lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1311/3/bab ii.pdf · 3....
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Investasi Derivative
Investasi derivative menurut Tandelilin dalam Sembiring (2011) adalah
“aset finansial yang diturunkan dari aset acuan (disebut sebagai underlying) seperti
saham atau obligasi, serta menyatakan klaim terhadap aset acuan tersebut, atau
terhadap nilai aset riil seperti emas atau komoditas di masa yang akan datang”
Sembiring (2011) menyebutkan beberapa kegunaan dari transaksi
derivative sebagai berikut :
1. Sebagai aksi lindung nilai (hedging), yaitu suatu bentuk perlindungan agar
nilai produk portofolio tidak sensitif dengan pergerakan harga. Pelaku
hedging memiliki hak untuk menjual (put) atau membeli (call) pada harga
dan periode kontrak tertetu.
2. Spekulasi, yang merupakan cara investor berinvestasi dengan mencari
keuntungan dari selisih harga. Jadi tujuan dari spekulasi adalah apresiasi
harga. Kunci dari spekulasi adalah market timing, jual produk pada saat
harga tinggi atau beli produk pada saat harga murah, atau bisa
mengkombinasikan keduanya. Keuntungan spekulasi bisa lebih besar
daripada hedging, namun tingkat risikonya juga jelas lebih besar.
3. Arbitrage, yaitu aktivitas membeli dan sekaligus menjual produk di dua
pasar yang berbeda, atau bisa juga membeli dua produk yang berbeda
Analisis hedging..., Aditya Kusuma, FB UMN, 2017
kemudian dijual di pasar yang sama. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
keuntungan tanpa risiko.
Perusahaan yang membantu berjalannya proses transaksi derivative harus
terlebih dahulu mendapatkan ijin dari Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka
Komoditi (BAPPEBTI). Beberapa produk investasi derivatif yang diperjualbelikan
di Indonesia antara lain:
1. Derivative saham
2. Kontrak Opsi Saham atau Single Stock Option
3. Kontrak Berjangka Komoditas (Commodity Futures)
4. Derivative Indeks Saham
2.2. Future Contract
Hull (2014) menyatakan “kontrak future adalah sebuah perjanjian untuk
membeli atau menjual sebuah asset pada waktu yang ditentukan di masa mendatang
pada harga yang telah ditetapkan.” Kontrak future juga memungkinkan orang yang
ingin membeli atau menjual asset di masa mendatang untuk bertukar satu sama lain.
Hull (2014) mengatakan bahwa “kontrak biasanya didasari oleh bulan
pengirimannya.” Parameswaran (2003) menyatakan bahwa orang yang ingin
membeli kontrak disebut berada pada posisi Long. Orang yang ingin menjual
sebuah kontrak disebut berada pada posisi Short.”
Terdapat 2 lembaga pertukaran kontrak future terbesar di Dunia, yang
keduanya berlokasi di Chicago. 2 lembaga tersebut antara lain Chicago Board of
Trade (CBOT) dan Chicago Mercantile Exchange (CME). CBOT menjual kontrak
Analisis hedging..., Aditya Kusuma, FB UMN, 2017
dari berbagai asset, seperti jagung, kedelai, gandum, perak, dan Index Dow Jones.
Sementara CME menyediakan pasar untuk Perut Babi, hewan ternak, dan indeks
S&P 500.
Hull (2014) mengatakan bahwa terdapat 6 hal yang harus tercantum dalam
sebuah kontrak future. 6 hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Asset
Ketika Aset yang tercantum berupa komoditas, akan terdapat cukup banyak
variasi dari kualitas barang yang tersedia di pasar. Ketika asset tersebut
dispesifikasi,hal ini penting untuk memastikan grade atau tingkatan
komoditas yang diterima.
2. Ukuran Kontrak
Ukuran Kontrak menspesifikan jumlah asset yang harus dikirimkan dalam
1 kontrak. Hal ini merupakan keputusan yang paling penting dalam sebuah
pertukaran. Jika ukuran sebuah kontrak terlalu besar, banyak investor yang
berharap untuk mengambil kontrak dalam jumlah kecil tidak bisa
melakukan pertukaran. Di sisi lainnya, jika ukuran sebuah kontrak terlalu
besar, maka pertukaran dapat menjadi mahal sebagai akibat dari biaya yang
timbul akibat setiap kontrak yang diperdagangkan.
3. Perjanjian Pengiriman
Tempat dimana pertukaran/pengiriman dilaksanakan harus dijelaskan
secara spesifik dalam pertukaran. Hal ini mejadi penting untuk komoditas
yang melibatkan biaya pengiriman yang signifikan. Ketika lokasi
pengiriman alternatif yang dipilih dan dijelaskan secara spesifik, harga yang
akan diterima oleh pihak penjual (short) dapat berubah menyesuaikan lokasi
Analisis hedging..., Aditya Kusuma, FB UMN, 2017
yang ditentukan. Semakin jauh tempat pengiriman dari sumber komoditas
tersebut, maka harga yang ditetapkan semakin tinggi.
4. Bulan Pengiriman
Sebuah kontrak future didasari atas bulan pengirimannya. Sebuah kontrak
harus menjelaskan secara spesifik mengenai periode pasti dalam 1 bulan
dimana pengiriman dapat dilaksanakan. Dalam kebanyakan kontrak future,
periode pengiriman dapat dilakukan dalam 1 bulan penuh.
5. Price Quotes
Dalam sebuah kontrak harus dijelaskan bagaimana harga ditetapkan.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat harga kontrak future minyak mentah
dinotasikan dengan Dollar dan Cent, sedangkat obligasi dengan Dollar dan
tiga puluh detik Dollar.
6. Price Limits and Position Limits
Bagi sebagian kontrak, batas pergerakan harga harian dijelaskan secara
spesifik di dalamnya. Jika pada satu hari harga turun dari harga penutupan
hari sebelumnya dengan nilai sama dengan batas harga harian, kontrak
tersebut dikatakan sebagai limit down. Jika harga naik sebesar batasnya,
maka disebut limit up. Sementara batas posisi adalah nilai maksimum dari
sebuah kontrak yang dapat dipegang oleh spekulator.
2.3. Hedging
Parameswaran (2003) mengatakan bahwa “Istilah hedging merujuk kepada
seni dalam mengambil sebuah posisi di pasar future yang berlawanan dengan posisi
dimana salah satu posisi diasumsikan di pasar spot.” Parameswaran (2003)
Analisis hedging..., Aditya Kusuma, FB UMN, 2017
mengatakan bahwa “jenis transaksi ini membantu mengurangi, atau dalam situasi
yang tepat, mengeliminasi risiko harga yang dihadapi oleh investor dari posisi long
pada spot market, atau dalam posisi short dalam spot market.
Short Hedge, menurut Hull (2014) adalah “sebuah kondisi dimana seorang
hedger sudah memiliki asset dan berharap akan dijual di kemudian hari.”
Parameswaran (2003) mengatakan bahwa posisi short juga dapat digunakan oleh
orang yang belum memiliki asset pada saat dia membuat hedging, namun dia tahu
bahwa dia akan memilikinya pada masa mendatang.” Parameswaran mengatakan
tipe seperti ini sebagai Anticipatory Hedge.
Long Hedge menurut Hull (2014) adalah “kondisi dimana sebuah
perusahaan mengetahui bahwa mereka harus membeli sebuah asset tertentu di masa
mendatang dan ingin mengunci harga belinya sekarang.”
2.4. Harga Spot
Harga spot atau spot price menurut Hull (2012) adalah “harga yang
ditetapkan untuk pengiriman secepatnya.” Sementara menurut Shaik (2014)
mengatakan bahwa harga spot adalah “tingkat pertukaran dari sebuah mata uang
pada waktu pertukaran untuk melakukan pengiriman secepatnya.” Lebih lanjut,
Shaik (2014) mengatakan bahwa transaksi pada umumnya bertahan selama 2 hari
setelah tanggal pertukaran.
2.5. Future Price
Future price atau harga kontrak future menurut Shaik (2014) adalah “harga
yang disetujui sebelumnya untuk melakukan transaksi. Pada umumnya juga disebut
Analisis hedging..., Aditya Kusuma, FB UMN, 2017
strike price.” Sedangkan menurut Hull (2012), “future price adalah harga
pengiriman yang saat ini dipakai untuk kontrak future.”
2.6. Jagung
Jagung (Zea Mays) merupakan salah satu bahan pokok terbesar di dunia
selain gandum dan beras, dan mampu tumbuh secara merata di seluruh dunia.
Iriany, Yasin, dan Takdir mengatakan bahwa jagung merupakan tanaman serealia
yang paling produktif di dunia. Iriany et all lebih lanjut menyatakan “luas
pertanaman jagung di seluruh dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara,
termasuk 53 negara berkembang.”
Jagung mengandung berbagai macam zat yang tidak hanya bagus untuk
kesehatan dan metabolisme harian, melaikan juga kaya akan vitamin A, vitamin B,
vitamin E, mengandung banyak mineral, dan tinggi akan kandungan serat yang
mampu mencegah berbagai macam penyakit. Selain itu juga, jagung mengandung
antioksidan yang mampu berperan sebagai zat anti-karsinogenik dan dapat
mencegah gejala penyakit Alzheimer. Jagung juga digunakan bagi para penderita
diabetes sebagai pengganti nasi, dimana jagung mengandung gula lebih rendah bila
dibandingkan dengan nasi.
Di Indonesia sendiri, jagung tidak hanya digunakan untuk menjadi sajian
dan makanan pokok. Meskipun beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di bagian
timur, menjadikan jagung menjadi bahan pokok makanan. Jagung selain menjadi
makanan, dapat juga digunakan sebagai bahan dasar untuk pakan ternak, minyak
untuk memasak, serta biji untuk ditanam kembali. Selain itu, saat ini jagung juga
Analisis hedging..., Aditya Kusuma, FB UMN, 2017
sedang digunakan dalam berbagai riset dan penelitian sebagai bahan bakar energi
baru.
2.7. Hedging Effectiveness
Menurut Ong, Tan, dan Teh (2012), “Hedging Effectiveness adalah sebuah
metode yang digunakan untuk mengindikasikan poporsi dari varians return yang
tidak di hedging yang dapat diminimalisir dengan hedging hanya ketika keragaman
harga dipertimbangkan.”
Lebih lanjut, Ong, Tan, dan Teh (2012) menjelaskan bahwa tingkat akurasi
dari pengukuran hedging effectiveness bisa menjadi sebuah parameter yang penting
untuk pengambilan keputusan yang efisien.
Ederington (1979) mendefinisikan efektivitas hedging/hedging
effectiveness sebagai “pengurangan dalam varians yang dimana tujuan dari hedge
itu sendiri adalah untuk meminimalisir risiko.”
Horward dan D’Antonio (1984) mengatakan bahwa hedging effectiveness
sebagai “the ratio of excess return per unit of risk of the optimal portofolio of the
spot commodity and futures instrument to the excess return per unit of risk of the
portofolio containing the spot position alone.”
Analisis hedging..., Aditya Kusuma, FB UMN, 2017
2.8. Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Metode yang
Digunakan
Floros dan
Vougas (2006)
Hedging
Effectiveness in
Greek Stock Index
Futures Market,
1999-2001
Nilai R-Square
FTSE/ASE-20
diatas 0.8 (0.84)
sehingga hedging
efektif, sedangkan
R-square
FTSE/ASE 40
dibawah 0.8(0.71)
sehingga tidak
efektif
Ordinary Least
Square
Lee dan Lee
(2012)
Hedging
effectiveness of
REIT futures
Menghitung
hedging
effectiveness
dengan
menggunakan
OLS memberikan
nilai pengurangan
risiko lebih efektif
disbanding
metode lainnya
Ordinary Least
Square (OLS),
naïve hedge, dan
Bivariate GARCH
Analisis hedging..., Aditya Kusuma, FB UMN, 2017
Revoredo-Giha
dan Zuppiroli
(2014)
Exploring The
Hedging
Effectiveness of
European Wheat
Futures Market
During the 2007-
2012 Period
Tingkat
efektivitas
hedging terhadap
komoditas
gandum di US
memiliki angka
tertinggi (77.6%)
dibandingkan
pasar Perancis
(34.3%), Italia
(17.9%), dan UK
(27.4)
BEKK dan
MGARCH
Men dan Men
(2008)
Hedging
Effectiveness of
Hong Kong Stock
Index Futures
Contracts
Penggunaan
hedging pada
kontrak HSIF
lebih efektif
dibandingkan
dengan kontran
HHIF.
Ordinary Least
Square (OLS),
EWMA
Ismayanti dan
Sasmita (2011)
Efektivitas
Hedging Kontrak
Futures Komoditi
Komoditi dengan
tingkat efektivitas
lebih baik dapat
digunakan untuk
Ordinary Least
Square
Analisis hedging..., Aditya Kusuma, FB UMN, 2017
Emas Dengan
Olein
menghedge
komoditi lain.
Tingkat efektivitas dari penggunaan hedging menggambarkan apakah
penggunaan hedging dalam melakukan transaksi di pasar bursa dan komoditas
memberikan keuntungan bagi para pelakunya. Tingkat efektivitas dari hedging
sendiri menjadi tolak ukur bagaimana penggunaan hedging dalam transaksi untuk
melindungi risiko yang akan didapat, dimana hedging merupakan bentuk
perlindungan agar nilai produk portofolio tidak sensitif dengan pergerakan harga.
Pelaku hedging memiliki hak untuk menjual (put) atau membeli (call) pada harga
dan periode kontrak tertetu (Sembiring: 2011).
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh para ahli, hedging
effectiveness dihitung dengan berbagai metode berbeda. Pada awal perhitungan
dari nilai hedging effectiveness dicetuskan oleh Markowitz (1959), dimana hedging
effectiveness dihitung berdasarkan reduksi dari standar deviasi return sebuah
portofolio yang menggunakan hedge. Semakin tinggi nilai pengurangan risk,
semakin tinggi nilai efektivitas sebuah hedging.
Floros dan Vougas (2006) dalam penelitiannya mengenai efektivitas
hedging pada indeks harga saham di Yunani menyatakan bahwa penggunaan
hedging pada FTSE/ASE-20 (gabungan dari 20 perusahaan) efektif dengan tingkat
efektivitas 84,7%. Dengan menggunakan data lain, yakni FTSE/ASE-40 (gabungan
dari 40 perusahaan) penggunaan hedging belum dikatakan efektif, dengan tingkat
efektivitas 71,5%.
Analisis hedging..., Aditya Kusuma, FB UMN, 2017
Penentuan apakah penggunaan hedging sudah efektif atau belum seperti
yang diuji oleh Floros dan Vougas didasarkan pada nilai R-squared yang lebih besar
dari 0.8/80%, maka hedging sudah dapat dikatakan efektif. Hal ini sejalan dengan
pendapat dari Ederington (1979) dimana hedging effectiveness sama dengan nilai
R-squared dari regresi Ordinary Least Square. Semakin tinggi nilai R2 maka
semakin efektif penggunaan hedging tersebut.
Lee dan Lee (2012) melakukan pendekatan yang berbeda dalam
menentukan tingkat efektivitas penggunaan hedging, dengan membandingkan
efektivitas hedging dari 2 model yang berbeda, yakni Ordinary Least Square dan
bivariate GARCH. Pendekatan dalam menentukan nilai hedging effectiveness dari
selisih risiko yang didapat dari index REIT antara menggunakan hedge dan tidak.
Lee dan Lee membandingkan tingkat efektivitas hedging yang didapat dari dua
metode untuk ditentukan metode yang memberikan hasil pengurangan risiko lebih
baik, dan metode OLS dianggap memberikan tingkat reduksi risiko lebih baik.
Revorado-Giha dan Zuppiroli (2014) yang melakukan perhitungan tingkat
efektivitas hedging pada pasar gandum eropa turut menggunakan metode yang sama
dengan Ederington, dimana semakin tinggi nilai hedging effectiveness akan
semakin baik, dilihat dari nilai R2 nya. Hasil penelitian Revorado-Giha dan
Zuppiroli menunjukan bahwa tingkat efektivitas hedging dari pasar Amerika lebih
baik dari 3 pasar gandum lainnya di Eropa, seperti Perancis, Italia, dan Inggris,
dimana pasar Amerika memiliki tingkat efektivitas 77%, Perancis 34%, Italia 17%
dan Inggris 27%.
Analisis hedging..., Aditya Kusuma, FB UMN, 2017
Penelitian dari Men dan Men dengan menghitung tingkat efektivitas dari
kontrak future indeks harga saham di Hong Kong membandingkan antara 2 jenis
kontrak yang berbeda, menunjukan bahwa kontrak yang memiliki angka R2 lebih
tinggi menunjukan bahwa kontrak tersebut memiliki tingkat efektivitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kontrak lainnya.
Penelitian dari Indonesia terkait dengan efektivitas hedging dilakukan oleh
Ismayanti dan Sasmita (2011) dengan membandingkan tingkat efektivitas dari 2
komoditas yang berbeda, yakni emas dan olein. Pendekatan berbeda dilakukan
dalam penelitian ini dimana tingkat efektivitas dengan menggunakan OLS bukan
dilihat dari nilai R2, melainkan didapat bila perubahan harga futures mampu
mengimbangi perubahan harga spot.
Analisis hedging..., Aditya Kusuma, FB UMN, 2017