lingkungan hidup sektor transportasi
DESCRIPTION
BAB II Tinjauan PustakaTRANSCRIPT
BAB IIPEMBAHASAN
A. Macam-macam Transportasi
1. Klasifikasi jenis kendaraan
Secara umum alat transportasi dibagi kedalam 2 golongan yaitu
kendaraan bermotor dan tidak bermotor. Menurut batasannya kendaraan
bermotor adalah “setiap kendaraan yang bergerak dengan peralatan
tehnik yang ada pada kendaraan itu, atau dengan menggunakan tenaga
mesin dan biasanya digunakan untuk pengangkutan orang dan barang di
jalanraya”.
Dalam pedoman Penyelidikan Lalu Lintas Persimpangan dan Jalan Kota,
disebutkan jenis kendaraan dibedakan menjadi 5 jenis, seperti
ditunjukkan tabel berikut:
Tabel 1.1. Klasifikasi jenis kendaraanNo JenisKendaraan Tipe Kendaraan1. Kendaraan tidak bermotor
Jenis aJenis bJenis cJenis d
SepedaBecak
Gerobak yang ditarik orang/hewanKereta kuda/delman
2. SepedaMotor Sepeda motor/Vespa/Matic3. Mobil Penumpang/Pribadi
Jenis aJenis b
Bemo, Helicak, CatorSedan, Jeep, Pick up, Mini bus
4. Truk/Bus Truk dan Bis, Truk (rigid) 2as/3as5. TrukBerat Truk gandengan
2. Alat Transportasi ditinjau dari Segi Peruntukan (Tipe Penggunaan)
Ditinjau dari segi peruntukan (tipe penggunaan), moda angkutan kota
dapat dikelompokkan atas 3 kelompok besar, yaitu: (1). Moda transprtasi
kota untuk pribadi; (2). Moda transportasi kota yang disewakan sesuai
dengan keinginan pemakai jasa; (3). Moda transportasi kota untuk umum.
2
Sistem transportasi perkotaan yang disandarkan pada penggunaan
kendaraan pribadi telah terbukti mengkonsumsi energi yang berlebihan,
mengganggu kondisi kesehatan masyarakat, dan tingkat pelayanan yang
terus menurun walaupun dengan investasi yang terus bertambah.
B. Peran Transportasi
Transportasi perlu untuk mengatasi kesenjangan jarak dan komunikasi
antara tempat asal dean tempat tujuan. Untuk itu dikembangkan sistem
transportasi dan komunikasi, dalam wujud sarana (kendaraan) dan prasarana
(jalan). Dari sini timbul jasa angkutan untuk memenuhi kebutuhan
perangkutan (transportasi) dari satu tempat ke tempat lain. Sehingga
tranportasi dan tata guna lahan merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan.
Ciri utama sistem prasarana transportasi adalah melayani pengguna,
bukan berupa barang atau komoditas. Oleh karena itu, prasarana tersebut
tidak mungkin disimpan dan digunakan hanya pada saat diperlukan. Sistem
prasarana transportasi harus selalu dapat digunakan di mana pun dan kapan
pun, karena jika tidak, kita akan kehilangan manfaatnya. Oleh karena itu pula,
sangatlah penting mengetahui secara akurat besarnya kebutuhan akan
transportasi pada masa mendatang sehingga kita dapat menghemat sumber
daya dengan mengatur atau mengelola sistem prasarana transportasi yang
dibutuhkan.
Menurut Tamin (1997), pada dasarnya sistem prasarana transportasi
mempunyai dua peran utama, yaitu:
1. Sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan
2. Sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang timbul
akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut.
Peran pertama sering digunakan oleh para perencana pengembang wilayah
untuk dapat mengembangkan wilayahnya sesuai dengan rencana. Katakanlah
ada suatu daerah permukiman baru yang hendak dipasarkan; tidak akan
3
pernah ada peminatnya kalau di daerah itu tidak disediakan sistem prasarana
transportasi. Begitu sistem prasarana transportasinya tersedia, maka
aksesibilitas permukiman tersebut menjadi semakin tinggi (semakin mudah
dicapai) yang akhirnya menyebabkan minat pembeli menjadi bertambah
untuk tinggal di situ. Hal yang sama juga terjadi di lahan permukiman
transmigrasi. Suatu kawasan permukiman tidak akan dapat berkembang,
meskipun fasilitas rumah dan sawah sudah siap pakai, jika tidak tersedia
sistem prasarana transportasi; hal ini akan mengakibatkan biaya transportasi
menjadi sangat tinggi. Sebaliknya, sistem prasarana transportasi mungkin
belum diperlukan pada saat sekarang karena kebutuhan akan pergerakan
masih sangat rendah atau belum ada sama sekali. Jika hal ini dibiarkan terus
menerus maka kawasan permukiman tersebut tidak akan pernah bisa
berkembang selamanya.
Oleh sebab itu, kebijakan yang harus dilakukan adalah menyediakan
sistem prasarana transportasi dengan kualitas seminimal mungkin tetapi
masih bisa dilalui. Adanya keterhubungan atau konektivitas ini akan
menyebabkan kawasan tersebut menjadi mudah dicapai dan orang akan mulai
mau tinggal di sana. Seterusnya, setelah kawasan tersebut berkembang yang
menyebabkan terbentuknya kebutuhan akan pergerakan yang cukup besar,
barulah sistem prasarana transportasinya ditingkatkan sesuai dengan
peramalan kebutuhan akan pergerakan pada masa mendatang. Di sinilah
mulai tampak peran kedua dari sistem prasarana transportasi.
Sementara menurut Miro (1997), sistem transportasi perkotaan
merupakan fungsi dari berbagai fungsi fisik kota, banyak fungsi yang
didapatkan dari sistem transportasi antara lain:
1. Peranan transportasi dalam peradaban manusia. perkembangan peradaban
manusia akan tergambar jelas dari perkembangan aktifitas sosial
ekonominya. Pada zaman ini kebutuhan hidup telah semakin beragam
dan objek pemuas kebutuhanpun berpencar serta gaya hidup manusiapun
4
telah cenderung menetap, maka transportasi dan peningkatan
teknologinya makin di perlukan.
2. Peranan transportasi dalam ekonomi, dari aspek ekonomi, transportasi
sangat jelas manfaatnya dalam proses produksinya, distribusi dan
pertukaran kelebihan. Dalam prose produksi semua faktor-faktor-faktor
produksi tentu tidak akan ada pada suatu tempat, melainkan terdapat
dibanyak tempat. Untuk menyatukan agar dapat diproses menjadi barang
kebutuhan akhir, transportasi memainkan peranan penting mempermudah
dan mempercepat tersedianya faktor produksi itu pada suatu tempat yang
kita inginkan. Begitu pula dalam proses penyebaran barang dan jasa
akhir, transportasi dapat memindahkan suatu barang ke daerah yang
miskin faktor produksi untuk menghasilkan barang akhir tersebut
sehingga pemerataan barang dan jasa ke semua daerah dapat terjamin.
3. Peranan transportasi dalam bidang sosial. Lebih menunjang kepada
bagaimana transportasi itu sendiri dapat mempermudah kegiatan
masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan non ekonomi yang
menyangkut hubungan kemanusiaan. Untuk hubungan kemanusiaan
transportasi dapat meberikan dukungan kemudahan seperti: pertukatan
informasi, rekrasi, pelayanan perorangan/kelompok, kerumah sakit,
keagamaan, dan lain-lain.
4. Peranan transportasi dalam bidang politik, faktor geografis Indonesia
sebagai negara kepulauan, transportasi dapat mendukung usaha persatuan
nasional, usaha peningkatan pelayanan yang lebih merata keseluruh
penjuru tanah air, memberikan perlindungan terhadap pengembangan
ekonomi, sosial dan budaya.
C. Dampak Transportasi
Ruang lingkup permasalahan transportasi telah bertambah luas dan
permasalahannya itu sendiri bertambah parah, baik di negara maju (industri)
maupun di negara sedang berkembang. Terbatasnya bahan bakar secara
temporer bukanlah permasalahan yang parah; akan tetapi, peningkatan arus
5
lalulintas serta kebutuhan akan transportasi telah menghasilkan kemacetan,
tundaan, kecelakaan, dan permasalahan lingkungan yang sudah berada di atas
ambang batas (Tamin, 1997). Padatnya kendaraan angkutan umum, simpang
siur dan kemacetan lalu lintas, adalah pemandangan sehari-hari jalan raya.
Hiruk pikuknya pemakai jalan raya tersebut berebut jalur tak terkecuali di
jalan “bebas hambatan” yang selalu macet pada jam sibuk. Kemacetan rutin
ini tidak hanya membuang percuma jutaan uang bensin di jalanan, akan tetapi
juga mempertebal pencemaran udara, akibat gas buang kendaraan bermotor
(Santi, 2001).
Menurut Aslan (1997) terdapat empat tipe dampak lingkungan fisik dari
sarana transportasi yang tampaknya memegang peranan penting pada saat ini
yakni: kebisingan, getaran, dan polusi udara. Kebisingan adalah suara yang
tidak terkendali, sebagian besar suara dari sistem transportasi tidak
dikehendaki, sangat mungkin untuk mengganggu kegiatan lainnya. Disisi lain
getaran yang terjadi pada jalan-jalan arteri utama dari transportasi darat,
dimana kendaraan-kendaraan berat beroprasi secara berdekatan dengan
bangunan-bangunan yang menampung kegiatan manusia yang sangat sensitif
terhadap getaran. Adapun polusi udara yang bersumber dari transportasi;
emisi berbagai gas dan partikel dari kegiatan transportasi ke atmosfer juga
menimbulkan berbagai masalah, yaitu menurunkan mutu lingkungan yang
cukup memprihatinkan.
Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia tahun 2005
sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 1.2. Tingginya
pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia tidak dapat
dihindarkan, berkisar 14% pertahunnya, ini berarti lebih dari 8juta
pertambahan jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya dan 80% di
dominasi oleh sepeda motor, dimana sebagian besar kendaraan bermotor ini
menggunakan bahan bakar minyak (BBM) berupa Premix, Premium atau
Solar. Kendaraan bermotor yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM)
mengandung timah hitam (Leaded) berperan sebagai penyumbang polusi
6
cukup besar terhadap kualitas udara dan kesehatan. Kondisi tersebut
diperparah oleh terjadinya krisis ekonomi yang melanda negara kita sejak
tahun 1997, dimana kondisi kendaraan bermotor dan angkutan sangat buruk
akibat mahalnya suku cadang dan perawatan yang kurang baik sehingga
proses pembakaran kurang sempurna. Perkiraan Emisi gas buang dari
berbagai kendaraan bermotor dapat dilihat pada tabel 1.3.
Tabel 1.2. Jumlah kendaraan bermotor Indonesia 2005-2011Tahun Mobil
PenumpangBis Truk Sepeda
MotorJumlah
2005 5.076.230 1.110.255
2.875.116 28.531.831 37.623.432
2006 6.035.291 1.350.047
3.398.956 32.528.758 43.313.052
2007 6.877.229 1.736.087
4.234.236 41.955.128 54.802.680
2008 7.489.852 2.059.187
4.452.343 47.683.681 61.685.063
2009 7.910.407 2.160.973
4.498.171 52.767.093 67.336.644
2010 8.891.041 2.250.109
4.687.789 61.078.188 76.907.127
2011 9.548.866 2.254.406
4.958.738 68.839.341 85.601.351
Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Direktorat Lalu Lintas (2012)
Tabel 1.3. Emisi gas buang berbagai kendaraan berotor di Jabodetabek
Jenis Kendaraan
Emisi GasBuang (ton/tahun) KilometerTempuh10`km/thCO HC NOx SOx Pb
SepedaMotor
120.002 38.302 971 101 101 10.000
Kendaraan Pnp
197.005 26.492 29.832 1.433 2.134 13.040
Taksi 21.295 2.892 3.879 353 425 193Bus Sedang 68.429 8.500 17.699 1.402 2.232 2.899Bus Besar 12.105 2.682 8.799 1.507 1.156 826Van 106.330 12.340 19.488 4.479 1.005 6.183Truk Kecil 34.161 3.997 6.693 436 603 2.233Truk 2 as 2.736 1.538 6.304 1.322 1.390 993Truk 3 as 2.180 1.227 5.074 1.109 517 369Total 564.292 97.971 98.738 8.142 9.563 38.577
Sumber : The Study on the Interpreted Air Quality Management for Jakarta Metropolitan Area
7
Polusi udara adalah berbagai jenis senyawa gas dan partikel yang
keberadaannya dalam proporsi tertentu dapat membahayakan manusia. Udara
normal mengandung Nitrogen (78%), oksigen (21%), Argon (0,93%), dan
CO2 (0,032%). Selain itu udara juga mengandung beberapa senyawa lain
seperti Neon, Helium, Methane, Krypton, Hydrogen, N2O, CO, O3, SO2, NO2
dalam jumlah terbatas. Gas buang sisa pembakaran kendaraan bermotor
umumnya menghasilkan beberapa senyawa gas dan partikulat yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Senyawa gas akibat polusi dapat
dikelompokkan ke dalam: senyawa sulfur, senyawa nitrogen, senyawa
karbon, oksida karbon, dan senyawa hidrogen. Senyawa berbentuk gas yang
muncul dari gas buang kendaraan bermotor dapat berupa carbon monoxide
(CO), nitrogen oxide (Nox), hydro-carbon (HC); partikulat dan timbal
(Widiantono, 2009).
Kepadatan kendaraan bermotor di kota-kota merupakan sumber
pencemaran udara, akibat negatif dari pencemaran ini terlihat dari dampaknya
terhadap kesehatan masyarakat (Soerjani,.dkk, 2008).
Dampak polusi udara terhadap manusia dapat berupa gangguan
kesehatan dalam jangka panjang yang dapat mengakibatkan penurunan daya
refleks dan kemampuan visual; atau jangka pendek seperti gangguan
pernafasan dan sakit kepala. Polusi udara umumnya memberikan dampak
terhadap sistem pernafasan manusia seperti kesulitan bernafas, batuk, asma,
kerusakan fungsi paru, penyakit pernafasan kronis dan iritasi penglihatan.
Tingkat keseriusan gangguan tersebut tergantung dari tingkat pemaparan dan
konsentrasi polutan yang merupakan fungsi dari volume dan komposisi
lalulintas, kepadatan serta kondisi cuaca. Berikut dampak gas-gas polusi
udara pada kesehatan manusia dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.4. Emisi gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatanJenis Polutan Dampak pada Kesehatan
Karbon monoksida (CO) Menganggu proses pengabsorsian oksigen oleh sel darah merah. Akibatnya, menurun kemampuan berfikir, memperlambat refleksi,
8
menjadi penyebab angina (radang tenggorokan) dan rasa mengantuk. CO juga mempengaruhi pertumbuhan janin dan pembentukan jaringan pada bayi dan anak. Bersama polutan lain, CO bisa menyebabkan kematian pada orang-orang yang mempunyai masalah dengan sistem pernafasannya. CO juga yang bertanggungjawab terhadap turunnya produktivitas pekerja dan berbagai ketidaknyamanan lainnya.
Nitrogen okesida (NO) Melemahkan sistem pertahanan tubuh, sehingga virus lebih gampang menyerang, menyebabkan paru teriritasi sehingga muncul oedama, bronchitis, dan pneumonia. Para pengidap asma juga menjadi lebih sensitif terhadap debu dan serbuk tanaman. Makin besar dampaknya bila bersama-sama polutan yang lain.
Hidrokarbon (HO) Mengiritasi mata, menyebabkan batuk, mengi, rasa mengantuk, dan bercak kulit. HO juga diduga karsinogenik, penyebab kanker, serta bertanggungjawab pada perubahan kode genetik.
Ozon (HC dan NOx) Mengiritasi membran mukosa pada sistem pernafasan, menyebabkan batuk bersin, dan kadang tersedak serta merusak fungsi pernafasan. HC dan NOx juga mengiritasi mata, jadi penyebab sakit kepala dan segala ketidaknyamanan lainnya, menurunkan kekebalan tubuh terhadap flu dan pneumonia. Bisa menyebabkan serangan jantung kronis, asma bronchitiss dan empisema.
Timah hitam (Pb) Mempengaruhi fungsi reproduksi, peredaran darah, jaringan saraf dan fungsi ginjal. Timah hitam juga diduga menyebabkan sifat hiperaktif dan menurunkan kemampuan belajar ank-anak. Bila masuk melalui saluran pernafasan dan pencernaan.
Sulfurdioksida Sangat mengiritasi bagian yang terkena, menyebabkan asma, bersin-bersin dan merusak fungsi paru.
Partikel TSP Mengiritasi membran mukosa dan bisa mencetuskan penyakit saluran pernafasan.
9
Partikel yang lebih halus bisa menyebabkan kanker paru. Ada kolerasi yang kuat antara kadar TSP dengan angka kematian bayi di kawasan perkotaan.
Bahan beracun lainnya Dicurigai menyebabkan kanker, gangguan pada fungsi reproduksi, dan kelahiran yang cacat. Benzen dan asbestos misalnya, diketahui karsinogenik - menyebabkan leukimia dan kanker paru. Aldehid dan keton mengiritasi mata, membuat nafas tersengal-sengal dan bila terkena kulit bisa menyebabkan kanker kuit.
Sumber: Sistem Transportasi (Aslan, 1997:105).
Selain berdampak pada kesehatan manusia, polusi udara saat ini telah
menjadi masalah global lingkungan hidup. Gas buangan dari moda
transportasi baik darat, laut, dan udara diketahui menjadi penyumbang
terbesar dari polusi udara. Meningkatnya kadar karbon diudara diketahui
sebagai salah satu penyebab kerusakan atmosfer yang mengakibatkan
terjadinya efek rumah kaca.
Efek rumah kaca, yaitu terjadi karena meningkatnya lapisan gas terutama
karbondioksida yang menyelimuti bumi, gas berasal dari berbagai kegiatan
manusia, terutama dalam penggunaan energi fosil (minyak, batu bara dan gas)
(Leo, 2013). Istilah efek rumah kaca, diambil dari cara tanam yang digunakan
para petani di daerah iklim sedang (negara yang memiliki empat musim).
Para petani biasa menanam sayuran atau bunga di dalam rumah kaca untuk
menjaga suhu ruangan tetap hangat. Dari sinar yang masuk tersebut, akan
dipantulkan kembali oleh benda/permukaan dalam rumah kaca, ketika
dipantulkan sinar itu berubah menjadi energi panas yang berupa sinar
inframerah, selanjutnya energi panas tersebut terperangkap dalam rumah
kaca. Demikian pula halnya salah satu fungsi atmosfer bumi kita seperti
rumak kaca tersebut. (Razak, 2007)
Menurut Syahputra (2007), lapisan atmosfir terdiri dari, berturut-turut:
troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer: Lapisan terbawah (troposfir)
10
adalah yang yang terpenting dalam kasus ERK. Sekitar 35% dari radiasi
matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi yang
bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga
lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang
angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65% masuk ke
dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan
gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan
bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus
yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul
gas dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian
dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar
inframerah.
Gambar 1.1. Ilustrasi efek rumah kacaSumber: Kajian Yuridis CarbonTrade dalam Penyelesaian Efek Rumah Kaca
(Razak, 2007:7)
Sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan
dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam
keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah
kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh
berbeda. (Razak, 2007). Apabila kadar yang lebih ini merata di seluruh
permukaan bumi, temperatur udara rata-rata di seluruh permukaan bumi akan
sedikit naik, dan ini dapat mengakibatkan meleburnya es dan salju di kutub
11
dan di puncak-puncak pegunungan, sehingga permukaan air laut naik
(Firdaus, 2009).
Komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer yang terganggu, memicu
naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global.
Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu
berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.
Dalam 100 tahun terakhir suhu bumi terlihat mulai ditentukan oleh
peningkatan CO2 di atmosfer. Pada zaman pra-industri (sebelum tahun 1850)
konsentrasi CO2 masih sekitar 290 ppm, sedang pada tahun 1990
konsentrasinya telah meningkat menjadi 353 ppm. Peningkatan suhu rata-rata
bumi sebesar 0,5HC telah dicatat. Dengan pola konsumsi energi dan
pertumbuhan ekonomi seperti sekarang, maka diperkirakan pada tahun 2100
konsentrasi CO2 akan meningkat dua kali lipat dibanding zaman industri,
yaitu sekitar 580 ppm. Dalam kondisi demikian berbagai model sirkulasi
global memperkirakan peningkatan suhu bumi antara 1,7-4,5HC (Razak, 2007).
Pola iklim yang berubah telah menimbulkan dampak bencana yang
cukup dahsyat, seperti musim kemarau yang berkepanjangan, serta pada saat
musim hujan terjadi banjir. Selain faktor manusia yang kurang
memperhatikan upaya pengendalian banjir, namun faktor iklim dengan curah
hujan yang tinggi juga berpengaruh.
Perubahan pola iklim, sebagai misal, mengancam produksi pangan
melalui meningkatnya curah hujan yang tidak normal, meningkatnya
permukaan air laut mengkontaminasi persediaan air tawar di pesisir dan
meningkatnya resiko bencana banjir, dan menghangatnya atmosfer juga
membuat penyebaran hama dan penyakit tropis ke daerah lain (Tim
Penyusun, 2010). Beberapa efek lain dari perubahan iklim antara lain:
1. Meningkatnya suhu bumi. Rata-rata kenaikan suhu global sekitar 0,74o C
selama abad 20 ini. Kenaikan selama 50 tahun terakhir ini hampir 2 kali
lebih tinggi dibanding 100 tahun sebelumnya.
12
2. Terdapat karbon dioksida lebih banyak di atmosfer. Karbon dioksida
adalah penyumbang utama terjadinya perubahan iklim.
3. Banyak curah hujan dan banyak terjadi kekeringan. Terjadi curah hujan
yang lebih tinggi pada daerah timur Amerika Utara dan Amerika Selatan,
Eropa Utara, Asia Utara dan Asia Tengah selama dekade belakangan ini.
Tetapi di Mediterania, Afrika Selatan dan sebagian Asia Selatan
mengalami kekeringan.
4. Kenaikan permukaan air laut. Total kenaikan permukaan air laut selama
abad 20 sekitar 0,74 meter dan ini jauh lebih besar dibandingkan
kenaikan selama 2000 tahun sebelumnya.
5. Berkurangnya lapisan es, terutama pada musim panas.
Sebenarnya bila bumi ini tidak ada gas polutan yang membentuk gas
rumah kaca (GRK) seperti CO, Ca2, metana, maka suhu rata-rata permukaan
bumi hanya -18°C suhu yang dingin bagi kehidupan mahluk hidup. Tetapi
dengan meningkatnya kadar GRK akan meningkat pula ERK (efek rumah
kaca) sehingga suhu permukaan bumi akan naik pula, sehingga menyebabkan
pemanasan global (Widiantono, 2009).
D. Penanggulangan Masalah Transportasi
Menurut Abubakar (2011), berdasarkan kondisi saat ini dimana dapat
dilihat bahwa transportasi sangat berpengaruh terhadap pencemaran udara
akibat emisi gas buang kendaraan bermotor, perlu diambil langkah-langkah
konkrit dan dukungan berupa:
1. Pemberi insentif bagi kendaraan bermotor yang berpopulasi rendah
antara lain:
a. Keringanan pembebasan pajak untuk kendaraan bermotor yang
menggunakan Gas berupa PBBKB (Pajak Bahan Bakar Kendaran
Bermotor).
b. Keringanan Pajak Kendaraan (STNK) khusus kendaraan berbahan
bakar Gas (BBG atau LPG) selama periode tertentu
13
2. Penentuan harga jual Bahan Bakar yang berwawasan lingkungan (Mogas
Unleaded dan Gas) dengan harga menarik bagi konsumen.
3. Pemberian keringanan pajak untuk Bea Masuk peralatan Konversi
(ConversionKit), Sehingga harga jualnya dapat ditekan dan terjangkau
oleh masyarakat.
4. Peraturan Pemerintah yang mewajibkan kepada Agen Tunggal Pemegang
Merk (ATPM) untuk setiap kendaraan baru yang diproduksi sudah
dilengkapi/dipasang Catalytic Converter serta alat konversi untuk
kendaraan niaga dan angkutan umum.
Selain berbagai upaya penanggulangan masalah transportasi yang diatas
pelu diwujudkan pula transportasi yang bersifat ramah lingkungan dan pada
dasarnya dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya perjalanan yang tidak
perlu (unnecessary mobility) atau dengan pengunaan teknologi angkutan yang
dapat mengurangi dampak lingkungan akibat kendaraan bermotor.
Menurut Widiantono (2009), bentuk-bentuk yang terkait dengan upaya
pencegahan atau pengurangan jumlah perjalanan yang tidak perlu dapat
berupa pengembangan kawasan terpadu yang masuk kategori compact city
seperti kawasan super-block, kawasan mix-used zone, maupun transit-
oriented development. Selain itu, pengurangan jumlah perjalanan dapat
dilakukan dengan melakukan manajemen kebutuhan transport (TDM-
Transport Demand Management). Transport Demand Management dilakukan
melalui penerapan kebijakan dan strategi transportasi untuk mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi dan mendistribusikan beban transportasi yang
ada ke dalam moda transport, lokasi dan waktu berbeda. Upaya ini dianggap
merupakan penanganan transportasi yang relatif murah untuk meningkatkan
tingkat pelayanan jaringan transportasi. Dengan demikian penerapan TDM
juga diharapkan dapat menghasilkan kondisi lingkungan yang lebih baik,
meningkatkan kesehatan publik, yang pada akhirnya dapat mendorong
kesejahteraan masyarakat dan tingkat kelayakan huni suatu kota.
14
Masyarakat juga dapat menggunakan sarana transportasi ramah
lingkungan yang dikembangkan untuk mengurangi dampak lingkungan akibat
transportasi seperti kebisingan dan polusi udara umumnya mengarah ke
penggunaan kendaraan tidak bermotor maupun penggunaan bahan bakar
terbarukan seperti sinar matahari, listrik dll. Bentuk-bentuk moda angkutan
yang ramah lingkungan antara lain:
Pedestrian, penyediaan sarana dan jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman
dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan
kendaraan pribadi. Jarak optimum yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki
umumnya adalah sekitar 400-500 meter.
1. Sepeda, saat ini mulai banyak kelompok masyarakat yang mengusung ide
penggunaan sepeda sebagai alternatif alat transportasi yang ramah
lingkungan seperti gerakan Bike-to-Work (B2W).
2. Sepeda listrik
3. Kendaraan hybrid, adalah kendaraan yang dikembangkan dari bahan
yang ultra-ringan tapi sangat kuat seperti komposit. Sumber tenaga
kendaraan jenis ini umumnya merupakan campuran antara bahan bakar
minyak dan listrik yang dibangkitkan dari putaran mesin kendaraan
melalui teknologi rechargeable energy storage system (RESS).
Kendaraan jenis ini diklaim sebagai memiliki tingkat polusi dan
penggunaan bahan bakar yang rendah.
4. Kendaraan berbahan bakar alternatif, seperti biodiesel, ethanol,
hydrogen.
Sarana transportasi yang ramah lingkungan ini bisa menjadi alternatif baru
mengurangi polusi dan pencemaran udara oleh moda transportasi, walaupun
sampai saat ini penggunaannya belum maksimal karena kendala biaya.
Adapun upaya untuk mengatasi masalah efek rumah kaca sebagai akibat
dari polusi udara oleh moda transportasi sampai saat ini belum ada negara
yang dapat memberikan solusi yang tepat dalam penanggulangannya.
Berbagai upaya negara-negara di dunia dalam mengatasi permasalahan Gas
15
Rumah Kaca. Upaya tersebut dimulai dari penghematan energi sampai
kepada bagaimana mengatasi emisi buangan yang dihasilkan.
Sejauh ini belum ada satunegarapun yang dapat membuktikan bahwa
teknologi yang mereka miliki ekonomis dan dapat digunakan dalam skala
besar. Biaya yang digunakan harus dapat ditekan sehingga dapat dipakai oleh
industri besar. Komentar atas teknologi penyimpanan gas-gas sisa
pembakaran untuk mengurangi emisi ini pun bermunculan.
Para aktifis lingkungan mengatakan kekhawatiran mereka akan risiko
penyimpanan karbon dioksida, bahwa kemungkinan CO2 akan dapat bocor
keluar ke lapisan udara apabila gua penyimpanan dibawah tanah terguncang
hebat karena satu lain hal. Upaya pengurangan emisi dengan cara penguburan
juga harusnya dikaji jangan sampai menimbulkan masalah baru misalnya
kebocoran. Pada prinsipnya jangan sampai suatu masalah yang ditemukan
solusinya, justru menimbulkan masalah yang baru (Razak, 2007).
16