lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/6534/6/bab iii.pdfkomedi,...
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
25
BAB III
METODOLOGI
3.1. Gambaran Umum
Dalam pengerjaan tugas akhir ini, penulis bersama rekan tim merancang sebuah
project animasi pendek hybrid 3D dan 2D yang berjudul Story of Colors dengan
tema action komedi, dengan durasi kurang lebih sekitar tiga menit. Animasi
pendek berjudul Story of Colors ini menceritakan tentang kehidupan sebuah cat
yang datang ke dalam dunia manusia. Setting latar dan waktu pada animasi
pendek ini menggunakan setting tempat di kota Jakarta dengan lokasi spesifik
daerah kawasan Kota Tua Jakarta. Tugas akhir yang penulis dan rekan tim
kerjakan menggunakan 2 teknik pengerjaan yaitu 2D dan 3D yang dirancang
berdasarkan dari sumber observasi visual dan dokumentasi lapangan.
3.1.1. Sinopsis
Animasi pendek Story of Colours menceritakan tentang kehidupan tiga buah
tokoh cat, yakni biru, merah dan kuning diutus oleh Tuhan-nya untuk mendatangi
sebuah tempat tinggal manusia, dimana cat tersebut bertugas untuk merapihkan
dan menuntaskan masalah yang disebabkan oleh cat sebelumnya, yaitu untuk
mewarnai dunia manusia yang monoton, dimana orang-orang yang tinggal
didalamnya tidak semangat beraktifitas seperti biasanya, dikarenakan pada awal
kota diberi warna oleh cat di zaman dahulu kala merubah warna kota menjadi
warna kelabu dan mempengaruhi perasaan manusia yang tinggal di wilayah
tersebut. Disinilah cat-cat generasi baru diutus untuk menyelesaikan masalah yang
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
26
terjadi agar kota yang awalnya kelabu menjadi sebuah kota penuh warna dan
menjadikan masyarakat yang tinggal disekitarnya menjadi ceria.
3.1.2. Posisi Penulis
Dalam pembuatan karya tugas akhir ini penulis memiliki posisi sebagai
environment designer yang bertugas merancang konsep setting tempat tinggal
atau lingkungan tokoh dalam cerita atau film beraktifitas hingga bertugas sebagai
3D modeler environment. Dalam pengerjaan karya tugas akhir ini, penulis
bersama rekan tim merancang sebuah karya animasi berdurasi pendek dengan
visual hybrid 3D dan 2D yang berjudul Story of Colours bergenre action komedi,
dengan durasi kurang lebih sekitar tiga hingga lima menit.
3.2. Tahapan Kerja
Tahapan kerja dalam pembuatan karya tugas akhir ini yang penulis fokuskan pada
bahasannya mengenai perancangan desain setting kawasan Kota Tua Jakarta.
dengan merancang sebuah setting atau lingkungan tokoh untuk beraktifitas,
dimana proses pertama diawali dengan pengembangan ide cerita. Sebelum cerita
benar-benar selesai dan disepakati oleh rekan tim, penulis mulai membuat sketsa
kasar setelah mendapatkan beberapa data literatur sebagai gambaran awal desain
setting.
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
27
Gambar 3.1. Sistematika Perancangan
Tahap selanjutnya yaitu menentukan setting tempat dan waktu yang akan
dipilih yang sesuai dengan cerita yang telah disepakati oleh penulis bersama rekan
tim. Kemudian penulis bersama rekan tim mencari lokasi di dunia nyata sebagai
acuan atau referensi tempat untuk setting yang akan dirancang yang sesuai dengan
cerita untuk animasi yang akan dibuat. Setelah itu penulis melakukan observasi
visual untuk mendapatkan data dari hasil survei lokasi yang telah dilakukan,
hingga revisi cerita yang dipilih sudah selesai ditetapkan. Kemudian penulis
melanjutkan pada tahap pembuatan sketsa akhir dengan menghasilkan visual yang
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
28
terdiri dari elemen warna dan bentuk visual. Sehingga terciptanya desain setting
kawasan Kota Tua Jakarta.
3.3. Acuan
Perkotaan merupakan setting yang banyak digunakan pada film action maupun
animasi. Tetapi tidak semua film ataupun animasi menggunakan setting tempat
sebuah perkotaan dengan sama persis. Maka dari itu penulis mencari data dari
berbagai sumber berupa hasil observasi visual dengan pengambilan data berupa
dokumentasi lapangan, maupun pengambilan data dari jurnal dan studi literatur
sebagai acuan dalam pembuatan karya tugas akhir ini.
3.3.1. Acuan Perancangan
Setelah penulis melakukan riset lokasi untuk membuktikan apakah data tersebut
benar adanya, sekaligus untuk melihat lebih jelas detail dari komponen bangunan
yang ada, ukuran proporsi dan apa saja yang menjadi ciri khas dari kawasan Kota
Tua Jakarta.
3.3.1.1. Observasi Riset Lokasi Kawasan Kota Tua Jakarta
Dari data hasil riset yang di dapat penulis mengetahui letak dan spesifikasi
gedung dan properti yang berada di kawasan Kota Tua Jakarta. Salah satu
hasil riset yang penulis amati yaitu banyak beberapa eksterior dari bentuk
jendela pada bangunan di kota tua menggunakan material kayu dan kaca
yang gelap, dan pada kawasan Kota Tua Jakarta tidak semua bangunannya
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
29
menggunakan pembatas semacam trotoar pada antar gedung dengan
konblok.
Gambar 3.2. Detail Bangunan dan Proporsi di Kawasan Kota Tua Jakarta
(Dokumentasi Pribadi)
Setelah mengamati ciri dari lokasi kawasan Kota Tua Jakarta,
penulis juga mengamati bentuk-bentuk dan ciri khas dari detail pada setiap
bangunan museum di sekitaran kawasan Kota Tua Jakarta ini. Berikut
beberapa hasil dokumentasi dari detail bentuk dan dari ciri khas bangunan
di Kota Tua Jakarta, dari hasil pengamatan penulis menyimpulkan ciri
khas bangunan tua di kawasan Kota Tua Jakarta ini memiliki desain
simetris, hampir setiap gedung pasti memiliki pilar didepan nya, jumlah
jendela disetiap gedungnya juga cukup banyak dan memiliki banyak detail
ukiran disetiap gedungnya.
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
30
Gambar 3.3. Detail Gedung Museum Bank Indonesia
(Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.4. Detail Gedung Museum Fatahillah
(Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
31
Gambar 3.5. Detail Gedung Museum Wayang
(Dokumentasi Pribadi)
3.3.1.2. Observasi Bentuk Visual
Setelah melakukan riset lokasi, penulis juga melakukan observasi bentuk
visual dari media pada film animasi. Beberapa hal yang diutamakan dalam
melakukan observasi dari film animasi tersebut yaitu melakukan observasi
bentuk visual sebagai acuan untuk film yang akan penulis buat. Dalam
animasi iklan commersial berjudul “The Green Giant” bangunan-
bangunan yang berada di lokasi film tersebut memiliki bentuk dasar kotak
yang cukup memberikan kesan kaku dan membosankan. Bentuk visual
yang terlihat simple tetapi masih memperlihatkan kejelasan pada bentuk
yang dimaksud. Sehingga memberi kesan kontras dengan karakter utama
yang cukup kompleks dari bentuk visual yaitu bentuk dasar lingkaran.
Maka dari itu penulis memilik referensi sebagai acuan bentuk visual dari
animasi iklan tersebut untuk bentuk visual yang akan di acu yaitu guna
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
32
memperlihatkan kesan kontras antara dunia manusia yang terkesan
monoton dari bentuk dasar kotak pada visual gedung, dengan karakter
utama dari bentuk dasar lingkaran yang memberikan kesan tak terbatas
dan memiliki kekuatan.
Gambar 3.6. Gaya Bentuk Visual Bangunan dan Properti
(The Green Giant)
Selain itu penulis kemudia mencari data referensi dari film lainnya
yang memiliki visual pada bentuk bangunan dalam setting yang
memberikan kesan kaku dan tidak nyaman yaitu pada animasi berjudul
“The Little Prince” dalam film ini terdapat sebuah rumah dari tokoh utama
dalam film yang memiliki rumah dengan visual yang simple, sangat kaku
dan terkesan monoton, dimana rumah tersebut sangat berbeda dengan
bentuk visual dari rumah disebelahnya yaitu rumah milik sang kakek,
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
33
dimana bentuk visual rumahnya yang memberikan kesan bebas dengan
bentuk yang tidak terlalu kaku dan monoton. Masing-masing dari rumah
tersebut dihuni oleh tokoh yang memiliki aktifitas dan peraturan yang
sangat kontras yaitu pada rumah tokoh utama didalamnya dihuni oleh
seorang anak perempuan dan ibunya, ibu dari sang anak yang memiliki
kepribadian yang sangat disiplin, semua kegiatan yang ia lakukan
terjadwal dengan tertata baik dan rapi. Sedangkan sang kakek yang tinggal
bersebelahan yang hidupnya cukup terbilang tidak teratur dan semua
aktifitas yang ia lakukan tidak terjadwal dengan baik dan rapi. Dari film
tersebut penulis memilih bentuk dari bangunan rumah tokoh utama untuk
dijadikan sebagai acuan dalam observasi bentuk visual, karena bentuk
visual bangunan yang cocok pada setting yang akan dibahas oleh penulis
yaitu bangunan-bangunan yang bentuk visualnya memberikan kesan kaku,
simple dan monoton. Berikut visual dari bangunan rumah dalam film
animasi berjudul The Little Prince.
Gambar 3.7. Bentuk Visual Bangunan Rumah Karakter Utama dan Kakek
(The Little Prince)
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
34
3.3.1.3. Observasi Visual Warna
Gaya visual warna dari animasi “The same of page” pada bangunan
setting tempat karakter yang tinggal di dunia koran memiliki visual bentuk
maupun warna pada gedung yang terkesan monoton, tidak kompleks bila
dibandingkan dengan visual bentuk dan warna pada gedung di dunia
komik yang berwarna-warni. Pada properti yang digunakan memberi
kesan bebas dan bervariasi.
Gambar 3.8. Visual Warna Dunia Koran
(The Same of Page,2016)
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
35
Warna yang ditampilkan pada animasi ini memberikan kesan
perbedaan setting antar dua karakter utama dalam animasi tersebut.
Dimana warna yang dipilih yaitu warna abu-abu yang memberikan kesan
ketidak tegasan, iri, dan kesepian. Dan warna yang diterapkan pada visual
dunia koran lebih redup dan textur yang digunakan cukup rendah sehingga
memberi kesan bosan.
Hal itu sangat berbeda dibandingkan dengan warna cerah yang
ditampilkan pada visual warna dunia komik. Selain dari animasi The Same
of Page, penulis juga memilih dari animasi lain sebagai referensi visual
warna yaitu pada animasi berjudul Alike. Pada animasi ini penulis juga
memilih warna setting sebagai acuan untuk diterapkan pada animasi yang
penulis buat bersama rekan tim. Bangunan pada film Alike ini memiliki
saturasi warna yang rendah dan terlihat kusam yaitu warna putih kusam
dengan campuran warna dominan abu-abu. Sehingga warna tersebut
memberikan kesan ketidak nyamanan dan kesepian yang dihasilkan oleh
warna abu-abu tersebut yang berhubungan dengan konsep cerita, yaitu
karakter didalamnya yang tidak bersemangat dan merasa tidak nyaman
karena terpaksa melakukan kegiatan yang mereka tidak inginkan
dilingkungannya.
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
36
Gambar 3.9. Visual Warna Setting Tempat
(Alike,2016)
Berbeda dengan salah satu karakter lainnya dimana setting yang ia
tempati saat melakukan kegiatan yang ia sukai yaitu bermain musik di
bawah pohon. Setting bawah pohon tersebut memiliki warna dengan
saturasi tinggi dan tidak didominasikan dengan warna abu dan warna
kusam lainnya. Sehingga setting tempat ini memiliki perbedaan yang
sangat kontras antara setting yang memiliki saturasi rendah dengan setting
yang memiliki saturasi tinggi. Konsep ini menjelaskan suatu warna dapat
memberika kesan yang berbeda dan dapat mempengaruhi terhadap
suasana hati serta lingkungan sekitarnya.
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
37
Gambar 3.10. Visual Warna Setting Bawah Pohon
(Alike,2016)
3.4. Proses Perancangan
Pada tahap awal yaitu tahap praproduksi, setelah ide cerita dan penulisan naskah
selesai, penulis melakukan perancangan awal untuk setting pada adegan karakter
dalam film yang akan dibuat. Berdasarkan lokasi tempat di dunia nyata yang
sudah ada, penulis merancang dua buah lokasi di sekitaran kota tua Jakarta, yaitu
lokasi pada shot awal pada saat karakter utama turun ke bumi yang terletak di
jalan raya yaitu diluar kawasan Kota Tua Jakarta, dan pada saat cerita
berlangsung pada lokasi kawasan Kota Tua Jakarta. Perancangan visual dilakukan
berdasarkan dari data referensi visual dan studi literatur yang telah penulis pakai
sebagai acuan teori untuk memperkuat alasan yang dipilih.
3.4.1. Site Plan
Sebelum masuk pada tahap perancangan bentuk bangunan dan properti di
kawasan Kota Tua Jakarta, penulis menentukan site plan terlebih dahulu guna
menentukan arah masuknya cahaya, peletakan kamera dan alur jalannya karakter
dari lokasi satu menuju ke lokasi lainnya.
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
38
Gambar 3.11. Site Plan Kota Tua Jakarta
(Dokumentasi Pribadi)
Dari site plan tersebut dapat terlihat sebuah bangunan dari kawasan Kota
Tua Jakarta berada dekat dengan jalan raya, disetiap sisi jalan terdapat bangunan-
bangunan yang seakan saling berinteraksi.
3.4.2. Explorasi Menyederhanakan Bentuk Bangunan
Setelah melakukan riset lokasi dan mendapatkan data yang dibutuhkan, penulis
kemudian mulai melakukan eksplorasi dari hasil data riset berupa hasil foto
bangunan-bangunan Belanda yang berada dikawasan Kota Tua Jakarta yang
nantinya akan dijadikan sebagai bahan acuan untuk perancangan setting tempat
kawasan Kota Tua Jakarta pada film animasi yang penulis dan rekan tim akan
buat.
3.4.2.1.`Penyederhanaan Bentuk Menjadi Kaku dan Simple
Untuk memberikan kesan kaku dan simple pada desain bangunan yang
penulis rancang, mengacu pada teori yang penulis gunakan. Pada tahap
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
39
eksplorasi untuk melihat detail pada bangunan, penulis menggunakan
teknik tracing terlebih dahulu bentuk dari bangunan asli yang terlihat
rumit, kemudian diubah menjadi bentuk simple dan kaku. Penggunaan
teknik tracing diawal pada tahap penyederhaan selain menghemat waktu
produksi juga bermanfaat untuk memudahkan penulis agar dapat
mengtahui dengan jelas pada setiap outline bentuk dari bangunan asli
bangunan-bangunan yang akan dibahas. Dengan menghilangkan bentuk-
bentuk yang terkesan kompleks seperti pada tiang bangunan pada desain
arsitektur awal, gedung asli yang semula memiliki banyak ukiran dan
aksen gundukan. Penghilangan bentuk dibatasi pada bentuk yang memiliki
ukuran dibawah 5 cm hingga 10 cm baik dari segi ketebalan, lebar ataupun
tebal suatu bentuk tersebut.
Lalu penulis mengubah menjadi bentuk tiang yang lurus tanpa ada
ukiran. Pada jendela bangunan yang awalnya memiliki desain jendela
yang kompleks dengan banyaknya garis fentilasi udara pada daun jendela
kemudian penulis mengubah bentuk daun jendela menjadi polos agar
memberi kesan simple tanpa menghilangkan ciri khas dari topologi
bangunan Belanda hal tersebut penulis mengacu pada teori tentang
tipologi bangunan Belanda yang penulis gunakan.
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
40
Gambar 3.12. Hasil Tracing Awal pada Desain Bangunan Museum Fatahillah
(Dokumen Pribadi)
Gambar 3.13. Penyederhanaan Desain Bangunan Museum Fatahillah
(Dokumen Pribadi)
Pemilihan desain jendela yang penulis ubah kedalam desain yang
lebih simple juga mengacu pada teori dari tipologi bangunan Belanda
yang penulis digunakan. Penulis juga merubah lengkungan pada bangunan
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
41
Belanda menjadi kaku tetapi tidak menghilangkan ciri khas lengkung dari
bangunan Belanda yaitu dengan membuat lengkungan dengan mengurangi
segmen sehingga menghasilkan sudut disetiap lekukannya.
Gambar 3.14. Hasil dari Penyederhanaan Desain Setting Area Museum Fatahillah
(Dokumen Pribadi)
Beberapa bentuk yang dihilangkan yaitu ukiran-ukiran pada
bangunan yang memberikan kesan rumit dan memberikan desain yang
kompleks, sehingga ukiran tersebut mesti dihilangkan. Tetapi ada
beberapa bentuk yang tetap dipertahankan, contohnya yaitu pilar-pilar
pada bangunan, lubang penjara bawah tanah yang merupakan ciri khas
dari bangunan Belanda di kawasan Kota Tua Jakarta yang tidak boleh
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
42
dihilangkan, hanya saya bentuk yang dipertahankan tersebut diubah
menjadi lebih simple dari bentuk aslinya.
Gambar 3.15. Hasil Tracing dari Bentuk Bangunan Asli Museum Bank
Indonesia
(Dokumen Pribadi)
Gambar 3.16. Penyederhanaan Desain Bangunan Museum Bank Indonesia
(Dokumen Pribadi)
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
43
Gambar 3.17. Hasil dari Penyederhanaan Bentuk Desain Setting Area Museum
Bank Indonesia
(Dokumen Pribadi)
Penyederhanaan diatas yaitu merubah bentuk lengkung menjadi
kaku, tetapi tidak menghilangkan bentuk lengkung aslinya, dikarenakan
dari hasil riset lokasi beberapa ciri khas bangunan di kawasan Kota Tua
Jakarta memiliki desain dengan banyak lengkung, sehingga perubahan
bentuk lengkung yang tidak benar-benar dihilangkan, digantikan dengan
bentuk tetap melengkung hanya saja lengkungannya dibentuk dari
lengkungan yang memiliki garis tepi yang kaku dan menghasilkan sudut
yang tajam, sebagai acuan dengan menghasilkan kesan kaku dan
menghasilkan sudut yang tajam pada setiap sisi bangunan penulis
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
44
menggunakan referensi dari bangunan yang terdapat pada animasi “The
Green Giant”.
Gambar 3.18. Hasil Tracing dari Bentuk Bangunan Asli Museum Wayang
(Dokumen Pribadi)
Setelah melakukan tracing, beberapa ukiran yang dirasa
memberikan kesan rumit kemudian di hilangkan agar memberi kesan
simple yang penulis ambil dari referensi bangunan rumah karakter utama
pada animasi “The Little Prince”.
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
45
Gambar 3.19. Penyederhanaan Desain Bangunan Museum Wayang
(Dokumen Pribadi)
Gambar 3.20. Hasil dari Penyederhanaan Bentuk Desain Setting Area Museum
Bank Indonesia
(Dokumen Pribadi)
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
46
3.4.3. Penerapan Eksplorasi Warna pada Bangunan
Pada cerita warna gedung sangat berpengaruh dikarenakan pemilihan warna
mengacu pada konsep dalam cerita, yaitu pemilihan warna abu-abu dengan
intensitas rendah agar memberikan kesan tidak nyaman, ketidaktegasan, dan iri
mengacu pada teori yang penulis gunakan dan juga menggunakan referensi dari
warna bangunan pada animasi “Alike”. Penempatan gradasi warna tidak hanya
sekedar memberi kesan pada bangunan, tetapi pemilihan dan penempatan gradasi
warna yang berbeda dalam satu bangunan juga guna memberi perbedaan atau
kontras antara benda terbuka seperti pintu, atap dan jendela pada bangunan dan
benda tertutup yaitu berupa dinding, ukiran dan pilar dimana benda tersebut
terdapat dalam satu bangunan. Penempatan gradasi warna pada bangunan penulis
menggunakan referensi pada bangunan dunia koran dari animasi “The Same of
Page”. Berikut penempatan warna pada benda dalam persatuan bangunan atau
gedung.
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
47
Gambar 3. 21. Penempatan dan Pemilihan Warna pada Benda Dalam Satu Bangunan.
(Dokumentasi pribadi)
3.4.4. Menentukan Proporsi Karakter dengan Bangunan
Penulis menentukan proporsi yang sesuai antara karakter dan bangunan yang
telah selesai dirancang agar pada saat pengambilan shot terlihat dengan jelas
keseimbangan antara karakter, bangunan dan setting dapat terlihat dengan jelas
perbandingan ukurannya, penentuan proporsi ini pengacu pada teori yang penulis
gunakan. Perbandingan ukuran karakter manusia dibuat lebih tinggi dari ukuran
asli yaitu sekitar 160 cm untuk ukuran manusia didunia nyata, hal ini dilakukan
dikarenakan fokus utama pada karakter utama yang ukurannya kurang lebih
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
48
setengah dari ukuran karakter manusia yaitu 80 cm, sehingga saat disejajarkan
antara manusia dengan bangunan yang ukurannya 8 m hingga 15 m dibandingkan
dengan ukuran manusia sedikit lebih besar dari ukuran asli di dunia nyata, agar
pada saat pengambilan shot karakter utama, bangunan serta setting sekitarnya
dapat terlihat dengan jelas keberadaan setting tempat dan waktunya. Berikut
visual proporsi antara karakter dengan bangunan.
Gambar 3.22. Proporsi Antara Karakter dengan Bangunan
(Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.23. Detail Proporsi antara Karakter Utama dengan Karakter Manusia
(Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
49
3.4.5. Desain Tampak Setting Kawasan Kota Tua Jakarta
Berikut desain tampak samping pada lokasi jalan raya saat awal cerita dimulai
dilihat dari arah Timur menghadap ke Barat.
Gambar 3.24. Sketsa Area Depan Bangunan Museum Bank Indonesia Arah Timur
Menghadap ke Barat
(Dokumentasi Pribadi)
Kemudian berikutnya desain tampak pada scene di kawasan wisata Kota
Tua Jakarta. Pengambilan shot di ambil dari arah Barat menghadap ke Timur.
Pada area ini dimana karakter utama Kuning mulai mencari temannya yaitu
Merah dan Biru.
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
50
Gambar 3.25. Sketsa Area Depan Bangunan Museum Bank Indonesia Arah Barat
Menghadap ke Timur
(Dokumentasi pribadi)
Lokasi berikutnya yaitu lokasi saat karakter Kuning mulai menemukan
dan melihat temannya yaitu Merah dan Biru sedang berantem beradu argumennya
masing-masing.
Gambar 3.26. Sketsa Area Depan Bangunan Museum Fatahillah dari Arah Timur ke
Barat
(Dokumentasi Pribadi)
Terakhir yaitu area didepan bangunan museum wayang, area ini tempat
terjadinya konflik yang semakin meningkat yaitu saat karakter Merah dan Biru
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018
51
yang berantem satu sama lain karena memperebutkan haknya masing-masing
untuk mewarnai gedung sendirian.
Gambar 3.27. Sketsa Area Depan Bangunan Museum Wayang dari Arah Selatan
(Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Setting Kawasan..., Ghina Amalia Shalihat, FSD UMN, 2018