lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5162/7/bab ii.pdfmenyampaikan...
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
6
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan peneliti dalam
melakukan penelitian ini. Penelitian tersebut, dipilih berdasarkan kemiripan
dan kesamaan analisis untuk dijadikan beberapa penelitian sebagai referensi
yang digunakan.
Penelitian pertama berjudul “Peran Citizen Journalism Dalam
Menyampaikan Informasi Kepentingan Publik Melalui Media Massa: Studi
Kasus NET Citizen Journalism”. Penelitian ini dilakukan oleh Mirza Ayu
Anindita, mahasiswi Universitas Indonesia, 2014.
Penelitian yang dilakukan oleh Mirza bertujuan untuk melihat
bagaimana citizen journalism melakukan perannya dalam menyampaikan
informasi untuk kepentingan publik yang mendukung demokrasi di
Indonesia (berfokus pada kasus salah satu program stasiun televisi NET
yaitu NET 10). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, bersifat
deskriptif.
Hasil penelitian Mirza yaitu kehadiran citizen journalism memiliki
peran yang signifikan dalam menyampaikan informasi untuk kepentingan
publik. Fenomena tersebut menandai proses demokrasi yang terjadi di
media sosial. Peran aktif dari masyarakat yaitu membawa perspektif
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
7
masyarakat dalam meliput suatu peristiwa dan memiliki manfaat bagi suatu
media khususnya NET. Kehadiran citizen journalism tidak hanya
menyalurkan aspirasi dari masyarakat dan meluaskan jangkauan peliputan
secara efektif, namun ternyata dengan berkembangnya fenomena ini dapat
memotong biaya yang perlu dikeluarkan oleh stasiun televisi NET.
Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Albertus
Jodi Kristanto, mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara. Penelitian
tersebut berjudul “Budaya Partisipatoris Dalam Social Content Network:
Studi Kasus Pola Hubungan Kontributor Dengan Pengelola Dalam Produksi
Konten Digital di Hipwee”.
Penelitian yang dilakukan Jodi bertujuan yang pertama, untuk
mengetahui bagaimana Hipwee mengembangkan budaya partisipatoris ke
dalam social content network. Kedua, untuk mengetahui bagaimana pola
hubungan yang terjadi antara pengelola dengan kontributor Hipwee. Yang
terakhir, untuk mengetahui apa motivasi bagi kontributor untuk
berpartisipasi dalam membuat konten di Hipwee.
Penelitian yang dimiliki oleh Albertus menggunakan metode
kualitatif, yang bersifat deskriptif. Dari hasil penelitian terdapat budaya
partisipatoris di dalam social content network Hipwee yang mendorong
terjadinya kreativitasi dan kaloborasi bersama dalam produksi konten.
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
8
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Mirza Ayu
Anindita
Albertus Jodi
Kristanto
Suhartini
Universitas Universitas
Indonesia
Universitas
Multimedia
Nusantara
Universitas
Multimedia
Nusantara
Judul Penelitian Peran Citizen
Journalism
Dalam
Menyampaikan
Informasi
Kepentingan
Publik Melalui
Media Massa:
Studi Kasus NET
Citizen
Journalism
Budaya
Partisipatoris
Dalam Social
Content
Network: Studi
Kasus Pola
Hubungan
Kontributor
Dengan
Pengelola
Dalam
Produksi
Konten Digital
Di Hipwee
Participatory
Journalis Dalam
Memantau
Layanan Publik:
Studi Kasus
Fesbuk Banten
News
Rumusan
Masalah /
Pertanyaan
Penelitian
1. Bagaimana
citizen
journalism
melakukan
perannya dalam
menyampaikan
informasi untuk
kepentingan
publik yang
mendukung
demokratisasi
di Indonesia?
1. Bagaimana
Hipwee
mengembang
kan budaya
partisipatoris
ke dalam
social content
network?
2. Bagaimana
pada
hubungan
yang terjadi
antara
pengelola
dengan
kontributor
Hipwee?
3. Apa motivasi
bagi
kontributor
untuk
berpartisipasi
1. Bagaimana
Fesbuk Banten
News
menjalankan
praktik
participatory
journalism
dalam
memantau
layanan publik?
2. Apa saja topik
pelayanan
publik yang
diangkat oleh
Fesbuk Banten
News?
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
9
dalam
membuat
konten di
Hipwee?
Tujuan
Penelitian
Untuk
mengetahui peran
citizen journalism
menghadirkan
informasi publik
dan kritik sosial
bagi berjalannya
demokrasi
Indonesia.
Untuk
mengetahui
bagaimana
Hipwee
mengembangk
an budaya
partisipatoris
ke dalam social
content
network.
Untuk
mengindetifikasi
participatory
journalism yang
dijalankan oleh
akun media sosial
Fesbuk Banten
News dalam
memantau isu
layanan publik.
Teori atau
Konsep yang
digunakan
1. Perkembangan
citizen
journalism di
Indonesia.
2. Pro dan kontra
keberadaan
citizen
journalism.
1. Participativ
e Culture
2. New Media
3. Social
Content
Network
4. User
Generated
Network
5. User
Generated
Content
1. Media Sosial
2. Layanan Publik
3. Participatory
Journalism
Metodologi
Penelitian
Metode
penelitian studi
kasus dengan
pendekatan
kualitatif yang
bersifat
deskriptif.
Metode yang
digukan dalam
penelitian ini
adalah
kualitatif
bersifat
deskriptif.
Penelitian ini
menggunakan
metode kualitatif
bersifat
deskriptif.
Hasil Penelitian 1. Kehadiran
citizen
journalism
memiliki peran
yang signifikan
dalam
menyampaikan
informasi untuk
kepentingan
publik.
2. Fenomena ini
menandai
Budaya
partisipatoris di
dalam social
content
network
Hipwee yang
mendorong
terjadinya
kreativitas dan
kolaborasi
bersama dalam
membuat
Terdapat empat
tahapan produksi
informasi yang
dilakukan Fesbuk
Banten News
yaitu
akses/observasi,
seleksi/penyaring
an, pengelolahan/
penyuntingan,
distribusi, dan
interpretasi.
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
10
proses
demokrasi yang
terjadi di media
massa.
3. Peran aktif dari
masyarakat
yatu membawa
perspektif
masyarakat
dalam meliput
suatu
4. Citizen
journalism
tidak hanya
menyalurkan
aspirasi dari
masyarakat dan
meluaskan
jangkauan
peliputan
secara efektif,
namun ternyata
dengan
berkembangan
fenome
tersebut dapat
memotong
biaya yang
perlu
dikeluarkan
oleh stasiun
televisi NET.
konten
kontributor
2.2 Teori atau Konsep yang Digunakan
2.2.1 Media Sosial Facebook
Secara sederhana, istilah media sosial dijelaskan sebagai
medium yang menggunakan internet sehingga memungkinkan
pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi,
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
11
bekerjasama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain dan
membentuk ikatan sosial secara virtual (Nasrullah, 2015, p. 13).
Menurut Saxena, situs jejaring sosial adalah media sosial
yang paling populer. Media sosial memungkinkan anggota nya
untuk berinteraksi satu sama lain. Interaksi terjadi tidak hanya pada
pesan teks, tetapi juga termasuk foto dan video yang menarik
perhatian pengguna lain. Semua posting merupakan real time yang
memungkinkan anggota untuk berbagi informasi seperti apa yang
terjadi (Nasrullah, 2015, p. 40).
Berdasarkan riset Reuters Institute Digital News Report
2016, Reuters Institute for the Study for Journalism bahwa media
sosial lebih penting di kalangan anak muda. Sebagian besar anak
muda menyatakan media sosial (28%) sebagai sumber utama
mereka adalah mencari berita, melebihi televisi (24%). Media sosial
mengalahkan televisi sebagai sumber berita di kalangan usia 18-24
tahun. Facebook menjadi media sosial yang paling populer (67%) di
mata responden. Dari mereka, sebagian besar (44%) menggunakan
facebook untuk memperoleh berita (Wendratama, 2017, p.162).
2.2.2 Layanan Publik
Publik adalah semua pihak, baik warga negara maupun
penduduk sebagai perorangan, kelompok maupun badan hukum
yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik,
secara langsung maupun tidak langsung (Nusantara, 2013 p.34-35).
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
12
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undang bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Nusantara, 2013,
p.21).
Menurut Janet Newsman dan John Clarke layanan publik
bentuk layanan yang diberikan kepada setiap warga, yang di danai
dari anggaran publik (pajak dan non pajak). Pelayanan publik diatur
dalam kebijakan sektor publik dan badan-badan menjadi
penanggung jawab pelayanan publik. Penyelenggara layanan publik
dilakukan oleh pegawai publik yang memiliki etos melayani publik
(Nusantara, 2013, p.34-35).
Pelayanan publik diukur dengan acuan yang sudah
ditentukan oleh pemerintah. Dalam UU Nomor 25 tahun 2009
tentang pelayanan publik, standar pelayanan menjadi tolak ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan
dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji
penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang
berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur (Nusantara, 2013,
p. 35-36).
Sedangkan Ombudsman adalah lembaga negara yang
mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
13
publik, baik yang diselenggaraka oleh penyelenggara negara dan
pemerintah termasuk yang diselenggarakan oleh badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, dan badan hukum milik negara,
badan usaha milik daerah, dan badan hukum milik negara serta
badan swasta, walaupun perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan / atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(Nusantara, 2013, p. 36).
Di Indonesia, pelayanan publik menjadi fokus utama bagi
pemerintah. Fungsi dari layanan publik itu sendiri yaitu memiliki
fungsi pembangunan dan fungsi perlindungan. Bentuk layanan
publik yaitu infrastruktur, kesehatan, tata kota, keamanan dan lain
sebagainya (Nusantara, 2013, p.34-35).
Dasar-dasar penyelnggaraan pelayanan publik yang
ditetapkan dalam UU Nomor 25 tahun 2009 tentang layanan publik
antara lain (Nusantara, 2013, p. 36):
a. Kepentingan umum.
b. Kepastian hukum.
c. Kesamaan hak.
d. Keseimbangan hak dan kewajiban.
e. Keprofesionalan.
f. Partisipatif.
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
14
g. Persamaan perlakuan / tidak diskriminatif.
h. Keterbukaan.
i. Akuntabilitas.
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan.
k. Ketepatan waktu.
l. Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan.
2.2.3 Participatory Journalism
Menurut Kovach et.al pada masa masyarakat Barat modern,
jurnalisme menjadi tonggak demokrasi karena perannya sebagai
“gatekeeping”, yakni memastikan masyarakat mendapatkan
informasi yang kredibel dalam rangka menciptakan masyarakat
yang lebih bijak (Singer, 2011, p. 15). Menurut Shoemaker et.al,
fungsi jurnalis sebagai “gatekeeping” meliput seluruh proses
penyampaian realitas sosial yang telah dibangun oleh media
termasuk di dalamnya penyeleksian, penulisan, penyuntingan,
penempatan, penjadwalan, pengulangan, serta pengolahan ke dalam
bentuk berita (Singer, 2011, p. 15). Oleh karena besarnya peran
media pada masa itu, membawa kerja jurnalistik pada posisi yang
diistimewakan. Artinya, menjadi jurnalis hanya bisa dilakukan oleh
orang-orang yang profesional terutama dalam hal memproduksi
serta peran tersebut menjadi kabur sejak kehadiran teknologi media
yang melibatkan masyarakat baik individu maupun kelompok dalam
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
15
membuat serta mendistribusikan informasi berdasarkan hasil
observasi dan opini mereka (Singer, 2011, p. 15).
Pesatnya perkembangan teknologi media secara tidak
langsung mendesak kerja jurnalisme mengambil bagian di dalamnya
agar tetap “hidup” dan dikonsumsi oleh masyarakat. Sejalan dengan
itu, peran antara produsen media dan konsumen semakin tidak
terpisahkan (Singer, 2011, p. 15).
Menurut Domingo et.al, interaksi antara produsen dan
konsumen inilah yang dinamakan sebagai participatory journalism
(Singer, 2011, p.15).
Sedangkan menurut Jenkins, participatory journalism hadir
untuk melawan pandangan kuno tentang konsumen media yang
cenderung dianggap pasif sehingga khalayak tidak lagi pasif dalam
menyampaikan informasi (Singer, 2011, p. 15). Menurut Paulussen,
kemunculan konsep participatory journalism mendorong
melonjaknya volume berita yang dikirim oleh masyarakat ke
institusi media, sehingga secara perlahan menggeser pendekatan
tradisional yang cenderung memuat berita dalam jumlah yang
terbatas. Oleh karena itu pada beberapa tahun terakhir media
mengeksplorasi bentuk-bentuk participatory pada konten produksi
dengan harapan dapat terhubung secara lebih efektif terutama dalam
hal pemenuhan kebutuhan publik terhadap informasi (Singer, 2011,
p. 16). Bwoman & Willis secara lebih spesifik mengartikan
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
16
participatory journalism merupakan peran aktif masyarakat sebagai
kelompok maupun individu dalam proses pengumpulan, pelaporan,
pengevaluasi, dan penyebaran berita atau informasi yang berada di
bawah pengawasan institusi media (Singer, 2011, p. 16).
Organisasi atau institusi media terus melakukan integrasi
terhadap teknis dan kemampuan portal mereka guna memfasilitasi
partisipasi pembaca. Dalam hal ini, mereka tidak hanya menaruh
perhatian pada volume berita yang diterima, tetapi juga memantau
jumlah partisipan yang aktif dan pengaruh berita yang disebarkan
dengan menggunakan platform jaringan sosial. format ini umumnya
digunakan pada portal online (Singer, 2011, p. 16).
Konsep participatory journalism memiliki lima tahapan
memproduksi berita bertujuan untuk mengecek berita yang
dikirimkan oleh warga kepada institusi media, sebagai berikut
(Singer, 2011, p. 18-27):
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
17
Tabel 2.2
Tahap Memproduksi Berita terkait Participatory Journalism
Sumber: Singer, et.al (2011, p.17)
1. Akses / Observasi
Portal berita menyediakan berbagai fasilitas agar warga bisa
berpartisipasi dengan cara mengirim konten tulisan atau audio-
visual ke redakasi media. Selain itu, narasumber juga bisa
memberikan kesempatan bagi para pembaca untuk mengajukan
pertanyaan yang tentunya sudah disaring oleh jurnalis profesional
terlebih dahulu. Dengan begitu, pengguna atau masyarakat bisa
berdebat atau berdiskusi dengan narasumber isu tertentu. Pada sisi
lain, sebagian besar media menawarkan para pengguna cara-cara
tertentu untuk menghubungi ruang redaksi atau jurnalis yang
bersangkutan, meskipun cenderung lebih sedikit partisipan yang
mengajukan ide cerita atau rencana liputan mereka. Kanal yang
paling sering digunakan biasanya adalah email, email redaksi atau
email jurnalis tertentu, dan formulir portal. Namun, seluruh konten
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
18
dari partisipan tersebut tetap melalui proses penilaian oleh jurnlais
profesional baik dari segi kelayakan berita maupun ketertarikan
publik terhadap isu yang diangkat (Singer, 2011, p. 17-27).
Metode yang paling ampuh untuk melibatkan masyarakat
dalam proses produksi berita adalah dengan mengizinkan mereka
mengirim foto dan video. Dalam hal ini, jurnalis akan memisahkan
konten-konten yang sesuai dengan topik kehidupan atau peristiwa
tertentu. Selain, bentuk crowdsourching juga patut
dipertimbangkan dalam pengumpulan berita. Crowdsourching
adalah praktik yang lebih mengutamakan kontributor dalam
pengumpulan dan penganalisis data atau batuan lain yang bisa
menghasilkan cerita yang akurat terkait topik atau investigasi
tertentu. Akan tetapi, wartawan tetap membatasi topik dengan
agenda setting yang telah disusun (Singer, 2011, p. 17-27).
2. Seleksi / Penyaringan
Tahap ini media memilih atau menyeleksi laporan. Tahap
seleksi / penyaringan sifatnya “tertutup”, hanya media yang tau
laporan mana yang akan dipublikasikan ke khalayak. Namun pada
tahap ini pengguna didorong untuk menyaring berita dari berbagai
sumber. Dengan kata lain, kepada editor memberikan kesempatan
bagi masyarakat untuk memilih angle sesuai yang diinginkan (give
them an angle). Kontributor diberikan kelonggaran untuk
menentukan apa itu berita (Singer, 2011, p. 17-27).
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
19
3. Pengelolahan / Penyuntingan
Jurnalis kerap memilih cerita yang dianggap menarik dari
kontributor untuk dikembangkan ke dalam bentuk cerita yang lebih
panjang. Caranya dengan menambahkan informasi-informasi yang
diakui secara umum, sehingga tidak jarang kontributor tidak
mengenali tulisannya sendiri. Hal ini umumnya disebabkan oleh
aturan media dan ruang media yang disediakan. Untuk menghindari
hal tersebut, beberapa media memberikan pelatihan kepada
voulenteer yang menjadi koresponden lokal. Materi pelatihan
biasanya disusun secara berbeda berdasarkan konten yang
diproduksi oleh jurnalis profesional. Di samping itu, ada juga media
yang membatasi konten lifestyle, seperti perjalanan dan budaya
(Singer, 2011, p. 17-27).
4. Distribusi
Sebagian besar media melibatkan pengguna untuk
menyebarkan artikel lewat email atau layanan social bookmarking.
Selain itu, beberapa tulisan juga mengizinkan pengguna untuk
menyebarkan tautan berita melalui media sosial seperti facebook,
twitter atau media sosial yang sedang populer. Tidak sedikit
pengguna turut berkomentar terutama terkait gambar yang
ditampilkan dan tingkat kontrol atas hierarki dan distribusi
informasi (Singer, 2011, p. 17-27).
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
20
5. Interpretasi
Ada tiga strategis untuk melibatkan partisipasi masyarakat
yang akan dibahas pada tahap ini. Pertama, jajak pendapat. Jajak
pendapat mendorong pembaca atau masyarakat untuk
membicarakan isu atau peristiwa terkini (Singer, 2011, p. 17-27).
Kedua, kolom komentar yang hampir digunakan di semua
platform media. Sebagian orang menilai komentar merupakan alat
yang paling signifikan untuk meliatkan masyarakat dalam diskusi
terkait konten berita yang diproduksi jurnalis profesional. Tidak
hanya itu, editor juga kerap menganggap komen sebagai salah satu
bentuk berinteraksi dengan pengguna yang paling sukses. Hal ini
dinilai dari jumlah komen yang tertera di kotak komen. Akan tetapi,
meskipun komen merupakan fitur partisipasi yang sukses dari segi
kuantitas, sebagian jurnalis menganggap kesuksesan partisipasi
lebih dari sekadar jumlah komen (Singer, 2011, p. 17-27).
Hal ini disebabkan, tidak jarang komen yang dituliskan
pembaca tidak relevan dengan topik yang tersedia. Secara umum,
pembaca tidak relevan dengan topik yang tersedia. Secara umum,
pembaca cenderung menilai komen sebagai bentuk percakapan
antar pengguna yang bisa menginformasikan redaksi tentang topik
yang diinginkan atau diperhatikan pengguna. Di sisi lain, blog
jurnalis juga digunakan para pengguna untuk memproduksi konten
profesional. Jurnalis menilai bentuk partisipasi ini sebagai opsi
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
21
yang tidak kalah penting untuk berkomunikasi dan berhubungan
dengan pembaca, karena caranya yang lebih personal dan
melibatkan opini terkait topik atau isu tertentu (Singer, 2011, p. 17-
27).
Strategis ketiga yang diadopsi portal online adalah
memisahkan konten partisipan dari konten profesional melalui
forum. Sebagian redaksi memberi ruang untuk para pembaca di
forum karena forum dinilai memiliki kontribusi yang bermandaat
sekaligus alat partisipasi masyarakat yang tidak kalah efektif. Di
dalam forum, pada level tertentu debat hanya dikhususkan untuk
para ahli, tetapi ada juga yang terbuka untuk umum (Singer, 2011,
p. 17-27).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan menggunakan
konsep participatory journalism. Penelitian ini berfokus pada peran
konten warga yang memiliki peran aktif dalam mengumpulkan,
melaporkan, menganalisis dan mendistribusikan suatu informasi
dijadikan berita.
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018
22
2.3 Alur Penelitian
Bagan 2.3
Alur Penelitian
PUBLIK FESBUK BANTEN NEWS
PARTICIPATORY JOURNALISM
AKSES /
OBSERVASI
SELEKSI /
PENYARING
AN
PENGELO
LAHAN /
PENYUNT
INGAN
DISTRIBU
SI
INTER
PRET
ASI
PRAKTIK PARTICIPATORY
JOURNALISM DI FESBUK
BANTEN NEWS
Participatory Journalism Dalam..., Suhartini, FIKOM, 2018