lingkungan
DESCRIPTION
Sunjoto(2013)TRANSCRIPT
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 1
A. PENDAHULUAN
1. POKOK BAHASAN:
a. Terminology lingkungan, sejarah kepedulian lingkungan,
kelembagaan, sampai ke filosofi lingkungan
b. AMDAL sebagai perangkat untuk merencana sampai dengan
memonitor dan evaluasi pembangunan yang berdampak
sangat besar dari sudut pandang sustainable development. (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 Tentang : Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup)
c. UKL-UPL Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut UKL-
UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan
(UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP)
d. Dampak teknis dari konstruksi bangunan sipil yang harus
menjadi perhatian sejak awal mengingat dampaknya dapat
berakobat untuk pihak internal (bangunan itu sendiri) atau
pihak eksternal yaitu yang bukan dari bagian pembangunan
itu sendiri
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 2
2. TERMINOLOGI & ISSUE
a. Terminology
Secara etimologi Ernest Kackel (1869) mengakatan bahwa
ekologi berasal dari oikos (rumah tangga) dan logos (ilmu) dan
menurut beberapa penulis ecology adalah:
• De Bel
Study of the total impact of man and other animals on the
balance of nature
• William H. Matthews
Ecology focuses the interrelationship between living organism
and their environment
• Joseph van Vleck
Ecology is the study of such communities and how each species
takes to meet its own needs and contributes toward meeting
and need of its neibourghs
• Amsyari (1981)
Ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dengan yang
lainnya dan antara organisme dengan lingkunggannya
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 3
• Otto Soemarwoto (1981)
Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya
b. Issue global
Pada saat ini apa yang ada 3 pokok issues yang selalu dijadikan
benchmark dalam setiap pembicaraan multilateral yaitu:
• Democracy • Human Right • Environment
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 4
3. DAMPAK EMPIRIS a. Asap kabut (1950 an)
Mulai dirasakan pada 1950 an kabut asap menyelubungi kota Los
Angeles oleh smog = smoke + fog yang mengganggu kesehatan
dan merusak tanaman.
b. Penyakit Minamata (1953)
Pada 1953 dirasakan adanya wabah neurologist menyerang
otot, penglihatan, otak yang berakibat kelumpuhan, koma dan
kematian. Pada 1959 diketahui penyebabnya adalah metil
mercury hasil limbah pabrik CHISO Co, produsen PVC. Metil
mercury ini mengalir kesungai terus kelaut, diserap oleh
plankton, plankton dimakan ikan dan ikan dimakan manusia
terjadi akumulasi pencemar dalam tubuh manusia hingga
mencapai tingkat beracun dan berakibat seperti penyakit
tersebut diatas.
c. The Silent Spring (1962)
Pada 1962 Rachel Carson meluncurkan buku The Silent Spring
(musim semi yang kelabu) yang memaparkan kegelisahan setiap
musim panas yang biasanya bingar menjadi senyap akibat adanya
penyakit misterius yang bukan hanya menyerang manusia tapi
binatang dan juga tanaman. Ternyata hal ini akibat dari asap
yang menyelimuti kota.
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 5
d. Penyakit Minamata II (1964-1965)
Terjadi tidak di Minamata namun di Niigita, dengan dampak
yang sama dengan Minamata I, mercury berasal dari pabrik alat
listrik SHOWA ditepi S. Agano.
e. Penyakit Minamata III (1973)
Sama dengan diatas terjadi di Goshonoura di pulau Amakusa
yang berhadapan dengan teluk Minamata.
f. Kasus Fungisida (1970)
Irak sebelum 1970 mengimport benih gandum dari Mexico.
Karena benih agar tahan hama disemprot dgn fungisida air
raksa. Banyak penduduk miskin memakannya hingga banyak
korban. Maka regulasi pemerintah adalah barang siapa
menyimpan gandum benih akan dihukum. Maka karena merasa
takut hampir seluruh benih yang berada dipihak rakyat dibuang
keselokan/sungai dan tercemarlah sungai sungai di irak. Korban
5.000 s/d 20.000 meninggal dan 100.000 s/d 500.000 yang
keracunan.
g. Waduk Aswan (1970)
Sungai Nil dibendung di Aswan dan dampaknya terjadi
’penggaraman’ di lahan sawah karena temperature tinggi,
kemudian ’terhentinya suplai lumpur’ yang biasa terjadi saat
banjir. Kemudian terjadinya sedimantai/erosi’ dihilir bendungan.
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 6
h. Hama Wereng dan Kasus Buyat
• Pada 1980 an terjadi serangan besar besaran
binatang wereng pada tanaman padi hingga ‘puso’
• Tahun 2000 an mencuat kasus Buyat, di Sulawesi
Utara yang menyebabkan penyakit akibat tambang
emas Newmont Minahasa
Waduk Gadjahmungkur Didisain utk pola tanam p-p-p, kurang lebih enam tahun kemudian setelah dibangun diubah menjadi pola p-p-pw. Akibatnya kelebihan air 105 jt m3/thn Padahal daerah irigasi yg ideal telah dijadikan sawah dan lebar saluran tidak memperhitungkan tambahan kelebihan debit ini. Akibatnya terjadi redisain saluran, pintu air dan menggunakan pompa untuk mengairi sawah yang berelevasi lebih tinggi.
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 7
4. Kelembagaan Internasional
a. Wakil Swedia pada 28 Mei 1968 menyarankan ke PBB agar
ada konferensi internasional ttg lingkungan hidup
b. Dalam Strategy Pembangunan International bagi
Dasawarsa Pembangunan Dunia ke 2’ pada 1 Juni 1970 PBB
menyerukan penanggulangan kemerosotan kualitas
lingkungan
c. STOCKHOLM (1972)
Pada 5-16 Juni 1972 diadakan United Nation Confrerence
on the Human Environment di Stockholm diikuti 113
negara, dan tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai ‘Hari
Lingkungan Hidup Sedunia’
Hasil:
o Deklarasi tentang Lingkungan Hidup Manusia atau Stockholm Declaration (Preambul dan 26 Asas)
o Action Plan dari Lingkungan Hidup Manusia (119 rekomendasi)
o Rekomendasi tentang Kelembagaan dan Keuangan utk Action Plan
d. WECD
Pada Desember 1983 Sidang Umum PBB No. 38/161
dibentuk World Commission on Environment and
Development (WECD) dan Indonesia termasuk duduk
dalam WECD yang sekretariatnya di Geneve. WECD
menerapkan 6 approches:
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 8
o Interdependency o Sustainability o Equality o Security and Environment Risk o Education and Communication o International Cooperation
e. Rio (1992)
Pada 3 -14 Juni 1992 Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di
Rio de Janeiro sbg peringatan 20 thn Konferensi
Stockholm 1972. Konferensinya disebut: United Nation
Conference on Environment and Development (UNCED)
diikuti 177 kepala Negara dan wakil pemerintah.
o Hasil yang menonjol adalah disepakainya Agenda 21,
yaitu suatu kerangka kerja yang disepakati masyarakat
international untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan pada abad 21. yang seharusnya
dipergunakan semua pihak baik pemerintah, organisasi
international maupun kalangan industri dan masyarakat
dalam penintegrasian lingkungan kedalam kegiatan social
ekonomi.
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 9
f. Rio+10 (2002)
Main article: World Summit on Sustainable Development
The Johannesburg Plan of Implementation, agreed at the
World Summit on Sustainable Development (Earth
Summit 2002) affirmed UN commitment to "full
implementation" of Agenda 21 for culture, alongside
achievement of the Millennium Development Goals and other
international agreements.
Elements of Agenda 21 Social and Economic
dimensions to development Poverty, Production and Consumption, Health, Human Settlement, Integrated Decision - Making
Conservation and management of natural resources
Atmosphere, Oceans and Seas, Land, Forests, Mountains, Biological Diversity, Ecosystems, Biotechnology, Freshwater resources, Toxic Chemicals, Hazardous Radioactive and Solid Waste
Strengthening role of Major
Groups Groups Youth, Women, Indigenous Peoples, Non-Government Organisations, Local Authorities, Trade Unions, Business, Scientific and Technical Communities, Farmers
Means of Implementation Implementation Finance, Technology transfer, Information, Public Awareness, Capacity Building, Education, Legal Instruments, Institutional Frameworks
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 10
g. Rio+20 (2012)
In 2012, at the United Nations Conference on Sustainable
Development the attending members reaffirmed their
commitment to Agenda 21 in their outcome document called
"The Future We Want" main issue: Green Economy
Ekonomi Hijau adalah sebuah rezim ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sekaligus mengurangi risiko lingkungan secara signifikan. Ekonomi Hijau juga berarti perekonomian yang rendah atau tidak menghasilkan emisi karbon dioksida dan polusi lingkungan, hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial. Sedangkan ekonomi hijau ekologis merupakan sebuah model pembangunan ekonomi yang berlandaskan pembangunan berkelanjutan dan pengetahuan ekonomi ekologis.
Ciri ekonomi hijau yang paling membedakan dari rezim ekonomi lainnya adalah penilaian langsung kepada modal alami dan jasa ekologis sebagai nilai ekonomi dan akuntansi biaya di mana biaya yang diwujudkan ke masyarakat dapat ditelusuri kembali dan dihitung sebagai kewajiban, kesatuan yang tidak membahayakan atau mengabaikan aset. Untuk tinjauan umum tentang kebijakan pembangunan lingkungan internasional yang menuju ke laporan Ekonomi Hijau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP).
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 11
h. Konvensi
Indonesia juga telah menandantangani, meratifikasi dan
menyetujui berbagai perjanjian lingkungan multilateral
termasuk:
o Convention on International Trade of Endangered Species (CITES), Basel
o Convention on Hazardours Waste, Vienna Convention on the Protection of the Ozone Layer
o Montreal Protocol, United Nations Convention on Biological Diversity (UNCBD) Cartagena Protocol on Biosafety, dan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)
o Kyoto Protocol, serta United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD).
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 12
5. AGENDA 21 INDONESIA
Agenda 21 Indonesia terdiri atas 4 (empat) bagian, yaitu:
Bagian I:
Pelayanan masyarakat, dan ini dibagi ke dalam 6 (enam) Bab,
yaitu :
Bab 1 tentang Pengentasan Kemiskinan;
Bab 2 tentang Perubahan Pola Konsumsi;
Bab 3 tentang Dinamika Kependudukan;
Bab 4 tentang Pengelolaan dan Peningkatan Kesehatan;
Bab 5 tentang Pengembangan Perumahan dan Pemukimam;
Bab 6 tentang Sistem Perdagangan Global, Instrumen Ekonomi, serta Neraca Ekonomi dan Lingkungan Terpadu.
Bagian II:
Pengelolaan Limbah, yang dibagi ke dalam 5 (lima) Bab, yaitu:
Bab (7) Perlindungan Atmosfir;
Bab (8) Pengelolaan Bahan Kimia Beracun;
Bab (9) Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
Bab (10) Pengelolaan Limbah Radioaktif;
Bab (11) Pengelolaan Limbah Padat dan Cair.
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 13
Bagian III :
Pengelolaan Sumber daya Tanah, yang dibagi ke dalam 4 (empat)
Bab, yaitu:
Bab (12) Perencanaan Sumberdaya Tanah;
Bab (13) Pengelolaan Hutan;
Bab (14) Pengembangan Pertanian dan Pedesaan;
Bab (15) Pengelolaan Sumberdaya air.
Bagian IV:
Pengelolaan Sumber daya Alam, dibagi ke dalam 3 (tiga) Bab,
yaitu:
Bab (16) Konservasi Keanekaragaman Hayati;
Bab (17) Pengembangan Teknologi;
Bab (18) Pengelolaan Terpadu Wilayah Pesisir dan Lautan.
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 14
6. PROTOKOL KYOTO
Ide dasar:
Negara-negara industri mengurangi minimal 5% atau seperti
keadaan 150 thn yg lalu dari tingkat emisi 1990 menjelang
2008-2012
Mengapa:
Pada 1850 ketika revolusi industri mulai konsentrasi gas rumah
kaca (grk) penting CO2 diatmosfer adlh 290 ppmv (part per
million by volume). Thn 2000 telah 350 ppmv dan 2100 akan jadi
580 ppmv dengan kenaikan temperature bumi 4,500 C, bila
konsumsi energi tetep spt sekarang,
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 15
7. KONSEP DAN HUKUM LINGKUNGAN
a. Konsep
1). Egoisme etis
Dalam egoisme etis yang dianggap relevan secara hakiki dalam
pertimbangan moral ialah dan hanyalah si pelaku moral (moral
agent). Hal-hal lain termasuk orang lain dari generasi
sebelumnya, generasi sebaya maupun generasi berikutnya tidak
secara hakiki relevan melainkan hanya sebagai fungsional atau
instrumental yang berarti perlakuan terhadap lingkunganpun
demikian juga adanya
2). Humanisme
Dalam humanisme, yang mempunyai wilayah moral patiency yang
lebih luas dari egoisme etis. Rekan-rekan satu species dari
berbagai generasi mutlak perlu dipertimbangkan dan bila perlu
dengan pengorbanan
3). Vitalisme
Dalam vitalisme, lingkungan alam dalam hal ini makluk hidup
lainnya telah menjadi perhatian mengingat sesama makluk
mempunyai rasa yang sama dalam menikmati enak, sakit dll.
Hingga makluk hidup lainnya ini diperlakukan keberadaannya
bukan sekedar secara fungsional atau instrumental namun lebih
pada tahap kesetaraan paling tidak equilibrium existency
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 16
4). Altruisme planeter
Mengingat dari ketiga etika tersebut masih mungkin
ditingkatkan etika baru yang mana dalam paradigma ini bahwa
apa saja yang memiliki relevansi moral secara hakiki, tidak
hanya yang insani, hewani dan nabati tetapi juga pengada-
pengada ragawi. Konsep ini punya dua sub:
• altruisme planeter non holistis
• altruisme planeter holistis = hamemayu hayuning
bawono (Sunjoto, 2009)
b. Hukum
Di Indonesia dengan Hukum Tata Lingkungan dengan asas,
yaitu principe of:
• legal security: kepastian hukum • proportionality: keseimbangan • equality: kesetaraan • carefulness: kecermatan • motivation: motivasi akan kepeutusan pangreh • nonmisuse of competence: tak mencampur adukkan
wewenang • fairplay: permainan layak • reasonbleness: keadilan dan kewajaran • meeting raised expectation: menanggapi harapan
yang ditimbulkan • undoing the consequences of an annuled decession:
meniadakan akibat keputusan yang batal • protecting the personal way of live: perlindungan
atas pandangan hidup • wisdom or sapientia: kebijaksanaan • public service: penyelenggaraan kepentingan umum
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 17
B. AMDAL
Dalam konsep Amdal akan selalu dibahas untuk ketiga hal
masalah yaitu Geofisik-kimia, Biotis dan Sosial ekonomi
budaya serta kesehatan masyarakat. Untuk itu harus dicari
landasan dasar ilmu yang terkait terhadap setiap perubahan
dalam pembangunan
1. Usaha-usaha yang diperkirakan berdampak penting
adalah:
• Pengubahan bentuk dan bentang alam
• Eksploitasi sda terbarui maupun tak terbarui
• Proses dan kegiatan yg merusak sda.
• Proses dan kegiatan yg berdampak sosial dan budaya.
• Proses dan kegiatan yg berdampak kawasan konservasi
sda dan atau cagar budaya.
• Introduksi jenis tumbuhan , jenis hewan dan jasad
renik.
• Pembuatan dan penggunaan bahan hayati maupun
nonhayati.
• Penerapan teknologi
• Kegiatan yg beresiko tinggi pd pertahanan negara.
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 18
2. Dampak penting ditentukan oleh:
• Jumlah manusia yang terkena dampak
• Luas wilayah penyebaran
• Lama dampak berlangsung
• Intensitas dampak
• Banyaknya komponen lingkungan terkena dampak
• Sifat kumulatif dampak
• Reversibelitas dampak (terpulihkan atau tidak)
3. Sifat kerusakan lingkungan (Emil Salim, 1993)
a. Perubahan lingkungan dimasa lampau berjalan lamban
sehingga kehidupan di bumi dapat menyesuaikan diri
dengan evolusi perubahan ini. Sebaliknya perubahan
lingkungan yang terjadi sekarang berlangsung cepat dalam
kurun waktu pendek, sehingga dampak perubahan ini pada
kehidupan lingkungan sangat intensif.
Contoh: kenaikan suhu bumi akibat efek rumah kaca, banjir
akibat penggundulan hutan dll
b. Kerusakan lingkungan bersifat global melewati batas
negara.
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 19
Contoh: Pelumpuran sungai di India menyebabkan banjir di
Bangladesh. Pencemaran di pantai timur Sumatra atau di
pantai barat Malaysia akan mencemari selat Malaka.
Pencemaran udara di USA kan menyebabkan hujan asam di
Canada. Penciutan luas hutan di Indonesia, Brazilia dll
mempengaruhi cadangan oxigen di seluruh dunia.
c. Kerusakan lingkungan saat ini menjangkau batas generasi
hingga mencapai lintas generasi.
Contoh: penciutan sumbardaya hayati saat ini akan
mengurangi kemungkinan digunakan oleh generasi masa
depan. Penyusutan cadangan air dengan turunnya muka air
tanah di pulau Jawa akan merampas hak generasi masa
depan. Eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan
masa kini terutama yang tak terbaharui akan merampas
hak generasi masa datang.
d. Kerusakan lingkungan saat ini bersifat irreversible/tak
terpulihkan. Ini berlaku bagi sumbardaya alam yang tak
terpulihkan dan sumberdaya alam terpulihkan namun
eksploitasinya melampaui batas pemulihan.
Contoh: Untuk yang tak terpulihkan semisal tambang
mineral: emas, batubara, minyak dll. Untuk yang
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 20
terpulihkan namun melampaui batas pemulihan adalah air,
hutan dll.
e. Kerusakan lingkungan tidak hanya terbatas dalam bidang
ekologi yang dapat ditangani secara ilmiah semata namun
merambah ke ranah sosekbudpol. Masa lampau masalah
lingkungan dipandang sebagai problematik sains dan
teknologi. Saat ini kepentingan kelompok politik sangat
mempengaruhi area lingkungan hingga dampak sangat besar
dan sulit dalam solusi.
4. Sebab kerusakan lingkungan (Emil Salim, 1933)
a. Akibat pandangan ilmu ekonomi
• Cara penglihatan ekonomi yang mempengaruhi proses
pembangunan. Pandangan ekonomi klasik maupun neo-
klasik yang dikoreksi oleh Keynesian bersifat jangka
pendek. Dalam waktu pendek perkembangan ekonomi
dianalisis akibatnya semua aspek jangka pendek menjadi
penting namun perubahan jangka panjang terdesak
kebelakang. Akibatnya inflasi tahunan memperoleh
perhatian besar dan sebaliknya analisis konjungtur
jangka panjang terabaikan. Dalam hal ini masalah
kependudukan maupun lingkungan bersifat jangka panjang
dan pengaruh terhadap ekonomi juga jangka panjang.
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 21
Oleh karena itu kependudukan dan lingkungan tak
memperoleh fokus perhatian dalam analisis ekonomi
modern. Dengan pengabaian kependudukan dan lingkungan
dalam analisis ekonomi akan melahirkan cara berfikir
yang mengabaikan peranannya dalam rumusan kebijakan
pembangunan.
• Ilmu ekonomi mengabaikan interaksi dari suatu ekosistem.
Semua produksi pertanian adalah hasil pengolahan tanah.
Semua produksi plywood adalah hasil pengolahan
hutan/kayu. Tanah, hutan dll mempunyai dampak terhadap
kehidupan manusia yaitu penyediaan sumber air dll.
Dengan diabaikannya tanah maupun hutan maka akan
berakhir pula fungsi tanah maupun hutan dan beraskibat
terputusnya rantai sistem ekologi.
• Kegagalan mekanisme pasar untuk berfungsi secara utuh
dalam kaitannya dengan lingkungan. Sesuai hukum alam
bahwa suatu proses akan menhasilkan sisa seperti dalam
proses produksi yang akan mengahsilkan selain produk
juga limbah buangan yang berupa padat, cair maupun gas.
Produk buangan ini tak punya kegunaan secara ekonomi
karena tak masuk dalam mekanisme pasar. Mekanisme
pasar menolak kehadirannya hingga valueless, hingga
produk buangan ini hanya dibuang saja ke alam bebas yang
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 22
sejatinya milik bersama (common resources) seperti
sungai, tanah, udara.
• Ilmu ekonomi cenderung memperhatikan kepentingan
individu dan mengabaikan sumberdaya milik bersama
(common resources). Karena air tanah dan udara
merupakan milik bersama dan ilmu ekonomi memandang
dapat memanfaatkannya sebagai milik sendiri maka lahir
gejala the tragedy of the common atau rusaknya
sumberdaya milik bersama tersebut. Yang terjadi adalah
eksploitasinya gratis dan juga pencemarannya pun juga
gratis hingga dampak ganda yang terjadi.
• Ilmu ekonomi mengabaikan peranan komponen lingkungan
dalam perhitungan Produk Nasional Bruto (Gross National
Product). Dalam suatu perhitungan investasi selalu
diperhitungkan penyusutan dari modal terutama modal
buatan manusia seperti pabrik, mesin dll. Namun bahan
baku tak pernah diperhitungkan nilai penyusutannya dalam
perhitungan BCR maupun IRR dari suatu investasi,
b. Akibat pandangan/wawasan manusia dalam tantangan
kehidupan dan pembangunan.
• Menempatkan manusia terpisah dari ekosistem
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 23
Manusia melihat lingkungan sebagai obyek untuk
dieksploitasi bagi kepentingan manusia semata tanpa acuh
terhadap kehidupan makhluk lain dilingkungannya. Padahal
hakikat lingkungan adalah interdependensi makhluk
termasuk manusia, manusia mempengaruhi dan juga
dipengaruhi oleh lingkungannya. Diabaikannya kenyataann
ini akan melahirkan perilaku manusia yang merusak
lingkungan.
• Kecenderungan manusia bersikap rasional
Kadar rasionalitas ditentukan oleh tingkat informasi yang
lengkap tersedia. Persoalan adalah informasi lingkungan
tidak cukup tersedia, informasi lingkungan melalui
mekanisme pasar tidak lengkap hingga hasil pikiran
rasional juga tak lengkap pula. GIGO
• Teknologi yang mengabaikan lingkungan
Gas rumah kaca saat ini dihasilkan dari teknologi industri,
transportasi dan energi. Sejak peradaban dumulai
lingkungan tak terusik oleh dampak teknologi namun sejak
Revolusi Industri 200 thn yang lalu dan dengan akselerasi
pada 50 tahun terakhir ini karena dampak teknologi.
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 24
• Sifat pendewaan terhadap kehidupan serba materi
Sistem ekonomi maupun system social saat ini tercurahkan
pada keperluan memenuhi kebutuhan materi manusia.
Makin tinggi tingkat ekonomi sosial manusia makin tinggi
tingkat konsumsi materi manusia. Materi yang dikonsumsi
berasal dari lingkungan hingga hakekatnya adalah
pengurasan sumberdaya alam.
• Kecenderungan more is prefered rather than less > ‘homo
serrakus’.
Ilmu ekonomi bertolak dari paradigma bahwa manusia
menghasrati lebih (more). Maka timbul dalil : bagi
pengusaha perlu mengejar laba maksimal. Iklan
meprovokasi manusia untuk membeli walaupaun bukan yang
dibutuhkan. Akibatnya pengurasan lingkungan sebagi
sumber produk makan menjadi dan ditambah buangan
negative yang dicurahkan ke alam.
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 25
C. UPL-UKL Dasar:
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun 2010 Tanggal : 7 Mei 2010 Tentang Format Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL)
Contoh Format:
Format penyusunan UKL-UPL sesuai dengan SK Bupati
Bondowoso Nomor 390 tahun 2005 adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Dasar Hukum
1.3 Tujuan dan kegunaan UKL dan UPL
BAB II. RENCANA USAHA DAN / ATAU KEGIATAN
2.1 Identitas pemrakarsa dan penyusunan UKL dan UPL ;
2.2 Tujuan rencana usaha dan / atau kegiatan
2.3 Tata letak rencana usaha dan / atau kegiatan
2.4 Tahap pelaksanaan usaha dan / atau kegiatan tahap
pra- konstruksi, konstruksi, dan pasca operasi.
(1) Tahap pra-konstruksi / persiapan
(2) Tahap konstruksi
(3) Tahap Operasi
(4) Tahap Pasca Operasi
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 26
2.5 Rencana Penggunaan / Neraca Bahan dan Air.
2.6 Limbah dan Cemaran.
BAB III. INFORMASI LINGKUNGAN
3.1 Fisik Kimia
1) Kualitas udara dan kebisingan
2) Fisiografi
3) Hidrologi
4) Hidrooseanografi
5) Tata Ruang
Inventarisasi tata guna lahan dan sumber daya lainnya dan
kemungkinan potensi pengembangannya di masa datang.
3.2 Biologi
1) Flora
2) Fauna
3.3 Sosial
1) Demografi
2) Ekonomi
3) Budaya
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 27
3.4 Kesehatan Masyarakat
1) Parameter lingkungan yang diperkiran terkena dampak
terhadap kesehatan
2) Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit (angka
kesakitan dan kematian);
3) Kondisi sanitasi lingkungan
BAB IV. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
Uraikan secara singkat dan jelas :
1.Kegiatan yang menjadi sumber dampak terhadap
lingkungan hidup;
2.Jenis dampak lingkungan hidup yang terjadi
3.Ukuran yang menyatakan besaran dampak dan
4.Hal-hal lain yang perlu disampaikan untuk menjelaskan
dampak lingkungan yang akan terjadi terhadap lingkungan
hidup
BAB V. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP.
Uraikan secara singkat dan jelas :
1. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah dan
mengelola dampak termasuk upaya untuk menangani dan
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 28
menanggulangai keadaan darurat;
2. Kegiatan pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui
efektifitas pengelolaan dampak dan ketaatan terhadap
peraturan di bidang lingkungan hidup;
3. Tolok ukur yang digunakan untuk mengukur efektifitas
pengelolaan lingkungan hidup dan ketaatan terhadap
peraturan di bidang lingkungan hidup.
BAB VI. SURAT PERNYATAAN
Pernyataan pemrakarsa untuk melaksanakan UKL dan UPL yang
ditandatangani diatas kertas bermaterai.
LAMPIRAN
Pada bagian ini dilampirkan berbagai keputusan perijinan yang
berkaitan usaha dan / atau kegiatan.
4. Aspek Hukum pelaksanaan UKL-UPL di Kabupaten/KOTA
Instrumen pendukung yang diperlukan dalam pelaksanaan UKL –
UPL, antara lain:
- Pedoman pelaksanaan UKL-UPL
- Kriteria batasan jenis dan besaran usaha/kegiatan wajib UKL-
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 29
UPL
- Pembentukan Tim Pengarah UKL-UPL
Berikut ini inventarisasi terhadap perangkat hukum pendukung
pelaksanaan UKL-UPL di Kabupaten Bondowoso:
Tabel 1 :
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 30
D. DAMPAK PENTING PEMBANGUNAN
Dalam bab ini akan disajikan berbgai dampak yang terjadi
akibat pembangunan dari berbgai macam proyek. Setiap usikan
alam akan menyebabkan ketidak-seimbangan terjadi, Alam
dengan fenomenanya sendiri akan menyesuaikan menuju
keseimbangan baru. Dalam menuju keseimbangan baru ini dapat
saja menimbulkan berbagai dampak akibat dari basis kontrolnya
mengalami perubahan akibat dari pembangunan tersebut.
Berbagai kemungkinan dampak yang timbul dari suatu
pembangunan dapat dilihat sbb:
1. Bendung
Suatu bangunan melintang sungai yang mempunyai dua
fungsi utama adalah menaikkan elevasi muka air sungai pada
lokasi tersebut agar air irigasi yang disadap dapat mencapai
lahan sawah memerlukan saluran pembawa yang pendek.
a. Hulu 1). Banjir > di daerah hilir > tanggul banjir 2). Erosi samping
b. Hilir 1). Erosi pada kaki bendung
• Rumus • Model test
2). Erosi dasar
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 31
Scouring dan erosi dasar/samping
Dalam membangun bendung yang meliputi bendung irigasi, check dam, groundsill dan apapun bangunan yang melintang aliran sungai akan terjadi scouring atau erosi karena olakan air yang jatuh dari elevasi tinggi ke elevasi rendah. Jadi scouring pada hakekatnya terjadi erosi karena adanya tenaga potensial yang terlepas saat terjadi perubahan mendadak dari elevasi aliran.
Sedangkan erosi dasar atau erosi samping di hilir bangunan melintang sungai adalah akibat keseimbangan sediment transpor terganggu.
2. Bendungan
Yang dimaksud bendungan adalah bangunan melintang
sungai guna menciptakan genangan berupa waduk atau reservoir
air untuk dimanfaatkan airnya.
a. Hulu > longsoran tebing b. Hilir > erosi dasar c. Sosial budaya > bedol desa d. Biotis > biodiversitas
3. Sabodam (checkdam)
Fungsi dari sabodam atau juga sering disebut checkdam
adalah bangunan melintang sungai seperti bendung dengan
fungsi untuk menahan debris flow dari hulu agar tidak
menimbun dataran disebelah hilir.
Dampak: Erosi dasar
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 32
4. Saluran drainase
Yang dimaksud saluran drainasi adalah pembanguanan
suatu selokan untuk membuang air agar tidak terjadi genangan.
a. Memperkecil resapan air b. Banjir di hilir
5. Tanggul banjir
Tanggul adalah bangunan timbunan tanah yang
dimaksudkan untuk melindungi suatu kawasan dari genangan air
akibat meluapnya sungai.
a. Hulu > positif
b. Hilir > banjir
c. Daerah genangan > diluar tanggul
d. Resiko luapan
5. Sudetan (Short cut)
Yang dimaksud dengan sudetan adalah memotong kali pada
meandering yang berakibat panjang kali akan mengecil.
a. Hulu >pstif
b. Pada sudetan > erosi
c. Hilir > banjir
d. Bekas sungai > sengketa tataguna lahan
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 33
7. Jembatan
a. Erosi dasar (scouring) b. Erosi samping (A – maka V +)
8. Kaptering
Yang dimaksud dengan kaptering adalah bangunan penaNgkap air pada mata air.
a. Debit pengambilan tidak lebih besar b. Debit pengambilan tidak lebih kecil
9. Eksploitasi air tanah
Yang dimaksud dengan eksploitasi air tanah adalah pemompaan yang menyedot air tanah untuk keperluan tertentu.
a. Intrusi air laut
b. Amblesan
c. Muka air tanah turun
d. Tampungan air tanah mengecil
e. Konsentrasi pencemaran 10. Dermaga
Dermaga pada umumnya dibuat agar kapal dapat merapat
dipantai hingga lalu lintas manusia maupun barang dari
darat ke kapal atau sebaliknya dapat dengan mudah
dilaksanakan.
a. Offshore current b. Longshore current
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 34
11. Reklamasi pantai
Dengan makin mahalnya harga lahan diperkotaan maka
banyak dilirik daerah laut dipinggir pantai untuk
dimanfaatkan dengan solusi teknik reklamasi.
a. Banjir di hulu
b. Erosi/Abrasi
Keuntungan financial: 2 jt/m2 12. Pusat Pembangkit Tenaga
Pembangunan PLTN maupun PLTU kan selalu menggunakan
air sebagai pendingin kondensornya selain bahan baker yang
digunakan berdampak penting pada PLTN.
a. Polusi • Sisa pembakaran • Cerobong • Radiasi
b. Biota air
c. Sisa pembakaran/fly ash
13. Jalan (Tol) a. Polusi b. Masalah social
14. Industri a. Hujan asam b. Debu c. Polusi.
15. Hotel • Air • Limbah
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 35
16. Rumah sakit
• limbah BBB • Limbah radio aktif • Limbah infectious
17. Real estate
a. Penutupan infiltrasi b. Kebutuhan air dan polutan c. Banjir
18. Kampus
a. Penutupan infiltrasi b. Banjir c. Pertumbuhan yang tidak terencana
19. Mall atau hypermarket
a. Transportasi b. Pasar tradisional tumbang
20. Lapangan golf a. Berkurangnya infiltrasi b. Polusi c. Air untuk pemeliharaan
21. Bandar Udara
a. Berkurangnya infiltrasi b. Banjir di hilir c. Kebisingan
22. Pelabuhan
a. Perubahan garis pantai b. Sosial
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 36
23. Pertambangan Terbuka didarat a. Berkurangnya daerah resapan b. Sedimentasi c. Perubahan bentang lahan d. Polusi.
24. Pertambangan terbuka di perairan
a. Polusi air b. Abrasi/sedimentasi c. Biota
25. Pembukaan HPH
a. Hidro orologis b. Biodiversitas
26. Quarry
a. Aliran air permukaan b. Infiltrasi c. Erosi
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 37
E. KOMPUTASI
1. Cerobong Asap
a. Konsentrasi debu
Untuk menyebarkan debu dari sisa pembakaran dipergunakan cerobong asap. Pembakaran ini terutama yang menggunakan bahan baku batu bara seperti pada PLTU, pabrik semen dll. Semua tulisan ini disarikan dari Peavy et all (1985).
Dengan cerobong asap maka butiran akan terdispersi dan menyebar hingga jarak tertentu masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 260 μm. Dalam hal ini akan dikaji diameter butiran sisa pembakaran yang keluar dari ujung cerobong asap fungsi jarak, dengan asumsi bahwa dengan butiran tertentu dibawah baku mutu masih jatuh diwilayah pabrik dan tidak mengganggu permukiman penduduk. 1). Menurut Taylor-Gauss:
×
×−−=
22/
2
100exp00, zUXsV
HzyU
QXC σσσ
Dengan: C(X,0,0) : konsentrasi debu pada jarak X ( mg/m3) Q : debit debu dari sumber (mg/s) H : tinggi efektif cerobong (m) Vs : terminal settling velocity (cm/s) U : kecepatan angin (m/s) X : jarak dari sumber (m) σy : deviasi horizontal (m) σz : deviasi vertical (m)
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 38
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 39
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 40
CONTOH 1: Pabrik Semen Gresik Q = 0,05 % x 500.000 t/th = 7900 mg/s U = 4 m/s H = 50 m Vs = 4 cm/s Berapa Konsentrasi C pada jarak 1000 m searah angin? Taylor-Gauss:
×
×−−=
22/
2
100exp00, zUXsV
HzyU
QXC σσσ
Grafik: X = 1000 m ⇒ σy = 37 ; σz = 13,50, maka:
C(1000,0,0) = 3,448 mg/m3 > 0,260 mg/m3
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 41
CONTOH 2: Hitung C(X,0,0) pada jarak 500 m, 1000 m, 2000 m, dengan data sbb:
Q = 6416 mg/s U = 2 m/s (Beaufort) H = 70 m Vs = 4 cm/s diameter > 70 μm
a) Konsentrasi (C) pada jarak 500 m
Grafik: X = 500 m ⇒ σy = 50 ; σz = 40
( )
−−= 22
)0,0,500( 40.2/2.100500.470exp40.50.2
6416C
Maka C(500) = 0,525 mg/m3 b) Konsentrasi (C) pada jarak 1000 m
Grafik: X = 1000 m ⇒ σy = 85 ; σz = 70 Maka C(1500) = 0,405 mg/m3 c). Konsentrasi (C) pada jarak 2000 m
Grafik: X = 2000 m ⇒σy = 170 ; σz = 130
Maka C(2000) = 0,140 mg/m3
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 42
2). Menurut Pasquille-Gifford-Gauss:
( )
−−=
2
21exp
2
21exp, y
Yz
HzyU
QyxC σσσσπ
C(X,Y) : Konsentrai debu pada jarak X ( g/m3) Q : debit emisi polutan (g/s) H : tinggi efectif cerobong (m) U : kecepatan angin (m/s) X : jarak dari sumber (m) Y : jarak dari garis searah angin (m) σy : deviasi horizontal (m) σz : deviasi vertical (m)
Bila receptor searah angin atau Y = 0 maka formula menjadi:
( )
−=
2
21exp, z
HzyU
QyxC σσσπ
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 43
CONTOH 3:
Pusat pembangkit membakar 5,45 t/j batubara, H = 75 m, Batubara mengandung 4,2 % sulfur, kecepatan angin 6 m/s, keadaan atmosphere tipe C Berapa emisi, jarak terjauh dan konsentrasinya?
1) Emisi Q utk SO2 Q = 5,45.103 kg/j x 0,042 = 229 kg/j Sulphur S + O2 = SO2 Massa molekul keduanya S & O adalah 32, kombinasinya satu-satu maka: 229 kg S + 229 kg O2 = 458 kg SO2/j Maka Q = 458 kg SO2/j x 1000/3600 = 127 g/s
2) Jarak max konsentrasi Keadaan atmosphere tipe C ⇒ Grafik 8-10 & 8-11: σz/σy ⇒ konstan pada X = 1000 m dan σz/σy = 0,62 σz = 0,62 . H = 0,62 x 75 = 46,50 m Grafik 8-11: Xmax = 650 m
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 44
3) Konsentrasi pada Xmax Grafik 8-10: X = 650 m ⇒ σy = 75
×−
×××=
2
650 5,4675
21exp
755,466127
πC
C650 = 526 μg/m3
4) Konsentrasi pada jarak 3000 m Grafik 8-10: σz = 170 m, σ = 280 m Konsentrasinya C3000 :
= 1,28 10-4 g/m3 = 128 μg/m3
5) Konsentrasi pada Y = 400 m, X = 3000 m
= 4,49 10-5 g/m3 = 44,9 μg/m3
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 45
b. Jarak dari Cerobong (Sunyoto, 1988)
Dalam hal ini akan dikaji jarak dari cerobong asap fungsi
diameter debu yang telah terdispersi. Dengan demikian dapat
direncanakan jarak permukiman yang terhindar dari
pencemaran debu diatas diameter butir diatas amabang batas
dan menurut Sunyoto berdasar Taylor-Gauss:
−×=
50.02ln100
)0,0,( zyUCQ
zHsV
UXx σσσ
CONTOH 1: Q = 0,05 % x 500.000 t/th = 7900 mg/s U = 4 m/s H = 50 m Vs = 4 cm/s Pada jarak searah angin berapa C = 0,26 mg/m3 Misal X = 3.000 m, maka: Grafik: σy = 165 ; σz = 40
X = 2.880 m
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 46
Dengan X = 2.880 m ⇒ Grafik : σy = 164 ; σz = 40 X = 2.880 m ⇒ Grafik : σy = 163 ; σz = 40 dan selanjutnya maka: X = 2.800 m CONTOH 2: Q = 6416 mg/s U = 2 m/s (Beaufort) H = 70 m Vs = 4 cm/s diameter > 70 μ Berapa jarak X utk C = 0,260 mg/m3 (baku mutu) Misal X = m Grafik: σy = 124 ; σz = 95
X = 1610 m
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 47
c. Tinggi Cerobong (Sunyoto, 1988) Tinggi cerobong dapat dihitung dengan persamaan yang
diturunkan oleh Sunyoto berdasar Taylor-Gauss sbb:
50.02
)0,0,(ln100
+×
=zyUxC
QzU
XsVH σσσ
CONTOH:
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 48
d. Tinggi Efectif Cerobong (H). H = h + ∆h H = Tinggi cerobong efectif h = tinggi cerobong riil ∆h = kenaikan asap keatas 1). Menurut Holland’s Equation
∆×−×+=∆ TsTpd
UdsVh 31086.250.1
2). Menurut Bryant
∆+×=∆ TsT
UsVdh 1
40.1
Dengan: Vs = Kecepatan gas dari cerobong (m) d = Diameter dalam cerobong (m) U = Kecepatan angin (m/s) P = Tekanan atmosphere (millibars) ∆T = Selisih Temp. gas dengan Temp. udara (K) Ts = Temperatur gas dari cerobong (K)
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 49
CONTOH: Cerobong dengan keadaan:
H = 203 m Diameter dalam = 1,07 m U = 3,56 m/s, Temperatur udara = 13o C Tekanan atmosphere = 1000 millibars Vs = 9,14 m/s Temperatur gas di cerobong = 149o C.
Ta = 273 + 13 = 286 K Ts = 273 + 149 = 422 K ∆T = 422 – 286 = 136 K
= 6,60 m Maka Tinggi efectif cerobong H: H = 203 + 6,60 = 209,60 m
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 50
e. Terminal Settling (Vs)
218 pdapg
sV µρρ
−
=
Dengan: Vs = Terminal settling velocity (m/s) g = garvitasi (m/s2) ρp = densitas partikel (kg/m3)
ρa = densitas udara (abaut 1,2 kg/m3)
dp = diameter partikel (m) μ = viskositas udara kg/m/s (μ = 1,85.10-5 kg/m/s pada T = 27o C) CONTOH: Diameter partikel 50 μm, densitas partikel 2,2 kg/m3
Vs = 7,357.10-5 m/s
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 51
f. Penurunan Formula
1). Jarak dari Cerobong
Sunyoto (1988) membangun formula utk menghitung jarak fungsi konsentrasi berdasar Taylor-Gauss:
a = bc ⇒ 1/a = b-c ; x = ey ⇒ 1/x = e-y exp c = ec
Maka:
Misal:
a = exp b ⇒ ln a = b
a ln b = ln ba
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 52
Maka:
b). Tinggi Cerobong
Sama dengan penurunan persamaan diatas sbb:
Maka:
Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Ilmu Lingkungan Dalam Konteks Ketekniksipilan Page 53
Daftar Pustaka
Anonimous. 2001. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 Tentang : Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup)
Anonimous. 2005. Surat Keputusan Bupati Bondowoso Nomor 390 tahun 2005 Tentang Format Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pementauan Lingkungan.
Anonimous. 2009. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
Anonimous. 2010. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun 2010 Tanggal : 7 Mei 2010 Tentang Format Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL)
Hardjasoemantri Koesnadi. 2001. Hukum Tata Lingkungan, Edisi ketujuh, Cetakan ketujuh belas, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Nugroho, Alois Agus. 1986. Mencari Dasar Etika Lingkungan, Lingkungan dan Pembangunan, Jurnal Universitas Indonesia 6(1 – 4), 1986: 67 – 72.
Peavy H.S., Rowe D.R., Tchobanoglous G. 1985. Water resources and Environmental engineering, McGraw Hill.
Salim, E. 1992. Kesinambungan Dengan Pembaruan, Dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Analisis CSIS, Tahun XXI, Jakarta, No 6, Nop-Des 1992.
Soemarwoto, Otto. 2001. Atur Diri Sendiri, Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soemarwoto, Otto. 2004. Agenda 21, Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sunjoto, S. 1994a. Pembangunan Lingkungan Hidup di Indonesia Pada Abad Mendatang, Pidato Ilmiah Dalam Rangka Dies Natalis XXII IST ‘Akprind’ Yogyakarta Mei 1994.
Sunjoto. 2990. Pembangunan Sumberdaya Air Dalam Konteks Hamemayu Hayuning Bawono, Pidato Pengukuhan pada Fakultas Teknik- UGM Edisi Saintifik, Yogyakarta 2009.