammad bin Mahmud ath- Tharabzuni al-Madani (w. 1200 H),

dan kitab yang telah terbit dalam dua jilid berjudul al- Aẖādīts al-Qudsiyyah

disusun oleh Lajnat al-Qur’an wa al-Hadīts al-Majlis al- A’lā asy- Syu’ūn

(Majelis Tinggi Urusan Ke-Islaman) di Mesir. Jumlah hadis yang terhimpun

dalam masing-masing khazanah nampak bermacam-macam, itu semua tergantung

pada pengulangan sanad dan kemampuan masing-masing ulama dalam

mengumpulkannya.10

10 M. Quraish Shihab, 40 Hadis Qudsi Pilihan, h. 10.

Page 20: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

6

Dalam rentang waktu antara tahun 1984 sampai tahun 2014, penulis

menemukan sembilan belas karya hadis qudsi berbahasa Indonesia baik yang

orisinil maupun yang bersifat alih bahasa. Segelintir karya-karya tersebut penulis

temukan dalam beberapa perpustakaan di Jakarta seperti Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta,

Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’, dan adapun luar jakarta yakni

Perpustakaan Daerah Purbalingga Jawa Tengah.

Kontribusi penting intelektual muslim di Indonesia dalam kancah

perkembangan hadis khususnya karya hadis qudsi ini menjadi alasan penulis

untuk melakukan studi content analysis (analisis isi buku) terhadap literatur-

literatur yang sudah penulis sebutkan sebelumnya. Tujuannya tidak lain ialah

untuk mengetahui karakteristik dari literatur tersebut dan sebagai bentuk

sumbangan pemikiran dalam mengetahui judul bacaan berbahasa Indonesia

khususnya pembahasan tentang hadis qudsi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, apabila diidentifikasi maka masalah

yang timbul dari pemaparan di atas akan melahirkan beberapa poin dan

pertanyaan, antara lain:

a. Adanya pengaruh antara khazanah literatur hadis qudsi yang disusun oleh

ulama-ulama Timur Tengah dengan ulama-ulama Indonesia. di antara

khazanah tersebut meliputi: Kitāb Misykāt al- Anwār Fīmā Ruwiya ‘An

Allāh Subẖānah Min al- Akhbār di Halab (1346 H/ 1927 M) karya

Muhyiddin Ibn al- Arabi (w. 638 H), Jami’ al-Jawāmi’ (al-Jāmi’ al-Kabīr)

karya Jalaluddin as- Sayuthi (w. 911 H), al-Jāmi’ ash-Saghīr karya

Jalaluddin as- Sayuthi (w. 911 H), al- Aẖādīts al-Qudsiyyah al-

Page 21: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

7

Arba’īniyyah di Halab karya al- Mulla Ali al-Qari (w. 1016 H), al- Ithāfāt

as-Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah di Kairo Mesir karya Abdurrauf

al-Munawi (w. 1031 H), al- Ithāfāt as-Saniyyah Fī al-Aẖādīts al-

Qudsiyyah di Mesir karya Muhammad bin Mahmud ath- Tharabzuni al-

Madani (w. 1200 H), dan kitab yang telah terbit dalam dua jilid berjudul

al- Aẖādīts al-Qudsiyyah disusun oleh Lajnat al-Qur’an wa al-Hadīts al-

Majlis al- A’lā asy- Syu’ūn (Majelis Tinggi Urusan Ke-Islaman) di Mesir,

Jāmi’ul Hadis al-Qudsiyyah karya ‘Isāmuddin as-Sabābatī.

b. Adanya 19 karya hadis qudsi berbahasa Indonesia yang penulis temukan

mulai tahun 1984 sampai tahun 2014.

c. Bagaimana karakteristik literatur hadis qudsi karya ulama Indonesia?

d. Apa tujuan para ulama Indonesia dalam menyusun atau menerjemahkan

kitab hadis qudsi?

e. Pokok ajaran Islam mana sajakah yang menjadikan matan hadis qudsi

mempunyai kesan tersendiri ketika di dengar sehingga timbul beberapa

perbedaan dengan hadis nabawi?

f. Sejauh mana kontribusi ulama Indonesia dalam penciptaan karya hadis

qudsi di Indonesia?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam pembatasan masalah, penulis membaginya ke dalam beberapa hal,

pertama bahasa, kedua rentang waktu, ketiga materi yang terkandung dalam

masing-masing karya. Hal ini dilakukan agar pembahasan tidak terlalu meluas

sehingga penelitian ini menjadi lebih akurat.

Pertama, secara bahasa, secara bahasa yang dimaksud adalah sejumlah

karya yang penulis teliti ini merupakan karya berbahasa Indonesia, dengan

Page 22: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

8

demikian, karya berbahasa asing walaupun terdapat di Indonesia tidak akan

dicantumkan dalam penelitian ini. Misalnya karya berjudul Nasihat dan

Bimbingan Hadis-Hadis Qudsi karya Imam al-Ghazali berbahasa melayu (Kuala

Lumpur), 110 Hadith Qudsi karya Syed Masood-ul-Hasan berbahasa Inggris,

Hadis Qudsi karya Syed Ahmad Semait berbahasa melayu (Singapore), Fourty

Hadith Qudsi karya Ezzeddin Ibrahim berbahasa Inggris dan karya-karya lainnya

berbahasa Arab yang terdapat di Indonesia.

Kedua, rentang waktu yang dimaksud adalah karya-karya hadis qudsi di

Indonesia yang terbit mulai tahun 1984 sampai tahun 2014, hal ini dikarenakan

karya-karya hadis qudsi yang penulis temukan hanya pada rentang tahun tersebut.

Ketiga, materi yang disajikan yaitu hanya karya-karya yang secara spesifik

membahas hadis qudsi, baik itu yang mengumpulkan, menerjemahkan, maupun

yang mensyarah hadis qudsi. Dengan demikian penulis tidak mencantumkan

karya hadis qudsi yang masih tercampur dengan kajian-kajian hadis nabawi

ataupun kitab-kitab fiqih.

Penelitian ini tidak selalu menjelaskan masing-masing biografi penyusun

secara khusus, melainkan langsung kepada penguraian data filologi, serta analisis

isi buku. Sehingga dengan kajian seperti itu penjelasan tentang karakteristik

literatur hadis qudsi karya ulama Nusantara bisa tersampaikan dengan mudah.

Dengan uraian di atas, secara garis besar, masalah yang akan penulis

angkat dalam skripsi ini adalah: “Bagaimana karakteristik literatur hadis

qudsi di Indonesia?”

Page 23: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

9

D. Tujuan Penelitian

Subjek aktifitas yang ditulis oleh seseorang pasti memiliki tujuan

tersendiri, demikian pula halnya dalam pembahasan judul ini penulis mempunyai

tujuan tertentu pula. Adapun tujuan penulisan skripsi ini antara lain:

a. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik literatur hadis qudsi di Indonesia.

b. Sebagai bentuk sumbangan pemikiran kepada para pembaca yang ingin

mengetahui referensi bacaan berbahasa Indonesia khususnya pembahasan

tentang hadis qudsi.

E. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini sekiranya dapat menjadi pilihan bagi para

pembaca dalam memilih bacaannya, khususnya buku-buku hadis qudsi yang terbit

di Indonesia, diantara manfaatnya yaitu:

a. Memudahkan pencarian karya-karya hadis qudsi yang terbit di Indonesia.

b. Menyajikan pengetahuan yang utuh dan komprehensif tentang perkembangan

kajian hadis di Indonesia melalui karya-karya hadis qudsi.

F. Tinjauan Pustaka

Untuk membantu proses penulisan skripsi ini, penulis berupaya melakukan

penelusuran dengan mereview beberapa karya ilmiah seperti buku, skripsi dan

jurnal yang terkait dengan pembahasan yang sedang dikaji. Karya-karya tersebut

antara lain:

a. “Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia” ditulis oleh Prof. Dr. H. Ramli Abdul

Wahid seorang dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Sumatra Utara (SU). Dalam

penulisannya ini beliau melacak karya-karya para perintis ataupun pemikir hadis

di Indonesia yang memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam ranah

perkembangan kajian hadis di Indonesia. Seperti Ahmad Surkati, A. Hassan,

Page 24: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

10

T.M. Hasbi al-Shiddieqy, Ali Hasan Ahmad, Fatchur Rahman, Muhammad

Syuhududi Ismail dan Ali Mustafa Yaqub. Dari literatur yang dibahas dalam

buku ini menunjukkan bahwa ketertinggalan kajian hadis di Indonesia mulai

memasuki masa yang menggembirakan, dimana mulai banyaknya sarjana-

sarjana muslim terlebih khusus dengan terbentuknya beberapa jurusan Tafsir

Hadis Fakultas Ushuluddin yang ada di Indonesia sehingga kebutuhan akan

bacaan hadis berbahasa Indonesia semakin membuncah, baik karya yang

bersifat orisinil maupun alih bahasa. Perbedaannya dengan skripsi yang penulis

buat ini terlihat jelas pada bidang yang dibahas yakni saya berfokus pada

literatur hadis qudsi saja.

b. “Kontribusi Ali Mustafa Yaqub dan Ahmad Lutfi Fatullah dalam Bidang Hadis

di Indonesia.” skripsi yang ditulis oleh Muliyana Sari mahasiswa tafsir hadis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 ini membahas studi atas karya tulis

dalam bidang hadis dari tahun 1991-2012. Menurut Muliyana bahwa Ali

Mustafa Yaqub dan Ahmad Lutfi Fatullah merupakan seorang pemikir hadis

yang cukup produktif dalam menulis kajian khususnya dalam bidang hadis, hal

ini dibuktikan dengan banyaknya karya-karya yang beliau tulis sehingga

nantinya dengan karya tersebut orang akan bisa mengenal, mempelajari dan

merasakan manfaat hadis dan ilmu hadis tersebut. Di samping itu tujuan dari

penulisan skripsi ini juga agar kedua ulama tersebut lebih dikenal dan diakui

masyarakat sebagai seorang seorang ulama hadis yang berkualitas keilmuannya.

Perbedaannya dengan skripsi yang penulis buat ini terlihat jelas pada kategori

buku-buku yang dibahas dan tujuannya.

Page 25: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

11

c. “Kontribusi Ali Mustafa Yaqub Terhadap Perkembangan Kajian Hadis

Kontemporer di Indonesia ” Skripsi yang ditulis oleh Ni’ma Diana Cholidah

Mahasiswi Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini membahas tentang

bagaimana pemikiran Ali Mustafa Yaqub dalam memahami hadis. Adapun

kesimpulan yang diberikan Ni’ma ialah anggapan bahwa Ali Mustafa sebagai

ahli hadis yang meneruskan pembelaan A’ẕamī secara akademis terhadap hadis,

dimana beliau menawarkan pemahaman tekstual karena hal tersebut mampu

dipahami oleh nalar manusia secara utuh. Perbedaannya dengan skripsi yang

penulis buat ini terlihat jelas pada objek penelitiannya dimana Atina

menggunakan studi atas literatur hadis di Indonesia bukan pemikiran ahli hadis

di Indonesia.

d. “Karakteristik Kitab Musnad Ibn Abī Syaibah karya Abū Bakr Ibn Abī

Syaibah.” Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Chaidoni mahasiswa Tafsir

Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini membahas tentang bagaimana ciri

khas dari kitab Musnad Ibn Abī Syaibah. Kesimpulan dalam skripsi ini

menyimpulkan bahwa kebanyakan kualitas sanad dalam kitab ini banyak yang

dijumpai lemah. Lalu penyusunannya berdasarkan alfabet hijaiyah, hadis-hadis

yang termuat adalah marfū’, mauqūf dan maqṯū’. Dalam Musnad Ibn Abī

Syaibah ini terdapat hadis-hadis Rasul Saw, atsar-atsar sahabat dan tabi’in.

Kemudian memiliki sistematika yang baik yankni terangkai dalam 279 musnad

(perawi pertama) serta dalam penulisan sanad dan matannya sempurna.

Perbedaannya dengan skripsi yang penulis buat ini terlihat jelas pada objek

penelitiannya, yang mana Atina menggunakan kitab hadis qudsi sedangkan

Page 26: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

12

Chaidoni menggunakan kitab Musnad Ibn Abī Syaibah. Kendati demikian

tujuannya sama-sama ingin melacak bagaimana karasteristik kitab hadis.

e. “Kalimat Efektif Dalam Terjemahan 40 Hadits Qudsi Pilihan Karya Prof . Dr.

M. Quraish Shihab” skripsi yang ditulis oleh Zirly Ayu Humairoh mahasiswi

fakultas adab dan humaniora ini menjelaskan bahwa gaya bahasa hadis qudsi

sesuai dengan kandungan dan pokok bahasannya. Gaya bahasa ini memiliki ciri

umum dimana ia banyak bertumpu pada redaksi-redaksi yang bersifat langsung,

yakni dengan panggilan langsung dari Allah Swt kepada hamba-Nya, atau

berupa dialog antara Tuhan dan hamba-Nya dengan tujuan membimbing dalam

bentuk redaksi lain yang mengeratkan hubungan antara Tuhan dengan makhluk

ciptaan-Nya. Setelah dilakukan analisis secara keseluruhan pada buku

terjemahan 40 Hadits Qudsi Pilihan, maka saudari Zirly menyimpulkan bahwa

terjemahan yang baik ialah terjemahan yang menggunakan kalimat efektif.

Karena dengan begitu tanpa adanya kalimat efektif maka terjemahan tidaklah

berkualitas. Keefektifan kalimat sangat ditentukan oleh kesepadanan struktur,

kesamaan gagasan, dan kelogisan bahasa. Sedangkan kebakuan suatu kalimat

membutuhkan struktur kalimat yang tepat. Perbedaannya dengan skripsi yang

penulis buat ini terlihat jelas pada metode penelitiannya, yang mana Atina

menggunakan analisis data sedangkan Zirly menggunakan analisis sastra.

Persamaannya terletak pada objek penelitiannya yakni litertur hadis qudsi di

Indonesia.

f. “Kualitas Hadits Qudsi dalam Kitab al- Ba’tsu wa al-Nusyūr Karya al-

Baihaqī” ditulis oleh Muhammad Baghir, Skripsi ini membahas tentang

bagaimana kualitas hadis qudsi yang terdapat pada Kitab al- Ba’tsu wa al-

Page 27: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

13

Nusyūr Karya al-Baihaqī. Penelitian ini bertolak belakang dari pemikiran bahwa

hadis bisa dijadikan hujjah apabila diriwayatkan oleh rawi yang memenuhi

kriteria hadis saẖiẖ dan hasan, sekalipun hadis tersebut disandarkan kepada

Allah Swt, namun hal tersebut tidak menunjukkan kualitas hadisnya, dalam

menentukan kualitas hadis seperti saẖiẖ, ẖasan dan da’if, maka dibutuhkan

metode kritik hadis untuk memberi informasi tentang tingkatan perawi-

perawinya. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upaya yang

dilakukan pada 16 hadis qudsi yang terdapat dalam kitab al- Ba’tsu wa al-

Nusyūr didalamnya terdapat 13 hadis qudsi yang berkualitas shaẖiẖ, 2 hadis

berkualitas ẖasan, dan 1 hadis berkualitas da’if.” Perbedaannya dengan skripsi

yang penulis buat ini terlihat jelas pada metode yang digunakan, dimana Atina

menggunakan metode konten analisis sedangkan Baghir menggunakan metode

kritik hadis. Persamaannya terletak pada jenis objek penelitian yakni literatur

hadis qudsi.

g. “Kayfiyyati an-Nafī wal itsbāt fī al-Hadīts al-Qudsī,” ditulis oleh Muhammad

Fikri al-Kaffa. Skripsi ini membahas tentang kandungan hadis qudsī khususnya

pokok ajarannya yakni “berdzikir”, dimana ahli makrifat berpendapat bahwa

dzikir itu memiliki manfaat berbeda-beda bagi pendzikir yang tulus, ikhlas, dan

benar. Buah dari dzikir “Lā ilaha illa Allah” adalah mukasyafah (terbukanya)

menuju jalan sucinya hati, adapun manfaatnya sebagai pensucian ruh,

maksudnya adalah hati akan dominan kepada Allah Swt dan kemudian roh

tersebut yang condong pada Allah Swt. Seyogyanya ketika kita berdzikir dengan

dzikir itsbat (menetapkan) dan nafī (meniadakan), maka itu semua terjadi di

dalam dada sebelah kiri, dan mampu memberikan efek kepada seluruh badan.

Page 28: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

14

Begitulah skripsi ini menjelaskan akan hikmah dibalik dzikir, sehingga dzikir ini

mendarah daging dalam diri dan menjadi kebiasaan yang baik dengan

pertolongan Allah Swt. Perbedaannya dengan skripsi yang penulis buat ini

terlihat jelas pada tujuan penelitiannya dimana Atina bertujuan mengetahui

karateristik suatu hadis sedangkan al-Kaffa mengetahui pokok kandungannya,

serta pada literatur yang digunakan. Jika atina menggunakan literatur berbahasa

Indonesia, maka al-Kaffa menggunakan literatur berbahasa Arab. Persamaannya

terletak pada subjek yakni hadis qudsi.

h. “Implikasi Pendidikan dari Hadits Qudsi Riwayat Muslim Tentang

Kedermawanan Terhadap Pembinaan Sikap Dermawan,” ditulis oleh Ulfiyah.

Skripsi ini membahas tentang bagaimana pendapat para pensyarah hadis

menjelaskan hadis qudsī riwayat Muslim tentang kedermawanan, serta implikasi

dari riwayat tersebut, sehingga ditemukan kesimpulan bahwa para pensyarah

hadis menjelaskan hakikat dari dermawan sendiri ialah memberi suatu kelebihan

harta sesuai dengan kemampuannya dengan penuh keiklasan kepada yang

pantas menerimanya dengan tujuan mengharap keridhaan Allah Swt semata.

Selain itu implikasi pendidikan dari penerapan kedermawanan ini adalah

menumbuhkan suatu ikatan emosional mendalam. Perbedaannya dengan skripsi

yang penulis buat ini terlihat jelas pada metode yang digunakan, dimana Atina

menggunakan analisis data, sedangkan Ulfiyah menggunakan pemahaman

seorang pensyarah hadis. Persamaannya terletak pada kajian yang digunakan

yakni hadis qudsi.

Page 29: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

15

G. Metodelogi Penelitian

Untuk menghasilkan kajian yang lebih utuh dan komprehensif, penulis

melakukan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Sumber Data

Untuk mendapatkan data dan fakta yang obyektif dalam penulisan skripsi ini,

penulis menggunakan data kepustakaan murni, dalam arti semua bersumber

pada kepustakaan seperti buku-buku, jurnal-jurnal, kitab-kitab klasik, serta

bacaan- bacaan yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, dengan

demikian, adapun sumber primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah “40 Hadits Qudsī Pilihan” karya Ezzeddin Ibrahim “325 Hadits Qudsī

Pilihan; Jalan ke Surga” karya K.H. Firdaus A.N (1973) “Hadits Qudsī;

Firman Allah Tabaraka wa Ta’ala selain al-Qur’an” karya Drs. Moh. Syamsi

Hasan, “272 Hadits Qudsī” karya H. Salim Bahreisy (1984), “254 Hadits

Qudsī” karya Drs. Zainuddin (1993), “Syaraẖ Hadits Qudsī” karya Wawan

Djunaedi Soffandi (2009), “Kelengkapan Hadits Qudsī” karya Drs.

Muhammad Zuhri (1982), “Himpunan Hadits Qudsī” karya Bahrun Abu

Bakar, Lc (2009), “Hadits Qudsi; Panduan dan Literasi Hadits Qudsi” karya

Kamil Uwaidah (2008), “Ensiklopedia Hadits Qudsī dan Penjelasannya”

karya Team Daar bin Baaz (2012), Mutiara Hadis Qudsi karya Aẖmad

‘Abduh ‘Iwadh diterjemahkan oleh Dewi Ariyanti Lc, Tahun 2008, Mutiara

Hadis Qudsi karya Syeikh Abdul Majied al-Adawiy (1987), Himpunan Hadis

Qudsi Karya Lajnah Daarul Fikri Beirut (1993), Hadits Qudsi karya Dr.

Ahmad Asyibashi (1996), Hadits Qudsi yang Shahih karya al-Imam Abi

Hasan al-Qoriy (1999), Kumpulan Hadis Qudsi karya Imam al-Nawawi dan

al-Qasṯalani (2003), dan Kamus Hadis Qudsi Lengkap karya Syeikh ‘Ali Ibnu

Page 30: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

16

Salahuddin al-Yamani (2009), Sedangkan sumber bacaan sekunder yang

penulis gunakan meliputi buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini

meliputi kitab-kitab ‘Ulūmul Hadīts, Hadīts Qudsi, kajian ke-Islaman, jurnal,

artikel, skripsi dsb.

Dalam melihat adanya hubungan antara ulama hadis Indonesia dengan

ulama Timur Tengah, maka khazanah hadis qudsi yang biasa menjadi bahan

nukilan muslim Indonesia meliputi kitab Misykāt al- Anwār Fīmā Ruwiya ‘An

Allāh Subẖānah Min al- Akhbār di Halab (1346 H/ 1927 M) karya Muhyiddin

Ibn al- Arabi (w. 638 H), Jami’ al-Jawāmi’ (al-Jāmi’ al-Kabīr) karya

Jalaluddin al- Suyuthi (w. 911 H), al-Jāmi’ al-Saghīr karya Jalaluddin as-

Sayuthi (w. 911 H), al- Aẖādīts al-Qudsiyyah al-Arba’īniyyah di Halab karya

al-Mulla Ali al-Qari (w. 1016 H), al- Ithāfāt as-Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-

Qudsiyyah di Kairo Mesir karya Abdurrauf al-Munawi (w. 1031 H), al-

Ithāfāt as-Saniyyah Fī al-Aẖādīts al-Qudsiyyah di Mesir karya Muhammad

bin Mahmud ath- Tharabzuni al-Madani (w. 1200 H), dan yang kitab yang

telah terbit dalam dua jilid berjudul al- Aẖādīts al-Qudsiyyah disusun oleh

Lajnat al-Qur’an wa al-Hadīts al-Majlis al- A’lā asy- Syu’ūn (Majelis Tinggi

Urusan Ke-Islaman) di Mesir.

Informasi mengenai beberapa buku rujukan primer maupun sekunder

diatas sebagian besar penulis dapatkan dari koleksi buku yang ada di

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Umum Islam Iman

Jama’ Lebak Bulus, dan Perpustakaan Daerah (perpusda) Purbalingga Jawa

Tengah.

Page 31: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

17

2. Analisis Isi Buku (Content Analysis)

Untuk mengetahui karakteristik dari suatu perkembangan ilmu terutama

menyangkut wilayah kajian dapat dicapai dengan berbagai cara, salah satunya

dengan melakukan studi content analysis yang mana nantinya akan

menghasilkan kesimpulan gaya bahasa buku, kecendrungan isi buku, tata tulis,

lay-out, ilustrasi, kelebihan, kekurangan dsb. Dalam langkah ini, maka hal

yang penulis upayakan adalah mendeskripsikan isi buku, dengan kata lain

mereview literatur hadis qudsi sesuai dengan ciri khas (karakteristik) yang

seorang penulis gunakan dalam menghimpun, meneliti ataupun mensyarakh

karyanya, disamping itu, penulis melakukan pembuatan daftar tabel atas hasil

penelitian mengenai karakteristik literatur hadis qudsi secara umum dan

berdasarkan sumber rujukan masing-masing literatur dalam kutub al-Tis’ah.

Hal ini dilakukan dengan tujuan memberi kemudahan kepada para pembaca

dalam melihat daftar kajian hadis qudsi. Barulah setelah itu penulis melakukan

analisa data demi pengembangan teori berdasarkan informasi yang diperoleh

sebelumnya sehingga argumestasi yang didapat menjadi akurat.

3. Teknik Penulisan

Secara teknis, penulisan ini mengacu pada buku Pedoman Akademik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012-2013. Pada bagian kata atau kalimat

dalam penulisan ini jika dirasa mengandung makna yang asing, maka penulis

berupaya menambahkan penjelasan tambahan pada bagian footnote.

Page 32: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

18

H. Sistematika Penulisan

Dengan melihat tujuan dalam mempertahankan karya ilmiah yang

sistematis serta memudahkan pembaca untuk memahaminya, kajian ini ditulis

dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan atas studi ini, didalamnya

menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian dan yang terakhir sistematika penelitian.

Bab kedua akan menguraikan sekelumit sejarah intelektual Islam di

Indonesia, baru setelah itu kajian hadis di Indonesia, lalu eskistensi hadis di

Indonesia serta Literatur hadis di Indonesia.

Bab ketiga, dalam bab ini barulah penulis mendeskripsikan kajian hadis

qudsi seperti pengertian hadis qudsī, bentuk-bentuk periwayatan, perbedaan hadis

qudsī dengan hadis nabawi, perbedaan hadis qudsī dengan al-Qur’an, dan yang

terakhir khazanah literatur hadis qudsī berbahasa Arab.

Bab keempat, pada bagian ini akan berisi beberapa riview terhadap

literatur hadis qudsi mulai tahun 1984 sampai dengan tahun 2014, berikut literatur

yang akan dipaparkan: “40 Hadits Qudsī Pilihan” karya Ezzeddin Ibrahim “325

Hadits Qudsī Pilihan; Jalan ke Surga” karya K.H. Firdaus A.N (1973) “Hadits

Qudsī; Firman Allah Tabaraka wa Ta’ala selain al-Qur’an” karya Drs. Moh.

Syamsi Hasan, “272 Hadits Qudsī” karya H. Salim Bahreisy (1984), “254 Hadits

Qudsī” karya Drs. Zainuddin (1993), “Syaraẖ Hadits Qudsī” karya Wawan

Djunaedi Soffandi (2009), “Kelengkapan Hadits Qudsī” karya Drs. Muhammad

Zuhri (1982), “Himpunan Hadits Qudsī” karya Bahrun Abu Bakar, Lc (2009),

“Hadits Qudsi; Panduan dan Literasi Hadits Qudsi” karya Kamil Uwaidah

Page 33: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

19

(2008), “Ensiklopedia Hadits Qudsī dan Penjelasannya” karya Team Daar bin

Baaz (2012), Mutiara Hadis Qudsi karya Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh diterjemahkan

oleh Dewi Ariyanti Lc, Tahun 2008, Mutiara Hadis Qudsi karya Syeikh Abdul

Majied al-Adawiy (1987), Himpunan Hadis Qudsi Karya Lajnah Daarul Fikri

Beirut (1993), Hadits Qudsi karya Dr. Ahmad Asyibashi (1996), Hadits Qudsi

yang Shahih karya al-Imam Abi Hasan al-Qoriy (1999), Kumpulan Hadis Qudsi

karya Imam al-Nawawi dan al-Qasṯalani (2003), dan Kamus Hadis Qudsi

Lengkap karya Syeikh ‘Ali Ibnu Salahuddin al-Yamani (2009)

Bab kelima, merupakan kesimpulan dari apa yang sudah penulis analisis,

kemudian saran-saran, daftar pustaka, lampiran tabel literatur hadis qudsi di

Indonesia menurut karakteristik dan berdasarkan sumbernya dalam kutun al-

Tis’ah.

Page 34: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

20

BAB II

PENGKAJIAN HADIS DI INDONESIA

A. Sejarah Intelektual Islam di Indonesia

Di Indonesia, tradisi pemikiran Islam terbagi kepada dua periode. Pertama,

tradisi intelektual yang tumbuh sebelum terpengaruhi oleh paham-paham

pembaharun Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal dsb,

kedua, periode setelah bersentuhan dengan modernisme tersebut.111 Adanya dua

golongan periode tersebut tentu memiliki pengaruh pada wilayah dimana seorang

ilmuan mengemban ilmu. Hal ini bisa dilihat dengan jalinan intelektuan antara

kaum muslim di Nusantara dan kaum muslim Timur Tengah.

Hubungan intelektual antara kaum muslim di Nusantara dan Timur Tengah

telah terjalin sejak masa awal Islam. Mereka yang berasal dari Arab, Persia, dan

anak benua India berbondong-bondong mendatangi kepulauan Indonesia bukan

hanya untuk berdagang, melainkan juga menyebarkan agama Islam. Hal ini

berkaitan dengan semakin melejitnya kejayaan kerajaan-kerajaan Islam di

Indonesia yang berbuah manis pada hasil perdagangan Internasional sehingga

peluang masyarakat Muslim-Melayu untuk melakukan perjalanan keilmuan ke

pusat-pusat keilmuan dan keagamaan di Timur Tengah. Jalinan erat antara

ekonomi, politik sosial-keagamaan antara Indonesia dengan Timur Tengah ini

mencapai tingkat kemakmurannya abad ke-14 dan ke-15.212

Pemikiran yang berkembang pada periode pertama meliputi Hamzah

Fansuri, Syamsuddin Sumatrani (W. 1630), Nuruddin al-Raniri (W. 1658), Abdul

1 Ahmad Rifa’i Hasan, Warisan Intelektual Islam Indonesia, (Bandung: Mizan, 1987), h.

12. 2 Dr. Azyumardi Azra, Jaringan Ulama; Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad

XVII dan XVIII, (Bandung: Mizan, 1995), h. 17.

Page 35: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

21

Ra’uf Singkel (W. 1694), Syaikh Nawawi Banten, Kyai Ihsan Kediri, Syaikh

Abdusahamad al-Palimbani (W. 1700), Mangkunegoro, R. Ronggowarsito dll.

Sedangkan pada periode setelahnya meliputi pemikiran H.O.S Cokroaminoto, H.

Agus Salim, K.H. Ahmad Dahlan, Syaikh A. Surkati, A. Hasan, M. Natsir dan

Abdullah bin Nuh. Di samping itu perkembangan selanjutnya dapat kita lihat

pemikiran-pemikiran modernisme orde baru yang termasuk di dalamnya

Nurcholish Majid, M. Dawam Rahardjo, Adi Sasono, Jalaluddin Rahmat,

Abdurrahman Wahid, A.M. Saefuddin, Kuntowijoyo, A. Syafi’i Ma’arif, Fachry

Ali dll.313

B. Kajian Hadis di Indonesia

Di Indonesia konsentrasi terhadap kajian hadis muncul sejak Islam masuk

wilayah Nusantara, namun perkembangannya belum begitu pesat. Ini dikarenakan

Islam masuk ke Indonesia mayoritas bukan dibawa oleh para ulama maupun

Syekh, melainkan oleh para pedagang. Dalam skripsi Nurhidayah disebutkan

bahwa perkembangan kajian hadis di Indonesia dimulai sejak abad ke -17

masehi.414 Minimnya peredaran literatur-literatur hadis berbahasa Arab pada awal

masuk Islam menyebabkan hanya Kyai, guru dan ulama tertentu yang memiliki

sejumlah literatur hadis yang cukup. Martin van Bruinessen mengatakan bahwa

perhatian ulama Indonesia terhadap kajian hadis merupakan hal yang baru, maka

wajar adanya bila keberadaan literatur hadis ini menjadi sangat minim.515

Seperti halnya yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, MA

dalam bukunya Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia bahwa di Indonesia

3 Ahmad Rifa’i Hasan, Warisan Intelektual Islam Indonesia, h. 12. 4 Nur Hidayah, “Meretas Kesarjanaan Hadis di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015), h. 15. 5 Umaiyatus Syarifah, “Lokalitas Tarjamah Hadis Bahasa Betawi,” Studi Islam 13, no. 1

(2012):, h. 2.

Page 36: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

22

pengkajian hadis terkesan cukup tertinggal dibanding dengan kajian-kajian

keislaman lainnya seperti ilmu tafisr, fikih dan ilmu tasawwuf. Hal tersebut dapat

dilihat dari tercecernya ilmu hadis di bumi yang mayoritas penduduknya

beragama Islam ini.616

Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan pada masa Islam awal

hadis sama sekali tidak dipelajari. Hal ini terbukti dengan adanya karya seperti

“Kitab al-Hadis al-Musamma Syifā’ al-Qulūb” karya Syaikh Abdullah yang

ditulis pada tahun 1779 di Aceh dengan pengantar bahasa melayu, kitab ini

berbicara tentang kumpulan hadis dalam tinjauan tasawuf yang ditulis tidak

dengan sanad maupun periwayatnya, lalu “Kifāyah al-Mustafīd” dan “Manhaj

Zawi an-Nazhar” karya Syaikh Mahfuz at-Tarmasi yang ditulis kedalam bahasa

Arab.717

Kemudian karya yang cukup fenomenal yakni Ar-Rānirī 818(w. 1658)

dengan bukunya Hidayah al-Habib fi Raghib wa Targhib yang berisi hadis-hadis

tentang penerapan syariat, diterjemahkan oleh Ar-Rānirī ke dalam bahasa Melayu

kemudian dipadupadankan dengan penjelasan al-Qur’an. Selanjutnya karya Abdur

Rauf al-Sinkili919 Syaraẖ Hadis Arba’in, dan al-Mawa’iz al-Badi’ah yang ditulis

6 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia,

(Medan: IAIN Press, 2016), h. v. 7 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, h. vi. 8 Nama lengkapnya Nūr al- Dīn Muhammad b. ‘Alī b. Hasan al-Hamīd al- Sāfi’ī al-

Aydarusī al-Rānirī, lahir di Ranir (sekarang Randir); sebuah pelabuhan tua di pantai Gujarat.

Mekipun singkat, selama tujuh tahun kiprahnya di tanah Aceh membuatnya dikenal sebagai ulama

Nusantara. Tahun kelahirannya tidak diketahui, tetapi kemungkinan besar menjelang akhir abad

ke-16. Konon ibunya asli Melayu sedangkan ayahnya imigran Hadhrami (Hadramaut) yang

memiliki tradisi panjang berpindah ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Ada kemungkinan ia

keturunan Abū Bakr Abdullah b. Zubayr al-Asadī al-Humaydī (w. 219/834), ulama hadis dan

mufti terkemuka di Mekkah serta murid kenamaan Imam Syafii. Al-Rānirī wafat di Gujarat pada

tahun 1068/1658. Lihat: Mochamad Samsukadi, “Paradigma Studi Hadis di Dunia Pesantren”,

Jurnal Studi mengenai rendahnya minat kajian pesantren secara langsung dan kritis terhadap al-

Qur’an dan hadis 06, no. 01 (April 2015):, h. 49. 9 Nama lengkapnya Abdul Rauf Al-Singkili, lahir di Sinkel, Aceh pada 1024 H/1615 M,

nenek moyang Syekh Sinkel berasal dari Persia yang datang ke kesultanan Samudra Pasai pada

Page 37: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

23

atas permintaan kesultanan Aceh yakni Zakiyyah al- Din yang berkuasa pada

tahun 1678-1688 M. Kemudian setelah itu, kajian hadis mengalami kemandegan

dalam penerbitannya sampai awal abad ke-16, salah satu penyebabnya ialah

karena mayoritas masyarakat muslim pada saat itu lebih fokus pada bidang

tasawuf yang terlebih dahulu berkembang di Indonesia.1020

Namun sebenarnya bukan berarti hadis tidak berkembang sama sekali,

karena kajian hadis pada saat itu baru bersifat antologi atau berupa kumpulan-

kumpulan dari berbagai tema yang berkaitan dengan kajian fiqih, maka tampak

masih tercampur-campur dengan disiplin lain.1121 dan sebagaimana diketahui

bahwa karya-karya yang penulis sebutkan sebelumya tidaklah berbahasa

Indonesia, sehingga mengurangi tujuan dari bacaan orang Indonesia yakni bacaan

yang seharusnya berbahasa dan beraksara Indonesia. Dengan kata lain, kajian

tersebut tidak diperuntukkan secara khusus bagi orang Indonesia, melainkan bagi

semua kalangan yang memahami bahasa tertentu. 1222

Melihat fenomena tersebut, para syekh, ulama, Kyai Indonesia tidak lantas

diam, upaya mereka dalam mendirikan madrasah-madrasah dan pesantren-

pesantren nampaknya memberi pengaruh penting terhadap perkembangan kajian

hadis di Indonesia, ini dilihat dari kebutuhan santri akan literatur hadis sebagai

kurikulum yang digunakan sehingga proses penyebaran dan penggunaannya

akhir abad ke-13. Nama Sinkel dinisbahkan pada daerah kelahirannya itu. Selain Hadis al-Arba’in

yang beliau tulis, beliau juga pernah menulis karya berjudul Mir’āt al-Thullāb yang membahas

masalah-masalah fiqh dan hukum. Di dalam karya ini dibahas tentang syarat-syarat dan aturan

menjadi hakim serta penegakan hukum Islam. Al-Singkili juga menulis tentang Fiqh Muamalat

dan menulis tafsir al-Qur’an berjudul Tarjuman al-Mustafid yang terbit untuk pertama kali justru

di Timur Tengah, bukan Indonesia. Lihat: Hasan Su’aidi, “Jaringan Ulama Hadis Indonesia,”

Penelitian oleh Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), (Pekalongan 2013):, h, 3. 10 Umaiyatus Syarifah, Lokalitas Tarjamah Hadis Bahasa Betawi, h. 2. 11 Munandar, “Perkembangan Hadis di Indonesia, Medan,” Penelitian Dosen Fakultas

Ushuluddin IAIN Sumatera Utara 04, no. 1 (Januari-Juli 2014): 113. 12 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, h. vi.

Page 38: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

24

semakin pesat. Martin Van Bruinessen menyebutkan dalam penelitiannya bahwa

pada masa ini hadis merupakan mata pelajaran yang relafif baru di pesantren.

Sebelumnya memang sudah banyak mempelajari karya ataupun kitab fiqih dimana

didalamnya menggunakan dalil-dalil hadis sebagai penguat argumen, disamping

itu, sudah mulai terdapat proses, penyeleksian dan pengutipan hadis yang sesuai

dengan keperluan pengarangnya. Martin Van Bruinessen menyatakan bahwa pada

masa ini minat masyarakat terhadap kajian hadis menjadi lebih besar dibanding

sebelumya, lalu disebutkan pula bahwa kemajuan kajian hadis pada masa ini

disebabkan oleh dampak modernisme. 1323 hal ini sejalan dengan perkataan Prof.

Dr. H. Ramli M,A yang penulis kutip dari bukunya berjudul sejarah pengkajian

hadis di Indonesia :1424

“Pada saat ini, kajian hadis semakin hari semakin menggembirakan untuk

mengejar ketertinggalannya dari disiplin ilmu-ilmu ke-Islaman yang telah

mapan di Indonesia. Hal itu diperkuat lagi dengan ditambahnya sarjana

spesialis Hadis lulusan S3 dari dalam maupun luar negeri. Fajar Ilmu Hadis

yang telah menyingsing ini merupakan optimisme masyarakat muslim

Indonesia terhadap masa depan ilmu hadis di tanah air. Semoga mereka

berhasil menelurkan karya-karya dan bermanfaat dan orisinal, bukan sekedar

saduran dan alih bahasa.”

Dengan demikian, penulis menambahkan bahwa penting bagi kita sebagai

calon sarjana Islam mengetahui perkembangan kajian hadis di negri yang kaya

akan pemikiran baru, dan intelektual yang semakin maju. Kemudian

menggambarkan karakteristik dari literatur hadis yang disusun maupun

diterjemahkan oleh orang Indonesia. itu semua dimaksudkan untuk

menggambarkan pencarian dan mengumpulkan kajian bibliografi karya-karya

hadis sebagai referensi ilmiah khususnya di Indonesia.

13 Za’im Kholilatul Ummi, Perkembangan Kajian Hadis di Indonesia, (Yogyakarta: UIN

Sunan Kalijaga, Academia.edu, 2015), h. 9. 14 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, h. vii.

Page 39: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

25

C. Eksistensi Hadis di Indonesia

Terbatasnya jumlah karya-karya literatur hadis menjadi faktor

ketertinggalannya kajian hadis di Indonesia. Namun untuk Indonesia yang

sekarang ini, hal tersebut sudah tidak menjadi sorotan yang penting. Mengapa

demikian? Lantaran semakin banyaknya sarjana-pascasarjana yang bergelut di

bidang hadis dari beberapa jurusan Tafsir Hadis di sejumlah Fakultas Ushuluddin

IAIN (sekarang UIN), sehingga optimisme intelektual muslim di Indonesia dalam

melahirkan karya-karya hadis semakin terlihat. Opini ini di dukung oleh skripsi

Nurhidayah yang menyebutkan bahwa IAIN (UIN) merupakan kampus

pembaharu pemikiran Islam, dimana mahasiswanya berasal bukan hanya dari

dalam negeri, bahkan luar Negeri pun seperti Malaysia, Thailand, Singapura,

Nigeria dsb turut mewarnai keanekaragaman intelektual di kampus UIN

sendiri.1525

Berikut eksistensi hadis di Indonesia yang perlu diketahui

perkembangannya yang penulis kutip dari penelitian yang dilakukan Prof. Dr. H.

Ramli Abdul Wahid, MA. Dalam bukunya Sejarah Pengkajian Hadis di

Indonesia, namun dari ke-empat poin yang disajikan, penulis hanya mengambil

tiga point, di antaranya: 1626

1. Buku-Buku dan Artikel Ilmiah

Buku-buku dan artikel ilmiah ke-Islaman yang ditulis oleh intelektual

muslim di Indonesia khususnya bidang hadis apabila mengutip hadis tidak

merujuk langsung kepada sumber premier, melainkan kepada sumber-sumber

sekunder. Hal ini terjadi karena kebanyakan dari penulis tidak menyebutkan

15 Nur Hidayah, “Meretas Kesarjanaan Hadis di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015), h. 2. 16 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, h. 2-4.

Page 40: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

26

nomor kitab, bab berapa, atau jilid dan halaman berapa dari kitab-kitab shahih

yang dimaksud. Biasanya para penulis juga da’i-da’i menyebutkan hadis

berikut nama periwayatnya yang sumbernya bukan dari kitab Saẖīẖ al-

Bukharī, Saẖīẖ Muslim dsb, melainkan dari buku-buku ke-Islaman.

Di samping itu, dalam pengamatan Ramli Abdul Wahid bahwa jarang

ditemukan kajian hadis yang membahas kritik sanad dan matan secara utuh,

sekalipun ditemukan, biasanya penilaian itu tidak didasarkan pada penelitian

mandiri, tetapi didasarkan pada pendapat al-Suyuṯi, al-Tirmidzī dan al-

Syaukani. Saya menambahkan opini saya terhadap permasalahan ini bahwa

pembahasan kritik sanad maupun matan yang secara mandiri biasanya akan

mudah dijumpai pada skripsi, tesis, disertasi dan jurnal-jurnal ilmiah

mahasiswa dan dosen-dosen hadis (bukan buku-buku).

2. Para Ulama dan Sarjana Hadis

Di antara para ulama dan sarjana hadis yang berperan dalam perjalanan

sejarah pengkajian hadis di Indonesia Dr. Atjeng Ahmad Kusairi (W.1999),

Prof. Dr. Syhudi Ismail (W.1995) seorang doktor pertama di bidang hadis di

Indonesia yang sangat aktif menulis kajian hadis, Prof. Daniel Djuneid

(W.2010), selain itu ada juga beberapa alumni luar Negeri seperti Dr. Sobron

Effendy (Universitas Ummul Qura Makkah), Dr. Dawud Rasyid, MA (Daarul

‘Ulum, Kairo), Dr. H. Syahbuddin (alumni Timur Tengah dan Barat) dan

masih banyak lagi sarjana-sarjana hadis yang ikut mewarnai perkembangan

ini, sebagian dari mereka kurang tersorot karena beberapa tidak mengabdikan

ilmunya di perguruan tinggi sehingga perkembangan keilmuannya kurang

terlihat, walaupun begitu, sejak akhir abad ke-20 kajian hadis di Indonesia

Page 41: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

27

mulai mengalami magnetisasi sikap dan melalukan pendekatan yang lebih

mendalam, mulai dari pemikiran yang mudah sampai yang sulit dipahami.

3. Peran Ormas dan lembaga Fatwa

Peran ormas dan lembaga fatwa cukup memberi pengaruh dalam ranah

perkembangan kajian hadis. Ini bisa dibuktikan dengan adanya NU,

Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), al-Washilah, MUI Pusat dan

Daerah. Menurut pendapat yang disampaikan oleh Ramli Abdul Wahid

disebutkan bahwa agaknya yang lebih banyak memberikan pengaruhnya

adalah Muhammadiyah dan Persis. Hal ini terbukti dengan adanya tesis IAIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta yang menyimpulkan bahwa Himpunan Tarjih

Muhammadiyah kini tidak lagi berpegang pada paradigma barunya yaitu al-

Qur’an dan sunnah maqbullah melainkan juga terdapat di dalamnya hadis-

hadis dha’if.1727Adapun di kalangan Persis sudah mulai memperlihatkan

penelitiannya akan pendapat-pendapat hukumnya yang sudah sejak lama

berlaku, sehingga geliat SDM-nya dalam menghindari hadis-hadis dha’if

semakin terlihat. Obsesi kedua ormas ini harus diapresiasi walaupun

sebenarnya segala bentuk kekurangan ini juga diakibatkan oleh sedikitnya

SDM yang kompeten dalam bidang tersebut.

17 Dengan kenyataan ini, bukan berarti dengan mudahnya kita menilai bahwa Himpunan

Tarjih Muhammadiyah lemah, sebab benar tidaknya penilaian terhadap hadis tergantung

ulamanya, beda ulama bisa jadi beda penilaian, justri ini seharusnya menjadi perhatian SDM

Muhammadiyah khususnya bidang hadis agar melakukan peningkatan penelitiannya sehingga

tercantumnya hadis-hadis dha’if ini bisa terhindar. Lihat: Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A,

Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, h. 4-5.

Page 42: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

28

D. Literatur Hadis di Indonesia

Buku-buku bertemakan kajian hadis yang ditulis dalam bahasa Indonesia,

baik yang berbentuk terjemahan atas karya yang sudah ada maupun yang susunan

asli oleh orang Indonesia penulis kategorikan kepada empat jenis, pembagian ini

penulis ambil dari pendapat Prof. Dr. Ramli Abdul Wahid dalam bukunya Sejarah

Pengkajian Hadis di Indonesia.1828

1. Buku- Buku Terjemah dan Nonterjemah

Di Indonesia yang sekarang ini, banyak sekali dijumpai buku-buku yang

membahas hadis, dari beberapa literatur yang ada, penulis memahami bahwa

sebagian besar dari karya tersebut merupakan kajian tematik, seperti

kumpulan hadis-hadis ekonomi, hadis-hadis pendidikan, hadis-hadis

Ramadhan dsb. dengan demikian, jarang dijumpai karya-karya hadis Induk

berbahasa Indonesia, sekalipun ada biasanya bersifat alih bahasa.

Adapun beberapa literatur hadis di Indonesia yang masuk dalam objek

penelitian Prof. Dr Ramli berjudul sejarah pengkajian hadis di Indonesia,

meliputi: al- Hadīts al-Nabawī Karya Drs. Fatchurrahman, 101 Hadits Budi

Luhur karya Ahmad Najieh, Hadis-Hadis Pendidikan karya Prof. Dr. Hasan

Asari, Hadis-hadis Ramadhan karya Abduh Zulfikar, 323 Hadis dan Syair

untuk Bekal Dakwah karya Ahmad Najieh., 1100 Hadits Terpilih karya A.

Aziz Salim Basyaril, 2002 Mutiara Hadis karya TM. Hasbi al-Shiddieqy, Al-

Hadits Sebagai Sumber Hukum Serta Latar Belakang Historisnya karya

Dja’far Abd. Muchith, Al-Hadits (Aqidah, Sosial, dan Hukum) karya Rahmat

Syafei, Al-Lu’lu’ wal Marjan karya Muhammad Fuad, Hadits Teladan Amal

karya Abujamin Roham, Hadits-Hadits Muttafaq ‘Alaih karya Achmad

18 Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, h. 112.

Page 43: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

29

Mudjab Mahali, 40 Hadits Shahih Pedoman Membangun Toleransi karya

Khotimatul Husna, Himpunan Hadis Shahih Muslim karya Husein Bahresy,

Kelengkapan Hadis Qudsi dialih bahasakan oleh Muhammad Zuhri, Koleksi

Hadis-Hadis Hukum karya Hasbi al-Shiddieqy, Muwththa’ Imam Malik

diterjemahkan oleh Adib Bisri Mustafa, Shahih Muslim diterjemahkan oleh

Tim Penerbit Pustaka al-Husna Jakarta dsb.1929

Adapun Literatur yang penulis jumpai langsung meliputi Hadis-hadis

Penistaan Agama karya Muhammad Nabiel, Hadis-Hadis rukyah karya M.

Khoirul Huda, Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan karya Abdul Majid

Khon, Hadis Ahkam karya Mardani, Hadis-Hadis Bermasalah karya Ali

Mustafa Ya’qub, Ensiklopedia hadis karya Ibnu Qutaibah, Hadis Tarbawi

karya M. Bahri al-Ghazali, Kontroversi Hadis di Mesir karya Juynboll, Hadis-

Hadis Shahih Seputar Hukum karya al-Hafidz Taqiyuddin Abdul Ghaniy,

Bulughul Maram karya ‘Aidh al-Qarni, hadis-hadis ekonomi karya Ilfa Nur

Diana, Otentisitas Hadis karya Badri Khaeruman dll.

2. Buku- Buku ‘Ulūmul Hadīts

Beberapa literatur ilmu hadis di Indonesia yang masuk dalam objek

penelitian Prof. Dr Ramli berjudul sejarah pengkajian hadis di Indonesia,

meliputi: al-Imam al-Tirmidzi (Perananya dalam Pengembangan Hadits dan

Fiqih) karya Ahmad Sutarmadi, Cara Penyelesaian Pertentangan Hadis dn al-

Qur’an karya M.Tholib, Hadis Nabi Telaan Historis dan Metodologis karya

Muh.Zuhri, Ikhtisar Musthalah Hadis karya Fatchur Rahman, Ilmu Hadis

Karya Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis Kajian Riwayah dan Dirayah karya

19 Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, h. 112.

Page 44: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

30

Endang Soetary, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya karya Prof. Dr.

M.M. Azami, Kaedah Keshahihan Sanad Hadis karya M.Syuhudi Ismail,

Kritik Matan Hadis karya Hasjim Abbas, Memahami Ilmu Hadis

diterjemahkan oleh Kiehera, Pengantar Ilmu Hadis karya Msjfuk Zuhdi,

Pengantar Ilmu Hadis karya M.Syhudi Ismail, Studi Kitab Hadis karya M.

Abdurrahman, Ushul al-Hadits diterjemahkan oleh Qadirun Nur dan Ahmad

Musyafiq dan masih banyak lagi.2030

Adapun literatur Ilmu hadis yang penulis jumpai sendiri antara lain:

Ulumul hadis karya abdul Majid Khon, studi hadis karya Idri, pengantar ilmu

hadis karya M. Abduh al-Manar, Ulumul Hadis karya Nuruddin ‘Itr, teori

hadis karya Maman Abdurrahman, dasar-dasar ilmu hadis karya Bustamin,

Ilmu hadis karya Suparta, dasar-dasar ilmu hadis karya Imam al-Nawawi,

Antologi Ilmu hadis karya Noor Sulaiman, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis

karya M. Hasbi ash-Shiddieqy, Ulumul Hadis karya Nawir Yuslem.

3. Buku-Buku Metode Takhrij dan Takhrij al- Hadīts

Beberapa literatur Metode Takhrij dan Takhrij al- Hadīts di Indonesia

yang masuk dalam objek penelitian Prof. Dr Ramli berjudul sejarah

pengkajian hadis di Indonesia, meliputi: Fiqih Sunnah Dalam Sorotan karya

Ramli Abdul Wahid, Hadis-Hadis Da’if dalam Riyadhush Shalihin

diterjemahkan oleh Abu Zuhdy Munir A. Badjeber, Hadis-Hadis Lemah dan

Palsu dalam kitab Durratun Nashihin karya Ahmad Luthfi Fatullah, Hadis

Lemah dan Palsu di Indonesia karya Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Yusuf,

Hadis-Hadis Palsu Seputar Ramadhan karya Ali Mustafa Ya’qub, Otentisitas

20 Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, h. 128.

Page 45: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

31

Hadis Shalat Tarawih 20 rakaat karya Mahfud Hidayat dan Tamamul Minnah

diterjemahkan oleh Abi Abdirrahman.

Adapun literatur Metode Takhrij dan Takhrij al- Hadīts yang penulis

jumpai sendiri antara lain: Dha’if Adabul Mufrad diterjemahkan Herry

Wibowo, Hadis-Hadis Bermasalah karya Ali Mustafa Ya’qub, Metodologi

Penelitian Hadis karya Nawir Yuslem.

4. Buku-Buku Pemikiran Hadis dan Ilmu Hadis

Beberapa literatur pemikiran hadis dan ilmu hadis di Indonesia yang

masuk dalam objek penelitian Prof. Dr Ramli berjudul sejarah pengkajian

hadis di Indonesia, meliputi: Ummat Islam diterjemahkan oleh Bahruddin

Fannani, Amaliyah Sunnah yang dinilai Bid’ah karya Drs. KH. M. Sufyan

Raji Abdullah, Bahaya Inkar Sunnah karya M.Amin Djamaluddin, Debat

Terbuka Ahlu-Sunnah Versus Inkar Sunnah karya Abdul Zulfikar Akaha,

Evolusi Konsep Sunnah karya Musahadi HAM, Gerakan Inkaru al-Sunnah

dan Jawabannya karya Ahmad Husain, Hadis Daif karya Ahmad Sutarmadi,

Hadis Dalam Persoalan karya Moh. Thalib dsb. 2131

Adapun literatur pemikiran hadis dan ilmu hadis yang penulis jumpai

sendiri antara lain Interaksi Sosial dalam Periwayatan Hadis karya Nafriandi,

Metodologi Penyelesaian Hadis Kontradiktif karya M. Isom Yusqi,

Bagaimana Memahami Hadis Nabi karya Yusuf al-Qardhawi, Peta kajian

Hadis Ulama Banjar karya Saifuddin, Melacak Hadis Nabi Saw karya A.

Hasan asy’ari, Metode Kritik Hadis karya Abdurrahman, Menguji Kembali

Keakuratan Metode Kritik Hadis karya Kamaruddin Amin.

21 Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, h. 142-146.

Page 46: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

32

BAB III

KAJIAN HADIS QUDSI

A. Hadis Ditinjau Dari Sumber Berita

Ditinjau dari segi bahasa hadis adalah “ اجلديد”yang berarti sesuatu yang

baru, jamaknya “ adapun pengertian secara istilah:132 ,”أحاديث

أوصفةريرت قصاممنق ولأوفعلأوماأ ضيفألالنب“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw, baik berupa perkataan,

perbuatan, taqrir (persetujuan), maupun sifatnya.”

Kemudian sebagaimana yang telah disebutkan dalam QS. Al-Thūr: 34 yang

berbunyi:

كان واف صادقي ليأت وابديثمثلهإن“Maka datangkanlah dengan berita yang sesamanya (al-Qur’an), jika mereka

benar.” (QS. Al-Thūr: 34)

Dalam ayat tersebut mengungkapkan makna lain secara bahasa dari hadis

yang berarti al-Khabar (berita) dimana dalam redaksinya selalu menggunakan

perkataan أن بأان و أخبان ثنا memberitakan kepada kami, mengabarkan“ حد

kepada kami, dan menceritakan kepada kami.” 233

Hadis merupakan sumber berita yang datang dari Nabi Saw dalam segala

bentuk, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun sikap persetujuan.334

Hadis jika ditinjau dari sumber berita, para ulama sepakat membaginya

kepada 4 kategori:

1. Hadis Qudsī

Ditinjau dari aspek bahasa, qudsi berasal dari kata yang dinisbahkan

kepada “الق دس” yang berarti suci, adapun menurut istilah:435

صممعأسناده ناعنالنب ه أه ومان قلألي وجلألربي هعز“Yakni hadis yang dinukilkan kepada kita dari Nabi Saw dengan sanadnya

yang disandarkan kepada Tuhannya ‘Azza wa Jalla.”

1 Dr. Maẖmūd Thahan, Taisīr Musṯalẖul Hadīts, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif Linnasyri

Wattauzī’, 1425 H), h. 17. 2 Dr. Bustamin, M. SI, Dasar-Dasar Ilmu Hadis, (Jakarta: Ushul Press, 2009), h. 1. 3 Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 3. 4 Dr. Maẖmūd Thahan, Taisīr Musṯalẖul Hadīts, h. 158.

Page 47: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

33

K.H Firdaus A.N berkata dalam bukunya 325 Hadis Qudsi pilihan

bahwa Ali bin Muhammad bin Ali menjelaskan definisi hadis qudsi

sebagai hadis dengan makna yang datang dari Allah Swt dan lafadznya

dari Nabi Muhammad Saw, kemudian turun melalui ilham atau mimpi

Nabi ketika tidur.536Praktisnya hadis qudsi adalah hadis yang pada awal

matannya didahului dengan “Allah berkata...”637pembahasan mengenai

hadis qudsi akan dijelaskan secara gamblang pada sub berikutnya dalam

skripsi ini.

2. Hadis Marfū’

Ini merupakan bentuk isim maf’ūl dari kata kerja “رفع” yang berarti

‘tinggi’, adapun menurut istilah:738

صاممنق ولأوفعل صفةريرأووت قأه وماأ ضيفألالنب “Yakni sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw baik berupa

perkataan, perbuatan, persetujuan atau sifat Nabi.”

Dengan melihat definisi diatas, maka yang kemungkinan bisa

masuk dalam kategori hadis marfū’ adalah hadis muttasil, mu’allaq,

mursal, munqaṯi dan mu’ḏal, namun bukan berarti hadis selain yang baru

saja disebutkan tidak termasuk marfū’, karena itu kembali pada bukti yang

berpotensi menjadi marfū’.839 Adapun hukum dari hadis marfū’ bisa

dilihat atas ketersambungan sanad tersebut apakah masuk dalam sahīh,

ẖasan atau ḏa’īf. 940

5 K.H. Firdaus. A. N, 325 Hadis Qudsi Pilihan; Jalan ke Syurga, (Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 1990), h. xvii. 6 Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi al-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadis, h.

306. 7 Dr. Maẖmūd Thahan, Taisīr Musṯalẖul Hadīts, h. 160. 8 Drs. M. Agus Solahudin, M.Ag & Agus Suyadi, Lc. M.Ag, Ulumul Hadis, 155. 9 Dr. Nawir Yuslem, Ma, Ulumul Hadis, (Jakarta: Mutiara Sumber Widia, 2001), h. 238.

Page 48: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

34

3. Hadis Mauqūf

Ditinjau dari aspek bahasa mauqūf adalah bentuk isim maf’ūl dari

kata “الوقف” yang berarti berhenti, adapun menurut istilah:1041

منق ولأوفعل يرت قرأوه وماأ ضيفألالصحاب “Sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dari perkataan,

perbuatan, ataupun persetujuan.”

Hadis mauqūf baru bisa dijadikan hujjah ketika memenuhi kriteria hadis

marfū’,1142bila memenuhi maka bisa dikatakan berstatus sahīh atau

ẖasan,1243sebab pada hakikatnya hadis yang bukan disandarkan kepada

Nabi Saw kurang bisa diterima.

4. Hadis Maqṯū’

Makna maqṯū secara bahasa adalah bentuk isim maf’ūl dari “قطع”

yang berarti memutuskan, maksudnya adalah memutuskan sandaran hadis

hanya sampai pada tingkat tabi’in. Adapun makna secara istilah:1344

أومند ونه منه وماأ ضيفألالتا وفعللأق وبعي “Hadis yang disandarkan kepada tabi’in atau selain tabi’in dari

perkataan ataupun perbuatan.”

Perlu diketahu bahwa hadis maqṯū’ ini tidaklah sama dengan hadis

munqaṯi’, jika hadis maqṯū’ terjadi pada matan yang berbentuk perkataan

tabi’in, sedangkan hadis munqaṯī’ terjadi pada sanad yang berhenti pada

tingkatan sebelum sahabat, yakni tabi’in.1445 Kemudian hadis maqṯū’

walaupun ketika diteliti ternyata matannya shahih tetap tidak bisa

dijadikan hujjah, sebab penyandarannya bukan kepada Nabi Saw. Akan

tetapi pada akhirnya ditemukan tanda-tanda kemarū’annya, maka

hukumnya menjadi marfū’ mursal. 1546

10 Dr. Maẖmūd Thahan, Taisīr Musṯalẖul Hadīts, h. 162. 11 Drs. M. Agus Solahudin, M.Ag & Agus Suyadi, Lc. M.Ag, Ulumul Hadis, h. 155. 12 Dr. Nawir Yuslem, Ma, Ulumul Hadis, h. 288. 13 Dr. Maẖmūd Thahan, Taisīr Musṯalẖul Hadīts, h. 167. 14 Dr. Nawir Yuslem, Ma, Ulumul Hadis, h. 293. 15 Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadis, h. 263.

Page 49: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

35

B. Pengertian Hadis Qudsi

Dalam beberapa kajian ‘Ulumul Qur’an, tidak jarang dijumpai beberapa

pembahasan yang mengkhususkan sub judul tentang perbedaan antara hadis

qudsi dengan al-Qur’an maupun hadis qudsi dengan hadis nabawi, mengapa

demikian? dari beberapa realitas yang penulis lihat, maka penulis berpendapat

bahwa alasan dari ‘pengkhususan’ ini ialah karena hadis qudsi memiliki

keistimewaan tersendiri baik dari sifat matan maupun sanadnya, ini berbeda

dengan sekian macam istilah hadis pada umumnya, kedudukannya suci seperti

halnya al-Qur’an namun sangat berbeda dengan al-Qur’an.

Kata ‘qudsi’ dinisbahkan pada makna “القدس” yang berarti ‘suci’,

dikatakan demikian karena sumbernya langsung dari Allah Swt dan

Rasulullah mendapatkannya dalam tidur/ilham kemudian beliau sampaikan

dengan bahasa Rasulullah yang mudah dipahami manusia,1647Adapun

pengertian secara istilah yakni:

وأعجازهالق رآىنونظمهغيالنسقعلىاله ومارواه النبصامعنربهت باركوت عىأشبه بوالن ولكنه فنظمهوا سل وبهبسائرالديث

“Hadis yang diriwayatkan oleh Nabi Saw dengan lafadz dari Nabi dan

makna dari Allah Swt.” 1748

Dengan kata lain, Nabi Muhammad Saw meriwayatkan perkataan Allah

Swt.1849 dan karena ini berupa wahyu dengan dari cara penyampaian yang

berbeda, maka hadis qudsi memiliki kedudukan tinggi disamping al-Qur’an,

lalu posisinya menjadi diantara al-Qur’an dan hadis nabawi yakni dibawah al-

Qur’an dan diatas hadis-hadis Nabi yang biasa.1950Perlu diketahui bahwa kata

qudsiyyah mengarah kepada sifat al-taqdīs, al-tanzīh, al-kamāl, al-‘uluww

yakni sifat Allah, maka alangkah terhormat sehingga Allah jauh dari

16 Kamil Uwaidah, Hadis Qudsi; Panduan dan Literasi Hadis Qudsi, terj. M. Abd. Mujib

el-Zayyad dkk (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008), xix. 17 ‘Isāmuddin al-Sabābitī, Jāmi’ul Hadis al-Qudsiyyah, (al-Qāhirah: Dārul Hadits, 2004),

h. 12. 18 M. Iqbal Damawi, Kamus Istilah Populer Islam; Kata-Kata yang Paling Sering

Digunakan di Dunia Islam, (Erlangga, 2013), h. 76. 19 K.H. Firdaus A.N, 325 Hadis Qudsi Pilihan; Jalan ke Surga, h. xvii.

Page 50: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

36

penyerupaan ataupun wakil.2051 Dengan kata lain, hadis qudsi berasal dari

Nabi Saw, tetapi matannya bersifat firman Allah.2152

Jumlah hadis qudsi sangatlah terbatas, ada beberapa perbedaan pendapat

mengenai jumlah tersebut, di antaranya dalam buku 40 Hadis Qudsi Pilihan

karya M. Quriash Shihab menyebutkan bahwa jumlahnya sekitar 400 buah

hadis dengan sanad yang terulang-ulang, atau sekitar 100 buah hadis dengan

sanad yang tidak terulang,2253 menurut K.H Firdaus A.N dalam bukunya 325

Hadis Qudsi Pilihan disebutkan bahwa hadis qudsi konon jumlahnya tidak

sampai 500 buah,2354sedangkan dalam Kamus Ilmu Hadis karya Drs. Totok

Jumantoro dikatakan bahwa sebuah hasil penelitian menyatakan hadis qudsi

jumlahnya kira-kira 833 buah.2455Namun sebenarnya seperti yang dikatakan

oleh Syekh Ishamuddin ash-Shababithi dalam bukunya Shahih Hadits Qudsi

bahwa perbedaan jumlah hadis qudsi tersebut bergantung pada batas

kemampuan ulama tersebut dalam mengumpulkan hadis qudsi dalam

himpunannya tersebut.

C. Bentuk-Bentuk Periwayatan Hadis Qudsi

Pada umumnya, redaksi yang digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu

hadis merupakan hadis qudsi adalah yang secara gamblang menyebutkan

penisbatannya kepada Allah Swt, seperti sabda Rasulullah Saw: “Allah ta’ala

berfirman...”, “Allah mewahyukan...dstr”, namun jika diperhatikan lebih dekat

lagi, maka akan banyak kita jumpai macam-macam susunan kalimat hadis

qudsi yang sebenarnya memiliki arti sama yaitu adanya penisbatan kepada

20 Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh, Mutiara Hadis Qudsi; Jalan Menuju Kemuliaan dan Kesucian

Hati, (Bandung: Mizania, 2008),h. 8. 21 Drs. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 205. 22 M. Quraish Shihab, 40 Hadits Qudsi Pilihan, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), h. 4. 23 K.H. Firdaus A.N, 325 Hadis Qudsi Pilihan; Jalan ke Surga, h. xviii. 24 Drs. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.205.

Page 51: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

37

Allah atau meriwayatkan dari Allah Swt.2556Ragam riwayat tersebut antara

lain:

1. Bagian ini adalah bentuk mayoritas dari periwatyatan hadis qudsi, sebelum

menyebut teks hadis, maka terlebih dahulu diawali dengan redaksi

“Rasulullah Saw bersabda., berfirman Allah Azza Wa Jalla.” Contoh:

صا عنه :عنالنب بنات قالهللا ال:)مقعنأبه ري رةرضيهللا كذ بن آدمعال:يف قول ه :لنأذي ب ه اتككفأميك نله ذلكوشتمنوليك نله ذل ول ي عيدني

اللقبهونعلي كمابدأن يف قول ه ماشتم هوأمنأعادتوليسأول :اتذهللا ه أي رواهالبخاري د(ك ف واأحنلدوليك األحد الصمد لألدولأ ول ولداوأان

“Dari Abu Hurairah, semoga ridha Allah tercurah atasnya, dari

Nabi Saw. Beliau bersabda: Allah berfirman: “Aku didustakan oleh putra

Adam, sedang ia tidak wajar melakukan itu, Aku dimaki sedang tidak

wajar (pula) ia melakukan itu. Adapun pendustaannya terhadap-Ku maka

inilah ucapannya: “Dia (Allah) tidak akan mengembalikanku

(membangkitkan setelah mati) seperti halnya Dia memulaiku

(menghidupkanku semula),” adapun makiannya, maka ucapannya: “Allah

mengangkat/memiliki anak,” sedang (sesungguhnya) Aku adalah Yang

Maha Esa, yang bergantung kepada-Ku segala sesuatu, Aku tidak beranak

dan tidak pula diperanakkan, dan tidak sesuatu pun yang setara dengan-

Ku.” (HR. Al-Bukhārī)2657

2. Firman Allah pada bagian ini disampaikan dengan sandaran yang pasti,

hanya saja bentuknya orang pertama (Allah Swt), contoh:

هللاصام:أنهللا ماءفاتمالئكةالسهلعرهيبباي عنأبه ري رةأنرس ول :ا نظ ر واألعباديجاء ونش عثاغ بف ابنحبان()رواهاي ق ول

“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw. Pernah bersabda,

“sesungguhnya Allah membanggakan Ahli Arafah (para hujjaj yang ada di

Arafah) pada malaikat, seraya berfirman, “lihatlah hamba-hamba-Ku,

mereka datang kepada-Ku (berhaji karena Aku) dalam keadaan rambutnya

acak-acakan dan berdebu (karena telah menempuh perjalanan jauh).” (HR.

Ibn. Hibban)2758

25 Syaikh Ishamuddin Ash-Shababithi, Shahih Hadits Qudsi, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-

Syafi’i, 2014), h. 11. 26 M. Quraish Shihab, 40 Hadits Qudsi Pilihan, h. 27. 27 Drs. Moh. Syamsi Hasan, M.Pd, Hadis Qudsi; Firman Allah Tabaraka Wa Ta’alla

Selain al-Qur’an, h. 440.

Page 52: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

38

3. Adapula hadis qudsi yang secara dzahir jika dilihat bukan seperti riwayat

hadis qudsi, namun penisbahannya ini terlihat jelas hanya kepada Allah Swt,

pada bagian ini dimulai dengan sabda Rasulullah Saw yang menceritakan

situasi pembahasan. Contoh:

ث ناابن وهب ث ناهار ون بن معر وفحد نةثأنأبع شابنالارمروعنعحدثه عنع قبةبنعامرقالس رولهللاصرس عت املعافريحد ي عجب بك مامي ق ول

عزوي صليالةلصبسشظيةببلي ؤذن منراعيغنمفرأ هللا وجلف ي ق ول يانظ ر واألعبديهذاي ؤذن وي قيم الصالة قدغماف لعبديوأن دخلت ه فرت

اجلنة)رواهأبوداودوالنسائي( “Hārūn bin ma’rūf memberitahu kami, Ibnu Wahab memberitahu kami,

dan ‘Amr bin al-ẖārits, bahwa Aisyah Abu ‘Usysyanah al-Ma’afiri

memberitahunya, dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata, aku pernah mendengar

Rasulullah Saw. bersabda, “Tuhanmu membanggakan seorang laki-laki

penggembala kambing mengumandangkan adzan shalat diatas batu besar di

puncak gunung, lalu shalat. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Lihatlah

hamba-Ku ini, dia adzan dan mendirikan shalat, karena takut kepada-Ku.

Sungguh Aku mengampuni pada hamba-Ku dan memasukkannya ke Surga.”

(HR. Abu Daud dan an-Nasā’i).2859

4. Penisbahan kepada Allah dalam riwayat hadis qudsi tidak selalu tekstual

alias terang-terangan, terkadang akan dijumpai beberapa bentuk yang perlu

dipahami secara konteks, bahkan bentuk ini tidak jauh berbeda dengan

bentuk yang tidak aktif (pasif), kendati demikian tetap mengandung redaksi

yang dinisbahkan kepada Allah Ta’ala. Contoh:

عنه انرس ولهللا وسلمقال:ت فعليههللا لىصعنأبه ري رةرضيهللا تح أب واب اجل وي ومالميسف ي غفر ئادالي شعبك للنةي وماألث ني بهللاشي رج الأرك ال

:أنظ نه وبيأخيهشحناء ف ي قال اهذر وكانتب ي ذينهصطلحاأنظر وايينحتمسلم(ظر واهذينحتيصطلحا)رواهأن حتيصطلحا

28 Drs. Moh. Syamsi Hasan, M.Pd, Hadis Qudsi; Firman Allah Tabaraka Wa Ta’alla

Selain al-Qur’an, h. 459.

Page 53: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

39

“Dari Abu Hurairah, semoga ridha Allah tercurah atasnya, Rasulullah Saw

bersabda: dibuka pintu-pintu surga pada hari Senin dan hari Kamis, (ketika

itu) diampuni setiap hamba yang tidak mempersekutukan Allah dengan

sesuatu, kecuali (yang tidak diampuni) seorang yang terdapat (dalam

hatinya) permusuhan terhadap saudaranya (seagama). (menyangkut mereka)

akan dikatakan (oleh Allah): “Tangguhkan (pengampunan) terhadap kedua

orang ini sampai mereka berdamai. Tangguhkan (pengampunan) terhadap

kedua orang ini sampai mereka berdamai. Tangguhkan (pengampunan)

terhadap kedua orang ini sampai mereka berdamai.” (HR. Muslim)2960

D. Perbedaan Hadis Qudsi dengan al-Qur’an

Ketika menyebut al-Qur’an adalah firman Allah, maka tidaklah berbeda

dengan ‘hadis qudsi’, lalu yang menjadi perbedaan antara keduanya para

ulama sepakat dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 3061

1. Jika al-Qur’an merupakan perkataan Allah Swt yang sudah tertulis di

Lauhul Mahfudz yang disampaikan kepada Nabi Saw dengan lafadz yang

mutlaq tidak terjadi perubahan, tambahan, maupun pengurangan walau

satu huruf pun, sedangkan hadis qudsi adalah perkataan dari pemahaman

Rasulullah atas firman Allah Swt yang hanya berbentuk makna kemudian

Rasulullah menyampaikan kepada umat dengan bahasa yang dipahami

manusia.

2. Membaca al-Qur’an adalah bentuk ibadah kepada Allah bahkan ini

menjadi rukun dalam bacaan shalat, sedangkan hadis qudsi tidak.

3. Menyentuh al-Qur’an dalam keadaan junub atau yang berhadas kecil

adalah sebuah larangan, sedangkan hadis qudsi tidak, sebagaimana firman

Allah dalam QS. Al-Waqi’ah ayat 79:

امل طهر ون اليسه اال

29 M. Quraish Shihab, 40 Hadits Qudsi Pilihan, h. 77 30 Muhammad Tajuddin bin al-Manawi al-Haddadi, 254 Hadis Qudsi, h. xiv.

Page 54: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

40

“Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang

disucikan.”

4. Jika al-Qur’an turun hanya melalui perantara malaikat Jibril, maka hadis

qudsi terkadang melalui malaikat Jibril tapi juga adakalanya melalui

mimpi maupun ilham.

E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

Dalam melakukan pembedaan antara hadis Nabawi dengan dengan Hadis

qudsi para ahli hadis sepakat dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Bentuk periwayatan hadis Nabawi sebagaimana banyak kita jumpai yakni

menggunakan sebutan “Rasulullah Saw bersabda:......dstr”, sedangkan

hadis qudsi memiliki ungkapan khusus yakni “bersabda Rasulullah Saw

meriwayatkan dari Tuhannya......dstr” atau “Allah berfirman sebagaimana

diriwayatkan oleh Rasulullah Saw......dstr”3162titik perbedaan ini terletak

pada ‘nash’ tersebut.

2. Selain keduannya memiliki kemungkinan diberitahu secara tauqifi3263 tapi

kemungkinan juga disimpulkan secara taufiqi.3364 Karena itu dinamakan

masing-masing dengan nabawi sebagai nama yang pasti, apabila ada

31 H. Salim Bahreisy, 272 Hadis Qudsi; Firman-Firman Allah yang tidak tercantum

dalam al-Qur’an, h. 4. 32 Tauqifi adalah makna yang Rasulullah Saw terima dari wahyu dan beliau sampaikan

dengan bahasa beliau sendiri, perlu diingat, walaupun kandungannya ditunjukkan kepada Allah,

tapi tetap saja secara bahasa lebih pantas dikatakan bahwa ini ditunjukkan/ dinisbahkan kepada

Nabi Saw. lihat: Mannā’ Khalil al-Qaṯṯan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera

Antar Nusa, 2013), h. 28. 33 Taufiqi adalah perkataan Rasul atas pemahamannya terhadap al-Qur’an dengan

mengerahkan ijtihad beliau dan diperkuat dengan wahyu, namun jika pemahamannya tersebut

salah maka turunlah wahyu lain sebagai pembenarannya. Perlu diingat bahwa jenis kalam ini

bukanlah kalam Allah secara pasti, lihat: Mannā’ Khalil al-Qaṯṯan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an,

(Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013), h. 28.

Page 55: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

41

keterangan yang membedakan mana wahyu tauqifi, maka hadis nabawi

juga bisa disebut hadis qudsi.3465

F. Khazanah Literatur Hadis Qudsi

Khazanah literatur hadits qudsī dalam kajian hadis jika dilihat dari segi

penghimpunan, penelitian, dan penyusunannya diperlakukan sebagaimana

hadis Nabawi pada umumnya. Pengumpulan tersendiri dari hadis-hadis qudsī

terjadi setelah penghimpunan hadis-hadis Nabāwī, di antaranya: 3566

1. Misykāt al- Anwār Fīmā Ruwiya ‘An Allāh Subẖānah Min al- Akhbār di

Halab (1346 H/ 1927 M) karya Muhyiddin Ibn al- Arabi (w. 638 H).

2. Jami’ al-Jawāmi’ (al-Jāmi’ al-Kabīr) karya Jalaluddin al- Sayuthi (w. 911

H).

3. Al-Jāmi’ al-Saghīr karya Jalaluddin as- Sayuthi (w. 911 H).

4. Al- Ithāfāt al-Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah di Kairo Mesir karya

Abdurrauf al-Munawi (w. 1031 H).

5. Al- Ithāfāt al-Saniyyah Fī al-Aẖādīts al-Qudsiyyah di Mesir karya

Muhammad bin Mahmud al-Tharabzuni al-Madani (w. 1200 H). menurut

katalog perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyebutkan

bahwa kitab ini terdiri dari 350 halaman dengan panjang buku 22

cm.3767Adapun perbedaannya dengan kitab al- Ithāfāt as-Saniyyah Bi al-

Aẖādīts al-Qudsiyyah karya Abdurrauf al-Munawi adalah pada konten

materinya dimana Muhammad al-Madanī menuliskan banyak pengulangan

34 Mannā’ Khalil al-Qaṯṯan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar

Nusa, 2013), h.29. 35 M. Quraish Shihab, 40 Hadits Qudsi Pilihan, h. 10. 37 Muẖammad al-Madanī, al- Ithāfāt as-Saniyyah Fī al-Aẖādīts al-Qudsiyyah, (Beirut:

Dārul jīl, 1967).

Page 56: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

42

dalam periwayatannya.3868Kemudian dalam kitab ini jumlah hadis yang

termuat berjumlah 864 hadis. Sebagaimana yang disampaikan penulis

dalam akhir pembahasannya bahwa sebagian besar rujukan beliau nukil

dari kitab Jam’ul Jawāmi’, adapun penulis mengutip perkataan yang

disampaikan Isāmuddin as-Sabābaṯī dalam kitab terjemahahannya Shahih

Hadits Qudsi mengenai dua kitab karya al-Manawi dan al-Madani

bahwa:3969

“Dua karya tersebut tidak mengumpulkan seluruh hadis qudsi,

sehingga masih banyak sehingga masih banyak hadis qudsi yang

belum tercantum, di samping itu hadis-hadis yang mereka nukilkan

tidak diteliti atau dikomentari, bahkan tidak tidak disebutkan sumber-

sumber aslinya sehingga agar mudah dirujuk. Urutan nukilannya tidak

pula disusun secara tematik sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara

optimal sejumlah hadis yang bertema sama tidak disatukan, namun

dibawakan secara terpisah dan berserakan. Inilah fakta yang ditemukan

dalam dua kitab ini.”

6. Al- Aẖādīts al-Qudsiyyah disusun oleh Lajnat al-Qur’an wa al-Hadīts al-

Majlis al- A’lā asy- Syu’ūn (Majelis Tinggi Urusan Ke-Islaman) di Mesir.

Kitab ini telah terbit dalam dua jilid dan jumlah hadits yang terhimpun

dalam masing-masing khazanah nampak bermacam-macam, itu semua

tergantung pada pengulangan periwayatan yang penyusun gunakan.

7. Jāmi’ul ẖādits al-Qudsiyyah di Qāhirah karya Isāmuddin as-Sabābaṯī,

terdiri atas 3 jilid.4070 Adapun terjemahan dari karya ini akan penulis bahas

pada bab empat dalam penelitian ini.

8. Al-Kalim ath-Thayyib lengkap dengan syarahnya karya al-Imam Ibnu

Taimiyah.

38 M. Quraish Shihab, 40 Hadits Qudsi Pilihan, h. 12. 39 Syaikh Ishamuddin al-Sababithi, Shahih Hadits Qudsi,h. i. 40 Isāmuddin al-Sabābaṯī, Jāmi’ul ẖādits al-Qudsiyyah, h. i.

Page 57: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

43

9. al- Aẖādīts al-Qudsiyyah al-Arba’īniyyah di Halab karya al- Mulla Ali al-

Qari (w. 1016 H).4171

41 Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi al-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadis, h.

97.

Page 58: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

44

BAB IV

LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA

Dalam kurun waktu tahun antara 1984 sampai 2014, penulis menemukan

sembilan belas karya hadis qudsi, baik karya orisinil maupun Alih bahasa.

Adapun hasil penemuan tersebut berdasarkan sistem katalogisasi yang penulis

lakukan dalam mencari karya-karya hadis qudsi di Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah,

Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ dan Perpustakaan Daerah (perpusda)

Purbalingga Jawa Tengah. Semua literatur yang penulis jumpai ini akan

dipaparkan sedemikian rupa sehingga karakteristik yang menonjol dalam masing-

masing dapat terungkap dengan tuntas. Berikut literatur hadis qudsi di Indonesiat:

1. 272 Hadis Qudsi Karya Tajuddin al-Manawi, diterjemahkan oleh H.

Salim Bahreisy, Tahun 1984.

Nama Kitab : 272 Hadis Qudsi

Penyusun : Moh. Tajuddin bin al-Manawi al- Haddadi

Penerjemah : H. Salim Bahreisy

Penerbit : Bina Ilmu, Surabaya

Halaman : 166 halaman

Cetakan ke- : III (tiga)

Ukuran : Panjang 20 cm, lebar 14,2 cm, tebal 1 cm

Warna Sampul : Biru Tua

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Buku ini merupakan terjemahan dari kitab al- Ithāfāt al-Saniyyah

Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah atau dalam bahasa Indonesia diartikan

“hidangan yang sangat berharga berupa hadis-hadis qudsi,” karya

Page 59: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

45

Muhammad Tajuddin bin al-Manawi al-Haddadi (w. 1031) dan sudah

dicetak beberapa kali Kairo Mesir,172 kemudian diterjemahkan oleh H.

Salim Bahreisy ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “272 Hadis

Qudsi; Firman-Firman Allah yang Tidak Tercantum Dalam al-Qur’an”.

Dalam katalog online Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta disebutkan bahwa buku ini terbit pada tahun 1974 oleh penerbit

Bina Ilmu Surabaya.

Adapun perwajahan yang penulis temukan adalah model ketiga

yakni tahun 1984 oleh penerbit yang sama. Sangat disayangkan karena

upaya penulis menemukan edisi pertama dari buku ini belum berhasil.

Kendati demikian, dengan melihat tahun terbit yang disebutkan oleh

katalog Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut,

maka penulis menyimpulkan bahwa setidaknya sejak awal dekade 1980

karya ini sudah ada.

b. Sekilas Tentang Muhammad Tajuddin bin al-Manawi al-Haddadi

Pengarang asli karya ini bernama lengkap Muhammad Abdur Rauf

bin Taj al-Arifin bin Ali bin Zainal Abidin bin Yahya bin Muhammad bin

Makhluf bin Abdussalam al-Haddadiy al-Munawiy al-Qahiriy al-Misriy

al-Syafi’iy. Lahir di Kairo, 952 Hijriyah, dan salah satu karyanya yang

cukup fenomenal adalah al-Taisīr bi Syarẖ al-Jāmi’ al-Saghir yang isinya

berupa penjelasan dari kitab al-Jāmi’ al-Saghir karya Jalaluddin al-

Suyuṯi.273 Di samping itu, perlu diketahui pula bahwa karyanya yang

1 M. Quraish Shihab, 40 Hadis Qudsi Pilihan, h. 11. 2 H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy, “Biografi Imam Zainuddin Abdurrauf al-Munawiy”

artikel diakses pada 2 April 2017 dari http://yayasanalmuafah.blogspot.co.id/2016/02/biografi-

imam-abdurrauf-al-munawiy.html?m=1

Page 60: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

46

berjudul al- Ithāfāt al-Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah ini menjadi

karya terlengkap tentang hadis qudsi dari kalangan Sunni,374 hal ini bisa

dilihat dari banyaknya para ulama yang merujuk kitabnya tersebut.

c. Berdasarkan Karakteristik

Kitab ini disusun secara musnadi walaupun tidak beraturan, dan

pada penyusunan matan diurut berdasarkan huruf hijaiyah. Jumlah hadis

yang tercantum dalam kumpulan ini sesuai dengan jumlah pada kitab

aslinya yakni 272 buah. Adapun pokok ajaran Islam yang terkandung

didalamnya meliputi aqidah, ibadah, dan akhlak. Kemudian pada

penyajian penulisan, buku ini terlebih dahulu memaparkan beberapa

catatan tentang hadis qudsi serta perbedaannya dengan al-Qur’an, setelah

itu barulah menyebutkan hadis-hadis qudsi lengkap dengan nomornya

sehingga memudahkan para pembaca dalam memisahkan atau

membedakan satu hadis dengan hadis yang lain.

Adapun ragam penulisan yang mewakili karakteristik karya ini

ialah tidak adanya penjelasan atau komentar atas hadis yang disajikan,

serta bentuk penyajiannya tidak terbagi ke dalam beberapa bab maupun

sub tema, melainkan langsung menerjemahkan matannya ke dalam Bahasa

Indonesia. Selanjutnya mencantuman sumber periwayatannya. Selain itu,

diakhir bagian buku ini, dapat kita jumpai biografi singkat para ahli hadis

yang menjadi sumber rujukan dalam karya ini, adapun jumlahnya tidak

kurang dari 30 ahli hadis.

maji

3 Kamil Uwaidah, Hadis Qudsi, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008), h. xviii.

Page 61: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

47

2. 325 Hadis Qudsi Pilihan Karya K.H. Firdaus A.N, Tahun 1990.

Nama Kitab : 325 Hadis Qudsi Pilihan

Penyusun : K.H. Firdaus A.N

Penerbit : Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta

Halaman : 209 Halaman

Cetakan ke- : VII (Tujuh)

Ukuran : Panjang 21 cm, lebar 14 cm, tebal 1,3 cm.

Warna Sampul : Kombinasi Kuning dan Biru

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Buku ini merupakan karya hadis qudsi yang dihimpun langsung

oleh K.H. Firdaus A.N ke dalam judul “325 Hadis Qudsi; Jalan ke Surga.”

Edisi yang penulis temukan di Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta adalah cetakan ke tujuh yang terbit pada tahun 1990,

di samping itu, penulis pun menemukan versi yang sama tentang karya ini

di Perpustakaan Daerah (perpusda) Purbalingga Jawa Tengah dan

Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ Lebak Bulus Jakarta. Perlu

diketahui bahwa dalam kata pengantar cetakan ke tujuh ini penyusun

menyatakan bahwa jilid pertama dari karya ini sudah terbit sejak tahun

1973. Dengan demikian bisa dipastikan kemunculan karya ini sudah ada

sejak awal dekade tujuh puluh.

Pada mulanya buku ini terbagi kepada tiga jilid dengan pokok

bahasan yang berbeda-beda, namun demi keperluan penerbitan, maka

disatukan menjadi sebuah buku dengan jilid satu dan dua yang terbagi ke

dalam tiga sub pembahasan. Dengan demikian, penyusunan hadis qudsi

dalam karya ini jumlahnya tidak kurang dari 325 hadis qudsi dari penerbit

Page 62: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

48

yang berbeda-beda. Pernyataan atas berbedanya penerbit ini penulis

jumpai ketika mengunjungi situs web katalog online lajnah.kemenag.go.id

yang mana telah disebutkan bahwa buku ini pernah terbit di Jakarta oleh

penerbit al-Maarif tahun 1979, sedangkan perwajahan yang penulis

temukan ialah perwajahan dari penerbit Pedoman Ilmu Jaya Jakarta tahun

1990.

Kehadiran buku ini disambut gembira oleh kalangan masyarakat

sebagai suatu hidangan yang mampu memenuhi keinginan pembacanya,

penulis mengutip kisah menarik dibalik kehadiran buku ini yang

disampaikan oleh penyusun dalam prakatanya:

“Seorang tua yang melangkah berjalan dengan tongkatnya pelan-

pelan menuju toko buku penerbitnya untuk mendapakan buku “JALAN

KE SURGA” membuat sang penerbit cukup heran sambil bertanya:

“kenapa Bapak sendiri yang datang ke sini, apakah tidak ada anak yang

bisa disuruh?” Dijawab: “tentang buku yang satu ini memang penulis

sendiri yang harus datang membelinya,” sahut beliau. Tahukah pembaca,

siapakah gerangan orang tua kita itu? Dia tidak lain dari pada Prof. Dr.

Aulia (almarhum), seorang cendikiawan terkemuka ibu kota dan ahli

Psikosomatik terkenal.”

Harapan serta motivasi K.H. Firdaus sendiri dalam menulis karya

ini tidak lain agar para pembaca senantiasa lebih dekat kepada Allah

sehingga terhampar jalan yang lurus menuju surga, karena menurutnya

hadis qudsi adalah hadis yang mahal, dengan kata lain sulit dicari karena

ia belum terkumpul dalam sebuah kitab yang khusus, sebab para ulama

hadis yang terpandang seperti Imam Bukhāri, Imam Muslim, Abu Dāud,

al- Tirmidzī, al- Nasa’i, Ibnu Mājah, dsb masih mencampurkan hadis

qudsi diantara kitab hadisnya masing-masing, dengan demikian

“menghimpun hadis qudsi laksana mencari mutiara dalam lautan hadis.”

Page 63: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

49

Keberadaannya yang masih tersebar diantara ratusan ribu hadis nabawi

tersebut menyebabkan jumlah hadis qudsi itu sendiri tidak sampai 500

buah.

b. Berdasarkan Karakteristik

Dengan melihat judul buku ini, maka itu mampu mendeskripsikan

jumlah hadis yang terhimpunan di dalamnya, yakni tidak lebih dari 325

buah hadis yang sumbernya berasal dari kitab-kitab ulama hadis

terkemuka seperti Imam Bukhāri, Muslim, Abū Dāud, al-Tirmidzī, al-

Nasā’i, Ibnu Mājah, dsb. Adapun pokok ajaran Islam yang dibahas dalam

himpunan ini ialah hadis-hadis qudsi yang bersangkutan dengan masalah

aqidah, ibadah dan akhlak. Di samping itu sistematika penulisan yang

mewakili karakteristik literatur ini antara lain bermula dengan terbaginya

himpunan ini kepada tiga bagian atau bab, yang pertama bertemakan

“Himbauan Ilahi Kepada Hambanya,” kedua “Ibadah dan Akhlak”, ketiga

“Bunga Rampai Nasihat dan Fatwa Keagamaan guna Pembinaan

Pribadi.” Tidak lupa pula di awal pembahasan penyusun menambahkan

sedikit tinjauan umum seputar hadis qudsi, setelah itu barulah

menyebutkan hadis-hadis qudsi sesuai dengan bagian-bagian yang sudah

disebutkan sebelumnya. Lalu gaya bahasa yang digunakan dalam

pengerjaan karya ini meggunakan bahasa yang tidak terlalu baku sehingga

meringankan pembaca dan mudah dipahami.

K.H Firdaus dalam karyanya ini tidak menyebutkan sanad dalam

hadis melainkan hanya mencantumkan sumber riwayat di akhir matan.

Selain itu beliau sengaja tidak mencantumkan penjelasan maupun

Page 64: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

50

komentar terhadap hadis-hadis qudsi yang disajikan, alasannya adalah agar

para pembaca senantiasa berpikir, merenungkan dalam hati sehingga

hadis-hadis mahal yang telah disajikan ini mampu melekat dalam sanubari

mereka sekaligus menunjukkan jalan menuju surga.

3. Himpunan Hadis Qudsi Karya Lajnah Daarul Fikri Beirut,

diterjemahkan oleh H. Uthman Mahrus, Tahun 1993.

Nama Kitab : Himpunan Hadis Qudsi

Penyusun : Lajnah dārul Fikr Beirut

Penerjemah : H. Uthman dkk.

Penerbit : CV. Al-Syifa’

Halaman : 479 Halaman

Cetakan ke- : I (Satu)

Ukuran : Panjang 21 cm, lebar 14,5 cm, tebal 2,5 cm

Warna Sampul : Kombinasi Kuning dan Hijau

a. Berdasarkan Kronologis Kemunculan

Judul asli dari buku ini adalah al- Aẖādīts Al-Qudsiyyah karya

Lajnah Daarul Fikri Beirut, yang kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia untuk pertama kalinya oleh penerbit al-Syifa’ di

Semarang pada Oktober 1993. Keberadaan buku ini penulis temukan di

Perpustakaan Iman Jama’ Lebak Bulus.

b. Berdasarkan Karakteristik

Sumber karya ini merujuk pada kitab-kitab Imam hadis terkemuka

yakni kutub al-sittah dan al-Muwaṯṯa’ al-Malik. Penyusun tidak

mencantumkan hadis secara berulang, dan susnan periwayatnya sebagian

besar bersifat musnadi walaupun tidak berurutan, dengan kata lain hanya

Page 65: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

51

menyebutkan satu periwayat sahabat. Adapun dalam melakukan syarah

terhadap hadis, penyusun merujuk pada kitab syarah dari Saẖīẖ al-bukhārī

yakni Imam al-Qastalani dan Saẖīẖ Muslim yakni Imam Nawawi. Selain

dari pada itu, untuk melengkapi penjelasannya pada hadis-hadis tertentu,

penyusun menambahkan beberapa dari kitab tafsir, kitab bahasa dsb.

Karya ini juga disusun berdasarkan sub tema, mencantumkan

sumber periwayatan lengkap keterangan dari halaman dan bab mana hadis

tersebut diambil. Singatnya, karya ini melakukan tahkrij walaupun tidak

banyak. Selain itu penyusun menambahkan penilaian akan derajat hadis

menurut Kemudian jumlah hadis yang tercantum sebanyak 400 buah.

Penyusun mencantumkan biografi singkat para ahli hadis yang menjadi

sumber rujukan dalam karya ini.

Pada halam mukaddimah akan dijumpai penjelasan atau tinjauan

umum tentang hadis qudsi yang dinukil dari kitab al-Ithāfātussiniah fil

ẖadīts al-Qudsiyyah karya al-Manawi dan Qawaid fi ‘Ulūmil Muṣṯalah al-

ẖadīts karya Sayyid Jamaluddin al-Qasimi al-Dimasyki.

4. Hadits Qudsi karya Dr. Ahmad Asyibashi, diterjemahkan oleh K.H. Ali

Usman dkk, Tahun 1996.

Nama Kitab : Hadits Qudsi

Penyusun : Dr. Ahmad Asyibashi

Penerjemah : K.H. Ali Usman dkk.

Penerbit : CV. Diponegoro, Bandung

Halaman : 426 Halaman

Cetakan ke - : XI (Dua Puluh Satu)

Ukuran : Panjang: 20,5cm, Lebar 14,3 cm, Tebal 2 cm

Page 66: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

52

Warna Sampul : Merah

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Buku ini merupakan karya terjemahan dari Adabul Aẖaditsil

Qudsiyyah karya Dr. Ahmad Asyibashi, seorang dosen Universitas al-

Azhar Kairo. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh K.H. Ali

Usman, H.A.A. Dahlan dan Prof. Dr. H.M.D. Dahlan dengan judul Hadis

Qudsi; Pola Pembinaan Akhlak Muslim. Diterbitkan di Bandung oleh CV.

Diponegoro. Perwajahan yang penulis temukan adalah cetakan ke-21 yang

terbit pada tahun 1996. Sangat disayangkan karena penulis tidak

menemukan cetakan pertama tentang buku ini.

b. Berdasarkan Karakteristik

Ulasan dan analisa dalam kitab ini dilengkapi oleh para penulis

bersumberkan kitab-kitab standard lainnya. Pokok bahasan yang dibahas

meliputi akhlak budi pekerti dan pensucian bathin. Penyusun tidak lupa

menambahkan syarah hadis demi memudahkan para pembaca memahami

kandungan hadis. Dalam pendahuluannya penyusun mengatakan bahwa

penjelasan atas hadis-hadis yang dicantumkan selalu diperkuat oleh al-

Qur’an dan hadis-hadis nabawi sehingga kualitasnya tidak ada yang

dibawah hasan, alias hanya mengandung hadis shahih dan hasan saja.

Sistematika penulisan yang digunakan ialah dengan diawali

pengantar penerbit, daftar isi yang tersusun berdasarkan judul-judul

walaupun sebenarnya hadis-hadis dalam buku ini tidak tersusun tematik.

Kemudian pendahuluan yang berisi tinjauan umum sepeutar hadis qudsi

dan penjelasannya. Pada halaman selanjutnya langsung kepada poin inti

Page 67: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

53

yakni pemaparan hadis-hadis qudsi lengkap dengan nomor hadis sehingga

memudahkan pembaca untuk mendapatkan hadis qudsi yang dibutuhkan.

Jumlah hadis yang terkandung sebanyak 74 hadis, hal ini sesuai dengan

nomor hadis yang paling terakhir tercantum dalam karya ini.

Tim penerbit berharap karyanya ini bisa mengajak para pembaca

untuk senantiasa mengukur dan bertanya pada pribadi dan kata hati

sebelum dihisab oleh Allah Swt. Adapun karya ini penulis temukan di

Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ Lebak Bulus Jakarta Selatan.

5. Hadits Qudsi yang Shahih karya al-Imam Abi Hasan al-Qoriy,

diterjemahkan oleh Drs. M. Thalib, Tahun 1999.

Nama Kitab : Hadits Qudsi yang Shahih

Penyusun : Imam Abi Hasan al-Qoriy

Penerjemah : Drs. M. Thalib

Penerbit : Gema Risalah Press, Bandung

Halaman : 424 halaman

Cetakan ke- : II (Dua)

Ukuran : Panjang 20,8 cm, lebar 14,8 cm, tebal 2,5 cm

Warna Sampul : Oranye

a. Berdasarkan Kronologis Kemunculan

Judul asli karya ini adalah al-Ahāditsul Qudsiyyah al-Saẖīẖ oleh

al-Imam Abi al-Hasan Nuruddin ‘Ali Bin Sulṯan Muhammad al-Qoriy

yang terbit di Kairo oleh penerbit al-Sunnah. Kemudian diterjemahkan ke

dalam Bahasa Indonesia oleh Drs. M. Thalib dengan judulnya Hadits

Qudsi yang Shahih; dan Penjelasannya. Terbit untuk pertama kalinya di

Indonesia pada Agustus 1996, lalu cetakan kedua pada Oktober 1999 dan

Page 68: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

54

yang terakhir pada Juli 2000 oleh penerbit Gema Risalah Press di

Bandung. Karya ini penulis jumpai di Perpustakaan Umum Islam Iman

Jama’ Lebak Bulus Jakarta Selatan.

b. Berdasarkan Karakteristik

Pada sistematika penulisan terlebih dahulu penyusun memaparkan

tinjauan umum seputar hadis qudsi, perbedaannya dengan al-Qur’an dan

hadis nabawi, daftar isi yang di urut berdasarkan nomor hadis. Selanjutnya

dilengkapi dengan indeks aat-ayat mulia dan indeks beberapa hadis qudsi.

Dalam mukaddimahnya penyusun mengatakan bahwa beliau hanya

mencantumkan hadis-hadis qudsi bernilai shahih dan hasan saja. Adapun

apabila ditemukan hadis mauqūf maka itu berarti hanya sebagian dari

perkataan sahabat yang diberi nama Mu’jam Aẖāditsul Qudsiyyah al-

Saẖīẖah. Di samping itu penyusun melakukan penelitian terhadap hadis

atau sederhananya beliau melakukan kritik hadis, yang mana apabila

bersifat dibawah hasan maka beliau tidak akan mencantumkan dalam

karya ini. jumlah hadis dalam karya ini sebanyak 241 hadis seuai dengan

nomor hadis yang tertulis.

Ada yang unik dari karya ini, matan yang digunakan ditulis

menggunakan tulisan tangan. Penyusunanya tidak dibagi ke dalam

beberapa sub tema, melainkan langsung kepada penyebutan hadis lengkap

dengan judul pembahasan dan nomor hadisnya. Penulisan hadisnya

disusun secara musnadi walaupun tidak memiliki aturan khusus di

dalamnya. Sumber yang digunakan ialah kitab-kitab imam terkemuka

Page 69: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

55

sampai dengan musnad Aẖmad. Kemudian karakter lain dalam karya ini

ialah dengan adanya takhrij hadis dan indeks buku.

6. Mutiara Hadis qudsi karya Syeikh Abdul Majied al-Adawy,

diterjemahkan oleh H. Nurullah, tahun 2000.

Nama Kitab : Mutiara Hadis Qudsi

Penyusun : Syeikh Abdul Majied al-Adawiy

Penerjemah : H. Nurullah

Penerbit : Pustaka Amani, Jakarta

Halaman : 144 halaman

Cetakan : II (Dua)

Ukuran : Panjang 20,8cm, lebar 14 cm, tebal 0,8 cm

Warna sampul : Kombinasi hijau dan abu-abu

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Judul asli karya ini adalah al-Tuẖfatul marḏiyyah fil akhbāril

qudsiyyah wal ẖadīts al- nabawiyyah karya Syeikh Abdul Majied al-

Adawiy yang merupakan salah seorang ulama Mesir abad 13 H. kitab ini

kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh H. Nurullah

dengan judul mutiara hadis qudsi; mengungkap isi firman Allah kepada

Nabi Musa as oleh penerbit Pustaka Amani Jakarta pada tahun 2000.

Dengan melihat kata pengantar penerbit yang ditulis pada tahu 1987, maka

dipastikan bahwa mulai awal dekade 80-an karya ini sudah ada.

b. Berdasarkan Karakteristik

Dalam judul Indonesianya, hadis-hadis qudsi yang termuat dalam

karya ini hanyalah berisikan firman-firman Allah Swt kepada Nabi Musa

bin Imran as. Di samping itu, dalam penyusunannya, penyusun biasanya

Page 70: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

56

menyebutkan langsung “Rasulullah Saw bersabda:....” maka hal ini

menunjukkan kemuallaqan suatu hadis.

Hadis-hadis yang tercantum diurut berdasarkan tema. Jumlah hadis

yang disajikan sebanyak 40 buah. Kemudian dalam menjelaskan makna

hadis, penyusun banyak menggunakan ayat al-Qur’an yang ditulis dalam

catatan kaki sebagai penguat argumen. selanjutnya pada bagian akhir kitab

ini, akan kita jumpai glossaries atau daftar istilah yang digunakan

khususnya istilah-istilah di bidang tasawwuf. Buku ini terdapat dalam

koleksi Perpustakaan Iman Jama’ Lebak Bulus.

7. 254 Hadis Qudsi karya Muhammad Tajuddin bin al-Mawawi al-Haddadi,

diterjemahkan oleh Drs. Zainuddin, Tahun 2000.

Nama Kitab : 254 Hadis Qudsi

Penyusun : Muhammad Tajuddin bin al-Manawi al-Haddadi

Penerjemah : Drs. Zainuddin

Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta

Halaman : 136 halaman

Cetakan ke- : I (satu)

Ukuran : Panjang 21 cm, lebar 14,2 cm, tebal 1 cm

Warna Sampul : Hijau Lumut

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Seperti halnya buku berjudul 272 Hadis Qudsi yang telah penulis

sebutkan sebelumnya, buku ini juga merupakan bentuk terjemahan dari

kitab al-Ithāfāt al-Saniyyah Bil ẖādīts al-Qudsiyyah karya Muhammad

Tajuddin bin al-Manawi al-Haddadi, hanya saja dalam literatur yang terbit

pertama kali pada tahun 1993 ini memuat hadis qudsi tidak kurang dari

Page 71: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

57

254 buah hadis, dengan kata lain jumlahnya lebih sedikit dari sebelumnya.

Jika H. Salim Bahreisy selaku penerjemah buku 272 Hadis Qudsi

menerjemahkan secara keseluruhan dari kitab al- Ithāfāt as-Saniyyah Bi

al-Aẖādīts al-Qudsiyyah, maka buku ini dikurangi delapan belas hadis

menjadi 254 Hadis Qudsi saja. Hal tersebut bisa saja terjadi karena sang

penerjemah tidak mencantumkan kembali hadis yang di dalamnya terdapat

pengulangan sanad maupun matan. Kemudian selang beberapa tahun

barulah cetakan kedua terbit tahun pada 2000 dengan penerbit yang sama

yakni Rineka Cipta di Jakarta.

b. Berdasarkan Karakteristik

Seperti halnya karya hadis pada umumnya, sumber yang menjadi

rujukan dalam karya ini adalah kitab-kitab para ulama hadis terkemuka

seperti kitab, Saẖīẖ Bukhārī, Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, dan Sunan

Abu Daud. Di samping itu, pokok ajaran Islam yang dibahas dalam karya

ini meliputi wilayah akidah, ibadah dan akhlak. Kemudian sistematika

penulisan yang mewakili karakteristik literatur ini tidak jauh berbeda

dengan literatur yang diterjemahkan oleh H. Salim Bahreisy, yakni dengan

diawali beberapa catatan akan tinjauan umum hadis qudsi serta

perbedaannya dengan al-Qur’an, kemudian memaparkan hadis-hadis qudsi

lengkap dengan nomornya sehingga memudahkan para pembaca dalam

memisahkan atau membedakan antara satu hadis dengan hadis lainnya.

Selain itu penyusun tidak menambahkan penjelasan maupun komentar

terhadap hadis yang disajikan.

Page 72: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

58

Adapun ragam penulisan karya terjemahan ini ialah bentuk

penyajiannya, dimana penyusun tidak membagi hadis ke dalam beberapa

bab maupun sub tema, melainkan langsung menerjemahkan matannya

kedalam Bahasa Indonesia lengkap dengan sumber periwayatan dan

penyebutan sahabat di awal sanad. Kemudian ada hal menarik dari buku

ini sehingga menjadi perbedaan yang sangat signifikan dari buku-buku

hadis qudsi lainnya, yaitu aksara hadis yang menggunakan tulisan tangan

baik dalam cetakan pertama maupun kedua, namun penulis belum

mengetahui apa alasan penyusun melakukan hal ini, kendati demikian

tetap saja ini menjadi bentuk karakteristik tersendiri dari sebuah karya

ilmiah yang perlu diapresiasi. Selanjutnya di akhir bagian buku ini dapat

kita jumpai beberapa biografi singkat para ahli hadis yang jumlahnya tidak

kurang dari 21 ahli hadis sehingga menambah informasi kepada para

pembaca akan ulama yang menjadi sumber rujukan dalam kumpulan ini.

c. Eksistensi Sebuah Karya Hadis

Dalam katalog online onesearch.id disebutkan bahwa buku ini bisa

kita jumpai di perpustakaan-perpustakaan lain selain Perpustakaan Utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan BPAD Daerah Yogyakarta,

perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, perpustakaan Nasional RI,

perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan, perpustakaan Universitas Islam

Negeri Alauddin, perpustakaan Politeknik Kesehatan Jogjakarta,

perpustakaan STAIN Pekalongan, perpustakaan IAIN Sultan Maulana

Hasanuddin Banten, dan Perpustakaan Kota Bogor.

Page 73: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

59

Adapun alasan Drs. Zainuddin menerjemahkan kitab al- Ithāfāt as-

Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah ini ialah karena adanya dorongan

untuk mengamalkan dan mendalami hadis-hadis qudsi, sehingga

harapannya karya ini bisa bermanfaat bagi orang banyak.

8. Kumpulan Hadis Qudsi karya Imam al-Nawawi dan al-Qasṯalani,

diterjemahkan oleh Miftahul Khoiri, S. Ag dkk, Tahun 2003.

Nama Kitab : Kumpulan Hadis Qudsi

Penyusun : Imam al-Nawawi dan Imam al-Qasṯalani

Penerjemah : Miftahul Khoiri, S. Ag dkk

Penerbit : al-Manar, Yogyakarta

Halaman : 799 halaman

Cetakan ke- : I (Satu)

Ukuran : Panjang 24,7 cm, Lebar 16,5 cm, Tebal 4 cm

Warna Sampul : Coklat

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Karya ini merupakan terjemahan dari al-Aẖāditsil al-Qudsiyyah

karya Imam al-Nawawi dan al-Qasṯalani yang terbit di Lebanon oleh

penerbit Muassah al-Rayyan pada tahun 2001 M. Kemudian

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Miftahul Khoiri, S.Ag dan

Muhammad Asmawi, S.Ag pada tahun 2003 lalu diterbitkan oleh penerbit

al-Manar Yogyakarta. Tidak perlu menunggu lama untuk menerbitkan

cetakan kedua, karena tahun 2006 karya ini kembali terbit dan 2007 karya

ini hadir dengan edisi revisi.

Page 74: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

60

b. Berdasarkan Karakteristik

Dalam penyususnan hadis dikumpulkan berdasarkan tema, baru

setelah itu memaparkan syarah hadis dari dua kitab syarah terkenal yakni

kitab syarah al-Bukhārī dan Muslim, karena penyusun ingin para pembaca

mendapatkan penjelasan yang sudah di akui ketelitiannya, bahkan banyak

dari para ahli hadis yang menggunakan dua kitab ini sebagai sumber

rujukan. Selain dalam melakukan syarah, penyusun banyak memasukkan

tafsir al-Qur’an dan ayat suci-Nya sebagai penguat argumen.

Jumlah hadis yang termuat dalam karya ini sebanyak 400 hadis

yang sumbernya berasal dari kitab-kitab populer seperti Muwaṯṯā’ al-

Malik, Saẖīẖ al-Bukhārī, Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, Sunan Abu

Dāwūd, Sunan al-Nasā’i, Sunan Ibnu Mājah. Adapun pokok

pembahahasan yang terkandung meliputi masalah-masalah aqidah, ibadah,

muamalah, akhlak, adab, dan masalah lingkungan serta hal-hal yang

bersangkutan dengan akhirat. Kitab ini juga melakukan takhrij hadis guna

memudahkan siapa saja yang ingin melakukan pengecekan atau mengkaji

ulang hadis-hadis qudsi tersebut. Selain itu karya ini pula menyertakan

penilaian terhadap derajat hadis yang diambil dari pendapat imam-imam

hadis terkemuka.

Sistematika penulisan yang juga mewakili karakteristik sebuah

karya yakni di awali dengan pengantar penerbit, beberapa kaidah

Ahlussunnah waljama’ah dalam memahami nama-nama dan sifat-sifat

Allah, dilanjutkan dengan pendahuluan yang berisi tinjauan umum seputar

Page 75: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

61

hadis qudsi, perbedaannya dengan al-Qur’an dan hadis Nabawi, sejarah

singkat perawi hadis yang menjadi sumber rukukan kitab ini. kemudian

penyusun langsung memaparkan hadis-hadis lengkap dengan nomor hadis

sehingga memudahkan pembaca dalam mencari hadis qudsi yang

dibutuhkan. Di samping itu penyusun menuliskan runtutan sanad,

kemudian matan dibarengi dengan terjemahannya.

Segala bentuk kesempurnaan penyajian yang penyusun upayakan

ini semata-mata penyusun berharap kumpulan ini bisa bermanfaat bagi

orang banyak begitu pula penerbit ingin karya ini mampu menghidupkan

kembali sunnah-sunnah Nabi di era modern seperti sekarang ini.

9. 40 Hadis Qudsi Pilihan Karya Ezzeddin Ibrahim, diterjemahkan oleh M.

Quraish Shihab, Tahun 2007.

Nama Kitab : 40 Hadis Qudsi Pilihan

Penyusun : Ezzeddin Ibrahim

Penerjemah : M. Quraish Shihab

Penerbit : Lentera Hati

Halaman : 132 halaman

Cetakan ke : III (Tiga)

Ukuran : Panjang 21 cm, lebar 13,6 cm, tebal 0,8 cm

Warna Sampul : kombinasi hitam dan kuning kunyit

a. Berdasarkan Kronologis Kemunculan

Buku ini pada mulanya adalah buku berbahasa Inggris berjudul

Forty Hadith Qudsi karya Ezzeddin Ibrahim yang terbit di Damaskus oleh

penerbit Dar al-Koran al-Kareem lalu diterjemahkan ke dalam Bahasa

Indonesia oleh Muhammad Quraish Shihab. Motivasi penyusun terhadap

Page 76: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

62

kumpulan ini ialah sebagai bentuk perhatian kepada para pembaca yang

yang ingin mempelajari agama Islam dengan bahasa yang tidak selalu

berbahasa Arab sehingga mudah dipahami, selain itu sebagai upaya

pengembangan terhadap karya-karya lama baik dari sisi penghimpunan,

penelitian maupun penerjemahannya. Buku ini terbit pertama kali di

Indonesia pada tahun 2002 di Jakarta (Ciputat) oleh penerbit Lentera Hati,

kemudian kembali terbit pada tahun 2005 (cetakan kedua), 2007 (cetakan

ketiga) dan 2010 (cetakan keempat) dengan penerbit yang sama, namun

buku yang penulis jumpai di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

dan Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ merupakan versi cetakan ke

tiga. Sedangkan di Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta adalah versi cetakan ke empat dengan hasil cetakan

yang lebih baik dan modern. Delain itu penulis juga menjumpai karya ini

di Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ Lebak Bulus Jakarta Selatan.

b. Berdasarkan Karakteristik

Melihat kumpulan ini, penyusun memiliki ketentuan tersendiri

dalam mengumpulkan hadis qudsi, di antaranya dengan melakukan

batasan jumlah hadis yang hanya kepada 40 hadis, alasannya yakni

keterbatasan jumlah ini bisa mempermudah para pelajar dalam

memahaminya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw “siapa yang

memelihara atas umatku empat puluh hadis yang menyangkut urusan

agama mereka, Allah akan membangkitkannya di hari kemudian dalam

kelompok ahli fiqh dan ulama-ulama.” Kemudian dalam kumpulan ini

pula penyusun hanya mencantumkan hadis-hadis yang bernilai shahih dan

Page 77: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

63

hasan saja. Adapun sumbernya diambil dari dua ahli hadis terkemuka

yakni riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim berjumlah 34 hadis

kemudian sisanya dari kitab-kitab induk lain. Dengan pembatasan-

pembatasan yang disajikan dalam karya ini penulis anggap akan lebih

memudahkan para pembaca dalam menemukan hadis-hadis qudsi yang

bernilai saẖīh dan ẖasan saja.

Pokok ajaran Islam yang dibahas dalam kumpulan ini meliputi

aqidah, ibadah, akhlak, syahadat, istighfar dan taubat. Adapun sistematika

penulisan yang mewakili karakteristik literatur ini ialah dengan diawali

daftar isi, tinjauan umum seputar hadis qudsi, sumber-sumber hadis qudsi,

pokok bahasan hadis qudsi, kemudian dilanjut dengan untaian hadis qudsi

lengkap dengan nomor hadis sekaligus catatan kaki seringkas mungkin

guna mempermudah para pembaca dalam mengetahui sumbernya. Ketika

ditemukan hadis yang sumbernya lebih dari satu, maka penyusun terlebih

dahulu menyebut sumber yang redaksi riwayatnya dikutip baru setelah itu

menyebut sumber-sumber selainnya.

Dalam kumpulan ini secara redaksional penyusun hanya

mencantumkan hadis qudsi yang kandungannya dari awal sampai akhir

secara gamblang bersifat qudsiyah. Lalu dalam penyajiannya antara teks

hadis dengan terjemahan saling berhadapan, lengkap dengan nomor,

sumber periwayatan, serta judul atas kandungan matan hadis. Ini semua

bertujuan agar pembaca bisa lebih mudah dalam merujuknya.

Page 78: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

64

c. Perbedaan Tahun Cetak

Adapun perbedaan yang penulis temukan antara cetakan ketiga dan

keempat adalah tidak adanya judul yang mendeskripsikan isi hadis pada

cetakan pertama sampai dengan ketiga, sedangkan cetakan selanjutnya

tidak demikian dan sampul wajah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Buku ini penulis jumpai di antaranya pada Perpustakaan Utama dan

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta

Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ Jakarta Selatan.

10. Mutiara Hadis Qudsi Karya Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh, diterjemahkan oleh

Dewi Ariyanti Lc, Tahun 2008.

Nama Kitab : Mutiara Hadis Qudsi

Penyusun : Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh

Penerjemah : Dewi Arianty, Lc

Penerbit : Mizania, Bandung

Halaman : 405 halaman

Cetakan : I (Satu)

Ukuran : -

Warna Sampul : Oranye

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Buku ini merupakan terjemahan dari kitab Fi Shuẖbah al-Aẖādits

al-Qudsiyyah karya Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh, terbit di Kairo pada tahun

2006 oleh penerbit Markaz al-Kitab li al-Nasyr. Kemudian diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dewi Ariyanti, Lc dan diterbitkan

pertama kali di Indonesia pada tahun 2008 oleh penerbit Mizania,

Bandung.

Page 79: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

65

Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh selaku penyusun mengatakan bahwa

usahanya dalam menghimpun hadis qudsi merupakan sebagian cara untuk

meraih kefaqihan dalam Islam, dan beliau menganggap bahwa di masa

Islam yang kontemporer ini buku-buku yang membahas tema-tema hadis

qudsi sangatlah terbatas, dengan demikian karyanya ini hadir sebagai

pengisi keterbatasan tersebut sekaligus keutamaan dari Allah Swt.

b. Berdasarkan Karakteristik

Karakteristik yang paling menonjol dari karya ini menurut penulis

adalah penjabaran atas hadis yang disajikan, yang mana penyusun

memberikan banyak sekali ayat al-Qur’an dalam menganalogikan nash

hadis yang bersangkutan yang tujuannnya tidak lain ialah menghindari

adanya pertentangan dengan al-Qur’an, khususnya mengenai fadā’il al-

‘amāl, tanpa harus menghilangkan hukum-hukum yang telah ditetapkan

dalam Islam. Misalnya saja ketika menjelaskan hadis tentang Allah Swt

sebagai pemilik segala kekuasaan, di dalamnya penulis melakukan

pemisahan kalimat pada redaksi hadis lalu menjelaskan maksud dari

potongan kalimat tersebut dengan mencantumkan ayat suci al-Qur’an

sehingga argumen menjadi semakin kuat. Dalam satu hadis qudsi saja,

sang penulis bisa menjabarkannya hingga tiga belas lembar bahkan lebih.

c. Sistematika Penulisan

Adapun jumlah hadis yang tersaji dalam karya ini sebanyak 30

hadis qudsi dimana pada proses pemilahannya, penyusun hanya memilih

hadis qudsi yang mengandung tema-tema besar mengenai akhlak Islam

khususnya tentang ibadah. Dengan demikian dalam penyajiannya penulis

Page 80: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

66

tidak membagi bagi hadis ke dalam beberapa sub bab tertentu. Penulis

menggunakan istilah “hadis kesatu” sampai dengan “hadis ketiga puluh,”

Kemudian sistematika penulisan yang diterapkan ialah dengan

diawali halaman sampul, daftar isi, kata pengantar lalu langsung kepada

poin pembahasan yakni menyajikan tiga puluh hadis qudsi lengkap dengan

penjelasannya sekaligus tema-tema penting seperti keutamaan bersabar

dalam meghadapi musibah, karakteristik hamba-hamba Allah yang shaleh,

kemuliaan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, keluhuran sikap syukur dan

ridha terhadap ketentuan Allah, keistimewaan ibadah kepada Allah dan

keluasan rahmat Allah. Tidak lupa pada bagian akhir buku ini, penyusun

mencantumkan indeks sehingga mempermudah pembaca dalam mencari

istilah-istilah penting dalam buku ini.

11. Hadis Qudsi Karya Kamil Uwaidah, diterjemahkan oleh M. Abd. Mujib

el-Zayyad dkk, Tahun 2008.

Nama Kitab : Hadis Qudsi

Penyusun : Kamil Uwaidah

Penerjemah : M. Abd. Mujib el-Zayyad dkk

Penerbit : Pena Pundi Aksara, Jakarta

Halaman : 409 halaman

Cetakan : II (dua)

Ukuran : panjang 21 cm, lebar 15,2 cm, tebal 2,3 cm

Warna : kombinasi coklat dan hijau

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Judul utuh dari karya ini adalah Hadis Qudsi; Panduan dan

Literasi Hadis Qudsi. Karya ini merupakan terjemahan dari kitab al-

Page 81: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

67

Aẖādīts al-Qudsiyyah karya Kamil Uwaidah yang terbit di Mansaura pada

tahun 2002 oleh penerbit Darul Gad al-Jadīd. Adapun penerjemah dari

kitab ini antara lain M. Abd. Mujib el-Zayyad, M. Miftahurrahman, dan

Musyarrofah. Kemudian terjemahan ini mulai terbit di Indonesia pada

tahun 2007 tepatnya bulan April oleh penerbit Pena Pundi Aksara Jakarta.

Tidak butuh waktu lama menuju cetakan kedua karena pada April 2008

buku ini kembali terbit dengan perwajahan yang sama.

b. Berdasarkan Karakteristik

Hadis qudsi yang tercantum dalam kumpulan ini berjumlah 292

buah, pernyataan atas jumlah tersebut merupakan ijtihad penulis dalam

menghitungnya sebab dalam terjemahan ini penyusun tidak

mencantumkan nomor hadis, melainkan langsung membaginya ke dalam

sub tema khusus sehingga pembahasannya lebih spesifik. Kemudian

sumber yang penyusun gunakan ialah kitab-kitab hadis para ulama

terkemuka seperti kitab Muwaṯṯa’ Malik, Saẖīẖ Bukhārī, Saẖīẖ Muslim,

Jāmi’ at-Tirmidzī, Sunan Abu Daud, Sunan an-Nasā’i dan Sunan Ibnu

Mājah serta dua kitab rujukan utama dari ulama terkemuka yakni al-

Ithāfāt as-Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah karya al-Munawi dan

Qawāid al-Taẖdīts min Funūn Musṯalaẖ al-ẖadīts karya Sayyid

Jamaluddin al-Qasimy ad-Dimasqi. Melihat sumber yang digunakan, maka

nampaknya karya ini memiliki kesamaan dengan karya hadis qudsi lainnya

yakni 272 Hadis Qudsi dan 254 Hadis Qudsi.

Pokok ajaran Islam yang dibahas dalam buku ini tidak jauh

berbeda dengan buku-buku kumpulan hadis qudsi lainnya, yaitu meliputi

Page 82: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

68

akidah, ibadah dan akhlak. Selanjutnya sistematika penulisan yang

mewakili karakteristik literatur ini antara lain dengan diawali prakata

penerbit, lalu mukaddimah sang penyusun kemudian dilanjut dengan

tinjauan umum seputar hadis qudsi serta perbedaannya dengan al-Qur’an

dan hadis nabawi. Tidak lupa penyusun juga mencantumkan biografi

singkat para perawi hadis. Di samping itu hal menarik yang penulis lihat

dalam kumpulan ini ialah adanya keterangan derajat nilai hadis sehingga

memudahkan para pembaca dalam mengetahui mana hadis qudsi yang

saẖīh, ẖasan dan ḏa’īf.

c. Metodologi dan Eksistensi Sebuah Karya

Metode yang digunakan ialah dengan meyebutkan satu hadis saja

ketika tidak terkandung didalamnya perbedaan dalam periwayatan.

Adapun catatan sumbernya adalah seorang dari kalangan sahabat

Rasulullah. Kemudian apabila ditemukan beberapa riwayat yang berbeda,

walaupun bersumber dari satu pebahasan, baik dengan penambahan

maupun pengurangan, atau penggunaan kalimat yang berbeda, atau karena

perawinya bukan dari kalangan sahabat generasi pertama, kemudian bisa

jadi memiliki tujuan tersendiri yakni sebagai penekanan, maka hadis yang

berbeda itu penyusun sebutkan kembali. Adapun dalam penyusunannya

terbagi ke dalam 42 bab dimana masing-masing bagiannya terdiri dari satu

sampai delapan hadis, bisa kurang bisa pula lebih tergantung kebutuhan.

Dengan demikian penerbit berharap buku ini dapat bermafaat bagi

siapa saja yang ingin mempelajari hadis qudsi, sebab apa yang dikupas

Page 83: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

69

dalam kumpulan ini adalah sesuatu yang menjadi pegangan kedua umat

Islam setelah al-Qur’an.

12. Kamus Hadis Qudsi Lengkap karya Syeikh ‘Ali Ibnu Salahuddin ibnu ‘Ali

al-Yamani, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar Ihsan Lc, tahun 2009.

Nama Kitab : Kamus Hadis Qudsi Lengkap

Penyusun : Syeikh ‘Ali Ibnu Salahuddin al-Yamani

Penerjemah : Bahrun Abu Bakar Ihsan, Lc

Penerbit : Nuansa Aulia, Bandung

Halaman : 296 halaman

Cetakan ke- : I (Satu)

Ukuran : panjang 24 cm, lebar 15,2 cm, tebal 1,3 cm

Warna Sampul : Kombinasi hitam dan hijau

a. Berdasarkan Kronologis Kemunculan

Judul asli dari karya ini adalah simṯul la’āl fī mā jā’a min ẖadīts

min kalami dzil jalal karya ‘Ali Ibnu Salahuddin al-Yamani oleh penerbit

Maktabah Turātsul Islami yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia oleh Bahrun Abu Bakar Ihsan Lc dengan judul kamus hadis

qudsi lengkap. Terbit pertama kali di Indonesia pada Maret 2009 oleh

penerbit Nuansa Aulia Bandung. Karya ini penulis jumpai di Perpustakaan

Umum Islam Iman Jama’ Lebak Bulus Jakarta Selatan.

b. Berdasarkan karakteristik

Dalam penyusunannya, karya ini membedakan penulisan huruf

antara kalam Allah dengan sabda Nabi Saw, yang mana jika kalam Allah

baik dalam bahasa Arab maupun terjemahan, maka hurufnya ditebalkan,

sedangkan sabda Nabi Saw sebaliknya.

Page 84: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

70

Hadis--hadis yang tercantum diurut berdasarkan huruf hijaiyah

dengan jumlah hadis 490 buah, dengan demikian, penyusun tidak

mencantumkan nama periwayat sahabat sebelum penulisan matan,

melainkan setelahnya dibarengi dengan sumber rujukan tanpa

menambahkan syarah.

Demi kemudahan para pembaca, pihak penerbit Nuansa Aulia ini

dalam daftar isinya memberikan judul pada setiap hadis yang

diterjemahkan. Adapun sumber yang digunakan ialah kitab imam hadis

terkemuka yakni kutub al-sittah maupun kutub al-tis’ah dan kitab-kitab

hadis lainnya.

13. Himpunan Hadis Qudsi karya Syekh ‘Irfan Ibnu Sulaim al-‘Asysya

Hassuunah al-Dimasyqiy, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar, L.C

Tahun 2009.

Nama Kitab : Himpunan Hadis Qudsi

Penyusun : Syekh ‘Irfan Ibnu Sulaim al-Dimasyqiy

Penerjemah : Bahrun Abu Bakar Lc

Penerbit : Sinar Baru Algesindo, Bandung

Halaman : 446 halaman

Cetakan ke- : II (Dua)

Ukuran : panjang 2,8 cm, lebar 14,5 cm, tebal 2,1 cm

Warna Sampul : kombinasi hijau dan kuning

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Karya Himpunan Hadis Qudsi ini merupakan bentuk terjemahan

dari kitab Majma’un Nurain Lil Aẖāditsil Qudsiyyah Minas saẖīẖain

bikhtilāfir Riwāyāti wa Alfāzhi karya Syekh ‘Irfan Ibnu Sulaim al-‘Asysya

Page 85: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

71

Hassuunah ad-Dimasyqiy yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia oleh Bahrun Abu Bakar, L.C. setelah itu diterbitkan pertama

kali di Indonesia pada tahun 2008 oleh penerbit Sinar Baru Algesindo

Bandung. Tidak perlu waktu lama untuk menerbitkan cetakan kedua

karena pada tahun berikutnya yakni tahun 2009 buku ini kembali terbit

dengan perwajahan yang sama dan versi kedua inilah yang penulis

temukan dalam perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

b. Sekilas Tentang Syekh ‘Irfan al-Dismasyqiy

Sebelum Syekh ‘Irfan ad-Dimasyqiy berhasil menyusun kitab ini,

beliau pun telah menyelesaikan karya tulis yang berjudul ‘Ensiklopedia

Hadis-Hadis Qudsi’ disertai dengan penjelasannya. Adapun sumbernya

berasal kitab Saẖīhain Imam al-Bukhārī dan Imam Muslim saja, dengan

tujuan memberi kemudahan kepada pembaca yang budiman untuk

mengikuti apa yang telah ditetapkan dan dinilai shahih dari Rasulullah

Saw dan tentang apa yang beliau riwayatkan dari Tuhannya. Lalu

dimaksudkan agar faedah yang diharapkan dapat terpenuhi secara lengkap

menyangkut pemahaman nash-nash hadis, yang sebagiannya melengkapi

sebagian yang lain.

c. Berdasarkan Karakteristik

Hadis yang dicantumkan dalam kumpulan ini berjumlah 133 buah,

hal ini bisa dilihat dengan jumlah penomoran pada setiap hadis yang

penyusun uraikan. Di samping itu, pokok ajaran Islam yang terkandung

dalam himpunan ini meliputi akidah, ibadah dan akhlak. Adapun

Page 86: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

72

Pembahasan dalam himpunan ini terbagi kedalam beberapa sub bab,

lengkap dengan judul pada setiap hadisnya, diantara pembagian bab

tersebut antara lain bab tauhid, shalat, puasa, haji, jihad, dzikir, tobat,

khauf raha’, larangan, kisah Nabi-Nabi, raqaa’iq, mahabbah, bersabar, al-

Mantsurah, ihwal hari kiamat dan pasal akhir dari ahli Surga Neraka.

Berbeda dengan buku-buku himpunan hadis qudsi sebelumnya,

buku ini tidak mencantumkan tinjauan umum tentang hadis qudsi

melainkan langsung kepada poinnya yakni penyebutan hadis disertai

penjabaran kata-kata yang agaknya sulit dipahami. selain itu penyusun

juga memberikan komentar terhadap hadis sehingga memberi penjelasan

dan informasi mendalam kepada para pembaca tentang isi kandungan

hadis. Tidak lupa pula penyusun menambahkan beberapa ayat al-Qur’an

dalam melakukan syarah hadis sebagai penguat argumen. kemudian

perihal sistematika penulisannya penyusun menyebutkan sanad hadis

berikut sumber periwayatannya.

d. Eksistensi Sebuah Karya

Informasi akan keberadaan karya ini tidak penulis temukan dalam

katalog Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta maupun katalog online yaitu onesearch.id.

Melainkan jika dicari secara teliti, maka karya ini penulis jumpai di

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan

buu ini merupakan hibah Alumni UIN Jurusan Tafsir Hadis, sehingga

seringkali dijumpai kasus seperti ini yaitu adanya perbedaan antara isi

katalog dengan penempatan pada rak buku yg tidak selalu dicantumkan.

Page 87: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

73

14. Syarah Hadits Qudsi Karya Team Daar al-Bazz, diterjemahkan oleh

Wawan Djunaedi Soffandi, Tahun 2009.

Nama kitab : Syarah Hadis Qudsi

Penyusun : Team Daar al-Baaz

Penerjemah : Wawan Djunaedi Soffandi

Penerbit : Pustaka Azam, Jakarta

Halaman : 868 halaman

Cetakan ke- : V (Lima)

Ukuran : panjang 25 cm, lebar 14 cm, tebal 1,3 cm

Warna Sampul : Biru

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Karya ini merupakan terjemahan dari kitab al-Aẖādīts al-

Qudsiyyah karya Team Daar al-Bazz yang kemudian diterjemahkan ke

dalam Bahasa Indonesia oleh Wawan Djunaedi Soffandi dengan judul

“Syarah Hadits Qudsi”. Cetakan kelima yang penulis temukan terbit pada

tahun 2009 tepatnya bulan September oleh penerbit Pustaka Azzam

Jakarta. Penulis tidak melihat adanya cetakan pertama dalam katalog

perpustakaan utama maupun perpustakaan Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Kendati demikian, dengan melihat cetakan kelima

ini maka bisa dipastikan bahwa setidaknya sampai dengan tahun 2009

buku ini masih terus dicetak.

b. Berdasarkan Karakteristik

Adapun kitab yang menjadi sumber rujukan dalam pengerjaan

karya ini meliputi kitab-kitab Imam hadis terkemuka seperti Muwaṯṯa’

Malik, Saẖīẖ Bukhārī, Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, Sunan Abu Daud,

Page 88: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

74

Sunan al-Nasā’i dan Sunan Ibnu Mājah. Kemudian metode yang

digunakan ketika dijumpai hadis yang disebut berulang kali, maka

penyusun cukup menyebutkannnya sekali saja, ini pun dengan syarat hadis

yang diriwayatkan jalurnya sama atau yang hanya diriwayatkan oleh

seorang sahabat, namun jika sebaliknya, maka penyusun akan kembali

menyebutnya. Di samping itu untuk menjelaskan makna hadis, penjelasan

yang penyusun gunakan ialah dengan merujuk kitab syarah karya Ibnu

Hajar al-Qasṯalani dan Imam al-Nawawi, alasannya tidak lain karena

keilmuan dan ketelitian beliau senantiasa menjadi rujukan bagi banyak

para penyusun kitab. Kendati demikian, penyusun tidak menafikkan

bahwa dalam pengerjaan syarah ini pun membutuhkan beberapa kitab

rujukan lain seperti kitab tafsir, bahasa dsb.

Penghimpunan hadis dalam karya ini terbagi kedalam empat puluh

dua bab dengan penamaan berbeda-beda sesuai tema pada kitab aslinya,

tidak lupa pula diberi nomor sehingga memudahkan pembaca dalam

melacak hadis dalam bagian-bagian yang tidak terlalu meluas. Jumlah

hadisnya pun cukup banyak yakni mencapai 400 buah hadis yang

termasuk di dalamnya pengulangan penyebutan hadis. Setelah itu jika

ditinjau dari sisi sistematika penulisan, maka akan dijumpai dalam karya

ini pembahasan yang diawali dengan tinjauan umum seputar hadis qudsi,

lalu biografi singkat para Ahli Hadis yang menjadi sumber rujukan ini

kemudian berlanjut pada pokok inti yakni pembagian sub bab hadis yang

diawali dengan bab satu bertemakan “Keutamaan Dzikir kepada Allah

Ta’ala dan Kalimat Tauhid” dan diakhiri dengan tema “Orang Mukmin

Page 89: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

75

Melihat Tuhannya dan Dialog Allah dengan Penghuni Surga”. Adapun

pokok ajaran Islam yang terkandung dalam kumpulan ini sebagaimana

disebutkan pada bab tinjauan umum hadis qudsi yakni meliputi bidang

akidah, ibadah dan akhlak.

c. Revisi Terhadap Kitab Asli

Dalam kitab versi bahasa Arab, penerjemah sering kali

menemukan kesalahan cetak. Misalnya hadis nomor 155 yang mengalami

kekeliruan asal riwayatnya dimana bukan berasal dari an-Nasā’i,

melainkan dari Ibnu Mājah. Lalu kesalahan pada redaksi surah Ali-‘Imran

ayat 120 yang ada pada halaman 184 (kitab Arab), seharusnya disebutkan

ittaqullāh tetapi justru disebut wattaqullāh. Dengan beberapa kekeliruan

ini penterjemah langsung membenarkannya dalam edisi terjemahan ini. Di

samping itu, penerjemah berani mengambil tindakan dengan menyebutkan

redaksi hadis secara lengkap sesuai kitab rujukannya ketika di dalam kitab

berbahasa Arab hanya disebutkan sebagian, tujuannya agar para pembaca

bisa membaca redaksi hadis secara utuh tanpa adanya pemotongan.

Dengan berbagai upaya penerjemah tersebut, beliau berharap karyanya ini

mampu memudahkan para pelajar muslim khususnya Indonesia dalam

memahami hadis-hadis qudsi yang diperlukan.

15. Kumpulan Hadis Qudsi Pilihan Karya Syaikh Fathi Ghanim,

diterjemahkan oleh Yasir Maqosid, Lc Tahun 2011.

Nama Kitab : Kumpulan Hadis Qudsi Pilihan

Penyusun : Syaikh Fathi Ghanim

Penerjemah : Yasir Maqosid, Lc.

Penerbit : Pustaka al-Kautsar, Jakarta

Page 90: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

76

Halaman : 624 halaman

Cetakan ke- : I (Satu)

Ukuran : panjang 24,6 cm, lebar 15,8 cm, tebal 3 cm

Warna Sampul : Kombinasi hitam dan coklat

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Karya ini merupakan terjemahan dari kitab al-Aẖādīts al-

Qudsiyyah yang ditulis oleh Syaikh Fathi Ganim. Kitab ini pertama kali

muncul di Kairo pada tahun 2008 oleh penerbit al-Dirasah. Kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yasir Maqosid, Lc pada

tahun 2011 oleh penerbit Pustaka al-Kautsar Jakarta. Tidak perlu waktu

lama dalam menunggu cetakan kedua karena pada tahun selanjutnya yaitu

tahun 2012, buku terjemahan ini kembali terbit dengan perwajahan yang

serupa. Adapun karya yang penulis jumpai di perpustakaan Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah versi cetakan kedua dari

ensiklopedia ini.

Metode yang digunakan dalam pengerjaan karya ini penulis

mengutip perkataan penyusun di dalam mukaddimahnya:

Apabila ada hadis yang diulang-ulang, maka lajnah hanya

menyebutkan hadis tersebut sekali saja. Hal itu jika memang riwayat hadis

tersebut tidak berbeda-beda dan perawinya adalah satu sahabat. Akan

tetapi jika riwayatnya berbeda-beda (walaupun dari satu kitab) dengan

adanya penambahan, pengurangan maupun redaksi yang berbeda, ataupun

jika perawinya tidak sama, maka riwayat yang berbeda itu akan kami

sebutkan semuanya. Atau jika tidak, maka kami hanya memberi catatan

bahwa riwayat tersebut ada tambahan maupun pengurangan.

Selain itu, sumber yang digunakan dalam menjelaskan syarah hadis adalah

kitab syarah karya Imam al-Allamah al-Qasṯalani, Imam al-Nawawī,

Page 91: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

77

alasannya karena para ulama sepakat dengan keilmuan dan ketelitian

mereka.

b. Berdasarkan Karakteristik

Buku ini dalam sistem penulisannya membagi hadis qudsi kedalam

41 sub tema lengkap dengan nomornya sehingga dalam mengetahui

kelompok yang bersangkutan dengan hadis yang diperlukan akan lebih

mudah menemukannya. Awal sub tema dari karya ini berjudul

“Keutamaan Berdzikir Mengingat Allah dan Kalimat Tauhid” kemudian

diakhiri dengan tema “Orang-Orang Mukmin Akan Melihat Tuhannya di

Akhirat.” Selanjutnya dalam rangka memberikan informasi yang

dibutuhkan pembaca, penyusun mengawali buku ini dengan mukaddimah

dan tinjauan umum tentang hadis qudsi, penyebutan hadis-hadis qudsi,

serta penuturan biografi singkat para imam yang hadisnya tercantum

dalam pembahasan ini. Adapun sumber yang penyusun gunakan dalam

menggumpulkan hadis-hadis qudsi ini meliputi kitab Muwaṯṯa’ Malik,

Saẖīẖ Bukhārī, Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, Sunan Abu Daud, Sunan

al-Nasā’i dan Sunan Ibnu Mājah.

Pokok ajaran Islam yang terkandung dalam buku ini meliputi

akidah, ibadah dan akhlak, sedangkan jumlah hadis dalam kumpulan ini

sebanyak 400 hadis, dalam cakupan ini termasuk didalamnya hadis-hadis

yang berulang-ulang riwayatnya, baik dari sisi sanad maupun matan.

Dengan demikian, dengan kehadiran karya ini penerbit berharap para

pembaca mampu menerapkan kebaikan yang terkandung dalam buku ini

dan dengan segala kemudahan yang penyusun sajikan tentunya penulis

Page 92: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

78

kira ini karya cukup memudahkan para pembaca dalam menemukan hadis

qudsi yang diinginkan. Adapun keberadaan kitab ini penulis jumpai ini

merupakan hibah yang diberikan dari alumni kepada Perpustakaan

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

16. Ensiklopedia Hadits Qudsi Karya Team Daar bin Baaz, diterjemahkan

oleh Imanuddin Kamil Lc, Tahun 2012.

Nama Kitab : Ensiklopedia Hadits Qudsi

Penyusun : Team Daar bin Baaz

Penerjemah : Imanuddin Kamil Lc

Penerbit : Pustaka al-Sunnah, Jakarta

Halaman : 907 halaman

Cetakan : III (tiga)

Ukuran : panjang 20 cm, lebar 14 cm, tebal 1,3 cm

Warna Sampul : Hijau

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Karya satu ini merupakan terjemahan dari kitab al-Aẖādīts al-

Qudsiyyah karya Team Daar bin Baaz, yang kemudian di terjemahkan ke

dalam Bahasa Indonesia oleh Imanuddin Kamil Lc dengan judul

“Ensiklopedi Hadits Qudsi; dan Penjelasannya.” Diterbitkan pertama kali

di Indonesia pada tahun 2007, sebagaimana keterangan dalam cetakan

ketiga yang penulis jumpai di Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta terbit pada Tahun 2012 oleh penerbit Pustaka as-

Sunnah Jakarta. Tujuan dari pembagian ini adalah adalah agar pembaca

cukup dengan mengenali kelompok yang berhubungan dengan hadis yang

Page 93: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

79

dicari, kemudian menemukannya dalam ruang yang lebih sempit namun

efektif.

Sumber rujukan yang digunakan dalam penghimpunan buku ini

meliputi kitab-kitab Imam Hadis terkemuka seperti Muwaṯṯa’ Malik, Saẖīẖ

Bukhārī, Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, Sunan Abu Daud, Sunan al-

Nasā’i dan Sunan Ibnu Mājah. Dalam penyusunannya ketika ditemukan

riwayat hadis yang diulang, namun riwayatnya sama atau hanya

diriwayatkan oleh satu sahabat, maka penyusun cukup mencantumkannya

sekali, sedangkan apabila sebaliknya dan terjadi perbedaan redaksi barulah

penyusun menyebutkannya kembali.

b. Berdasarkan Karakteristik

Karya ini memuat penjelasan hadis yang sumber rujukannya

diambil dari kitab syarah karya al-Qasṯalani dan an-Nawawi. Mengapa

beliau? Karena keilmuan dan ketelitiannya banyak di pakai para ulama-

ulama penyusun kitab sebagai sumber yang terpercaya. Sedangkan metode

penulisan yang digunakan sebagai petunjuk panduan mencari hadis ialah

dengan pemberian nomor pada setiap hadis yang jumlahnya mencapai 400

buah. Pemberian nomor ini pun terbagi ke dalam 42 sub tema, judul tema

dalam karya ini diawali dengan “Keutamaan Dzikrullah Ta’ala dan

Kalimat Tauhid.” Kemudian diakhiri dengan tema berjudul “Orang-orang

Mukmin Melihat Tuhannya dan dialog Allah dengan Penghuni Surga.”

Seperti karya-karya hadis qudsi di Indonesia pada umumnya, di

bagian awal pembahasan buku ini mencantumkan tinjauan umum tentang

hadis qudsi, serta perbedaannya dengan al-Qur’an dan hadis Nabi.

Page 94: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

80

Kemudian memberi penjelasan singkat mengenai biografi para ulama

hadis yang menjadi sumber rujukan dalam karya ini. Kemudian dalam

beberapa tema tertentu penyusun menyebutkan keterangan sanad dan

perawi mengenai identitas aslinya. Kemudian pokok ajaran Islam yang

terkandung dalam kumpulan ini meliputi kajian akidah, ibadah dan akhlak.

Di antara karya yang lain, ensiklopedia hadis qudsi merupakan karya hadis

qudsi tertebal yang pernah penulis temukan dan dapat dijumpai di

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

17. Shahih Hadits Qudsi Karya Syaikh Isamuddin Al-Sababiṯi,

diterjemahkan oleh Umar Mujtahid L.C, Tahun 2014.

Nama Kitab : Shahih Hadis Qudsi

Penyusun : Syaikh Isamuddin Al-Sababithi

Penerjemah : Umar Mujtahid, Lc

Penerbit : Pustaka Imam al-Syafi’i, Jakarta

Halaman : 759 halaman

Cetakan ke- : I (Satu)

Ukuran : panjang 24,8 cm, lebar 17,4 cm, tebal 3,5 cm

Warna Sampul : Coklat

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Karya yang satu ini merupakan bentuk terjemahan dari kitab Saẖīẖ

al-Aẖādīts al-Qudsiyyah yang ditulis oleh Syaikh Iṣamuddin Al-Sababiṯi

dan terbit di Mesir pada tahun 2005 dengan penerbit Dārul Hadits.

Kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh Umar Mujtahid,

Lc. pada tahun 2014 tepatnya bulan November oleh penerbit Pustaka

Page 95: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

81

Imam al-Syafi’i Jakarta. Adapun perwajahan yang penulis jumpai ini

merupakan versi cetakan pertama.

Dalam mukaddimahnya, Iṣamuddin Al-Sababiṯi menjabarkan

beberapa gambaran umum proses pengerjaan karyanya ini, beliau

mengatakan bahwa dalam penyusunannya ia menyertakan bab-bab sesuai

dengan topik pembahasan sekaligus mencantumkan sanad hadis walaupun

tidak detail. Terdapat pula di dalamnya ktitik atau penilaian dan penjelasan

ringkas atas hadis baik dari segi kata maupun maknanya sehingga buku ini

sangat mudah dipahami. selain itu beliau berupaya membuat suatu

kumpulan yang saẖīẖ dengan melakukan kritik sanad dan matan atas

hadis-hadis yang berhasil dikumpulkan. Tidak lupa guna menambah

pengetahuan, penyusun memberikan indeks yang berisikan penggalan

hadis yang sama pokok-pokok pembahasannya.

b. Berdasarkan Karakteristik

Sistematika penulisan yang mewakili kharakteristik dari buku ini

adalah dengan diawali pengantar dari penerbit, daftar isi, lalu persembahan

karya kepada seseorang yang bernama Izzuddin, penulis belum bisa

memastikan siapakah Izuudin yang beliau maksud, sebab tidak ada

keterangan selebihnya. Kemudian beranjak pada pendahuluan cetakan

pertama dan keempat, tinjauan umum tentang hadis qudsi, setelah itu

masuk kepada penyebutan hadis-hadis qudsi dengan bab satu yang diberi

judul “Tauhid dan Keimanan” sampai dengan bab sembilan belas.

Terakhir sebagai penutup penyusun mencantumkan daftar isi serta

glossarium yang berisikan istilah-istilah umum dalam hadis.

Page 96: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

82

Jumlah hadis qudsi dalam buku ini sebanyak 545 buah sesuai

dengan nomor yang penyusun cantumkan. Tidak lupa pula penyusun

memberikan penilaian akhir tentang derajatnya, dengan catatan beliau

hanya mencantumkan hadis qudsi yang bernilai shahih dan hasan saja.

Adapun sumber yang menjadi rujukan utama kumpulan ini ialah kitab-

kitab Imam hadis terkemuka seperti Muwaṯṯa’ Malik, Saẖīẖ Bukhārī,

Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, Sunan Abu Daud, Sunan al-Nasā’i dan

Sunan Ibnu Mājah. Kemudian pokok ajaran Islam yang terkandung dalam

pembahasan buku ini meliputi bidang akidah, ibadah dan akhlak, hal ini

sebagaimana yang penyusun katakan dalam pendahulunnya. Dengan

kemudahan-kemudahan yang penyusun upayakan dalam pengerjaan buku

ini, maka harapannya karya ini mampu memberi manfaat bagi kalangan

pelajar dan peneliti ilmu khususnya bidang hadis.

18. Hadis Qudsi Karya Drs. Moh. Syamsi Hasan, M.Pd, Tanpa Tahun.

Nama Kitab : Hadis Qudsi

Penyusun : Drs. Moh. Syamsi Hasan, M.Pd

Penerbit : Amelia, Surabaya

Halaman : 624 halaman

Cetakan ke- : -

Warna Sampul : Hitam

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Judul lengkap dari karya ini adalah Hadis Qudsi; Firman Allah

Tabaraka Wa Ta’alla Selain al-Qur’an, ditulis oleh Drs. Moh. Syamsi

Hasan, M.Pd dan terbit di Surabaya oleh penerbit Amelia. Penyusun tidak

mencantumkan tahun terbit dari karya ini, sehingga penulis sedikit

Page 97: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

83

kesulitan dalam mengetahui kapan pertama kali buku ini hadir, meskipun

begitu, jika dilihat dalam katalog online onesearch.id atau melalui

penelusuran onesearch.id, maka akan dijumpai tahun terbit dari karya ini

yakni tahun 2014, dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa

setidaknya di tahun tersebut buku ini sudah ada, terlepas dari pengulangan

dalam pencetakannya.

Di samping itu, penulis belum bisa memastikan jumlah hadis yang

tercantum dalam kumpulan ini, sebab penyusun tidak memberi nomor

pada setiap hadisnya, melainkan hanya memberi judul besarnya saja.

Kendati demikian dengan melihat judul hadis dalam daftar isi yang tertera

dalam buku ini, maka penulis simpulkan bahwa jumlah hadis qudsi yang

ada sebanyak 158 buah (belum termasuk pengulangan periwayatan jika

terjadi pengulangan).

b. Berdasarkan Karakteristik

Pokok ajaran Islam yang dibahas dalam kumpulan ini meliputi

akidah, ibadah dan akhlak dalam Islam. Dalam pengantarnya disebutkan

bahwa materi yang terkandung di dalamnya mencerminkan bagaimana

seorang muslim seharusnya membangun kehidupan, baik secara vertikal

maupun horizontal atas ridho Allah Swt agar bahagia dunia akhirat. Di

samping itu sumber yang diambil dalam penyusunan buku ini meliputi

sembilan kitab hadis (al-Kutub al-Tis’ah), antara lain Saẖīẖ al-Bukhāri,

Saẖīẖ Muslim, Sunan al-Tirmidzi, Sunan al-Nasa’i, Sunan Abi Dawud,

Sunan Ibnu Mājah, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Muwatha’ al-

Imam Malik, dan Sunan al-Darimy.

Page 98: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

84

Pada sistematika penulisan, penyusun tidak mencantumkan

tinjauan umum tentang hadis qudsi, melainkan langsung kepada pokok

pembahasan yaitu penyebutan hadis-hadis qudsi lengkap dengan judul,

sanad dan sumber periwayatannya. Selain itu Penyusun tidak

menambahkan komentar maupun penjelasan atas hadis qudsi yang

disebutkan. Kendati demikian, penyusun tetap berharap karyanya ini bisa

memudahkan para pelajar muslim, muballigh, dan para pecinta ilmu,

utamanya di bidang hadis, dalam upayanya mendapatkan hadis qudsi yang

diperlukan.

19. Kelengkapan Hadis Qudsi Karya Lembaga al-Qur’an dan al-Hadits,

Majlis Tinggi Urusan Agama Islam Kementrian Wakaf Mesir,

diterjemahkan oleh Muhammad Zuhri, Tanpa Tahun.

Nama Kitab : kelengkapan Hadis Qudsi

Penyusun : Lembaga Wakaf Mesir

Penerjemah : Muhammad Zuhri

Penerbit : Toha Putra, Semarang

Halaman : 471 halaman

Cetakan ke- : -

Ukuran : panjang 20 cm, lebar 14 cm, tebal 1,3 cm

Warna Sampul : Merah

a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan

Judul asli dari karya ini adalah al-Aẖāditsul Qudsiyyah, disusun

oleh Lembaga al-Qur’an dan al-Hadits, Majlis Tinggi Urusan Agama

Islam Kementrian Wakaf Mesir, yang kemudian diterjemahkan ke dalam

Bahasa Indonesia oleh Muhammad Zuhri dengan penerbit Toha Putra

Page 99: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

85

Semarang, penulis tidak menemukan tanggal terbit dalam karya ini, namun

dengan melihat katalog Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta bahwa telah disebutkan tahun terbitnya yakni tahun 1982, maka

dengan kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa setidaknya pada

awal dekade delapan puluhan buku ini sudah ada. sebagaimana pula

tanggal penulisan kata pengantar yang ditulis oleh penterjemah yang

bertepatan pada tanggal 15 Mei 1982. Akan tetapi tetap saja penulis tidak

mencantumkan tahun terbit dalam judul besar karya ini, sebab penulis

hanya mendeskripsikan karya hadis qudsi seseuai keadaan yang tercantum

pada informasi buku tersebut.

b. Berdasarkan Karakteristik

Sumber dari pengkodifikasian hadis-hadis qudsi ini meliputi kitab-

kitab Imam hadis terkemuka seperti Muwaṯṯa’ Malik, Saẖīẖ Bukhārī,

Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, Sunan Abu Daud, Sunan al-Nasā’i dan

Sunan Ibnu Mājah. Kemudian dalam pembahasannya penyusun membagi

hadis kedalam 43 bab dengan sub tema yang berbeda-beda, yaitu diawali

dengan tema “Keutamaan Dzikir dan Kalimat Tauhid” kemudian tema di

akhiri dengan “Orang-Orang Mu’min Melihat Tuhan dan Allah Berfirman

Kepada Penghuni Surga”. Keseluruhan jumlah hadis yang tercantum

dalam himpunan ini sebanyak 400 buah (termasuk pengulangan

periwayatan) lengkap dengan nomor sekaligus komentar atau penjelasan

atas hadis sehingga memudahkan para pembaca dalam mengetahui bagian

hadis yang berhubungan dengan hadis dalam satu kelompoknya, serta

Page 100: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

86

mengupas makna yang tersirat walaupun penyusun mengatakan dalam

mukaddimahnya dengan kalimat “sekedarnya” saja.

Ketika di dalamnya terjadi pengulangan dalam periwayatan hadis,

maka penyusun hanya mencantumkannya sekali bilamana hadis itu tidak

berbeda riwayat, dan dari seorang sahabat. Jika riwayatnya berlainan

dengan pengurangan ataupun penambahan dalam redaksinya maupun

sanadnya, maka penyusun kembali sebutkan hadisnya. Kemudian dalam

memberi penjelasan atas hadis, penyusun merujuk kepada kitab Syarah

Imam Bukhārī, dan Imam Muslim, sebagaimana diketahui bahwa banyak

ulama sepakat dengan keilmuan dan kredibilitas mereka dalam bidang

hadis dan menjadikannya sumber rujukan.

Pada sistematika penulisan, buku ini diawali dengan pendahuluan

yang membahas tinjauan umum seputar hadis qudsi, dilanjut dengan

penjelasan biografi singkat para imam hadis yang menjadi sumber rujukan

dalam kumpulan ini. Adapun pokok ajaran Islam yang terkandung dalam

karya terjemahan ini meliputi bidang akidah, ibadah dan akhlak. Dengan

demikian, penyusun berharap karyanya ini dapat bermanfaat untuk para

pelajar muslim khususnya yang ingin mempelajari bidang hadis.

Page 101: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam meneliti literatur hadis

qudsi di Indonesia, maka karakteristik yang dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Hanya ada dua literatur yang disusun langsung oleh penulis Indonesia,

diantaranya: 325 Hadis Qudsi karya K.H. Firdaus A.N dan Hadis Qudsi

karya Moh. Syamsi Hasan. Sisanya merupakan bentuk terjemahan atas

karya yang sudah ada. Hal ini menunjukkan kurangnya kontribusi muslim

Indonesia dalam kancah penulisan orisinil karya hadis.

2. Semua literatur hadis qudsi mengambil sumber dari kitab induk hadis yang

sama, yakni Saẖīẖ al-Bukhārī dan Saẖīẖ Muslim.

3. Jumlah hadis qudsi terbanyak dicapai oleh Saẖīẖ Hadīts Qudsi karya

Syaikh Isamuddin al-Sababiṯi dengan jumlah 524 hadis. Sedangkan paling

sedikit dicapai oleh buku Mutiara Hadis Qudsi karya Aẖmad ‘Abduh

Iwadh dengan jumlah 30 hadis. Perbedaan tersebut bergantung pada

kemampuan masing-masing penyusun dalam mengumpulkannya.

4. Sebelas dari sembilan belas literatur hadis yang penulis teliti, dalam

penyusunannya hadis qudsi terbagi kepada beberapa sub-tema, sedangkan

sisanya disusun secara musnadi atau diurut berdasarkan huruf hijaiyah.

5. Ada dua karya hadis qudsi yang dalam penulisan matannya menggunakan

tulisan tangan, yakni Hadis Qudsi yang Shahih karya Imam Abi Hasan al-

Qoriy dan 254 Hadis Qudsi karya M. Tajuddin al-Munawi.

Page 102: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

88

6. Ada tiga karya hadis qudsi yang dalam penyajiannya menyertakan takhrij

dan penilaian derajat hadis, di antaranya: Himpunan Hadis Qudsi karya

Lajnah Dārul Fikr, Hadis Qudsi yang Shahih Imam Abi Hasan al-Qoriy,

dan Kumpulan Hadis Qudsi karya al-Nawawi & al-Qastlani. Dengan

adanya upaya tersebut, maka pembaca hanya tinggal mengkonsumsi tanpa

harus meneliti sanad ataupun matannya.

7. Hanya ada satu karya hadis qudsi yang mencantumkan glossaries atau

daftar istilah pada bagian akhir buku, yaitu Mutiara Hadis Qudsi karya

Syekh Abd.Majid Al-Adawiy.

8. Terdapat empat karya hadis qudsi yang hanya menghimpun hadis-hadis

bernilai shahih dan hasan saja, di antaranya: Hadits Qudsi karya Dr.

Ahmad Asyibashi, Hadits Qudsi yang Shahih karya Imam Abi Hasan, 40

Hadis Qudsi Pilihan karya Ezzeddin Ibrahim, dan Shahih Hadits Qudsi

karya Isamuddin Al-Sababiṯi.

9. Dari keseluruhan literatur yang diteliti, hanya ada dua karya yang

mencantumkan indeks pada bagian akhir halaman, yakni: Hadits Qudsi

yang Shahih karya Imam Abi Hasan dan Mutiara Hadis Qudsi karya

Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh.

10. Separuh dari jumlah literatur yang ada, sang penyusun menyertakan syarah

hadis dan biografi singkat para ahli hadis yang menjadi sumber rujukan.

B. Saran-Saran

Dalam skripsi ini belum banyak membahas karya-karya hadis qudsi yang

disusun langsung oleh ulama hadis Indonesia seperti 325 Hadis Qudsi Pilihan;

karya K.H. Firdaus A.N dan Hadis Qudsi; karya Drs. Moh. Syamsi Hasan, M.Pd.

Page 103: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

89

Dengan demikian perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam penelitian

ini, sebab keterbatasan penulis dalam mencari buku-buku hadis qudsi yang hanya

di perpustakaan-perpustakaan tertentu saja, sehingga kesimpulan yang penulis

sampaikan ini bisa saja berubah apabila dijumpai penemuan-penemuan baru dan

hal ini sangat penulis sadari betul.

Penulis harap akan ada mahasiswa lainnya yang melanjutkan penelitian

ini sampai dengan karya-karya hadis qudsi keluaran terbaru, sebab karya ter-

update yang penulis jumpai adalah karya hadis qudsi tahun terbit 2014 saja, dan

ingin penulis tekankan ialah karya-karya hadis qudsi yag disusun langsung oleh

orang Indonesia.

Page 104: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

90

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kaffa, Muhammad Fikri. “Kayfiyyati an-Nafī wal itsbāt fī al-Hadīts al-Qudsī.”

Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2011.

Asyur, Musṯafā dan al-Hadīts, Lajnat al-Qur’an wa. al-Majlis al- A’lā asy- Syu’ūn

Al- Aẖādīts al-Qudsiyyah. Mesir: al-Qāhirah, 1969.

Asyibashi, Ahmad. Hadits Qudsi. Bandung: Diponegoro, 1996.

Al-Batawiy, H. Rizqi Dzulqornain “Biografi Imam Zainuddin Abdurrauf al-

Munawiy” artikel diakses pada 2 April 2017 dari

http://yayasanalmuafah.blogspot.co.id/2016/02/biografi-imam-abdurrauf-

al-munawiy.html?m=1

Al-Adawy, Abdul Majied. Mutiara Hadis Qudsi. Jakarta: Pustaka Amani, 2000.

Al-Khathib, Muhammad ‘Ajaj. Ushul al-Hadis; Pokok-Pokok Ilmu Hadis. Jakarta:

Gaya Media Pratama, 2013.

As-Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.

Al-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Sejarah & Pengantar Ilmu Hadis.

Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012.

Al-Haddadi, Muhammad Tajuddin bin al-Manawi. 272 Hadits Qudsi; Firman-

Firman Allah yang tidak Tercantum dalam al-Qur’an. Surabaya: PT. Bina

Ilmu, 1984.

Al-Haddadi, Muhammad Tajuddin bin al-Manawi, 254 Hadits Qudsi; Firman-

Firman Allah Yang Tidak Tercantum Dalam al-Qur’an. Jakarta: Rineka

Cipta, 2000.

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama; Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara

Abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan, 1995.

Baghir, Muhammad. “Kitab al- Ba’tsu wa al-Nusyūr Karya al-Baihaqī.” Skripsi

S1 Fakultas Dirasat Islamiah, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2012.

Bustamin. Dasar-Dasar Ilmu Hadis. Jakarta: Ushul Press, 2009.

Cholida, Ni’ma Diana. “Kontribusi Ali Mustafa Yaqub Terhadap Perkembangan

Kajian Hadis Kontemporer di Indonesia.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Chaidoni, Muhammad. “Karakteristik Kitab Musnad Ibn Abī Syaibah karya Abū

Bakr Ibn Abī Syaibah.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2013.

Daradjat, Zakiah. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

Page 105: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

91

Darmawi, M. Iqbal. Kamus Istilah Popoler Islam; kata-kata yang paling sering

digunakan di dunia Islam. Jakarta: Erlangga, 2013.

Al-Dimasiyqy, Syekh ‘Irfan Ibnu Sulaiman. Himpunan Hadits Qudsī. Bandung:

Sinar Baru Algesindo, 2009.

Firdaus. 325 Hadits Qudsi Pilihan Jalan ke Syurga. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

1990.

Fikr, Lajnah Dārul. Himpunan Hadis Qudsi. Semarang: al-Syifa’, 1993.

Gazalba, Sidi. Pola Ajaran dan Amal Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

Hasan, Moh. Syamsi. Hadits Qudsi; Firman Allah Tabaraka Wa Ta’ala selain al-

Qur’an. Surabaya: Amelia, t.t.

Hasan, Ahmad Rifa’i. Warisan Intelektual Islam di Indonesia. Bandung: Mizan,

1987.

Hidayah, Nur. “Meretas Kesarjanaan Hadis di Indonesia.” Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Humairoh, Zirly Ayu. “Kalimat Efektif Dalam Terjemahan 40 Hadits Qudsi

Pilihan Karya Prof . Dr. M. Quraish Shihab.” Skripsi S1 Fakultas Adab dan

Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

‘Iwadh, Aẖmad ‘Abduh. Mutiara Hadis Qudsi;Jalan Menuju Kemuliaan dan

Kesucian Hati. Bandung: Mizania, 2008.

‘Itr, Nuruddin. ‘Ulumul Hadis. Bandung: Rosda, 2014.

Jumantoro, Totok. Kamus Ilmu Hadis. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Khon. Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2012.

Al-Madani, Muhammad bin Mahmud ath-Tharabzuni. al- Ithāfāt as-Saniyyah Fī

al-Aẖādīts al-Qudsiyyah. Beirut: Dārul Jīl, 1967.

Maẖfūẕah dan at- ṯab’i, Jamī’ ẖuqūqi i’āratu. Al- Aẖādīts al-Qudsiyyah. Mesir:

Dārul Fikr, 1997.

Mudasir. Ilmu Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Munandar. “Perkembangan Hadits di Indonesia, Medan,” Penelitian Dosen

Fakultas Ushuluddin IAIN Sumatera Utara 04, no. 1 (Januari-Juli 2014):

113.

Al-Nawawi, al-Qasṯalani. Kumpulan Hadis Qudsi. Yogyakarta: al-Manar, 2003.

Page 106: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

92

Al-Qoriy, al-Imam Abi al-Hasan Nuruddin ‘Ali Bin Sulṯan Muhammad. Hadits

Qudsi yang Shahih. Bandung: Gema Risalah Press, 1999.

Al-Qaṯṯan, Mannā’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an. Bogor: Pustaka Litera

Antar Nusa, 2013.

Al-Sabābiṯī, ‘Isāmuddin. Jāmi’ul Hadis al-Qudsiyyah. al-Qāhirah: Dārul Hadits,

2004.

_______. Shahih Hadits Qudsi. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i: 2014.

Samsukadi, Mochamad. “Paradigma Studi Hadits di Dunia Pesantren”, Jurnal

Studi mengenai rendahnya minat kajian pesantren secara langsung dan

kritis terhadap al-Qur’an dan hadits 06, no. 01 (April 2015): h. 49.

Sari, Muliyana. “Kontribusi Ali Mustafa Yaqub dan Ahmad Lutfi Fatullah dalam

Bidang Hadis di Indonesia.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2013.

Su’aidi, Hasan. “Jaringan Ulama Hadits Indonesia,” Penelitian oleh Dosen

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) t.v, t.n (Pekalongan 2013)

Syarifah, Umaiyatus. “Lokalitas Tarjamah Hadits Bahasa Betawi.” Studi Islam 13,

no, 1 (T.tp 2012)

Solahudin, Agus dan Suyadi, Agus. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 2015.

Shihab, M. Quraish, 40 Hadits Qudsi Pilihan. Jakarta: Lentera Hati, 2010.

Soffandi, Wawan Djunaedi. Syaraẖ Hadits Qudsi. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Team Daar bin Baaz. Ensiklopedi Hadits Qudsī. Jakarta: Pustaka as-Sunnah,

2012.

Thahan, Maẖmūd. Taisīr Musṯalẖul Hadīts. Riyadh: Maktabah al-Ma’arif

Linnasyri Wattauzī’, 1425 H.

Ulfiyah. “Implikasi Pendidikan dari Hadits Qudsi Riwayat Muslim Tentang

Kedermawanan Terhadap Pembinaan Sikap Dermawan.” Skripsi S1

Fakultas Pendidikan, Universitas Islam Bandung, 2010

Ummi, Za’im Kholilatul. Perkembangan Kajian Hadits di Indonesia. Yogyakarta:

UIN Sunan Kalijaga, Academia.edu, 2015.

Uwaidah, Kamil. Hadis Qudsi; Panduan dan Literasi Hadis Qudsi. terj. M. Abd.

Mujib el-Zayyad. dkk. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008.

Page 107: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

93

Wahid, Ramli Abdul, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia. Medan: IAIN

Press, 2016.

Al-Yamani, Syeikh ‘Ali Ibnu Salahuddin. Kamus Hadis Qudsi Lengkap.

Bandung: Nuansa Aulia, 2009.

Yuslem, Nawir. Ulumul Hadis. Jakarta: Mutiara Sumber Widia, 2001.

Zuhri, Muhammad. Kelengkapan Hadits Qudsi. Semarang: CV. Toha Putra, 1982.

_______. Hadis Nabi; Telaah Historis & Metodologis. Yogyakarta: Tiara

Wacana, 2011.

Page 108: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

94

Page 109: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

95

Page 110: LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36665/2/ATINA... · E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

96