lingkungan ptun hak gugat-widya
DESCRIPTION
hak gugat dalam putusan kasus kapas transgenikTRANSCRIPT
I. Hak Gugat Para Tergugat
Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih yang
ditimbulkan adanya atau diduga adanya pencemaran dan atau perusakan lingkungan. Sengketa
lingkungan (“environmental disputes”) merupakan salah satu bentuk dari yang bermuatan
konflik yaitu di bidang lingkungan
“Dispute. A conflict or controversy; a confllct of claims or rights; an assertion of a rlght,
claim, or demand on oneside, met by contrary claims or allegations on the other”1
Pada kasus sengketa lingkungan hak gugat terletak pada antaralain: Individu/orang
perorangan,perwakilan kelompok/class action,organisasi,pemerintah,maupun citizen lawsuit.
Gugatan individu diajukan perindividu yang merasa dirugikan akibat adanya suatu dampak
lingkungan tertentu,permasalahan yang diajukan untuk diselesaikan pengadilan tidak
mengandung sengketa /undisputed matters,namun semata mata untuk kepentingan pemohon
yaitu individu yang bersangkutan. Ciri-ciri gugatan individu antaralain:Masalah yang diajukan
bersifat kepentingan sepihak semata(for the benefit of one party only);permasalahan yang
diajukan kepada PN,pada prinsipnya tanpa sengketa dengan pihak lain(without disput or
difference with another party);tidak ada orang lain atau pihak ketiga yang ditarik sebagai
lawan,tetapi brsifat ex-parte. Gugatan perwakilan kelompok atau yang lazim disebut sebagai
Class action yang merupakan suatu tata cara pengajuan gugatan yang dilakukan satu orang atau
lebih,dimana orang tersebut bertindak mewakili kelompok(class representative)untuk diri sendiri
dan sekaligus mewakili anggota kelompok (class members)yang jumlahnya banyak (numerous)
dan gugatan ini didasari oleh kesamaan fakta hukum dan dasar hukum. Hak gugat
pemerintah,Pemerintah memiliki hak gugat terhadap tindakan atau usaha tertentu yang
berbahaya dan mencemarkan lingkungan hidup dan memberikan dampak kerugian.Hal ini
sebagaimana dijelaskan pada pasal 90 undang undang nomor 32 tahun 2009 yang berbunyi
sebagai berikut : “Instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di
bidang lingkungan hidup berwenang mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian lingkungan hidup.” Hak gugat organisasi
diatur dalam pasal 38 undang undang nomor 23 tahun 1997 Pasal sebagai berikut : Pasal 38 (1) 1 TM. Lutfi Yazid, 1999, Penyelesaian Sengketa Lingkungan (environmetal Dispute Resolution), Surabaya:
Airlangga University Press–Yayasan Adikrya IKAPI–Ford Founda-tion, hlm. 9.
Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan pola
kemitraan, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas pada tuntutan untuk
hak melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau
pengeluaran riil.
(3) Organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) apabila memenuhi persyaratan :
a. berbentuk badan hukum atau yayasan;
b. dalam anggaran dasar organisasi lingkungan hidup yang bersangkutan menyebutkan dengan
tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan pelestarian fungsi
lingkungan hidup;
c. telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya.
Pada kasus Kapas Transgenik mengenai surat keputusan Menteri Pertanian RI (SK)
Menteri Pertanian No. 107/Kpts/KB.430/2/2001 tentang Pelepasan Secara Terbatas Kapas
Transgenik Bt DP 5690B sebagai varietas unggul dengan nama NuCOTN 35B (Bollgard) oleh
PT Monargo Kimia. Para penggugat melaksanakan hak gugatnya sebagai lembaga swadaya
masyarakat yang mewakili suatu kelompok masyarakat dalam hal melakukan advokasi sesuai
dengan pasal 38 undang undang no 23 tahun 1997 bahwa dalam rangka pelaksanaan
tanggungjawab pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan pola kemitraan,organisasi
lingkungan hidup behak mengajukan gugatan untuk pelestarian lingkungan hidup.
Para pihak yang melakukan gugatan antaralain adalah yayasan lembaga pengembangan
hokum lingkungan Indonesia/Indonesian centre for Environmental law (ICEL) yang diwakili
oleh Wiwiek Awiati,SH,M.Hum sebagai Direktur eksekutif,Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) yang diwakili oleh sejumlah Badan Pengurus Harian,Yayasan Konsorsium
Nasional untuk Pelestarian Hutan dan Alam Indonesia (KONPHALINDO), Yayasan
Biodinamika Pertanian Indonesia / Biotani Indonesia,Yayasan Lembaga Konsumen Sulawesi
Selatan,dan Yayasan Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM). Lembaga-
lembaga ini memberikan kuasa kusus kepada sejumlah pengacara yang berdomisili di kantor
Team Advokasi Koalisi ORNOP untuk Keamanan Hayati dan Pangan.
Maka dengan demikian dapat disimpulkan hak gugat atau legal standing Para penggugat
antaralain :
Menurut pasal 53 ayat (1) UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
menyebutkan bahwa : “Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu keputusan tata usaha negara dapat mengajukan
gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar keputusan
tata usaha negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan
atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan / atau rehabilitasi”.
Menurut pasal 92 (1) UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa “Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup
berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan
hidup ”.
Menurut pasal 92 (3) UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup bahwa “organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan
apabila memenuhi persyaratan :
a. berbentuk badan hukum
b. menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi tersebut didirikan
untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup
c. telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasarnya paling
singkat dua tahun”
Berdasarkan pasal 93 (1) UU No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa “setiap orang dapat mengajukan
gugatan terhadap keputusan tata usaha negara apabila :
a. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada usaha
dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen
AMDAL
b. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada
kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL;
dan/atau
c. badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin usaha dan/atau
kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan
Pada Pasal 92 (3) UU No. 32 tahun 2009 terdapat syarat syarat gugatan yang
diajukan oleh lembaga sosial masyarakat antaralain berbentuk badan hukum,memuat
dalam anggaran dasarnya bahwa tujuan organisasi tersebut ditujukan untuk
kepentingan lingkungan hidup,serta melakukan kegiatan nyata sesuai anggaran
dasarnya selama 2 tahun. Maka dapat dijabarkan syarat syarat demikian sesuai
dengan kasus Kapas Transgenik tersebut antaralain :
A. Berbentuk badan hukum
Penggugat dalam Kasus kapas Transgenik tersebut merupakan Direktur
eksekutif,pengurus harian,dan koordinator sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang berkegiatan sesuai dengan kemauan sendiri dari sejumlah kelompok
masyarakat serta memfokuskan diri dan berkegiatan di bidang Lingkungan Hidup
dan Perlindungan Konsumen. Sebagaimana diketahui LSM tersebut berbentuk
sebuah yayasan yang merupakan sebuah badan hukum, maka kedudukan para
penggugat berhak untuk mewakili masyarakat dalam memperjuangkan haknya
pada kasus tersebut.
B. Memuat dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi tersebut didirikan demi
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
a. Pasal 4 AD/ART dari Indonesian Center for Environmental Law
(ICEL)dicantumkan bahwa tujuan dari lembaga ini ada adalah salah satunya
untuk memberikan dukungan terhadap upaya-upaya pembelaan dalam
permasalahan lingkungan masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat.
b. Pasal 5 AD/ART dari YLKI bahwa maksud dan tujuan dari lembaga ini
adalah memberikan bimbingan dan perlindungan kepada masyarakat konsumen
menuju kepada kesejahteraan keluarga..
c. Pasal 4 AD/ART dari KONPHALINDO bahwa maksud dantujuan dari
lembaga ini merupakan : turut serta melestarikan hutan dan alam Indonesia guna
kesejahteraan masyarakat luas, hal ini jelas termasuk dalam usaha
perlindungannlingkungan hidup.
d. Pasal 5 AD/ART dari Yayasan Biodinamika Pertanian Indonesia
disebutkan disebutkan bahwa tujuan dari lembaga ini didirikan adalah salah
satunya untuk pengembangan pertanian berwawasan lingkungan (sustainable
agriculture).
e. Pasal 5 AD/ART dari YLKSulawesi Selatan disebutkan bahwa maksud dan
tujuan lembaga ini didirikan adalah memberikan bimbingan dan perlindungan
kepada masyarakat konsumen, menuju kepada kesejahteraan keluarga.
f. Dalam Pasal 3 ayat (6) AD/ART dari Yayasan Lembaga Pengkajian dan
Pemberdayaan Masyarakat disebutkan bahwa salah satu maksud dan tujuan
lembaga ini didirikan adalah untuk mengembangkan potensi sumber daya alam
dalam upaya mengelola dan meningkatkan kesejahteraan menuju masyarakat
yang adil dan makmur. Hal ini dapat ditempuh salah satunya dengan cara
perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup agar rakyat dapat sejahtera dan
terlindungi dari pencemaran lingkungan.2
C. Telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasarnya selama
paling singkat dua tahun. Bahwa apa yang menjadi fungsi yayasan-yayasan
tersebut di atas adalah untuk memberdayakan masyarakat dan turut serta dalam
usaha-usaha pelestarian lingkungan dan perlindungan konsumen tersebut telah
direalisasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata yang menunjukkan
kepedulian yayasan-yayasan tersebut terhadap masyarakat dan lingkungan
khususnya masyarakat petani kapas dan lingkungan di Provinsi Sulawesi Selatan,
di antaranya kegiatan:
Penyadaran masyarakat tentang produk transgenik dengan cara
penyebarluasan informasi ke berbagai lapisan masyarakat.
Ikut serta secara aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembahasan
dan penyusunan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
produk transgenik.
Melakukan kegiatan advokasi publik baik kepada lembaga swadaya
masyarakat atau lainnya untuk menerapkan prinsip kehati-hatian
2 PTUN,Putusan No : 71/G.TUN/2001/PTUN-JKT,hlm:14-16
(precautionary principle) dalam kegiatan yang berkaitan dengan produk
transgenik.
Melakukan pengumpulan data-data tentang hal-hal yang berkaitan
dengan produk transgenik.
Melakukan kegiatan pendampingan pada petani untuk pengembangan
pertanian berwawasan lingkungan (sustainable agriculture).
Dengan terpenuhinya pasal 92 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup maka dapat disimpulkan bahwa para penggugat telah memiliki
hak gugat (legal standing) dalam kasus Kapas Transgenik. Namun dalam AD/ART YLKI dan
YLK Sulawesi Selatan tidak memuat secara tegas (hanya implisit) bahwa tujuan dari Yayasan
tersebut adalah ntuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Namun demikian dari
pertimbangan yang dikeluarkan oleh Majelis Hakim dalam menjatuhkan putusannya, tujuan dari
YLKI dan YLK Sulawesi Selatan yang adalah memberikan perlindungan konsumen termasuk
dalam fungsi melestarikan lingkungan hidup.Sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan
bahwa para Pengugat dalam hal ini telah memenuhi persyaratan dalam hal lembaga swadaya
masyarakat untuk mengajukan gugatan berdasarkan telah terpenuhinya persyaratan dalam
berbagai peraturan sebagaimana telah dijabarkan diatas.