lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v motto dan persembahan “hasbunallah...

341
i MUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SENI GAMELAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH DASAR NEGERI KALISEGORO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh DIAN ERVIANA 1102414062 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2018

Upload: others

Post on 27-Sep-2019

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

i

MUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM PEMBELAJARAN SENI GAMELAN

MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI

SEKOLAH DASAR NEGERI KALISEGORO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

DIAN ERVIANA

1102414062

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018

Page 2: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

ii

Page 3: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

iii

Page 4: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

iv

Page 5: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir”

Artinya:

“Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami, dan Allah adalah sebaik-baik

pelindung”

(Ali-Imron: 173)

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ayah, Ibu, Adik dan Keluarga Besar yang senantiasa

mendampingi, memotivasi serta mendoakan kebaikan

demi kebaikan.

2. Kawan-kawan saya semuanya yang senantiasa memberi

motivasi dan tak jemu-jemunya mendampingi.

3. Semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan

skripsi yaitu pengurus Sanggar Aji Laras dan Sanggar

Mardi Budoyo Sidahayu, serta pihak dari SDN

Kalisegoro.

4. Almamater saya Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, dan Universitas

Negeri Semarang.

Page 6: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

vi

ABSTRAK

Erviana, Dian. 2018. Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam

Pembelajaran Seni Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar

Negeri Kalisegoro. Skripsi. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs.

Budiyono, MS.

Kata kunci: Pendidikan Karakter, Seni Gamelan, Kegiatan Ekstrakurikuler.

Permasalahan karakter menyangkut ketidakdisiplinan siswa dalam budaya di

sekolah seperti bertindak menyepelekan, tidak mengerjakan pekerjaan rumah,

tidak hormat pada saat upacara bendera, serta tidak bergegas pada saat bel jam

masuk kelas memperlihatkan kecenderungan karakter siswa yang tidak baik.

Dalam menanggulanginya Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro berupaya

menerapkan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Namun, dalam

pelaksanaannya di lapangan PPK masih pada tahap awal merintis. Sekolah

dasarnya telah menonjolkan budaya sekolah berbasis kesenian jawa contoh saja

pembelajaran seni gamelan. Penerapan budaya kesenian jawa tidak dibarengi

dengan peningkatan pengetahuan sekolah akan fungsi dalam pembangunan

karakter siswa. Contoh, pada penerapan seni gamelan fokus sekolah hanya

berkutat pada peningkata ketrampilan, padahal sejatinya pembelajaran seni

gamelan memiliki makna filosofis lain dalam penanaman nilai karakter bagi

siswa. Demikian, penelitian untuk mengetahui muatan nilai – nilai pendidikan

karakter yang termuat dalam pembelajaran seni gamelan penting dilakukan untuk

menjawab tantangan dari permasalahan karakter yang ada. Penelitian ini

merupakan penelitian baru dan belum pernah dilaksanakan sebelumnya.

Penelitian dilakukan melihat dari kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup,

dan evaluasi, dan dianalisis muatan nilai – nilai pendidikan karakter yang

terkandung didalamnya, nilai pendidikan karakter yang dimaksud adalah nilai

pendidikan karakter dalam program PPK. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik purpose sampling dan snowball sampling sehingga terdapat

informan utama dan informan pendukung. Teknik pengumpulan data meliputi

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan

konsep Miles and Huberman yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan

pengambilan keputusan. Hasil penelitian menunjukan terdapat lima belas muatan

nilai – nilai pendidikan karakter yang muncul dalam pembelajaran seni gamelan

yaitu nilai religius, nilai jujur, nilai toleransi, nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai

kreatif, nilai mandiri, nilai rasa ingin tahu, nilai cinta tanah air, nilai

bersahabat/komunikatif, nilai gemar membaca, nilai peduli lingkungan, nilai

peduli sosial, nilai tanggung jawab, nilai gotong royong. Adapun saran yang

diberikan bagi pihak sekolah adalah agar menjadi wadah yang baik untuk

pengembangan dan estafet budaya seni gamelan jawa bagi generasi mendatang.

Bagi pelatih adalah agar bisa terus mengupayakan pembelajaran yang baik,

sehingga muncul bibit-bibit pembelajar yang mampu estafet seni budaya bagi

generasi-generasi mendatang. Manfaat penelitian ini adalah sebagai pemahaman

baru dalam dunia pendidikan serta dapat dilanjutkan pada penelitian – penelitian

berikutnya.

Page 7: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

vii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Muatan Nilai-Nilai Pendidikan

Karakter dalam Pembelajaran Seni Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di

Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro dalam rangka memenuhi syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai

pihak. Oleh karena itu penulis sampaikan banyak terimakasih. Semoga Allah Swt

memberikan balasan yang setimpal kepada:

1. Kedua orang tua peneliti yaitu Bapak Mulyono, Ibu Yarotin, Adik saya

Denis Prasetyo beserta keluarga Besar Almarhum Rasali yang senantiasa

memberikan motivasi dan doa – doa baik.

2. Ketua Jurusan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang Drs. Sugeng Purwanto,

M.Pd, yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi.

3. Dosen Pembimbing Drs. Budiyono, MS, yang senantiasa memberikan

refleksi pengetahuan, dorongan dan motivasi untuk menuntaskan skripsi.

4. Kepala Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro ST Hartono, S.Pd beserta

jajarannya, yang telah menerima baik peneliti untuk belajar lebih banyak

di tempat penelitian. Serta motivasi dan doa doa yang selalu diberikan

kepada peneliti.

Page 8: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

viii

5. Siswa-siswi dari SDN Kalisegoro, terkhusus yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler seni gamelan, karena telah menerima baik peneliti untuk

mengikuti segala kegiatan, dan menuntaskan penelitian dengan baik.

6. Pelatih Wisnu Aji Wicaksono sekeluarga, dan pelatih Wahyu Hastanto

sekeluarga, serta pengurus Sanggar Ajilaras dan Sanggar Mardi Budoyo

Sidahayu yang telah bersedia direpoti selama penelitian, dan telah berbagi

ilmu serta pengetahuan tentang seni gamelan.

7. Semua kawan – kawan terkasih saya di tanah kelahiran Kabupaten Batang

yang baik dan simpatik.

8. Keluarga besar Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BP2M) Unnes

yang senantiasa memberikan dukungan kepada saya.

9. Kawan-kawan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang setia

membersamai sampai detik ini.

10. Semua pihak yang membantu, dimana tidak dapat saya sebutkan satu

persatu.

Semoga apa yang telah diberikan anda semua kepada peneliti, Tuhan

kembalikan kepada kalian dengan sebaik-sebaiknya. Peneliti berharap skripsi

ini mampu bermanfaat untuk kedepannya. Terimakasih atas segalanya. Salam!

Semarang,

Dian Erviana

Page 9: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN COVER

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v

ABSTRAK .................................................................................................. vi

PRAKATA .................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Fokus Masalah .............................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

1.5 Penegasan Istilah ........................................................................... 7

BAB II KERANGKA TEORITIK

2.1 Kerangka Teorik ........................................................................... 10

2.1.1 Pendidikan sebagai Transformasi Nilai.................................... 10

2.1.2 Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar..................................... 12

2.1.3 Pembelajaran Seni Gamelan..................................................... 33

Page 10: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

x

2.1.4 Kegiatan Ekstrakurikuler.......................................................... 54

2.1.5 Musik dalam Perspektif Pendidikan ......................................... 61

2.2 Penelitian yang Relevan ................................................................ 62

2.3 Kerangka Berpikir ......................................................................... 65

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .......................................................................... 68

3.2 Masalah Penelitian ........................................................................ 73

3.3 Data dan Sumber Penelitian .......................................................... 74

3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 77

3.5 Teknik Analisis Data..................................................................... 80

3.6 Teknik Keabsahan Data ................................................................ 84

BAB IV SETTING PENELITIAN

4.1 Keadaan SDN Kalisegoro ............................................................. 89

4.2 Keadaan Sanggar Mardi Budoyo Sidahayu .................................. 94

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 96

5.1.1 Nilai Religius ......................................................................... 98

5.1.2 Nilai Jujur .............................................................................. 99

5.1.3 Nilai Toleransi ....................................................................... 91

5.1.4 Nilai Disiplin .......................................................................... 104

5.1.5 Nilai Kerja Keras ................................................................... 109

5.1.6 Nilai Kreatif ........................................................................... 112

5.1.7 Nilai Mandiri .......................................................................... 112

5.1.8 Nilai Rasa Ingin Tahu ............................................................ 114

Page 11: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

xi

5.1.9 Nilai Cinta Tanah Air ............................................................ 117

5.1.10 Nilai Bersahabat/Komunikatif ............................................... 121

5.1.11 Nilai Gemar Membaca ........................................................... 124

5.1.12 Nilai Peduli Lingkungan ........................................................ 125

5.1.13 Nilai Peduli Sosial ................................................................. 126

5.1.14 Nilai Tanggung Jawab ........................................................... 126

5.1.15 Nilai Gotong Royong ............................................................. 128

5.2 Pembahasan................................................................................... 131

5.2.1 Nilai Religius ......................................................................... 138

5.2.2 Nilai Jujur .............................................................................. 139

5.2.3 Nilai Toleransi ....................................................................... 140

5.2.4 Nilai Disiplin .......................................................................... 142

5.2.5 Nilai Kerja Keras ................................................................... 143

5.2.6 Nilai Kreatif ........................................................................... 144

5.2.7 Nilai Mandiri .......................................................................... 145

5.2.8 Nilai Rasa Ingin Tahu ............................................................ 146

5.2.9 Nilai Cinta Tanah Air ............................................................ 149

5.2.10 Nilai Bersahabat/Komunikatif ............................................... 149

5.2.11 Nilai Gemar Membaca ........................................................... 151

5.2.12 Nilai Peduli Lingkungan ........................................................ 152

5.2.13 Nilai Peduli Sosial ................................................................. 153

5.2.14 Nilai Tanggung Jawab ........................................................... 15

5.2.15 Nilai Gotong Royong ............................................................. 155

Page 12: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

xii

BAB VI PENUTUP

6.1 Simpulan ....................................................................................... 156

6.2 Saran ............................................................................................. 156

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 157

LAMPIRAN ................................................................................................ 163

Page 13: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir ....................................................... 67

Gambar 3.1.Alur Penelitian......................................................................... 72

Gambar 4.1. SDN Kalisegoro Tampak Depan ............................................ 163

Gambar 4.2. Sanggar Mardi Budoyo Sidahayu .......................................... 163

Gambar 4.3. Visi, Misi, Tujuan Sekolah di SDN........................................ 164

Gambar 4.4. Ruang Kepala Sekolah ........................................................... 164

Gambar 4.5. Ruang Guru ............................................................................ 165

Gambar 4.6. Ruang Kelas ........................................................................... 165

Gambar 4.7. Perpustakaan........................................................................... 165

Gambar 4.8. Lapangan ................................................................................ 166

Gambar 4.9. Tempat Ibadah ........................................................................ 166

Gambar 4.10. Kamar Mandi ....................................................................... 166

Gambar 4.11. Komposting .......................................................................... 167

Gambar 4.12. Kantin ................................................................................... 167

Gambar 4.13. Gazebo .................................................................................. 167

Gambar 4.14. Bonang Barung ..................................................................... 168

Gambar 4.15. Bonang Penerus .................................................................... 168

Gambar 4.16. Slenthem ............................................................................... 168

Gambar 4.17. Kethuk .................................................................................. 169

Gambar 4.18. Kempul, Gong ...................................................................... 169

Gambar 4.19. Demung ................................................................................ 169

Page 14: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

xiv

Gambar 4.20. Saron..................................................................................... 170

Gambar 4.21. Peking ................................................................................... 170

Gambar 4.22. Kenong ................................................................................. 170

Gambar 5.1.1 Sepatu Ditata Rapi di Sanggar ............................................. 171

Gambar 5.1.2 Makan Sebelum Pembelajaran ............................................. 171

Gambar 5.1.3 Saling Mengajari Sebelum Pembelajaran ............................ 172

Gambar 5.1.4 Pelatih Wahyu Hastanto ....................................................... 172

Gambar 5.1.5 Siswa Bermain Bonang ........................................................ 172

Gambar 5.1.6 Siswa Bermain Demung ....................................................... 173

Gambar 5.1.7 Siswa Bermain Kempul Gong .............................................. 173

Gambar 5.1.8 Siswa Bermain Kethuk ......................................................... 174

Gambar 5.1.9 Pelatih Wahyu Hastanto Memberi Contoh .......................... 174

Gambar 5.1.10 Bermain Gamelan Penuh dengan Pelatih .......................... 175

Wisnu Aji Wicakson

Page 15: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Dokumentasi Foto Hasil Penelitian ......................................... 163

Lampiran 2. Definisi Operasional Fokus Penelitian ................................... 176

Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Wawancara ............................................. 182

Lampiran 4. Instrumen Penelitian Pedoman Observasi dan Dok ............... 194

Lampiran 5. Kode Teknik Pengumpulan data dan Informan ...................... 199

Lampiran 6. Instrumen Wawancara Kepala Sekolah .................................. 201

Lampiran 7. Instrumen Wawancara Pelatih ................................................ 206

Lampiran 8. Instrumen Wawancara Peserta Didik ..................................... 213

Lampiran 9. Lembar Catatan Lapangan ...................................................... 216

Lampiran 10. Frekwensi Observasi............................................................. 220

Lampiran 11. Hasil Observasi dan Dokumentasi ........................................ 237

Lampiran 12. Hasil Catatan Lapangan ........................................................ 247

Lampiran 13. Frekwensi Wawancara .......................................................... 251

Lampiran 14. Transkip Wawancara dengan Kepala Sekolah ..................... 254

Lampiran 15. Transkip Wawancara dengan Pelatih ................................... 262

Lampiran 16. Transkip Wawancara dengan Peserta Didik ......................... 281

Lampiran 17. Instrumen Verifikasi Data Penelitian ................................... 295

Lampiran 18. Transkip Wawancara Verifikasi Data Penelitian .................. 304

Lampiran 19. Lembar Analisis Triangulasi (Wawancara, Observasi, dan

Dokumentasi) ..............................................................................................

.....................................................................................................................

322

Page 16: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

xvi

Lampiran 20. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Semarang 318

Lampiran 21. Surat Izin Penelitian dari UPTD Pend. Kec.Gunungpati...... 319

Lampiran 22. SK Penetapan Dosen Pembimbing ....................................... 320

Lampiran 23. Surat telah Melaksanakan Penelitian .................................... 321

Page 17: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Permasalahan karakter yang muncul di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kalisegoro

terlihat pada ketidakdisiplinan siswa. Hal itu dijelaskan oleh Hartono selaku

kepala sekolah SDN Kalisegoro, Hartono menjelaskan bahwa contoh tindakannya

adalah siswa cenderung menyepelekan, seperti tidak bergegas ketika jam masuk

kelas sudah berbunyi.

Rasa hormat siswa pun dirasa masih rendah, contoh saja ketika

dilaksanakan pengibaran dan penurunan bendera merah putih siswa kurang peka

untuk melakukan penghormatan kepada bendera. Hal lain dalam pembelajaran

kelas, siswa di dalam kelas ribut sendiri, kemudian sebagian dari mereka tidak

mengerjakan pekerjaan rumah. Adapun penghormatan kepada orang tua/guru

masih minim. Jika ada tamu datang siswa tidak menyapa atau sekadar mencium

tangan. Kepala sekolah mengakui bahwa karakter yang diharapkan sekolah pada

siswa masih jauh dari harapan. Namun, sekolah menyadari dan akan terus

mengupayakan perbaikan-perbaikan kedepannya.

Ihwal program penguatan pendidikan karakter yang dicanangkan

pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

yaitu Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Sebuah gerakan pendidikan

di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik),

olah rasa (estetika), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan

Page 18: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

2

dukungan perlibatan publik dan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan

masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental

(GNRM). Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kalisegoro mengaku belum

melaksanakannya dan masih pada tahap belajar dengan sekolah rujukan.

Di daerah Gunungpati yang telah melaksanakan PPK adalah SDN

Pakintelan 1, SDN Sekaran 1, SDN Jatirejo, SDN Sukorejo, SDN Sukorejo 2,

SDN Gunungpati. Sekolah-sekolah yang telah melaksanakan PPK sudah

mendapatkan bimbingan teknis dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

(LPMP) Semarang. Kemudian proses belajar yang dilakukan SDN Kalisegoro

dalam menerapkan PPK dengan cara mengirimkan perwakilan dua guru untuk

datang ke sekolah rujukan dan melihat secara langsung praktik dari Program PPK

yang dilaksanakan. Sampai detik ini sekolah baru mengirimkan dua guru ke SDN

Pakintelan 1, sekolah berharap hal ini mampu menjadi embrio untuk

pengembangkan progaram PPK kedepannya.

SDN Kalisegoro pada dasarnya mengedepankan pelestarian budaya jawa

dalam kultur di sekolahnya. Hal ini terlihat dari kebiasaan sekolah menggunakan

bahasa Jawa setiap hari Kamis, di mana aturan ini dilaksanakan oleh pendidik dan

peserta didik. Kemudian adanya ekstrakurikuler yang menjurus pada budaya jawa

seperti karawitan. Ekstrakurikuler karawitan disini dimulai sejak tahun 2017.

Ekstrakurikuler seni gamelan merupakan ekstrakurikuler pilihan untuk

siswa. Diikuti oleh siswa kelas tiga sampai kelas enam, dengan angota sebanyak

27 anak tercatat hingga saat ini. Waktu pelakasanaannya setiap hari sabtu pukul

09:00 WIB sampai pukul 11:00 WIB. Kegiatan pembelajaran seni gamelan di

dukung oleh masyarakat desa Kalisegoro yang telah memiliki dua sanggar yaitu

Page 19: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

3

sangar Ajilaras dan sanggar Mardhi Budoyo Sidohayu. Sehingga, sekolah tidak

kebingunan mengenai sarana dan prasarana karena sudah tercukupi oleh dua

sanggar Ajilaras dan sanggar Mardhi Budoyo Sidohayu. Mengingat sampai

sekarang sekolah belum memiliki sarana dan prasarana gamelan jawa sendiri

untuk pembelajaran, kemudian pihak pemerintah daerah pun belum ada itikad

untuk memberikan bantuan sarana dan prasarana gamelan ke SDN Kalisegoro.

Awal pembentukan ekstrakurikuler seni gamelan hanya sebatas macapat,

namun lambat laun mulai merambah ke permainan instrumen gamelan.

Ekstrakurikuler seni gamelan masih pada tahap penyempurnaan, di mana

pembelajaran masih dilakukan hanya berkutat pada permainan instrumen gamelan

Jawa, karena vocal dalam karawitan belum bisa dioptimalkan sehingga

pembelajaran masih difokuskan pada permainan instrumen gamelan dulu.

Hartono, selaku kepala sekolah menjelaskan bahwa tujuan diadakannya

ekstrakurikuler berbasis budaya jawa agar siswa mampu ndamel, sehingga lulusan

sekolah mampu mengenal tradisi jawa dengan baik. Melihat hal itu sekolah

cenderung meyakini bahwa pembelajaran seni gamelan dilakukan untuk

menambah ketrampilan dan mencintai budaya semata. Padahal selain itu terdapat

makna-makna filosofis yang muncul dalam pembelajaran seni gamelan.

Pada jurnal pendidikan dan kajian seni menjelaskan bahwasannya nilai-

nilai karakter yang diajarkan dalam seni gamelan adapun rasa hormat dan

tanggung jawab. (Jurnal pendidikan dan kajian seni, Vol 1,No 2, 2016). Kemudian

pada penelitian mengenai gamelan sunda menjewantahkan bahwasannya gamelan

dalam pendidikan karakter mampu melatih kepekaan psikis, melalui matra etika

dan estetika. Tidak hanya itu pembelajaran gamelan mengarah kepada

Page 20: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

4

pembelajaran cooperative learning yang menghasilkan kebersamaan bagi

pemainnya, seperti memiliki peran, menghargai perbedaan, memiliki kepekaan,

kerjasama, dan ada pemimpin. (Afriyanto, 2013).

Santoso (2010: 1) mengungkapkan mengenai salah satu kesenian di

Indonesia adalah gamelan. “Gamelan merupakan hasil olah budi manusia untuk

mengungkapkan rasa estetika atau rasa mencurahkan keindahan”. Khususnya seni

Gamelan Jawa mengandung nilai-nilai histori dan filosofis Bangsa Indonesia

khususnya bagi masyarakat jawa dan gamelan jawa juga mempunyai fungsi

estetika yang berkaitan dengan nilai– nilai sosial, moral dan spiritual. (W, 2013).

Dikuatakan dengan pendapat Trimanto (1984) dalam Purwadi (2006: 4)

menjelaskan mengenai kesinambungan antara gamelan dan pendidikan, “Gamelan

dapat digunakan mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa

berkecimpung di dunia karawitan rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus,

tingkah laku sopan, semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-

gendhing”.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sekolah belum mengoptimalkan fungsi

dari pembelajaran seni gamelan. Sekolah masih berkutat pada fungsi sarana sosial,

hiburan, dan ketrampilan. Padahal terdapat fungsi lain dalam permainan seni

gemelan yaitu pembelajaran seni gamelan mampu mengajarkan nilai-nilai

pendidikan karakter bagi siswa. Hal ini tentu mampu membantu sekolah untuk

menunjang penerapan penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah

melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Demikian, penelitian untuk mengetahui muatan nilai – nilai pendidikan

karakter yang termuat dalam pembelajaran seni gamelan, penting dilakukan

Page 21: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

5

karena untuk menjawab tantangan dari permasalahan karakter yang ada. untuk

meneliti lebih lanjut mengenai muatan nilai-nilai pendidikan karakter apa saja

yang terkandung dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro. Peneliti tertarik mengkaji

nilai – nilai pendidikan karakter dalam program pemerintah Penguatan Pendidikan

Karakter (PPK) yang muncul dalam pembelajaran seni gamelan di SDN

Kalisegoro, hal ini peneliti lakukan sebagai wujud dukungan dari program

pemerintah yang dikhusushkan untuk penguatan karakter di Sekolah yaitu

Program Penguatan Karakter (PPK)

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti memfokuskan penelitian pada

permasalahan yang akan dibahas yaitu muatan nilai-nilai pendidikan karakter apa

saja yang terkandung dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai fokus masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa

saja muatan nilai-nilai pendidikan karakter pada pembelajaran seni gamelan

melalui kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri Kalisegoro sebagai upaya

penguatan pendidikan karakter di sekolah.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

Page 22: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

6

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis penelitian ini tentu mampu memberikan gambaran serta

pemahaman baru dan lebih dari penelitian-penelitian sebelumnya, bahwasannya

terdapat muatan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di SDN Kalisegoro sebagai upaya

penguatan pendidikan karakter di sekolah.

2. Manfaat Praktis

2.1 Bagi Peneliti

Adanya penelitian ini memiliki manfaat bagi peneliti sebagai syarat menyandang

gelar sarjana sebagai tugas akhir karya penulisan ilmiah/skripsi. Disisi lain juga

memberikan pemahaman baru dan lebih kepada peneliti mengenai muatan nilai-

nilai pendikan karakter pada pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di SDN Kalisegoro sebagai upaya penguatan pendidikan karakter.

2.2 Bagi Pendidik

Sebagai masukan kepada pihak sekolah bahwasannya pada pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang bertempat di SDN Kalisegoro

bermuatan nilai-nilai pendidikan karakter yang mampu dijadikan sebagai

penguatan pendidikan karakter untuk siswa.

2.3 Bagi peserta didik

Memberikan pemahaman bahwasannya pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler yang bertempat di SDN Kalisegoro memiliki

kebermanfaatan untuk perkembangan karakter peserta didik sehingga mampu

menjadikannya sebagai sumber daya manusia yang berkualitas untuk

kehidupannya di masa yang akan datang.

Page 23: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

7

2.4 Bagi akademisi

Penelitian ini akan memberikan pemahaman baru dan mampu dilanjutkan untuk

penelitian-penelitian sejenis demi menyempurnakannya.

1.5 Penegasan Istilah

1. Pendidikan

Ki Hajar Dewantara menyatakan, bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya

untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran

(intelek), dan tubuh anak. (Munib, 2016). Pada penelitian ini pendidikan yang

dimaksudkan adalah pendidikan di SDN Kalisegoro khususnya pendidikan pada

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di SDN Kalisegoro.

2. Karakter

Wyne (1991) mengemukakan bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani yang

berarti “to mark” atau menandai dan menfokuskan pada bagaimana menerapkan

nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. (Mulyasa,

2013). Pada penelitian ini karakter yang dimaksudkan adalah karakter yang

bersumber dari pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di

SDN Kalisegoro.

3. Pendidikan Karakter

Menurut T Ramli, dalam pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang

sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah

membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat

Page 24: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

8

dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga

masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau

bangsa secara umum adalah nilai – nilai sosial tertentu yang banyak oleh budaya

masyarakat dan bangsanya. Dengan demikian hakikat dari pendidikan karakter

dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan

nilai – nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam

rangka membina kepribadian generasi muda. (Narwanti, 2013: 15) pada penelitian

ini pendidikan karakter yang dimaksudkan adalah pendidikan karakter dalam

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di SDN Kalisegoro.

4. Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembelajaran adalah proses, cara,

perbuatan, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (kbbi.kemdikbud.go.id).

Pada penelitian ini hanya dibatasi pada pembelajaran seni gamelan yang diajarkan

kepada siswa SDN Kalisegoro.

5. Seni Gamelan Jawa

Seni gamelan jawa mengandung nilai-nilai histori dan filosofis Bangsa Indonesia

khususnya bagi masyarakat jawa dan gamelan jawa juga mempunyai fungsi

estetika yang berkaitan dengan nilai– nilai sosial, moral dan spiritual. (W, 2013).

Seperti halnya budaya, Seni gamelan tentu memiliki pengaruh dalam membentuk

karakter bangsa yang membesarkannya. Seni Gamelan apapun bentuknya

merupakan medium pembelajaran yang tingkat pencapaiannya harus dilakukan

secara bersama-sama dengan mengembangkan kegiatan kelompok yang bersifat

Page 25: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

9

kooperatif. Pada penelitian ini dibatasi hanya seni gamelan jawa yang diajarkan

kepada siswa SDN Kalisegoro.

6. Nilai

Steeman dalam (Romadhon, 2017: 370-371), menjelaskan nilai adalah yang

memberi makna pada hidup, yang memberi pada hidup ini titik-tolak, isi, dan

tujuan. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang mewarnai dan menjiwai

tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekadar keyakinan, nilai selalu

menyangkut tindakan. Nilai seseorang diukur melalui tindakan. Oleh karena itu,

karakter menyangkut nilai. Pada penelitian ini nilai yang dimaksudkan adalah

nilai –nilai yang terkdandung dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di SDN Kalisegoro.

7. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan proses yang sistematis dan sadar dalam

membudayakan peserta didik agar memiliki kedewasaan sebagai bekal

kehidupannya. kegiatan ekstrakurikuler memberikan ruang yang tepat kepada

peserta didik untuk mempraktikkan secara langsung (learning by doing) berbagai

aktivitas yang dapat diarahkan pada upaya pembentukan karakter tertentu.

(Kemdikbud, 2016). Dalam penelitian ini kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud

adalah kegiatan ekstrakurikuler yang di dalamnya terdapat pembelajaran seni

gamelan bertempat di SDN Kalisegoro.

Page 26: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

10

BAB II

KERANGKA TEORITIK

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Pendidikan sebagai Transformasi Nilai

Soedijarto berpendapat bahwa pendidikan bukan hanya soal mentransfer

pengetahuan, tetapi diperlukan untuk meningkatkan kualitas manusia dan

membentuk kesempurnaan manusia. Peningkatan kualitas manusia terlihat pada

tujuan pendidikan di Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yaitu pendidikan

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan manusia dalam rangka

meningkatkan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi

untuk menjadi warga negara yang ditujukan untuk Tuhan, moral, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokrasi, dan bertanggung jawab.

Perkembangan potensi diri peserta didik tidak hanya pada aspek fisik, tetapi juga

jiwa. (Purnama, 2014)

Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntut segala kekuatan

kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota

masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-

tingginya. Ki Hajar Dewantara menyatakan, bahwa pendidikan umumnya berarti

daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),

pikiran (intelek), dan tubuh anak. Dalam pelaksanaannya pendidikan nasional

Indonesia memiliki dua asas yaitu asas Tut Wuri Handayani dan asas pendidikan

seumur hidup. Asas Tut Wuri Handayani berbunyi “Ing ngarso sing tulodho, ing

madyo mangun karso, tut wuri handayani” artinya jika didepan menjadi teladan,

Page 27: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

11

jika di tengah memberikan hasrat untuk belajar, dan jika di belakang memberi

dorongan dan pengawasan. Dimaksudkan bahwa pendidik hendaknya mampu

menyalurkan dan mengarahkan perilaku dan segala tindakan siswa untuk

mencapai tujuan pendidikan yang dirancang. (Munib, 2016).

Kemudian dalam pelaksanaannya, pendidikan bertugas mentransformasikan

nilai, adapaun nilai-nilai yang ditransformasikan itu mencakup nilai-nilai religi,

nilai-nilai kebudayaan, nilai pengetahuan, dan teknologi, serta nilai ketrampilan.

Nilai-nilai yang akan ditransformasikan, dalam rangka mempertahankan,

mengembangkan, bahkan bisa saja mengubah kebudayaan yang dimiliki

masyarakat. Maka disini pendidikan akan berlangsung dalam kehidupan

sepanjang hayat. (Munib, 2016)

Pendidikan memiliki peran penting untuk mentransformasikan nilai-nilai, hal

ini diyakini karena pendidikan telah dianggap sebagai pusat unggulan dalam

mempersiapkan karakter yang baik bagi manusia. Pendidikan dianggap sebagai

tempat terbaik untuk mempersiapkan agen perubahan bangsa yang akan

membawa kesejahteraan untuk orang lain. Lembaga pendidikan tidak lagi sebagai

tempat untuk menstransfer ilmu pengetahuan saja. Tetapi juga tempat untuk

membentuk sikap, perilaku, karakter, dan kepemimpinan pemuda bangsa. Oleh

karena itu dibenarkan jika pendidikan mencerminkan beberapa nilai dasar dan

karakter negara Indonesia. Dan memupuk generasi pemuda menjadi generasi

pembangun karakter bangsa. (Rokhman, 2014).

Kemudian peneliti mengerucutkannya lagi pada pembeljaran formal di

sekolah, pada konteks sosiologi menurut Horton dan Hurt (Utomo, 2006)

pendidikan formal memiliki dua fungsi utama yakni fungsi manifest dan fungsi

Page 28: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

12

laten. Fungsi manifest sebagai fungsi yang tercantum dalam kurikulum institusi

pendidikan antara lain mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah,

mengembangkan bakat perorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi

kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan, menambah ketrampilan yang

perlu bagi partisipasi demokrasi, dan lain-lain serta beberapa fungsi yang

termasuk dalam kurikulum tersembunyi. Seperti menanamkan pengetahuan,

ketrampilan, dan nilai-nilai tertentu.

Penguatan dari pendapat Hurton dan Hurt bahwasannya pendidikan

mampu menanamkan nilai – nilai tertentu, Revell dan Arthur (2007) dalam artikel

hasil penelitiannya yang berjudul “Character Education in Schools and the

Education of Teachers” yang dimuat di Jurnal internasional menegaskan perlunya

pendidikan nilai-nilai dalam pelatihan mengajar yang menerapkan pendidikan

karakter. Perlu upaya untuk mempengaruhi dan mendorong peserta didik

berperilaku dan bertindak tepat sesuai pendidikan karakter. (Kusminah, 2012)

Adapun keterlibatan nilai – nilai dan karakter yang dimaksudkan dijelaskan

oleh Steeman dalam (Romadhon, 2017: 370-371), bahwa:

Nilai adalah yang memberi makna pada hidup, yang memberi pada hidup ini

titik-tolak, isi, dan tujuan. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang

mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar

keyakinan, nilai selalu menyangkut tindakan. Nilai seseorang diukur melalui

tindakan. Oleh karena itu, karakter menyangkut nilai.

2.1.2 Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Wyne (1991) mengemukakan bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani yang

berarti “to mark” atau menandai dan menfokuskan pada bagaimana menerapkan

nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh sebab itu

orang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam, atau rakus dikatakan orang

Page 29: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

13

yang memiliki karakter jelek, sedangkan yang berperilaku baik, jujur, dan suka

menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter mulia/baik. (Mulyasa,

2013).

Kelanjutan dari karakter baik, Kevin dan Karen dalam bukunya Building

Character at School, menyebutkan bahwasannya karakter yang baik

dimanifestasikan dalam kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, yakni

pikiran yang baik, hati yang baik, dan tingkah laku yang baik. Berkarakter baik

berarti mengetahui yang baik, mencintai kebaikan, dan melakukan yang baik.

(Suhardiyanto, 2016)

Dalam pendidikan karakter juga diperlukan aspek perasaan, Lickona

(1992) dalam (Mulyasa, 2013) menyebutnya “desiring the good” atau keinginan

untuk melakukan kebajikan. Dalam hal ini ditegaskan bahwa pendidikan karakter

yang baik tidak hanya melibatkan “knowing the good” tetapi juga “desiring the

good,” sehingga manusia tidak berlaku seperti robot yang terindroktinasi oleh

paham tertentu.

Lebih lanjut Lickona (1992) menekankan pentingnya pendidikan karakter

yang baik (component of good character), yaitu moral knowning atau

pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, moral

action atau tindakan moral. Moral knowning berkaitan dengan moral awereness,

knowing moral values, presperctive taking, moral reasoning, decision making dan

self-knowlwdge. Moral feeling berkaitan dengan conscience, self-esteem, empathy,

loving the good, self-control dan humility, sedangkan moral action merupakan

perpaduan dari moral knowing dan moral feeling yang diwujudkan dalam bentuk

kompetensi (competence), keingian (will), dan kebiasaan (habbit). Ketiga

Page 30: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

14

komponen perlu dalam pendidikan karakter, agar peserta didik menyadari,

memahami, merasakan, dan dapat mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari

kebajikan itu secara utuh dan menyeluruh (kaffah). Kemudian dikhususkan

pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada pembentukan

budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi,

kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikan oleh semua warga

sekolah/madrasah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra

sekolah/madrasah di mata masyarakat luas.

Pembinaan dan pengembangan pendidikan karakter di lingkup pendidikan,

Lickona, profesor dan pakar psikologi perkembangan dari State University of

Newyork di Corland menggunakan semua aspek kehidupan sekolah sebagai

kesempatan untuk membangun karakter siswa, Lickona melihat bahwa

kepedulian di luar kelas; menyatukan sekolah, orang tua, dan masyarakat, serta

menciptakan budaya moral yang positif di sekolah merupakan strategi untuk

mengembangkan pendidikan karakter di sekolah, meliputi peserta didik yang

saling peduli, disiplin, lingkungan kelas yang demokratis, nilai-nilai

pembelajaran, pengajar sebagai pemberi perhatian. Semua itu dilaksanakan

dengan melibatkan aspek pengetahuan yang baik, merasakan dengan baik, dan

perilaku yang baik. Semua itu diperlukan landasan khusus yakni hormat dan

tanggung jawab. (Urip, 2014)

Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah sangat bergantung pada

kondisi berikut (Mulyasa, 2013), pertama partisipasi komitmen orang tua serta

masyarakat terhadap pendidikan karakter yang direfleksikan dalam kekuatan

Page 31: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

15

dewan pendidikan dan posisi komite sekolah. Kondisi ini tampaknya sangat

berkaitan dengan tingkat pendidikan dan status sosial-ekonomi masyarakat.

Kedua, program jaminan mutu dan accountability yang dipahami dengan

baik oleh semua pihak jajaran kementerian pendidikan nasioanal.

Ketiga, pelaksanaan tes kompetensi yang memungkinkan kantor dinas

pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten, dan kota, unit pelaksana teknis

sampai sekolah memperoleh informasi tentang kinerja sekolah. Bagi sekolah hasil

diagnosis ini bisa dijadikan bahan untuk masukan program pengembangan

sekolah. Keempat, adanya perencanaan strategik sekolah, yang memungkinkan

sekolah untuk memahami visi misi, dan sasaran –sasaran prioritas pengembangan

sekolah. Kelima, implementasi pendidikan karakter juga perlu didukung oleh

laporan kemajuan sekolah dalam mencapai perencanaan tahunan. School annual

report yang dibahas bersama dan memperoleh penerimaan dari komite sekolah

menggambarkan akuntanbilitas sekolah.

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah

terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan

simbol-simbol yang dipraktikan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat

sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai. Dalam pendidikan karakter juga

diperkenalkan aneka pendekatannya, yaitu pendekatan penanaman nilai,

pendekatan perkembangan kognitif, pendekatan analisis nilai, pendekatan

klarifikasi nilai, pendekatan pembelajaran berbuat. (Muslich, 2013).

Pendekatan penanaman nilai adalah suatu pendekatan yang memberikan

penekananan pada penanaman nilai-nilai sosial pada diri siswa. Bagi pendekatan

ini, tujuan pendidikan nilai adalah diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh

Page 32: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

16

siswa dan berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial

yang diinginkan. Metode pembelajaran yang baiknya digunakan antara lain

keteladanan, penguatan positif, dan negatif, stimulasi, permainan peranan, dan

lain-lain.

Banks (1985) dalam (Muslich, 2013) menjelasakan mengenai pendekatan

perkembangan kognitif karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek

kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir

aktif tentang masalah – masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan

moral. Tujuannya membantu siswa dalam membuat perimbangan moral yang

lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kemudian mendorong

siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya

dalam suatu masalah moral, adapun metode yang digunakan diskusi kelompok.

Superka (1976) dalam (Muslich, 2013) mempertegas bahwa pendekatan

analisis nilai memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa

untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan

nilai sosial. Jika dibandingkan dengan pendekatan perkembangan kognitif,

pendekatan analisis lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang

memuat nilai-nilai sosial.

Sementara itu, pendekatan perkembangan kognitif lebih berfokus pada

dilema moral yang bersifat perseorangan. Tujuannya adalah membantu siswa

untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam

menganalisis masalah-masalah sosial siswa untuk menggunakan proses berpikir

rasional dan analitik, dalam menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep

tentang nilai-nilai mereka. Selanjutnya metode yang digunakan adalah

Page 33: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

17

pembelajaran secara individu atau kelompok tentang masalah-masalah sosial yang

memuat nilai moral, penyelidikan kepustakaan, penyeledikan lapangan, dan

diskusi kelas berdasarkan kepada pemikiran rasional.

Pendekatan klarifikasi nilai menekankan pada usaha membantu siswa

dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan

kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Bagi pendekatan ini tujuan

pendidikan karakter adalah membantu siswa agar menyadari dan

mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain, kemudian

membantu siswa agar mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan

orang lain berhubungan dengan nilai-nilai sendiri. Dan membantu siswa agar

mampu menggunakan secara bersama sama kemampuan berpikir rasional dan

kesadaran emosional, mampu memahami perasaan, nilai-nilai dan pola tingkah

laku mereka sendiri.

Pendekatan pembelajaran berbuat menekankan pada usaha memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral. Baik

secara perseorangan maupun bersama-sama dalam suatu kelompok.

Menyimpulkan ada dua tujuan utama pendidikan moral pada pendekatan ini yatiu

memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral, baik secara

perseorangan maupun secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai mereka

sendiri.

Kemudian mendorong siswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk

individu dan makhluk sosial dalam pergaulan dengan sesama, yang tidak memiliki

kebebasan sepenuhnya melainkan sebagai warga dari suatu masyarakat, yang

harus harus mengambil bagian dalam suatu proses demokrasi. Metode yang

Page 34: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

18

digunakan adalah projek-projek tertentu untuk dilakukan di sekolah atau dalam

masyarakat dan praktek ketrampilan dalam berorganisasi atau berhubungan antara

sesama.

Kemudian dikerucutkan lagi pada tataran sekolah dasar, pendidikan

karakter menjadi pertimbangan penting untuk dikembangkan, Rachmadyanti

(2017:201) menyimpulkan:

Pendidikan karakter merupakan aspek penting dalam mengembangkan

ranah afektif, khususnya bagi anak usia Sekolah Dasar. Muatan

pendidikan karakter diterapkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar

berdasarkan materi dari standar isi kurikulum. Pendidikan karakter

penting untuk diterapkan anak usia Sekolah Dasar karena untuk

membentuk pribadi siswa agar memiliki nilai-nilai luhur bangsa dan

dapat menjadi warga negara yang baik. Pendidikan karakter memiliki

misi yang penting dalam menciptakan siswa yang tidak hanya pandai

secara kognitif, namun juga berbudi pekerti yang luhur Guru dapat

mengembangkan materi berbasis kearifan lokal dengan berbagai kegiatan

pembelajaran yang menarik yang diharapkan dapat mengembangkan

karakter siswa seperti karakter kerjasama, toleransi dan sikap peduli.

Pada praktik di sekolah mengenai pendidikan karakter. Dalam jurnal kepunyaan

Judiani (2010: 288) dijelaskan, “Implementasi pendidikan karakter di sekolah

dasar dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada, muatan lokal,

pengembangan diri, dan budaya sekolah”

Adapun nilai pendidikan karakter yang perlu ditanamkan sejak dini

dijelaskan (Babuta, 2014: 29) yaitu “Nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat

ditanamkan sejak usia dini mencakup empat aspek, yaitu : Aspek spiritual, Aspek

kepribadian, Aspek sosial, dan Aspek lingkungan”.

Menurut Uyoh Sadulloh dalam (Trahati, 2015: 2) menyebutkan bahwa,

“anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya, dorongan

untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar”

Page 35: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

19

Di negara Indonesia mengacu pada nilai-nilai Pancasila utuk

pengembangan pendidikan karakternya yaitu, setia dan hati-hati, jujur dan bersih,

sopan dan cerdas, bertanggung jawab dan kerja keras, disiplin dan kreatif, peduli

dan cinta menolong. Jadi dengan pendidikan karakter diharapkan pendidikan

karakter terintegrasi dalam setiap subjek sehingga pendidikan karakter diharapkan

masa depan yang lebih baik dari Indonesia. Strategi yang dilakukan dalam rangka

pelaksanaan pendidikan karakter mulai dari pemerintah pusat (top-down) dengan

kebijakan tentang pelaksanaan pendidikan karakter, strategi pengalaman praktisi

(bottom-up), karena beberapa lembaga yang bersangkutan dengan peningkatan

karakter nasional dan melalui pendidikan program karakter strategi revitalisasi

pendukung yang terintegrasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dan co-kurikulur.

(Saidek, 2016).

Pemerintah Indonesia telah merumuskan rancangan program pendidikan

karakter yang akan di terapkan di sekolah, sebagai bentuk upaya untuk mengatasi

permasalahan karakter yang terjadi di Indonesia. Peneliti mendapatkan beberapa

data dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah mengenai

Penguatan Pendidikan Karakter, bahwasannya Kementerian Kebudayaan dan

Republik Indonesia, Komisi II, Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing

Sub Komisi II B, Penguatan Pendidikan Karakter. Disampaikan pada Pembekalan

Fasilitator “Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2017” oleh, Arie

Budhiman, selaku staf ahli mendikbud bidang pembangunan karakter menjelaskan

tujuan dari penguatan pendidikan karakter sendiri adalah,

(1) Mengembangkan platforma pendidikan nasional yang meletakkan makna

dan nilai karakter sebagai poros utama penyelenggaraan pendidikan, dengan

Page 36: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

20

memperhatikan kondisi keberagaman satuan pendidikan di seluruh wilayah

Indonesia.

(2) Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi

dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.

(3) Mengembalikan pendidikan karakter melalui harmonisasi olah hati (etik),

olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik).

(4) Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala

sekolah, guru, komite sekolah, pengawas, dan dinas) untuk mendukung

perluasan implementasi pendidikan karakter

(5) Membangun jejaring pelibatan publik sebagai sumber-sumber belajar di

dalam dan di luar sekolah

(6) Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung

Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) sesuai dengan UU Sisdiknas,

Nawacita, Trisakti, dan RPJMN 2015-2019.

Sedangkan untuk pengembangan nilai-nilai karakter yang dimaksud adalah

dimulai dari filosofi pendidikan karakter oleh Ki Hajar Dewantara yaitu, Olah hati

(Etika), Olah raga (Kinestetika), Olah pikir (Literasi), Olah karsa (Estetika).

Kemudian dari itu terbentuklah nilai-nilai karakter, Religius, Jujur,

Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu,

Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi.

Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan,

Peduli Sosial, Tanggung Jawab, (dan lain-lain).

Lalu nilai-nilai utama disesuaikan dengan GNRM, kearifan lokal dan

kreativitas sekolah. Dan dikristalisasikan menjadi menjadi lima sub yang

Page 37: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

21

membentuk nilai utama, yaitu integritas, religiulitas, nasionalis, gotong royong,

mandiri.

Tidak hanya itu Pemerintah menegaskan bahwasannya karakter

merupakan poros pendidikan. Seperti pada Nawacita 8 Melakukan Revolusi

Karakter Bangsa. (1) Membangun pendidikan kewarganegaraan (sejarah

pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela

negara dan budi pekerti). (2) Penataan kembali kurikulum pendidikan nasional.

(3) Mengevaluasi model penyeragaman dalam sistem pendidikan nasional. (4)

Jaminan hidup yang memadai bagi para guru khususnya di daerah terpencil. (5)

Memperbesar akses warga miskin untuk mendapatkan pendidikan. Hal tu

dimaksudkan sebagai gerakan penguatan pendidikan karakter sebagai pondasi dan

ruh utama pendidikan.

Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sendiri memiliki

fokus yaitu, struktur program, meliputi jenjang dan kelas, ekosistem sekolah, dan

penguatan kapasitas guru. Kemudian struktur kurikulum nya yaitu, PPK melalui

kegiatan Intra-kurikuler dan ko-kurikuler, PPK melalui kegiatan Ekstra-kurikuler,

dan PPK melalui kegiatan non-kurikuler.

Pada struktur kegiatan, praksis Kegiatan Pembentukan Karakter di

lingkungan sekolah berdasarkan 4 dimensi pengolahan karakter Ki Hadjar

Dewantara (Olah pikir, Olah hati, Olah rasa/karsa, Olah raga).

Kemudian fokus dibagi menjadi tiga tempat, pertama, pendidikan karakter

berbasis kelas meliputi, integrasi dalam mata pelajaran, optimalisasi muatan lokal,

dan manajemen kelas. Kedua, pendidikan karakter berbasis budaya sekolah

meliputi, pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah, keteladanan pendidik,

Page 38: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

22

ekosistem sekolah, dan norma, peraturan, dan tradisi sekolah. Ketiga, pendidikan

karakter berbasis masyarakat. Meliputi, orang tua, komite sekolah, dunia usaha,

akademisi, pegiat pendidikan, pelaku seni & budaya, bahasa & sastra, dan

pemerintah & pemda.

Luaran yang diinginkan sendiri yaitu, Pembentukan individu yang

memiliki karakter (Generasi Emas 2045) dengan dibekali keterampilan abad 21.

Dan hasil yang hendak dicapai adalah Olah pikir: Individu yang memiliki

keunggulan akademis sebagai hasil pembelajaran dan pembelajar sepanjang hayat.

Olah hati: Individu yang memiliki kerohanian mendalam, beriman dan bertakwa.

Olah rasa dan karsa: Individu yang memiliki integritas moral, rasa berkesenian

dan berkebudayaan. Dan Olah raga: Individu yang sehat dan mampu

berpartisipasi aktif sebagai warga negara.

Adapun sub tema dan cakupan bahasan dalam PPK adalah,

(1) Penguatan Kapasitas dan Mutu Pembelajaran Kelas (Guru, Sarpras, Metode.

a. Penguatan kapasitas guru: integrasi PPK dalam mata pelajaran,

optimalisasi muatan lokal, manajemen kelas, metode pembelajaran

b. Peningkatan kualitas sarpras dalam mendukung implementasi PPK di

dalam kelas

c. Implementasi dan pembiasaan nilai utama PPK (misal: tematik harian,

mingguan, bulanan)

(2) Penumbuhan Budaya dan Branding (Kekhasan) Sekolah

a. Strategi menumbuhkan budaya sekolah: pembiasaan nilai-nilai dalam

keseharian sekolah, keteladanan pendidik, ekosistem sekolah, serta

norma, peraturan, dan tradisi sekolah

Page 39: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

23

b. Menumbuhkan kekhasan atau keunikan sekolah (school branding)

dengan memperhatikan kearifan dan potensi lokal serta keberagaman

sekolah dari perkotaan, sub-perkotaan, sampai daerah 3T (Terluar,

Terdepan, Tertinggal)

(3) Peningkatan Kapasitas dan Pelibatan Publik dalam Mendukung Aktivitas

Belajar di Sekolah dan Luar Sekolah

a. Meningkatkan peran Kepala Sekolah dalam membangun jejaring

pelibatan publik (lembaga seni, budaya, bahasa, perguruan tinggi,

DUDI, ikatan alumni, organisasi profesi, komunitas, pegiat

pendidikan, pemerintah daerah) dalam mendukung aktivitas belajar di

sekolah dan luar sekolah

b. Dukungan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler dan

non kurikuler

(4) Peningkatan Peran Keluarga dalam Penguatan Pendidikan Karakter

a. Penguatan peran keluarga melalui kebijakan 5 hari sekolah dengan

memperhatikan keberagaman daerah

b. Penguatan peran keluarga dalam mendukung upaya penguatan

pendidikan karakter

(5) Pengembangan Literasi sebagai Bagian dari PPK

a. Dukungan pemerintah daerah serta masyarakat dalam meningkatkan

gerakan literasi (literasi baca tulis, literasi berhitung/numerik, literasi

sains, literasi keuangan, literasi TIK, literasi Kebudayaan dan

Kewarganegaraan.

Page 40: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

24

b. Dukungan pemerintah daerah dalam meningkatan apresiasi dan lomba

literasi

(6) Pengutamaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik

a. Pembiasaan penggunaan Bahasa Indonesia di ruang-ruang publik

(Sekolah, Kantor Pemerintah Daerah, Balai-Balai, Taman Kota, dan

sebagainya)

b. Peningkatan apresiasi dan lomba karya tulis berbahasa Indonesia

(tulisan ilmiah popular, puisi, prosa, naskah drama, penulisan lagu,

dan sebagainya

Adapun hasil yang diharapkan adalah,

1. Gerakan PPK sebagai Poros Pendidikan

Terwujudnya Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai fondasi

utama dari pembangunan karakter bangsa dan merupakan transformasi

dari penanaman nilai-nilai Pancasila secara berkelanjutan, utamanya

melalui aspek keteladanan Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, dan seluruh

figur penyelenggara pendidikan serta tokoh-tokoh masyarakat.

2. Pembangunan Karakter merupakan Kewajiban Bersama

Terselenggaranya pembangunan karakter bangsa sebagai kewajiban

seluruh Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi,

Pelaku Bisnis dan masyarakat/ komunitas, agar segenap sumberdaya

yang dimiliki dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk kepentingan

pendidikan karakter.

3. Dukungan Komitmen dan Regulasi Gerakan PPK

Page 41: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

25

Terwujudnya komitmen dan dukungan regulasi terkait dengan: a)

Revitalisasi peran Kepala Sekolah sebagai Manager; b) Revitalisasi

kewajiban 8 jam guru di sekolah; c) Implementasi Permendikbud No. 75

Tahun 2016 tentang Komite Sekolah sebagai badan gotong royong dan

partisipasi masyarakat; d) Kegiatan pembelajaran 5 hari; e) Penguatan dan

perluasan kegiatan di sekolah dan luar sekolah (seni budaya, keagamaan,

ekstra dan kokurikuler, literasi).

4. Memperhatikan Keberagaman dan Tingkat Kesenjangan

Tercapainya tahapan pelaksanaan PPK sesuai dengan keberagaman dan

tingkat kesenjangan setiap satuan pendidikan yaitu di perkotaan, sub-

perkotaan, sampai daerah 3T dengan mempertimbangkan keterbatasan

prasarana dan sarana sekolah, serta aksesibilitas ke sekolah (jalur lembah,

hutan, sungai, dan laut).

5. PPK Meningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan dan

Kebudayaan

Terselenggaranya Pendidikan dan Kebudayaan yang bermutu, relevan

dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing global dengan dibekali

kompetensi abad 21, yaitu: berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan

kolaborasi.

Adapun nilai –nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran akan dijelaskan

di bawah ini, penjelasan ini sesuai dengan kemdikbud, (Sahlan, 2012)

1. Nilai Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama

lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Page 42: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

26

2. Nilai Jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

menjadi orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan.

3. Nilai Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan

agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda

dari dirinya.

4. Nilai Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Nilai Kerja Keras yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

6. Nilai Kreatif yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Nilai Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Nilai Demokratis yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Nilai Rasa Ingin Tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya

untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Nilai Semangat Kebangsaan yaitu ara berpikir, bertindak, dan berwawasan

yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan

diri dan kelompoknya.

Page 43: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

27

11. Nilai Cinta Tanah Air yaitu ara berfikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik

bangsa.

12. Nilai Menghargai Prestasi yaitu sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Nilai Bersahabat/Komunikatif yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa

senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Nilai Cinta Damai yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Nilai Gemar Membaca yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Nilai Peduli Lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang

sudah terjadi.

17. Nilai Peduli Sosial yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Nilai Tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),

negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Page 44: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

28

Selain Sahlan pendapat lain juga menjelaskan mengenai nilai – nilai dalam

pendidikan karakter, seperti Albert Hendra Wijaya, dalam (Elmosda, 2011: 155)

menjelaskan pentingnya kejujuran yaitu:

Tujuan utama sebuah pendidikan adalah membentuk kejujuran, sebab

kejujuran adalah modal dasar dalam kehidupan bersama dan kunci menuju

keberhasilan. Melalui kejujuran kita dapat mempelajari, memahami, dan

mengerti tentang keseimbangan-keharmonisan. Jujur terhadap peran

pribadi, jujur terhadap hak dan tanggung jawab, jujur terhadap tatanan

yang ada, jujur dalam berfkir, bersikap, dan bertindak. Kecurangan adalah

sebuah bentuk ketidakjujuran yang acap kali terjadi dalam kehidupan. Bila

kejujuran sudah hilang, maka kekacauan dan ketidakharmonisan akan

menguasai situasi. Yang ada hanya rekayasa dan manipulasi, penyerobotan

hak, penindasan, dan sebagainya.

Kementerian Pendidikan Nasional Muchlas Samani dan Hariyanto

menjelaskan nilai karakter cinta tanah air dalam (Widayani, 2016: 314)

menyebutkan bahwa, “cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat

yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan sangat erat kaitannya

dalam pembentukan karakter siswa yang berguna bagi pembangunan bangsa”.

Sebuah penelitian (Supriyanto, 2017: 68) memyatakan mengenai konsep

dan operasionalisasi skala karakter toleransi melalui tiga aspek, yaitu:

kedamaian, menghargai perbedaan dan individu, serta kesadaran.

Aspekaspek karakter toleransi yaitu (1) aspek kedamaian meliputi

indikator peduli, ketidaktakutan, dan cinta, (2) aspek menghargai

perbedaan dan individu meliputi indikator saling menghargai satu sama

lain, menghargai perbedaan orang lain, dan menghargai diri sendiri, serta

(3) aspek kesadaran meliputi indikator menghargai kebaikan orang lain,

terbuka, reseptif, kenyamanan dalam kehidupan, dan kenyamanan dengan

orang lain.

Menurut Ameliah menjelaskan mengenai nilai pendidikan karakter rasa

ingin tahu, dalam (Riyan, 2017: 29) menututurka bahwa, “Rasa ingin tahu

Page 45: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

29

merupakan modal awal bagi siswa dalam proses pembelajaran. Dengan

keingintahuan yang tinggi maka siswa akan belajar lebih guna memenuhi

kehausan akan pengetahuan yang ingin diketahui. Melalui kaingintahuannya

siswa akan mulai belajar dan menemukan”.

Kemudian menurut Zuchdi dalam (Riyan, 2017: 29) menjelaskan makna

dari nilai pendidikan karakter peduli sosial bahwa, “peduli sosial merupakan sikap

dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada masyarakat yang

membutuhkan”.

Darmiyati Zuhdi dalam (Baroroh, 2011: 153) menjelaskan mengenai nilai

pendidikan karakter kerja keras bahawasannya,” kerja keras adalah memiliki

prakarsa, tekun/rajin, penetapan atau perencanaan yang matang, kecerdikan atau

kecerdasan. Orang yang bekerja keras selalu berusaha menjalankan perencanaan

dengan tepat dan akurat”.

Dilanjut dengan pernyataan oleh Arifin (2013:30) mengenai nilai

pendidikan karakter disiplin, bahwa disiplin adalah “mematuhi aturan – aturan

sosial yang berlaku dalam lingkungan”

Elizabeth B. Hurlock dalam (Baroroh, 2011: 154) menjelaskan mengenai

nilai pendidikan karakter kreatif bahawasannya, “Kreatif merupakan orang yang

mempunyai kreativitas. Kreativitas merupakan kekampuan seseorang untuk

menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru,

dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya”.

Membangun kemandirian juga terwujud dalam kebersamaan dalam (Budiyanto,

2014: 115) menjelaskan:

Page 46: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

30

Membangun kemandirian dan kebersamaan dimulai dengan cara berpikir

mandiri, kemudian bertindak mandiri. Sikap kemandirian ini sebagai modal

untuk membangun kebersamaan. Artinya, ketika pribadi-pribadi yang

mandiri ini membangun kebersamaan dan kerjasama untuk saling

melengkapi, maka akan menjadi kekuatan yang tangguh dalam mewujudkan

masyarakat yang berdaya.

Selain itu urgensi adanya pendidikan karakter perlu diketahui juga dalam

penerapan pendidikan karakter di sekolah. Pentingnya karakter dijelaskan dalam

sebuah penelitian (Putri, 2011: 2017) bahwasannya pendidikan karakter

dilaksanakan

Pentingnya pendidikan karakter untuk membangun SDM yang berkualitas,

maka pendidikan karakter perlu dilakukan dengan tepat, sehingga

pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan. Pendidikan karakter juga harus menyertai semua aspek

kehidupan termasuk dilembaga pendidikan. Idealnya pembentukan atau

pendidikan karakter diintegrasikan keseluruh aspek kehidupan sekolah.

Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang

strategis untuk membentuk karakter siswa, serta dimaksudkan agar peserta

didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya, mencerminkan karakter

yang baik dan kuat.

Urgensi terurai sebagai berikut, nilai pendidikan karakter religius penting

untuk dimiliki sebagai bekal berkehidupan, seperti ungkapan dari Azzel (2011)

bahwasannya jika seseorang mencintai Tuhannya maka akan muncul kebaikan

dalam kehidupannya. Kemudian jika ia mencintai Tuhannya maka ia akan

mencintai ciptaannya, yaitu seluruh alam semesta dan seisinya. Maka bukankah

dunia akan indah, jika manusia saling mencintai dalam berbuat kebaikan seperti

demikian.

Kecenderungan beragama baik, karena mengamalkan ajaran agama nya

dalam kehidupan sehari – sehari, seperti ungkapan Azzel (2011: 68) bahwa:

“Tanda yang paling tampak bagi seseorang yang beragama dengan baik adalah

Page 47: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

31

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari – hari, inilah

karakter yang sesungguhnya dibangun bagi penganut agama”.

Nilai karakter toleransi penting dimiliki oleh peserta didik dalam

berkehidupan, untuk memperoleh kedamaian dalam kehidupan, hal ini

disampaikan oleh Azzel (2011) bahwasannya nilai karakter toleransi diperlukan

untuk membangun kehidupan bersama yang damai dan menyenangkan.

Nilai karakter tanggung jawab perlu dimiliki peserta didik sebagai bekal

berkehidupan, seperti ungkapan Azzel (2012) tanggung jawab adalah hal paling

mendasar, karena jika manusia tidak mempunyai tanggung jawab sama saja sosok

yang tidak berguna akal sehat, setidaknya manusia harus memiliki tanggung

jawab pada dirinya sendiri.

Nilai pendidikan karakter kerja keras perlu ditanamkan kepada anak sejak

dini sebagai bekal dalam menjalankan kehidupan, hal ini dijelaskan oleh Azzel

(2011:32) bahwa perlu dibangun karakter kerja keras kepada anak sejak dini agar

anak didik menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah menyerah dalam setiap

melakukan sebuah usaha di dalam kehidupan ini.

Nilai pendidikan karakter mandiri penting dimiliki oleh peserta didik

sebagai bekal kehidupan, seperti ungkapan dari Azzel (2012) bahwa generasi yang

mandiri akan lebih mudah meraih keberhasilan, baik kehidupan sendiri maupun

dalam lingkup bangsa.

Kepada peserta didik yang memiliki karakter peduli sosial, maka akan

mempermudah ia dalam berkehidupan, seperti ungkapan dari Azzel (2012)

bahwasannya, anak didik yang memiliki karakter peduli sosial akan lebih mudah

memahami setiap gejala alam yang terjadi, tidak mudah panik, bisa

Page 48: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

32

memaksimalkan potensi yang ada, dan bersikap arif dalam menghadapi gejala

alam. Demikian pula dalam kehidupan sosial anak didik diharapkan mampu

beradaptasi, peka, memahami tata nilai yang berlaku, dan menyenangkan dalam

membangun hubungan sosial.

Pentingnya nilai karakter gotong dijelaskan Azzel (2012: 74)

bahwasannya, “Nilai – nilai kebersamaan dalam bermasyarakat itu sangat penting

untuk diterapkan, sebab bila tidak akan tetap senantiasa ada pertentangan dan

hidup dalam ketidakrukunan”.

Kegiatan mencintai budaya adalah kegiatan yang perlu diterapkan karena

banyaknya kebermanfaat yang timbul setelahnya, seperti dijelaskan oleh Azzel

(2012: 75) bahwasannya,

Seseorang yang bisa menghargai karya seni dan budaya biasanya

mempunyai sikap bisa menghargai karya orang lain, mempunyai

kesabaran dalam berproses, juga mempunyai kebijaksanaan dalam hidup.

Terkait dengan menghargai karya seni dan budaya nasional bahwa

sesunguhnya bisa membuat rasa cinta seseorang pada budaya bangsa

sendiri. Dengan demikian akan tumbuh rasa nasionalisme.

Nilai karakter komunikatif penting untuk dimiliki peserta didik sebagai

bekal kehidupannya, seperti ungkapan Azzel (2011: 77) bahwa, “apabila

seseorang mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun tentu

akan sukses pula menjalin hubungan sosial”.

Nilai pendidikan karakter gemar membaca merupakan bekal penting bagi

berkehidupan, seperti dijelaskan Azzel (2011: 79) bahwa, “Orang yang gemar

membaca adalah pertanda orang mau berkembang dengan selalu menambah ilmu

pengetahuan”

Page 49: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

33

Nilai karakter peduli lingkungan perlu dimiliki oleh peserta didik untuk

kebaikan dunia kedepan, seperti yang diungkapkan Azzel (2011:97) bahwa,

“bumi semakin tua, dan kebutuhan manusia terhadap alam semakin besar

sehingga persoalan lingkungan adalah hal yang sangat penting untuk

diperhartikan”.

Pentingnya nilai pendidikan karakter kreatif dijelaskan oleh Suyitno

(2012:2), bahwasannya “jiwa kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi

problema”

2.1.3 Pembelajaran Seni Gamelan

Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter kuat bersumber dari

nilai-nilai yang digali dari budaya masyarakatnya. Nilai-nilai kearifan lokal

bukanlah penghambat kemajuan di era global, namun menjadi kekuatan

transformasional yang luar biasa dalam meningkatkan kualitas sumber daya

manusia sebagai modal keunggulan kompetetif dan komparatif suatu bangsa. Oleh

karena itu, penggalian nilai-nilai kearifan lokal merupakan langkah strategis

dalam upaya membangun karakter bangsa. Hamemayu Hayuning Bawana

merupakan filosofi yang mengandung dimensi karakter secara komprehensif.

Hamemayu hayuning bawana bermakna selalu mengupayakan peningkatan

kesejahteraan rakyat dan mendorong terciptanya sikap serta perilaku hidup

individu yang menekankan keselarasan manusia dengan manusia, manusia dengan

alam, dan manusia dengan Allah dalam melaksanakan hidup dan

kehidupan.(Wagiran, 2012)

Page 50: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

34

Menurut Koentjaraningrat (1993) dalam (Anggraeni, 2017) budaya

mengacu pada setiap perilaku, kebiasaan dan nilai-nilai moral yang secara kolektif

diatur dalam masyarakat tertentu. Pembiasaan ini sudah membantu dan menjadi

identitas otentik dari masyarakat dalam lingkup yang lebih luas. Indonesia yang

identik dengan demografi, dikenal yang terbaik memiliki banyak jenis budaya

terdiri dari budaya sopan santun, ramah, demokrasi dan konsensus sosial dalam

aspek kehidupan. Hal ini dijadikan keaslian klasifikasi atau budaya yang

mempengarui setiap pelaku pada segala usia.

Budaya dalam pendidikan dapat terwujud pada pendidikan seni, hal ini

diyakini sebagai pembentuk sikap mandiri dan merupakan unggulan seseorang

lewat tanaman motivasi untuk mengeksplorasi lingkungan dan sumber-sumber

budaya sebagai kekuatan bangsa. Pendidikan menjadikan manusia tidak tunduk

terhadap nasib, tetapi menganggap penting usaha dengan kemampuan sendiri

untuk melakukan inovasi, perubahan, dan penyempurnaan dalam bidang seni

sebagai tanggungjawab dalam kehidupan. Pendidikan seni berkarakter budaya

adiluhung merupakan estafet ilmu yang berkelanjutan. Artinya, tidak berhenti

pada satu generasi, namun terus berkembang dari masa lalu, kini, dan masa depan.

(Sunarya, 2012).

Pendidikan kesenian, dinyatakan Ki Hajar Dewantara merupakan salah

satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian anak. Pendidikan kesenian di

sekolah, dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam membentuk jiwa dan

kepribadian (berakhlak karimah). (Pramanta, 2017)

Santoso (2010: 1) mengungkapkan mengenai salah satu kesenian di

Indonesia adalah gamelan. “Gamelan merupakan hasil olah budi manusia untuk

Page 51: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

35

mengungkapkan rasa estetika atau rasa mencurahkan keindahan”. Khususnya seni

Gamelan Jawa mengandung nilai-nilai histori dan filosofis Bangsa Indonesia

khususnya bagi masyarakat jawa dan gamelan jawa juga mempunyai fungsi

estetika yang berkaitan dengan nilai– nilai sosial, moral dan spiritual. (W, 2013).

Fungsi gamelan Jawa berkenaan dengan estetika bagi masyarakat

bersumber dari nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Trimanto (1984) dalam

Purwadi (2006: 4) menjelaskan mengenai kesenambungan antara gamelan dan

pendidikan, “Gamelan dapat digunakan mendidik rasa keindahan seseorang.

Orang yang biasa berkecimpung di dunia karawitan rasa kesetiakawanan tumbuh,

tegur sapa halus, tingkah laku sopan, semua itu karena jiwa seseorang menjadi

sehalus gendhing-gendhing”.

Seperti halnya budaya, Seni gamelan tentu memiliki pengaruh dalam

membentuk karakter bangsa yang membesarkannya. Seni Gamelan apapun

bentuknya merupakan medium pembelajaran yang tingkat pencapaiannya harus

dilakukan secara bersama-sama dengan mengembangkan kegiatan kelompok yang

bersifat kooperatif. Kaitan dengan itu semua, teori pembelajaran yang

mengarahkan peserta didiknya harus mengembangkan kerja kooperatif disebut

juga dengan istilah coopertaive learning. Lickona (2004: 154) dalam (Afriyanto,

2013), memandang ada enam keuntungan pembelajaran kooperatif sebagai bagian

dari upaya pendidikan karakter di antaranya:

1. Melalui proses belajar kooperatif, siswa akan diajarkan bagaimana nilai-

nilai kerjasama.

2. Melalui proses belajar kooperatif, siswa dibantu untuk saling mengenal

dengan cara membangun komunikasi di dalam kelas.

Page 52: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

36

3. Melalui proses belajar kooperatif, siswa diajari keterampilan dasar

kehidupan dengan tujuan mampu mendengarkan pandangan pandangan

orang lain dan berkomunikasi secara efektif.

4. Melalui proses belajar kooperatif, siswa akan diarahkan untuk

memperbaiki pencapaian akademik, rasa percaya diri, dan penyikapan

terhadap sekolah.

5. Melalui belajar kooperatif, siswa diberikan tawaran-tawaran alternatif

dalam pencatatan-yakni tidak ada pembeda antara si kaya si miskin atau si

pandai si bodoh, mereka akan belajar bekerja sama serta belajar

mempedulikan orang lain, dan.

6. Melalui belajar kooperatif, siswa akan memiliki potensi untuk mengontrol

efek negatif dari pesaingan. Jadi, belajar kooperatif akan membiasakan

siswa mengedepankan kerjasama ketimbang meningkatkan persaingan di

antara mereka sebagai peserta didik.

Hal itu didukung dari pernyataan dari Sukatmi Susantina (2001) dalam

Purwadi (2006: 8) menyebutkan, “Semua alat – alat tersebut dibunyikan secara

bersama – sama atau sebagaian saja dengan cara yang sesuai, sehingga merupakan

konser atau kumpulan bunyi yang teratur, indah menurut tempo dan irama

tertentu”.

Didalam pembelajaran karawitan terdapat instrumen, tiap-tiap instrumen

memiliki nama-namanya sendiri. Dan satu kesatuan itu disebut gamelan. Gamelan

dibuat dari logam, logam itu paduan antara tembaga (cuprum) dan rejasa

(atannum) yang singkatannya dengan menyebut antara ga dan sa. Kata gasa atau

Page 53: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

37

gangsa sebenarnya menyebut nama banhannya. Namun, sekarang di jawa kata

gangsa untuk menyebut nama halus dari gamelan. (Yohan, 2005).

Gamelan jawa memiliki ricikan yang memiliki tugas nya masing – masing

seperti dijelaskan di bawah ini, (Purwadi, 2006)

1. Kendang (disebut pamurba irama)

a. Menentukan bentuk gending

b. Mengatur irama dan jalnnya laya

c. Mengatur mandeg dan menyusukkan gending

d. Buka untuk gending – gending kendang

2. Kethuk (disebut pemangku irama)

a. Menguatkan kendang dalam menentukan bentuk gending

b. Menunjukkan macam irama

3. Kenong (disebut pemangku irama)

a. Menentukan batas – batas gatra berdasakan bentuk gendingnya.

4. Kempul

5. Gong (disebut pemangku irama)

a. Menguatkan kendang dalam menentukan bentuk gending

b. Sebagai pada dan finalis

6. Rebab (disebut pamurba lagu)

a. Menentukan lagu

b. Buka untuk gending – gending rebab

7. Gender gede (disebut pemangku lagu)

a. Memperindah lagu dengan segenap cengkoknya

b. Buka untuk gending-gending gender

Page 54: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

38

c. Buka untuk gending – gending di samping bonang barung

8. Bonang gede (disebut pemangku lagu)

a. Memperindah lagu dengan segenap cengkoknya

b. Buka untuk gending –gending bonang

c. Buka untuk gending – gending lancaran

9. Gambang (disebut pemangku lagu)

a. Memperindah lagu dengan segenap cengkoknya

b. Buka untuk gending – gending gambang

10. Clempung, gender penerus, bonang penerus (disebut pemangku lagu)

tugasnya menghias lagu.

11. Slenthem, demung, saron, barung (disebut pemangku lagu) tugasnya

sebagai pola dari pada lagu atau diistilahkan balungan.

12. Saron penerus (disebut pemangku lagu) instrumen ini mempunyai gaya

yang dapat digunakan sebagai petunjuk macam – macam irama.

Kemudian peneliti akan menjelaskan pembagian instrumen dalam

pembawaan seni gamelan menurut S Heliarta dalam Seni Karawitan (Yoga,

2015):

1. Counter Melody

Counter Melody adalah alat musik yang terdiri atas gambang, suling,

rebab, dan sitter atau celempung.

a. Gambang

Gambang adalah alat musik dalam gamelan yang terbuat dari bilah

kayu (17-21) yang disusun dalam posisi berjajar memanjang diatas

Page 55: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

39

kotak yang berfungsi sebagai resonator. Susunan nada pelog dan

slendro. Penabuhnya memainkan dengan dua pemukul yang dibalut

dengan kain sehingga menghasilkan suara empuk.

Gambang termasuk instrumen tunggal, tetapi sekarang sering

digunakan sebagai instrumen dalam gamelan sebagai melodi atau

pengiring. Bila tergabung dalam gamelan, gambang berfungsi

menggarap lagu-lagu kleningan. Jika lagu itu digarap dalam slendro

gambang hanya merupakan penghias melodi.

b. Suling atau seruling

Suling atau seruling merupakan alat musik tradisional yang

merupakan satu-satu nya alat musik tiup dalam orkes gamelan. Pada

dasarnya ada dua jenis suling yaitu suling untuk laras slendro dan

suling untuk laras pelog. Suling untuk laras slendro berlubang empat

sedangkan suling untuk laras pelog berlubang lima.

c. Rebab

Rebab merupakan alat musik mirip gitar yang dimainkan dengan

cara digesek sebagaimana halnya dengan cara memainkan biola.

Dalam gamelan jawa ada dua macam rebab, yaitu rebab byur untuk

laras pelog dan rebab pontang untuk gamelan laras slendro. Bentuk

dasar keduanya sama hanya ukurannya berbeda. Rebab byur lebih

tinggi dan besar.

Umumnya watangan (bagian leher). Rebab byur terbuat dari

gading, sedangkan watangan rebab pontang sebagian terbuat dari

Page 56: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

40

gading dan sebagian terbuat dari kayu. Rebab sendiri memiliki

fungsi sebagai pembuka patet.

d. Siter dan Celempung

Siter dan celempung adalah alat musik petik di gamelan jawa. Ada

hubungannya juga dengan kecapi di gamelan sunda. Siter dan

celempung masing-masing memiliki 11 dan 13 pasang senar,

direntang kedua sisinya diantara letak renonator. Ciri khas nya satu

senar distel nada pelog dan senar lainnya dengan nada slendro.

Umumnya sitter memiliki panjang 30 cm dan dimasukan

kedalam kotak ketika dimainkan, dan celempung panjangnya kira-

kira 90 cm dan memiliki 4 kaki, serta di stell satu oktaf di bawah

siter. Siter dan celempung dimainkan sebagai salah satu dalam alat

musik yang dimainkan bersama (panerusan), sebagai instrumen yang

memainkan cengkok (pola melodik berdasarkan balungan). Baik

siter dan celempung dimainkan dengan kecepatan yang sama dengan

gambang, (temponya cepat).

2. Drum

Drum adalah alat musik yang terdiri atas bedug dan kendang.

Bedug

Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar atau pohong enau

panjang kira-kira satu depa. Bagian tengah batang itu dilubangi

sehingga berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih

besar ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi sebagai membrane

Page 57: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

41

atau kulit gendang. Bila ditabuh bedug menimbulkan suara berat,

bernada rendah, tapi dapat didengar sampai jarak cukup jauh.

Kendang

Kendang merupakan instrumen pukul dalam gamelan yang

mengandung peranan sangat penting, yaitu berfungsi sebagai pembuka

gending dan pengatur irama. Kendang sendiri terbuat dari kayu yang

dilubangi hingga tembus kemudian dipasangkan kulit binatang seperti

sapi, kerbau, maupun kambing dikedua ujungnya hingga tertutup. Ada

banyak jenis kendang antara lain kendang teteg, kendang panuntung,

kendang ketipung, kendang ciblon, kendang wayangan, kendang

gending (kendang besar), dan lain-lain. Beberapa daerah menyebut

alat musik ini gendang.

3. Gong

Gong adalah alat musik yang terdiri dari gong yang digantung dan gong

yang diletakkan di atas tali yang direntangkan pada bingkai kayu.

Gong yang digantung

Gong yang digantung dapat dibedakan dua jenis yaitu gong ageng

dan gong kempul. Gong ageng adalag gong yang terbesar dalam

gemalan jawa dan dipercaya sebagai “roh” dalam gamelan jawa.

Oleh karana itu, gong ini sangat dihormati. Biasanya gong ageng

ditempatkan dibelakang gamelan. Gong adalah pemangku irama

Page 58: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

42

yang bertugas sebagai pengakhir. Gong ditabuh setiap empat kali

kenong atau delapan kali pukulan sarong barung.

Kempul diletakkan menjadi satu bagian dengan gong. Bentuk

alat ini menyurapi gong dengan diameter 40-50 cm. Dalam

gamelan Jawa Tengah kempul yang digunakan lebih dari satu.

Kadang-kadang bahkan sebanyak jumlah nada yang ada dalam

laras slendro dan pelog. Gamelan Jawa Timur hanya menggunakan

kempul dengan nada nem atau lima slendro. Dan penampilan bunyi

kempulnya sangat menonjol.

Gong yang diletakkan diatas tali yang direntangkan pada bingkai

kayu. (tempat yang terbuat dari kayu ini biasa disebut dengan

“rancakan”).

Gong jenis ini dibedakan menjadi empat jenis gong yaitu bonang,

ketuk, kenong, kempyang. Bonang adalah satu set gong yang terdiri

dari sepuluh sampai empat belas gong-gong kecil dengan posisi

horisontal yang tersusun dalam dua deretan. Ada dua macam

bonang yaitu bonang barung dan bonang penerus.

Bonang barung berfungsi sebagai pemimpin gendhing (lagu).

Ukuran bonang barung adalah besar. Seperangkat gamelan

biasanya terdiri dari dua rancak, yaitu satu rancak (satu stel)

berlaras slendro dan satu stel berlaras pelog. Satu laras yang

berlaras slendro berisi 12 pencon sedangkan satu laras yang beralas

pelog berisi 14 pencon.

Page 59: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

43

Bonang penerus bentuknya hampir sama dengan bonang

barung, hanya ukurannya saja yang lebih kecil, fungsi bonang

penerus adalah sebagai penerus bagi bonang barung saat

pementasan karawitan. Bonang penerus ditabuh mengikuti irama

dari bonang barung (bonang besar).

Kenong memiliki nada yang tinggi dan nyaring. Dalam

gamelan kenong berfungsi sebagai membagi periode permainan

yang panjang menjadi periode sedang. Pada gamelan laras slendro

terdapat lima pencon kenong dengan titi nada 2,3,5,6,1. Sementara

pada gamelan laras pelog terdapat enam pencon kenong dengan titi

nada 2,3,5,6,7,1.

Bentuk ketuk hampir menyerupai kenong. Tetapi lebih

gepeng dan lebih pendek. Namun, suaranya tidak senyaring dan

sejernih kenong. Ketuk berfungsi membantu pengaturan irama lagu

dan membagi periode kenongan ke dalam bagian yang lebih kecil.

Dalam gamelan laras pelog ketuk memiliki nada nem atau lima.

Sementara dalam gemelan laras slendro ketuk memiliki nada gulu

dan barangan.

Kempyang merupakan alat musik gamelan laras pelog yang

terdiri atas dua pelanga perunggu. Kedua belanga ini dilaraskan

dengan nada sama. Yaitu nada nem, atau dengan nada nem dan

barang.

4. Metallophones

Page 60: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

44

Metallophones adalah alat musik yang berbentuk bilangan atau lempengan

yang terdiri dari enam atau tujuh bilah, ditumpangkan pada bingkai kayu

yang berfungsi juga sebagai resonator. Alat –alat musik ini dapat

dibedakan menjadi dua jenis yaitu saron dan gender.

Saron

Terdiri atas saron demung, saron barung, dan saron peking. Saron

demung berisi nada-nada rendah yang hampir sama dengan slentem.

Demung terdiri dari enam bilahan dan ditata pada pangkon. Saron

barung hampir sama dengan demung, saron demung hanya lebih

kecil. Perbedaannya adalah saron barung memuat nada-nada yang

yang tinggi. Saron peking ukurannya lebih kecil daripada saron

barung, namun bilahannya sama. Oleh karena itu nada-nada pada

saron peking lebih tinggi daripada saron barung.

Gender

Gender adalah alat musik yang terdiri dari bilah-bilah metal yang

ditegangkan dengan tali. Gender dapat dibedakan menjadi slentem

dan gender. Slentem memiliki pengertian sesuatu yang besar.

Ukuran saron slentem paling besar diantara ricikan saron –saron

lainnya.

Saron slentem adalah bilah besi yang ditata pada pangkon,

saron slentem berfungsi sebagai pemangku lagu untuk nada-nada

rendah pada pagelaran gamelan. Slentem laras pelog dan laras

slendro masing-masing terdiri dari tujuh bilahan.

Page 61: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

45

Gender terdiri atas gender barung dan gender penerus, gender

barung dalam karawitan disebut gender saja. Gender berfungsi

mengisi, memperluas dan mengembangkan gatra dalam gending

berdasarkan kecepatan irama.

Jumlah bilah gender yang lengkap sebanyak 14 yang terdiri

atas 2,5 oktaf. Gender dimainkan dengan cara memikul bilah dengan

dua pemukul di tangan kiri dan tangan kanan.

Bunyi yang baik dapat dihasilkan jika tepat dipukul dibagian

tengah. Gender penerus bentuknya lebih kecil dibandingkan gender

barung, namun model maupun konstruksinya sama. Fungsi gender

penerus sebagai pengisi, sehingga tabuhannya memadati gatra

gending. Keistimewaannya terletak pada cara menabuhnya. Bukan

memikul dua bilah sekaligus, melainkan bergantian satu persatu.

Dilihat dari cara membunyikannya, setiap instrumen yang terdapat dalam

musik daerah dapat dikelompokkan menjadi berikut (Supriyatno, 2006):

1. Instrumen pukul yaitu instrumen musik yang digunakan dengan cara

dipukul dengan menggunakan pemukul seperti saron, bonang, demung,

slentem, dan lain sebagainya.

2. Instrumen petik, yaitu instrumen yang di dalam membunyikannya dengan

cara dipetik seperti kecapi, jentreng.

3. Instrumen tiup, yaitu instrumen yang didalam membunyikannya dengan

cara ditiup. Seperti, terompet, suling, bangsing.

Page 62: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

46

4. Instrumen tepuk yaitu instrumen yang didalam membunyikannya dengan

cara ditepuk dengan menggunakan telapak tangan. Seperti kendang,

terbang, genjring, dog-dog, dan lain sebagainya.

Menurut Hastanto Kodrat (1982) dalam Purwadadi (2006: 21) “Gamelan

Jawa dibagi menjadi 2 bagian, pembagian ini berdasarkan perbedaan nada (laras)

yang ada pada masing – masing gamelan, yaitu gamelan laras slendro dan

gamelan laras pelog”.

Adapun perbedaan antara laras pelog dan laras slendro yaitu (Purwadadi:

2006), laras pelog terdiri dari notasi 1 2 3 4 5 6 7 (ji, ro, lu, pat, mo, nem, pi).

Laras pelog dibagi menjadi tiga bagian gendhing – gendhing laras pelog patet 5,

gendhing –gendhing laras pelog patet 6, gendhing – gendhing laras pelog patet

barang (7). Sedangkan notasi untuk laras slendro adalah 1 2 3 5 6 (ji, ro, lu, ma,

nem) gendhing –gendhing laras slendro juga dibagi menjadi tiga bagian yaitu

gendhing – gendhing laras slendro patet 6, gendhing – gendhing laras slendro

patet 6, gendhing – gendhing laras slendro patet 9.

Dalam sebuah pagelaran Gamelan Jawa, untuk tujuan membangun

“komunikasi” antar pemain, peranan masing-masing instrumen berbeda-beda

tergantung pada jenis gending dan garap yang dimainkan. Hal ini berkaitan

dengan ritme, tempo serta power (level suara) dari masing-masing instrumen.

Seperti halnya musik modern, masing-masing instrumen dalam Gamelan Jawa

memiliki fungsi (tugas) yang berbeda-beda dalam menyusun suatu permainan atau

“garap”.Secara garis besar, struktur Gamelan Jawa dalam pagelaran Gamelan

terbagi menjadi tiga unsur, yaitu (Suyatno, 2012)

a. Melodi

Page 63: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

47

Unsur melodi dalam sebuah pagelaran Gamelan membuat warna dari

bunyi yang dihasilkan. Unsur ini bisanya dihasilkan oleh instrumen yang

memiliki komponen nada dengan frekuensi tinggi dan sound envelope yang

rendah (reverb cenderung kecil). Instrumen yang tergolong dalam struktur

ini antara lain adalah demung, seruling, gender, dan bonang.

b. Time / tempo

Tempo dalam sebuah pagelaran berperan mengatur irama permainan.

Dalam sebuah pagelaran Gamelan Jawa, unsur tempo dimiliki oleh kendang.

Dinamika dan level yang dihasilkan oleh kendang akan menentukan tempo

dari (pagelaran).

c. Struktur.

Struktur dalam pagelaran Gamelan Jawa,terbangun oleh nada-nada

yang dihasilkan oleh instrument-instrumen gamelan dengan frekuensi

rendah sampai menengah dengan reverb yang cukup besar (sound envelope

yang lama).Nada-nada yang dihasilkan oleh instrumen ini rata-rata

menghasilkan nada dengan kesan kuat dan megah seperti gong, kenong

slentem dan kempul.

Dalam permaianan seni gamelan, para pemain musik gamelan juga

mengalami sebuah pemaknaan estetis dalam pemaknaan alat musik gamelan yang

dimainkan, berikut pemaknaan yang dimaksudkan (Prasetyo. 2012),

1. Pengalaman Estetis pada Alat Musik Kendang

Pemain kendang mencerminkan sosok pemimpin di dalam

permainan Gamelan Jawa. Jika irama permainnya salah, maka akan

sangat mempengarui permainan pemain gamelan lainnya. Oleh sebab itu

Page 64: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

48

seorang pemain kendang harus dapat mengayomi setiap pemain gamelan

jawa yang lainnya. Sehingga ada sosok kedewasaan atau kepercayaan

yang tinggi didalam memainkan alat musik kendang. Selain itu kendang

juga berfungsi pamurba atau pengatur irama yang salah satunya mengatur

instrumen balungan. Irama kendhangan dapat menentukan arah

pembukaan, dan penutup sekaligus.

Irama kendhang dapat menjadi penuntun atau mengendarai permaian

(ensambel), ketika permainan itu memasuki sebuah jalanan yang berliku-

liku dengan mendengarkan hati setiap pemain, atau menghadapi akhir

yang cukup menentukan didalam menentukan irama yang tepat.

Kendhang itu selalu menempatkan posisi yang pertama dan ketika dalam

irama lambat, permainan kendhang tidak sesempurna dalam permainan

rebab.

2. Pengalaman Estetis Terhadap Alat Musik Pencon

Pencon merupakan alat musik gamelan jawa yang berbentuk

menonjol kedepan. Alat musik pencon terdiri dari bonang, kethuk, gong,

dan kenong.

Pertama bonang, ada dua macam bonang yang dibedakan menurut

ukuran, wilayah oktaf dan fungsinya dalam ansambel. Seperti bonang

barung, bonang yang berukuran sedang, dan beroktaf tengah sampai

tinggi. Bonang barung seperti kemudi utama di dalam permainan

Gamelan Jawa. Jika kemudinya berubah arah, maka semuanya juga mesti

berubah arah atau memindahkan tekanan dalam suatu irama permainan

Gamelan Jawa terutama irama permainan balungan, yang memang

Page 65: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

49

mempunyai jarak yang panjang dan cukup tajam, yang memberikan

karakter dalam setiap perubahan dari gamelan jawa.

Permainan bonang barung dapat juga diibaratkan seperti seorang

perempuan, dimana suatu yang indah ditempatkan paling depan. Bonang

barung juga dapat diistilahkan sebagai ibu yang membangun karakter dari

anaknya sendiri atau dalam istilah gamelan jawa adalah membangun

permaianan supaya lebih selaras dan menstabilkan emosi yang ada.

Bonang penerus merupakan bonang yang berukuran kecil dan

beroktaf tinggi. Bonang penerus dapat dikatakan juga sebagai bonang

penghias dari permainan bonang barung. Atau dapat dikatakan sebagai

pembantu yang selalu membantu permainan bonang barung. Jika suatu

saat terjadi kesalahan didalam permainannya, atau seperti kendali kedua

didalam permainan gamelan jawa. Permainan bonang penerus yang dapat

menyokong secara kuat permainan dari bonang barung. Permainan

bonang penerus dapat juga diibaratkan sebagai seorang laki-laki, karena

suaranya yang lebih tinggi daripada bonang barung. Maka seni

permainannya dapat menguatkan mental dari permainan bonang barung

sendiri.

Kemudian kenong dan kethuk-kempyang. Kenong merupakan

instrumen pencon yang paling gemuk. Permainan kenong bertugas

memotong permainan ke dalam beberapa bagian, dan juga untuk dapat

menembus atau mendekatkan jarak dari suatu permainan yang terlalu

jauh. Permainan kenong juga secara serentak menyatu dalam melodi

vokal, dan nada nya memiliki kemiripan dari nada alat musik balungan.

Page 66: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

50

Sedangkan kethuk-kempyang merupakan alat yang berfungsi sebagai

pengatur tempo bagi seluruh rangkaian melodi dari Gamelan Jawa.

Permainan ini juga digambarkan sebagai tokoh yang vital, namun

dianggap marjinal didalam kehidupan sosial manusia (terutama manusia

jawa). Karena mereka bukanlah orang kaya yang dapat menguasi realitas

sosial, seperti tukang parkir, tukang becak, dan lain sebagainya. Mereka

dapat ada secara eksis karena banyak yang membutuhkan. Tetapi, tentu

saja tidak banyak yang tertarik terhadap peran mereka. Tanpa ada mereka

tidak akan ada suatu harmoni indah di dalam kehidupan ini. Dan akan

terasa sumbang, hambar, fals, dan tidak padu. Oleh sebab itu permainan

kethuk kempyang banyak memberikan hal yang tidak menarik, atau yang

membuat kita merasa cepat bosan.

Kemudian gong ageng, gong suwuk, dan kempul. Kempul itu salah

satu perangkat gamelan jawa yang ditabuh. Perangkatini biasanya

digantung seperti pada umumnya perangkat gong. Kempul biasanya

digunakan untuk menggemakan warna-warna di dalam permainan

gamelan jawa, atau diibaratkan gema-gema kehidupan yang akan selalui

mewarnai kehidupan ini. Secara objek estetisnya nada kempul berbeda

dengan nada kenong. Dikarenakan untuk memenuhi bagiannya sendiri

dan nada kempul yang cukup rendah, juga terlihat sangat tidak jelas

dengan nada kenong sendiri, dan suara kempul secara jelas seperti

lonceng.

Gong ageng merupakan alat musik yang sangat penting didalam

permainan gamelan jawa, karena jiwa dan semangat muncul dari

Page 67: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

51

permainan gong ageng ini. Yang menjadikannya pusat secara fundamental

didalam permainan gamelan jawa. Gong ageng ini sering diadakan ritual

terlebih dahulu dengan menggunakan bunga, makanan, atau dupa sebelum

diturunkan didalam pertunjukan, dikarenakan untuk menenangkan jiwa

yang tinggal di dalam alat ini. Gong ageng diibaratkan sebagai Tuhan

yang bertugas mengawali dan mengakhiri kehidupan ini. Oleh sebab ini

alat musik ini memiliki kemuliaan dari alat musik gamelan jawa lainnya.

Dalam atmosfer gamelan jawa gong ageng memiliki ketenangan dan

kuasa yang tinggi secara pasti. Seni bermainan alat musik ini seperti

bermain dalam kediaman dan tidak ada habisnya. Dan seperti gema dari

Tuhan, yang selalui memiliki kebenaran abadi didalam keputusannya.

Gong suwuk biasa digantung pada bagian belakang bersamaan

dengan gong ageng. Gong suwuk biasa ditabuh diakhir baris pada lagu,

tapi bukan pada akhir lagu itu sendiri. Gong suwuk diibaratkan sebagai

waktu yang akan berhenti untuk dapat berganti dari hari ke hari yang

baru, atau dilebarkan untuk irama yang baru. Gema-gema seperti ini dapat

membuat kita ingin menikmati hidup dari awal sampai akhir dengan

waktu yang selalu berubah-ubah.

3. Pengalaman Estetis terhadap Alat Musik Balungan

Demung itu seperti pemimpin dalam irama balungan yang dapat

memberikan mentalitas ketegasan balungan yang lebih kecil darinya, dan

orang yang memainkan alat musik ini mesti memiliki mental yang sangat

kuat.

Page 68: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

52

Mental seperti pemimpin dalam irama balungan, terutama terjadi

ketidakkompakkan dalam irama saron, dan fisik yang kuat, karena

pemukul dari alat musik demung lebih besar dan lebih berat dari alat

pemukul untuk saron dan kebanyakan alat musik Demung tidak cepat

juga dari saron, atau lebih lambat. Seperti didalam permainan musik

serayu versi cepat.

Saron atau biasa disebut ricik dapat memberikan warna yang lebih

daripada alat gamelan lainnya, terutama memberikan warna yang lebih

terhadap alat musik demung. Karena nada nya yang tidak terlalu rendah

seperti demung, dan tidak terlalu tinggi seperti saron peking ataupun

saron penerus. Dan penonton menaruh perhatian lebih pada permainan

alat ini karena seperti memainkan piano tapi dengan cara dipukul.

Peking atau saron penerus. Tugas dari saron penerus adalah mengisi

kekosongan atau menutup celah dari permaianan saron, sehingga kita

tidak merasakan kehampaan didalam mendengarkan permainan gamelan

Jawa. Permaianan saron penerus seperti bermain dua orang pemain saron.

Tetapi dirangkum atau dirangkap menjadi satu, dan pemain dari saron

penerus juga mesti memiliki suatu rangsangan atau respon yang cepat

dalam permainan.

4. Pengalaman Estetis terhadap Alat Musik Panerusan

Dalam menabuh slenthem, yang dibutuhkan adalah naluri atau

perasaan dari si penabuh didalam menghasilkan gema ataupun bentuk

degungan yang baik, atau pemain yang memang mesti memiliki

kelembutan hati yang cukup halus, dan berbeda dengan gender yang mesti

Page 69: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

53

memiliki harmonisasi nada di dalam kehidupan, walaupun sama –sama

harus memiliki kehalusan hati dan untuk tempo penabuhannya adalah cara

yang digunakan itu sama halnya bila menggunakan balungan, namun

dalam keadaan tertentu misalnya saja didalam permainan demung imbal,

maka slenthem digunakan untuk mengisi kekosongan nada balungan yang

ditabuh secara lambat, maka slenthem ditabuh dua kali lipat dari ketukan

balungan, atau dapat juga pada kondisi dimana slenthem harus ditabuh

setengah kali dari nada balungan, ketika balungan sedang ditabuh secara

cepat, misalnya ketika gendhing gangsaran atau pada adegan peperangan.

Suara gambang mempunyai kualitas suara yang halus dan lembut,

kita mesti menarik stick kayunya melewati kunci –kunci nada yang sudah

ditentukan. Permainan alat musik secara sempurna menciptakan harmoni

dengan alat musik lainnya. Seperti angin yang terbang dari musik

penghujan sampai musim panas. Hal ini sangat menyejukkan hati kita,

dan tidak ada subjek yang dapat mengelak dari pengaruh ini.

Rebab, alat musik ini merupakan salah satu kunci, ketika kita ingin

menguasi semua alat Gamelan Jawa yang lainnya secara mudah, akan

tetapi alat musik ini lebih sulit dimainkan dari pada alat musik gender dan

kendhang, karena dibutuhkan perasaan yang sangat tinggi untuk

menguasai tiga senar dalam menentukan nada pelog dan slendro dalam

alat musik ini dan kalau salah menggesekknya lebih keras maka senarnya

akan putus.

Sitar, banyak para pemain sitar yang memanjangkan kuku ibu jari

mereka, supaya tidak terluka ketika memainkan alat musik ini.

Page 70: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

54

Permainnya cukup halus dan mengisi penuh harmonisasi di dalam

permainan Gamelan Jawa. Dengan figurasi permainan yang cukup cepat,

yang bekerja sama dengan harmonisasi dari permaianan balungan.

Permainan ini juga terkadang menjadi penutup sebuah melodi permainan

Gamelan Jawa. Dan memiliki gaya yang mirip dengan saron penerus.

Permainan alat musik ini secara solo pun dapat didengar secara jelas dan

mendominasi sebuah dampak yang total.

Suling, suara yang halus ini terus terang merupakan suara yang

melankolis. Permainan suling memiliki banyak elemen yang dapat

membuat keserasiaan bunyi dalam sebuah permainan Gamelan Jawa.

Dalam kombinasi sebuah orkestra, suling dapat didengar secara ekslusif

dengan gaya permainan yang lembut. Suara suling itu juga dapat

menggambarkan suasana riang jernih dan sampai pada titik permainan itu

sendiri, yang kadang permainannya juga berbeda atau ada bagian sendiri

yang khusus di dalam seni Gamelan Jawa. Karena gayanya tidak dapat

ditiru atau disamakan secara baik oleh alat musik Gamelan Jawa yang

lain.

2.1.4 Kegiatan Ekstrakurikuler

Pihak Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan telah memberikan panduan teknis

dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Berikut peneliti

merangkum panduan dari pihak LPMP disesuaikan dengan kebutuhan teori dalam

peneliitan ini, (Kemdikbud, 2016) Kegiatan ekstrakurikuler merupakan proses

Page 71: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

55

yang sistematis dan sadar dalam membudayakan peserta didik agar memiliki

kedewasaan sebagai bekal kehidupannya. kegiatan ekstrakurikuler memberikan

ruang yang tepat kepada peserta didik untuk mempraktikkan secara langsung

(learning by doing) berbagai aktivitas yang dapat diarahkan pada upaya

pembentukan karakter tertentu.

Pada panduan juga dijelaskan kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah

satu jalur pembinaan kesiswaan. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan

dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar

siswa dapat memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat

dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan

sikap dan nilai-nilai.

Ekstrakurikuler yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta

didik di luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan

kurikulum dan dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk

mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang

lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum. Kemudian dari

pada pengertian itu dapat dibedakan antara ekstrakurikuler wajib dan pilihan.

Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus

diikuti oleh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik dengan kondisi tertentu

yang tidak memungkinkannya untuk kegiatan ekstrakurikuler seni gamelan.

Sedangkan ekstrakurikuler pilihan adalah program ekstrakurikuler yang dapat

diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing.

Adapun visi yang diusung kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh

peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan

Page 72: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

56

kurikulum dan dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk

mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang

lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum. Visi kegiatan

ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal,

serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk

diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Misi kegiatan ekstarkurikuler sendiri menyediakan sejumlah kegiatan yang

dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan

minat peserta didik, menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan

peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau

kelompok.

Sujurus dengan itu kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan

memiliki fungsi pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir, yaitu:

1. Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi

untuk mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan

minat, pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk

pembentukan karakter dan pelatihan kepemimpinan.

2. Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab social peserta

didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikankesempatan

kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman sosial, praktek

keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral dan nilai sosial.

3. Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam

suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang

Page 73: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

57

proses perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat

menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih

menarik bagi peserta didik.

4. Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi

untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui

pengembangan kapasitas.

Kemudian tujuan dari penyelenggaraan ekstrakurikuler di sekolah adalah

kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotor peserta didik, dan kegiatan ekstrakurikuler harus dapat

mengembangkan potensi, bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan

pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.

Untuk itu kegiatan ekstrakurikuler harus dikembangkan dengan prinsip-

prinsip berikut,

1. Bersifat individual, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan

sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik masing-masing.

2. Bersifat pilihan, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan

sesuai dengan minat dan diikuti oleh peserta didik secara sukarela.

3. Keterlibatan aktif, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler menuntut

keikutsertaan peserta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan

masing-masing.

4. Menyenangkan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dalam

suasana yang menggembirakan bagi peserta didik.

Page 74: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

58

5. Membangun etos kerja, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler

dikembangkan dan dilaksanakan dengan prinsip membangun semangat

peserta didik untuk berusaha dan bekerja dengan baik dan giat.

6. Kemanfaatan sosial, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan

dan dilaksanakan dengan tidak melupakan kepentingan masyarakat.

Format dari kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dalam berbagai bentuk

kegiatan seperti,

1. Individual, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format

yang diikuti oleh peserta didik secara perorangan.

2. Kelompok, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format

yang diikuti oleh kelompok – kelompok peserta didik.

3. Klasikal, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format

yang diikuti oleh peserta didik dalam satu kelas.

4. Gabungan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format

yang diikuti oleh peserta didik antar kelas.

5. Lapangan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format

yang diikuti oleh seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di

luar sekolah atau kegiatan lapangan.

Sifat kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum 2013 dikelompokkan

menjadi dua golongan besar, yakni ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler

pilihan. Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus

diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu

yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni

gamelan. Dalam Kurikulum 2013, Pendidikan Kepramukaan ditetapkan sebagai

Page 75: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

59

kegiatan ekstrakurikuler wajib mulai dari sekolah dasar (SD/MI) sampai dengan

Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK) (Permendikbud nomor 63 Tahun 2014).

Untuk kegiatan ekstrakurikuler pilihan sendiri merupakan kegiatan yang

disediakan sekolah, namun tidak mewajibkan siswa untuk mengikuti. Siswa

diberikan kebebasan untuk memilih sesuai dengan bakat, minat, dan potensi

masing-masing.

Kegiatan ini dapat juga dalam bentuk kelompok atau klub yang kegiatan

ekstrakurikulernya dikembangkan atau berkenaan dengan konten suatu mata

pelajaran, misalnya klub olahraga seperti futsal, sepak bola, bola voli, bulu

tangkis, pencak silat, dan lain-lain.

Berkenaan dengan pengadaaan ekstrakurikuler, satuan pendidikan (kepala

sekolah, guru, dan tenaga kependidikan) perlu secara aktif mengidentifikasi

kebutuhan dan minat peserta didik yang selanjutnya dikembangkan ke dalam

kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat positif bagi siswa.

Analisis kebutuhan, pada tahap awal satuan pendidikan dapat melakukan

analisis kebutuhan kegiatan ekstrakurikuler. Analisis kebutuhan pada tingkat

satuan pendidikan dapat melibatkan kepala sekolah, guru, pengawas, tenaga

kependidikan, komite/orang tua atau pemangku kepentingan yang lain.

Analisis kebutuhan ini untuk mengidentifikasi kebutuhan dan minat

peserta didik, sarana yang dimiliki sekolah, ketersediaan sumber daya manusia,

dan lain-lain. Analisis kebutuhan ini penting dilakukan untuk mengetahui daya

dukung yang dimiliki dan yang diperlukan satuan pendidikan sebelum

menentukan jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler. Untuk tahap selanjutnya,

Page 76: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

60

pelibatan pemangku kepentingan juga diperlukan sampai dengan tahap monitoring

dan evaluasi.

Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis

kebutuhan berkaitan dengan dengan pengembangan kegiatan ekstrakurikuler di

sekolah dasar:

1. Merancang ulang program pengembangan kegiatan ekstrakurikuler,

menganalisis kegiatan yang telah ada untuk menentukan kesenjangannya

dengan kegiatan yang diinginkan.

2. Merumuskan target mutu yang akan dicapai dan menganalisis

kepengelolaan di setiap unit kegiatan.

3. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat.

4. Menerapkan strategi mewujudkan kegiatan ekstrakurikuler, termasuk

membangun kesinergisan internal dan kemitraan eksternal, pengembangan

kapasitas, pemberdayaan sistem informasi, dsb.

5. Melakukan evaluasi secara terus-menerus dengan tolok ukur yang jelas

dan memanfaatkannya untuk perbaikan.

Kemudian dalam menetapkan kegiatan ekstrakurikuler sekolah sebaiknya

melakukan penelusuran atau seleksi atas potensi, keinginan, minat, bakat,

motivasi dan kemampuan siswa sebagaimana dipertimbangkan adanya quota atas

peserta untuk setiap jenis kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan/akan

diselenggarakan.

Seleksi dapat ditempuh melalui suatu test, kuesioner,

wawancara/penawaran tertentu sekaligus dimaksudkan untuk mengetahui

siswa/kelompok siswa yang karena berbagai hal tidak dapat melanjutkan studi

Page 77: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

61

sehingga perlu mendapat perhatian khusus dalam layanan program kegiatan

ekstrakurikuler.

Selanjutnya sekolah melakukan pengelompokkan siswa dengan jumlah

tertentu (sesuai quota) yang dipandang layak mengikuti satu/beberapa jenis

kegiatan ekstrakurikuler yang akan diselenggarakan. Salah satu hasil analisis

kebutuhan pada tingkat satuan pendidikan yakni menentukan jenis kegiatan

ekstrakurikuler apa saja (selain yang wajib: pramuka), yang akan dikembangkan

di sekolah.

Penetapan jenis ekstrakurikuler ini secara langsung juga menentukan siapa

yang bertanggung jawab untuk menjadi Pembina dan atau pelatih. Hal ini perlu

dilakukan agar dapat didistribusikan secara merata sumber daya manusia yang

ada. Penetapan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan kepala sekolah,

guru, pengawas, tenaga kependidikan, komite/orang tua atau pemangku

kepentingan, harapannya akan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.

Ada dua alternatif yang bisa dilakukan untuk menetapkan jenis kegiatan

ekstra pilihan yang akan dikembangkan di sekolah dasar, yaitu:

2. Top-Down, sekolah menyediakan/menyelenggarakan program kegiatan

ekstrakurikuler dalam bentuk paket-paket (jenis-jenis kegiatan) yang

diperkirakan dibutuhkan siswa. Dalam konteks ini juga, sekolah

menetapkan jenis ekstrakurikuler yang wajib diikuti peserta didik, seperti

Pramuka.

3. Bottom-Up, sekolah mengakomodasikan keragaman potensi, keinginan,

minat, bakat, motivasi dan kemampuan seorang atau kelompok siswa untuk

kemudian menetapkan/menyelenggarakan program kegiatan ekstrakurikuler.

Page 78: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

62

4. Kombinasi antara top-down dan bottom-up, artinya kegiatan esktrakurikuler

tertentu sudah disediakan sekolah sebagai kebijakan satuan pendidikan,

namun beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang lain dapat diselenggarakan

berdasarkan atas inisiatif dari siswa atau pemangku kepentingan pendidikan.

Usman dan Lilis (1993) dalam (Pusitasari, 2016) menjabarkan tujuan dari

kegiatan ekstrakurikuler adalah meningkatkan kemampuan anak didik aspek

kognitif maupun afektif, mengembangkan bakat serta minat siswa dalam upaya

pembinaan pribadi menuju manusia seutuhnya, mengetahui serta membedakan

hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

2.1.5 Musik dalam Perspektif Pendidikan

Djohan (2009: 4) dalam (Desyandri, 2014) menyebutkan bahwa musik

sebagai alat untuk meningkatkan dan membantu perkembangan kemampuan

pribadi. Perkembangan pribadi meliputi aspek kompetensi kognitif, penalaran,

inteligensi, kreativitas, membaca, bahasa, sosial, perilaku, dan interaksi sosial.

Kedua pandangan ini memberikan gambaran bahwa seni musik secara konseptual

pendidikan seni musik dapat memberikan bekal pengalaman kepada peserta didik

untuk dapat membentuk interaksi, komunikasi, keadilan, kesetaraan,

keharmonisan, dan keindahan dalam keberagaman karakteristik individu (pemain)

dan keberagaman bentuk alat musik yang terlibat dalam sebuh performan musik.

Desyandri dalam jurnalnya menjelaskan mengenai perasaan dalam

merasakan sebuah musik dan korelasinya dalam dunia pendidikan karakter, yaitu

(Desyandri, 2012: 2):

Melalui rasa bermusik (sense of music) dan pengalaman berseni

(experience of art) peserta didik dapat membekali diri dengan pengetahuan

Page 79: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

63

(knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku (attitude) yang akan

mereka pergunakan dalam menjalani dan memecahkan permasalahan

kehidupan sehari-hari, dan sekaligus mengembangkan kepribadiannya. Hal

ini, tentunya dapat diperoleh dengan pendidikan seni musik yang

dilaksanakan dengan sepenuhnya dan mengakomodir perbedaan karakter,

keunikan, dan tingkat perkembangan masing-masing individu peserta

didik.

Berkenaan dengan musik, pada penelitian ini membahas mengenai gamelan.

Gamelan dapat menghasilkan alunan musik jika dimainkan. Musik selalu

mengandung keindahan dan merupakan hasil daya cipta yang bersumber pada

ketinggian budi dari daya cipta yang bersumber pada ketinggian budi dari jiwa

yang mengeluarkan musik itu sehingga musik selalu dijadikan tolak ukur dari

tinggi rendahnya nilai-nilai dan karakter suatu bangsa. (Jarmani, 2016).

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian ini untuk mengetahui muatan nilai-nilai pendidikan karakter yang

terkandung dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di

Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro, penelitian dilakukan dengan pendekatan

kualitatif deskriptif dimana proses pengambilan data memalui observasi,

wawancara mendalam, dan dokumentasi. Pada penyusunan laporan perencanaan

penelitian peneliti juga merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya sebagai

gambaran, acuan, dan pedoman untuk melangkah kedepannya, kemudian adapula

penelitian yang hampir serupa dengan penelitian ini, kemudian menjadi bahan

pertimbangan untuk mengembangkan penelitian yang sudah ada, adapun beberapa

penelitian yang terkait:

1. Penelitian berjudul “Implementasi Grand Design Pendidikan Karakter di

Sekolah Alam sebagai Penguatan Generasi Emas 2045 (Studi Deskriptif

Page 80: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

64

di Sekolah Alam Ungaran)” oleh Citapujiyati, lulusan dari Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Penelitian dilakukan pada tahun 2017 sebagai syarat sarjana di universitas

peneliti. pada penelitian ini, peneliti berpedoman untuk melihat pada

proses memperoleh data, prosedur penelitian dan desain peneltian yang

menyerupai dengan penelitian ini. Kemudian mengenai fokus peneltian

ada beberapa kesamaan seperti menitikberatkan pada pendidikan karakter

yang dicanangkan oleh pemerintah. Walaupun hal yang membedakan

adalah objek yang diteliti jika peniliti memfokuskan pada pembelajaran

seni gamelan maka penelitian ini menitikberatkan pada proses

pembelajaran yang terjadi di sekolah alam. Kemudian jika di penelitian

rujukan ini mengembangkan sampai pada grand design yang berupaya

untuk menciptakan generasi emas tahun 2045. Sedangkan, pada penelitian

yang akan peneliti lakukan hanya sebatas mengetahui muatan nilai-nilai

pendidikan karakter yang ada di pembelajaran seni musik gamelan,

sehingga dapat membantu program pemerintah penguatan pendidikan

karakter.

2. Penelitian berjudul “Internalisasi Nilai Kebersamaan melalui

Pembelajaran Seni Gamelan (Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa)”

penelitian dilakukan oleh Suhendi Afryanto, berasal dari Sekolah Tinggi

Seni Indonesia Bandung penelitian dilakukan pada tahun 2013, dan

dijadikan menjadi jurnal seni dan budaya panggung vol 23, no 1 Maret

2013, 1-108. Pada penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian

yang peneliti lakukan yang membedakan adalah subjek dan objek disini.

Page 81: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

65

Dimana penelitian mengarah ke mahasiswa, sedangkan gamelan yang

dimaksud adalah gamelan sunda, untuk karakternya sendiri dibatasi pada

nilai kebersamaan. Kemudian berbekal dengan itu peneliti mencoba

mengambangkannya pada penelitian untuk menguak muatan nilai-nilai

pendidikan karakter pada pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro.

3. Penelitian berjudul “Implementasi Penanaman Pendidikan Karakter

melalui Ekstrakurikuler Karawitan di SD Negeri 02 Plunturan Pulung

Ponorogo” penelitian dilakukan oleh Yoga Dwi Utami, Program studi

pendidikan guru madrasah ibtidaiyah jurusan tarbiyah Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Peneliti juga merujuk pada

penelitian ini karena prosedur yang hampir sama, tentang karakter.

Namun objek penelitiannya yang lebih luas yaitu seni karawitan. Karena

gamelan sendiri masuk kedalam karawitan. Tapi, walaupun begitu

keduanya memiliki karakternya masing-masing yang akan peneliti cari

tahu lebih banyak pada penelitian ini.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir pada penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti melihat

permasalahan di lapangan bahwasannya Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro masih

memiliki pekerjaan rumah mengenai karakter siswa yang masih jauh dari harapan.

Ditambah lagi keadaan sekolah yang belum menerapkan Program Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK), yaitu gerakan pendidikan di sekolah untuk

memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa

(estetika), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan

Page 82: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

66

perlibatan publik dan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang

merupakan bagian dari gerakan nasional revolusi mental (GNRM).

Kemudian melihat ciri khas sekolah yang mengedepankan budaya cinta

tradisi jawa dengan menerapkan berbahasa jawa setiap hari kamis serta adanya

ekstrakurikuler seni gamelan sebagai ekstrakurikuler pilihan. Dimana tujuan

diadakannya pembelajaran seni gamelan masih sebatas sebagai sarana hiburan,

sosial, dan menambah ketrampilan siswa. Padahal, jika dilihat dari perspektif

filosofis pembelajaran seni gamelan mampu memberikan nilai-nilai karakter bagi

yang memainkannya.

Melihat makna filosofis yang ditimbulkan dalam pembelajaran seni

gamelan maka penelitian dilanjutkan dengan studi analisis muatan nilai-nilai

pendidikan karakter apa saja yang terkandung dalam pembelajaran seni gamelan

melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro. Dan hal ini

bisa sejalan dengan program PPK berbasis budaya sekolah melalui kegiatan

ekstrakurikuler. Hal itu diteliti dengan melibatkan kurikulum yang ada di sekolah,

pihak sekolah sebagai stakeholder, pihak pelatih sebagai orang yang

bersinggungan secara langsung dengan pembelajaran, kemudian peserta didik

yang merasakan pembelajaran secara langsung. Kemudian nilai – nilai pendidikan

karakter yang dimaksud adalah nilai – nilai pendidikan karakter yang sesuai

dengan program PPK yang dicanangkan pemerintah sebagai upaya penguatan

pendidikan karakter di sekolah. Adapun kerangka berpikir peneliti

menjewantahkannya menjadi sebuah bagan sebagai berikut:

Page 83: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

67

Gambar 2.4. Bagan Kerangka Berpikir

PEMBELAJARAN SENI GAMELAN

KURIKULUM

TENTANG

PEMBELAJARAN

SENI

GAMELAN

MELALUI

KEGIARAN

EKSTRAKURIKULER

LINGKUNGAN

DAN TENAGA

PENDIDIK

SEKOLAH

DASAR

PELATIH

PEMBELAJAR

AN SENI

GAMELAN

DAN

PERAN

MASYARAKAT

SISWA/

PESERTA

DIDIK

STUDI ANALISIS MAKNA FILOSOFIS NILAI-NILAI PENDIDKAN KARAKTER PADA

PEMBELAJARAN SENI GAMELAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

ADANYA MUATAN NILAI – NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG MUNCUL

DALAM PEMBELAJARAN SENI GAMELAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PEMBELAJARAN SENI GAMELAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGUATAN PENDIDIKAN

KARAKTER BERBASIS SEKOLAH MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PENERAPAN SENI GAMELAN DI SDN KALISEGORO YANG MASIH MENITIKBERATKAN

PADA ASPEK KETRAMPILAN, DISISI LAIN TERDAPAT ASPEK FILOSOFIS NILAI – NILAI

PENDIDIKAN KARAKTER

PERMASALAHAN KARAKTER DI SDN KALISEGORO KEMUDIAN BELUM

DITERAPKANNYA PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Page 84: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

68

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan

dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan

untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang

pendidikan. (Sugiyono, 2010).

Sebuah penelitian perlu kiranya menetapkan metode penelitian yang sesuai

dengan hal yang ingin diteliti, agar penelitian yang dilakukan memiliki hasil yang

dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan kebutuhan.

Pada penelitian yang berfokus meneliti muatan nilai-nilai pendidikan

karakter dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di

Sekolah Dasar Kalisegoro peneliti menitikberatkan pendekatan kualitatif

deskriptif, dimana hasil penelitian berupa kata – kata tertulis atau lisan dari dari

orang – orang dalam hal ini informan, ataupun perilaku – perilaku yang dapat

diamati.

Penelitian kualitatif akan terjadi ketiga kemungkinan terhadap masalah

yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian. Pertama masalah yang dibawa

peneliti tetap. Kedua masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian

berkembang yaitu meluas atau memperdalam masalah yang disiapkan. Dengan

demikian tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup

disempurnakan. Ketiga masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan

Page 85: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

69

berubah total, sehingga harus ganti masalah. Dengan demikian judul proposal

dengan judul penelitian tidak sama dan judulnya diganti. (Sugiyono, 2010).

Sedangkan menurut Strauss dan Corbin penelitian kualitatif adalah jenis

penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai atau

diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara cara dari

kuantifikasi atau pengukuran. Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan

untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,

fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. (Sujarweni, 2014).

Menurut Sudjana dan Ibrahim (Citrapujiati, 2017). Penelitian deskriptif

adalah penetian yang berusaha mendiskripsikan suatu, peristiwa, kejadian, yang

terjadi pada saat sekarang, dengan kata lain penelitian deskriptif mengambil

masalah memusatkan masalah kepada masalah – masalah aktual sebagaimana

adanya pada saat penelitian.

Mengenai deskriptif, Moleong (2010: 11) menjelaskan bahwa deskriptif

dalam penelitian kualitatif adalah,

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata – kata, gambar, dan bukan

angka- angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci

terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan

berisi kutipan – kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan

tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan

lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan

dokumen resmi lainnya.

Penelitian kualitatif hanya bersifat mendiskripsikan makna data atau

fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti, dengan menunjukan bukti-buktinya.

Pemaknaan terhadap fenomena itu banyak bergantung pada kemampuan dan

ketajaman peneliti dalam menganalisisnya. Menurut Spradley (1979), bagi

Page 86: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

70

penelitian kualitatif yang berkemampuan tinggi, terhadap sebuah lelucon pun dia

mampu memberi makna, sehingga dihasilkan penemuan yang berarti. Dalam

melakukan analisis itu peneliti mengajukan berbagai pertanyaan yang bersifat

radikal,sehingga pemaknaan terhadap suatu gejala saja, dalam deskripsi yang

dibuatnya, bersifat luas dan tajam (Susilana, 2017).

Peneliti memilih metode ini karena topik yang diangkat berkesinambungan

sehingga dalam mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dasar peneliti harus

mampu mendiskripsikannya secara mendalam dan bermakna. Kemudian

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pun bersifat radikal dan mendasar sehingga

akan didapatkan data yang dibutuhkan sehingga tujuan penelitian dapat terwujud

dengan adanya penelitian ini.

Alur dalam penelitian ini langkah awal yang dilakukan peneliti adalah

melakukan observasi awal yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

pembuatan instrumen penelitian. Kemudian dalam penyusunan instrumen

penelitian peniliti memusatkan untuk pengambilan data melalui observasi

pandangan mata, studi literatur atau dokumenter, dan wawancara mendalam

mengenai muatan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

limplementasi pembelajaran

Page 87: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

71

Adapun penelitian meliputi mencari tahu nilai – nilai pendidikan karakter

apa saja yang muncul dalam pembelajaran seni gamelan, mulai dari kegiatan awal

sampai dengan kegiatan akhir hingga evaluasi.

Kemudian diperhatikan pula bagaimana pemberian materi dan proses

pembelajaran berlangsung. Melalui observasi secara langsung serta wawancara ke

beberapa pihak secara mendalam. Dan dari itu semua maka penelitian bertujuan

untuk menghasilkan muatan nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang

terangkum dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di

Sekolah Dasar Kalisegoro.

Page 88: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

72

Gambar 3.1. Alur Penelitian

OBSERVASI

PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN

STUDI

DOKUMENTER

IMPLENTASI PEMBELAJARAN SENI

GAMELAN MELALUI KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER MULAI DARI

PERENCANAAN SAMPAI PELAKSANAAN

(PROSES PEMBELAJARAN TERDIRI

KEGIATAN AWAL, KEGIATAN INTI,

KEGIATAN PENUTUP), EVALUASI, DAN

PEMBIASAAN. KEMUDIAN PENELITIAN

MENGHASILKAN MUATAN NILAI-NILAI

PENDIDIKAN KARAKTER APA SAJA

YANG TERKANDUNG DALAM

PEMBELAJARAN SENI GAMELAN.

WAWANCARA

DAN

OBSERVASI

STUDI ANALISIS MENGENAI MUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN

KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SENI GAMELAN YANG

DIIMPLENTASIKAN SEKOLAH DASAR KALISEGORO MELALUI KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER, JIKA ADA MUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN

KARAKTER APA SAJA YANG TERKANDUNG. KEMUDIAN HASIL DAPAT

MEMBANTU SEKOLAH UNTUK PROGRAM PEMERINTAH DALAM

PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

DATA YANG DIPEROLEH DIOLAH DAN DISAJIKAN

DALAM BENTUK DESKRIPTIF

Page 89: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

73

3.2 Masalah Penelitian

Sebagai upaya mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan fokus.

Spradley menyatakan bahwa, “A focused refer to a single cultural domain or a

few related domains” maksudnya adalah bahwa, fokus itu merupakan domain

tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian

kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih didasarkan pada tingkat kebaruan

informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan). (Sugiyono, 2010).

Masalah penelitian mengenai “Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri

Kalisegoro” diteliti dengan cara studi analisis mengenai muatan nilai-nilai

pendidikan karakter dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di SD Negeri Kalisegoro untuk penguatan pendidikan karakter di

sekolah.

Masalah berangkat dari kesenjangan antara pengetahuan sekolah dengan

hasil penelitian yang telah ada. Pengetahuan sekolah dapat dilihat dari tujuan

sekolah pada poin empat belas yaitu membuat siswa agar bisa bermain gamelan.

Sekolah tampak lebih menyoroti akan peningkatkan ketrampilan siswa dan

pengetahuan siswa akan permaianan gamelan. Padahal pada penelitian

menyebutkan bahwa pembelajaran seni gamelan memiliki makna filosofis yang

tidak sekadar peningkatan ketrampilan semata.

Jurnal pendidikan dan kajian seni menjelaskan bahwasannya nilai-nilai

karakter yang diajarkan dalam seni gamelan adapun rasa hormat dan tanggung

jawab. (Jurnal pendidikan dan kajian seni, Vol 1,No 2, 2016). Kemudian pada

penelitian mengenai gamelan sunda menjewantahkan bahwasannya gamelan

Page 90: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

74

dalam pendidikan karakter mampu melatih kepekaan psikis, melalui matra etika

dan estetika. Tidak hanya itu pembelajaran gamelan mengarah kepada

pembelajaran cooperative learning yang menghasilkan kebersamaan bagi

pemainnya, seperti memiliki peran, menghargai perbedaan, memiliki kepekaan,

kerjasama, dan ada pemimpin. (Afriyanto, 2013).

Santoso (2010: 1) mengungkapkan mengenai salah satu kesenian di

Indonesia adalah gamelan. “Gamelan merupakan hasil olah budi manusia untuk

mengungkapkan rasa estetika atau rasa mencurahkan keindahan”. Khususnya seni

Gamelan Jawa mengandung nilai-nilai histori dan filosofis Bangsa Indonesia

khususnya bagi masyarakat jawa dan gamelan jawa juga mempunyai fungsi

estetika yang berkaitan dengan nilai– nilai sosial, moral dan spiritual. (W, 2013).

Dikuatakan dengan pendapat Trimanto (1984) dalam Purwadi (2006: 4)

menjelaskan mengenai kesinambungan antara gamelan dan pendidikan, “Gamelan

dapat digunakan mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa

berkecimpung di dunia karawitan rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus,

tingkah laku sopan, semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-

gendhing”.

Berangkat dari temuan mengenai pentingnya pembelajaranseni gamelan

untuk pembentukan karakter, penelitian untuk mengetahui muatan nilai – nilai

pendidikan karakter dalam pembelajaran seni gamelan penting, terlebih nilai –

nilai yang dimaksud adalah nilai – nilai dalam program penguatan pendidikan

karakter atau biasa disebut PPK. Program ini dikembangkan oleh pemerintah

sebagai pemecahan permasalahan karakter di sekolah. Disampaikan pada

Pembekalan Fasilitator “Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2017”

Page 91: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

75

oleh, Arie Budhiman, selaku staf ahli mendikbud bidang pembangunan karakter

menjelaskan tujuan dari penguatan pendidikan karakter sendiri adalah

mengembangkan platforma pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai

karakter sebagai poros utama penyelenggaraan pendidikan, dengan

memperhatikan kondisi keberagaman satuan pendidikan di seluruh wilayah

Indonesia.

Definisi operasional fokus penelitian muatan nilai-nilai pendidikan

karakter dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di SD

Negeri Kalisegoro untuk penguatan pendidikan karakter di sekolah. Hal ini

dilakukan sesuai dengan karakter yang dicita-citakan pemerintah untuk anak

bangsa. Nilai-nilai karakter ini sudah termaktub pada peraturan-peraturan yang

termuat di program penguatan pendidikan karakter di sekolah khususnya melalui

budaya sekolah. Hal ini peneliti dapatkan data dengan cara wawancara mendalam

kepada narasumber yang bersangkutan. Tabel 3.1. Definisi operasional fokus

penelitian terlampir pada lampiran 2.

Dalam penelitian kualitatif peneliti berpatisipasi penuh dalam menggali

data di lapangan. Sebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data

participant observations dan indepth interview (wawancara mendalam), maka

peneliti harus berinteraksi dengan sumber data. (Sugiyono, 2016). Seperti hal nya

ungkapan dari Nasution (1988), “Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain

daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama.

Alasannya segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.

Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan bahkan

hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti,” maka

Page 92: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

76

dari itu bisa ditarik garis merahnya bahwasannya penelitan kualitatif disini tidak

lain sebagai upaya awal membuktikan hipotesa awal peneliti dengan peneliti

sebagai alat utama untuk mencari data yang dibutuhkan, tentu dengan bantuan

hal-hal lain yang berkaitan. Dengan data yang didapatkan bisa disimpulkan

apakah tujuan dari penelitian dapat tercapai, kemudian fokus penelitian

menghasilkan pemahaman yang linier dengan data di lapangan.

3.3 Data dan Sumber Penelitian

Menurut Bogdan dan Biklen S penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan

perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu

menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan tulisan dan atau perilaku

yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok masyarakat dan atau organisasi

tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang

utuh, komprehensif, dan holistik. Kemudian menurut Nasution data dari metode

kualitatif berupa deskriptif, dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan

responden, dokumen dan lain-lain. (Rahmat, 2009).

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh

Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga

elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang

berinteraksi secara sinergis. Kemudian dalam penelitian kualitatif juga tidak

menggunakan populasi karena penelitian kualitatif berangkat daru kasus tertentu

yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan

ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki

Page 93: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

77

kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam

penelitian kualitatif tidak dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau

partisipan, informanm teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian

kualitatif, juga bukan bisa disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena

tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Sampel dalam

penelitian kualitatif juga disebut sebagai sampel konstruktif, karena dengan

sumber data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih

belum jelas.

Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, yang

dapat berupa lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan wawancara

kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tertentu. Penentuan

sumber data pada orang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih

dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hasil penelitian tidak akan

digeneralisasikan ke populasi terntu karena, pengambilan sampel tidak diambil

secara random. Dan hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya berlaku utnuk

kasus situasi sosial tertentu. Hasil penelitian dapat ditransferkan atau diterapkan

ke situasi sosial (tempat lain) lain, apabila situasi sosial lain memiliki kemiripan

atau kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti. (Sugiyono, 2010).

Sementara itu subjek penelitian pada penelitian mengenai muatan nilai-

nilai pendidikan karakter pada pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro yaitu Kepala Sekolah, Pelatih

yang terdiri dari dua pelatih yaitu Wahyu Hastanto dan Wisnu Aji Wicaksono,

dan Siswa. Mereka semua adalah narasumber primer dalam penelitian ini. Dimana

dalam mengumpulkan data akan dilaksanakannya dengan wawancara mendalam.

Page 94: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

78

Kemudian adapula yang dinamankan data sekunder yaitu sumber data

yang diperoleh dari dokumen-dokumen baik berbentuk fisik seperti buku, jurnal,

ataupun online yang dibisa diakses oleh peneliti. Sebagai data yang dibutuhkan

sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas pada penelitian ini.

Subjek penelitian menggunakan purpose sampling dan snowball sampling

dimana dalam pengambilan data yang mulanya menggunakan sedikit narasumber

bisa jadi bertambah banyak seiring dengan kebutuhan. Jikalau data dirasa kurang

maka bisa jadi terdapat narasumber tambahan, baik untuk data primer maupun

sekunder, hal ini juga menimbulkan adanya pengelompokkan informan utama dan

pendukung. Pada penelitian ini informan utama adalah pihak birokrasi sekolah

(Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum) dan pelatih

pembelajaran seni gamelan (Wahyu Hastanto dan Wisnu Aji Wicaksono).

Sedangkan untuk informan pendukung ada siswa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang utama adalah observasi

non participant dan wawancara mendalam, ditambah kajian dokumen, yang

bertujuan tidak hanya untuk menggali data, tetapi juga untuk mengungkap makna

yang terkandung dalam latar penelitian. Dalam melakukan observasi non

participant dimana peneliti tidak terlibat langsung, namun kedudukannya sebagai

pengamat.

Penggunaan cheklist hanya sebagai pelengkap, utamanya adalah membuat

catatan lapangan yang terdiri dari catatan deskriptif yang berisi gambaran tempat,

orang dan kegiatannya, termasuk pembicaraan dan ekspresinya, serta catatan

Page 95: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

79

reflektif yang berisi pendapat, gagasan dan kesimpulan sementara peneliti beserta

rencana berikutnya. Dalam wawancara mendalam sebaiknya digunakan

wawancara terbuka yang dapat secara leluasa menggali data selengkap mungkin

dan sedalam mungkin sehingga pemahaman peneliti terhadap fenomena yang ada

sesuai dengan pemahaman para pelaku itu sendiri, jika perlu dibantu alat perekam.

(Djaelani, 2013).

Menurut Babbie dengan menggunakan metode pengumpulan data

“konvensional” (partisipasi terlibat, analisa dokumen pribadi, dan wawancara

ethnografis), mereka mengungkap aneka makna dari kehidupan dalam bahasa

masing masing makna melalui pencarian detil dan deskripsi yang akurat.

(Somantri, 2005).

Pada penelitian ini peniliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan

cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pada tahap ini peneliti membawa

bekal pedoman observasi dan pedoman wawancara langsung kelapangan untuk

dapat mengambil data yang sesuai dan dibutuhkan.

1. Wawancara

Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang

memeiliki tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara

penelitian lebih sekedar percakapan dan berkisar dari informal ke formal.

Walaupun semua percakapan mempunyai aturan peralihan tertentu atau

kendali oleh satu atau partisipan lainnya, aturan wawancara pada

penelitian lebih ketat. Tidak seperti pada percakapan biasa, wawancara

penelitian ditujukan untuk mendapatkan informasi dari satu sisi saja. Oleh

karena itu hubungan asimetris harus tampak. Peneliti cenderung

Page 96: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

80

mengarahkan wawancara pada penemuan perasaan persepsi, dan

pemikiran partisipan. (Rachmawati, 2007).

Pada penelitian ini peneliti memilih untuk melakukan teknik

wawancara mendalam. Dengan menggunakan pedoman wawancara,

adapun narasumber dari wawancara ini adalah pihak birokrasi sekolah

(Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum), pelatih,

dan siswa. Untuk mengtahui perihal ekstrakurikuler seni musik gamelan

yang diterapkan serta muatan nilai-nilai pendidikan karakter yang

terkandung dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler. Pada proses wawancara peneliti menggunakan alat

perekam, dan material lain ntuk membantu proses wawancara mendalam.

Sementara itu butir butir instrumen yang terdapat dari pedoman

wawancara berisi mengenai, pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Kalisegoro. Berkisar pada perencanaan,

proses pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup),

evaluasi, dan pembiasaan. Kemudian tentang muatan nilai-nilai

pendidikan karakter dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di SD Negeri Kalisegoro untuk penguatan pendidikan

karakter di sekolah. Adapun kisi-kisi mengenai wawancara yang akan

dilakukan dibuatkan tabel yang terlampir pada lampiran 3.

2. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang

(tempat), pelaku, kegaitan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa,

waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk

Page 97: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

81

menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian untuk menjawab

pertanyaan, untuk membantu mengerti, perilaku manusia, dan untuk

evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan

umpan balik terhadap pengukuran. (Rahmat, 2009).

Pada hal ini peneliti menggunakan observasi non participant dimana

peneliti tidak terlibat langsung, namun kedudukannya sebagai pengamat.

Hal yang diobservasi adalah kegiatan pembelajaran seni musik gamelan

pada ekstrakurikuler seni musik gemelan. Kemudian adanya pedoman

observasi membuat peneliti mampu memahami hal-hal apa saja yang

sekiranya perlu untuk diamati dan dicari tahu lebih dalam sehingga

mampu menyempurnakan data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.

3. Dokumentasi

Sejumlah fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk

dokumentasi. Sebagian data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,

catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto-foto, dan sebagainya.

Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi

peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di

waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam,

yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial,

klipping, dokumen pemerintah, atau swasta, data di server, flashdisk, data

tersimpan di website, dan lain-lain. (Rahmat, 2009).

Dalam sebuah penelitian, peneliti memahami bahwasannya

pencarian dokumentasi-dokumentasi perlu diadakan untuk

Page 98: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

82

memperkuat daripada hasil penelitian, dan membantu untuk

melengkapi segala aspel yang menyangkut data untuk memperkuat

penelitian. Berikut peneliti lampirkan pedoman dan atau kisi-kisi untuk

observasi dan dokumentasi dalam penelitian ini agar dapat digunakan

sebagai acuan terlampir dalam lampiran 4.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitan kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data,

sebagai contoh ketika melakuakan wawancara dirasa kurang memuaskan maka

peneliti mengajukan pertanyaan lagi agar data yang diinginkan dapat didapatkan.

Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data

reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. (Sugiyono, 2010).

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak maka dari itu

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting

dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti

komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Pada

Page 99: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

83

penelitian ini peneliti akan mereduksi data, mana data yang sesuai dengan

fokus penelitian dan mana data yang tidak diperlukan. Hal ini akan dibantu

oleh dosen pembimbing serta proposal penelitian yang telah dibuat

sebelumnya.

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi

peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat

mendiskusikan pada teman atau ahli. Agar berkembang dan memiliki nilai

temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

b. Penyajian Data

Penyajian data dapat berbentuk uraian singkat, bagan hubungan antar

kategori, flowchart dan sebagainya. Namun pada penelitian ini peneliti

lebih cenderung menyajikan data dengan teks dan bersifat naratif.

Miles dan Hubermen (1992) menjelaskan bahwa penyajian data

adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan

dengan adanya penariakan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Maka

dati itu yang dilakukan peneliti adalah menyusun informasi sesuai dengan

fokus penelitian dan dengan dijadikan sebagai dasar untuk menarik

kesimpulan pada penelitian.

c. Pengambilan Keputusan/Verifikasi data

Page 100: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

84

Miles dan Huberman mengemukakan kesimpulan diawal masih bersifat

sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung pada pengumpulan data berikutnya. Namun, apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel. Maka dari itu peniliti jika telah mendapatkan

seluruh data yang dibutuhkan kemudian memverifikasi data kemudian

ditarik kesimpulan. Dan keputusan penelitian dapat

dipertanggungjawabkan bebenarannya oleh peneliti.

3.6 Teknik Keabsahan Data

Uji keabsahan data kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),

dependability (validitas eksternal), dan confirmability (objektivitas). (Sugiyono,

2010).

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan cara perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus negatif,

member check.

Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data

penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah

diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan data

sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat

diakhiri.

Page 101: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

85

Untuk membuktikan apakah peneliti itu melakukan uji kredibilitas melalui

perpanjangan pengamatan atau tidak, maka akan lebih baik kalau dibuktiakn

dengan surat keterangan perpanjangan. Maka pada penelitian ini peniliti akan

melakukan verifikasi kembali ketika data yang sudah didapatkan telah diolah.

Pada meningkatkan ketekuan peneliti dapat melakukan pengecekan

kembali apakah data yang telah ditentukan itu salah atau tidak. Demikian juga

dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat memberikan deskripsi data

yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Hal ini dilakukan peneliti

dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian,

dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan itu

maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan

untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat triangulasi sumber, traingulasi teknik pengumpulan data dan

waktu.

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan cara

mengeceknya diberbagai sumber. Jadi pada penelitian ini untuk mengetahui

muatan nilai-nilai pendidikan karakter dilakukan tiangulasi data pada tiga sumber

yaitu pelatih, pihak sekolah, dan siswa. Kemudian data yang telah didapatkan

dimintakan kesepakatan pada tiga sumber data, atau bisa dikatakan member check.

Triangulasi teknik, untuk menguji ktredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pada

Page 102: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

86

penelitian ini triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek melalui tiga

teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Kemudian menggunkan bahan referensi sebagai pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Pada penelitian ini peneliti

menerapkannya dengan cara, ketika wawancara dilengkapi dengan hasil rekaman,

interaksi dengan orang dan lingkungan akan dilampirkan foto dan video. Sehingga

membutuhkan bantuan alat seperti perekam, dan kamera untuk foto dan video.

Kemudian jika memang diperlukan adanya dokumen-dokumen autentik dari

lapangan, seperti dokumen kurikulum. Sehingga penelitian lebih bisa dipercaya.

Lalu adanya member check yaitu proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila

data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya valid.

Sehingga semakin kredibel dan terpercaya. Namun, apabila data yang ditemukan

penafsirannya tidak disepakati pemberi data, maka perlu dilakukan diskusi dengan

pemberi data. Setelah disepakati pemberi data perlu menandatangani data agar

data bersifar otentik.

Kemudian transferabiity merupakan validitas eksternal. Oleh karena itu

supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada

kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian, maka peneliti dalam membuat

laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelasm sistematis, dan dapat

dipercaya. Dengan demikian pembaca lebih jelas atas hasil penelitian. Sehingga

dapat memutuskan atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian di tempat

lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian

Page 103: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

87

jelasnya, “semacam apa” suatu hasil penelitian dapat diberlakukan

(transferability), maka laporan itu memenuhi standar transferabilitas.

Pada dependability dilakukan dengan melakukan audit terhdapat

keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses

penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji

depenabilitynya. Untuk uji dependability dilakukan dengan cara melakukan oleh

auditor yang independen atau pada hal ini adalah dosen pembimbing.

Lalu pengujian konformability dalam penelitian berarti menguji hasil

penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan bila hasil penelitian

merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian telah

memenuhi standar konfirmability.

Page 104: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

88

BAB IV

SETTING PENELITIAN

Penelitian tentang “Muatan Nilai – Nilai Pendidikan Karakter dalam

Pembelajaran Seni Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah

Dasar Negeri Kalisegoro” mengangkat mengenai muatan nilai – nilai pendidikan

karakter yang terdapat pada pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro. Hal ini dilakukan karena

pengetahuan sekolah yang menitikberatkan pada penambahan ketrampilan dan

pengetahuan saja dalam mengupayakan pembelajaran seni gamelan bagi

siswanya, padahal menurut beberapa penelitian pembelajaran seni gamelan

memiliki makna filosofis tidak hanya peningkatan ketrampilan dan pengetahuan

semata.

Pada penelitian yang berfokus meneliti muatan nilai-nilai pendidikan

karakter dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di

Sekolah Dasar Kalisegoro peneliti menitikberatkan pada pendekatan kualitatif

deskriptif.

Peneliti mendapatkan data penelitian melalui wawancara, observasi, dan

sumber data. Wawancara dilakukan secara mendalam dengan pelatih

pembelajaran seni gamelan, kepala sekolah dan siswa yang mengikuti

pembelajaran seni gamelan. Observasi dilakukan dengan cara melihat langsung

pembelajaran seni gamelan dan melihat keadaan sanggar serta keadaan sekolah.

Kemudian untuk sumber data peneliti mendapatkannya dari sekolah berupa arsip

– arsip sekolah yang berkenaan dengan kebutuhan penelitian.

Page 105: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

89

4.1 Keadaan SDN Kalisegoro

Penelitian dilaksanakan pada rentang waktu empat bulan, yatu dari bulan Februari

sampai dengan bulan Mei 2018. Untuk tempatnya sendiri peneliti melakukan

penelitian di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro yang beralamatkan di JL.Raya

Kalisegoro, Gunungpati, Semarang- 50228, Jawa Tengah. Telp (024) 7041 1942.

Fax (024). Untuk keperluan sumber data kebutuhan penelitian dan wawancara

kepada pihak sekolah, disini peneliti hanya melakukan wawancara kepada sekolah

selaku stakeholder dalam pembelajaran seni gamelan, dan kepada siswa yang

mengikuti pembelajaran seni gamelan. Gambar identitas sekolah terlampir pada

lampiran 1. Dokumentasi foto hasil penelitian gambar 4.1.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendokumentasikan beberapa foto

berkenaan dnegan visi misi dan tujuan sekolah. Gambar visi dan misi terlampir

pada lampiran 1. Dokumentasi foto hasil penelitian gambar 4.3.

VISI : Terwujudnya warga sekolah yang unggul, cerdas, kompetitif, berkarakter,

berbudaya, dan berwawasan konservasi.

MISI :

1. Mewujudkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Menyelenggarakan sistem pendidikan yang menghasilkan insan yang

unggul dalam prestasi dengan mengembangkan anak agar lebih kreatif,

inovatif, dan iventif.

Page 106: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

90

3. Melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan

kecerdasan akademik dan berfikir analisis dengan pendekatan

contextual, teaching, and learning.

4. Meningkatkan mutu lulusan yang berdaya saing tinggi.

5. Menjadi generasi yang memiliki kematangan emosional,

berkepribadian, mandiri, jujur, bertanggung jawab, serta peduli

terhadap lingkungan sekitar.

6. Menambahkan penghayatan dan pengalaman terhadap norma

keagamaan, budaya bangsa dan norma sosial kemasyarakatan hingga

menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

7. Melestarikan budaya lokal

8. Menyelenggarakan sistem pendidikan yang menghasilkan insan yang

berwawasan konservasi dengan mewujudkan sekolah yang bersih dan

hijau.

TUJUAN SEKOLAH

1. Membentuk siswa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa

2. Membentuk siswa yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur

3. Membentuk siswa yang yang unggul dalam prestasi akademik maupun

non akademik

4. Membentuk siswa lebih kreatif, inovatif, dan iventif

5. Membentuk siswa yang cerdas akademik, dan berpikir analisis

6. Membentuk siswa berkualitas untuk mencapai nilai ujian yang

maksimal

Page 107: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

91

7. Membentuk siswa yang berdaya saing tinggi

8. Membentuk siswa yang matang emosianal, berkepriadian mandiri, dan

jujur

9. Membentuk siswa yang bertanggung jawab saat peduli terhadap

lingkungan sekitar

10. Membentuk siswa yang menghayati dan mengamalkan norma agama

11. Membentuk siswa yang mampu mengamalkan norma sosial

kemasyarakatan agar lebih arif dalam bertindak

12. Membentuk siswa yang mampu menggunakan bahasa jawa dengan

baik dan benar

13. Membentuk siswa yang mampu menari tarian jawa

14. Membentuk siswa yang mampu menabuh gamelan

15. Membentuk siswa yang mampu memelihara dan merawat lingkungan

tanaman sekitar

16. Membentuk siswa yang rajin dalam membersihkan dan menghijaukan

lingkungan sekitar.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan kepala sekolah peneliti

mendapatkan hasil berikut, bahwasannya terdapat delapan guru yang mengajar di

SDN Kalisegoro, kemudian 95 siswa laki-laki, 93 siswa perempuan dan enam

rombongan belajar. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum 2006 untuk kelas

tiga dan kelas enam, kemudian kurikulum 2013 untuk kelas satu, dua, empat, dan

lima. Sarana dan prasarana SDN Kalisegoro mencakup lapangan, tempat jaga

malam, parkir, ruang guru, ruang kepala sekolah, kelas, UKS, perpus, kamar

mandi, musalah, perpus sekolah. Luas tanah 6.220 meter persegi. Gambar

Page 108: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

92

keadaan sekolah terlampir pada lampiran 1. Dokumentasi foto hasil penelitian

gambar 4.4 sampai dengan 4.13.

SDN Kalisegoro belum secara penuh menerapkan program penguatan

pendidikan karakter, pada saat ini sekolah masih pada tahap belajar dengan

sekolah lain yang sudah lebih unggul dalam penerapan PPK. Kendati demikian

sekolah terus melakukan perbaikan-perbaikan kedepan.

Dari hasil observasi peneliti kemudian meninjau dari penerapan

pendidikan karakter disekolah, sesuai hasil observasi dan menelaah dokumen pada

visi yang diusung sekolah ada kata berkarakter yang memperkuat bahwasannya

sekolah mencita-cita kan lingkungan sekolah yang memiliki kualitas warga

sekolahnya berkarakter, hal ini mampu mendukung adanya program penguatan

karakter.

Pada misi sekolah menjelaskan beberapa karakter pada program Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK) dan Gerakan Nasional Revoluasi Mental (GNRM)

yang hendak ditonjolkan dan diupayakan sekolah seperti:

1. Pada point pertama menjelaskan adanya religuilitas, yaitu Bersifat

keagamaan atau yang bersangkut paut dengan religi (kepercayaan kepada

Tuhan, kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia,

kepercayaan animisme dinamisme, agama).

2. Pada point dua menjelaskan adanya kreatif yaitu memiliki daya cipta

memiliki kemampuan untuk menciptakan. Dan menghargai prestasi yaitu

menghormati, mengindahkan hasil yang telah dicapai dari yang telah

dilakukan, dikerjakan

Page 109: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

93

3. Pada poin lima dijelaskan adanya nilai pendidikan karakter jujur yaitu

lurus hati, tidak berbohong, berkata apaadanya, tidak curang, misalnya

dalam permainan mengikuti aturan yang berlaku. Kemudian mandiri yaitu

dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain.

Lalu tanggung jawab yaitu keadaan wajib menanggung segala sesuatunya

(kalau terjadi apa-apa bisa dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan

sebagainya). Kemudian peduli lingkungan yaitu mengindahkan,

memperhatikan daerah yang termasuk di dalamnya.

4. Pada poin enam menjelaskan adanya nilai pendidikan karakter peduli

sosial yaitu mengindahkan, memperhatikan berkenaan dengan masyarakat.

5. Pada poin tujuh menjelaskan adanya nilai pendidikan karakter cinta tanah

air yaitu mencintai negeri tempat kelahiran.

6. Pada poin delapan menjelaskan adanya nilai pendidikan karakter peduli

terhadap lingkungan yaitu mengindahkan, memperhatikan daerah yang

termasuk di dalamnya.

Pada tujuan sekolah menjelaskan beberapa karakter pada PPK dan GRNM yang

hendak ditonjolkan dan diupayakan sekolah seperti:

1. Poin pertama terdapat karakter religiulitas yang ingin ditonjolkan.

2. Poin dua terdapat karakter intregitas

3. Poin ketiga terdapat karakter menghargai prestasi

4. Poin empat terdapat karakter kreatif

5. Poin delapan terdapat karakter mandiri dan jujur

6. Poin sembilan terdapat karakter tanggung jawab dan peduli lingkungan

7. Poin sepuluh terdapat karakter religiulitas

Page 110: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

94

8. Poin sebelas terdapat karakter peduli sosial

9. Poin dua belas, tiga belas, empat belas terdapat karakter cinta tanah air

10. Poin lima belas, enam belas terdapat karakter peduli lingkungan

4.2 Keadaan Sanggar Mardi Budoyo Sidahayu

Kemudian peneliti melakukan peneltian di sanggar Mardi Budoyo Sidahayu dan

sanggar Aji Laras, kedua sanggar merupakan sanggar yang membantu sekolah

untuk mengupayakan pembelajaran seni gamelan bagi siswa SDN Kalisegoro,

kedua sanggar terletak di Kelurahan Kalisegoro dan tidak jauh dari SDN

Kalisegoro. Sanggar Aji Laras merupakan kediaman dari pelatih Wisnu Aji

Wicaksono sekeluarga, pada sanggar peneliti melakukan wawancara mendalam

mengenai kebutuhan data penelitian.

Kemudian untuk sanggar Mardi Budoyo Sidahayu merupakan tempat

pembelajaran seni gamelan siswa SDN Kalisegoro, di sanggar peneliti melakukan

observasi dengan melihat secara langsung pembelajaran seni gamelan yang

terjadi, serta tempat untuk melakukan wawancara kepada siswa dan pelatih kedua

yaitu Wahyu Harsono. Gambar penampakan sangar terlampir pada lampiran 1.

Dokumentasi foto hasil penelitian gambar 4.2.

Dari hasil observasi dengan pandangan mata serta wawancara kepada

pihak pelatih, peneliti dapat menyimpulkan keadaan sanggar untuk pembelajaran

sebagai berikut: Sanggar yang dimaksudkan adalah tempat untuk belajar dari

pembelajaran seni gamelan, sanggar ini bernama sanggar Mardi Budoyo

Sidahayu, terletak di desa Kalisegoro. Untuk menunjang pembelajaran seni

Page 111: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

95

gamelan sendiri SDN Kalisegoro bergantung penuh pada sanggar Aji Laras dan

sanggar Mardi Budoyo Sidahayu. Kedua sanggar itu terletak di Kalisegoro.

Kebergantungan sekolah pada sanggar dikarenakan sekolah belum

memiliki instrumen gamelannya sendiri. Sampai detik ini belum ada bantuan

pemberian instrumen gamelan pada dinas setempat. Kendati demikian sekolah

akan mengupayakan instrumen gamelan kedepannya. Untuk sementara ini pihak

sanggar sudah menutup semua kebutuhan pembelajaran seni gamelan bagi siswa-

siswa di SDN Kalisegoro.

Dalam pembelajaran seni gamelan, jumlah siswa yang mengikuti dari

kelas tiga sampai dengan kelas enam ada 27 anak. Jumlah itu di imbangi dengan

sarana dan prasarana lengkap kepunyaan dari sanggar Aji laras dan sanggar Mardi

Budoyo Sidahayu. Sanggar memiliki peralatan instrumen sejumlah 24 alat, yaitu

Rebab, Kendhang, Gender, Bonang B, Bonang P, Slenthem, Demung 1, Demung

2, Saron 1, Saron 2, Saron 3, Peking, Kethuk, Kenong, Gong, Gambang, Siter,

Suling, Slinden 1, Slinden 2, Slinden 3, Gerong 1, Gerong 2, dan Gerong 3.

Sedangkan alat yang dipakai dalam pembelajaran hanya 2 pasang demung, 4

pasang saron, 1 pasang saron penerus/peking, 1 pasang kethuk, 1 set kenong, 1 set

kempul gong. Adapun dokumentasi yang diambil dari sanggar terlampir pada

pada lampiran 1. Dokumentasi foto hasil penelitian gambar 4.14 sampai dengan

4.22.

Page 112: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

96

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukan tujuan dari fokus masalah yaitu untuk mengetahui

muatan nilai – nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, adapaun muatan nilai – nilai pendidikan karakter yang terkandung

adalah, nilai religius, nilai jujur, nilai toleransi, nilai disiplin, nilai kerja keras,

nilai kreatif, nilai mandiri, nilai rasa ingin tahu, nilai cinta tanah air, nilai

komunikatif, nilai gemar membaca, nilai peduli lingkungan, nilai sosial, nilai

tanggung jawab, dan nilai gotong royong. Nilai – nilai pendidikan karakter akan

diuraikan pada sub judul selanjutnya. Untuk memahami hasil penelitian dan

pembahasan maka peneliti telah membuat kode teknik untuk memudahkan dalam

memahami hasil penelitian. Berikut kode teknik:

Kode Teknik Pengumpulan data dan Informan

Kode Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan

Data

Kode Keterangan

Wawanacara W Sumber data penelitian

primer, dilakukan

langsung dengan

Page 113: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

97

informan.

Observasi OBS Sumber data penelitian

primer, dilakukan

langsung dengan

mengamati kondisi

lingkungan di sekolah

dan sanggar belajar.

Dokumentasi DOK Sumber data penelitian

primer, dilakukan

dengan menelaah

dokumen yang terdapat

di sekolah.

Tambahan

Untuk Catatan Lapangan menggunakan Kode (OBS/CL No.1) maksudnya

adalah Observasi/Catatan Lapangan No.1.

Kode Informan

Kepala Sekolah – Suhartono K.ST

Pelatih - Wisnu Aji Wicaksono P.WAW

Pelatih - Wahyu Hastanto P.WH

Peserta Didik - Lahzaran Bintang

Kumala Dewi

PS.LBKD

Peserta Didik - Alfrida Akila Delia PS.AAD

Page 114: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

98

Peserta Didik - Dinda Kartika Sari PS.DKS

Peserta Didik - M Sabar Lintang P PS.MSLP

Peserta Didik - Novan Saka Agatha PS.NSA

Untuk penulisan kode terletak di dalam kurung pada akhir kalimat dalam setiap

hasil penelitian dengan contoh penulisan yaitu (W/P.WAW) keterangan dari kode

adalah sebagai berikut:

W : Wawancara

P.WAW : Pelatih Wisnu Aji Wicaksono

5.1.1 Nilai Religius

Nilai pendidikan karakter religus tampak pada kegiatan doa yang

dilakukan di awal dan di akhir pembelajaran seni gamelan. Doa dilakukan agar

pembelajaran yang dilaksanakan dapat bermanfaat dan diridhoi oleh Tuhan.

Teknisnya yaitu pembelajaran diawali dengan salam, kemudian dilanjutkan

berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Pelatih

menerapkan aturan dalam berdoa, dimana jika doa yang mengawali pelatih maka

yang mengakhiri pelatih, begitupun sebaliknya jika diawali anak-anak maka harus

diakhiri oleh anak-anak. Hal ini dijelaskan pada wawancara peneliti dengan

pelatih Wisnu Aji Wicaksono berikut:

“...berdoa juga gitu, kalau awal yang membuka saya saya yang menutup,

begitu juga anak, kalau yang membuka anak maka yang menutu anak”

(W/P.WAW)

Hal ini dibuktikan dengan observasi peneleti di lapangan yang

dijewantahkan dalam catatan lapangan menunjukan,

Page 115: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

99

Pada saat ingin pulang anak –anak harus duduk rapi, jika tidak maka tidak

akan pulang, ataupun jika ada yang berisik maka tidak pulang, sebelumnya

pelatih mengeaskan kembali yang sudah dipelajari, dan tugas yang

diberikan. Setelah itu sebelum pulang mereka berdoa dengan dipimpin

oleh satu satu dari anak-anak. (OBS/CL.No.1)

Adapun konfirmasi mengenai karakter religius dibenarkan oleh pelatih Wisnu Aji

Wicaknoso pada percakapan berikut dengan peneliti:

Peneliti : “Kalau yang pertama kan ada doa ya mas, kalau di dalam

doa itu ada nilai karakter religius berarti ya”

Pelatih : “Iya ada” (W/P.WAW)

Kegiatan berdoa dilakukan baik oleh peserta didik ditunjukan dengan sikap

anak –anak yang patuh berdoa kepada Tuhannya ketika akan memulai

pembelajaran dan mengakhiri pelajaran, peneliti melihatnya pada saat observasi.

Waktu itu pelatih yang datang adalah Wisnu Aji Wicaksono dengan

ditemani seorang kawannya Titin, pembelajaran dimulai pukul 09:25.

Dimulai dari salam, kemudian berdoa, doa dilakukan sebelum memulai

pembelajaran dengan dipandu oleh salah satu dari siswa. (OBS/CL.No.1)

5.1.2 Nilai Jujur

Nilai pendidikan karakter jujur dalam pembelajaran seni gamelan ditunjukan dari

sikap peserta didik yang mengakui kesalahan dan tidak berbuat curang. Hal ini

dijelaskan wawancara dengan pelatih dan observasi secara langsung di lapangan.

Pelatih bercerita bahwasannya jika peserta didik ada yang kehilangan jejak

notasi saat bermain gamelan di tengah permainan, maka kesalahan harus dicari

sendiri sampai ketemu dan diperbaiki pada saat itu juga. Hal ini bisa dilihat,

terkadang para jika ada peserta didik yang melakukan kesalahan, dia akan diam

sejenak dan mencari kesalahan serta memperbaikinya. Seperti ungkapan pelatih

Wahyu Hastanto berikut ini,

Page 116: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

100

“....Kadang kala ketika musik berjalan, untuk menyesuaikan temannya.

Dalam artian ketika mereka tau salah langsung diperbaiki. Jarang sekali,

saya tanya siapa yang salah, dalam artian, tadi ada yang salah seperti ini

seperti ini. Besok harus ada perkembangan harus dilatih dirumah. Di

rumah kan ndak ada gamelan oh ada meja untuk melatih ketrampilan

mithet....” (W/P.WH)

Dalam hal lain ketika adanya pergantian dalam memainkan instrumen.

Pelatih menanyakan kepada peserta didik adakah perubahan yang terjadi,

perubahan yang dimaksud adalah jika ada salah satu siswa memainkan instumen

yang tidak seharusnya ia mainkan. Dalam pembelajaran seni gamelan di SDN

Kalisegoro terjadi pergantian permainan instrumen, dikarenakan peserta didik

yang terlalu banyak, namun pergantian disini hanya pergantian pemain, sebagai

contoh Bintang dan Elfrida sama – sama bermain Kenong, namun mereka harus

bergantian bermain jika ada intruksi dari pelatih. Hal ini dikukan hanya pada

instrumen beberapa saja, tidak semua.

Adapun hal lain yang ditanamkan pelatih Wisnu Aji Wicaksono agar anak

– anak memiliki sifat jujur terangkum dalam sepenggalan wawancara berikut,

“Iya, kadang kan anak kalau mau salim, mau doa, biasanya kalau doa

saya suruh duduk di tempat masing-masing, dengan alasan mereka sudah

saya tutup sudah mereka salim lalu pulang, tapi biasanya saya ah moh,

duduk sik, duduk di tempat masing –masing, terus kalau dia ngeyel

biasanya saya salim ke dia itu di terakhir, jadi lainnya dulu, nek gak

ditengah, jadi disitu saya mengajarkan ndak usah curang” (W/P.WAW)

Dalam hal ini dikuatkan dengan temuan peneliti di lapangan yang dijewantahkan

catatan lapangan yang dibuat peneliti sebagai berikut,

Terdapat nilai muatan Jujur yang lurus hati, tidak berbohong, berkata

apaadanya, tidak curang, misalnya dalam permainan mengikuti aturan

yang berlaku. Pada pembelajaran dimana saat memainkan instrumen

pelatih menanyakan ada yang berubah memainkan atau tidak, jika ada

yang berubah maka mereka mengaku dan meminta maaf, kemudian jika

disuruh bergantian mereka bergantian, mengikuti aturan yang berlaku

Page 117: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

101

dan tidak berlaku curang seperti bermain dua kali. Kemudian posisi

menabuh miring mereka melakukan dengan baik dan sesuai aturan yang

ada. (OBS/CL.No.1)

Pelatih menegaskan jika ditengah ada yang hilang jejaknya langsung

dicari sampai ketemu. Jika ada salah salah atau ada perkembangan

pelatih memberitahu nya, sebagai contoh, “kurang keras”, “sudah ada

perkembangan mithetnya”. Pelatih tetap memberi tahu, jika mithet tidak

dilakukan dan tidak berani mencoba tidak akan bisa-bisa.

(OBS/CL.No.2)

5.1.3 Nilai Toleransi

Nilai pendidikan karakter toleransi pada pembelajaran seni gamelan

ditunjukan dengan sikap peserta didik untuk saling merasakan satu sama lain saat

melakukan permaianan gamelan, dan saling berbagi dalam bermain gamelan.

Pembelajaran seni gamelan pada dasarmya menitikberatkan pada audio,

dalam pelaksanaannya tidak memiliki kondektur yang bertugas sebagai pengecek

apakah permainan sudah benar atau kah belum benar. Dikarenakan tidak adanya

kondektur maka para pemain gamelan diharuskan mampu merasakan satu sama

lain saat sedang bermain gamelan.

Dalam praktiknya, untuk bisa pada tahap merasakan satu sama lain, para

pemain harus memilki sifat sadar diri, sebagai contoh ketika pemain bonang

melakukan buko maka gending lainnya tidak boleh ada yang berbunyi dahulu.

Dijelaskan bahwasannya dalam permainan harus dilakukan dengan cara

saling menunggu agar tetap tehubung dalam bermain sehingga mampu

menciptakan sebuah permaianan yang indah. Sebagai contoh peneliti mengambil

data dari catatan lapangan sebagai berikut:

Pelatih memberi tahu kepada Fikri seorang pemukul gong, jika suwuk

jangan langsung di gong, suwuk adalah tanda pelan mau berhenti. Dengan

suara kendang “tak-tak-tung-tak-tung” sedangkan Sasa pemain bonang

ditambahi dengan notasi 1 3 1 3 yaitu 1 gatra adalah empat ketukan jadi 4

Page 118: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

102

kali 1 3 yaitu nggembyar imbal hal itu dilakukan ketika dari sirep ke

suwuk. (OBS/CL.No.1)

Dikuatkan dengan penjelasan oleh Wisnu Aji Wicaksono dalam wawancara

berikut ini:

“....Ya itu tadi, karakter jadi anak kan biasanya tidak mau mengenal siapa-

siapa, contoh tadi, sasa bonang barung itu kalau misalkan buko tidak

ditampani oleh gong kan juga hambar, jadi disini itu melatih anak juga

mendengarkan satu sama lain, jadi ada komunikasi audio, kan kayak

kemarin ada tintingan nada nem ma ma ro ma, la terus anak – anak sudah

siap, jadi anak – anak sudah siap. Jadi di karawitan kan komunikasinya

lebih ke audio, jadi tidak mungkin anak – anak pas tampil “ayo siap” itu

tidak mungkin. Jadi beda sama yang lain. Jadi sekarang anak – anak sudah

bisa jadi kalau ada satu yang salah “huu salah rak ono gong e” jadi sudah

mendengar, sudah paham” (W/P.WAW)

Wujud toleransi yang telah dijelaskan dibenarkan oleh pelatih wisnu Aji

Wicaksono dalam percakapan berikut dengan peneliti

Pelatih : “Kalau di karawitan sama, misal saya bermain demung,

jadi juga harus bisa mendengarkan saron penerus, kenong gong, jadi kalau

kebanteren, volume kekerasen itu salah” (W/P.WAW)

Peneliti : “Oh, jadi kalau saya bermain ini saya juga harus

mendengarkan ini”

Pelatih : “Iya” (W/P.WAW)

Peneliti : “Itu mungkin wujud toleransi”

Pelatih : “Iya toleransi” (W/P.WAW)

Nilai pendidikan karakter toleransi juga diajarkan pada hal lain seperti

pada dalam bermain instrumen anak-anak saling bergantian memainkan

instrumen, mereka diajarkan untuk berbagi dan menunggu satu sama lain sesuai

perintah pelatih. Jika anak satu sedang bermain, maka yang lain memperhatikan

dan tidak mengganggu kawannya. Hal itu juga dijelaskan oleh pelatih Wisnu Aji

Wicaksono sebagai berikut:

Page 119: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

103

“....terus waktu proses kalau di sanggar kan, satu instrumen, misal ada dua

pasang demung itu kan satu pasang demung diisi dua orang gantian....”

(W/P.WAW)

Saling merasakan satu sama lain dalam permainan seni gamelan juga

terwujud dalam tindakan memperhatikan dan mendengarkan instrumen kawannya

saat peserta didik sedang bermain dengan instrumen yang dia pegang, hal itu

dilakukan agar tidak tumpang tindih dalam bermain dan bisa seirama seseuai

dengan aturannya.

Dari tiga siswa yang diwawancara mengalami hal serupa, dimana anak

merasa bahwa saling menunggu giliran saat bermain memang harus diperlukan

karena agar permainan baik dan tidak rusak. Berikut siswa – siswa adalah

Lahzaran Bintang Kumala Dewi, Alfrida Akila Delia, Dinda Kartika Sari,

dijelaskan dalam sebuah percakapan dengan peneliti untuk yaitu:

Peneliti : “Kalau main gamelan kan harus nunggu, contoh dek sasa

main bonang, dek bintang mau nunggu ndak?”

Siswa : “Mau nunggu” (W/PS.LBKD)

Peneliti : “Kenapa harus mau nunggu-nunggu buko gitu main?”

Siswa : “Biar bisa” (W/PS.LBKD)

Peneliti : “Kalau main gamelan harus bareng – bareng mau

nunggu?”

Siswa : “Iya” (W/PS.AAD)

Peneliti : “Dek Frida main demung setelah apa?”

Siswa : “Nunggu dari bonang, bonang gendang, gong terus bareng

– bareng semua” (W/PS.AAD)

Peneliti : “Kalau main mau ndak nunggu temennya, main bareng-

bareng?”

Siswa : “Mau” (W/PS.DKS)

5.1.4 Nilai Disiplin

Nilai pendidikan karakter disiplin yang termuat dalam pembelajaran seni gamelan

dapat terlihat pada sikap kerapian dan ketaatan membuang sampah pada

Page 120: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

104

tempatnya, kemudian pendekatan pelatih untuk mendisiplinkan peserta didik

dengan pendekatan –pendekatan tertentu, adanya aturan untuk bermain gamelan

dengan rapi, dan tidak boleh berganti instrumen jika memang belum pintar dalam

bermain, dan adanya buku catatan rutin untuk mendisiplinkan peserta didik dalam

mencatat materi pembelajaran.

Sikap kerapian peserta didik dapat dilihat dari pembelajaran awal dimulai

ketika peserta didik masuk ke sanggar Mardhi Budoyo Sidahayu, peserta didik

dibiasakan menata sepatu dengan rapi di depan sanggar dan menaruh tas di satu

tempat yang sama agar terlihat rapi. Kemdian jika peserta didik merasa lapar

pelatih memberikan waktu kepada peserta didik untuk menghabiskan bekal

makanan yang mereka bawa dari rumah untuk dimakan sebelum pembelajaran

dilaksanakan.

Sikap membuang sampah pada tempatnya dijelaskan bahwasannya peserta

didik diperkenankan keluar ruangan jika ingin membuang sampah, pelatih

menegaskan tidak ada yang membuang sampah sembarangan dan tidak boleh

makan ketika permainan seni gamelan berlangsung. Hal ini dijelaskan pada

wawancara peneliti dengan pelatih Wisnu Aji Wicaksono berikut:

“Kalau kegiatan awal dari pertama adik-adik masuk sudah dibiasakan menata

sepatu, dulu ditata yang rapi. Habis itu menaruh tas di satu tempat karena kita

kan juga pembelajaran di sanggar ndak ada tempat duduk ndak ada tempat

tas, jadi dijadikan jadi satu, lalu biasanya kalau anak ada yang bawa bekal,

saya beri kesempatan untuk menghabiskan makanan dulu, terus kalau

semuanya sudah di sanggar lalu saya buka dengan salam biasa, terus habis itu

berdoa, biasanya kadang saya pimpin, kadang anak – anak yang memimpin

doanya,” (W/P.WAW)

Hal ini juga dijelaskan oleh peserta didik bernama Lahzaran Bintang Kumala

Dewi dan Alfrida Akila Delia pada percakapan dalam wawancara berikut ini,

Page 121: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

105

“Ndak boleh makan” (W/PS.LBKD)

“Naruh tas harus rapi, naruh sepatu harus rapi” (W/PS.LBKD)

Adapun maksud dari penanaman sikap disiplin semacam itu dijelaskan

oleh pelatih agar peserta didik bersikap tidak semena-mena. Hal ini dijelaskan

pada wawancara peneliti dengan pelatih Wisnu Aji Wicaksono berikut:

“Oh ya tadi, kayak menata sepatu, habis itu nata tas, terus kalau tidak boleh

melewati gamelan melompati, itu sudah saya anjurkan di pertemuan-

pertemuan sebelumnya waktu pertama – pertama itu”

“Oh, yang pertama, agar anak itu tidak jakjakan, agar dilihat juga enak, tapi

ada juga karakter menata, rapi, kerapian, disiplin, peduli lingkungan, untuk

tidak melewati gamelan kan itu juga ada sopan santunnya” (W/P.WAW)

Mengenai cara mendisiplinkan peserta didik dengan pendekatan khusus oleh

pelatih dilakukan dengan cara pelatih melakukan pendekatan dahulu kepada

peserta didik. Kemudian adakalanya pelatih mengajak peserta didik bercanda,

namun di waktu tertentu pelatih akan sangat serius. Pelatih mengakui

mengajarkan disiplin memang harus melalui berbagai tahap, hingga lambat laun

siswa akan merasa terbiasa. Seperti awal jika siswa telat maka pelatih tidak

langsung menegurnya, jika menegur secara langsung dikhawatirkan peserta didik

akan merasa takut dan menjauh. Maka pelatih lebih memilih cara untuk berkawan

baik dulu dengan peserta didik, kemudian jika sudah ada hubungan dekat pelatih

akan meningkatkan kedisiplinan siswa dengan memberikan beberapa teguran dan

penekanan. Hal ini dijelaskan pada wawancara peneliti dengan pelatih Wahyu

Hastanto berikut:

“Dalam artian yang pertama kita mengajarkan disiplin pertama, saya

pribadi harus dekat dengan anak. Selintas mbaknya tau saya ngajak

gojek, nanti lama-kelamaan kita ajak, ini beberapa yang baru pertama

ketemua saya, saya sudah datang dari tadi, anak-anak masih ada yang

telat kita ajarkan pelan-pelan. Dalam artian ketika kita langsung tegur

kamu gini-gini nanti anak akan menjauh takut pasti pertama, kita ajak

Page 122: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

106

ajak gojek dulu, kita dekati dulu, memang ada responnya gini, kita ada

teguran tingkatannya keatas, ketika sudah dekat lagi ada teguran tingkat

nya keatas lagi, ketika kita ngajar kadang down kadang keatas, ya

memang nanti jika sudah mendekati lomba harus disiplin sekali”

(W/P.WH)

Kemudian kedisiplinan dalam berlatih juga harus dimiliki peserta didik

karena ia harus berupaya untuk menjadi bisa sesuai standar yang telah ditetapkan

oleh pelatih. Terlihat dari peserta didik akan bersungguh – sungguh untuk bisa

menguasai materi tertentu agar dapat berpindah ke materi yang lain, disiplin

latihan sangat membantu proses ini. Walaupun peserta didik memiliki

kecenderungan bosan ketika merasa menguasai materi, pelatih tetap tidak akan

mengganti materi jika ia merasa belum cukup. Selain materi penggunaan

instrumen juga diterapkan pelatih untuk mendisiplinkan peserta didik, jika peseta

didik belum pintar menggunakan instrumen maka tidak boleh menggunakan

instrumen lainnya.

Kerapian dalam bermain gamelan dijelaskan dalam pembelajaran bahwa

peserta didik harus memperhatikan posisi ketika awal menabuh dimana tabuh

harus ditaruh rapi di tengah perunggu, ketika awal akan mulai menabuh maka

siswa harus mengambil tabuh sendiri-sendiri secara hati-hati, dan ketika selesai

menggunakannya harus mengembalikan tabuh kembali ke tempatnya masing-

masing. Peserta didik juga harus disiplin pada aturan bahwa ketika menabuh

posisi tabuh harus miring. Hal ini dijelaskan oleh pelatih Wahyu Hastanto dalam

wawancara sebagai berikut,

“....Kemudian dari tata krama, sebetulnya bahwa nabuh gamelan tidak

saksake bahkan orang yang sudah profesional dengan melihat

tabuhannya saja sudah bisa melihat apakah orang itu karakternya kasar

karakternya halus, sudah tau. Kemudian yang kedua saya kasih tau

kepada anak bahwa gamelan itu peninggalan leluhur/nenek moyang

Page 123: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

107

otomatis duduk saja tidak boleh saksake jadi untuk menghormati kalau

duduk harus sira atau simpuh. Terus kemudain kerapian juga harus

diperhatikan posisi awal tabuh harus ditaruh dengan rapi, ketika awal

mau mulai harus mengambil tabuh sendiri-sendiriterus ketiak selesai

mengembalikan ke tempat nya masing-masing....” (W/P.WH)

Selanjutnya contoh kerapian dalam bermain terwujud dalam tindakan

bahwa peserta didik harus nabuh sesuai aturan ketukan. Contohnya, gangsaran

untuk 5 (mo) delapan kali, maka peserta didik akan nabuh 5 5 5 5 5 5 5 (mo

sebanyak delapan kali) pada instumennya. Setelah itu bisa baru dilanjut yang lebih

susah seperti 5 (mo) empat kali dan 2 (ro) empat kali, maka peserta didik akan

menabuh 5 5 5 5 2 2 2 2. Setelah bisa baru bisa lanjut ke tahap lancaran,

ketawang, atau bahkan sampai ladrah. Namun, pelatih hanya akan mengajari

sampai lancaran karena hal itu dirasa paling sesuai dengan peserta didik. Hal ini

dijelaskan pelatih Wisnu Aji Wicaksono pada wawancara berikut ini:

“Awal mengenal ketukan dulu, ketukan di dalam karawitan ada delapan

ketukan, satu , dua , tiga , empat, lima , enam, tujuh, delapan. Nanti juga

mengajari kamu nabuhnya, mukulnya sesuai ketukan. Pertama kali

materi yang saya berikan ke anak itu gangsaran, misalkan saya katakan

menyebut gangsaran ma ada yang ditabuh sampai delapan ketuakan itu

dari ma, jadi mengajari ketukan dulu, jadi lima enam tujuh, ma ma ma

ma tapi bareng, jadi kan biasanya anak itu kadang udah capek, udah

diarang – arang padahal ketukan nya ndak gitu, dan habis itu saya

kembangkan satu gongan ada delapan ketukan itu saya kasih nada ndak

sama, kadang ma enam kali ada ro dua kali, jadi anak juga ada

perpindahannya” (W/P.WAW)

Kemudian pada saat pulang, pelatih tidak mengijinkan pulang jika ada

siswa yang masih ramai. Lalu pendisiplinan buku catatan juga dilakukan, dimana

tiap peserta didik harus memilki buku catatan dengan isi atau konten yang sama.

Tidak ada yang kurang, jika ada yang kurang maka harus dilengkapi, kemudian

Page 124: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

108

pemberian tugas rumah juga disertai dengan tenggat waktu pengumpulan. Hal itu

untuk menumbuhkan sikap disiplin pada peserta didik.

Pelatih melihat, perkembangan peserta didik yang kentara sebelum dan

sesudah setelah melaksanakan pembelajaran seni gamelan adalah dulu ketika

masuk peserta didik masih tidak teratur kalau sekarang sudah ada sopan

santunnya, kemudian peserta didik juga dibiasakan salim. Hal ini

mengisyarakatkan adanya karakter disiplin yang dialami oleh peserta didik. Hal

ini diungkapkan oleh pelatih Wisnu Aji Wicaksono dalam wawancara sebagai

berikut,

“....Kalau dulu anak kalau masuk belum bisa tertata, masih liar, ndak

teratur, kalau sekarang alhamdullilah sudah ada sopan santun, saya juga

menanamkan jika saya ngajak teman saya, anak juga salim.” (W/P.WAW)

5.1.5 Nilai Kerja Keras

Nilai pendidikan karakter kerja keras dalam pembelajaran seni gamelan

diwujudkan dalam berlatih dengan sungguh – sungguh untuk menguasi materi,

permainan instrumen, dan teknik dalam permainan seni gamelan.

Berlatih sungguh – sungguh untuk menguasi materi terangkum dalam

penjelasan bahwa siswa harus berupaya untuk menjadi bisa sesuai standar yang

telah ditetapkan sebelumnya. Dengan cara berlatih sungguh-sungguh dan disiplin

latihan.. Hal itu terlihat dari peserta didik akan bersungguh – sungguh agar bisa

sehingga bisa berganti materi, walaupun peserta didik sudah merasa bosan, namun

belum dikatakan bisa oleh pelatih maka peserta didik tetap berusaha bisa sesusai

dengan kriteria pelatih.

Kerja keras dalam menguasi instrumen dijelaskan dalam kegiatan bermain

instrumen dari buko sampai dengan suwuk dan berhenti. Peserta didik harus

Page 125: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

109

belajar dengan sungguh – sungguh dan bekerja keras untuk menguasi instrumen,

karena proses pembelajaran cukup panjang untuk mencapai tahap bisa, Seperti

yang dijelaskan oleh pelatih Wisnu Aji Wicaksono pada wawancara berikut ini:

“Ya, kalau selama ini kegiatan inti, waktu awal kita patok sampai nyanyi

nyanyi dulu, kita fokus ke materi, jadi minggu itu kita materi mau

mengarah kemana. Kita ngajari buko dulu, yaudah kita ngajari buko

sampai benar – benar anak itu paham maksudnya, kalau buko sudah bisa,

kemudian tengahnya sudah bisa, nanti itu suwuk gimana, kurrangnya

gimana, anak masih kurang peka, suwuk nya gimana, bukonya gimana

begitu” (W/P.WAW)

Dalam prosesnya metode yang digunakan pelatih ada pendekatan kepada

siswa, pelatih akan membuat peserta didik menyukai gamelan terlebih dahulu.

Jika peserta didik menyukai gamelan maka pelatih mengganggap materi akan

lebih mudah ditangkap oleh peserta didik. Cara agar peserta didik menyukai

gamelan dengan cara pendekatan intens kepada peserta didik. Pelatih akan

menganalisis kondisi dan keinginan peserta didik dalam bermain gamelan. Seperti

yang dijelaskan oleh pelatih Wisnu Aji Wicaksono pada wawancara berikut ini:

“Metode yang penting yang jelas itu anak senang dulu, dikenalkan terus

habis itu senang dulu, jadi kalau sudah senang anak juga gampang

nyantolnya”

“Kalau ke gamelannya, tidak bisa teori seperti biasa, saya lebih

mendekat ke anak, ya cerita-cerita tentang gamelan, ya anak saya ajak

guyon”

“Biasanya yang dilakukan kegaitan inti, kan ada bermain gamelan,

kemudian memberikan pengetahuan tentang gamelan itu?” (W/P.WAW)

Setelah mengenalkan instrumen dan angka, maka pelatih mulai mengajari

cara memainkan instrumen gamelan. Strategi pelatih untuk mengajarkannya

dengan cara memberikan contoh secara langsung. Pelatih tidak melalukukan

sendirian, pada tahap ini dia akan dibantu oleh beberapa orang yang kompeten

empat sampai lima orang untuk menjadi tutor peserta didik secara langsung. Tim

Page 126: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

110

terdiri dari satu orang untuk kenong atau gong, tiga sampai dua orang untuk

balungan, satu sampai tiga orang untuk bonang, kemudian pelatih utama di depan

untuk memberi aba-aba. Setelah pengenalan instrumen, materi dilanjutkan dengan

pengenalan ketukan, sebagai contoh gangsaran untuk 5 (mo) delapan kali, maka

peserta didik akan nabuh 5 5 5 5 5 5 5 (mo sebanyak tujuh kali) pada

instumennya. Setelah itu bisa baru dilanjut yang lebih susah seperti 5 (mo) empat

kali dan 2 (ro) empat kali, maka peserta didik akan menabuh 5 5 5 5 2 2 2 2.

Setelah bisa baru bisa lanjut ke tahap lancaran, ketawang, atau bahkan sampai

ladrah. Namun, pelatih hanya akan mengajari sampai lancaran karena dirasa

paling sesuai dengan peserta didik. Hal ini dijelaskan pelatih Wisnu Aji

Wicaksono pada wawancara berikut ini:

“Kalau dulu saya ngasih contoh pertama kali mengenalkan anak ke

karawitan, itu kan saya mengajak beberapa teman jadi saya menyebarkan

teman saya untuk ke bonang, berapa berapa”

“Waktu pertama – tama hampir mengajak empat – lima orang untuk

membantu di pertama kali nya”

“Saya bedakan menjadi kenong sama gong satu, terus di balungan itu

ada tiga atau dua, terus langsung di bonang ada satu, terus saya yang

didepan.”

“Awal mengenal ketukan dulu, ketukan di dalam karawitan ada delapan

ketukan, satu , dua , tiga , empat, lima , enam, tujuh, delapan. Nanti juga

mengajari kamu nabuhnya, mukulnya sesuai ketukan. Pertama kali

materi yang saya berikan ke anak itu gangsaran, misalkan saya katakan

menyebut gangsaran ma ada yang ditabuh sampai delapan ketuakan itu

dari ma, jadi mengajari ketukan dulu, jadi lima enam tujuh, ma ma ma

ma tapi bareng, jadi kan biasanya anak itu kadang udah capek, udah

diarang – arang padahal ketukan nya ndak gitu, dan habis itu saya

kembangkan satu gongan ada delapan ketukan itu saya kasih nada ndak

sama, kadang ma enam kali ada ro dua kali, jadi anak juga ada

perpindahannya” (W/P.WAW)

Selain itu tiap instrumen juga terkadang perlu adanya kerja keras tersendiri,

sebagai contoh pemain bonang harus kerja keras untuk menghafalkan beberapa

Page 127: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

111

notasi tambahan. Seperti dijelaskan pada observasi oleh peneleti yang tertulis

dalam catatan lapangan sebagai berikut:

Sasa ditambahi dengan notasi 1 3 1 3 yaitu 1 gatra adalah empat ketukan

jadi 4 kali 1 3 yaitu nggembyar hal itu dilakukan ketika dari sirep ke

suwuk”. Kemudian pelatih menegeskan kepada anak bahwa “kamu pasti

bisa”. (OBS/CL.No.1)

Untuk memahami sebuah lagu peserta didik juga harus kerja keras mengahafal

notasi, kemudian mempelajari bagaimana sebuah instrumen itu bisa berbunyi

sesuai dengan marwahnya. Agar indah.

Selanjutnya mengenai kerja keras dalam belajar teknik permaian gamelan,

sebagai contoh teknik suwuk dan pithetan, teknik suwuk diajari peserta didik

berulang – ulang sampai peserta didik bisa, memainkan gamelan ketika suwuk

dilakukan dengan cara pelan sampai suaranya hilang.

Kemudian ketrampilan pithet harus dilatih terus menerus, pelatih tidak

akan mengganti materi sebelum peserta didik bisa mithet, pelatih menekankan

bahwa mithet itu perlu dan harus dicoba kalau tidak dicoba maka tidak akan bisa.

Mithet dilakukan dengan cara ketika tangan kanan menabuh maka tangan kiri

memegangi perunggunya agar suaranya tidak menggaung dan mengubah rasa dari

bunyi nya, hal itu harus dilakukan bersama-sama.

Dalam mithet tentu peserta didik harus ekstra konsentrasi karena semua

tangan main ketika menabuh dan mithet. Kemudian jika suara kurang keras maka

pelatih akan memberikan peringatan agar suara nya dikeraskan lagi. Pelatih

beranggapan jika teknik nya sudah bisa maka peserta didik diberi tantangan

apapun akan bisa melakukannya. Hal ini diperjelas dalam wawancara dengan

pelatih Wahyu Hastanto berikut,

Page 128: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

112

“Kalau saya itu lebih ke teknik, karena berkali – kali saya katakan ketika

memberi tahu kepada anak –anak mithet sebuah teknik, ketika teknik

sudah terpegang, mau dikasih model apapun, misalnya struktur nya

lancaran, mau dikasih model apapun itu mudah. Karena yang paling sulit

teknik. Kalau misal lancaran gugur gunung sudah lancar, kalau teknik

nya sudah benar, tinggal dikasih notasi aja” (W/P.WH)

5.1.6 Nilai Kreatif

Nilai pendidikan karakter kreatif tampak pada adanya kreativitas suara gamelan,

dimana permainan gamelan yang dilakukan menciptakan suara satu dan suara dua

pada lancaran yang diajarkan kepada peserta didik. namun, pada hal ini masih

tahap pengenalan dan pembelajaran, karena kreativitas semacam ini hanya

dilaksanakan untuk lomba saja. Hal ini juga dijelaskan oleh pelatih Wahyu

Hastanto dalam wawancaranya sebagai berikut:

“Kalau lomba nanti ada, ini kan baru dua kali pertemuan jadi baru masih

dasar – dasar nanti kreativitas nya ada, misal nanti di buat garap ada

suara satu – suara dua , nanti kan sudah lain” (W/P.WH)

Perilaku yang menunjukan adalah adanya garapan suara satu dan suara dua adalah

hasil baru dari sesuatu yang dimiliki.

Adapaun hal lain peneliti temukan di lapangan mengenai nilai kreatif,

peneliti menjewantahkan dalam catatan lapangan,

Terdapat muatan nilai kreatif, yaitu memiliki daya cipta memiliki

kemampuan untuk menciptakan dilihat dari siswa yang sebelumnya tidak

bisa menjadi bisa menciptakan sebuah permaianan alat musik. Sebagai

contoh waktu itu menghasilkan pertunjukan lagu suwe ora jamu yang

mereka lakukan berkat kerja keras. Adapun karya terkadang ditampilkan

pada acara –acara tertentu. Daya kreatif anak juga terlihat ketika pelatih

belum datang kemudian mereka mencoba memainkan alat musik dengan

lagu-lagu yang tidak mereka pelajari sebelumnya dengan pelatih, waktu itu

lagu –lagu yang sering mereka dengarkan di masjid seperti sholawatan-

sholawatan, adapun lagu-lagu dangdut yang sedang trending waktu itu.

(OBS/CL.No.1)

Page 129: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

113

5.1.7 Nilai Mandiri

Nilai pendidikan karakter mandiri pada pembelajaran seni gamelan terwujud

dalam cara memainkan instrumennya, dikarenakan tiap peserta didik memiliki

perannya masing – masing dalam permaianan maka dalam memainkan gamelan

setiap peserta didik tidak sama dengan sebelahnya, maka dalam menabuh harus

mandiri yakin apa yang dilakukan agar tidak mengganggu permainan peserta

didik lainnya.

Hal ini peneliti temukan di lapangan, peneliti telah menuliskannya dalam

catatan lapangan,

Terdapat muatan nilai mandiri dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak

bergantung pada orang lain, dilihat dari ketika anak berjalan bersama-sama

tanpa didampingi dari ke sekolah menuju ke sanggar, mereka membuka

sanggar sendiri, kemudian belajar mandiri terlebih dahulu sebelum pelatih

datang. Adapun pada pembelajaran tiap anak memiliki tanggung jawab

masing-masing pada instrumen yang mereka gunakan hal ini tentu

membuat mereka harus mandiri dan tidak bergantung pada kawannya,

karena kawannya juga memiliki tanggung jawab masing-masing.

(OBS/CL.No.1)

Adapun instrumen yang digunakan adalah bonang, bonang penerus,

demung, saron penerus, peking, slenthem, kenong, kempul, gong, kethuk. Dengan

jumlah sembilan yaitu dua pasang demung, empat pasang saron, satu pasang saron

penerus/peking, satu pasang kethuk, satu set kenong. Peserta didik yang

mengikuti ada 27 anak, maka terdapat beberapa instrumen yang dimainkan secara

bergantian, kemdian jika untuk pementasan sendiri pelatih memilih siswa-siswa

yang akan diajari secara intens dalam permainan.

Peserta didik pada permaianan seni gamelan diajari teknik dalam bermain

instrumen gamelan, yaitu adanya pithet dan suwuk. Alur bermainnya yaitu posisi

Page 130: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

114

teratur kemudian bonang melakukan ajak-ajak, kendang masuk, tabuh diangkat,

kempul suwuk, bonang buko, kendang berbunyi, dan gending bermain semua,

setelah permainan selesai tabuh ditaruh lagi di tempatnya.

Tiap instumen memiliki perannya masing – masing. Bonang barung

sebagai buko, paling depan, lebih selaras, stabil dalam emosinya. Bonang penerus

sebagai penghias dan menguatkan mental permainan. Kenong dan kethuk

kempyang sebagai pengatur tempo bertugas memotong permainan. Gong ageng

sebagai instrumen yang mengawali dan mengakhiri, dimana jika ada suwuk maka

semua gending akan berhenti. Demung sebagai yang kuat dan saron memberi

warna. Kemudian peking sebagai pengisi kekosongan. Seperti yang diungkapkan

oleh pelatih Wisnu Aji Wicaksono,

“Ya kendang pemimpin, nggih bonang selaras, ya bonang barung sasa

kemarin yang buko, nggih bonang penerus sebagai pelengkap

penghiasnya..... (W/P.WAW)

5.1.8 Nilai Rasa Ingin Tahu

Nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu yang terwujud dalam pembelajaran seni

gamelan adalah adanya penugasan yang diberikan oleh pelatih dan pemberian

pengetahuan baru kepada peserta didik oleh pelatih dengan cara melontarkan

pertanyaan terlebih dahulu kepada peserta didik mengenai pengetahuannya

tentang materi baru yang akan dipelajari.

Pemberian penugasan dan pertanyaan mengenai pengetahuan baru yang

akan dipelajari dilakukan memiliki alur sebagai berikut, setelah minggu

sebelumnya pelatih telah memberikan tugas, maka pada minggu berikutnya

pelatih akan menanyakan tugas rumah, sebagai contoh tugas mencari cakepan,

Page 131: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

115

dan menanyakan materi yang akan diajarkan. Hal ini dijelaskan pelatih Wisnu Aji

Wicaksono pada wawancara berikut ini:

“Mungkin penyampaiannya itu dari minggu sebelumnya. Kalau sekarang

itu saya modelnya minggu ini saya kasih PR mencari, lirik, kalau di basa

jawa itu cakepan. Jadi cari lirik suwe ora jamu atau apa, jadi nanti sebelum

itu nyanyi dulu to, ini nanti belajar nya suwuk, suwuk itu apa? Tapi kan

kalau lebih ke teorinya mesti ndak paham jadi cuman kasih saya perantara

- perantara” (W/P.WAW)

“....oh saya kasih tugas berupa itu mencari cakepan atau saya suruh

menonton di youtube materi – materinya ada materi baru gugur gunung,

ayo nontono ning you tube, nek ndak minta sama orang tua, mesti orang

tua juga seneng orang positif, contoh cari rekaman gugur gunung, tapi

ndak diwajibkan. Ya itu buat anak aja, yang diwajibkan itu cari cakepan

gugur gunung, jadi setelah itu ada pertanyaan atau tidak, tidak, biasanya

nyanyi lagu yang tadi materi nya, kalau lagu suwe ora jamu, ya suwe ora

jamu, terus....” (W/P.WAW)

Penugasan penugasan memacu siswa untuk memilki jiwa rasa ingin tahu,

karena siswa ditekankan untuk mencari hal baru yang sebelumnnya belum mereka

ketahui. Biasanya siswa mencari data untuk penugasan melalui internet dengan

dibantu orang tua atau saudara mereka. Hal ini juga dibenarkan oleh pelatih

Wisnu Aji Wicaksono dalam wawancara berikut:

“Mungkin penyampaiannya itu dari minggu sebelumnya. Kalau sekarang

itu saya modelnya minggu ini saya kasih PR mencari, lirik, kalau di basa

jawa itu cakepan. Jadi cari lirik suwe ora jamu atau apa, jadi nanti sebelum

itu nyanyi dulu to, ini nanti belajar nya suwuk, suwuk itu apa? Tapi kan

kalau lebih ke teorinya mesti ndak paham jadi cuman kasih saya perantara

- perantara” (W/P.WAW)

Penanaman pengetahuan baru dan melontarkan pertanyaan untuk

memuncul rasa ingin tahu peserta didik dilakukan dengan cara, sebagai contoh

memberikan pengetahuan –pengatahuan baru, seperti tentang suwuk, sirep.

Kemudian pelatih juga memberikan penguatan dengan menanyakan pengetahuan

anak-anak tentang hal yang akan dipelajari, pelatih melihat seberapa tau anak

Page 132: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

116

mengetahui tentang materi yang akan dipelajari, setelah ditanyakan maka pelatih

akan menunggu sampai anak bertanya mengenai materi yang ingin mereka

pelajari karena belum begitu dipahami, contoh, “hari ini kita belajar sirep dan

suwuk, ada yang tau itu apa?” kemudian anak menjawab sebisasanya, hingga anak

menanyakan, “apakah itu suwuk dan sirep?”.

Temuan ini dikuatakan dengan hasil observasi peneliti di lapangan, yang telah

dijewantahkan peneliti kedalam tulisan pada catatan lapangan,

Terdapat nilai rasa ingin tahu perasaan keingintahuan (berhasrat mengerti

sesudah melihat, mengalami, menyaksikan, dan lain sebagainya), hal ini

ditananmkan pelatih dengan cara memberikan pengetahuan –pengatahuan

baru, pada hari itu tentang suwuk, sirep, dan gerong. Kemudian pelatih

juga memberikan penguatan dengan menanyakan pengetahuan anak-anak

tentang hal itu, sampai pada titik anak-anak menanyakan apa hal yang

ditanyakan oleh pelatih. Selain itu pemberian tugas rumah tentang hal baru

juga membuat mereka harus memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang

hal itu, sehingga mereka memahami apa yang sedang mereka cari.

(OBS/CL.No.1)

5.1.9 Nilai Cinta Tanah Air

Nilai pendidikan karakter cinta tanah air terwujud dalam pembelajaran seni

gamelan yaitu dengan pemberian testimoni oleh pelatih untuk mencintai gamelan,

upaya melestarikan budaya khususnya gamelan, keinginan untuk mempelajari

gamelan, dan belajar tembang jawa yang diselipkan pada pembelajaran seni

gamelan.

Pemberian testimoni dilakukan pada kegiatan awal, pelatih menyelipkan

beberapa testimoni-testimoni agar siswa mau mencintai budaya nya sendiri,

sebagai contoh di awal pertemuan pelatih memberikan testimoni kepada peserta

Page 133: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

117

didik sebagai berikut terangkum dalam wawancara peneliti dengan pelatih Wahyu

Hastanto,

“Itu dari latar belakang yang harus saya sebutkan sebelum anak-anak lebih

mengenal kedalam. Pasti awal testimoni kepada anak, dalam artian

misalnya bahwa mungkin tau ndak tau anak itu saya beri tahu di belanda

sekarang tahun 2011 apa 2012 itu dihitung sudah ada 152 gamelan,

belanda itu, yang paling banyak jawa nya adalah suriname. Kemarin aja

pembicara kongres basa jawa tahun berapa itu 2015 apa 2016 dari

suriname. Dari awal sampai akhir tanpa putus menggunakan bahasa jawa

tanpa muncul satu kata inggris pun, pembicara di jawa. Saya suruh

berpikir gini anak - anak, kemudian kenapa kok reog ponorogo itu di

klaim, dulu ada kabar begitu?, itu bukan salah malaysia. Anda protes tidak

anak-anak? mereka bilang protes pak! La kenapa kok protes? La itu kan

milik saya? La kalau milik kalian bisa menggunakan ndak? Ndak bisa

pak? Loh kok milik? Nah.. sama seperti gamelan, nanti kalau anak-anak

kecil, dewasa, remaja tidak bisa? Nanti yang mau menggunakan siapa? Ini

orang – orang luar saja sudah belajar, kalau digunakan orang luar? nanti

kalau ditanya, oh kamu punya gamelan ya kok tidak bisa memakai, berarti

kamu bohong. Awal kali latar belakang diajarkan seperti itu.” (W/P.WH)

Setelah menjelaskan kasus pelatih mengkorelasikannya dengan seni

gamelan yang sedang mereka lakuakan. Hal semacam itu yang diajarkan pelatih

untuk menumbuhkan rasa cinta kepada hal yang dipelajari siswa, pada konteks ini

adalah seni gamelan. Pelatih pun menegaskan bahwa gamelan adalah peninggalan

leluhur/nenek moyang sehingga dalam menggunakannya pun tidak bisa

serampangan, ada adat-adat yang harus dilaksanakna seperti duduk harus sira atau

simpuh, kemudian tidak boleh melangkahi gamelan, karena hal semacam itu

dilakukan untuk menghormati yang membuat gamelan itu sendiri. Hal ini

dijelaskan pelatih Wahyu Hastanto pada wawancara berikut:

“Iya itu rasa penghormatan, bahwa ini hasil karya dari nenek moyang. Kita

nabuh tidak boleh sak-sake. Misalnya mau melangkahi bonang melewati

kayu nya tidak apa-apa tapi perunggu nya diangkat baru melangkah, dalam

artian yang menimbulkan bunyi kan gamelannya itu. Kadang kala lewat

sampingnya yang kayu tak apa, tur tidak hanya melangkah saja, adatnya

orang jawa, jika melewati orang yang lebih tua, penghormatan kita lewat

dengan amit, nyuwun sewu. dengan posisi mendungkluk, amit. Semuanya

Page 134: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

118

dalam artian tidak hanya saya nabuh saja, saya menghormati orang yang

membuat dan menciptakan lagu, atau yang berhubungan ini yang sudah

tiada” (W/P.WH)

Perilaku melestarikan budaya juga termasuk wujud dari cinta tanah air, hal ini

juga diamini oleh kepala sekolah ST Suhartono pada wawancara berikut ini:

Peneliti : “......adanya cinta tanah air, dimana melestarikan budaya

.... tadi”

Kepsek : “Nggih” (W/KS.SS)

Hartono, kepala sekolah juga mengungangkapkan tujuan pembelajaran

seni gamelan adalah menyiapkan esktrakurikuler SDN Kalisegoro agar peserta

didik bisa ndamel. Sehingga lulusan SDN Kalisegoro mampu mengenal tradisi

jawa, selain melestarikan budaya jawa juga menambah ketrampilan. Seperti

ungkapan kepala sekolah ST Suhartono sebagai berikut,

“Tapi nantinya akan diarahkan ke anak lulusan Kalisegoro itu wajib

mempunyai ketrampilan berkarawitan, sekaligus juga terampil

mempertampilkan tarian tradisional dan bisa menggunakan bahasa jawa

dengan benar, itu unggah – ungguh...” (W/KS.SS)

Pelatih mengakui bahwa pembelajaran seni gamelan merupakan wujud

dari estafet ilmu seni berkelanjutan, di Kalisegoro sendiri pembelajaran seni

gamelan untuk anak sekolah dasar baru pertama kali dilakukan di SDN

Kalisegoro. Hal ini diungkapkan oleh pelatih Wisnu Aji Wicaksono dalam

wawancara berikut ini,

“Salah satu juga, di Kalisegoro kan baru pertama ini, dulu itu Kelurahan

Kalisegoro jadi satu sama kelurahan Ngijo. Di Ngijo itu yang berkembang

kebudayaan, kalau di Kalisegoro lebih olahraga. Kemudian Kalisegoro

memisahkan diri, la disini juga baru pertama kali yang namanya gamelan –

gamelan itu pertama kali, jadi ya anak itu baru, jadi bener – bener dari nol”

(W/P.WAW)

Page 135: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

119

Hal itu terwujud dalam sikap para pegiat pembelajaran seni gamelan yang

berusaha melestarikan seni gamelan.

Keingianan belajar seni gamelan menunjukan kecintaan peserta didik

kepada budaya sendiri, khususnya budaya jawa. Cinta tanah air juga dirasakan

oleh siswa selaku pembelajar dan pegiat dalam pembelajaran seni gamelan,

berikut wawancara dengan Novan Saka Agatha

“Bisa mengenal budaya gamelan” (W/PS.NSA).

Adapun tahapan materi yang diberikan pelatih adalah pertama ada

pengenalan instrumen dengan cara menunjukan instrumen dan menyebutkan

namanya, kedua mengenal notasi dengan cara menyebutkan notasi sesuai yang

diinginkan pelatih contoh, 1 2 3 4 yaitu ji ro lu pat. Pada pengenalan angka pelatih

tidak mengajarkan slendro dan pelog secara mendalam karena bagi pelatih tingkat

sekolah dasar belum sampai pada tahap pemahaman teori slendro dan pelog,

pelatih hanya memberi tahu kepada peserta didik bahwa nada pelog itu ada nada 4

(pat) nya sedangkan nada slendro tidak ada 4 (pat) nya, tapi nada nya sampai 7

(tu). Seperti yang dijelaskan oleh pelatih Wisnu Aji Wicaksono pada wawancara

berikut ini:

“Kalau sebenarnya beda dalam karawitan ada slendro dan pelog itu tingkat

nada, jadi tingkat nada nya beda pelog dan slendro, tapi itu anak – anak SD

dan SMP mungkin tidak harus teori tentang nada, namun lebih simpel aja

perbedaan pelog dan slendro, itu kalau pelog ada nada empat nya kalau

slendro ndak ada, terus kalau pelog ada nada 7 pitu itu kalau di slendro

ndak ada. Itu gitu aja, jadi disini itu gamelan buat pembelajaran SD dan

SMP baru ditulis itu nya, misal balungan demung ada tulisan 1 2 3 4 5,

mungkin di level kuliah itu ndak ada” (W/P.WAW)

Page 136: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

120

. Selain seni gamelan juga tembang jawa, dimana peserta didik dibiasakan

untuk menyanyi tembang jawa. Terkadang dinyanyikan saat sebelum

pembelajaran, selesai pembelajaran, atau saat menabuh. Seperti hal nya yang

diungkapkan pelatih Wisnu Aji Wicaksono dalam wawancara,

“Kalau ada beberapa alasan ya, yang alasan pertama kalau saya anak lebih

mudah menghafalkan. Anak kalau menghafalkan lagu itu mudah, ya kalau

saya lihat, anak SD itu kalau menyanyikan lagu, kalau disebut penyanyi

kayak Via Vallen, saya kan khawatir, bukan saya mengatakan dangdut itu

jelek. Tapi kan kalau saya biasakan anak nyanyi lagu lagu jawa, kalau

misal sambil jalan pulang sama nembang – nembang kan itu lebih bagus,

jadi anak dikenalkan lagu nya juga. Waktu pembelajaran misalkan, saya

mengasih materi lancaran gugur gunung, anak belum tahu, terus saya

menyuruh anak nyanyi itu, la nanti waktu anak nabuh, otomatis sambil

nyanyi, kan nanti pada hafal” (W/P.WAW)

Kegiatan penutup dilakukan dengan melakukan istirahat dulu selama 1,5

jam, untuk menambah mood peserta didik dengan mempersilahkan peserta didik

untuk makan jika membawa bekal, kemudian setelah selesai dilanjutkan

menegaskan tugas mencari cakepan bisa mencari di internet, atau menonton di

youtube. Setelah itu peserta didik ditanya ada pertanyaan atau tidak. Jika semua

prosesi itu selesai dilanjutkan dengan menyanyikan lagu yang tadi awal menjadi

materi, lalu berdoa. Jika doa yang mengawali peserta didik maka yang mengakhiri

juga peserta didik, pun sebaliknya jika yang mengawali pelatih maka yang

mengakhiri pelatih. Hal ini dijelaskan oleh pelatih Wisnu Aji Wicaksono dalam

wawancara sebagai berikut,

“Kalau dalam kegiatan penutup biasanya, itu saya model ada istirahat,

sebenarnya tidak apa model satu setengah jam tidak ada istirahat. Tapi

juga lihat mood anak, kalau anak sudah tidak terkondisikan biasanya saya

istirahatkan di tengah. Kalau ndak saya beri waktu di depan, kalau pada

makan dulu, makan limabelas menit, nanti ndak ada istirahat, oh ya mas,

nah nanti penutupannya nanti baisanya, oh saya kasih tugas berupa itu

mencari cakepan atau saya suruh menonton di youtube materi – materinya

ada materi baru gugur gunung, ayo nontono ning you tube, nek ndak minta

Page 137: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

121

sama orang tua, mesti orang tua juga seneng orang positif, contoh cari

rekaman gugur gunung, tapi ndak diwajibkan. Ya itu buat anak aja, yang

diwajibkan itu cari cakepan gugur gunung, jadi setelah itu ada pertanyaan

atau tidak, tidak, biasanya nyanyi lagu yang tadi materi nya, kalau lagu

suwe ora jamu, ya suwe ora jamu, terus, setelah itu tidak ada pertanyaan

saya tutup dengan berdoa dulu, berdoa juga gitu, kalau awal yang

membuka saya saya yang menutup, begitu juga anak, kalau yang membuka

anak maka yang menutu anak” (W/P.WAW)

Menurut pelatih peserta didik diajarkan menyanyi lagu jawa agar peserta

didik lebih mudah mengenal lagu jawa, karena biasanya mereka cenderung

menyanyikan lagu dangdut, bukan berarti dangdut tidak baik. Tapi agar peserta

didik juga tau lagu tembang jawa, mereka dibiasakan pulang nembang, kemudian

nabuh sambil nyanyi, hal itu juga menanamkan kepada peserta didik cinta budaya

nya sendiri. Nilai pendidikan karakter cinta tanah air dengan mencintai budaya

nya sendiri yaitu budaya jawa dengan tembang jawa yang dinyanyikan.

5.1.10 Nilai Bersahabat/Komunikatif

Nilai pendidikan karakter komunikatif/bersahabat dalam pembelajaran seni

gamelan terwujud dalam adanya upaya untuk menjalin hubungan persahabatan

baik antara pelatih dan peserta didik, kemudian adanya komunikasi baik untuk

kelancaran pembelajaran.

Menjalin hubungan persahabatan baik antara pelatih dan peserta didik

dapat diwujudkan dalam kasus, ketika peserta didik melakukan kesalahan, maka

pelatih akan memberikan teguran dengan disesuaikan suasana dan mood peserta

didik, pada hal ini pelatih telah mengetahui suasana dan mood peserta didik

karena sudah ada kedekatan dengan pribadi masing-masing peserta didik.

Page 138: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

122

Terkadang jika peserta didik sedang lelah maka pelatih mengupayakan

untuk bercanda terlebih dahulu, namun jika diperlukan serius maka pelatih akan

membuat suasana menjadi serius. Kemudian ketika ada salah peserta didik

terbiasa untuk saling mengingatkan. Kadang kala ketika musik berjalan dan

peserta didik melakukan kesalahan maka pelatih menegaskan ntuk menyesuaikan

temannya. Dalam artian ketika mereka tau salah langsung diperbaiki. Untuk

punnishmen sendiri, jika terdapat kesalahan permainan akan tetap berjalan,

kemudian waktu lagu masih berbunyi pelatih menghampiri. Lagi pula pelatih

mengajari peserta didik dengan volume suara keras sehingga semua bisa

menderngar dan memperhatikan, tapi bukan bentakan. Memang harus seperti itu

dalam pembelajaran.

Seperti yang diungkapkan pelatih Wisnu Aji Wicaksono dan Wahyu

Hastanto dalam rangkuman wawancara berikut,

“Oh salah, semua tetap berajalan waktu itu lagu bunyi saya

menghampiri anak belum bisa terus nadanya, mungkin anak belum bisa

karena ketukannya bingung, makanya sewaktu proses itu selalu saya

ketuki dan tudingi, jadi pas mana mana, nek gag di dalam karawitan itu

yang ngajar bengak bengok, sampai volume keras, bukan berarti marah,

memang harus gitu,” (W/P.WAW)

Jadi sekarang anak – anak sudah bisa jadi kalau ada satu yang salah

“huu salah rak ono gong e” jadi sudah mendengar, sudah paham”

(W/P.WAW)

“Ya, tergantung dari suasana dulu, anak kadangkala sudah capek apa

gimana, pada saat serius kita serius, pada saat gojek kita gojek, kadang

anak kalau salah mau diingatkan kadang kala ketika pada waktunya

saya tunjuk langsung, kamu salah masih ada yang gini, anak – anak

beberapa terasa kalau salah” (W/P.WH)

Komunikasi baik antara pelatih dan peserta didik juga termasuk dari nilai

pendidikan karakter komunikatif/bersahabat, hal ini terlihat ketika peserta didik

Page 139: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

123

sedang tidak mood, pelatih selalu memberikan penyegaran, seperti dijelaskan

pada catatan lapangan peneliti,

Ketika anak-anak sedang tidak mood, pelatih selalu memberikan

penyegaran seperti bilang, “hay” atau “hello, hay, hay” dan anak

menirukannya. (OBS/CL.No.2)

Sebelum memulai kegiatan inti pelatih biasa melakukan berbagai strategi

untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik, sebagai

contoh pelatih bercanda dengan peserta didik agar peserta didik merasa nyaman

dan santai terlebih dahulu. Hal ini dijelaskan pada wawancara peneliti dengan

pelatih Wisnu Aji Wicaksono berikut:

“Mood, kadang itu. Biasanya datang masih pada itu, biasanya saya

bercanda-bercanda dulu, ada interaksi dengan murid itu ya guyon-

guyonan, nanti kalau sudah terkondisikan baru kegiatan di mulai, dari

doa tadi salam lalu doa” (W/P.WAW)

Selain itu pelatih harus mengerti siswa, dan siswa harus memahami apa

yang disampaikan pelatih. Misal komunikasi, “ayo masuk lagu”. Seperti yang

diungkapkan pelatih Wahyu Hastanto dalam rangkuman wawancara berikut,

“Iya komunikatif, misal komunikasi, “ayo masuk lagu”. Itu kan

interlude sebetulnya, Bermacam-macam. Ketika gending yang lama

dari rebab, mungkin kendang, kendang kan supir, dari bonang, dalam

artian nanti ada komunikasi” (W/P.WH)

Komunikasi lain yang dilakukan seperti, pelatih juga memberikan

penguatan kepada peserta didik mengenai rasa penghormatan, bahwa gamelan

adalah hasil karya dari nenek moyang. Kita tidak boleh sak-sake. Contoh ketika

melangkahi bonang melewati kayu nya tidak apa-apa tapi perunggu nya diangkat

baru melangkah, dalam artian yang menimbulkan bunyi kan gamelannya itu.

Tidak hanya melangkah saja, adat orang jawa, jika melewati orang yang lebih tua,

Page 140: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

124

dengan posisi mendungkluk, amit. Saya menghormati orang yang membuat dan

menciptakan lagu, jadi tidak hanya ndamel saja. Seperti yang diungkapkan pelatih

Wahyu Hastanto,

Kemudian dari tata krama, sebetulnya bahwa nabuh gamelan tidak

saksake bahkan orang yang sudah profesional dengan melihat

tabuhannya saja sudah bisa melihat apakah orang itu karakternya kasar

karakternya halus, sudah tau. Kemudian yang kedua saya kasih tau

kepada anak bahwa gamelan itu peninggalan leluhur/nenek moyang

otomatis duduk saja tidak boleh saksake jadi untuk menghormati kalau

duduk harus sira atau simpuh. (W/P.WH)

Misalnya mau melangkahi bonang melewati kayu nya tidak apa-apa

tapi perunggu nya diangkat baru melangkah, dalam artian yang

menimbulkan bunyi kan gamelannya itu. Kadang kala lewat

sampingnya yang kayu tak apa, tur tidak hanya melangkah saja, adatnya

orang jawa, jika melewati orang yang lebih tua, penghormatan kita

lewat dengan amit, nyuwun sewu. dengan posisi mendungkluk, amit.

Semuanya dalam artian tidak hanya saya nabuh saja, saya menghormati

orang yang membuat dan menciptakan lagu, atau yang berhubungan ini

yang sudah tiada” (W/P.WH)

5.1.11 Nilai Gemar Membaca

Nilai pendidikan karakter gemar membaca dilakukan dengan cara mengadakan

buku catatan yang harus rutin diisi dan dipelajari di rumah. Kemudian dengan

memberikan penugasan kepada mereka untuk mencari pengetahuan baru juga

membuka peluang peserta didik membaca lebih banyak, tak hanya itu saat akan

awal pembelajaran tak jarang pelatih menyuruh peserta didik membaca hal apa

saja yang sudah dipelajari, seperti notasi, kemudian pengertian-pengertian

instrumen. Hal ini diketahui peneliti saat melakukan observasi dan terangkum

dalam catatan lapangan,

Kemudian dilanjutkan dengan menanyakan tugas, semua buku catatan

dikeluarkan, dengan menggunakan media white and board pelatih mencatat

materi yang akan dipelajari. Materi pertama adalah instrumen dalam

karawitan, pelatih mengingatkan kembali instrumen-instrumen apa yang

digunakan dalam pembelajaran, dengan menyuruh anak menunjukan apa

Page 141: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

125

yang disuruh. Dilanjutkan dengan mencatat notasi lagu suwe ora jamu.

(OBS/CL.No.1)

Perilaku yang menunjukan adalah peserta didik memiliki buku catatannya

sendiri dan harus dibaca, dan peserta didik yang diberikan penugasan mencari

cakepan juga secara tidak langsung membaca cakepan – cakepan yang ia

dapatkan. Seperti yang diungkapkan oleh pelatih Wisnu Aji Wicaksono dalam

wawancara sebagai berikut,

“oh saya kasih tugas berupa itu mencari cakepan atau saya suruh

menonton di youtube materi – materinya ada materi baru gugur gunung,

ayo nontono ning you tube, nek ndak minta sama orang tua, mesti orang

tua juga seneng orang positif, contoh cari rekaman gugur gunung, tapi

ndak diwajibkan. Ya itu buat anak aja, yang diwajibkan itu cari cakepan

gugur gunung,.... (W/P.WAW)

5.1.12 Nilai Peduli Lingkungan

Nilai pendidikan karakter peduli lingkungan dalam pembelajaran seni gamelan di

SDN Kalisegoro terwujud dalam aturan tidak membuang sampah sembarangan,

dan jika ada sesuatu yang tidak sesuai mengenai peralatan yang ada di sanggar

maka siswa langsung peka untuk bertindak menyesuaikannya, kemudian setelah

belajar seni gamelan siswa merapikan kembali tabuh ke tempat yang sudah

disediakan. Hal ini juga dijelaskan oleh pelatih Wahyu Hastanto dalam

wawancara berikut ini,

“....Terus kemudain kerapian juga harus diperhatikan posisi awal tabuh

harus ditaruh dengan rapi, ketika awal mau mulai harus mengambil tabuh

sendiri-sendiriterus ketiak selesai mengembalikan ke tempat nya masing-

masing....” (W/P.WH)

Page 142: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

126

Perilaku yang menunjukan adalah dengan tidak membuang sampah secara

serampangan, pun menaruh barang sesuai dengan tempatnya agar tidak

menimbulkan kerusakan pada barang, seperti tabuh.

Hal ini dikuatkan dengan penemuan peneliti dilapangan yang telah peneliti

jewantahkan pada catatan lapangan sebagai berikut,

Sebelumnya ketika pelatih belum datang, anak-anak latihan sendiri tanpa

didampingi, tidak ada anak-anak yang berhamburan bermain di luar

ruangan, semuanya berada di dalam ruangan walaupun tidak ada pelatih,

adapun yang keluar ruangan untuk membuang sampah. (OBS/CL.No.1)

Kepekaan mereka juga terlihat ketika berjalan kemudian karpet agak

melipat, kemudian mereka benarkan walaupun itu bukan kesalahannya..

(OBS/CL.No.1)

Pelatih menegaskan jika ingin pintar jangan coba-coba memainkan

instrumen lain, atau bisa dikatakan jangan pindah-pindah. Kemudian

setelah bermain alat penabuh dikembalikan ke tempat awalnya.

(OBS/CL.No.1)

5.1.13 Nilai Peduli Sosial

Nilai pendidikan karakter peduli sosial pun muncul dalam pembelajaran

ini adalah adanya kepedulian terhadap sesama, sikap empati dan berbagi, terlihat

ketika temannya yang belum bisa dalam menabuh maka kawannya yang sudah

bisa akan mengajari nya dengan cara menabuh bersama dengan tangan memegang

tabuh bersama kemudian menabuh. Tidak hanya itu, siswa juga diajari untuk

berbagi, seperti berbagi bermain instrumen ataupun makanan yang dia bawa.

Nilai peduli sosial terangkum dalam catatan lapangan No.1 ditulis berdasarkan

pengamatan pandangan mata oleh peneliti.

Di dalam ruangan anak-anak melakukan aktifitas beragam sebelum

diadakannya pembelajaran, dan sembari menunggu pelatih datang, ada

yang menggambar, belajar instrumen gamelan sendiri ataupun

Page 143: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

127

berkelompok, membaca catatan, mengajari kawannya bermain instrumen.

(OBS/CL.No.1)

pelatih memberi tahu bahwa pembalung berisikan demung, saron, peking,

slenthem. Memulai dengan notasi 5 6 7 8. Seorang peserta didik mencoba

mengajari kawan lainnya dengan tangganya memegangi tangan kawannya,

dan menabuh bersama. (OBS/CL.No.1)

Siswa diajari berbagi, hal ini dijelaskan oleh pelatih Wisnu Aji Wicaksono,

dalam wawancara nya sebagai berikut,

“Oh ya itu kalau itu, karena anak banyak yang ikut, jadi gamelan bisa main

kalau dua puluh, katakan anak ada dua puluh tujuh jadi anak ada yang

dobel, tapi alhamdullilah tidak ada yang protes, jadi disitu juga tersisip

karekter harus sabar” (W/P.WAW)

5.1.14 Nilai Tanggung Jawab

Nilai pendidikan karakter tanggung jawab pada pembelajaran seni gamelan

terwujud dalam sikap bahwasanya setiap peserta didik memiliki perannya masing

– masing pada instrumen yang mereka mainkan serta tanggung jawab untuk

bermain kompak, sehingga satu dengan yang lainnya tidak sama, maka dari itu

tiap insan harus bertanggung jawab pada instrumen nya masing – masing agar

tidak merusak jalannya permainan gamelan.

Selanjutnya penjelasan mengenai nilai tanggung jawab adalah bahwa

semua instrumen yang digunakan seperti dua pasang demung, empat pasang

saron, satu pasang saron penerus/peking, satu pasang kethuk, satu set kenong

dimainkan oleh 27 peserta didik, dengan bergantian dalam bermain instrumen.

Kemudian peserta didik diajari teknik pithettan dan suwuk.

Selanjutnya peserta didik secara tidak langsung harus memahami

bahwasannya tiap instrumen yang diajarkan dengan teknik yang harus dikuasai,

Page 144: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

128

memiliki perannya masing – masing. Bonang barung sebagai buko, paling depan,

lebih selaras, stabil dalam emosinya. Bonang penerus sebagai penghias dan

menguatkan mental permainan. Kenong dan kethuk kempyang sebagai pengatur

tempo bertugas memotong permainan. Gong ageng sebagai instrumen yang

mengawali dan mengakhiri, dimana jika ada suwuk maka semua gending akan

berhenti. Demung sebagai yang kuat dan saron memberi warna. Kemudian peking

sebagai pengisi kekosongan.

Kemudian tiap insan memiliki tanggung jawabnya masing – masing

terhadap instumennya. Lalu tanggung jawab pribadi peserta didik juga terlihat

dari kesiapannya bermain gamelan, sebagai contoh jika sudah mulai buko maka

yang bertugas harus siap-siap, kemudian pemegang instrumen harus siap-siap

menabuh jika sudah waktunya. Pada hal ini harus ada tanggung jawab untuk

kompak dengan temannya, karena jika tidak kompak maka jika salah sedikit saja

bisa mempengarui kawannya, dari nada apalagi dari tempo. Pada dasarnya

bermain gamelan berhubungan dengan rasa. Seperti dijelaskan oleh pelatih

Wahyu Hastanto sebagai berikut:

“Iya, karena tanggung jawab saya harus kompak dengan temannya,

karena jika sedikit saja akan memperngarui kawanya, dari nada apalagi

dari tempo.” (W/P.WH)

“....Kalau sebetulnya berhubungan dengan rasa, saya harus bersama

sama, karena banyak diutarakan jowo nggone roso. Contoh misal anak

bermain gamelan satu tidak bertanggung jawab, salah sudah terlepas dari

tanggung jawab, “saya sebenarnya mau nabuh satu tapi ternyata dua”

kemudian yang kedua berhubungan dengan nada mengganggu irama

tidak teratur itu akan mengganggu irama lain, itu satu persatu akan

bubrah, yang lain sehingga satu kesatuan ini akan mandek apa gimana.

Pada dasarnya berhubungan dengan rasa. Terkadang yang sudah terbiasa,

teman – teman saya yang profesional jika ada gong tidak ditabuh marah,

karena apa di sini sudah masuk rasanya dipukuli orang. Wong kita mau

Page 145: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

129

bareng – bareng kok ndak konsentrasi semua, ndak mau bareng-bareng

istilahnya gitu” (W/P.WH)

“Kalau berhubungan dengan karakter sebetulnya satu bahwa gamelan

nabuh itu harus kompak, berbeda dengan musik diaktonis, dalam artian

ketika nabuh saja harus kompak otomatis melatih anak-anak untuk

bertanggung jawab sudah benar apa belum, bertanggung jawab pada

instrumen masing-masing, saya nabuh harus sama dengan teman-

temannya....” (W/P.WH)

Hal lain dijelaskan peneliti pada catatan lapangan di bagian reflektif, yang

menyatakan bahwa,

Terdapat nilai muatan tanggung jawab keadaan wajib menanggung

segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa bisa dituntut, dipersalahkan,

diperkarakan, dan sebagainya). Hal ini dimaksudkan dimana setiap

individu memiliki tanggung jawab nya sendiri –sendiri pada instrumen

yang sedang ia mainkan. Dan baik tidaknya permainan menjadi tanggung

jawab bersama tiap – tiap individunya. (OBS/CL.No.2)

5.15 Nilai Gotong Royong

Nilai pendidikan karakter gotong royong pada pembelajaran seni gamelan di SDN

Kalisegoro melingkupi sikap kompak dalam permainan seni gamelan, adanya nilai

kebersamaan dalam permainan, serta tidak hanya dalam kegiatan melainkan lirik –

lirik tembang jowo yang dipelajari dalam pembelajaran seni gamelan turut serta

memberikan sumbangsih nilai gotong royong dalam pembelajaran seni gamelan.

Praktiknya pembelajaran seni gamelan harus kompak, maka peserta didik

diajarkan bahwa jika nabuh harus bersama-sama dengan kawannya, mengikuti

irama dan tempo yang ada. Seperti yang diungkakan oleh pelatih Wahyu Hastanto

sebagai berikut,

“Kalau berhubungan dengan karakter sebetulnya satu bahwa gamelan

nabuh itu harus kompak....” (W/P.WH)

Page 146: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

130

Selain itu adanya semangat kebersamaan untuk menciptakan permainan

gamelan, terlihat dari ketika bonang melakukan ajak-ajak, kemudian dilanjutkan

kendang, dan bonang melakukan buko, selanjutnya semua gending harus bermain

secara bersama-sama, jika terdengar tidak serempak maka harus diulang sampai

serempak, selain itu volume harus seimbang sehingga nyaman didengarkan. Hal

ini diyakini oleh pelatih Wisnu Aji Wicaksono dalam wawancara berikut,

Peneliti : “Kalau dilihat dari cara memainkannya, nilai

kebersamaan, bahwa di dalam satu permainan seluruh permainan harus

main bareng – bareng harus tau porsi juga mas ya”

Pelatih : “Nggih” (W/P.WAW)

Gamelan jawa membentuk jiwa kepribadian, ia mengajarkan kebersamaan

karena permainannya harus dilakukan bersama-sama dengan kegiatan kelompok.

Kemudian adanya alur kerjasama yang terjadi dalam permainan yaitu, ketika

bonang penerus ditabuh kemudian mengikuti irama dari bonang barung.

Kemudian kendang sebagai driver atau pamurba irama yang mengendalikan

kemudian ditampani oleh bonang sebagai buko. Hal ini diyakini oleh pelatih

Wisnu Aji Wicaksono dalam wawancara berikut,

“Jadi intinya kalau di karawitan, drivernya kendang. Buko kan dari

bonang, ditampani kendang, jadi bareng – bareng, nanti yang

mengendalikan suwuk, sirep kendang, itu kendang nama lain, pamurba

irama” (W/P.WH)

Hartono, selaku kepala sekolah juga mengakui bahwa dibalik

pembelajaran gamelan, juga pembangunan karakter yaitu kebersamaan dimana

menabuh gamelan tidak bisa berdiri sendiri. Hal ini kepala sekolah ST Hartono

jelaskan dalam penggalan wawancara berikut ini,

“Mengingkannya di balik belajar karawitan pembangunan karakter,

yang bisa dibangun, diantaranya, kebersamaan, tidak bisa berdiri

Page 147: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

131

sendiri, itu yang akan kami tanamkan. Ternyata banyak nilai-nilai

luhur, orang yang berperangai keras pun, jika ia sering mendengarkan

kumandang suara gamelan pun itu bisa berubah, lebih sabar lebih

berlapang dada” (W/KS.SS)

Niali pendidikan karakter gotong royong juga terdapat pada lirik –lirik

yang ada di tembang-tembang. Biasanya orang yang membuat lirik tembang pun

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, contoh yang mau dilombakan ini

adalah gugur gunung mengajarkan arti gotong royong ayo ayo kanca, ngayahi

karnaying praja, kene kene kene, gugur gunung tandang gawe. Ayo konco konco

ngayahi pekerjaan itu desa. Hal ini diungkapkan oleh pelatih Wahyu Hastanto

dalam wawancara berikut,

“....Kemudian berikutnya untuk karakter tidak hanya pada suaranya saja

tetapi juga berada di lirik –lirik yang ada di tembang-tembang. Biasanya

orang yang membuat lirik tembang pun berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari, contohnya yang mau dilombakan ini wajibnya adalah gugur

gunung mengajarkan arti gotong royong ayo ayo kanca, ngayahi

karnaying praja, kene kene kene, gugur gunung tandang gawe. Ayo

konco konco ngayahi pekerjaan itu desa. Dasar-dasar nya itu jadi

sebetulnya orang yang sudah kenal gamelan, orang contoh main rebab,

orang yang kasar maka suaranya juga kasar, orang yang halus maka

suaranya halus....” (W/P.WH)

5.2 Pembahasan

Pembahasan akan mengkaji hasil penelitian menggunakan pisau analisis melalui

teori yang relevan. Hasil penelitian yang menunjukan bahwa pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di SDN Kalisegoro bermuatan nilai –

nilai pendidikan karakter nilai religius, nilai jujur, nilai toleransi, nilai disiplin,

nilai kerja keras, nilai kreatif, nilai mandiri, nilai rasa ingin tahu, nilai cinta tanah

Page 148: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

132

air, nilai komunikatif, nilai gemar membaca, nilai peduli lingkungan, nilai sosial,

nilai tanggung jawab, dan nilai gotong royong.

Sebelum memasuki nilai – nilai yang muncul dalam pembelajaran seni

gamelan peneliti akan mengupas mengenai pendidikan karakter itu sendiri,

Pembinaan dan pengembangan pendidikan karakter di lingkup pendidikan,

Lickona, profesor dan pakar psikologi perkembangan dari State University of

Newyork di Corland menggunakan semua aspek kehidupan sekolah sebagai

kesempatan untuk membangun karakter siswa, Lickona melihat bahwa

kepedulian di luar kelas; menyatukan sekolah, orang tua, dan masyarakat, serta

menciptakan budaya moral yang positif di sekolah merupakan strategi untuk

mengembangkan pendidikan karakter di sekolah, meliputi peserta didik yang

saling peduli, disiplin, lingkungan kelas yang demokratis, nilai-nilai

pembelajaran, pengajar sebagai pemberi perhatian. Semua itu dilaksanakan

dengan melibatkan aspek pengetahuan yang baik, merasakan dengan baik, dan

perilaku yang baik. Semua itu diperlukan landasan khusus yakni hormat dan

tanggung jawab. (Urip, 2014)

Penerapan pembelajaran seni gamelan di SDN Kalisegoro bermula dari

tujuan sekolah menginginkan siswa nya agar bisa menabuh gamelan. Hal ini

masih pada taraf peningkatan ketrampilan dan belum menyentuh makna filosofis

dari seni gamelan. Namun, jika di telisik lebih dalam lagi penerapan pembelajaran

seni gamelan tidak hanya sebatas peningkatan ketrampilan semata, seperti

ungkapan Ki Hajar Dewantara bahwa salah satu faktor penentu dalam membentuk

kepribadian anak adalah pendidikan kesenian, karena pendidikan kesenian di

Page 149: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

133

sekolah, dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam membentuk jiwa dan

kepribadian (berakhlak karimah). (Pramanta, 2017).

Pembelajaran seni gamelan termasuk pendidikan kesenian, karena

bersumber dari kesenian jawa yaitu seni gamelan. Dijelaskan oleh Santoso (2010:

1) mengungkapkan mengenai salah satu kesenian di Indonesia adalah gamelan.

“Gamelan merupakan hasil olah budi manusia untuk mengungkapkan rasa estetika

atau rasa mencurahkan keindahan”. Maka dari itu pembelajaran seni gamelan

dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam membentuk jiwa dan kepribadian.

Terlebih pembelajaran seni gamelan tidak hanya mengajarkan bagaimana

cara memainkan instrumen gamelan saja, melainkan terdapat makna historis dan

filosofis didalamnya,. Khususnya seni Gamelan Jawa mengandung nilai-nilai

historis dan filosofis Bangsa Indonesia khususnya bagi masyarakat jawa dan

gamelan jawa juga mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai– nilai

sosial, moral dan spiritual. (W, 2013).

Seni gamelan jawa menghasilkan permainan musik dari perpaduan bunyi

instrumen yang dimainkan oleh pemainnya. Selanjutnya menurut Jarmani (2016)

musik selalu mengandung keindahan dan merupakan hasil daya cipta yang

bersumber pada ketinggian budi dari daya cipta yang bersumber pada ketinggian

budi dari jiwa yang mengeluarkan musik itu sehingga musik selalu dijadikan tolak

ukur dari tinggi rendahnya nilai-nilai dan karakter suatu bangsa. Pada yang

demikian terdapat keterkaitan dimana musik yang dihasilkan oleh seni gamelan

merupakan hasil daya cipta yang bersumber pada ketinggian budi dan daya cipta.

Masuk kedalam persoalan peneltian, pihak sekolah sejatinya mulai

menerapkan pembelajaran seni gamelan sebagai ekstrakurikuler pilihan sejak

Page 150: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

134

tahun 2017, sebelumnya sekolah hanya menyuruh siswa nya untuk belajar di

sanggar setiap sabtu sore. Tapi sekarang sudah diwajibkan bagi siswa yang

memilih ekstrakurikuler seni gamelan setiap hari sabtu pagi pukul sembilan di

sanggar Mardhi Budoyo Sidahayu. Ada kekhawatiran dari sekolah yaitu jika

ekstrakurikuler tidak diwajibkan untuk kelas tertentu maka pembelajaran seni

gamelan akan hilang.

Seiring berjalannya waktu sekolah mulai memahami bahwa pembelajaran

seni gamelan mampu memberikan dampak positif bagi anak –anak, tidak hanya

sekadar peningkatan ketrampilan semata. Bahkan sekolah berencana untuk

menjadikannya sebagai pembelajaran wajib dan dimasukan ke dalam kurikulum.

Mengenai pendapat kepala sekolah pada hasil penelitian bahwasannya

pembelajaran seni gamelan dapat mengajarkan nilai – nilai untuk pendidikan

karakter, hal ini berkenaan dengan pernyataan steeman dalam (Romadhon, 2017:

370-371), bahwa: “Nilai adalah yang memberi makna pada hidup, yang memberi

pada hidup ini titik-tolak, isi, dan tujuan. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung

tinggi, yang mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari

sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut tindakan. Nilai seseorang diukur

melalui tindakan. Oleh karena itu, karakter menyangkut nilai”.

Pernyataan kepala sekolah mengenai pentingnya pembelajaran seni

gamelan untuk dimasukan dalam kurikulum wajib dikuatakan dengan pendapat

Trimanto (1984) dalam Purwadi (2006: 4) menjelaskan mengenai kesinambungan

antara gamelan dan pendidikan, “Gamelan dapat digunakan mendidik rasa

keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung di dunia karawitan rasa

Page 151: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

135

kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan, semua itu karena

jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing”.

Keputusan sekolah untuk menempatkannya pada kegiatan ekstrakurikuler

sesuai dengan pernyataan dari Kemdikbud bahwasannya Ekstrakurikuler

merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan. Kegiatan ekstrakurikuler yang

diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah,

bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini

dapat dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong

pembinaan sikap dan nilai-nilai. (Kemdikbud, 2016). Usman dan Lilis (1993)

dalam (Pusitasari, 2016) pun sependapat bahwasannya tujuan dari kegiatan

ekstrakurikuler adalah meningkatkan kemampuan anak didik aspek kognitif

maupun afektif, mengembangkan bakat serta minat siswa dalam upaya pembinaan

pribadi menuju manusia seutuhnya.

Pihak sekolah memiliki cita – cita untuk memasukan pembelajaran seni

gamelan kedalam kurikulum wajib, karena pihak sekolah beranggapan bahwa

penerapan pembelajaran seni gamelan pada tataran sekolah dasar akan

menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya sejak dini. Penerapan pembelajaran

seni gamelan tentu dapat menjadi embrio dalam implementasi pendidikan

karakter, seperti ungkapan Judiani (2010: 288) dalam jurnalnya menyimpulkan

bahwa, “Implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar dapat diintegrasikan

ke dalam mata pelajaran yang sudah ada, muatan lokal, pengembangan diri, dan

budaya sekolah”

Rachmadyanti (2017:201) sepakat dengan pernyataan kepada sekolah

bahwasannya pembelajaran seni gamelan di tataran sekolah dasar mampu menjadi

Page 152: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

136

pondasi baik untuk perkembangan anak kedepannya, khususnya dalam hal

mencintai budaya dan penerapan nilai – nilai pendidikan karakter:

Pendidikan karakter merupakan aspek penting dalam mengembangkan

ranah afektif, khususnya bagi anak usia Selizaekolah Dasar. Muatan

pendidikan karakter diterapkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar

berdasarkan materi dari standar isi kurikulum. Pendidikan karakter

penting untuk diterapkan anak usia Sekolah Dasar karena untuk

membentuk pribadi siswa agar memiliki nilai-nilai luhur bangsa dan

dapat menjadi warga negara yang baik. Pendidikan karakter memiliki

misi yang penting dalam menciptakan siswa yang tidak hanya pandai

secara kognitif, namun juga berbudi pekerti yang luhur Guru dapat

mengembangkan materi berbasis kearifan lokal dengan berbagai kegiatan

pembelajaran yang menarik yang diharapkan dapat mengembangkan

karakter siswa seperti karakter kerjasama, toleransi dan sikap peduli.

Di tataran sekolah sendiri sudah ada Program Penguatan Pendidikan

Karakter yang dicanangkan oleh Kemdikbud yang didalamnya terdapat

pengembangan nilai-nilai karakter yang dimaksud adalah dimulai dari filosofi

pendidikan karakter oleh Ki Hajar Dewantara yaitu, Olah hati (Etika), Olah raga

(Kinestetika), Olah pikir (Literasi), Olah karsa (Kinestetika).

Kemudian dari itu terbentuklah nilai-nilai karakter, Religius, Jujur,

Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu,

Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi.

Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan,

Peduli Sosial, Tanggung Jawab, (dan lain-lain).

Lalu nilai-nilai utama disesuaikan dengan GNRM, kearifan lokal dan

kreativitas sekolah. Dan dikristalisasikan menjadi menjadi lima sub yang

membentuk nilai utama, yaitu integritas, religiulitas, nasionalis, gotong royong,

mandiri.

Page 153: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

137

Babuta (2014: 29) menjelaskan untuk pendidikan karakter yang perlu

ditanamkan sejak dini menyangkut, “Nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat

ditanamkan sejak usia dini mencakup empat aspek, yaitu : Aspek spiritual, Aspek

kepribadian, Aspek sosial, dan Aspek lingkungan”.

Transformasi nilai – nilai pendidikan karakter sama hal nya dengan

menggali fungsi pendidikan lebih luas, seperti ungkapan Soedijarto bahwa

pendidikan bukan hanya soal mentransfer pengetahuan, tetapi diperlukan untuk

meningkatkan kualitas manusia dan membentuk kesempurnaan manusia.

Peningkatan kualitas manusia terlihat pada tujuan pendidikan di Sisdiknas No. 20

Tahun 2003 pasal 3 yaitu pendidikan berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan manusia dalam rangka meningkatkan kehidupan bangsa dan

bertujuan untuk mengembangkan potensi untuk menjadi warga negara yang

ditujukan untuk Tuhan, moral, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, demokrasi, dan bertanggung jawab. Perkembangan potensi diri peserta

didik tidak hanya pada aspek fisik, tetapi juga jiwa. (Purnama, 2014)

Hal ini juga disebutkan oleh Rokhman, bahwa pendidikan memiliki peran

penting untuk mentransformasikan nilai-nilai, hal ini diyakini karena pendidikan

telah dianggap sebagai pusat unggulan dalam mempersiapkan karakter yang baik

bagi manusia. Pendidikan dianggap sebagai tempat terbaik untuk mempersiapkan

agen perubahan bangsa yang akan membawa kesejahteraan untuk orang lain.

Lembaga pendidikan tidak lagi sebagai tempat untuk menstransfer ilmu

pengetahuan saja. Tetapi juga tempat untuk membentuk sikap, perilaku, karakter,

dan kepemimpinan pemuda bangsa. Oleh karena itu dibenarkan jika pendidikan

mencerminkan beberapa nilai dasar dan karakter negara Indonesia. Dan memupuk

Page 154: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

138

generasi pemuda menjadi generasi pembangun karakter bangsa. (Rokhman,

2014).

Kemudian dalam pelaksanaannya, pendidikan bertugas

mentransformasikan nilai, adapaun nilai-nilai yang ditransformasikan itu

mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan, nilai pengetahuan, dan

teknologi, serta nilai ketrampilan. Nilai-nilai yang akan kita transformasikan,

dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah

kebudayaan yang dimiliki masyarakat. Maka disini pendidikan akan berlangsung

dalam kehidupan sepanjang hayat. (Munib, 2016).

Atas diskusi mengenai pentingnya pendidikan karakter peneliti telah

melaksanakan proses penelitian yang menghasilkan bahwasannya pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di SDN Kalisegoro mengandung

muatan nilai nilai pendidikan karakter yaitu, nilai religius, nilai jujur, nilai

toleransi, nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai kreatif, nilai mandiri, nilai rasa

ingin tahu, nilai cinta tanah air, nilai komunikatif, nilai gemar membaca, nilai

peduli lingkungan, nilai sosial, nilai tanggung jawab, dan nilai gotong royong,

kemudian nilai yang tidak termuat dalam penelitian ini adalah nilai demokratis,

semangat kebangsaan, menghargai prestasi, cinta damai, dan lain lain. Nilai yang

muncul terjadi karena atas dasar hasil penelitian dan pertimbangan –

pertimbangan menyangkut nilai lainnya. Selanjutnya peneliti akan mengkaji nilai

– nilai yang muncul dengan teori – teori yang relevan yang akan dijelaskan pada

sub bab selanjutnya secara rinci.

Page 155: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

139

5.2.1 Nilai Religius

Kegiatan doa yang dilakukan di awal dan di akhir pembelajaran seni gamelan

dapat dikatakan bermuatan nilai religius dalam pembelajaran seni gamelan

melalui kegiatan ekstrakurikuler di SDN Kalisegoro, karena peserta didik

memiliki kecenderungan mengamalkan ajaran agama nya dalam kehidupan sehari

– sehari, seperti ungkapan Azzel (2011: 68) bahwa: “Tanda yang paling tampak

bagi seseorang yang beragama dengan baik adalah mengamalkan ajaran agama

yang dianutnya dalam kehidupan sehari – hari, inilah karakter yang sesungguhnya

dibangun bagi penganut agama”. Dalam konteks ini adalah ajaran untuk berdoa

sebelum melakukan dan setelah melakukan sesuatu yang dilakukan oleh peserta

didik adalah wujud mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan.

Sahlan, (2012) pun menguatkan dengan teori bahwasannya religius adalah

sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,

toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk

agama lain. Ditunjukan dengan sikap anak –anak yang patuh berdoa kepada

Tuhannya ketika akan memulai pembelajaran.

Nilai pendidikan karakter religius penting untuk dimiliki peserta didik

sebagai bekal berkehidupan, seperti ungkapan dari Azzel (2011) bahwasannya

jika seseorang mencintai Tuhannya maka akan muncul kebaikan dalam

kehidupannya. Kemudian jika ia mencintai Tuhannya maka ia akan mencintai

ciptaannya, yaitu seluruh alam semesta dan seisinya. Maka bukankah dunia akan

indah, jika manusia saling mencintai dalam berbuat kebaikan seperti demikian.

Page 156: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

140

5.2.2 Nilai Jujur

Sikap peserta didik yang mengakui kesalahan jika melakukannya dalam

permainan seni gamelan dan tidak berbuat curang pada saat melaksanakan

pembelajaran seni gamelan, dikatakan bermuatan nilai pendidikan karakter jujur

dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di SDN

Kalisegoro. Didukung oleh teori (Sahlan, 2012) yang menyebutkan bahwa nilai

jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya menjadi

orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Ditunjukan

dengan sifat anak yang tidak boleh berlaku curang ketika melakukan sesuatu hal,

pun anak dibiasakan untuk mengaku kepada diri sendiri jika melakukan

kesalahan, dengan memperbaiki permainan pada saat itu juga.

Memahami kesalahan yang dilakukan dalam permaianan bisa dikatakan

jujur seperti ungkapan dari Arifin (2013: 30) bahwa nilai karakter jujur adalah

“mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri”.

Nilai kejujuran tentu penting untuk dimiliki peserta didik sebagai bekal

hidup, seperti ungkapan dari Albert Hendra Wijaya, dalam (Elmosda, 2011: 154)

menjelaskan pentingnya kejujuran dalam sebuah pendidikan yaitu:

Tujuan utama sebuah pendidikan adalah membentuk kejujuran, sebab

kejujuran adalah modal dasar dalam kehidupan bersama dan kunci menuju

keberhasilan. Melalui kejujuran kita dapat mempelajari, memahami, dan

mengerti tentang keseimbangan-keharmonisan. Jujur terhadap peran

pribadi, jujur terhadap hak dan tanggung jawab, jujur terhadap tatanan

yang ada, jujur dalam berfkir, bersikap, dan bertindak. Kecurangan adalah

sebuah bentuk ketidakjujuran yang acap kali terjadi dalam kehidupan. Bila

kejujuran sudah hilang, maka kekacauan dan ketidakharmonisan akan

menguasai situasi. Yang ada hanya rekayasa dan manipulasi, penyerobotan

hak, penindasan, dan sebagainya.

5.2.3 Nilai Toleransi

Page 157: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

141

Sebuah penelitian (Supriyanto, 2017: 68) menyatakan mengenai konsep

dan operasionalisasi skala karakter toleransi melalui tiga aspek, yaitu:

kedamaian, menghargai perbedaan dan individu, serta kesadaran. Aspek-

aspek karakter toleransi yaitu (1) aspek kedamaian meliputi indikator

peduli, ketidaktakutan, dan cinta, (2) aspek menghargai perbedaan dan

individu meliputi indikator saling menghargai satu sama lain, menghargai

perbedaan orang lain, dan menghargai diri sendiri, serta (3) aspek

kesadaran meliputi indikator menghargai kebaikan orang lain, terbuka,

reseptif, kenyamanan dalam kehidupan, dan kenyamanan dengan orang

lain.

Pembelajaran seni gamelan pada dasarmya menitikberatkan pada audio,

dalam pelaksanaannya tidak memiliki kondektur yang bertugas sebagai pengecek

apakah permainan sudah benar atau kah belum benar. Dikarenakan tidak adanya

kondektur maka para pemain gamelan diharuskan mampu merasakan satu sama

lain saat sedang bermain gamelan. Hal itulah yang mendorong peserta didik untuk

saling merasakan satu sama lain saat melakukan permaianan gamelan, dan saling

berbagi dalam bermain gamelan. Dikatakan bermuatan nilai pendidikan karakter

toleransi, karenea sama dengan konsep toleransi yang diusung oleh Supriyanto

pada pemabahasan sebelumnya, dimana peserta didik mengalami sikap peduli

pada aspek kedamaian dan menghargai satu sama lain untuk dapat saling

merasakan pada aspek menghargai perbedaan.

Dalam praktiknya, untuk bisa pada tahap merasakan satu sama lain, para

pemain harus memilki sifat sadar diri, sebagai contoh ketika pemain bonang

melakukan buko maka gending lainnya tidak boleh ada yang berbunyi dahulu.

Seperti konsep toleransi dari Supriyanto pada aspek menghargai perbedaan

adanya sikap menghargai diri sendiri.

Page 158: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

142

Peserta didik menghargai tindakan orang lain, terwujud dari saat bermain

instrumen yang dia pegang, ia juga tetap harus memperhatikan dan mendengarkan

instrumen kawannya, agar tidak tumpang tindih dalam bermain dan bisa seirama

seseuai dengan aturannya. Hal ini dikatakan sebagai nilai pendidikan karakter

toleransi, didukung dengan teori dari (Sahlan, 2012) bahwa nilai toleransi yaitu

sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,

sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

Fitriani (2014: 179) memberi penguatan dalam penelitiannya mengenai

gamelan, bahwasannya pembelajaran seni gamelan terdapat muatan nilai

pendidikan karakter toleransi,

Penguatan Nilai toleransi harus dimiliki oleh setiap penabuh gamelan.

Ada waktunya memukul gamelan dengan suara keras, namun pada saat

masuk pada tembangnya, para penabuh gamelan harus mengecilkan suara

permainan gamelannya. Sebagai contoh, nilai tolerensi yaitu saat penabuh

gamelan diiringi panembrama. Ketika nada pengiring, bunyi gamelan

haruslah keras, tetapi ketika panembrama sudah mulai ompak-ompak maka

gamelan lebih lirih agar yang mereka tembangkan terdengar. Inilah nilai

toleransi atau pengertian yang dapat diambil.

Nilai karakter toleransi penting dimiliki oleh peserta didik dalam

berkehidupan, untuk memperoleh kedamaian dalam kehidupan, hal ini

disampaikan oleh Azzel (2011) bahwasannya nilai karakter toleransi diperlukan

untuk membangun kehidupan bersama yang damai dan menyenangkan.

5.2.4 Nilai Disiplin

Page 159: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

143

Sikap kerapian dan ketaatan membuang sampah pada tempatnya, kemudian

pendekatan pelatih untuk mendisiplinkan peserta didik dengan pendekatan –

pendekatan tertentu, dan adanya aturan untuk bermain gamelan dengan rapi serta

tidak boleh berganti instrumen jika memang belum pintar dalam bermain,

kemudian adanya buku catatan rutin untuk mendisiplinkan peserta didik dalam

mencatat materi pembelajaran.

Dikatakan bermuatan nilai pendidikan karakter disiplin, didukung dengan

teori (Sahlan, 2012) bahwa nilai disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan

perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Hal ini

ditunjukan anak – anak tertib dan patuh menaruh tas dan sepatu dengan rapi, tidak

berganti instrumen jika memang belum pintar bermain, dan disiplin dalam

mencatat materi.

Dikuatakan dengan pernyataan oleh Arifin (2013:30) bahwa disiplin adalah

“mematuhi aturan – aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan” dalam konteks

ini aturan adalah yang dibuat oleh pelatih, sedangkan lingkungan adalah

lingkungan belajar seni gamelan.

Afriyanto (2013:36) mengenai gamelan, bahwa disiplin penting dimiliki

dalam permainan gamelan “Setiap orang harus memiliki disiplin yang ketat,

mengingat untuk mengatur tempo (ritme) permain tidak ditentukan oleh sendiri,

melainkan ada pemimpin yang ditunjuk (misalnya instrumen kendang). Ketika

ada yang tidak disiplin, secara tidak langsung akan terlempar dari komunitas

kelompok.

Page 160: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

144

Penguatan lain muncul dari hasil penelitian Fitriani (2014: 178) dalam

penelitiannya menyebutkan bahwasannya pembelajaran seni gamelan terdapat

muatan nilai pendidikan nilai kedisiplin,

Nilai karakter kedisiplinan tercermin ketika setiap penabuh gamelan harus

selalu menjalankan aturan-aturan dalam bermain gamelan. Menabuh

gamelan harus sesuai dengan nada yang telah tersusun sebelumnya.

Berdasarkan pengamatan kepada siswa-siswi yang sedang memainkan

gamelan, mereka terlihat kurang disiplin. Ketidakdisiplinan tersebut terlihat

saat guru pembimbing karawitan menerangkan materi, ada siswa yang

malah bermian gamelan sendiri (istilah Jawa= klonengan dhewe). Selain itu,

ada pengendhang yang kurang tepat dalam memainkan tempo atau irama

lagunya. Namun, ada kalanya juga siswa-siswi menerapkan kedisiplinan,

mereka datang ke kelas karawitan tepat waktu.

Nilai pendidikan karakter disiplin penting dimiliki oleh peserta didik, seperti

ungkapan dari Nashir (2013: 86) bahwa, “Banyak hal dalam kehidupan sehari –

hari dalam urusan kecil dan sedang sampai besar memerlukan disiplin yang

murni, artinya disiplin yang lahir dari kesadaran diri bukan karena paksaan”.

5.2.5 Nilai Kerja Keras

Sikap berlatih dengan sungguh – sungguh untuk menguasi materi, permainan

instrumen, dan teknik dalam permainan seni gamelan dalam pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di SDN Kalisegoro dikatakan

bermuatan nilai pendidikan karakter kerja keras.

Didukung teori (Sahlan, 2012) bahwa kerja keras adalah perilaku yang

menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan

belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Dibuktikan

dengan perilaku anak yang bersungguh – sungguh berlatih agar bisa sesuai dengan

yang diinginkan pelatih sehingga bisa berganti materi, walaupun anak sudah

Page 161: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

145

merasa bosan, namun belum dikatakan bisa oleh pelatih maka anak tetap berusaha

bisa sesusai dengan kriteria pelatih.

Selanjutnya mengenai kerja keras dalam belajar teknik permaian gamelan,

sebagai contoh teknik suwuk dan pithetan, teknik suwuk diajari peserta didik

berulang – ulang sampai peserta didik bisa. Dapat dikatakan bermuatan nilai

pendidikan karakter kerja keras, bahwasannya ketrampilan teknik termasuk

sebuah ketrampilan yang harus dipelajari dengan sungguh –sungguh. Seperti

ungkapan Darmiyati Zuhdi dalam (Baroroh, 2011: 153) menjelaskan

bahawasannya,” kerja keras adalah memiliki prakarsa, tekun/rajin, penetapan atau

perencanaan yang matang, kecerdikan atau kecerdasan. Orang yang bekerja keras

selalu berusaha menjalankan perencanaan dengan tepat dan akurat”.

Nilai pendidikan karakter kerja keras perlu ditanamkan kepada anak sejak

dini sebagai bekal dalam menjalankan kehidupan, hal ini dijelaskan oleh Azzel

(2011:32) bahwa perlu dibangun karakter kerja keras kepada anak sejak dini agar

anak didik menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah menyerah dalam setiap

melakukan sebuah usaha di dalam kehidupan ini.

5.2.6 Nilai Kreatif

Elizabeth B. Hurlock dalam (Baroroh, 2011: 154) menjelaskan bahawasannya,

“Kreatif merupakan orang yang mempunyai kreativitas. Kreativitas merupakan

kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa

saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya”.

Adanya kreativitas dalam pembuatan suara gamelan, dimana permainan

gamelan yang dilakukan menciptakan suara satu dan suara dua pada lancaran

Page 162: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

146

dikatakan bermuatan nilai pendidikan karakter kreatif. Didukung oleh teori yang

menyebutkan nilai kreatif yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. (Sahlan, 2012).

Perilaku yang menunjukan adalah adanya garapan suara satu dan suara dua adalah

hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki, maksud dari yang telah dimiliki adalah

permainan gamelan itu sendiri.

Pentingnya nilai pendidikan karakter kreatif dijelaskan oleh Suyitno

(2012:2), bahwasannya “jiwa kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi

problema”

5.2.7 Nilai Mandiri

Cara memainkan instrumen gamelan dikatakan memiliki kandungan muatan nilai

pendidikan karakter mandiri dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di SDN Kalisegoro dikarenakan tiap peserta didik memiliki

perannya masing – masing dalam permaianan maka dalam memainkan gamelan

setiap peserta didik tidak sama dengan sebelahnya, maka dalam menabuh harus

mandiri yakin apa yang dilakukan agar tidak mengganggu permainan peserta

didik lainnya.

Didukung oleh pernyataan (Sahlan, 2012) bahwa nilai mandiri yaitu sikap

dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan

tugas-tugas. Jadi, setiap peserta didik harus menyelesaikan tugas nya masing –

masing dalam menabuh gamelan agar tercipta permainan gamelan yang baik.

Page 163: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

147

Namun, dalam kemandirian pembelajaran gamelan tetap mengindahkan

bagaimana membangun kebersamaan, dimana membangun kemandirian juga

terwujud dalam kebersamaan, karena gamelan merupakan sebuah permainan tim

yang tidak dapat dilakukan secara individu, dalam (Budiyanto, 2014: 115)

menjelaskan bahawasannya,

Membangun kemandirian dan kebersamaan dimulai dengan cara berpikir

mandiri, kemudian bertindak mandiri. Sikap kemandirian ini sebagai modal

untuk membangun kebersamaan. Artinya, ketika pribadi-pribadi yang

mandiri ini membangun kebersamaan dan kerjasama untuk saling

melengkapi, maka akan menjadi kekuatan yang tangguh dalam mewujudkan

masyarakat yang berdaya.

Nilai pendidikan karakter mandiri penting dimiliki oleh peserta didik

sebagai bekal kehidupan, seperti ungkapan dari Azzel (2012) bahwa generasi yang

mandiri akan lebih mudah meraih keberhasilan, baik kehidupan sendiri maupun

dalam lingkup bangsa.

5.2.8 Nilai Rasa Ingin Tahu

Dalam Pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di

SDN Kalisegoro, terdapat kegiatan yang menunjukan bahwa penugasan yang

diberikan oleh pelatih dan pemberian pengetahuan baru kepada peserta didik oleh

pelatih dengan cara melontarkan pertanyaan terlebih dahulu kepada peserta didik

mengenai pengetahuannya tentang materi baru yang akan dipelajari, dikatakan

bermuatan nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu.

Dikarenakan, penugasan penugasan memacu siswa untuk memilki jiwa

rasa ingin tahu, karena siswa ditekankan untuk mencari hal baru yang

Page 164: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

148

sebelumnnya belum mereka ketahui. Biasanya siswa mencari data untuk

penugasan melalui internet dengan dibantu orang tua atau saudara mereka.

Dijelaskan dalam teori (Sahlan, 2012) bahwasannya nilai rasa ingin tahu

yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam

dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Perilaku ini

ditunjukan ketika anak mencari tahu lebih lanjut tentang penugasan cakepan

dengan cara mencari di internet.

Nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu perlu dimiliki seorang

pembelajar sebagai bekal nya menuntut ilmu, karena rasa ingin tahu adalah aset

penting bagi seorang pembelajar, seperti ungkapan dari Ameliah dalam (Riyan,

2017: 29) menututurkan bahwa, “Rasa ingin tahu merupakan modal awal bagi

siswa dalam proses pembelajaran. Dengan keingintahuan yang tinggi maka siswa

akan belajar lebih guna memenuhi kehausan akan pengetahuan yang ingin

diketahui. Melalui keingintahuannya siswa akan mulai belajar dan menemukan”.

5.2.9 Nilai Cinta Tanah Air

Pentingnya karakter cinta tanah air dijelaskan oleh Kementerian Pendidikan

Nasional Muchlas Samani dan Hariyanto dalam (Widayani, 2016: 314)

menyebutkan bahwa, “cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat

yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan sangat erat kaitannya

dalam pembentukan karakter siswa yang berguna bagi pembangunan bangsa”.

Pemberian testimoni oleh pelatih untuk mencintai gamelan, kemudian

adanya upaya melestarikan budaya khususnya gamelan, dan keinginan untuk

Page 165: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

149

mempelajari gamelan, serta belajar tembang jawa yang diselipkan pada

pembelajaran seni gamelan. Dikatakan bermuatan nilai pendidikan karaker cinta

tanah air.

Bisa dikatakan demikian dikarenakan adanya sikap dari para pegiat pada

pembelajaran seni gamelan di SDN Kalisegoro, dimana pegiat berusaha untuk

melestarikan seni gamelan. Didukung dengan pernyataan (Sunarya, 2012),

bahwasannya budaya dalam pendidikan dapat terwujud pada pendidikan seni, hal

ini diyakini sebagai pembentuk sikap mandiri dan merupakan unggulan seseorang

lewat tanaman motivasi untuk mengeksplorasi lingkungan dan sumber-sumber

budaya sebagai kekuatan bangsa. Pendidikan menjadikan manusia tidak tunduk

terhadap nasib, tetapi menganggap penting usaha dengan kemampuan sendiri

untuk melakukan inovasi, perubahan, dan penyempurnaan dalam bidang seni

sebagai tanggungjawab dalam kehidupan. Pendidikan seni berkarakter budaya

adiluhung merupakan estafet ilmu yang berkelanjutan. Artinya, tidak berhenti

pada satu generasi, namun terus berkembang dari masa lalu, kini, dan masa depan.

Maka dari itu pegiat atau dalam hal ini adalah pelatih berusaha untuk adanya

estafet ilmu berkelanjutan mengenai budaya seni gamelan.

Kegiatan mencintai budaya adalah kegiatan yang perlu diterapkan karena

banyaknya kebermanfaat yang timbul setelahnya, seperti dijelaskan oleh Azzel

(2012: 75) bahwasannya,

Seseorang yang bisa menghargai karya seni dan budaya biasanya

mempunyai sikap bisa menghargai karya orang lain, mempunyai

kesabaran dalam berproses, juga mempunyai kebijaksanaan dalam hidup.

Terkait dengan menghargai karya seni dan budaya nasional bahwa

sesunguhnya bisa membuat rasa cinta seseorang pada budaya bangsa

sendiri. Dengan demikian akan tumbuh rasa nasionalisme.

Page 166: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

150

Selanjutnya, menurut pelatih peserta didik diajarkan menyanyi lagu jawa

agar peserta didik lebih mudah mengenal lagu jawa untuk menanamkan kepada

peserta didik cinta budaya nya sendiri. Terdapat muatan nilai pendidikan karakter

cinta tanah air dikareakan peserta didik menjadi cinta budaya nya sendiri yaitu

budaya jawa dengan tembang jawa yang dinyanyikan.

Semua hal yang telah dibahas termasuk dalam nilai pendidikan karakter

cinta tanah air, dikuatkan dengan pernyataan (Sahlah, 2012) nilai cinta tanah air

yaitu berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, dan politik bangsa.

Sebagai warga negara Indonesia, perlu kiranya untun melestarikan budaya

bangsa, pada hal ini adalah seni gamelan, yang terwujud dalam pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di SDN Kalisegoro. Dikutkan dnegan

pendapat dari Puwadi & Widayat (2006:10) perlu adanya pelestarian budaya,

mengingat banyak kebermanfaatan dari seni gamelan, perlu dipikirkan demi

kelestatian kebudayaan kita sendiri yang sungguh-sungguh adhi luhung (indah

sekali), dengan penuh estetika, keharmonisan, ajaran – ajaran, filsafat – filsafat,

tata krama, kemasyaraktan, toleransi, pembentukan manusia – manusia yang

bermental luhur/jujur/kesatria. Tidak lepas pula sebagai faktor pendorong insan

dalam beribadah kepada Tuhan seru sekalian alam, yaitu dengan sarana kerja

keras dan itikat baik memetri/menjaga/ menyempurnakan seni dan budaya sendiri.

5.2.10 Nilai Bersahabat/Komunikatif

Page 167: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

151

Upaya untuk menjalin hubungan persahabatan baik antara pelatih dan peserta

didik, kemudian adanya komunikasi baik untuk kelancaran pembelajaran, dalam

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di SDN Kalisegoro,

dikatakan bermuatan nilai pendidikan karakter bersahabat/komunikatif.

Dikuatkan dengan teori yang menyebutkan bahwasannya nilai karakter

komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,

dan bekerja sama dengan orang lain. (Sahlan, 2012). Dibuktikan bahwa adanya

hubungan persahabatan baik antara pelatih dan peserta didik untuk kelancaran

pembelajaran memperlihatkan rasa senang berbicara satu sama lain, dan bergaul

antara pelatih dan peserta didik. Kemudian adanya komunikasi baik untuk

kelancaran pembelajaran memperlihatkan tindakan bekerjasama dengan orang

lain, yaitu antara peserta didik dengan pelatih.

Nilai karakter komunikatif penting untuk dimiliki peserta didik sebagai

bekal kehidupannya, seperti ungkapan Azzel (2011: 77) bahwa, “apabila

seseorang mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun tentu

akan sukses pula menjalin hubungan sosial”.

5.2.11 Nilai Gemar Membaca

Teori (Sahlan, 2012) yang menyebutkan bahwasannya nilai gemar membaca yaitu

kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan

kebajikan bagi dirinya, sebagai penguat bahwa adanya upaya pengadaan buku

catatan yang harus rutin diisi dan dipelajari di rumah untuk peserta didik,

dikatakan bermuatan nilai pendidikan karakter gemar membaca.

Page 168: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

152

Perilaku yang menunjukan adalah peserta didik memiliki buku catatannya

sendiri dan harus dibaca, dan peserta didik yang diberikan penugasan mencari

cakepan juga secara tidak langsung membaca cakepan – cakepan yang ia

dapatkan.

Nilai pendidikan karakter gemar membaca merupakan bekal penting bagi

berkehidupan, seperti dijelaskan Azzel (2011: 79) bahwa, “Orang yang gemar

membaca adalah pertanda orang mau berkembang dengan selalu menambah ilmu

pengetahuan”

5.2.12 Nilai Peduli Lingkungan

Adanya aturan tidak membuang sampah sembarangan, dan jika ada sesuatu yang

tidak sesuai pada tempatnya mengenai peralatan yang ada di sanggar maka siswa

langsung peka untuk bertindak menyesuaikannya, kemudian setelah belajar seni

gamelan siswa diharuskan merapikan kembali tabuh ke tempat yang sudah

disediakan, dikatakan bermuatan nilai pendidikan karakter peduli lingkungan.

Hal ini juga dijelaskan oleh (Sahlan, 2012) bahwa nilai peduli lingkungan

yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk

memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Perilaku yang menunjukan

adalah dengan tidak membuang sampah secara serampangan, pun menaruh barang

sesuai dengan tempatnya agar tidak menimbulkan kerusakan pada barang, seperti

tabuh.

Nilai karakter peduli lingkungan perlu dimiliki oleh peserta didik untuk

kebaikan dunia kedepan, seperti yang diungkapkan Azzel (2011:97) bahwa,

Page 169: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

153

“bumi semakin tua, dan kebutuhan manusia terhadap alam semakin besar

sehingga persoalan lingkungan adalah hal yang sangat penting untuk

diperhartikan”.

5.2.13 Nilai Peduli Sosial

Adanya kepedulian terhadap sesama, sikap empati dan berbagi, tampak ketika

peserta didik melihat temannya yang belum bisa dalam menabuh maka ia yang

sudah bisa akan mengajari yang belum bisa dengan cara menabuh bersama dengan

tangan memegang tabuh bersama-sama kemudian dilanjutkan dengan menabuh

bersama – sama. Tidak hanya itu, siswa juga diajari untuk berbagi, seperti

berbagi bermain instrumen ataupun makanan yang dia bawa. Dikatakan

mengandung muatan nilai pendidikan karakter peduli sosial.

Didukung dengan teori Zuchdi dalam (Riyan, 2017: 29) menjelaskan

bahwa, “peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan”

Kemudian pendapat lain mengatakan bahwasannya nilai peduli sosial yaitu

sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan

masyarakat yang membutuhkan. (Sahlan, 2012). Perilaku yang menunjukan

adalah anak mencoba memberi bantuan kepada kawan lainnya yang

membutuhkan bantuan untuk diajari bermain gamelan, karena merasa belum

terlalu bisa.

Nilai pendidikan karakter peduli sosial perlu ditanamkan kepada peserta

didik, karena peserta didik yang memiliki karakter peduli sosial, maka akan

mempermudah ia dalam berkehidupan, seperti ungkapan dari Azzel (2012)

Page 170: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

154

bahwasannya, anak didik yang memiliki karakter peduli sosial akan lebih mudah

memahami setiap gejala alam yang terjadi, tidak mudah panik, bisa

memaksimalkan potensi yang ada, dan bersikap arif dalam menghadapi gejala

alam. Demikian pula dalam kehidupan sosial anak didik diharapkan mampu

beradaptasi, peka, memahami tata nilai yang berlaku, dan menyenangkan dalam

membangun hubungan sosial.

5.2.14 Nilai Tanggung Jawab

Sikap yang menunjukan setiap peserta didik memiliki perannya masing – masing

pada instrumen yang mereka mainkan serta tanggung jawab untuk bermain

kompak, karena jika satu dengan lainnya tidak sama, maka akan merusak jalannya

permainan gamelan, bermuatan nilai pendidikan karakter tanggung jawab.

Dikuatkan dengan pernyataan (Sahlan, 2012) bahwa nilai tanggung jawab

yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,

yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,

sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Afriyanto (2013:36) menguatkan dalam penelitiannya bahwa pembelajaran

seni gamelan bermuatan nilai pendidikan karakter tanggung jawab, “Melatih

peran dan tanggung jawab, karena sifatnya ensambel–bila ada salah satu

instrumen tidak berbunyi, maka tidak sempurnalah musik gamelan yang ditabuh

dan secara musikalitas akan sedikit ‘kacau’. Dalam posisi ini, setiap orang harus

jujur dalam melakukan tindakan yang ditugaskan pada dirinya”.

Nilai karakter tanggung jawab perlu dimiliki peserta didik sebagai bekal

berkehidupan, seperti ungkapan Azzel (2012) tanggung jawab adalah hal paling

Page 171: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

155

mendasar, karena jika manusia tidak mempunyai tanggung jawab sama saja sosok

yang tidak berguna akal sehat, setidaknya manusia harus memiliki tanggung

jawab pada dirinya sendiri.

5.2.15 Nilai Gotong Royong

Sikap kompak dalam permainan seni gamelan yaitu peserta didik diajarkan

bahwa jika nabuh harus bersama-sama dengan kawannya, mengikuti irama dan

tempo yang ada.

Hal itu didukung dari pernyataan dari Sukatmi Susantina (2001) dalam

Purwadi (2006: 8) menyebutkan, “Semua alat – alat tersebut dibunyikan secara

bersama – sama atau sebagaian saja dengan cara yang sesuai, sehingga merupakan

konser atau kumpulan bunyi yang teratur, indah menurut tempo dan irama

tertentu”.

Selanjutnya, kebersamaan dalam permainan, serta lirik – lirik tembang

jowo tentang gotong royong yang dipelajari dalam pembelajaran seni gamelan

melalui kegiatan ekstrakurikuler di SDN Kalisegoro. Semua itu dikatakan

bermuatan nilai pendidikan karakter gotong royong.

Hal ini dikuatkan dengan pendapat bahwa seni gamelan apapun bentuknya

merupakan medium pembelajaran yang tingkat pencapaiannya harus dilakukan

secara bersama-sama dengan mengembangkan kegiatan kelompok yang bersifat

kooperatif. Kaitan dengan itu semua, teori pembelajaran yang mengarahkan

peserta didiknya harus mengembangkan kerja kooperatif disebut juga dengan

istilah coopertaive learning. Lickona (2004: 154) dalam (Afriyanto, 2013),

Page 172: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

156

memandang ada enam keuntungan pembelajaran kooperatif sebagai bagian dari

upaya pendidikan karakter di antaranya:

1. Melalui proses belajar kooperatif, siswa akan diajarkan bagaimana nilai-

nilai kerjasama.

2. Melalui proses belajar kooperatif, siswa dibantu untuk saling mengenal

dengan cara membangun komunikasi di dalam kelas.

3. Melalui proses belajar kooperatif, siswa diajari keterampilan dasar

kehidupan dengan tujuan mampu mendengarkan pandangan pandangan

orang lain dan berkomunikasi secara efektif.

4. Melalui proses belajar kooperatif, siswa akan diarahkan untuk

memperbaiki pencapaian akademik, rasa percaya diri, dan penyikapan

terhadap sekolah.

5. Melalui belajar kooperatif, siswa diberikan tawaran-tawaran alternatif

dalam pencatatan-yakni tidak ada pembeda antara si kaya si miskin atau si

pandai si bodoh, mereka akan belajar bekerja sama serta belajar

mempedulikan orang lain, dan.

6. Melalui belajar kooperatif, siswa akan memiliki potensi untuk mengontrol

efek negatif dari pesaingan. Jadi, belajar kooperatif akan membiasakan

siswa mengedepankan kerjasama ketimbang meningkatkan persaingan di

antara mereka sebagai peserta didik.

Afriyanto (2013:36) pada penelitiannya tentang gamelan juga

menyebutkan bahwasannya gamelan memuat nilai pendidikan karakter gotong

royong, “melatih untuk melakukan kerja secara bersama-sama dalam anggota

kelompok, agar implementasinya di dalam kehidupan di masyarakat dapat

Page 173: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

157

dimaknai sebagai cerminan dari sifat; gotong royong, musyawarah untuk mufakat,

serta menghindari sifat individualistik”.

Dalam pembelajaran seni gamelan, pentingnya nilai karakter gotong untuk

dimiliki peserta didik sebagai bekal kehidupannya kelak akan dijelaskan Azzel

(2012: 74) bahwasannya, “Nilai – nilai kebersamaan dalam bermasyarakat itu

sangat penting untuk diterapkan, sebab bila tidak akan tetap senantiasa ada

pertentangan dan hidup dalam ketidakrukunan”.

Page 174: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

158

BAB VI

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuakan peneliti di SDN Kalisegoro

mengenai muatan nilai-nilai pendidikan karakter pada pembelajaran seni gamelan

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa muatan nilai – nilai pendidikan karakter

yang muncul dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler

di SDN Kalisegoro adalah nilai religius, nilai jujur, nilai toleransi, nilai disiplin,

nilai kerja keras, nilai kreatif, nilai mandiri, nilai rasa ingin tahu, nilai cinta tanah

air, nilai bersahabat/komunikatif, nilai gemar membaca, nilai peduli lingkungan,

nilai peduli sosial, nilai tanggung jawab, nilai gotong royong.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah disebutkan oleh peneliti, maka peneliti dapat

memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi pihak sekolah agar mampu menjadi wadah yang baik dalam

pengembangan seni gamelan, sehingga mampu estafet seni budaya kepada

generasi mendatang.

2. Bagi pelatih adalah agar bisa terus mengupayakan pembelajaran yang

baik, sehingga muncuk bibit-bibit pembelajar yang mampu estafet seni

budaya bagi generasi-generasi mendatang.

Page 175: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

159

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto, Suhendi. 2013. Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Seni Gamelan

(Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa). Jurnal Seni dan Budaya Panggung

Vol 3, No.1. Bandung: Sekolah Tinggi Indonesia Bandung (STSI) Bandung.

Arifin, M & Baraw. 2013. Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan

Karakter. Arr-Ruzz media: Yogyakarta.

Azzel, AM. 2011. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Arr-Ruzz media:

Yogyakarta.

Babuta, YYI & Wahyurini, D. 2014. Perancangan Buku Pendidikan Karakter

Toleransi dan Cinta Damai untuk Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Sains dan

Seni Pomits Vol.3 No.1. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.

Baroroh, K. 2011. Upaya Meningkatkan Nilai – Nilai Karakter Peserta Didik

melalui Penerapan Metode Role Playing. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan

Volume. 8 No. 2. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Budhiman, A. 2017. Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian

pendidikan dan kebudayaan.

Budiyanto, M & Machali, I. 2014. Pembentukan Karakter Mandiri melalui

Pendidikan Agriculture di Pondok Pesantren Islamic Studies Center Aswaja

Lintang Songo Piyungan Bantul Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Karakter

Tahun. IV No. 2. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Yogyakarta.

Citrapujiati. 2017. Implementasi Grand Design Pendidikan Karakter di Sekolah

Alam sebagai Penguatan Generasi Emas 2045 (Studi Deskriptif di Sekolah

Alam Ungaran). Skripsi. Semarang: Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Desyandri. 2014. Peran Seni Musik dalam Pendidikan Multikultural. Jurnal

Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Vol 2 No.1 Hal 1-15.

Desyandri. 2012. Pendidikan Seni Musik Humanis Suatu Tinjuan Konseptual.

Jurnal Jurusan PGSD FIP UNP halaman 1-20.

Djaelani, AR. 2013. Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif.

Jurnal Vol: XX No. 1.

Fitriani, O. Dkk. 2014. The Implementation of Character Education in “Seni

Karawitan (Sekar)” Extracurricular Activities in SD Negeri Kauman. Jurnal

Pelita Volume IX, No.2.

Page 176: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

160

Jarmani. 2016. Konstrutivistik Dalam Pembelajaran Seni Gamelan Berbasis Garap

Musik Kreatif. Jurnal Inovasi No. XVIII. Surabaya: Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya.

Judiani, S. 2010. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar melalui

Penguatan Pelaksanaan Penguatan Kurikulum. Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan Vol.16 Edisi Khusus III.

Kbbi.kemdikbud.go.id, s.v., “Pembelajaran”. Diakses 22 Mei 2018,

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Pembelajaran.

Kementerian pendidikan dan kebudayaan. 2016. Panduan Teknis Kegiatan

Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar. Kementerian pendidikan dan kebudayaan

Direktorat Jenderal Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah

Dasar.

Kementerian pendidikan dan kebudayaan. TT. Modul Penguatan Pendidikan

Karakter bagi Guru. Kementerian pendidikan dan kebudayaan Republik

Indonesia.

Kusminah. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Induktif Kata Bergambar

Bermuatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Aspek Membaca Permulaan

Sekolah Dasar. Journal of Educational Research and Evaluation.

Semarang: Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Program

Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang.

Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Munib, dkk. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press.

Muslich, M. 2013. Pendidikan Karakter (Menjawab Tantangan Krisis

Multidimensional). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Narwanti, S. 2013. Pendidikan Karakter. Familia: Yogyakarta.

Nashir, H. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya. Yogyakarta:

Multipresindo.

Okviante,E. 2016. Studi Kasus Menyimpang Siswa Kelas 1 SD Negeri Ngemplak

Nganti Sleman. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Yogyakarta.

Pramanta, Dkk. 2017. Aplikasi Pembelajaran Alat Musik Daerah Gamelan Jawa

Berbasis Teknologi Realsesnse. Jurnal Prosiding Sentia Vol 9. Malang:

Telkom Malang, Universitas Negeri Malang.

Prasetyo, P. 2012. Seni Gamelan Jawa Sebagai Representasi dari Tradisi

Kehidupan Manusia Jawa :Suatu Telaah dari Pemikiran Colling Wood.

Page 177: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

161

Skripsi. Jakarta: Jurusan Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,

Universitas Indonesia.

Putri, NA. 2011. Penanaman Nilai – Nilai Pendidikan Karakter melalui Mata

Pelajaran Sosiologi. Jurnal Komunitas. Universitas Negeri Semarang:

Semarang.

Purnama, EK, Dkk. 2014. The Audio Medium Model of Character Education in

Creasing The Dicipline Attitude of Elementary School Students. Journal.

Surakarta: Doctoral Program of Education Sebelas Maret University

Surakarta Indonesia.

Purwadi & Widayat A. 2006. Seni Karawitan Jawa (Ungkapan Keindahan dalam

musik Gamelan). Jogjakarta: Hanan Pustaka.

Rachmadyanti, P. 2017. Penguatan Pendidikan Karakter bagi Siswa Sekolah

Dasar melalui Kearifan Lokal. JPSD Vol.3 No.2. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya.

Rachmawati, IN. 2007. Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif:

Wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia 11, No 1, 35-40.

Rahmat, SP. 2009. Penelitian Kualitatif. Jurnal Equilibrium Vol 5 No 9.

Riyan, A & Zainuddin & Atok, RA. 2017. Penguatan Karakter Rasa Ingin Tahu

dan Peduli Sosial melalui Discovery Learning. Jurnal Teori dan Praksis.

Universitas Negeri Malang: Malang.

Rokhman, F, Dkk. 2014. Character Education fo Golden Generation 2045

(National Character Building for Indonesian Golden Years). Journal

Procedia – Social and Behavior Scients. Indonesia: Semarang State

University.

Romadhon AF & Zein A & Nahar S. 2017. Nilai – Nilai Pendidikan Karakter

dalam Surat Yusuf. Jurnal Edu Religia Vol. 1 No.3. UIN Sumatera Utara:

Sumatera Utara.

Rudiansyah, A, Dkk. 2015. Penciptaan Buku Ilustrasi Gamelan Jawa dengan

Menggunakan Teknik Vektor sebagai Upaya Pengenalan Alat Musik

Tradisional pada Anak-anak. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Surabaya:

Institut Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya.

Sahlan, A & Prasetyo, AT. 2012. Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan

Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Saidek, AR, Dkk. 2016. Character Issues: Reality Character problems and

Solutions trough Education in Indonesia. Journal Education and Practice.

Page 178: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

162

Jambi: The Islamic Institut An-nadwah Kuala Tuangkal, Junior High

School Eight Muara Jambi, The Islamic Institut Muara Jambi.

Santoso, H. 2009. Gamelan (Tuntunan Memukul Gamelan). Semarang: Effhar dan

Dahara Prize Percetakan dan Penerbitan.

Somantri, GR. 2005. Memahami Metode Kualitatif. Jurnal Makara Sosial

Humaniora, Vol 9 No 2. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas

Indonesia.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Suhardiyanto, A. 2016. Model Perkuliahan Berbasis Pendidikan Karakter dalam

Meningkatkan Kecerdasan Sosial pada Mata Kuliah Umum (MKU) di

Unnes. Jurnal Integralistik No.1. Semarang: Jurusan PKN, Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Sujarweni, V, W. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Sunarya, KI. 2012. Pendidikan Tinggi Seni Berkarakter Budaya Adilihung Estafet

Generasi Kreatif yang Berkelanjutan. Jurnal Pendidikan Karakter Tahun II

No.2. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

susi, A & Wahyudi, A. 2017. Skala karakter Toleransi: Konsep dan Operasional

Aspek Kedamaian, Mengahargai Perbedaan dan Kesadaran Individu. Jurnal

Ilmiah Councellia Vol. 7 No. 2. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta:

Yogyakarta.

Susilana, rudi. 2017. Penelitian Kualitatif. Jurnal. Bandung: Jurusan Kurikulum

dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, UPI.

Suyatno, Dkk. 2012. Pengaruh Tata Letak Instrumen Gamelan Jawa di Panggung

Pendhapa ISI Surakarta Terhadap Parameter Akustik bagi Pengendang.

Jurnal. Surakarta: Jurusan Karawitan ISI Surakarta.

Suyitno, I. 2012. Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa

Berwawasan Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan Karakter Tahun II No.1.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Trahati, RM. 2015. Implementasi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di

Sekolah Dasar Negeri Tritih Wetan 05 Jeruk Legi Cilacap. Jurnal

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 12 Tahun ke IV. Universitas Negeri

Yogyakarta: Yogyakarta.

Page 179: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

163

Urip, SR. 2014. Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter dan Konsevasi pada Bahan

Ajar Mata Kuliah Morphosyntaxe untuk Mahasiswa Sastra dan Bahasa

Pendidikan Perancis FBS Unnes. Jurnal. Semarang: Univesitas Negeri

Semarang.

Utami, Esti. 2016. Siswa SD Pesta Miras: Pendidikan anak tanggung jawab

siapa?. Diunduh dari, https://www.kompasiana.com/esthiutami/siswa-sd-

pesta-miras-pendidikan-anak-tanggung-jawab-

siapa_57f5c7f92bb0bda224ed61bb, pada tanggal 16 Desember 2017.

Utomo, Udi. 2006. Gender dan Musik (Kajian tentang Konstruksi Peran Laki-

Laki dan Perempuan dalam Proses Pendidikan Musik). Harmonia Jurnal

Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Semarang: Jurusan Pendidikan

Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

W, RH. 2013. Pengaruh Intervensi Musik Gamelan terhadap Depresi pada Lansia

di Panti Wreda Harapan Ibu Semarang. Jurnal Keperawatan Komunitas

Vol.1 No.2. Semarang: Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Diponegoro.

Wagiran. 2012. Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu

Hayuning Buwana (Identifikasi Nilai-Nilai Karakter Berbasis Budaya).

Jurnal Pendidikan Karakter Tahun II No.3. Yogyakarta: Fakultas Teknik,

Universitas Yogyakarta.

Widayani, NE. 2016. Penanaman Nilai Cinta Tanah Air di SD Negeri Sedayu 1

Muntilan Magelang Tahun Ajaran 2014 – 2015. Jurnal Pendidiakan Guru

Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke 5.

Yoga, Utami Dwi. 2015. Implementasi Penanaman Pendidikan Karakter Melalui

Ekstrakurikuler Karawitan di SDN 2 Pluntungan Ponorogo. Skripsi.

Ponorogo: Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Jurusan

Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo.

Yohan, Susilo. 2005. Pengantar Menabuh Gamelan. Surabaya: Jurusan

Pendidikan Bahasa Daerah UNESA.

Page 180: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

164

LAMPIRAN

Page 181: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

165

Lampiran 1. Dokumentasi Foto Hasil Penelitian

Gambar 4.2

Sanggar Mardi

Budoyo Sidahayu,

tempat pembelajaran

seni gamlean

Gambar 4.1

SDN Kalisegoro

tampak depan beserta

identitas sekolah

Page 182: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

166

Gambar 4.3

Visi, Misi, Dan

Tujuan Sekolah SDN

Kalisegoro

Gambar 4.4

Ruangan Kepala

Sekolah

Page 183: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

167

Gambar 4.5

Ruangan Guru

Gambar 4.6

Ruangan Kelas

Gambar 4.7

Ruangan

Perpustakaan

Page 184: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

168

Gambar 4.8

Lapangan

Gambar 4.9

Tempat Ibadah

Page 185: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

169

Gambar 4.10

Kamar Mandi

Gambar 4.11

Komposting

Gambar 4.12

Kantin

Gambar 4.13

Gazebo

Page 186: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

170

Gambar 4.14

Bonang Barung

Gambar 4.15

Bonang Penerus

Gambar 4.16

Slenthem

Page 187: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

171

Gambar 4.17

Kethuk

Gambar 4.18

Kempul & Gong

Gambar 4.19

Demung

Page 188: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

172

Gambar 4.20

Saron

Gambar 4.21

Peking

Gambar 4.22

Kenong

Page 189: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

173

Gambar 5.1.1

Sepatu ditata rapi di

depan sanggar

Gambar 5.1.2

Makan sebelum

pembelajaran.

Page 190: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

174

Gambar 5.1.3

Saling mengajari

sebelum pembelajaran

berlangsung.

Gambar 5.1.4

Pelatih Wahyu

Hastanto sedang

mengajak siswa

berkomunikasi

Gambar 5.1.5

Siswa Bermain Bonang

Page 191: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

175

Gambar 5.1.6

Siswa Bermain

Demung

Gambar 5.1.7

Siswa Bermain

Kempul, Gong

Page 192: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

176

Gambar 5.1.8

Siswa Bermain Kethuk

Gambar 5.1.9

Pelatih Wahyu

Hastanto memberikan

contoh kepada anak –

anak

Page 193: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

177

Keterangan penomoran gambar pada lampiran.

Contoh : Gambar 5.1.10

Gambar : Gambar

5.1 : Gambar menunjukan untuk Bab 5 pada sub bab 5.1

10 : Gambar No.10 pada Bab 5 sub bab 5.1

Gambar 5.1.10

Permainan penuh

gamelan dengan

dipandu oleh pelatih

Wisnu Aji Wicaksono

Page 194: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

178

Lampiran 2. Definisi Operasioanal Fokus Penelitian

Fokus

Penelitian

Indikator Sub Indikator Instrumen

Muatan nilai-

nilai

pendidikan

karakter dalam

pembelajaran

seni gamelan

melalui

kegiatan

ekstrakurikuler

di SD Negeri

Kalisegoro

Wawancara

mendalam kepada

pelatih/ahli (Wisnu

Aji Wicaksono dan

Wahyu Hastanto)

mengenai nilai-nilai

pendidikan karakter

yang terkandung

dalam pembelajaran

seni gamelan melalui

kegiatan

ekstrakurikuler

untuk peserta didik

-Proses pembelajaran seni

gamelan yang dilaksanakan

terdiri dari kegiatan awal,

kegiatan inti, kegiatan

penutup, evaluasi. Kemudian

makna filosofis karakter yang

dibangun dari proses

pembelajaran seni gamelan.

-Penggunaan Instrumen

gamelan dalam pembelajaran

seni gamelan, mencakup

bentuk alat, bahan

pembuatan, dan cara

memainkannya. Serta makna

filosofis karakter yang

dibangun dalam memainkan

instrumen gamelan.

Instrumen yang digunakan di

Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro yaitu 2 pasang

demung, 4 pasang saron, 1

-Dokumentasi

-Observasi

-wawancara

Page 195: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

179

pasang saron penerus/peking,

1 pasang kehuk, 1 set kenong,

1 set kempul gong.

-Pembiasaan yang diberikan

kepada peserta didik dan

makna filosofis karakter yang

dibangun dalam pembiasaan.

-Proses sebuah pementasan

yang dilakukan peserta didik,

dan makna filosofis karakter

yang dibangun dalam

pementasan permainan seni

gamelan.

-Penanaman pengetahuan

tentang gamelan kepada

peserta didik mencakup

sejarah, lagu, instrumen,

pemain. Kemudian makna

filosofis karakter yang

dibangun didalamnya.

-Pemberian materi mengenai

perbedaan slendro dan pelog

kepada peserta didik.

Mencakup sejarah, nada,

Page 196: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

180

perbedaan interval dan makna

filosofis karakter yang

dibangun.

-Aturan dalam pembelajaran

seni gamelan dan makna

filosofis karakter yang

dibangun.

-Unsur dalam pembelajaran

gamelan dan makna filosofis

karakter yang dibangun.

-Pemaknaan estetis dalam

permainan seni gamelan dan

makna filosofis karakter yang

dibangun didalamnya.

-Dari uraian poin

sebelumnya, alternatif muatan

nilai-nilai pendidikan

karakter yang muncul dapat

dibagi menjadi tiga, pertama

sesuai dengan program PPK,

yaitu Religius, Jujur,

Toleransi, Disiplin, Kerja

Keras, Kreatif, Mandiri,

Demokratis, rasa ingin tahu,

Page 197: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

181

semangat kebangsaan, cinta

tanah air, menghargai

prestasi,

bersahabat/komunikatid, cinta

damai, gemar membaca,

peduli lingkungan, peduli

sosial, tanggung jawab

dan/atau sesuai dengan

GNRM kearifan lokal dan

kreativias sekolah yaitu

integritas, religiulitas,

nasionalis, gotong royong,

mandiri. Kemudian kedua

sesuai buah pemikiran Ki

Hadjar Dewantara yaitu Olah

pikir, Olah hati, Olah

rasa/karsa, Olah raga. Dan

ketiga yaitu nilai-nilai

pendidikan karakter lain yang

dapat muncul dalam proses

pembelajaran seni gamelan di

SD Negeri Kalisegoro.

-Perkembangan anak setelah

melaksanakan pembelajaran

Page 198: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

182

seni gamelan dan sebelum

dalam pembelajaran.

Wawancara

mendalam kepada

Kepala Sekolah

tentang teknis dalam

pembelajaran seni

gamelan,

perencanaan, dan

dukungan dalam

pembuatan

ekstrakurikuler seni

gamelan

-Penyusunan kurikulum

pembelajaran seni gamelan

melalui kegiatan

ekstrakurikuler

-Pemenuhan sarana dan

prasarana

-Tujuan dan cita-cita dalam

pembentukan pembelajaran

seni gamelan

-Kondisi lingkungan dalam

pembelajaran seni gamelan

-Karakter yang ingin

dibangun sekolah dalam

pembelajaran seni gamelan

-Evaluasi

-Dokumentasi

-Observasi

-wawancara

Wawancara

mendalam Siswa

mengenai proses

pembelaran seni

gamelan

-Perasaan yang timbul setelah

mengikuti pembelajaran seni

gamelan

-Pengetahuan siswa mengenai

pembelajaran seni gamelan

yang dilakukan

-Verifikasi mengenai hasil

-Dokumentasi

-Observasi

-wawancara

Page 199: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

183

temuan karakter yang didapat

dengan pendekatan

mendengarkan anak bercerita

-Pemaknaan siswa mengenai

pembelajaran seni gamelan

yang diikuti

Page 200: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

184

Lampiran 3. Kisi – Kisi Wawancara

Informan Aspek dan Indikator

Kepala Sekolah Perencanaan

1. Konsep pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar

Negeri Kalisegoro

2. Persiapan sekolah dalam penerapan

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro.

3. Pihak yang terlibat dalam proses

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro

4. Latar belakang dalam pembentukan

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro

5. Acuan Pengembangan pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di

Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro

6. Kurikulum yang bersangkutan mengenai

Page 201: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

185

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro

7. Pemenuhan Sarana dan Prasarana dalam

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro

Pelaksanaan

1. Tujuan dari pembelajaran seni gamelan

melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah

Dasar Negeri Kalisegoro, khususnya

mengenai penerapan nilai-nilai pendidikan

karakter

2. Nilai-nilai yang dibangun dalam upaya

penguatan pendidikan karakter melalui

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro

3. Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro

4. Waktu pelaksanaan pembelajaran seni

Page 202: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

186

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di

Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro

5. Tempat pengembangan pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di

Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro

6. Proses pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar

Negeri Kalisegoro.

7. Keseimbangan berbagai aspek dalam

pelaksanaan pembelajaran seni gamelan

melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah

Dasar Negeri Kalisegoro

8. Strategi penyampaian muatan nilai-nilai

pendidikan karakter dalam pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro untuk upaya penguatan

pendidikan karakter

9. Peran peserta didik dalam penguatan

pendidikan karakter melalui pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro

10. Cita-cita yang dibangun pihak sekolah untuk

Page 203: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

187

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro kedepan, khususnya dalam

memberikan penguatan pendidikan karakter

Evaluasi

1. Pengetahuan pihak sekolah mengenai tujuan

dan manfaat dalam penerapan pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler sebagai penerapan nilai-nilai

pendidikan karakter bagi siswa

2. Kegiatan evaluasi dalam penerapan

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, khususya dalam penerapan

nilai-nilai pendidikan karakter

3. Kegiatan evaluasi dalam penyampaian

penguatan pendidikan karakter melalui

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro

4. Pihak yang terlibat dalam kegiatan evaluasi

5. Waktu evaluasi pembelajaran seni gamelan

melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah

Dasar Negeri Kalisegoro

Page 204: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

188

6. Tempat pengevaluasian pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di

Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro

7. Instrumen pengevaluasian pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, khususya dalam penerapan

nilai-nilai pendidikan karakter

8. Prosedur pengevaluasian pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di

Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro, khususya

dalam penerapan nilai-nilai pendidikan

karakter

9. Latar belakang perlu adanya evaluasi

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, khususya dalam penerapan

nilai-nilai pendidikan karakter

10. Indikator keberhasilan dari pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, khususya dalam penerapan

nilai-nilai pendidikan karakter

Pelatih Ekstrakurikuler -Proses Pembelajaran Proses pembelajaran seni

Page 205: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

189

Seni Musik Gamelan

(Wahyu Hastanto dan

Wisnu Aji Wicaksono)

gamelan yang dilaksanakan terdiri dari kegiatan

awal, kegiatan inti, kegiatan penutup, evaluasi.

Kemudian makna filosofis karakter yang muncul

dari proses pembelajaran seni gamelan.

Kegiatan awal

1. Kegiatan awal pelajaran (salam)

2. Doa

3. Mengatasi mood peserta didik

4. Persiapan pelatih sebelum mengajar

5. Penjelasan tujuan pembelajaran/ pembuka

awal pembelajaran

Kegiatan inti

1. Manajemen siswa dan instrumen yang

digunakan untuk ndamel pada pembelajaran

seni musik gamelan

2. Kegiatan inti pembelajaran

3. Metode pembelajaran yang digunakan

4. Media pembelajaran yang digunakan

5. Buku/literatur yang digunakan dalam

pembelajaran

6. Pembiasaan nilai-nilai pendidikan karakter

yang diberikan

7. Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter

dalam pembelajaran seni gamelan

Page 206: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

190

8. Contoh penanaman nilai-nilai pendidikan

karakter dalam pembelajaran seni gamelan

9. Muatan nilai-nilai pendidikan karakter yang

ada pada pembelajaran seni gamelan

10. Diantara nilai-nilai pendidikan karakter

dalam pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar

Negeri Kalisegoro

1. Nilai-nilai karakter pada PPK religius,

jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,

kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin

tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah

air, menghargai prestasi, bersahabat dan

komunikatif, cinta damai, gemar

membaca, peduli lingkungan, peduli

sosial, tanggung jawab.

2. Nilai –nilai karakter sesuai dengan

GNRM, kearifan lokal dan kreativitas

sekolah yang utama adalah integritas,

religiulitas, nasionalis, gotong royong,

dan mandiri.

11. Adakah muatan nilai-nilai pendidikan

karakter lain yang sesuai dengan buah

pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu

Page 207: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

191

a. Olah pikir,

b. Olah hati,

c. Olah rasa/karsa,

d. Olah raga

12. Adapun muatan nilai-nilai pendidikan

karakter lain yang termuat dalam

pembelajaran seni musik gamelan yang

diterapkan.

Kegiatan penutup

1. Kegiatan akhir pembelajaran

2. Menyanyi tembang jawa

3. Doa

4. Waktu kegiatan pengevaluasian

5. Aspek-aspek yang dievaluasi

6. Bentuk pemberian reward dan punnishment

(jika ada)

7. Indikator keberhasilan dalam pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler

8. Hambatan pelaksanaan dalam pembelajaran

9. Faktor pendukung dalam pembelajaran

10. Tindak lanjut dari hambatan dalam

pembelajaran

-Penggunaan Instrumen gamelan dalam

Page 208: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

192

pembelajaran seni gamelan, mencakup bentuk alat,

bahan pembuatan, dan cara memainkannya. Serta

makna filosofis karakter yang muncul dalam

memainkan instrumen gamelan.

-Instrumen yang digunakan di Sekolah Dasar

Negeri Kalisegoro yaitu 2 pasang demung, 4 pasang

saron, 1 pasang saron penerus/peking, 1 pasang

kehuk, 1 set kenong, 1 set kempul gong.

-Pembiasaan yang diberikan kepada peserta didik

dan makna filosofis karakter yang muncul dalam

pembiasaan.

-Proses sebuah pementasan yang dilakukan peserta

didik, dan makna filosofis karakter yang dibangun

dalam pementasan permainan seni gamelan.

-Penanaman pengetahuan tentang gamelan kepada

peserta didik mencakup sejarah, lagu, instrumen,

pemain. Kemudian makna filosofis karakter yang

dibangun didalamnya.

-Pemberian materi mengenai perbedaan slendro dan

pelog kepada peserta didik. Mencakup sejarah,

nada, perbedaan interval dan makna filosofis

karakter yang dibangun.

-Aturan dalam pembelajaran seni gamelan dan

makna filosofis karakter yang dibangun.

Page 209: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

193

-Unsur dalam pembelajaran gamelan dan makna

filosofis karakter yang dibangun.

Pemaknaan estetis dalam permainan seni gamelan

dan makna filosofis karakter yang terkandung

didalamnya.

-Dari uraian poin sebelumnya, alternatif muatan

nilai-nilai pendidikan karakter yang muncul dapat

dibagi menjadi tiga, pertama sesuai dengan program

PPK yaitu awalnya Religius, Jujur, Toleransi,

Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,

Demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,

cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatid, cinta damai, gemar

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,

tanggung jawab atau sesuai dengan GNRM yaitu

integritas, religiulitas, nasionalis, gotong royong,

mandiri. Kemudian kedua buah pemikiran Ki

Hadjar Dewantara yaitu Olah pikir, Olah hati, Olah

rasa/karsa, Olah raga. Dan ketiga nilai-nilai

pendidikan karakter lain yang dapat muncul dalam

proses pembelajaran seni gamelan di SD Negeri

Kalisegoro.

-Perkembangan anak setelah melaksanakan

pembelajaran seni gamelan dan sebelum dalam

Page 210: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

194

pembelajaran.-Perkembangan anak setelah

melaksanakan pembelajaran seni gamelan dan

sebelum dalam pembelajaran.

Siswa 1. Konsep pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar

Negeri Kalisegoro atau Pengetahuan siswa

mengenai pembelajaran seni gamelan yang

dilakukan

2. Penanaman muatan nilai-nilai pendidikan

karakter yang dibawa dari pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di

Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro dan

Pemaknaan siswa mengenai pembelajaran

seni gamelan yang diikuti

3. Kegiatan evaluasi, model evaluasi, dan

prosedurnya

4. Pemberian reward dan punnishment dalam

pembelajaran

5. Ketersediaan sarana dan prasarana

6. Peran peserta didik dalam penerapan

pendidikan karakter

7. Perasaan yang timbul setelah mengikuti

pembelajaran seni gamelan

8. Verifikasi mengenai hasil temuan karakter

Page 211: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

195

yang didapat dengan pendekatan

mendengarkan anak bercerita

Lampiran 4. Instrumen penelitian pedoman observasi dan dokumentasi

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

PEDOMAN OBSERVASI DAN DOKUMENTASI

PENELITIAN

Page 212: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

196

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Aspek Indikator Keterangan

Ceklist

Ya Tidak

Sekolah Dasar

Negeri

Kalisegoro

a. Sumber data

b. Visi dan Misi

c. Kurikulum

pembelajaran

seni gamelan

melalui kegiatan

ekstrakurikuler

a. Menemukan siapa saja

yang dapat dijadikan

sumber data dalam

penelitian

b. Meninjau visi dan misi

sekolah yang

menyangkut dengan

penerapan pendidikan

karakter melalui

pembelajaran seni

gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler

c. Meninjau nilai-nilai

karakter yang khas pada

sekolah

d. Meninjau kurikulum

yang membahas

Page 213: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

197

mengenai pembelajaran

seni gamelan melalui

kegiatan

ekstrakurikuler,

kemudian ditelaah

adakah unsur penerapan

pendidikan karakter

didalamnya

Keadaan

Geografis

Sekolah Dasar

Negeri

Kalisegoro

a. Kondisi

geografis

b. Lingkungan

sekolah

c. Jumlah siswa

dan kelas

d. Sarana dan

prasarana

sekolah

e. Siswa yang

megikuti

kegiatan

pembelajaran

seni gamelan

Meninjau kondisi keadaan

lingkungan sekolah, kemudian

mencari data mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan jumlah

siswa, sarana dan prasarana.

Serta hal-hal yang berkaitan

untuk menunjang pembelajaran

seni gamelan di sekolah

Keadaan

sanggar Aji

a. Kondisi

geografis

Meninjau kondisi keadaan

lingkungan sanggar, kemudian

Page 214: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

198

Laras,

Sidahayu

sebagai tempat

pembelajaran

b. Lingkungan

sanggar

c. Jumlah pelatih

d. Sejarah

e. Sarana dan

prasarana

mencari data mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan jumlah

siswa yang mengikuti

pembelajaran, lalu sarana dan

prasarana. Serta hal-hal yang

berkaitan untuk menunjang

pembelajaran seni gamelan di

sanggar

Implementasi

Pembelajaran

seni musik

gamelan pada

ekstrakurikuler

seni musik

gamelan di

Sekolah Dasar

Negeri

Kalisegoro

a. Perencanaan,

pelaksanaan, dan

evaluasi

pembelajaran

seni musik

gamelan melalui

kegiatan

ekstrakurikuler

a. Menyusun kurikulum

untuk pembelajaran seni

gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler

b. Menyusun program

pembelajaran seni

gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler

c. Menyusun plan dari

pembelajaran seni

gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler

d. Menyusun

perkembangan

pembelajaran, (baik

program maupun

Page 215: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

199

peserta didik)

Pembelajaran seni

gamelan di sanggar

mulai dari kegiatan

awal, kegiatan inti,

kegiatan penutup

Kegiatan awal, kegiatan inti,

kegiatan penutup kondisional

yang terjadi dalam

pembelajaran seni gamelan

terangkum dalam catatan

lapangan penliti, kemudian

untuk yang terstruktur berupa

data yang akan dimintakan

kepada pelatih dan pihak

sekolah, pun yang

memperlihatkan hal-hal tersirat

mengenai muatan nilai-nilai

pendidikan karakter

Model evaluasi

pembelajaran seni

gamelan

Meninjau kegiatan evaluasi

refleksi diri

Kriteria evaluasi

Meninjau bentuk laporan

peserta didik

Pemahaman sikap dan

perwujudan tindakan

Mengamati Pengamatan

perilaku dan tindakan peserta

didik serta pelatih

Tindakan dalam Mengamati Pengamatan

Page 216: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

200

pembelajaran yang

mewujudkan ciri/tanda

muatan nilai-nilai

pendidikan karakter

dalam pembelajaran

seni musik gamelan

perilaku dan tindakan peserta

didik serta pelatih

Lampiran 5. Kode Teknik Pengumpulan data dan Informan

Kode Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan

Data

Kode Keterangan

Wawanacara W Sumber data penelitian

primer, dilakukan

langsung dengan

informan.

Observasi OBS Sumber data penelitian

primer, dilakukan

langsung dengan

mengamati kondisi

Page 217: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

201

lingkungan di sekolah

dan sanggar belajar.

Dokumentasi DOK Sumber data penelitian

primer, dilakukan

dengan menelaah

dokumen yang terdapat

di sekolah.

Tambahan

Untuk Catatan Lapangan menggunakan Kode (OBS/CL No.1) maksudnya

adalah Observasi/Catatan Lapangan No.1.

Kode Informan

Kepala Sekolah – Suhartono K.ST

Pelatih - Wisnu Aji Wicaksono P.WAW

Pelatih - Wahyu Hastanto P.WH

Peserta Didik - Lahzaran Bintang

Kumala Dewi

PS.LBKD

Peserta Didik - Alfrida Akila Delia PS.AAD

Peserta Didik - Dinda Kartika Sari PS.DKS

Peserta Didik - M Sabar Lintang P PS.MSLP

Peserta Didik - Novan Saka Agatha PS.NSA

Page 218: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

202

Untuk penulisan kode terletak di dalam kurung pada akhir kalimat dalam setiap

hasil penelitian dengan contoh penulisan yaitu (W/P.WAW) keterangan dari kode

adalah sebagai berikut:

W : Wawancara

P.WAW : Pelatih Wisnu Aji Wicaksono

Lampiran 6. Instrumen Wawancara Kepala Sekolah

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

WAWANCARA

PENELITIAN

Page 219: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

203

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Pedoman wawancara untuk kepala sekolah.

Nama Kepala Sekolah :

Waktu wawancara :

Tempat wawancara :

Butir-butir pertanyaan dalam wawancara

1. PERENCANAAN

a. Bagaimana konsep pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro?

b. Apa saja persiapan sekolah dalam penerapan pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro?

c. Sejak kapan sekolah mempersiapkan pembelajaran seni gamelan

melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro?

d. Apa saja yang perlu sekolah persiapkan dalam pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro

Page 220: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

204

e. Siapa saja pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro?

f. Apa yang melatarbelakangi dalam pembentukan pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro?

g. Acuan apa yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar

Negeri Kalisegoro?

h. Kurikulum apa yang menjelaskan mengenai pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro?

i. Bagaimana pemenuhan sarana dan prasarana dalam pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar

Negeri Kalisegoro?

j. Adakah kendala dalam pemenuhan sarana dan prasarana dalam

pembentukan pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro? Jika ada,

bagaimana cara menyikapi dari kendala?

2. PELAKSANAAN

Page 221: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

205

a. Apakah tujuan dari pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro?

b. Adakah tujuan mengarah kepada nilai-nilai pendidikan karakter?

Jika, ada, jelaskan!

c. Nilai-nilai apa saja yang dibangun dalam upaya penguatan

pendidikan karakter melalui pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro?

d. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar

Negeri Kalisegoro

e. Berapa waktu pelaksanaan pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro

f. Dimana tempat pengembangan pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro

g. Bagaimana proses pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro.

h. Apa saja aspek yang mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran

seni gamelan? Kemudian bagaiamana keseimbangan berbagai

aspek dalam pelaksanaan pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro?

i. Bagaimana strategi penyampaian muatan nilai-nilai pendidikan

karakter dalam pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro untuk upaya

penguatan pendidikan karakter?

Page 222: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

206

j. Bagaimana peran peserta didik dalam penguatan pendidikan

karakter melalui pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro?

k. Apakah Cita-cita yang dibangun pihak sekolah untuk pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar

Negeri Kalisegoro kedepan, khususnya dalam memberikan

penguatan pendidikan karakter?

3. EVALUASI

a. Bagaimana pengetahuan pihak sekolah mengenai tujuan dan

manfaat dalam penerapan pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler sebagai penerapan nilai-nilai pendidikan

karakter bagi siswa?

b. Bagaimana kegiatan evaluasi dalam penerapan pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, khususya dalam penerapan nilai-nilai pendidikan

karakter?

c. Bagaimana kegiatan evaluasi dalam penyampaian penguatan

pendidikan karakter melalui pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro?

d. Siapa saja pihak yang terlibat dalam kegiatan evaluasi?

e. Berapa waktu evaluasi pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro?

f. Dimana tempat pengevaluasian pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri Kalisegoro?

Page 223: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

207

g. Bagaiamana bentuk dari Instrumen pengevaluasian pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar

Negeri Kalisegoro, khususya dalam penerapan nilai-nilai

pendidikan karakter?

h. Bagaimana prosedur pengevaluasian pembelajaran seni gamelan

melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, khususya dalam penerapan nilai-nilai pendidikan

karakter?

i. Apa yang melatarbelakangi perlu adanya evaluasi pembelajaran

seni gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar

Negeri Kalisegoro, khususya dalam penerapan nilai-nilai

pendidikan karakter?

j. Apa saja Indikator keberhasilan dari pembelajaran seni gamelan

melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, khususya dalam penerapan nilai-nilai pendidikan

karakter?

k. Jika tidak ada evaluasi mengapa demikian bisa terjadi?

Lampiran 7. Instrumen Wawancara Pelatih

Page 224: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

208

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

WAWANCARA

PENELITIAN

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Pedoman wawancara untuk pelatih

Nama Pelatih :

Waktu wawancara :

Tempat wawancara :

Butir-butir pertanyaan dalam wawancara

KEGIATAN AWAL

Bagaimana proses pembelajaran seni gamelan yang dilaksanakan pada

kegiatan awal? Nilai apa yang ingin dibangun pada kegiatan awal?

1. Apa saja yang dilakukan pada kegiatan awal pembelajaran? Karakter atau

nilai apa yang hendak dibangun dalam kegiatan?

2. Adakah salam dalam kegiatan awal? Mengapa hal ini dilakukan? Karakter

atau nilai apa yang hendak dibangun dalam kegiatan?

3. Adakah doa dalam kegiatan awal? Mengapa hal ini dilakukan? Karakter

atau nilai apa yang hendak dibangun dalam kegiatan?

Page 225: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

209

4. Bagaimana cara mengatasi mood peserta didik pada kegiatan awal?

Mengapa cara itu dipakai? Apakah cara itu dirasa berhasil? Karakter atau

nilai apa yang hendak dibangun dalam kegiatan?

5. Bagaimana persiapan pelatih sebelum mengajar? Adakah persiapan

khusus? Karakter atau nilai apa yang hendak dibangun dalam kegiatan?

6. Apakah dalam kegiatan awal menjelaskan tentang tujuan pembelajaran?

Bagaimana cara menjelaskan nya kepada peserta didik? Karakter atau nilai

apa yang hendak dibangun dalam kegiatan?

6. Apakah ada pembiasaan-pembiasaan khusus yang dilakukan pada kegiatan

awal? Mengapa hal ini dilakukan? Karakter atau nilai apa yang hendak

dibangun dalam kegiatan?

7. Adakah dalam kegiatan awal yang disebutkan mencakup nilai-nilai yang

terkandung sesuai dengan PPK yaitu Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin,

Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatid,

cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung

jawab atau sesuai dengan GNRM yaitu integritas, religiulitas, nasionalis,

gotong royong, mandiri. Dan nilai-niali lain dari buah pemikiran Ki Hadjar

Dewantara yaitu Olah pikir, Olah hati, Olah rasa/karsa, Olah raga.

Ataupun nilai-nilai pendidikan karakter lain yang dapat muncul dalam

proses pembelajaran seni gamelan di SD Negeri Kalisegoro?

KEGIATAN INTI

Page 226: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

210

Bagaimana proses pembelajaran seni gamelan yang dilaksanakan pada

kegiatan inti? Nilai apa yang ingin dibangun pada kegiatan inti?

1. Apa saja yang dilakukan pada kegiatan inti pembelajaran seni gamelan?

2. Bagaimana cara memanajemen siswa dalam pembelajaran?

3. Apa saja instrumen yang digunakan dalam pembelajaran seni gamlean?

Mengapa hanya instrumen itu yang digunakan?

4. Bagaimana cara memainkan instrumen? Kemudian bagaiamana cara

mengajarkan cara memainkan instumen secara detail kepada peserta didik?

Adakah karakter yang dibangun dari penggunaan instrumen dilihat dari

cara memainkannya? (Instrumennya yaitu: 2 pasang demung, 4 pasang

saron, 1 pasang saron penerus/peking, 1 pasang kehuk, 1 set kenong, 1 set

kempul gong).

5. Unsur apa saja yang dibelajarkan peserta didik mengenai instrumen yang

digunakan dalam gamelan? Adakah karakter yang ingin dibangun dari

pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik?

6. Unsur apa saja dalam pembelajaran gamelan penuh dan makna filosofis

karakter yang dibangun?

7. Bagaimana penanaman pengetahuan tentang gamelan kepada peserta didik

mencakup sejarah, lagu, instrumen, pemain. Kemudian makna filosofis

karakter yang dibangun didalamnya?

8. Bagaimana pemberian materi mengenai perbedaan slendro dan pelog

kepada peserta didik. Mencakup sejarah, nada, perbedaan interval dan

makna filosofis karakter yang dibangun?

Page 227: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

211

9. Apa saja bahan pembuat instrumen? Adakah karakter yang dibangun dari

pemberian pengetahuan tentang bahan pembuat instrumen?

10. Pada kegiatan inti pembelajaran, , metode apa yang digunakan dalam

pembelajaran?

11. Adakah penggunaan media dalam pembelajaran, jika ada media apa yang

digunakan dalam pembelajaran, selain instrumen gamelan?

12. Adakah penggunaan buku/literatur dalam pembelajaran? Jika ada buku apa

saja yang digunakan? Mengapa menggunakan buku itu?

13. Apa saja aturan dalam pembelajaran seni gamelan dan makna filosofis

karakter yang dibangun?

14. Apakah ada pembiasaan-pembiasaan khusus yang dilakukan pada kegiatan

inti? Mengapa hal ini dilakukan? Karakter atau nilai apa yang hendak

dibangun dalam kegiatan?

15. Adakah dalam kegiatan inti yang disebutkan mencakup nilai-nilai yang

terkandung sesuai dengan PPK yaitu Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin,

Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatid,

cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung

jawab atau sesuai dengan GNRM yaitu integritas, religiulitas, nasionalis,

gotong royong, mandiri. Dan nilai-niali lain dari buah pemikiran Ki Hadjar

Dewantara yaitu Olah pikir, Olah hati, Olah rasa/karsa, Olah raga.

Ataupun nilai-nilai pendidikan karakter lain yang dapat muncul dalam

proses pembelajaran seni gamelan di SD Negeri Kalisegoro?

Page 228: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

212

KEGIATAN PENUTUP

Bagaimana proses pembelajaran seni gamelan yang dilaksanakan pada

kegiatan penutup? Nilai apa yang ingin dibangun pada kegiatan penutup?

1. Apa saja yang dilakukan dalam kegiatan penutup pada pembelajaran?

2. Bagaimana proses kegiatan akhir pembelajaran?

3. Adakah tindakan menyanyikan tembang jawa pada akhir kegiatan? Jika

ada mengapa hal itu dilakukan? Karakter apa yang dibangun dalam

penerapan kegiatan itu?

4. Adakah doa dalam kegiatan akhir pembelajaran? Mengapa hal itu

dilakukan?

5. Apakah ada pembiasaan-pembiasaan khusus yang dilakukan pada kegiatan

penutup? Mengapa hal ini dilakukan? Karakter atau nilai apa yang hendak

dibangun dalam kegiatan itu?

6. Adakah dalam kegiatan inti yang disebutkan mencakup nilai-nilai yang

terkandung sesuai dengan PPK yaitu Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin,

Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatid,

cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung

jawab atau sesuai dengan GNRM yaitu integritas, religiulitas, nasionalis,

gotong royong, mandiri. Dan nilai-niali lain dari buah pemikiran Ki Hadjar

Dewantara yaitu Olah pikir, Olah hati, Olah rasa/karsa, Olah raga.

Ataupun nilai-nilai pendidikan karakter lain yang dapat muncul dalam

proses pembelajaran seni gamelan di SD Negeri Kalisegoro?

Page 229: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

213

EVALUASI

Bagaiamana proses evaluasi berlangsung dan nilai karakter apa yang hendak

dibangun?

1. Apa saja aspek-aspek yang dievaluasi dalam pembelajaran?

2. Berapa lama waktu kegiatan pengevaluasian? Dan kapan evaluasi

dilakukan?

3. Bagaimana bentuk pemberian reward dan punnishment pada peserta didik

dalam pembelajaran?

4. Apa saja indikator keberhasilan dalam pembelajaran seni gamelan melalui

kegiatan ekstrakurikuler?

5. Adakah hambatan pelaksanaan dalam pembelajaran? Jika ada bagaimana

cara menyelesaikannya atau menguranginya?

6. Apa saja faktor pendukung dalam pembelajaran?

7. Bagaimana cara pelatih mengajarkan cinta kebudayaan jawa khususnya

gamelan pada peserta didik? Kemudian mengapa cara itu dipilih? Karakter

apa saja yang ingin dibangun dalam penerapan cara itu?

8. Pembiasaan apa yang diberikan kepada peserta didik diluar pembelajaran

dan makna filosofis karakter yang muncul dalam pembiasaan itu?

9. Bagaimana proses sebuah pementasan yang dilakukan peserta didik, dan

makna filosofis karakter yang dibangun dalam pementasan permainan seni

gamelan itu?

16. Bagaiamana pengalaman estetis anak dalam permainan seni gamelan dan

makna filosofis karakter yang terkandung didalamnya? (pengalaman

Page 230: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

214

estetis dalam memainkan instrumennya yang ada dalam pembelajaran

yaitu: 2 pasang demung, 4 pasang saron, 1 pasang saron penerus/peking, 1

pasang kehuk, 1 set kenong, 1 set kempul gong).

10. Bagaimana perkembangan anak setelah melaksanakan pembelajaran seni

gamelan dan sebelum dalam pembelajaran?

11. Adakah dalam kegiatan evaluasi yang disebutkan mencakup nilai-nilai

yang terkandung sesuai dengan PPK yaitu Religius, Jujur, Toleransi,

Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatid, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,

peduli sosial, tanggung jawab atau sesuai dengan GNRM yaitu integritas,

religiulitas, nasionalis, gotong royong, mandiri. Dan nilai-niali lain dari

buah pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu Olah pikir, Olah hati, Olah

rasa/karsa, Olah raga. Ataupun nilai-nilai pendidikan karakter lain yang

dapat muncul dalam proses pembelajaran seni gamelan di SD Negeri

Kalisegoro?

Lampiran 8. Instrumen Wawancara Peserta Didik

Page 231: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

215

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

WAWANCARA

PENELITIAN

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Pedoman wawancara untuk pesera didik

Nama peserta didik :

Waktu wawancara :

Tempat wawancara :

Butir-butir pertanyaan dalam wawancara

1. Bagaimana konsep pembelajaran seni gamelan yang diketahui oleh adik?

2. Mengenai aturan aturan yang dilaksanakan, adakah keberatan? Jika ada

mengapa, dan jika tidak mengapa? Tentang aturan itu adakah hal baru

yang rasakan? Adakah nilai karakter yang ditimbulkan setelah nya?

3. Bagaiamana perasaan adik setelah mengenal alat musik gamelan? Adakah

rasa senang, atau biasa saja? Mengapa hal demikian terjadi? (dijelaskan

mengenai nilai karakter yang didapat dalam penelitian mengenai

permainan instrumen gamelan pada pembelajaran apakah peserta didik

merasakan hal itu)

Page 232: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

216

4. Bagaimana cara pelatih mengajarakan alat musik gamelan? Apakah mudah

dipahami atau tidak? Apakah ada pengetahuan baru setelah diajarkan? Jika

ada apa itu?

5. Bagaimana pelatih mengajarkan agar mencintai alat musik gamelan?

Lebih global mencintai budaya jawa? Adakah rasa kecintaan adik terhadap

budaya jawa terkhusus gamelan setelah kegiatan pembelajaran ini?

6. Bagaiamana perasaan adik setelah memainkan instrumen gamelan adakah

rasa senang, atau bagaimana? (dijelaskan mengenai pengalaman estetis

yang didapat dalam penelitian apakah peserta didik merasakan hal itu)

7. Adakah pembiasaan-pembiasann yang dilakuakan oleh pelatih kepada

adik? (jelaskan mengenai pembiasaan –pembiasaan yang ada setelah

dilakukan penelitian kepada pelatih, kemudian apakah peserta didik

merasakannya, jika iya bagaiaman perasaannya)

8. Bagaimana kegiatan evaluasi yang diberikan pelatih kepada adik?

9. Bagaimana cara pelatih melakukan evaluasi?

10. Bagaimana cara menilai dari evaluasi itu?

11. Adakah pekerjaan pekerjaan rumah yang diberikan kepada adik?

Bagaimana perasaan adik setelah diberikan pekerjaan rumah? Apakah

mengerjakan dengan senang hati, dan memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi? Atau kah biasa saja? Adakah pemberian reward dan punnishment

dalam pembelajaran?

12. Bagaimana dengan ketersediaan sarana dan prasarana, ataukah sudah

cukup?

13. Apakah peran-peran adik dalam pembelajaran seni gamelan?

Page 233: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

217

14. Bagaimana perasaan yang timbul setelah mengikuti pembelajaran seni

gamelan, setelah selesai?

15. Adakah nilai-nilai pendidikan karakter yang dimaksudkan (setelah

melakukan wawancara mendalam kepada pelatih) dirasakan oleh siswa?

Page 234: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

218

Lampiran 9. Instrumen Catatan Lapangan

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

CATATAN LAPANGAN

PENELITIAN

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Catatan Lapangan : No.

Pengamatan/Wawancara : P/W

Waktu :

Disusun Jam :

Tempat :

Subjek Penelitian :

Bagian Deskriptif

Page 235: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

219

Bagian Reflektif

Page 236: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

220

Lampiran 10. Frekwensi Observasi

No Kegiatan Tanggal Keterangan

1 Observasi Awal 6 Februari 2018 Melihat dan mengamati

keadaan sekolah dan untuk

mengetahui latar belakang

kegiatan pembelajaran seni

gamelan. Hasil tertulis pada

lampiran No.11 Hasil

Observasi dan

Dokumentasi.

2 Observasi Kegiatan

Pembelajaran Seni

Gamelan

10 Februari 2018 Melihat dan mengamati

kegiatan pembelajaran seni

gamelan. Hasil tertulis pada

lembar catatan lapangan

No.1

3 Observasi Kegiatan

Pembelajaran Seni

Gamelan

18 Maret 2018 Melihat dan mengamati

kegiatan pembelajaran seni

gamelan. Hasil tertulis pada

lembar catatan lapangan

No.2

4 Observasi Setting

Penelitian

24 Maret 2018 Melihat dan mengamati

sarana dan prasarana

sekolah. Hasil berupa foto

Page 237: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

221

dokumentasi pada lampiran

1 hasil dokumentasi dan

foto penelitian, terdiri dari

papan SD, Visi Misi, Ruang

Kepsek, Ruang Guru,

Ruangan Kelas, Ruangan

Perpustakaan, Lapangan,

Tempat Ibadah, Kamar

Mandi, Komposting,

Kantin, Gazebo.

Page 238: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

222

Lampiran 11. Hasil Observasi dan Dokumentasi

Aspek Indikator Keterangan

Ceklist

Ya Tidak

Sekolah Dasar

Negeri

Kalisegoro

d. Sumber data

e. Visi dan Misi

f. Kurikulum

pembelajaran

seni gamelan

melalui kegiatan

ekstrakurikuler

a. Menemukan

siapa saja yang

dapat dijadikan

sumber data

dalam penelitian

b. Meninjau visi dan

misi sekolah yang

menyangkut

dengan penerapan

pendidikan

karakter melalui

pembelajaran seni

gamelan melalui

kegiatan

ekstrakurikuler

c. Meninjau nilai-

nilai karakter

yang khas pada

sekolah

d. Meninjau

Page 239: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

223

kurikulum yang

membahas

mengenai

pembelajaran seni

gamelan melalui

kegiatan

ekstrakurikuler,

kemudian

ditelaah adakah

unsur penerapan

pendidikan

karakter

didalamnya

Keadaan

Geografis

Sekolah Dasar

Negeri

Kalisegoro

a. Kondisi

geografis

b. Lingkungan

sekolah

c. Jumlah siswa

dan kelas

d. Sarana dan

prasarana

sekolah

e. Siswa yang

megikuti

Meninjau kondisi

keadaan lingkungan

sekolah, kemudian

mencari data mengenai

hal-hal yang berkaitan

dengan jumlah siswa,

sarana dan prasarana.

Serta hal-hal yang

berkaitan untuk

menunjang

pembelajaran seni

Page 240: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

224

kegiatan

pembelajaran

seni gamelan

gamelan di sekolah

Keadaan

sanggar Aji

Laras,

Sidahayu

sebagai tempat

pembelajaran

a. Kondisi

geografis

b. Lingkungan

sanggar

c. Jumlah pelatih

d. Sejarah

e. Sarana dan

prasarana

Meninjau kondisi

keadaan lingkungan

sanggar, kemudian

mencari data mengenai

hal-hal yang berkaitan

dengan jumlah siswa

yang mengikuti

pembelajaran, lalu

sarana dan prasarana.

Serta hal-hal yang

berkaitan untuk

menunjang

pembelajaran seni

gamelan di sanggar

Implementasi

Pembelajaran

seni musik

gamelan pada

ekstrakurikuler

seni musik

gamelan di

a. Perencanaan,

pelaksanaan,

dan evaluasi

pembelajaran

seni musik

gamelan melalui

kegiatan

a. Menyusun

kurikulum untuk

pembelajaran seni

gamelan melalui

kegiatan

ekstrakurikuler

b. Menyusun

Page 241: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

225

Sekolah Dasar

Negeri

Kalisegoro

ekstrakurikuler program

pembelajaran seni

gamelan melalui

kegiatan

ekstrakurikuler

c. Menyusun plan

dari pembelajaran

seni gamelan

melalui kegiatan

ekstrakurikuler

d. Menyusun

perkembangan

pembelajaran,

(baik program

maupun peserta

didik)

Pembelajaran seni

gamelan di sanggar

mulai dari kegiatan

awal, kegiatan inti,

kegiatan penutup

Kegiatan awal, kegiatan

inti, kegiatan penutup

kondisional yang terjadi

dalam pembelajaran seni

gamelan terangkum

dalam catatan lapangan

penliti, kemudian untuk

yang terstruktur berupa

Page 242: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

226

data yang akan

dimintakan kepada

pelatih dan pihak

sekolah, pun yang

memperlihatkan hal-hal

tersirat mengenai

muatan nilai-nilai

pendidikan karakter

Model evaluasi

pembelajaran seni

gamelan

Meninjau kegiatan

evaluasi refleksi diri

Kriteria evaluasi

Meninjau bentuk

laporan peserta didik

Pemahaman sikap dan

perwujudan tindakan

Mengamati Pengamatan

perilaku dan tindakan

peserta didik serta

pelatih

Tindakan dalam

pembelajaran yang

mewujudkan ciri/tanda

muatan nilai-nilai

pendidikan karakter

dalam pembelajaran

Mengamati Pengamatan

perilaku dan tindakan

peserta didik serta

pelatih

Page 243: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

227

seni musik gamelan

Hasil Dokumentasi dan Observasi

1. Aspek SDN Kalisegoro, indikator sumber data, visi dan misi dan,

kurikulum pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler dengan keterangan menemukan siapa saja yang

dapat dijadikan sumber data dalam penelitian

Peneliti menemui kepala sekolah Hartono sebagai narasumber utama

untuk observasi dan memperoleh dokumen.

2. Aspek SDN Kalisegoro, indikator sumber data, visi dan misi dan,

kurikulum pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler dengan keterangan meninjau visi dan misi sekolah

yang menyangkut dengan penerapan pendidikan karakter melalui

pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

Visi misi sekolah adalah:

Visi

Terwujudnya warga sekolah yang unggul, cerdas, kompetitif, berkarakter,

berbudaya, dan berwawasan konservasi.

Misi

9. Mewujudkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

10. Menyelenggarakan sistem pendidikan yang menghasilkan insan yang

unggul dalam prestasi dengan mengembangkan anak agar lebih kreatif,

inovatif, dan iventif.

Page 244: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

228

11. Melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan

kecerdasan akademik dan berfikir analisis dengan pendekatan

contextual, teaching, and learning.

12. Meningkatkan mutu lulusan yang berdaya saing tinggi.

13. Menjadi generasi yang memiliki kematangan emosional,

berkepribadian, mandiri, jujur, bertanggung jawab, serta peduli

terhadap lingkungan sekitar.

14. Menambahkan penghayatan dan pengalaman terhadap norma

keagamaan, budaya bangsa dan norma sosial kemasyarakatan hingga

menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

15. Melestarikan budaya lokal

16. Menyelenggarakan sistem pendidikan yang menghasilkan insan yang

berwawasan konservasi dengan mewujudkan sekolah yang bersih dan

hijau.

Tujuan Sekolah

17. Membentuk siswa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa

18. Membentuk siswa yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur

19. Membentuk siswa yang yang unggul dalam prestasi akademik maupun

non akademik

20. Membentuk siswa lebih kreatif, inovatif, dan iventif

21. Membentuk siswa yang cerdas akademik, dan berpikir analisis

Page 245: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

229

22. Membentuk siswa berkualitas untuk mencapai nilai ujian yang

maksimal

23. Membentuk siswa yang berdaya saing tinggi

24. Membentuk siswa yang matang emosianal, berkepriadian mandiri, dan

jujur

25. Membentuk siswa yang bertanggung jawab saat peduli terhadap

lingkungan sekitar

26. Membentuk siswa yang menghayati dan mengamalkan norma agama

27. Membentuk siswa yang mampu mengamalkan norma sosial

kemasyarakatan agar lebih arif dalam bertindak

28. Membentuk siswa yang mampu menggunakan bahasa jawa dengan

baik dan benar

29. Membentuk siswa yang mampu menari tarian jawa

30. Membentuk siswa yang mampu menabuh gamelan

31. Membentuk siswa yang mampu memelihara dan merawat lingkungan

tanaman sekitar

32. Membentuk siswa yang rajin dalam membersihkan dan menghijaukan

lingkungan sekitar.

Kemudian meninjau dari penerapan pendidikan karakter, pada

visi yang diusung sekolah ada kata berkarakter yang memperkuat

bahwasannya sekolah mencita-cita kan lingkungan sekolah yang

memiliki kualitas warga sekolahnya berkarakter, hal ini mampu

mendukung adanya program penguatan karakter.

Page 246: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

230

Pada misi sekolah menjelaskan beberapa karakter pada PPK

dan GRNM yang hendak ditonjolkan dan diupayakan sekolah seperti:

7. Pada point pertama menjelaskan adanya religuilitas, yaitu Bersifat

keagamaan atau yang bersangkut paut dengan religi (kepercayaan

kepada Tuhan, kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di

atas manusia, kepercayaan animisme dinamisme, agama).

8. Pada point dua menjelaskan adanya kreatif yaitu memiliki daya

cipta memiliki kemampuan untuk menciptakan. Dan menghargai

prestasi yaitu menghormati, mengindahkan hasil yang telah dicapai

dari yang telah dilakukan, dikerjakan

9. Pada poin lima dijelaskan adanya nilai pendidikan karakter jujur

yaitu lurus hati, tidak berbohong, berkata apaadanya, tidak curang,

misalnya dalam permainan mengikuti aturan yang berlaku.

Kemudian mandiri yaitu dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak

bergantung pada orang lain. Lalu tanggung jawab yaitu keadaan

wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa bisa

dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya. Kemudian

peduli lingkungan yaitu mengindahkan, memperhatikan daerah

yang termasuk di dalamnya.

10. Pada poin enam menjelaskan adanya nilai pendidikan karakter

peduli sosial yaitu mengindahkan, memperhatikan berkenaan

dengan masyarakat.

11. Pada poin tujuh menjelaskan adanya nilai pendidikan karakter cinta

tanah air yaitu mencintai negeri tempat kelahiran.

Page 247: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

231

12. Pada poin delapan menjelaskan adanya nilai pendidikan karakter

peduli terhadap lingkungan yaitu mengindahkan, memperhatikan

daerah yang termasuk di dalamnya.

Pada tujuan sekolah menjelaskan beberapa karakter pada PPK dan GRNM

yang hendak ditonjolkan dan diupayakan sekolah seperti:

11. Poin pertama terdapat karakter religiulitas yang ingin ditonjolkan.

12. Poin dua terdapat karakter intregitas

13. Poin ketiga terdapat karakter menghargai prestasi

14. Poin empat terdapat karakter kreatif

15. Poin delapan terdapat karakter mandiri dan jujur

16. Poin sembilan terdapat karakter tanggung jawab dan peduli lingkungan

17. Poin sepuluh terdapat karakter religiulitas

18. Poin sebelas terdapat karakter peduli sosial

19. Poin dua belas, tiga belas, empat belas terdapat karakter cinta tanah air

20. Poin lima belas, enam belas terdapat karakter peduli lingkungan

3. Aspek SDN Kalisegoro, indikator sumber data, visi dan misi dan,

kurikulum pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler dengan keterangan meninjau nilai-nilai karakter

yang khas pada sekolah.

Nilai karakter yang khas adalah tercantum pada visi yang berbunyi

berbudaya, kemudian tertuang pada misi di poin tujuh menjelaskan adanya

nilai pendidikan karakter cinta tanah air yaitu mencintai negeri tempat

kelahiran, berbunyi “Melestarikan budaya lokal”. Pada sekolah ini

Page 248: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

232

diwujdukan dalam kebiasaan penggunaan basa jawa setiap hari kamis,

dimana dilakukan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran. Kemudian,

pada ekstrakurikuler pilihan terdapat ketoprak, karawitan (didalamnya ada

permainan instrumen gamelan). Hal ini dianggap sekolah sebagai ciri khas

dari sekolah, karakter yang ingin dibangun adalah cinta tanai air, selain itu

ciri khas berakar pada budaya bangsa yang dipersempit menjadi budaya

jawa. Pada tujuan sekolah juga terdapat agar siswa mampu menari jawa,

bermain gamelan jawa, dan juga menggunakan bahasa jawa dengan baik.

Karakter lain yang khas adalah peduli lingkungan, yaitu bercocok

tanam. Sebab wilayah SDN Kalisegoro terdiri dari 6222 meter namun

hanya digunakan untuk bangunan sebanyak 580 meter, hal ini juga sejalan

dengan kurikulum yang mengatur dimana setiap hari selasa terdapat teori

dan praktik tentang bercocok tanam.

Tujuan sekolah yang mengaharuskan siswa untuk bisa berbahasa jawa

dengan baik terwujud dalam kebiasaan sekolah menggunakan bahasa jawa

setiap hari kamis, baik pendidik dan peserta didik. Kemudian tujuan

sekolah agar siswa bisa menari jawa dan bermain gamelan terwujud dalam

ekstrakurikuler teater, karawitan, tari jawa. Dimana sekolah mengarahkan

agar lulusan wajib memiliki ketrampilan berkarawitan, menampilkan

tradisi dengan menggunakan bahasa jawa.

Untuk pembelajaran seni gamelan dalam pelakasanaannya sekolah

mengacu kepada pelatih, kemudian sedang diupayakan untuk program

penguatan pendidikan karakter dengan melihat nilai dan fungsi nya.

Karena sekolah melihat bahawa di Australia, ABRI diharuskan untuk

Page 249: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

233

bermain gamelan ini ditunjukan untuk kelembutan berpikir. Kemudian

negara – negara manca negara seperti inggris, malaysia, singapura telah

mewajibkan gamelan di beberapa institusi pendidikannya.

4. Aspek SDN Kalisegoro, indikator sumber data, visi dan misi dan,

kurikulum pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler dengan keterangan meninjau kurikulum yang

membahas mengenai pembelajaran seni gamelan melalui kegiatan

ekstrakurikuler, kemudian ditelaah adakah unsur penerapan

pendidikan karakter didalamnya.

Dalam indikator yang membahas pembelajaran seni gamelan masih

dalam tahap penyempurnaan, atau bisa dikatakan belum dimasukan

kedalam kurikulum, karena masih baru. Namun, kedepan sekolah akan

memasukan nya kedalam kurikulum dan dijadikan pembelajaran wajib.

Seni gamelan sudah masuk kedalam tujuan sekolah, yaitu pada poin empat

belas yaitu “membentuk siswa yang mampu menabuh gamelan”.

5. Aspek keadaan geografis SDN Kalisegoro, indikator kondisi geografis,

lingkungan sekolah, jumlah siswa dan kelas, sarana dan prasarana

sekolah, siswa yang megikuti kegiatan pembelajaran seni gamelan

dengan keterangan meninjau kondisi keadaan lingkungan sekolah,

kemudian mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

jumlah siswa, sarana dan prasarana. Serta hal-hal yang berkaitan

untuk menunjang pembelajaran seni gamelan di sekolah.

Page 250: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

234

SDN kalisegoro memiliki luas wilayah 6222 meter persegi dengan

luas bangunan 580 meter persegi. Terdapat sebanyak 188 siswa dari kelas

satu sampai dengan kelas enam. Kurikulum yang dipakai adalah

kurikulum 2006 untuk kelas tiga dan kelas enam, kemudian kurikulum

2013 untuk kelas satu, dua, empat, dan lima. Sarana dan prasarana SDN

Kalisegoro mencakup lapangan, tempat jaga malam, parkir, ruang guru,

ruang kepala sekolah, kelas, UKS, perpus, kamar mandi, musalah, perpus

sekolah.

Untuk menunjang pembelajaran seni gamelan sendiri SDN

Kalisegoro bergantung pada sanggar Aji Laras dan Mardi Budoyo

Sidahayu. Sekolah belum memiliki peralatannya sendiri. Belum ada

bantuan dari dinas setempat. Namun, sekolah juga ada rencana untuk

mengupayakannya. Namun, untuk sekarang, pihak sanggar cukup menutup

semua kebutuhan pembelajaran.

6. Aspek Keadaan sanggar Aji Laras, Sidahayu sebagai tempat

pembelajaran, indikator kondisi geografis, lingkungan sanggar,

jumlah pelatih, sejarah , sarana dan prasarana, dengan keterangan

Meninjau kondisi keadaan lingkungan sanggar, kemudian mencari

data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jumlah siswa yang

mengikuti pembelajaran, lalu sarana dan prasarana. Serta hal-hal

yang berkaitan untuk menunjang pembelajaran seni gamelan di

sanggar.

Page 251: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

235

Dalam pembelajaran seni gamelan, jumlah siswa yang mengikuti

dari kelas tiga sampai dengan kelas enam ada 27 anak (terlampir). Sarana

dan prasarana lengkap kepunyaan dari sanggar Aji laras dan sanggar

Mardi Budoyo Sidahayu. Sanggar memiliki peralatan instrumen sejumlah

24 alat, yaitu Rebab, Kendhang, Gender, Bonang B, Bonang P, Slenthem,

Demung 1, Demung 2, Saron 1, Saron 2, Saron 3, Peking, Kethuk,

Kenong, Gong, Gambang, Siter, Suling, Slinden 1, Slinden 2, Slinden 3,

Gerong 1, Gerong 2, dan Gerong 3. Namun, yang dipakai dalam

pembelajaran adalah 2 pasang demung, 4 pasang saron, 1 pasang saron

penerus/peking, 1 pasang kethuk, 1 set kenong, 1 set kempul gong.

7. Aspek Implementasi Pembelajaran seni musik gamelan pada

ekstrakurikuler seni musik gamelan di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, indikator Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran seni musik gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler,

dengan keterangan menyusun kurikulum untuk pembelajaran seni

gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Belum ada kurikulum khusus untuk pembelajaran ini. Sekolah

menyerahkan sepenuhnya kepada pelatih. Pada awal pembentukannya

sekolah berkunjung ke sanggar untuk membicarakan terakait pembelajaran

seni gamelan. Kemudian dilanjutkan dengan wawancara kepada pihak

pelatih mengenai tahapan pembelajaran, kemudian dewan guru menyetujui

dan terjadi kesepakatan. Untuk evaluasi pihak sekolah hanya mengingkan

peserta didik mampu menabuh gamelan.

Page 252: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

236

8. Aspek Implementasi Pembelajaran seni musik gamelan pada

ekstrakurikuler seni musik gamelan di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, indikator Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran seni musik gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler,

dengan keterangan menyusun program pembelajaran seni gamelan

melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Program pembelajaran belum tersusun dalam kurikulum sekolah. Namun,

sudah ada wacana untuk dimasukan kedalam kurikulum. Sekolah

menyerahkan penuh kepada pelatih.

9. Aspek Implementasi Pembelajaran seni musik gamelan pada

ekstrakurikuler seni musik gamelan di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, indikator Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran seni musik gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler,

dengan keterangan menyusun plan dari pembelajaran seni gamelan

melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Plan pembelajaran seni gamelan yang dirancang sekolah yaitu kedapan

akan dimasukan kedalam kurikulum dan diwajibkan untuk siswa.

Diharapkan tiap tahun ada pementasan, sehinga membudaya di

lingkungan, lebih jauh lagi seni gamelan mampu dicintai oleh generasi

muda, karena sekarang bisa dilihat peminatnya sedikit, jadi berangkat dari

anak SD dulu untuk mencintai gamelan.

Page 253: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

237

10. Aspek Implementasi Pembelajaran seni musik gamelan pada

ekstrakurikuler seni musik gamelan di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, indikator Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran seni musik gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler,

dengan keterangan menyusun pembelajaran, (baik program maupun

peserta didik).

Sekolah dalam menyusun pembelajaran, program dan kebutuhan peserta

didik diserahkan sepenuhnya kepada pelatih. Pelatih telah memiliki

ketrampilan dasar yang dijadikan indikator untuk peserta didik.

11. Aspek Implementasi Pembelajaran seni musik gamelan pada

ekstrakurikuler seni musik gamelan di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, indikator pembelajaran seni gamelan di sanggar mulai

dari kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup, dengan

keterangan Kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup

kondisional yang terjadi dalam pembelajaran seni gamelan

terangkum dalam catatan lapangan peneliti, kemudian untuk yang

terstruktur berupa data yang akan dimintakan kepada pelatih dan

pihak sekolah, pun yang memperlihatkan hal-hal tersirat mengenai

muatan nilai-nilai pendidikan karakter.

Data kegiatan pembelaran mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan

penutup.

Terlampir pada catatan lapangan.

Page 254: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

238

12. Aspek Implementasi Pembelajaran seni musik gamelan pada

ekstrakurikuler seni musik gamelan di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, indikator model evaluasi pembelajaran seni gamelan,

dengan keterangan meninjau kegiatan evaluasi refleksi diri.

Kegiatan evaluasi sementara ini belum ada. Namun dalam rapot

dimasukan kedalam nilai ekstrakurikuler dengan diserahkan penuh kepada

pelatih.

13. Aspek Implementasi Pembelajaran seni musik gamelan pada

ekstrakurikuler seni musik gamelan di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, indikator kriteria evaluasi, kriteria meninjau bentuk

laporan peserta didik.

Kriteria evaluasi belum dicanangkan. Untuk laporan peserta didik berupa

buku catatan tiap masing-masing peserta didik.

14. Aspek Implementasi Pembelajaran seni musik gamelan pada

ekstrakurikuler seni musik gamelan di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, indikator pemahaman sikap dan perwujudan tindakan,

dengan keterangan Mengamati Pengamatan perilaku dan tindakan

peserta didik serta pelatih

Tindakan peserta didik, perilaku akan terangkum dalam catatan lapangan.

15. Aspek Implementasi Pembelajaran seni musik gamelan pada

ekstrakurikuler seni musik gamelan di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro, indikator Tindakan dalam pembelajaran yang

mewujudkan ciri/tanda muatan nilai-nilai pendidikan karakter dalam

Page 255: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

239

pembelajaran seni musik gamelan, dengan keterangan mengamati

perilaku dan tindakan peserta didik serta pelatih.

Ciri tanda adanya muatan nilai-nilai pendidikan karakter akan terangkum

pada catatan lapangan dan wawancara mendalam kepada pelatih.

Lampiran 12. Hasil Catatan Lapangan

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

CATATAN LAPANGAN

PENELITIAN

Page 256: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

240

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Catatan Lapangan : No.1

Pengamatan/Wawancara : P

Waktu : 09:17 – 11:00 WIB

Disusun Jam : 15:00 WIB

Tempat : Sanggar Mardi Budoyo Sidahayu

Subjek Penelitian : Pembelajaran seni gamelan

Bagian Deskriptif

Pukul 08:30 peneliti sampai di Sanggar Mardi Budoyo Sidahayu, waktu itu anak-

anak sudah sampai terlebih dahulu dengan meminjam kunci yang dititipkan ke

tetangga sanggar. Penelti masuk ruangan meilhat sepatu-sepatu anak-anak

tersusun rapi di depan sanggar. Jadwal latihan sejatinya 09:00, namun pelatih

datang pukul 09:17 dikarenakan ada miss komunikasi dengan pihak sekolah.

Sebelumnya ketika pelatih belum datang, anak-anak latihan sendiri tanpa

didampingi, tidak ada anak-anak yang berhamburan bermain di luar ruangan,

semuanya berada di dalam ruangan walaupun tidak ada pelatih, adapun yang

keluar ruangan untuk membuang sampah. Di dalam ruangan anak-anak

melakukan aktifitas beragam sebelum diadakannya pembelajaran, dan sembari

menunggu pelatih datang, ada yang menggambar, belajar instrumen gamelan

Page 257: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

241

sendiri ataupun berkelompok, membaca catatan, mengajari kawannya bermain

instrumen.

Kemudian, karena pelatih belum datang kepala sekolah datang, semua anak

berhamburan keluar dan salim kepada kepala sekolah, kemudian kepala sekolah

pergi untuk mencari keberadaan pelatih. Anak-anak yang membawa makanan tak

lupa menawari kawannya, bahkan saya orang asing saja mereka tawari. Setelah

memakai barang mereka mengucapkan terimakasih. Antusias mereka terlihat

ketika belajar kelompok, menyanyikan beberapa lagu bersama-sama. Lambat-laun

beberapa anak ada yang keluar untuk mengobrol tentang apa yang dilihat, waktu

itu mereka mengamati pohon besar di depan sanggar, namun tak lama mereka

kembali lagi ke dalam sanggar.

Kepekaan mereka juga terlihat ketika berjalan kemudian karpet agak melipat,

kemudian mereka benarkan walaupun itu bukan kesalahannya. Seorang anak

menanyakan jam kepada saya waktu itu pukul sudah menunjukan 09:07, anak –

anak meminta kepada saya untuk dimulai karena biasanya pukul 09:00 sudah bisa

dimulai, saya tidak berani karena tidak mempunyai kewenangan disana. Alhasil

mereka mengeluarkan bekal makan yang dibawa kemudian memakan bekal

bersama-sama diluar, mereka makan bersama-sama dan berbagi, hingga pukul

09:17 pelatih datang, pelatih mempersilahkan semuanya untuk menghabiskan

makanannya terlebih dahulu baru pembelajaran bisa dimulai.

Waktu itu pelatih yang datang adalah Wisnu Aji Wicaksono dengan ditemani

seorang kawannya Titin, pembelajaran dimulai pukul 09:25. Dimulai dari salam,

kemudian berdoa, doa dilakukan sebelum memulai pembelajaran dengan dipandu

Page 258: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

242

oleh salah satu dari siswa. Dilanjutkan dengan absen, jika ada yang tidak

berangkat pelatih menanyakan keberadaannya, atau alasan ketidahadiran,

kemudian kepada peserta didik yang pindah ekstrakurikuler pelatih memastikan

kembali.

Kemdian dilanjutkan dengan menanyakan tugas, semua buku catatan dikeluarkan,

dengan menggunakan media white and board pelatih mencatat materi yang akan

dipelajari. Materi pertama adalah instrumen dalam karawitan, pelatih

mengingatkan kembali instrumen-instrumen apa yang digunakan dalam

pembelajaran, dengan menyuruh anak menunjukan apa yang disuruh. Dilanjutkan

dengan mencatat notasi lagu suwe ora jamu.

Pelatih memberikan pengetahuan bahwa, P=kempul, N=Kenong, Gero=Vocalist,

Suwuk=mau berhenti atau pelan. Pertama dalam pembelajaran peserta harus

memposisikan diri sesuai dengan anjuran, yaitu posisi nabuh alat penabuh harus

ditengah instrumen, kemudian dalam melakukan permainan peserta didik

melakukan gantian menggunakan instrumen, sebelum memainkan satu lagu ada

yang dinamakan tintingan atau tindakan ajak-ajak hal itu tidak termasuk dalam

lagu, namun sebagai pembuka.

Anak-anak gantian menggunkan instrumen jika satu lagu selesai dimainkan.

Kemudian jika lewat anak-anak akan bilang permisi, pelatih memberi tahu jika

ada kendang maka permainan akan pelan dan masuk vocal. Kemudian sirep yaitu

volume keras menjadi pelan, suara kendang nya berbunyi “tung-tung-tung-tak-

tak”. Jika menabuh harus dilakukan miring, pelatih memberi tahu bahwa

pembalung berisikan demung, saron, peking, slenthem. Memulai dengan notasi 5

Page 259: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

243

6 7 8. Seorang peserta didik mencoba mengajari kawan lainnya dengan

tangganya memegangi tangan kawannya, dan menabuh bersama.

Pelatih memberi tahu kepada Fikri seorang pemukul gong, jika suwuk jangan

langsung di gong, suwuk adalah tanda pelan mau berhenti. Dengan suara kendang

“tak-tak-tung-tak-tung” sedangkan Sasa pemain bonang ditambahi dengan notasi

1 3 1 3 yaitu 1 gatra adalah empat ketukan jadi 4 kali 1 3 yaitu nggembyar imbal

hal itu dilakukan ketika dari sirep ke suwuk.

Pelatih menegaskan jika ingin pintar jangan coba-coba memainkan instrumen lain,

atau bisa dikatakan jangan pindah-pindah. Kemudian setelah bermain alat

penabuh dikembalikan ke tempat awalnya.

Pada pembelajaran terakhir pelatih menegaskan kepada anak-anak tentang yang

dipelajari yaitu suwuk, sirep, gero. Setelah itu mereka menyanyikan lagu suwe ora

jamu secara bersama-sama. Pelatih mempertegas kembali tentang buku catatan

agar seragam, halaman satu mengenai instrumen, halaman dua mengenai notasi

lagu suwe ora jamu, halaman ketiga mengenai tugas untuk tanggal 10 februari

yaitu mencari cakepan suwe ora jamu sebanyak 4. Sebelumnya pelatih sudah

memberi contoh satu cakepan yaitu “suwe ora jamu, jamu godhong telo, suwe ora

ketemu, ketemu pisan gawe gelo”. Kemudian anak-anak disuruh mencari cakepan

lain, seperti godhong turi dadi ati, godhong bayem dadi ayem, godhong meniran

dadi pikiran. Setelah itu mencari cakepan lagu lir-ilir.

Pada saat ingin pulang anak –anak harus duduk rapi, jika tidak maka tidak akan

pulang, ataupun jika ada yang berisik maka tidak pulang, sebelumnya pelatih

Page 260: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

244

mengeaskan kembali yang sudah dipelajari, dan tugas yang diberikan. Setelah itu

sebelum pulang mereka berdoa dengan dipimpin oleh satu satu dari anak-anak.

Pada sesi wawancara terakhir pembelajaran, atau diskusi ringan dengan pelatih

bahwa ekstrakurikuler dimulai pada tahun 2017 tepatnya bulan januari, satu anak

memegang satu instrumen, dengan dimainkan bergantian temannya, gamelan yang

digunakan adalah gamelan jawa jenis gagrak model solonan, dalam pembelajaran

dilakukan ada nyanyi jawa terkadang di awal, terkadang di akhir untuk

memberikan mood baik kepada anak-anak. Pada awal permainan ada yang

namanya pembuka, yaitu dari bonang, rebab, celuk, gender.

Adapun pembiasaan yang diberikan kepada anak-anak yaitu tidak boleh melewati

atau melangkahi gamelan, pada tahun ini sudah diadakan tiga kali pertemuan,

anak-anak memang belum diarahkan ke lomba-lomba, dahulu pembelajaran sore,

namun sekarang sudah pagi dan dilakukan setiap hari sabtu.

Bagian Reflektif

Terdapat nilai muatan Religius yang bersifat keagamaan atau yang bersangkut

paut dengan religi (kepercayaan kepada Tuhan, kepercayaan akan adanya

kekuatan adikodrati di atas manusia, kepercayaan animisme dinamisme, agama).

Dengan adanya doa diakhir dan diakhir.

Terdapat nilai muatan Jujur yang lurus hati, tidak berbohong, berkata apaadanya,

tidak curang, misalnya dalam permainan mengikuti aturan yang berlaku. Pada

pembelajaran dimana saat memainkan instrumen pelatih menanyakan ada yang

Page 261: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

245

berubah memainkan atau tidak, jika ada yang berubah maka mereka mengaku dan

meminta maaf, kemudian jika disuruh bergantian mereka bergantian, mengikuti

aturan yang berlaku dan tidak berlaku curang seperti bermain dua kali. Kemudian

posisi menabuh miring mereka melakukan dengan baik dan sesuai aturan yang

ada.

Terdapat nilai muatan Toleransi yaitu sifat atau sikap toleran, dua kelompok yang

berbeda kebudayaan itu saling berhubungan dengan penuh, batas ukur untuk

penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan, penyimpangan yang

masih dapat diterima dalam pengukuran kerja. Dilihat pada pembelajaran dalam

bermain isntrumen mereka saling bergantian memainkan, hal itu harus dengan

toleransi. Kemudian jika sudah belajar mengenai salah satu alat musik maka tidak

akan memegang alat musik lain, dan tidak mengganggu kawan lainnya. Kemudian

tiap anak harus menunggu nabuh agar menciptakan harmoni musik yang apik,

sebagai contoh Pelatih memberi tahu kepada Fikri seorang pemukul gong, jika

suwuk jangan langsung di gong, suwuk adalah tanda pelan mau berhenti. Dengan

suara kendang “tak-tak-tung-tak-tung” sedangkan Sasa pemain bonang bermain

terlebih dahulu kemudian baru diiringi isntrumen lainnya, sesuai dengan porsinya

masing-masing.

Terdapat nilai muatan Disiplin tata tertib, ketaatan atau kepatuhan kepada

peraturan, bidang studi yang memiliki objek sistem dan metode tertentu. Hal ini

terlihat betapa anak tampak disiplin seperti menjejerkan sepatu secara rapi,

kemudian meminta memulai pembelajaran ketika sudah waktunya, mentaati

segala aturan yang telah diberikan pelatih. Kemudian pelatih sendiri

menanamkannya dengan cara pembiasaan-pembiasaan seperti ketika ingin

Page 262: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

246

memulai pembelajaran penabuh harus diletakan di tengah dulu, perbaiki posisi

tubuh kemudian baru dilaksanakan permaianan. Pembiasaan seperti tidak

melewati gamelan, dan di ikuti seluruh peserta didik. Kemudian pada saat pulang,

pelatih tidak mengijinkan pulang jika ada yang masih ramai maka tidak pulang.

Kedisiplinan juga dicanangkan pada buku catatan tiap anak harus memilki buku

catatan dengan isi atau konten yang sama. Tidak ada yang kurang, jika ada yang

kurang maka harus dilengkapi, kemudian pemberian tugas rumah dan diberikan

deadline pengumpulan mampu menanmkan sikap disiplin kepada anak. Kemudian

penegasan jika telah memegang satu instrumen maka tidak boleh memegang

instrumen lain dulu agar pintar adalah wujud dari kedisiplinan.

Terdapat muatan nilai Kerja Keras yaitu kegiatan melakukan sesuatu dengan gigih

dan bersungguh-sungguh pada pembelajaran. Seperti saat pelatih memberi tahu

kepada salah satu peserta yaitu Sasa pemain bonang ditambahi dengan notasi 1 3

1 3 yaitu 1 gatra adalah empat ketukan jadi 4 kali 1 3 yaitu nggembyar imbal hal

itu dilakukan ketika dari sirep ke suwuk. Kemudian pelatih menageskan bahwa

“kamu pasti bisa” belajar hal ini tentu membuat anak-anak bersemangat belajar

untuk bisa tentu dengan kerja keras lebih. Untuk memahami sebuah lagu anak-

anak juga harus kerja keras mengahafal notasi, kemudian mempelajari

bagaiamana sebuah instrumen itu bisa berbunyi sesuai dengan marwahnya. Agar

indah.

Terdapat muatan nilai Kreatif memiliki daya cipta memiliki kemampuan untuk

menciptakan dilihat dari siswa yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa

menciptakan sebuah permaianan alat musik. Sebagai contoh waktu itu

menghasilkan pertunjukan lagu suwe ora jamu yang mereka lakukan berkat kerja

Page 263: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

247

keras. Adapun karya terkadang ditampilkan pada acara –acara tertentu. Daya

kreatif anak juga terlihat ketika pelatih belum datang kemudian mereka mencoba

memainkan alat musik dengan lagu-lagu yang tidak mereka pelajari sebelumnya

dengan pelatih, waktu itu lagu –lagu yang sering mereka dengarkan di masjid

seperti sholawatan-sholawatan, adapun lagu-lagu dangdut yang sedang trending

waktu itu.

Terdapat muatan nilai Mandiri dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak

bergantung pada orang lain, dilihat dari ketika anak berjalan bersama-sama tanpa

didampingi dari ke sekolah menuju ke sanggar, mereka membuka sanggar sendiri,

kemudian belajar mandiri terlebih dahulu sebelum pelatih datang. Adapun pada

pembelajaran tiap anak memiliki tanggung jawab masing-masing pada instrumen

yang mereka gunakan hal ini tentu membuat mereka harus mandiri dan tidak

bergantung pada kawannya, karena kawannya juga memiliki tanggung jawab

masing-masing.

Terdapat nilai rasa ingin tahu perasaan keingintahuan (berhasrat mengerti

sesudah melihat, mengalami, menyaksikan, dan lain sebagainya), hal ini

ditananmkan pelatih dengan cara memberikan pengetahuan –pengatahuan baru,

pada hari itu tentang suwuk, sirep, dan gerong. Kemudian pelatih juga

memberikan penguatan dengan menanyakan pengetahuan anak-anak tentang hal

itu, sampai pada titik anak-anak menanyakan apa hal yang ditanyakan oleh

pelatih. Selain itu pemberian tugas rumah tentang hal baru juga membuat mereka

harus memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang hal itu, sehingga mereka

memahami apa yang sedang mereka cari.

Page 264: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

248

Terdapat muatan nilai cinta tanah air mencintai negeri tempat kelahiran,

diwujudkan dengan cinta tanah kelahiran jawa dengan mempelajari budaya nya,

khsusnya gamelan jawa, dan lagu-lagunya.

Terdapat nilai bersahabat/komunikatif menyenangkan dalam pergaulan, ramah,

dalam keadaan saling dapat berhubungan. Hal ini bisa dilihat ketika peneliti

pertama kesana langsung disambut baik anak-anak. Pada pembelajaran pun

pelatih memberikan pengetahuan dengan cara bersahabat dan komunikatif agar

anak-anak paham. Kemudian tiap tiap anak saling mengenal dan berbincang serta

bercengkrama, tertawa bersama terkadang mengadu jika ada yang melakukan

kesahalan dalam menabuh, atau berisik, ataupun ada yang melakukan

pelanggaran. Kemudian jika membawa makanan mereka juga menawarkan ke

yang lain.

Terdapat muatan nilai gemar membaca suka sekali akan melihat serta memahami

isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati), hal ini

dilakukan dengan cara mengadakan buku catatan kepada anak, kemudian

memberikan penugasan kepada mereka, tak hanya itu saat akan awal

pembelajaran tak jarang pelatih menyuruh anak membaca hal yang sudah

dipelajari, seperti notasi, kemudian pengertian-pengertian instrumen.

Terdapat nilai muatan peduli lingkungan mengindahkan, memperhatikan daerah

yang termasuk di dalamnya. Dimana siswa diajarkan tidak membuang sampah

sembarang. Dan jika ada sesuatu yang tidak sesuai maka disesuikan.

Terdapat nilai muatan peduli sosial mengindahkan, memperhatikan berkenaan

dengan masyarakat, contoh suka menolong, hal ini diperlihatkan ketika ada

Page 265: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

249

temannya yang tidak bisa menabuh maka diajari bersama, tidak hanya siswa juga

diajarkan berbagi, seperti berbagi bermain instrumen ataupun makanan.

Terdapat nilai muatan tanggung jawab keadaan wajib menanggung segala

sesuatunya (kalau terjadi apa-apa bisa dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan

sebagainya). Hal ini dimaksudkan dimana setiap individu memiliki tanggung

jawab nya sendiri –sendiri pada instrumen yang sedang ia mainkan. Dan baik

tidaknya permainan menjadi tanggung jawab bersama tiap – tiap individunya.

Terdapat muatan nilai gotong royong bekerja bersama-sama, yaitu dalam sebuah

permaianan gamelan tidak mungkin dilakukan sendiri melainkan dimainkan

bersama – sama. Sesuai dengan perannya masing-masing.

Page 266: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

250

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

CATATAN LAPANGAN

PENELITIAN

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Catatan Lapangan : No. 2

Pengamatan/Wawancara : P

Waktu : 15:30-17:00 WIB/ Minggu, 18 Maret 2018

Disusun Jam : 16:19 WIB

Tempat : Sanggar Mardhi Budoyo Sidhahayu

Subjek Penelitian : Pembelajaran Seni Gamelan

Bagian Deskriptif

Awal pembelajaran dimulai pukul 15:54, siswa diperintah untuk

konsentrasi, tabuh dipegang, kemudian hitungan nada ke delapan tabuh nada dua,

dan tidak lupa satu pitetan, kemudian diberitahu ketika nabuh anak-anak kurang

keras.

Pembelajaran kali ini diajari pithetan, kemudian pelatih mengajari cara

mithet yang benar, pelatih menegaskan ketika selesai menabuh harus dipithet.

Setelah selesai pelatih menanyakan adakah pertanyaan ataukah tidak.

Pembelajaran inti pun dimulai, diawali dengan bonang sebagai pembuka, 3

2 3 5 6 7 8 sebagai buko, untuk dua nada terakhir langsung gembyang dua. Ketika

Page 267: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

251

bonang buko, dilanjutkan kendang, lanjut bress bareng tidak boleh ada yang

duluan, sebelum kempul memukul semua harus sudah memegang tabuh. Hal itu

dilanjutkan sampai bisa. Pelatih mengajarkan untuk tangan kiri digunakan mithet.

Pelatih menegaskan jika ditengah ada yang hilang jejaknya langsung dicari

sampai ketemu. Jika ada salah salah atau ada perkembangan pelatih memberitahu

nya, sebagai contoh, “kurang keras”, “sudah ada perkembangan mithetnya”.

Pelatih tetap memberi tahu, jika mithet tidak dilakukan dan tidak berani mencoba

tidak akan bisa-bisa.

Ketika anak-anak sedang tidak mood, pelatih selalu memberikan

penyegaran seperti bilang, “hay” atau “hello, hay, hay” dan anak menirukannya.

Hal ini juga dilakukan agar anak-anak tetap konsentrasi. Pelatih menyarankan

agar nabuh tidak boleh sambil makan. Dalam permainan sendiri bonang bertugas

mengajak konsentrasi, dengan ditabuhnya ajak-ajak 6 5 5 2 5. Pelatih

mendisiplinkan jika waktunya latihan maka latihan, namun jika waktunya istirahat

maka istirahat. Pertama posisi siap kemudian 6 5 5 2 5 itu ibarat bonang berkata

“teman teman mari kita nabuh” jadi semua harus siap-siap. Kemudian kendang

berbunyi, tabuh dipegang, gong suwukan dan teman teman sudah siap semua

memegang tabuh kemudian gending semua.

Pada pembelajaran yang digunakan adalah bonang oleh sasa, bonang

penerus oleh rani, demung oleh elfrida, saron penerus oleh bintang, peking oleh

jihan, slenthem oleh anisa, kenong oleh dinda dan afisa, kempul dan gong

kemudian ada kethuk, dan kenong.

Page 268: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

252

Bagian Reflektif

Adanya muatan karakter disiplin dan kerja keras pada siswa diperintah

untuk konsentrasi, tabuh dipegang, kemudian hitungan nada ke delapan tabuh

nada dua, dan tidak lupa satu pitetan, kemudian diberitahu ketika nabuh anak-

anak kurang keras. Pembelajaran kali ini diajari pithetan, kemudian pelatih

mengajari cara mithet yang benar, pelatih menegaskan ketika selesai menabuh

harus dipithet. Harus benar-benar kerja keras Jika ada salah salah atau ada

perkembangan pelatih memberitahu nya, sebagai contoh, “kurang keras”, “sudah

ada perkembangan mithetnya”. Pelatih tetap memberi tahu, jika mithet tidak

dilakukan dan tidak berani mencoba tidak akan bisa-bisa.

Mengajarkan toleransi dan gotong royong Pembelajaran inti pun dimulai,

diawali dengan bonang sebagai pembuka, 3 2 3 5 6 7 8 sebagai buko, untuk dua

nada terakhir langsung gembyang dua. Ketika bonang buko, dilanjutkan kendang,

lanjut bress bareng tidak boleh ada yang duluan, sebelum kempul memukul semua

harus sudah memegang tabuh. Hal itu dilanjutkan sampai bisa. Pelatih

mengajarkan untuk tangan kiri digunakan mithet. Toleransi pada titik dimana

tidak ada yang duluan atau yang terakhir, sedang gotong royog karena dilakukan

bersama-sama.

Mengajarakan kejujuran ketika Pelatih menegaskan jika ditengah ada yang

hilang jejaknya langsung dicari sampai ketemu

Adanya karakter komunkatif yaitu Ketika anak-anak sedang tidak mood,

pelatih selalu memberikan penyegaran seperti bilang, “hay” atau “hello, hay, hay”

dan anak menirukannya. Hal ini juga dilakukan agar anak-anak tetap konsentrasi.

Page 269: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

253

Pelatih menyarankan agar nabuh tidak boleh sambil makan. Dalam permainan

sendiri bonang bertugas mengajak konsentrasi, dengan ditabuhnya ajak-ajak 6 5 5

2 5. Pelatih mendisiplinkan jika waktunya latihan maka latihan, namun jika

waktunya istirahat maka istirahat. Pertama posisi siap kemudian 6 5 5 2 5 itu

ibarat bonang berkata “teman teman mari kita nabuh” jadi semua harus siap-siap.

Kemudian kendang berbunyi, tabuh dipegang, gong suwukan dan teman teman

sudah siap semua memegang tabuh kemudian gending semua.

Page 270: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

254

Lampiran 13. Frekwensi Wawancara

No Kegiatan Tanggal Data yang

diperoleh

1 Wawancara dengan Pelatih

Wisnu Aji Wicaksono

5 Maret 2018 Gambaran

Pembelajaran

Seni Gamelan dan

nilai – nilai

pendidikan

karakter yang

muncul dalam

pembelajaran.

2 Wawancara dengan Kepala

Sekolah ST Suhartono

8 Mei 2018 Latar belakang

Pembelajaran

Seni Gamelan

3 Wawancara dengan Peserta

Didik Lahzaran Bintang

Kumula Dewi

8 Mei 2018 Kesan, perasaan,

pengetahuan yang

muncul dalam

pembelajaran seni

gamelan

4 Wawancara dengan Peserta

Didik Alfrida Akila Delia

8 Mei 2018 Kesan, perasaan,

pengetahuan yang

muncul dalam

pembelajaran seni

Page 271: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

255

gamelan

5 Wawancara dengan Pelatih

Wahyu Hastanto

18 Maret 2018 Mengkonfirmasi

kembali hasil dari

Pelatih Wisnu Aji

Wicaksono

mengenai nilai –

nilai pendidikan

karakter yang

muncul dalam

pembelajaran, dan

menemukan nilai

– nilai baru yang

muncul dari

Wahyu Hastanto.

6 Wawancara dengan Peserta

Didik Dinda Kartika Sari

18 Maret 2018 Kesan, perasaan,

pengetahuan yang

muncul dalam

pembelajaran seni

gamelan

7 Wawancara dengan Peserta

Didik M Sabar Lintang P

18 Maret 2018 Kesan, perasaan,

pengetahuan yang

muncul dalam

pembelajaran seni

gamelan

Page 272: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

256

8 Wawancara dengan Peserta

Didik Novan Saka Agatha

18 Maret 2018 Kesan, perasaan,

pengetahuan yang

muncul dalam

pembelajaran seni

gamelan

Lampiran 14. Transkip Wawancara dengan Kepala Sekolah

Page 273: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

257

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

WAWANCARA

PENELITIAN

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Pedoman wawancara untuk kepala sekolah.

Nama Kepala Sekolah : Stefanus Suhartono, S.Pd

Waktu wawancara : 8 Mei 2018/ Pukul 16:00 – 17: 00

Tempat wawancara : Ruang Kepala Sekolah SDN Kalisegoro

Butir-butir pertanyaan dalam wawancara

Peneliti : “Assalamualaikum Wr.Wb, ngapunten pak sebelumnya nama

lengkap bapak

kalian gelar?”

Kepsek : “Waalaikumsalam Wr.Wb, oh ya Stefanus Suhartono, S.Pd”

Peneliti : “Yang pertama si pak, saya akan menanyai sumber data, visi misi

tapi kemarin visi misi sudah dapat nggih pak, lalu kurikulum yang ada, apakah

ada ini si pak, maksudnya di dalam pembelajaran seni gamelan itu apakah sudah

dimaksudkan ke kurikulum ataukah belum?”

Kepsek : “Itu pembahasan tapi kurikulum yang terbaru belum, itu kan baru

berjalan tahun ajaran ini, sehingga nanti kami revisi, itu kan masuknya di ekstra”

Page 274: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

258

Peneliti : “Mengenai visi misi si bapak, kemarin sudah saya baca ini

mengkonfirmasi kembali, pada point pertama berarti ada karakter religiulitas,

karena adanya mewujudkan potensi peserta didik yang menjadi manusia beriman

dan bertakwa kepada Tuhan YME nggih pak?”

Kepsek : “Nggih”.

Peneliti : “Terus pada point kedua adanya sifat kreativ karena ada kalimat

mengembangkan anak untuk berperilaku lebih kreatif dan inventif, ngapunten

bapak kata inventif yang dimaksudkan disini apa nggih pak?”

Kepsek : “Nggih, iventif itu anak siap di even even tertentu, mengantisipasi

jika ada lomba, jadi anak – anak itu fokus ke lomba –lomba. Dan lomba lomba itu

tidak mengejar juara tapi pelatihan karakter begitu, seperti kebersamaan, saling

menghargai, mampu dan siap menerima kekalahan, banyak nilai di dalamnya”

Peneliti : “Pada poin lima ada karakter kejujuran nggih pak, ada jujur dan

bertanggung jawab”

Kepsek : “Nggih”

Peneliti : “Pada poin enam itu menjelaskan adanya kepedulian sosial disini

bahwa adanya norma sosial dan kemasyarakat”

Kepsek : “Nggih”

Peneliti : “Pada poin tujuh adanya cinta tanah air, dimana melestarikan

budaya lingkungan tadi”

Kepsek : “Nggih”

Peneliti : “Pada poin delapan, adanya nilai karakter peduli lingkungan,

bahwa anak diajarkan konservasi”

Kepsek : “Nggih, konservasi”

Page 275: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

259

Peneliti : “Adakah karakter lain yang ingin di bangun?”

Kepsek : “Adanya cinta bercocok tanam, sebab wilayah SD Kalisegoro

luas, seluas 6222 meter persegi hanya dikurangi bangunan hanya 580 an, berarti

area luas, sehingga anak perlu peduli lingkungan dan cinta bercocok tanam,

sehingga di kurikulum kita ada pertanian juga, yang diajarkan setiap hari selasa,

dan ada tes teori dan praktik, yang hubungan nya peduli sosial ada nilai-nilai

berjiwa entrepeuner, jadi sehabis mencangkul, menanam, memanen sekaligus

memperdagangkan”

Peneliti : “Tadi kan secara umum pak nggih, kalau untuk seni gamelan

sendiri untuk sementara ini masih di ekstrakurikuler dan belum dimasukan secara

khusus ke dalam kurikulum”

Kepsek : “Tapi nantinya akan diarahkan ke anak lulusan Kalisegoro itu

wajib mempunyai ketrampilan berkarawitan, sekaligus juga terampil

mempertampilkan tarian tradisional dan bisa menggunakan bahasa jawa dengan

benar, itu unggah – ungguh. Dan kami mulai merintis dengan PPK itu Pendidikan

Penguatan Karakter yang akarnya juga di gamelan, sebab kami juga mempelajari

Abri-Abri di Australia itu ternyata untuk mengasah kepribadian dan kelembutan

pikir, kebijakan itu lewat gamelan juga, jadi satuan angkatan disana itu disediakan

seperangkat gamelan, itu yang tertarik bagi kami, kemudian di negara – negara

manca sudah mulai mewajibkan berkarawitan juga anak – anak SD, seperti di

Singapura, di Malaysia, bahkan di Inggris, sebab ternyata kalau dipelajari punya

nilai tinggi, jadi kami ingin sedikit demi sedikit ingin memasukan di kurikulum,

kami akan melangkah ke sana, dan kami akan berkolaborasi dengan SDM sekitar,

sebab di sekitar SD Kalisegoro itu banyak pakar seni jawi nya, terbukti di satu

Page 276: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

260

kelurahan saja ada dua sanggar, yaitu sanggar Ajilaras dan sanggar Mardhi

Budoyo Sidahayu, kemudian di lingkungan Kalisegoro juga banyak dosen seni

karawitan, Bapak Widodo, yang sudah bergelar profesor dan gelar profesor juga

dari gamelan juga”.

Peneliti : “Kalau di visi misi tadi kan ada ya pak, mengenai melestarikan

budaya Lokal, apakah maksud sekolah dengan adanya ekstrakurikuler adakah

sangkut pautnya dengan ini pak?”

Kepsek : “Ada itu, malah di dalamnya ada ekstra teater, bahwa menyipkan

anak – anak berkesenian ketoprak anak, yang pernah ditampilkan ditayangkan di

Semarang TV, dengan lakon minak jinggo leno, itu adanya ekstra teater juga,

disamping ada karawitan, tari jawa, kami tari juga ada pelatih dua cowok dan

cewek.”

Peneliti : “Kalau di SD Kalisegoro sendiri siswa adanya berapa pak nggih”

Kepsek : “188 siswa”

Peneliti : “Untuk kurikulum yang diapakai?”

Kepsek : “Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013, Kurikulum 2006 untuk

kelas 3 6, kurikulum 2013 kelas 1, 2 , 4, dan 5”

Peneliti : “Untuk sarpras nya sendiri bapak?”

Kepsek : “Ruang guru ada, ruang kepala sekolah ada, UKS satu ruang

dengan perpus, musala satu rangkaian dengan dapur sekolah dan tempat jaga

malam”

Peneliti : “Untuk pembelajaran seni gamelan semuanya ada di sanggar

nggih pak?”

Kepsek : “Nggih, setiap hari sabtu”

Page 277: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

261

Peneliti : “Untuk anaknya ada 27 anak”

Kepsek : “Nggih ada 27, dan sebentar lagi ada lomba FLS2N karawitan

tingkat kota, ada dua belas cabang lomba”

Peneliti : “Berarti adek – adek nanti ikut pak ya”

Kepsek : “Ikut, 12 cabang ikut semua dengan total peserta 45 an”

Peneliti : “Kalau pelaksanaan sekarang pembelajaran seni gamelan diatur

oleh apa pak, kan belum ada kurikulumnya niku”

Kepsek : “Oh, itu dari pelatih, lebih –lebih ada penasihat dari profesor

widodo itu pakar nya karawitan, jadi kita ikut schedule nya pelatih”

Peneliti : “Berarti sekolah mempercayakan penuh kepada pelatih”

Kepsek : “Nggih, penuh”

Peneliti : “Kalau awal mula dari perencanaan, berarti langsung konsultasi

pihak – pihak yang terkait”

Kepsek : “Awal kami sowan, kami aturi rawuh, dan wawancara soal

tahapan pembelajaran karawitan, kemudian dewan guru mensetujui, kemudian

pelatih datang, dan membentuk kesepakatan”

Peneliti : “Untuk evaluasinya sendiri, apakah pihak sekolah menentukan

indikator-indikator keberhasilan”

Kepsek : “Untuk evaluasinya sendiri, yang penting anak – anak kami bisa

ndamel gendhing-gendhing dolanan dan melestarikan tembang jawa, jadi tidak

gendhing rumit, itu pun kalau rumit tuntutan materi lomba, kami sederhana,

seperti cublak-cublak suweng, suwe ora jamu”

Peneliti : “Kedepannya pak, adakah plan untuk seni gamelan mau

dikemanakan, cita –cita kedepan?”

Page 278: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

262

Kepsek : “Akhirnya akan kami wajibkan di kurikulum, dan kedepannya

akan kami pentaskan tiap tahun, agar bisa dicintai oleh generasi muda, sebab

peminat karawitan sedikit, sehingga kami berangkat dari anak – anak SD untuk

mencintai gamelan, dan kami harapkan anak – anak yang sudah lulus sudah

mencintai gamelan, nanti kami akan rekrut ke sanggar, kebetulan ketua sanggar

nya kami sendiri, dan jika adik-adik yang lulus kami bentuk kelompok sendiri,

yang sudah jalan kelompok bapak – bapak ibu”

Peneliti : “Dalam menyusun pembelajaran, adakah patokan, menurut siapa,

agar pembelajaran nya baik?”

Kepsek : “Menurut pelatih, karena mas wisnu sudah tau apa dulu yang

harus bisa, karena ada prasyarat, ada istilahnya ketrampilan dasar yang dipenuhi

baru berkembang ke yang lain”

Peneliti : “kalau evaluasi khusus berarti belum? Seperti nilai”

Kepsek : “nanti kami masukan ke dalam ekstra, nanti ada nilai A, B, C dari

pelatih kita tinggal menerima”

Peneliti : “Berarti nilai dari pelatih”

Kepsek : “Nggih, Kalau guru sekadar mengelola siswa, menenangkan

mengantarkan ke sanggar”

Peneliti : “Kalau konsep dari pembelajaran gamelan sendiri seperti apa si

pak?”

Kepsek : “Mengingkannya di balik belajar karawitan pembangunan

karakter, yang bisa dibangun, diantaranya, kebersamaan, tidak bisa berdiri sendiri,

itu yang akan kami tanamkan. Ternyata banyak nilai-nilai luhur, orang yang

Page 279: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

263

berperangai keras pun, jika ia sering mendengarkan kumandang suara gamelan

pun itu bisa berubah, lebih sabar lebih berlapang dada”

Peneliti : “Pada poin enam itu menjelaskan adanya kepedulian sosial disini

bahwa adanya norma sosial dan kemasyarakat”

Kepsek : “Nggih”

Peneliti : “Peran masyarakat sendiri?”

Kepsek : “Grup senior dan junior, ada lare aji laras, ya itu kadang yang

mendampingi”

Peneliti : “Kalau orang tua pak?”

Kepsek : “Hanya mengantar jemput, menunggu, jadi bisa lebih cinta

gamelan, sebab kan denger gitu”

Peneliti : “Tadi kan yang melatar belakangi tujuan sekolah agar anak bisa

ndamel?”

Kepsek : “Nggih, kami berangkat sesuai dengan visi misi, berakar pada

budaya bangsa, walaupun bangsa Indonesia kami kan bersuku Jawa, kami

persempit itu akhirnya budaya jawa yang kita tekuni, untuk membentuk anak pun

dewan guru mengarah kesana, berakar kepada budaya bangsa”

Peneliti : “Kalau untuk karakter sendiri yang diinginkan dalam

pembelajaran seni gamelan?”

Kepsek : “Karakternya lebih beretika, bertatakrama, perangainya halus,

sopan santun begitu. Kami harapkan yang bisa berubah lewat gamelan itu”

Peneliti : “Tadi juga ada nilai cinta tanah air juga?”

Kepsek : “Nggih”

Peneliti : “Adakah strategi khusus? Menyampaikan karakter?”

Page 280: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

264

Kepsek : “Strategi, anak – anak di ajak untuk berwawancara, yang ada

hubungannya dengan uruttan berlatih, jadi anak itu disiplin, di program, anak

pembukaan akan mengucapkan apa, jadi akan menjadikan pembiasaan”

Peneliti : “Peran peserta didik, sebegai pembelajar?”

Kepsek : “Nggih, penggiat juga”

Peneliti : “Orang tua sebagai pendukung”

Kepsek : “Nggih, rapat wali murid sudah kami wajibkan, karawitan kelas 3

4 wajib, kelas 1 2 wajib menari, jadi ada kelas kelas kami wajibkan, sebab jika

untuk memilih berbahaya sekali, anak – anak milihnya voli, sebab karawitan

peminatnya sedikit bahkan tidak ada, bahkah kami adakah pentas wayang, remaja

tidak ada yang mendekat, yang nonton orang tua saja, jadi kami ajar kan ke anak –

anak SD”

Peneliti : “Nggih, itu dulu pak.”

Kepsek : “Nggih”

Page 281: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

265

Lampiran 15. Transkip Wawancara dengan Pelatih

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

WAWANCARA

PENELITIAN

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Pedoman wawancara untuk pelatih

Nama Pelatih : Wisnu Aji Wicaksono

Waktu wawancara : Minggu, 4 Maret 2018 17:00-18:00

Tempat wawancara : Kediaman Wisnu Wicaksono, Kalisegoro

Butir-butir pertanyaan dalam wawancara

Peneliti : “Sebelumnya namanya mas Wisnu Aji Wicaksono nggih?”

Pelatih : “Nggih”

Peneliti : “Kan kemarin saya juga sudah melihat proses pembelajarannya

mas ya, yang saya tangkap ada kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup”

Pelatih : “Nggih”

Peneliti : “Kalau yang pertama pada kegiatan awal, apa saja yang

dilakukan”

Page 282: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

266

Pelatih : “Kalau kegiatan awal dari pertama adik-adik masuk sudah

dibiasakan menata sepatu, dulu ditata yang rapi. Habis itu menaruh tas di satu

tempat karena kita kan juga pembelajaran di sanggar ndak ada tempat duduk ndak

ada tempat tas, jadi dijadikan jadi satu, lalu biasanya kalau anak ada yang bawa

bekal, saya beri kesempatan untuk menghabiskan makanan dulu, terus kalau

semuanya sudah di sanggar lalu saya buka dengan salam biasa, terus habis itu

berdoa, biasanya kadang saya pimpin, kadang anak – anak yang memimpin

doanya,”

Peneliti : “Kalau yang pertama kan ada doa ya mas, kalau di dalam doa itu

ada nilai karakter religius berarti ya”

Pelatih : “Iya ada”

Peneliti : “Kalau mengatasi mood dari peserta didik?”

Pelatih : “Mood, kadang itu. Biasanya datang masih pada itu, biasanya

saya bercanda-bercanda dulu, ada interaksi dengan murid itu ya guyon-guyonan,

nanti kalau sudah terkondisikan baru kegiatan di mulai, dari doa tadi salam lalu

doa”

Peneliti : “Berarti itu dilakukan malah sebelum?”

Pelatih : “Iya sebelum, biasanya anak habis ngapain dulu, saya ajak obrol

dulu”

Peneliti : “Sebelum melakukan pembelajaran adakah persiapan buat pribadi

atau baca –baca apa dulu atau gimana gitu?”

Pelatih : “Saya kalau baca tidak harus mau ngajar ndak, tapi setiap malam

– malam sebelumnya, sudah baca- baca. Habis itu nyiapin notasi nya buat besok

kayak gitu”

Page 283: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

267

Peneliti : “Kalau ke peserta didik nya mas, kan pasti ada hari ini mau

belajar apa, la bagaimana si cara menyampaikan ke peserta didiknya?”

Pelatih : “Mungkin penyampaiannya itu dari minggu sebelumnya. Kalau

sekarang itu saya modelnya minggu ini saya kasih PR mencari, lirik, kalau di basa

jawa itu cakepan. Jadi cari lirik suwe ora jamu atau apa, jadi nanti sebelum itu

nyanyi dulu to, ini nanti belajar nya suwuk, suwuk itu apa? Tapi kan kalau lebih

ke teorinya mesti ndak paham jadi cuman kasih saya perantara - perantara”

Peneliti : “Jadi membuat anak agar mempunyai rasa ingin tahu dengan cara

seperti itu?”

Pelatih : “Nggih, terus kadang kalau mau ganti materi, kan kadang anak

sudah bosen, mas gini gini, ya ganti materi tapi ini harus bisa dulu, jadi anak –

anak harus bisa, terus dia ganti materi”

Peneliti : “Berarti anak tetap ingin tahu lagi – tahu lagi mas?”

Pelatih : “Iya”

Peneliti : “Ada nggak si mas, kayak pembiasaan – pembiasaan khusus di

luar kegiatan?”

Pelatih : “maksudnya?”

Peneliti : “Kayak kemarin kan tidak boleh melewati gamelan dulu”

Pelatih : “Oh ya tadi, kayak menata sepatu, habis itu nata tas, terus kalau

tidak boleh melewati gamelan melompati, itu sudah saya anjurkan di pertemuan-

pertemuan sebelumnya waktu pertama – pertama itu”

Peneliti : “Itu maksudnya kenapa diajarkan kayak gitu”

Page 284: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

268

Pelatih : “Oh, yang pertama, agar anak itu tidak jakjakan, agar dilihat juga

enak, tapi ada juga karakter menata, rapi, kerapian, disiplin, peduli lingkungan,

untuk tidak melewati gamelan kan itu juga ada sopan santunnya”

Peneliti : “Kalau cara mengenalkan notasi kepada anak itu bagaimana

mas?”

Pelatih : “Cara mengenalkan notasi, waktu pertama anak datang, ini cerita

dulu, waktu pertama anak datang, ini saya tidak langsung menyuruh anak praktik,

saya kenalkan dulu, apa itu yang namanya gong, gong itu yang mana, bonang

yang mana, pokoknya instrumen-instrumen yang ada karawitan gamelan itu saya

kenalkan dulu, lalu pertemuan kedua baru mengenalkan notasi, dalam arti

penyebutan dalam notasi, kalau barat kan do re mi fa sol, kalau di jawa kan ji ro lu

pat ma nem pi, jadi disebutin satu satu saya menunjukan ini angka berapa 4 pat,

ini 6 nem”

Peneliti : “Kalau ini mas, kan kalau di gamelan kan ada slendro sama

pelog, la cara menyampaikan kepada anak bagaiamana?”

Pelatih : “Kalau sebenarnya beda dalam karawitan ada slendro dan pelog

itu tingkat nada, jadi tingkat nada nya beda pelog dan slendro, tapi itu anak – anak

SD dan SMP mungkin tidak harus teori tentang nada, namun lebih simpel aja

perbedaan pelog dan slendro, itu kalau pelog ada nada empat nya kalau slendro

ndak ada, terus kalau pelog ada nada 7 pitu itu kalau di slendro ndak ada. Itu gitu

aja, jadi disini itu gamelan buat pembelajaran SD dan SMP baru ditulis itu nya,

misal balungan demung ada tulisan 1 2 3 4 5, mungkin di level kuliah itu ndak

ada”

Page 285: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

269

Peneliti : “Kalau mungkin ada nggak sih anak yang tanya, itu kenapa mas

ndak ada angka empat nya”

Pelatih : “Selama ini ndak ada yang tanya gitu, mungkin kalau tanya saya

juga bingung, karena sudah mengarah ke itu, kita sudah menjabarkan ke nada.

Kan kita belum mengarah ke sana”

Peneliti : “Kalau cara mengajari anak satu lagu itu proses nya gimana

mas?”

Pelatih : “Sebenarnya beda – beda, dikatakan satu lagu jadi apa belum.

Kalau dalam satu karawitan lagu jadi itu, pertama buko, kemudian gending

berjalan itu juga ada gerong/ vokalnya, permainan kendang dan lain – lain itu

intinya, terus ada suwuk berhenti. Di karawitan kan modelnya audio jadi dia tidak

ada yang mengabani, misal kalau di barat itu kan ada kondekturnya, kalau

dikarawitan kan ndak ada, jadi kita saling merasakan satu sama lain. Kalau di SD

untuk sampai di tahap tiga tiga nya itu belum bisa, dan itu pasti lama. Misalkan

satu lagu ya sampai satu bulan atau dua bulan, kan satu minggu ya satu kali

pertemuan, tapi untuk kalau bisa misalkan sing penting buko bisa nabuh sampai

suwuk, ya itu empat kali pertemuan nyampai”

Peneliti : “Berarti kalau untuk sementara ini , yang diajarkan ke anaknya,

kalau misal mas nya, kamu awal buko dulu”

Pelatih : “ya ya, tapi saya biasanya lama, intinya di karawitan ada buko,

buko itu biasanya bonang, terus habis itu balungan dan semuanya main, itu

biasanya saya mengenalkan notasi waktu lagunya berjalan itu, jadi nanti buko

saya sisipkan, nanti suwuk saya ajarkan.”

Peneliti : “Berarti buko itu selalu bonang terus mas?”

Page 286: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

270

Pelatih : “Kalau di SD mungkin buko selalu bonang, sama buko celuk,

celuk itu vocal”

Peneliti : “Terus baru semua instrumen mengikuti, terus kalau suwuk tadi

pakaianya gong nopo mas?”

Pelatih : “Suwuk terakhir kali Gong, tapi untuk ke suwuk nya ada

kendang, kendang yang mengode”

Peneliti : “Kalau untuk sementara ini yang kendang mas sendiri?”

Pelatih : “Iya, tapi sebenarnya kemarin sudah ada, tapi ya gitu anak – anak

kadang masuk kadang ndak. Jadi sekarang sementara saya, tapi kalau pentas, ada

anak yang kendang.”

Peneliti : “Kalau menurut mas sendiri metode yang paling efektif diajarkan

anak-anak bermain gamelan? Atau dengan cara bermain atau apa?”

Pelatih : “Metode yang penting yang jelas itu anak senang dulu,

dikenalkan terus habis itu senang dulu, jadi kalau sudah senang anak juga

gampang nyantolnya”

Peneliti : “Cara membuat anak agar suka sama gamelan?”

Pelatih : “Kalau ke gamelannya, tidak bisa teori seperti biasa, saya lebih

mendekat ke anak, ya cerita-cerita tentang gamelan, ya anak saya ajak guyon”

Peneliti : “Biasanya yang dilakukan kegaitan inti, kan ada bermain

gamelan, kemudian memberikan pengetahuan tentang gamelan itu?”

Pelatih : “Ya, kalau selama ini kegiatan inti, waktu awal kita patok sampai

nyanyi nyanyi dulu, kita fokus ke materi, jadi minggu itu kita materi mau

mengarah kemana. Kita ngajari buko dulu, yaudah kita ngajari buko sampai benar

– benar anak itu paham maksudnya, kalau buko sudah bisa, kemudian tengahnya

Page 287: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

271

sudah bisa, nanti itu suwuk gimana, kurrangnya gimana, anak masih kurang peka,

suwuk nya gimana, bukonya gimana begitu”

Peneliti : “Kan kalau anak – anak pasti, ribut – ribut ya, nah cara

memanajemen anaknya?”

Pelatih : “Kalau saya ribut, biasanya mau mendekati pentas, mulai teges,

jadi kalau anak ribut saya dari awal bilang dulu, nanti nek ribut, mas wisnu

langsung diem. Kalau temennya ada yang tau ribut, maka he diem diem. Jadi

sekarang sudah agak mendingan, misal kalau anak ribut, terus kita mau marai

nanti anak jadi nge down juga.”

Peneliti : “Jadi komunikatif juga?”

Pelatih : “Iya?”

Peneliti : “Kalau ngajari instrumen, mas nya ngasih contoh atau

bagaiamana?”

Pelatih : “Kalau dulu saya ngasih contoh pertama kali mengenalkan anak

ke karawitan, itu kan saya mengajak beberapa teman jadi saya menyebarkan

teman saya untuk ke bonang, berapa berapa”

Peneliti : “Berapa orang itu mas?”

Pelatih : “Waktu pertama – tama hampir mengajak empat – lima orang

untuk membantu di pertama kali nya”

Peneliti : “Ke bagian apa aja mas?”

Pelatih : “Saya bedakan menjadi kenong sama gong satu, terus di balungan

itu ada tiga atau dua, terus langsung di bonang ada satu, terus saya yang didepan.”

Peneliti : “Cara mengajarkan ke anak nya bagaimana awal - awal”

Page 288: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

272

Pelatih : “Awal mengenal ketukan dulu, ketukan di dalam karawitan ada

delapan ketukan, satu , dua , tiga , empat, lima , enam, tujuh, delapan. Nanti juga

mengajari kamu nabuhnya, mukulnya sesuai ketukan. Pertama kali materi yang

saya berikan ke anak itu gangsaran, misalkan saya katakan menyebut gangsaran

ma ada yang ditabuh sampai delapan ketuakan itu dari ma, jadi mengajari ketukan

dulu, jadi lima enam tujuh, ma ma ma ma tapi bareng, jadi kan biasanya anak itu

kadang udah capek, udah diarang – arang padahal ketukan nya ndak gitu, dan

habis itu saya kembangkan satu gongan ada delapan ketukan itu saya kasih nada

ndak sama, kadang ma enam kali ada ro dua kali, jadi anak juga ada

perpindahannya”

Peneliti : “Ada ndak si mas variasi”

Pelatih : “Ini menginjak lagu yang namanya lancaran, di dalam karawitan

itu paling mudah, atau saya yang dulu diajarkan saya pelajari pertama gangsaran,

habis itu naik ke lancaran, jadi kalau matemaika dari tambah – tambahan terus ke

perkalian, jadi itu dari gangsaran ke lancaran, terus lancara itu ada ketawang atas

nya ladrah dan seterusnya, tapi kalau anak – anak usia SD mungkin mentok di

lancaran , ketawang”

Peneliti : “Cara mengajari lancaran ke adik – adiknya?”

Pelatih : “Ya itu, dari gangsaran kami ambil delapan ketukan, ada delapan

nada itu, kan nada nya sama, nah di lancaran ganti, misal nada ro delapan kali

nanti saya ganti jadi ro ji ro ji ro ji , nanti kalau udah kayak gitu udah bisa

dijadikan lancaran”

Peneliti : “Kan dalam gamelan ada ritme tempo, suara tempo suara keras

rendah, kan itu membuat anak biar bisa komunikasi, la itu bagaimana caranya?”

Page 289: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

273

Pelatih : “Oh ya, untuk sementara ini masih sampai ke tempo, kalau suara

keras, pelan itu belum, karena susah sih, masalahnya anak harus mendengarkan

kendang, untuk ketukan juga anak – anak kadang – kadang, tapi ini juga sudah

saya ajarakan, wes pokokke nek ono opo opo manut kendang”

Peneliti : “Berarti masih ke tempo mas nggih?”

Pelatih : “Nggih Tempo, tapi kadang ada yang cepat nyantol, gara gara itu

orang tua nya, atau misal ibunya juga ikut karawitan, kadang anak itu kan juga

kalau ibunya latihan, ikut gabung, ikut –ikut mendengarkan jadi kan tahu paham

apa yang saya maksud itu paham.”

Peneliti : “Kalau kan saya pernah baca bahwa seni adalah ajaran adilihung

ya estafet ilmu jadi diturunkan turun temurun, kalau menurut mas sendiri

bagaimana? Kan ini gamelan, harus diturunkan juga apakah ini salah satu cara

untuk itu?”

Pelatih : “Salah satu juga, di Kalisegoro kan baru pertama ini, dulu itu

Kelurahan Kalisegoro jadi satu sama kelurahan Ngijo. Di Ngijo itu yang

berkembang kebudayaan, kalau di Kalisegoro lebih olahraga. Kemudian

Kalisegoro memisahkan diri, la disini juga baru pertama kali yang namanya

gamelan – gamelan itu pertama kali, jadi ya anak itu baru, jadi bener – bener dari

nol”

Peneliti : “Kalau dulu kan anak pertama kali beum memegang gamelan ya,

kalau mas sendiri bisa melihat perbedaan sebelum awal dan sesudah”

Pelatih : “Kalau dulu anak kalau masuk belum bisa tertata, masih liar,

ndak teratur, kalau sekarang alhamdullilah sudah ada sopan santun, saya juga

menanamkan jika saya ngajak teman saya, anak juga salim.”

Page 290: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

274

Peneliti : “Kalau masalah instrumen yang diajarkan kan kemarin mas

wisnu bilang instrumen yang diajarkan ada dua pasang demung ya mas, empat

pasang saron, satu pasang penerus atau peking, satu pasang kethuk, satu set

kenong, itu setelah saya baca-baca, cara memainkan instrumen, apa sih karakter

yang bisa diajarkan ke anaknya, kan misal kalau kendang kan sebagai sosok awal,

pemimpin ya,, mengayomi, kayak gitu mas, kayak bonang sendiri harus selaras

emosinya stabil, kalau bonang barung kan di depan, yang buko, kalau bonang

penurur sebagai pelengkap penghias, kalau kenong kerthuk kempyang sebagai

memotong permainan”

Pelatih : “Ya kendang pemimpin, nggih bonang selaras, ya bonang barung

sasa kemarin yang buko, nggih bonang penerus sebagai pelengkap penghiasnya.

Jadi didalam karawitan, ada yang namanya lancaran, gangsaran, ketawang dan

lain – lain, itu ada yang namanya instrumen struktural, la strukturalnya itu ada di

kethuk, kenong, gong, jadi kita bisa tahu itu lancaran, gangsaran, ladrah itu dari

kethuk, kenong, gong, jadi kalau menurut saya tiga instrumen ini sebagai ciri

khas/tanda. Oh itu ternyata lancaran gangsaran, jenis apa itu bisa terlihat dari

kethuk, kenong, gong.”

Peneliti : “Jadi yang terpenting disini, adalah tiap instrumen itu mempunyai

perannya masing – masing”

Pelatih : “Ya, jadi tidak unggul sendiri, misal demung. Demung itu ada

biasanya saron, saron penerus itu disebut balungan. Tapi, itu tidak bisa selain

demung tak banterke, ndak bisa, itu kan juga mengolah anak agar ego nya tidak

tinggi, agar tidak bisa menang sendiri”

Peneliti : “Biar bisa menahan ya mas”

Page 291: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

275

Pelatih : “Iya menahan”

Peneliti : “Kalau yang saya tangkap disini instrumen, disini memiliki

perannya masing – masing anak juga memilki tanggung jawabnya masing –

masing tentang instrumen yang dia pakai, komunikatif ya mas?”

Pelatih : “Iya harus mendengar?”

Peneliti : “Ya, kalau contoh kalau sasa main bonang buka, yang lain tidak

ada yang main, kalau kayak itu mengajarkan kebersamaan ya mas, toleransi

juga?”

Pelatih : “Ya, toleransi”

Peneliti : “Menurut mas sendiri dalam permainan tadi, apa sih yang bisa

diajarkan buat anak – anak ”

Pelatih : “Ya itu tadi, karakter jadi anak kan biasanya tidak mau mengenal

siapa-siapa, contoh tadi, sasa bonang barung itu kalau misalkan buko tidak

ditampani oleh gong kan juga hambar, jadi disini itu melatih anak juga

mendengarkan satu sama lain, jadi ada komunikasi audio, kan kayak kemarin ada

tintingan nada nem ma ma ro ma, la terus anak – anak sudah siap, jadi anak –

anak sudah siap. Jadi di karawitan kan komunikasinya lebih ke audio, jadi tidak

mungkin anak – anak pas tampil “ayo siap” itu tidak mungkin. Jadi beda sama

yang lain. Jadi sekarang anak – anak sudah bisa jadi kalau ada satu yang salah

“huu salah rak ono gong e” jadi sudah mendengar, sudah paham”

Peneliti : “Kalau dilihat dari cara memainkannya, nilai kebersamaan,

bahwa di dalam satu permainan seluruh permainan harus main bareng – bareng

harus tau porsi juga mas ya”

Pelatih : “Nggih”

Page 292: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

276

Peneliti : “Terus mengajarkan toleransi nya tadi, kayak mendengarkan

bunyi tadi kenong ”

Pelatih : “Iya, kalau bunyi harus sama rata”

Peneliti : “Tapi kalau instrumen harus beda beda mas ya? Suaranya keras –

kerasnya?”

Pelatih : “Kalau di karawitan sama, misal saya bermain demung, jadi juga

harus bisa mendengarkan saron penerus, kenong gong, jadi kalau kebanteren,

volume kekerasen itu salah”

Peneliti : “Oh, jadi kalau saya bermain ini saya juga harus mendengarkan

ini”

Pelatih : “Iya”

Peneliti : “Itu mungkin wujud toleransi”

Pelatih : “Iya toleransi”

Peneliti : “Unsur – unsur lain mas, diluar permainan yang diajarkan anak,

kayak berhentinya, suwuk sirep kaya gitu?”

Pelatih : “Jadi intinya kalau di karawitan, drivernya kendang. Buko kan

dari bonang, ditampani kendang, jadi bareng – bareng, nanti yang mengendalikan

suwuk, sirep kendang, itu kendang nama lain, pamurba irama”

Peneliti : “Hal semacam ini anak – anak paham?”

Pelatih : “Teori nya belum”

Peneliti : “Kalau praktiknya?”

Pelatih : “Dalam praktik terakhir pertemuan saya coba itu udah bisa, udah

paham. Oh suwuk gini, sirep gini, ya gitu mungkin ada anak yang peka, karena

orang tuanya, atau sering mendengarkan. Misal saya menginginkan sirep terus

Page 293: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

277

satu anak ada yang pelan, nanti temen – temennya ikut pelan, kalau di karawitan

harus intens, selalu, ndak boleh pedot, kalau sekarang ini kan anak – anak ada

libur sampai tiga bulan, jadi ndak intens”

Peneliti : “Berarti ada harus kerja kers gitu ya mas?”

Pelatih : “Teratur, tidak harus setiap hari, misal satu seminggu sekali ya

harus”

Peneliti : “Kenapa mas, apa gampang lupa?”

Pelatih : “Kalau karawitan sendiri kan intinya mendengarkan, ketika

sering mendengarkan itu bisa, dan sekarang saya ngasih pr itu saya suruh cari di

internet, ya itu lagu lagu suwe ora jamu, lir ilir ini lagu gugur gunung”

Peneliti : “Kalau biasanya metode Cuma mencontohkan sama ceramah ya

mas”

Pelatih : “Iya”

Peneliti : “Media nya berarti instrumen tadi, papan tulis”

Pelatih : “Iya papan tulis, terus ada tongkat, tongkat itu ya buat ngetukki

itu, stik drum atau tabuh yang ndak kepakai, kalau tanpa itu susah untuk ngetukki

irama dan lain – lainnya,”

Peneliti : “Buku – buku yang digunakan”

Pelatih : “Temabang jawa, ya buku masih notasi balungan, bisa saya ambil

dari internet, dan kumpulan buku yang ada di ISI Surakarta, bisa juga kita cetak

dari sanggar itu sendiri”

Peneliti : “Dalam kegiatan penutup pembelajaran yang dilakukan apa saja”

Pelatih : “Kalau dalam kegiatan penutup biasanya, itu saya model ada

istirahat, sebenarnya tidak apa model satu setengah jam tidak ada istirahat. Tapi

Page 294: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

278

juga lihat mood anak, kalau anak sudah tidak terkondisikan biasanya saya

istirahatkan di tengah. Kalau ndak saya beri waktu di depan, kalau pada makan

dulu, makan limabelas menit, nanti ndak ada istirahat, oh ya mas, nah nanti

penutupannya nanti baisanya, oh saya kasih tugas berupa itu mencari cakepan atau

saya suruh menonton di youtube materi – materinya ada materi baru gugur

gunung, ayo nontono ning you tube, nek ndak minta sama orang tua, mesti orang

tua juga seneng orang positif, contoh cari rekaman gugur gunung, tapi ndak

diwajibkan. Ya itu buat anak aja, yang diwajibkan itu cari cakepan gugur gunung,

jadi setelah itu ada pertanyaan atau tidak, tidak, biasanya nyanyi lagu yang tadi

materi nya, kalau lagu suwe ora jamu, ya suwe ora jamu, terus, setelah itu tidak

ada pertanyaan saya tutup dengan berdoa dulu, berdoa juga gitu, kalau awal yang

membuka saya saya yang menutup, begitu juga anak, kalau yang membuka anak

maka yang menutu anak”

Peneliti : “Kenapa si mas, harus menyanyikan lagu jawa”

Pelatih : “Kalau ada beberapa alasan ya, yang alasan pertama kalau saya

anak lebih mudah menghafalkan. Anak kalau menghafalkan lagu itu mudah, ya

kalau saya lihat, anak SD itu kalau menyanyikan lagu, kalau disebut penyanyi

kayak Via Vallen, saya kan khawatir, bukan saya mengatakan dangdut itu jelek.

Tapi kan kalau saya biasakan anak nyanyi lagu lagu jawa, kalau misal sambil

jalan pulang sama nembang – nembang kan itu lebih bagus, jadi anak dikenalkan

lagu nya juga. Waktu pembelajaran misalkan, saya mengasih materi lancaran

gugur gunung, anak belum tahu, terus saya menyuruh anak nyanyi itu, la nanti

waktu anak nabuh, otomatis sambil nyanyi, kan nanti pada hafal”

Peneliti : “Biar pada tahu juga ya mas”

Page 295: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

279

Pelatih : “Iya, jadi untuk pembelajarannya juga”

Peneliti : “Jadi pembiasaan di kegiatan akhir, nyanyi tembang jawa juga ya,

bisa di awal?”

Pelatih : “Iya, nyanyi, salah satu kalau ndak di awal di akhir, kalau

dilakukan di awal di akhir biasanya lagunya beda”

Peneliti : “Kalau masalah evaluasi mas, apa saja sih yang dilakukan?”

Pelatih : “Evaluasi selama ini belum, mulai januari tahun lalu, statusnya

ndak ekstra tapi sanggar, anak – anak dianjurkan kepala sekolah untuk mengikuti

sabtu sore hari, tapi itu tidak ada kayak sekarang, sekarang kan ada jurnalnya, jadi

untuk evaluasi selama ini belum ada”

Peneliti : “Kalau evaluasi secara tertulis belum ada ya mas, kalau mas

wisnu sendiri, melihat anaknya, di yang bisa dinilai, sudah bisa karena apa?”

Pelatih : “Saya menilai tidak hanya dia dibisanya, tapi disikapnya juga,

biasanya kalau saya melihat sudah bisa, oh cah iki bisa, sebelum bisa saya lihat

prosesnya, dia cara menangkap materi itu bagaimana, contoh diterangke guyon

dewe, oh berarti cah iki karakter e koyo kui, dari penyampaian materi ke

praktiknya bagaiamana, terus waktu proses kalau di sanggar kan, satu instrumen,

misal ada dua pasang demung itu kan satu pasang demung diisi dua orang gantian,

nah waktu proses itu, misal ada si A dan si B, la si A waktu praktik, si B nganggu

si A, ya itu nanti juga saya lihat, nah nanti out nya bisa memainkan, la nanti saya

kasih materi baru lagi, nyantolan apa ndak?”

Peneliti : “Berarti beranjak ke materi baru karena apa?”

Pelatih : “Saya lihat semua, kadang anak kan, aku wes iso, la kan koe sing

wes iso, la liane,”

Page 296: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

280

Peneliti : “Oh semua,”

Pelatih : “Ya semua, jadi dalam satu tim karawitan itu saya katakan bisa

semua. Jika saya ingin tambah materi apabila sudah bisa semua, jadi tidak ada

satu yang tertinggal.”

Peneliti : “Biasanya itu berapa minggu baru bisa mas?”

Pelatih : “Kalau anak – anak sudah tau suwuk, sirep itu satu bulan sudah

bisa ganti materi, mungkin anak – anak itu kelemahannya hanya di perpindahan

nada. Misalnya pindah sana ke sini belum bisa, sulitnya disitu”

Peneliti : “Jadi melihat, kayak gitu juga setiap hari dilihat perkembangan

anak nya”

Pelatih : “Iya, setiap hari”

Peneliti : “Ada ndak pemberian reward ke anaknya yang bagus, atau

pujian”

Pelatih : “Kalau reward sementara ini belum, tapi sudah ada rencana.”

Peneliti : “Kalau misal kata – kata oh kamu main sudah bagus atau

bagaiamana?”

Pelatih : “Oh sementara ini belum berani, kalau ada yang satu terus satu

nya ndak kan minder”

Peneliti : “Kalau punnishment nya sendiri mas, kan kalau ada yang salah,

terus cara masnya bilang”

Pelatih : “Oh salah, semua tetap berajalan waktu itu lagu bunyi saya

menghampiri anak belum bisa terus nadanya, mungkin anak belum bisa karena

ketukannya bingung, makanya sewaktu proses itu selalu saya ketuki dan tudingi,

Page 297: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

281

jadi pas mana mana, nek gag di dalam karawitan itu yang ngajar bengak bengok,

sampai volume keras, bukan berarti marah, memang harus gitu,”

Peneliti : “Jadi ada ciri khas,”

Pelatih : “Ya, sekoah SMA juga digituin saya”

Peneliti : “Kalau menurut mas wisnu sendiri indikator keberhasilannya,

apa”

Pelatih : “Kalau saya sendiri, di dalam karawitannya aja itu ya udah berani

pentas, dan pentas nya berjalan lancar, itu indikator keberhasilan, tapi kan tidak

hanya itu aja. Tapi kan juga melihat perubahan – perubahan karakter siswa, misal

tadi yang dulunya, nakal, bandel, sekarang sudah agak ketata, saya merasa senang,

dan saya senang, ketika lewat ada yang manggil – manggil, kan anak juga

menghargai, saya lebih suka dipanggil mas, ketimbang pak, karen mas lebih dekat

ketimbang pak, jadi saya kalau ngajar karawitan di mana itu lebih suka dipanggil

mas,”

Peneliti : “Hambatan nya sendiri mas?”

Pelatih : “Hambatan pembelajaran, mungkin yang di sanggar tidak

memadai kalau papan tulis, tidak nempel di tembok. Itu untuk media, lalu untuk

anaknya sendiri, mungkin sekolah SD sini kepala sekolah memiliki ekspetasi yang

bagus mengenalkan karawitan ke siswa, jadi malah ndak efektif, jadi impian

kepala sekolah, anak biar tahu biar bisa, tapi kalau di karawitan itu terlalu banyak

orang itu malah jadi penghambat, terus gonta ganti gonta ganti itu malah jadi

penghambat”

Peneliti : “Kalau faktor pendukung nya sendiri mas, mungkin sarpras sudah

memadai?”

Page 298: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

282

Pelatih : “Ya, kalau faktor pendukung, dari gamelan, sudah lebih dari

cukup, walaupun anak ada yang ndobel, kalau dilihat dari instrumen itu lebih dari

standar, alat komplit, tempat sudah ruangan sendiri.”

Peneliti : “Mas wisnu sendiri, mengajarkan anak untuk mencintai budaya

itu bagaiamana? Tadi kan kayak menyanyi lagu jawa, ada lagi mungkin mas”

Pelatih : “Ya kalau saya si mungkin, menyanyi lagu jawa, karawitan, di

dalamnya tadi ada karakter sopan santu terutama, ya karena saya fokusnya ke

situ”

Peneliti : “Lebih ke sikap sopan santunya ya mas”

Pelatih : “Iya sikap, tadi sebelum ada bonang ada tin tingan, sebelum ada

bonang anak masih pada gojek, tapi setelah ada nem ma ma ro, langsung sikap

siap, kadang jika samping nya masih gojek ada tintingan nem ma ma ro, langsung

di bilangin itu udah nem ma ma ra, saya ajarkan ke anak nya itu ajakan, jadi

diibaratkan si A manggil si B, misal sasa di panggil temennya, sasa sasa, la kan

baru keluar, kalau pentas saya juga ngasih, itu berdiri pertama, terus hormat, itu

juga ada kode nada, dulu juga udah pentas dua kali, di wayangan stipari dan di

sanggar sendiri, waktu itu anak masuk ke panggung, terus nanti anak masuk jejer

baris rapi, terus masuk ke instrumen masing – masing, terus yang ngasih kode itu

kempul, jadi kempulny itu dibunyikan nada apa, contoh nada ro itu hormat, terus

nada apa lagi gung, duduk, jadi nada nya tidak siap grak, tapi ada sendiri begitu.”

Peneliti : “Tadi ada pembiasaan pergantian isntrumen, kadang satu

instrumen dimainkan oleh dua anak, mengapa dlakukan”

Pelatih : “Oh ya itu kalau itu, karena anak banyak yang ikut, jadi gamelan

bisa main kalau dua puluh, katakan anak ada dua puluh tujuh jadi anak ada yang

Page 299: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

283

dobel, tapi alhamdullilah tidak ada yang protes, jadi disitu juga tersisip karekter

harus sabar”

Peneliti : “Kalau kemarin sebelum pulang harus diam dulu ya mas, ndak

boleh geger,”

Pelatih : “Iya, kadang kan anak kalau mau salim, mau doa, biasanya kalau

doa saya suruh duduk di tempat masing-masing, dengan alasan mereka sudah saya

tutup sudah mereka salim lalu pulang, tapi biasanya saya ah moh, duduk sik,

duduk di tempat masing –masing, terus kalau dia ngeyel biasanya saya salim ke

dia itu di terakhir, jadi lainnya dulu, nek gak ditengah, jadi disitu saya

mengajarkan ndak usah curang”

Peneliti : “Itu dulu si mas, terimakasih”

Pelatih : “Nggih siap”

Page 300: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

284

Lampiran 16. Transkip Wawancara dengan Peserta Didik

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

WAWANCARA

PENELITIAN

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Pedoman wawancara untuk pesera didik

Nama peserta didik : Lahzaran Bintang Kumala Dewi

Waktu wawancara : Kamis, 8 Maret 2018

Tempat wawancara : SDN Kalisegoro

Butir-butir pertanyaan dalam wawancara

Peneliti : “Dek bintang ikut pembelajaran seni gamelan dari kelas berapa?”

Page 301: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

285

Siswa : “Kelas tiga”

Peneliti : “Dek bintang sekarang kelas berapa?”

Siswa : “Kelas empat”

Peneliti : “Berarti sudah ikut satu tahun ya”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Kalau menurut dek bintang pembelajaran seni gamelan gimana

sih, ndamel? Main apa?”

Siswa : “Main saron, dipukul”

Peneliti : “Kalau belajar ikut yang didikuti mas wisnu ya?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Kalau diajari mas wisnu ada aturan gitu, ndak boleh apa gitu?”

Siswa : “Ndak boleh makan”

Peneliti : “Udah bisa main saron?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Enak main saron?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Kalau ndak boleh nglangkahin gamelan dari mas wisnu, tau

ndak?”

Siswa : “Ndak tau?”

Peneliti : “Ikut gamelan seneng ndak?”

Siswa : “Seneng, bisa main”

Peneliti : “Kalau ekskul pada ribut sendiri ndak kalau belum mulai?”

Siswa : “Ndak”

Page 302: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

286

Peneliti : “Dulu yang ngajarin pertama mas wisnu sendiri atau ada

temennya?”

Siswa : “Sendiri”

Peneliti : “Enak ndak ngajarinnya”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Dek bintang kalau main saron terus ndak boleh gonta ganti

sebelum bisa tau ndak kenapa?”

Siswa : “Ndak tau”

Peneliti : “Biar pinter, kalau gonta ganti kan ndak pinter?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Dulu sebelumnya sudah kenal gamelan apa belum?”

Siswa : “Belum”

Peneliti : “Berarti berkat ekskul ini tau gamelan ya?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Menurut dek bintang main gamelan ndak?”

Siswa : “Suka”

Peneliti : “Dulu sebelum tau suka ndengerin ndak?”

Siswa : “Ndak”

Peneliti : “Pernah diajak main gamelan kemana aja?”

Siswa : “Ke sanggar”

Peneliti : “Biasanya mas wisnu, evaluasi ndak kalau salah salah

dibenerin?”

Siswa : “Lupa”

Peneliti : “Kalau salah mas wisnu ngajarinnya gimana?”

Page 303: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

287

Siswa : “Diajarin langsung”

Peneliti : “Pembelajaran dikasih PR?”

Siswa : “Suruh nulis lagu lirik suwe ora jamu”

Peneliti : “Dek bintang nyari nya dimana?”

Siswa : “Di Google”

Peneliti : “Sebelumnya sudah tau liriknya?”

Siswa : “Udah Lupa”

Peneliti : “Kalau nyari di Google nyari Pr tok apa nyari lain”

Siswa : “Pr tok”

Peneliti : “Kalau di sanggar alat nya sudah lengkap belum?”

Siswa : “Sudah”

Peneliti : “Kalau di sanggar adik – adik pada ngapain aja?”

Siswa : “Main gamelan, udah”

Peneliti : “Bapak ibu tau kalau main gamelan?”

Siswa : “Tau”

Peneliti : “Jadi tambah pinter ndak main gamelan? Kenapa?”

Siswa : “Kan diajari”

Peneliti : “Kalau main gamelan kan harus nunggu, contoh dek sasa main

bonang, dek bintang mau nunggu ndak?”

Siswa : “Mau nunggu”

Peneliti : “Kenapa harus mau nunggu-nunggu buko gitu main?”

Siswa : “Biar bisa”

Peneliti : “Iya biar main kan lagunya. Sebelumnya dek bintang tau kalau

gamelan ciri khas orang jawa?”

Page 304: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

288

Siswa : “Iya sudah tau”

Peneliti : “Kalau main gamelan jadi tambah tau?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Ibuknya dek bintang apa bapak ada yang ikut ke sanggar?”

Siswa : “Ndak”

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

WAWANCARA

PENELITIAN

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Pedoman wawancara untuk pesera didik

Nama peserta didik : Alfrida Akila Delia

Waktu wawancara : Kamis, 8 Maret 2018

Tempat wawancara : SDN Kalisegoro

Butir-butir pertanyaan dalam wawancara

Peneliti : “Namanya siapa?”

Page 305: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

289

Siswa : “Alfrida Akila Delia”

Peneliti : “Kelas berapa?”

Siswa : “Kelas empat”

Peneliti : “Menurut dek Frida belajar gamelan, belajar apa aja?”

Siswa : “Belajar suwe ora jamu, gugur gunung baru itu tok”

Peneliti : “Dek Frida itu main apa?”

Siswa : “Demung”

Peneliti : “Mainnya gimana demung?”

Siswa : “Dipukul”

Peneliti : “Demung itu yang alat nya gimana sih?”

Siswa : “Yang besar kayak saron tapi kecil”

Peneliti : “Kalau biasanya di pembelajaran seni gamelan itu mas wisnu

ngasih aturan aturan ndak?”

Siswa : “Naruh tas harus rapi, naruh sepatu harus rapi”

Peneliti : “Kalau biasanya ikutin aturan atau ada yang nakal?”

Siswa : “Ada yang nakal”

Peneliti : “Kalau nakal diomongin aturannya ndak?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Dek frida mau ikuti aturannya?”

Siswa : “Mau”

Peneliti : “Kenapa?”

Siswa : “Nanti kalau dimarahi”

Peneliti : “Pernah dimarahi?”

Siswa : “Ndak”

Page 306: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

290

Peneliti : “Setelah ikut gamelan seneng ndak? Kenapa?”

Siswa : “Seneng, gara –gara mukul mukul”

Peneliti : “Dulu tau gamelan ndak?”

Siswa : “Belum”

Peneliti : “Sering dengerin gamelan?”

Siswa : “Ndak”

Peneliti : “Setelah ikut gamelan jadi seneng ndengerin gamelan?”

Siswa : “Seneng”

Peneliti : “Kalau main gamelan harus bareng – bareng mau nunggu?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Dek Frida main demung setelah apa?”

Siswa : “Nunggu dari bonang, bonang gendang, gong terus bareng –

bareng semua”

Peneliti : “Awal pertama diajari main demung siapa?”

Siswa : “Mas Wisnu”

Peneliti : “Ngajarin mas wisnu sendiri?”

Siswa : “Sama Bapaknya”

Peneliti : “Kalau sampai bisa berapa lama?”

Siswa : “Nunggu waktu lama”

Peneliti : “Kalau main-main gitu, kalau ada temennya yang salah, ngomong

sama mas wisnu”

Siswa : “Ndak diomongin nanti marah”

Peneliti : “Kalau ada PR dikasih pr apa?”

Siswa : “Nulis lirik lagu suwe ora jamu sama gugur gunung”

Page 307: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

291

Peneliti : “Biasanya nyari dimana”

Siswa : “Ibu, ibu juga ikut”

Peneliti : “Dilihat ndak sama mas wisnu dek frida mainnya sudah mana?”

Siswa : “Ya”

Peneliti : “Kalau salah salah itu?”

Siswa : “Pernah diomongin mas wisnunya”

Peneliti : “Kalau di sanggar selain main gamelan ngapain?”

Siswa : “Main-main, makan makan bareng”

Peneliti : “Menurut dek frida kalau mau pulang ndak boleh berisik, itu

bikin disiplin ndak sih?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Menurut dek frida, main gamelan bikin seneng ndak sih?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Ya, itu dulu ya”

Page 308: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

292

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

WAWANCARA

PENELITIAN

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Pedoman wawancara untuk pesera didik

Nama peserta didik : Dinda Kartika Sari

Waktu wawancara : Minggu, 18 Maret 2018

Tempat wawancara : Sanggar Mardhibudoyo Sidahayu

Butir-butir pertanyaan dalam wawancara

Peneliti : “Namanya siapa dek?”

Siswa : “Dinda Kartika Sari”

Peneliti : “Dek Dinda main apa?”

Siswa : “Saron”

Peneliti : “Dek dinda, kalau main gamelan ngapain aja?”

Page 309: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

293

Siswa : “Belajar gamelan, belajar gugur gunung”

Peneliti : “Mainnya gimana saron?”

Siswa : “Dipukul”

Peneliti : “Kalau mukul ngikutin notasi?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Dek Dinda sudah bisa?”

Siswa : “Lumayan”

Peneliti : “Dulu suka main gamelan?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Sekarang tambah suka?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Biasanya yang bikin susah apa?”

Siswa : “Ndak konsentrasi”

Peneliti : “Seneng ndak main gamelan?”

Siswa : “Seneng”

Peneliti : “Biasanya mas wisnu ngasih pr apa?”

Siswa : “Suruh nulis lirik suwe ora jamu dan gugur gunung, nyari di

google dicariin kakak. ”

Peneliti : “Kalau main mau ndak nunggu temennya, main bareng-bareng?”

Siswa : “Mau”

Peneliti : “Bapak apa ibu juga ikut?”

Siswa : “Iya, bapak ikut kadang ngajarin”

Peneliti : “Hari ini belajar apa?”

Siswa : “Mithet”

Peneliti : “Udah bisa?”

Page 310: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

294

Siswa : “Sudah”

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

WAWANCARA

PENELITIAN

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Pedoman wawancara untuk pesera didik

Nama peserta didik : M Sabar Lintang P

Waktu wawancara : Minggu, 18 Maret 2018

Tempat wawancara : Sanggar Mardhibudoyo Sidahayu

Page 311: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

295

Butir-butir pertanyaan dalam wawancara

Peneliti : “Namanya siapa dek?”

Siswa : “Muhammad Sabar Lintang Panulo”

Peneliti : “Dek Lintang main apa

Siswa : “Gong”

Peneliti : “Dek lintang main gong gimana caranya?”

Siswa : “Di pukul pakai pukulnya”

Peneliti : “Pernah salah ndak?”

Siswa : “Pernah”

Peneliti : “Dimarahin ndak?”

Siswa : “Ndak”

Peneliti : “Seneng ndak main gamelan?”

Siswa : “Seneng seru”

Peneliti : “Yang ngajarin siapa?”

Siswa : “Mas wisnu”

Peneliti : “Kalau main gamelan gamelan harus bareng –bareng ya?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Main nya sampai bisa berapa lama?”

Siswa : “Satu bulan”

Peneliti : “Gamelannya seru kenapa memang?”

Siswa : “Bisa mengenal budaya ”

Peneliti : “Dibilangin ndak kalau salah – salah?”

Siswa : “Iya, Kalau kecepeten, terus ndak pas”

Page 312: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

296

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

WAWANCARA

PENELITIAN

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Pedoman wawancara untuk pesera didik

Nama peserta didik : Novan Saka Agatha

Waktu wawancara : Minggu, 18 Maret 2018

Tempat wawancara : Sanggar Mardhibudoyo Sidahayu

Page 313: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

297

Butir-butir pertanyaan dalam wawancara

Peneliti : “Namanya siapa dek?”

Siswa : “Novan Saka Agatha”

Peneliti : “Dek Novan main apa?”

Siswa : “Kempul”

Peneliti : “Dek novan main kempul gimana caranya?”

Siswa : “Di pukul”

Peneliti : “Mas wisnu ngasih aturan ndak? Apa?

Siswa : “Naruh tas harus rapi ndak boleh makan kalau lagi main”

Peneliti : “Pernah salah ndak?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Kalau salah diomongin ndak?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Seneng ndak main gamelan?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Kenapa?”

Siswa : “Seru”

Peneliti : “Serunya kenapa?”

Siswa : “Bisa mengenal budaya gamelan”

Peneliti : “Kalau main –main itu harus bareng –bareng nunggu temannya?”

Siswa : “Iya”

Peneliti : “Boleh duluan ndak?”

Siswa : “Ndak boleh”

Page 314: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

298

Lampiran 17. Instrumen verifikasi data penelitian

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

WAWANCARA

PENELITIAN

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Page 315: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

299

Pedoman wawancara untuk verifikasi data penelitian

Nama Pelatih : Wahyu Hastanto

Waktu wawancara : Minggu, 18 Maret 2018

Tempat wawancara : Sanggar Mardhibudoyo Sidahayu

Butir Pertanyaan

1. Bagaimana pendapat pelatih mengenai cara menjelaskan tujuan awal, contoh

mencari cakepan, suwuk itu apa, mendorong siswa untuk memiliki karakter

rasa ingin tahu? Setuju atau tidak? Mengapa? Kemudian pelatih tidak akan

mengganti materi jika siswa belum dinyatakan bisa, hal ini mendorong

karakter kerja keras dan disiplin? ? Setuju atau tidak? Mengapa?

2. Bagaimana pendapat pelatih mengenai pembiasan seperti menata sepatu tas

untuk membentuk karakter siswa peduli lingkungan, disiplin. Kemudian tidak

boleh melewati atau melompati yaitu untuk melatih sopan santun? Setuju atau

tidak? Mengapa?

3. Bagaimana pendapat pelatih mengenai terdapat nilai muatan Religius dengan

adanya doa diawal dan diakhir? Setuju atau tidak? Mengapa?

4. Bagaimana pendapat pelatih mengenai nilai karakter Kreatif dilihat dari

siswa yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa menciptakan sebuah

permaianan alat musik. Sebagai contoh waktu itu menghasilkan pertunjukan

lagu suwe ora jamu yang mereka lakukan berkat kerja keras. Adapun karya

terkadang ditampilkan pada acara –acara tertentu. Daya kreatif anak juga

terlihat ketika pelatih belum datang kemudian mereka mencoba memainkan

Page 316: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

300

alat musik dengan lagu-lagu yang tidak mereka pelajari sebelumnya dengan

pelatih, waktu itu lagu –lagu yang sering mereka dengarkan di masjid seperti

sholawatan-sholawatan, adapun lagu-lagu dangdut yang sedang trending

waktu itu? Setuju atau tidak? Mengapa?

5. Bagaimana pendapat pelatih mengenai nilai karakter Mandiri anak dilihat dari

ketika anak berjalan bersama-sama tanpa didampingi dari ke sekolah menuju

ke sanggar, mereka membuka sanggar sendiri, kemudian belajar mandiri

terlebih dahulu sebelum pelatih datang? Setuju atau tidak? Mengapa?

6. Bagaimana pendapat pelatih mengenai pada pembelajaran tiap anak memiliki

tanggung jawab masing-masing pada instrumen yang mereka gunakan hal ini

tentu membuat mereka harus mandiri dan tidak bergantung pada kawannya,

karena kawannya juga memiliki tanggung jawab masing-masing. Terdapat

nilai tangung jawab dan mandiri? Setuju aatu tidak? Mengapa?

7. Bagaimana pendapat pelatih mengenai cara memanajemen anak dengan cara

dilakukan dengan cara ditekankan dari awal bahwa pembelajaran ini nantinya

untuk dipentaskan. Penekanann juga mengajarkan anak disiplin dan kerja

keras dalam pembelajaran? Setuju atau tidak? Mengapa?

8. Bagaimana pendapat pelatih mengenai pembelajaran jika ada salah satu

melakukan kesalahan maka teman yang lain juga memberi tahu kepada

pelatih, sehingga bisa diperbaiki saat itu juga, hal ini bermuatan nilai karakter

komunikatif di dalamnya? Setuju atau tidak? Mengapa demikian?

9. Bagaimana pendapat pelatih mengenai cara mengajari lagu kepada anak

dengan cara, diajari bahwa pertama ada buko kemudian gending berjalan atau

gerong vocal kemudian kendang, jika ada suwuk berhenti. Pada hal itu

Page 317: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

301

terdapat muatan karakter toleransi dan gotong royong, siswa diajarkan untuk

merasakan satu sama lain, kemudian saling menunggu ketika buko sudah

berbunyi, kemudian gending baru boleh berjalan, serta dilanjutkan gerong,

dan kendang. Pada tahap ini gerong belum dioptimalkan sehingga baru

permainan instrumen saja, sedang kendang masih dipegang oleh pelatih

karena, siswa yang bermain kendang belum intens dalam berangkatnya?

Setuju atau tidak? Mengapa? Kemudian mengajarkan toleransi karena

paduan seimbang dengan dengan bunyi kenong saron kendang dan gambang

serta suara gong pada setiap penutup irama? Setuju atau tidak? Mengapa?

10. Bagaimana pendapat pelatih mengenai metode yang dilakukan kepada anak

untuk bermain instrumen adalah pertama anak dibuat untuk senang dulu pada

gamelan, jadi jika sudah senang maka materi yang diajarkan mudah untuk

ditangkap, cara yang dilakuakan pelatih agar mereka suka dengan gamelan

adalah dengan lebih mendekatkan diri kepada anak-anak sehingga paham

mengenai kondisi dan keinginan anak. Hal ini juga ada muatan karakter cinta

tanah air, yang lebih dikhususnkan dengan budaya jawa, yaitu seni gamelan?

Setuju atau tidak? Mengapa?

11. Bagaimana pendapat pelatih mengenai karakter disiplin dimaksudkan bahwa

anak harus sesuai aturan ketukan, jika ada gangsaran mo maka anak harus

mengikutinya? Setuju atau tidak? Mengapa? kemdian kerja keras yang

dimaksudkan bahwa anak harus bersungguh-sungguh dalam belajar ketukan

sehingga bisa naik level mulai dari gangsaran, kemudian lancaran, ketawang,

dan ladrah? Setuju atau tidak? Mengapa? Kemudian kreatif yang

dimaksudkan adalah anak mampu menciptakan daya cipta instrumen gamelan

Page 318: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

302

gangsaran, kemudian berganti menjadi lancaran? Setuju atau tidak?

Mengapa?

12. Bagaimana pendapat pelatih mengenai karakter gotong royong bahwa harus

ada semangat kebersamaan untuk menciptakan permainan setelah ada ajak-

ajak tentu gending lainnya juga harus bermain agar tercipta sebuah

musikalilisasi instrumen gamelan, dengan volume yang seimbang. kemudian

Gamelan jawa membentuk jiwa kepribadian, mengajarkan nilai kebersamaan

karena dalam permainnya harus dilakukan bersama-sama dengan kegiatan

kelompok, hal ini menunjukan adanya karakter gotong royong? Setuju atau

tidak? Mengapa? Kemudian adanya kerjasama contoh bonang penerus

ditabuh kemudian mengikuti irama dan bonang barung. Kendang sebagai

driver atau pamurba irama sebagai yang mengendalikan kemudian ditampani

oleh bonang sebagai buko. Hal semacam ini juga menjelaskan adanya

karakter gotong royong? Setuju atau tidak? Mengapa?

13. Bagaimana pendapat pelatih mengenai karakter komunikatif yang terlihat

dengan adanya ajak-ajak maka anak-anak diajari bagaimana cara membangun

komunikasi audio itu sendiri, sehingga alur dari permainan jelas? Setuju atau

tidak? Mengapa?

14. Bagaimana pendapat pelatih mengenai untuk karakter tanggung jawab

terdapat pada para pemain itu sendiri, jika mulai buko maka yang bertugas

harus siap-siap, dan juga pada ajak-ajak, kemudian pemegang instrumen

lainnnya juga harus siap untuk menabuh. Jadi ada makna keterhubungan

disana? Setuju atau tidak? Mengapa?

Page 319: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

303

15. Bagaimana pendapat pelatih mengenai pengajaran pada instrumen Instrumen

yang digunakan 2 pasang demung, 4 pasang saron, 1 pasang saron

penerus/peking, 1 pasang kethuk, 1 set kenong. Bonang barung yang

dimainkan oleh siswa beranama Sasa sebagai buko, paling depan, lebih

selaras, stabil dalam emosinya. Bonang penerus sebagai penghias dan

menguatkan mental. Kenong dan kethuk kempyang sebagai pengatur tempo

bertugas memotong permainan. Gong ageng sebagai mengawali dan

mengakhiri, jika ada suwuk berhenti. Demung sebagai yang kuat dan saron

memberi warna. Peking sebagai pengisi kekosongan. Pada pembelajaran

instrumen ini mengajarkan karakter tanggung jawab, bahwasannya tiap anak

memiliki perannya masing-masing pada permainan yang harus dikerjakan

agar permain bisa berlangsung. Contoh gong berperan menutup sebuah irama

musik, kenong berfungsi sebagai membagi periode permainan yang panjang

menjadi sedang, kethuk sebagai pengatur irama lagu? Setuju atau tidak?

Mengapa?

16. Bagaimana pendapat pelatih mengenai pembiasaan untuk tidak melangkahi

gamelan agar sopan santun. Hal ini juga mengajarkan karakter peduli

lingkungan, atau peduli sosial? Setuju atau tidak? Mengapa?

17. Bagaimana pendapat pelatih mengenai terdapat nilai karakter jujur yaitu ada

pembelajaran dimana saat memainkan instrumen pelatih menanyakan ada

yang berubah memainkan atau tidak, jika ada yang berubah maka mereka

mengaku dan meminta maaf, kemudian jika disuruh bergantian mereka

bergantian, mengikuti aturan yang berlaku dan tidak berlaku curang seperti

Page 320: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

304

bermain dua kali. Kemudian posisi menabuh miring mereka melakukan

dengan baik dan sesuai aturan yang ada? Setuju atau tidak? Mengapa?

18. Bagaimana pendapat pelatih mengenai terdapat nilai karakter toleransi dilihat

pada pembelajaran dalam bermain isntrumen mereka saling bergantian

memainkan, hal itu harus dengan toleransi. Kemudian jika sudah belajar

mengenai salah satu alat musik maka tidak akan memegang alat musik lain,

dan tidak mengganggu kawan lainnya. Kemudian tiap anak harus menunggu

nabuh agar menciptakan harmoni musik yang apik, sebagai contoh Pelatih

memberi tahu kepada Fikri seorang pemukul gong, jika suwuk jangan

langsung di gong, suwuk adalah tanda pelan mau berhenti. Dengan suara

kendang “tak-tak-tung-tak-tung” sedangkan Sasa pemain bonang bermain

terlebih dahulu kemudian baru diiringi isntrumen lainnya, sesuai dengan

porsinya masing-masing? Setuju atau tidak? Mengapa?

19. Bagaimana pendapat pelatih mengenai terdapat nilai karakter disiplin hal ini

terlihat betapa anak tampak disiplin seperti menjejerkan sepatu secara rapi,

kemudian meminta memulai pembelajaran ketika sudah waktunya, mentaati

segala aturan yang telah diberikan pelatih. Kemudian pelatih sendiri

menanamkannya dengan cara pembiasaan-pembiasaan seperti ketika ingin

memulai pembelajaran penabuh harus diletakan di tengah dulu, perbaiki

posisi tubuh kemudian baru dilaksanakan permaianan. Pembiasaan seperti

tidak melewati gamelan, dan di ikuti seluruh peserta didik. Kemudian pada

saat pulang, pelatih tidak mengijinkan pulang jika ada yang masih ramai

maka tidak pulang. Kedisiplinan juga dicanangkan pada buku catatan tiap

anak harus memilki buku catatan dengan isi atau konten yang sama. Tidak

Page 321: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

305

ada yang kurang, jika ada yang kurang maka harus dilengkapi, kemudian

pemberian tugas rumah dan diberikan deadline pengumpulan mampu

menanmkan sikap disiplin kepada anak. Kemudian penegasan jika telah

memegang satu instrumen maka tidak boleh memegang instrumen lain dulu

agar pintar adalah wujud dari kedisiplinan? Setuju atau tidak? Mengapa?

20. Bagaimana pendapat pelatih mengenai terdapat nilai karakter kerja keras

seperti saat pelatih memberi tahu kepada salah satu peserta yaitu Sasa pemain

bonang ditambahi dengan notasi 1 3 1 3 yaitu 1 gatra adalah empat ketukan

jadi 4 kali 1 3 yaitu nggembyar imbal hal itu dilakukan ketika dari sirep ke

suwuk. Kemudian pelatih menageskan bahwa “kamu pasti bisa” belajar hal

ini tentu membuat anak-anak bersemangat belajar untuk bisa tentu dengan

kerja keras lebih. Untuk memahami sebuah lagu anak-anak juga harus kerja

keras mengahafal notasi, kemudian mempelajari bagaimana sebuah instrumen

itu bisa berbunyi sesuai dengan marwahnya? Setuju atau tidak? Mengapa?

21. Bagaimana pendapat pelatih mengenai terdapat nilai karakter rasa ingin hal

ini ditananmkan pelatih dengan cara memberikan pengetahuan –pengatahuan

baru, pada hari itu tentang suwuk, sirep, dan gerong. Kemudian pelatih juga

memberikan penguatan dengan menanyakan pengetahuan anak-anak tentang

hal itu, sampai pada titik anak-anak menanyakan apa hal yang ditanyakan

oleh pelatih. Selain itu pemberian tugas rumah tentang hal baru juga membuat

mereka harus memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang hal itu, sehingga

mereka memahami apa yang sedang mereka cari? Setuju atau tidak?

Mengapa?

Page 322: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

306

22. Bagaimana pendapat pelatih mengenai terdapat nilai karakter cinta tanah air

diwujudkan dengan cinta tanah kelahiran jawa dengan mempelajari budaya

nya, khsusnya gamelan jawa, dan lagu-lagunya? Setuju atau tidak? Mengapa?

23. Bagaimana pendapat pelatih mengenai terdapat nilai karakter

bersahabat/komunikatif hal ini bisa dilihat ketika peneliti pertama kesana

langsung disambut baik anak-anak. Pada pembelajaran pun pelatih

memberikan pengetahuan dengan cara bersahabat dan komunikatif agar anak-

anak paham. Kemudian tiap tiap anak saling mengenal dan berbincang serta

bercengkrama, tertawa bersama terkadang mengadu jika ada yang melakukan

kesahalan dalam menabuh, atau berisik, ataupun ada yang melakukan

pelanggaran. Kemudian jika membawa makanan mereka juga menawarkan ke

yang lain? Setuju atau tidak? Mengapa?

24. Bagaimana pendapat pelatih mengenai terdapat nilai karakter gemar membaca

hal ini dilakukan dengan cara mengadakan buku catatan kepada anak,

kemudian memberikan penugasan kepada mereka, tak hanya itu saat akan

awal pembelajaran tak jarang pelatih menyuruh anak membaca hal yang

sudah dipelajari, seperti notasi, kemudian pengertian-pengertian instrumen?

Setuju atau tidak? Mengapa?

25. Bagaimana pendapat pelatih mengenai terdapat nilai karakter peduli

lingkungan dimana siswa diajarkan tidak membuang sampah sembarang. Dan

jika ada sesuatu yang tidak sesuai maka disesuikan.

26. Bagaimana pendapat pelatih mengenai nilai karakter peduli sosial hal ini

diperlihatkan ketika ada temannya yang tidak bisa menabuh maka diajari

Page 323: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

307

bersama, tidak hanya siswa juga diajarkan berbagi, seperti berbagi bermain

instrumen ataupun makanan? Setuju atau tidak? Mengapa?

27. Bagaimana pendapat pelatih mengenai nilai karakter mencintai tanah air, dan

religius. Mencintai tanah air dengan mencintai budaya nya sendiri yaitu

budaya jawa dengan tembang jawa yang dinyanyikan. Kemudian adanya nilai

karakter religius pada doa yang dipanjatkan kepada Tuhan sebagai wujud

syukur karena latihan telah selesai? Setuju atau tidak? Mengapa?

28. Bagaimana pendapat pelatih mengenai volume suara keras yang dilakukan

pelatih saat pembelajaran agar semua bisa menderngar dan memperhatikan,

Pada hal ini juga terdapat nilai karakter komunikatif yang diberikan pelatih

kepada siswa, bahwa pelatih harus mengerti siswa, dan siswa harus

memahami apa yang disampaikan pelatih? Setuju atau tidak? Mengapa?

Lampiran 18. Transkip Wawancara Instrumen verifikasi data penelitian

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

Page 324: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

308

WAWANCARA

PENELITIAN

“Muatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni

Gamelan melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri

Kalisegoro”

Pedoman wawancara untuk pelatih

Nama Pelatih : Wahyu Hastanto

Waktu wawancara : 17:30/ Minggu, 18 Maret 2018

Tempat wawancara : Sanggar Mardi Budoyo Sidahayu

Transkip Wawancara

Peneliti : “Menurut bapak sendiri apa saja sih yang bisa diajarkan untuk

anak – anak khususnya dalam pendidikan karakter?”

Pelatih : “Kalau berhubungan dengan karakter sebetulnya satu bahwa

gamelan nabuh itu harus kompak, berbeda dengan musik diaktonis, dalam artian

ketika nabuh saja harus kompak otomatis melatih anak-anak untuk bertanggung

jawab sudah benar apa belum, bertanggung jawab pada instrumen masing-masing,

saya nabuh harus sama dengan teman-temannya. Kemudian dari tata krama,

sebetulnya bahwa nabuh gamelan tidak saksake bahkan orang yang sudah

profesional dengan melihat tabuhannya saja sudah bisa melihat apakah orang itu

karakternya kasar karakternya halus, sudah tau. Kemudian yang kedua saya kasih

tau kepada anak bahwa gamelan itu peninggalan leluhur/nenek moyang otomatis

duduk saja tidak boleh saksake jadi untuk menghormati kalau duduk harus sira

Page 325: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

309

atau simpuh. Terus kemudain kerapian juga harus diperhatikan posisi awal tabuh

harus ditaruh dengan rapi, ketika awal mau mulai harus mengambil tabuh sendiri-

sendiriterus ketiak selesai mengembalikan ke tempat nya masing-masing.

Kemudian berikutnya untuk karakter tidak hanya pada suaranya saja tetapi juga

berada di lirik –lirik yang ada di tembang-tembang. Biasanya orang yang

membuat lirik tembang pun berhubungan dengan kehidupan sehari-hari,

contohnya yang mau dilombakan ini wajibnya adalah gugur gunung mengajarkan

arti gotong royong ayo ayo kanca, ngayahi karnaying praja, kene kene kene,

gugur gunung tandang gawe. Ayo konco konco ngayahi pekerjaan itu desa.

Dasar-dasar nya itu jadi sebetulnya orang yang sudah kenal gamelan, orang

contoh main rebab, orang yang kasar maka suaranya juga kasar, orang yang halus

maka suaranya halus. Mungkin sementara itu, adalagi?”

Peneliti : “Ini si pak, kalau disini yang dianjarkan adik – adiknya ada

bonang, bonang penerus, demung, saron, peking atau saron penerus slenthem

kempul gong kethuk sama kenong”

Pelatih : “Iya itu semua, saron agak kecil, peking atau saron penerus yang

kecil banget, yang diajarkan cuma itu nanti ada tambahan vocal, gerong”

Peneliti : “Yang membedakan kalau awal harus ada sasa dulu bonang,

kemudian baru kendang, kemudian kempul pak?”

Pelatih : “Bareng semua, itu di beberapa gending sebetulnya nanti yang

mengawali ada kendang, ada juga saron, tergantung gending nya apa”

Peneliti : “Yang membedakan apa pak?”

Pelatih : “Yang biasa membukani biasanya bonang, bisa lain grup ada

rebab, ada kendang, misalkan clepek itu harus kendang, misalkan sampak itu

Page 326: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

310

harus kendang, dalam artian tergantung gendhing, tadi lancaran banyak banget,

tapi kebanyakan yang membukani bonang, nanti ada yang lain”

Peneliti : “Berarti ini adik – adiknya sudah sampai lancaran pak nggih?

Kan kemarin kata mas wisnu ada gangsaran, kemudian lancaran”

Pelatih : “Dalam artian gangsaran dan lancaran itu sama, struktur

musiknya sama, tetapi kalau gangsaran lebih mudah kenapa karena cuma satu

nada, tetapi dalam perkembangan gangsaran itu juga bisa dioalah, tergantung

kreativitas penggarapnya, intinya dasarnya garapan, ini. Tapi secara strukturnya

sama.”

Peneliti : “Ini si pak, kayak mau mengverifikasi data yang kemarin,

barangkali ada yang salah – salah semacam itu, kalau bapak sendiri ngasih

penugasan mencari cakepan – cakepan gitu ndak?”

Pelatih : “Kalau saya sendiri ndak sih, karena sudah ada lagu wajib,

kecuali kalau memang untuk lombanya itu kreativitas cipta lagu, jadi lagu yang

sudah ada dikembangkan diolah sedemian rupa, dengan truktur musikal jawa ”

Peneliti : “Kalau bapak sendiri khusus yang dipentaskan kannya pak

nggih? Ada perbedaan ndak sih, kalau kata mas wisnu ada komunikasi audio?”

Pelatih : “Sama, strukturnya sama, ada musik ada interlude”

Peneliti : “Kalau karakter kerja keras pak untuk adik-adiknya, kayak tidak

boleh berganti lagu dulu sebelum bisa, kalau mas wisnu sendiri tidak boleh

berganti lagu dulu sebelum bisa itu mengajarakan kerja keras, kalau bapak

bagaimana?”

Pelatih : “Kalau saya itu lebih ke teknik, karena berkali – kali saya katakan

ketika memberi tahu kepada anak –anak mithet sebuah teknik, ketika teknik sudah

Page 327: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

311

terpegang, mau dikasih model apapun, misalnya struktur nya lancaran, mau

dikasih model apapun itu mudah. Karena yang paling sulit teknik. Kalau misal

lancaran gugur gunung sudah lancar, kalau teknik nya sudah benar, tinggal

dikasih notasi aja”

Peneliti : “Jadi, kerja keras yang diajarkan ke adik – adiknya itu teknik nya

tadi ya pak mithet”

Pelatih : “Iya”

Peneliti : “Kalau kreativitas pak, yang diajarkan, tadi kan gangsaran bisa

diolah lagi, kreativitasnya ”

Pelatih : “Kalau lomba nanti ada, ini kan baru dua kali pertemuan jadi baru

masih dasar – dasar nanti kreativitas nya ada, misal nanti di buat garap ada suara

satu – suara dua , nanti kan sudah lain”

Peneliti : “Jadi masalah tanggung jawab benar pak ya, tiap anak memilki

tanggung jawab masing –masing di tiap instrumennya”

Pelatih : “Iya, karena tanggung jawab saya harus kompak dengan

temannya, karena jika sedikit saja akan memperngarui kawanya, dari nada apalagi

dari tempo.”

Peneliti : “Kalau salah – salah cara memberitahukan kepada anaknya itu

bagaiamana?”

Pelatih : “Ya, tergantung dari suasana dulu, anak kadangkala sudah capek

apa gimana, pada saat serius kita serius, pada saat gojek kita gojek, kadang anak

kalau salah mau diingatkan kadang kala ketika pada waktunya saya tunjuk

langsung, kamu salah masih ada yang gini, anak – anak beberapa terasa kalau

salah”

Page 328: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

312

Peneliti : “Kalau bapak setuju ndak, kalau mengajari anak –anak menyanyi

jawa ini loh budaya kamu, maka kedepannya anak – anak bisa menjadi estafet

seni juga pak nggih”

Pelatih : “Itu dari latar belakang yang harus saya sebutkan sebelum anak-

anak lebih mengenal kedalam. Pasti awal testimoni kepada anak, dalam artian

misalnya bahwa mungkin tau ndak tau anak itu saya beri tahu di belanda sekarang

tahun 2011 apa 2012 itu dihitung sudah ada 152 gamelan, belanda itu, yang paling

banyak jawa nya adalah suriname. Kemarin aja pembicara kongres basa jawa

tahun berapa itu 2015 apa 2016 dari suriname. Dari awal sampai akhir tanpa putus

menggunakan bahasa jawa tanpa muncul satu kata inggris pun, pembicara di jawa.

Saya suruh berpikir gini anak - anak, kemudian kenapa kok reog ponorogo itu di

klaim, dulu ada kabar begitu?, itu bukan salah malaysia. Anda protes tidak anak-

anak? mereka bilang protes pak! La kenapa kok protes? La itu kan milik saya? La

kalau milik kalian bisa menggunakan ndak? Ndak bisa pak? Loh kok milik? Nah..

sama seperti gamelan, nanti kalau anak-anak kecil, dewasa, remaja tidak bisa?

Nanti yang mau menggunakan siapa? Ini orang – orang luar saja sudah belajar,

kalau digunakan orang luar? nanti kalau ditanya, oh kamu punya gamelan ya kok

tidak bisa memakai, berarti kamu bohong. Awal kali latar belakang diajarkan

seperti itu.

Peneliti : “Berarti itu pada pertemuan pertama?”

Pelatih : “Kemarin saya temui pertama kayak gitu”

Peneliti : “Bapak tadi bilang, kalau belajar sama pak wahyu harus disiplin

gitu, bagaimana sih cara mengajarkan anak untuk disiplin, tadi kan si lintang rame

sendiri?”

Page 329: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

313

Pelatih : “Dalam artian yang pertama kita mengajarkan disiplin pertama,

saya pribadi harus dekat dengan anak. Selintas mbaknya tau saya ngajak gojek,

nanti lama-kelamaan kita ajak, ini beberapa yang baru pertama ketemua saya, saya

sudah datang dari tadi, anak-anak masih ada yang telat kita ajarkan pelan-pelan.

Dalam artian ketika kita langsung tegur kamu gini-gini nanti anak akan menjauh

takut pasti pertama, kita ajak ajak gojek dulu, kita dekati dulu, memang ada

responnya gini, kita ada teguran tingkatannya keatas, ketika sudah dekat lagi ada

teguran tingkat nya keatas lagi, ketika kita ngajar kadang down kadang keatas, ya

memang nanti jika sudah mendekati lomba harus disiplin sekali”

Peneliti : “Oh ya bapak mengenai karakter gotong royong bapak, kan disini

harus bisa bermain bersama – sama menurut bapak semacam apa? Mengenai

toleransinya juga?”

Pelatih : “Kalau sebetulnya berhubungan dengan rasa, saya harus bersama

sama, karena banyak diutarakan jowo nggone roso. Contoh misal anak bermain

gamelan satu tidak bertanggung jawab, salah sudah terlepas dari tanggung jawab,

“saya sebenarnya mau nabuh satu tapi ternyata dua” kemudian yang kedua

berhubungan dengan nada mengganggu irama tidak teratur itu akan mengganggu

irama lain, itu satu persatu akan bubrah, yang lain sehingga satu kesatuan ini akan

mandek apa gimana. Pada dasarnya berhubungan dengan rasa. Terkadang yang

sudah terbiasa, teman – teman saya yang profesional jika ada gong tidak ditabuh

marah, karena apa di sini sudah masuk rasanya dipukuli orang. Wong kita mau

bareng – bareng kok ndak konsentrasi semua, ndak mau bareng-bareng istilahnya

gitu”

Page 330: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

314

Peneliti : “Kalau saya lihat kan diawal itu, ajak ajak itu dari sasa tadi baru

teman-temannya mulai gending itu ada karakter komunikatif, bagaimana menurut

bapak?”

Pelatih : “Iya komunikatif, misal komunikasi, “ayo masuk lagu”. Itu kan

interlude sebetulnya, Bermacam-macam. Ketika gending yang lama dari rebab,

mungkin kendang, kendang kan supir, dari bonang, dalam artian nanti ada

komunikasi”

Peneliti : “Kalau bapak mengajarkan anak – anak tidak boleh melangkahi

gamelan itu pak? Ya itu kenapa pak?”

Pelatih : “Iya itu rasa penghormatan, bahwa ini hasil karya dari nenek

moyang. Kita nabuh tidak boleh sak-sake. Misalnya mau melangkahi bonang

melewati kayu nya tidak apa-apa tapi perunggu nya diangkat baru melangkah,

dalam artian yang menimbulkan bunyi kan gamelannya itu. Kadang kala lewat

sampingnya yang kayu tak apa, tur tidak hanya melangkah saja, adatnya orang

jawa, jika melewati orang yang lebih tua, penghormatan kita lewat dengan amit,

nyuwun sewu. dengan posisi mendungkluk, amit. Semuanya dalam artian tidak

hanya saya nabuh saja, saya menghormati orang yang membuat dan menciptakan

lagu, atau yang berhubungan ini yang sudah tiada”

Peneliti : “Kalau masalah karakter jujurnya, kalau yang diterapkan ke adik

– adik nya kalau salah yaudah mengaku, atau kalau adik salah yaudah diem tok?”

Pelatih : “Kadang kala ketika musik berjalan, untuk menyesuaikan

temannya. Dalam artian ketika mereka tau salah langsung diperbaiki. Jarang

sekali, saya tanya siapa yang salah, dalam artian, tadi ada yang salah seperti ini

Page 331: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

315

seperti ini. Besok harus ada perkembangan harus dilatih dirumah. Di rumah kan

ndak ada gamelan oh ada meja untuk melatih ketrampilan mithet.”

Peneliti : “Nggih itu saja pak terimakasih. Ngapunten pak nama panjang

bapak?”

Pelatih : “Nggih, Wahyu Hastanto”

Peneliti : “Guru nopo pripun pak?”

Pelatih : “Saya itu guru bahasa jawa di SMP N 30 Semarang”

Peneliti : “Berarti di datangkan pak kepala sekolah untuk mengajarkan

ketika ada lomba – lomba”

Pelatih : “He em”

Peneliti : “Nggih itu dulu pak terimakasih”

Pelatih : “Nggih”

Page 332: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

316

NO Indikator

Instrumen

Analisis

Wawancara Observasi Dokumentasi

1. Nilai – nilai

pendidikan

karakter yang

terkandung dalam

pembelajaran seni

gamelan melalui

kegiatan

ekstrakurikuler

P.WAW -

Mengenai gambaran

pembelajaran seni gamelan

(proses pembelajaran,

penggunaan instrumen,

materi yang diberikan,

aturan dalam bermain,

kebiasan – kebiasan yang

dijarkan) dan nilai – nilai

pendidikan karakter yang

muncul dalam

pembelajaran. Kemudian

hasil wawancara

menunjukan terdapat lima

belas muatan nilai – nilai

pendidikan karakter dalam

pembelaran seni gamelan.

P.WS –

Mengkonfirmasi kembali

hasil dari pelatih Wisnu

Aji Wicaksono mengenai

OBS/CL.No.1-

Melihat dan mengamati

kegiatan pembelajaran

seni gamelan, hasil

dijewantahkan dalam

catatan lapangan.

Tulisan berupa bukti –

bukti yang peneliti

temukan mengenai

proses belajar dan lima

belas nilai pendidikan

karakter yang termuat

dalam pembelajaran

seni gamelan pada

bagian refleksi.

OBS/CL.No.2

Melakuakan

perpanjangan

pengamatan dengan

melihat dan mengamati

kegiatan pembelajaran

seni gamelan, hasil

dijewantahkan dalam

Dokumentasi

berupa video

pembelajaran

dan foto

kegiatan.

Sebagai bukti

untuk

menguatkan

temuan –

temuan

mengenai nilai

pendidikan

karakter dalam

pembelajaran

seni gamelan.

Hasil dari

wawancara,

observasi, dan

dokumentasi

dianalisis triangulasi

sumber dan teknik.

Sumber yaitu data

yang dihasilkan dari

beberapa narasumber

yang berbeda yaitu

pelatih Wisnu Aji

Wicaksono dan

Wahyu Hastanto serta

peserta didik. Hasil

menjadi satu kesatuan

yaitu pembelajaran

seni gamelan

bermuatan limabelas

nilai pendidikan

karakter yang

terdapat di program

pemerintah

Penguatan

Pendidikan Karakter

Lampiran 19. Analisis Triangulasi dengan Metode (Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi)

Page 333: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

317

muatan nilai – nilai

pendidikan karakter dalam

pembelajaran seni

gamelan. Kemudian

wawancara mendalam

mengenai (proses

pembelajaran, penggunaan

instrumen, materi yang

diberikan, aturan dalam

bermain, kebiasan –

kebiasan yang dijarkan)

serta nilai – nilai

pendidikan karakter yang

muncul dalam

pembelajaran seni gamelan

menurut pelatih Wahyu

Hastanto, keduanya

kemudian digabungkan

menjadi satu kesatuan hasil

penelitian.

PS.LBKD-

Wawancara menghasilkan

kesan dan perasaan yang

catatan lapangan.

Tulisan berupa bukti –

bukti yang peneliti

temukan mengenai

proses belajar dan lima

belas nilai pendidikan

karakter yang termuat

dalam pembelajaran

seni gamelan pada

bagian refleksi. Hasil

menambahkan dari

hasil sebelumnya,

kemudian digabungkan.

(PPK). Kemudian

triangulasi teknik

terlihat dengan

menggunakan teknik

wawancara, observasi

dan dokumentasi.

Menghasilakan pada

teknik wawancara

telah menghasilkan

bahwasannya

terdapat lima belas

nilai pendidikan

karakter atas dasar

hasil wawancara dari

narasumber pelatih

dan peserta didik.

Kemudian dikuatkan

dengan temuan

peneliti yang telah

dijewantahkan dalam

catatan lapangan,

kemudian adanya

pula video dan foto

pembelajaran sebagai

alasan atau bukti lain

yang menguatkan

adanya lima belas

nilai pendidikan

Page 334: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

318

dialami, serta pengetahuan

yang muncul dalam

pembelajaran seni

gamelan. Menghasilkan

bahwa pada muatan nilai

pembelajaran tertentu

peserta didik dapat

merasakan nya secara

langsung.

PS.AAD-

Wawancara menghasilkan

kesan dan perasaan yang

dialami, serta pengetahuan

yang muncul dalam

pembelajaran seni

gamelan. Menghasilkan

bahwa pada muatan nilai

pembelajaran tertentu

peserta didik dapat

merasakan nya secara

langsung.

PS.DKS-

karaker yang terdapat

di PPK dalam

pembelajaran seni

gamelan.

Page 335: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

319

Wawancara menghasilkan

kesan dan perasaan yang

dialami, serta pengetahuan

yang muncul dalam

pembelajaran seni

gamelan. Menghasilkan

bahwa pada muatan nilai

pembelajaran tertentu

peserta didik dapat

merasakan nya secara

langsung.

PS.MSLP-

Wawancara menghasilkan

kesan dan perasaan yang

dialami, serta pengetahuan

yang muncul dalam

pembelajaran seni

gamelan. Menghasilkan

bahwa pada muatan nilai

pembelajaran tertentu

peserta didik dapat

merasakan nya secara

langsung.

Page 336: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

320

PS.NSA-

Wawancara menghasilkan

kesan dan perasaan yang

dialami, serta pengetahuan

yang muncul dalam

pembelajaran seni

gamelan. Menghasilkan

bahwa pada muatan nilai

pembelajaran tertentu

peserta didik dapat

merasakan nya secara

langsung.

K.ST

Wawancara sebagai data

pendukung, pemahaman

pihak sekolah mengenai

nilai pendidikan karakter

dalam pembelajaran seni

gamelan.

Page 337: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

321

2. Teknis dalam

pembelajaran seni

gamelan,

perencanaan, dan

dukungan dalam

pembentukan

ekstrakukurikuler.

Data ini

digunakan untuk

setting penelitian.

K.ST-

Wawancara menghasilkan

tentang keadaan sekolah,

kemudian latar belakang

pembelajaran seni

gamelan, serta

pengetahuan sekolah

mengenai pembelajaran

seni gamelan yang

dilaksanakan.

P.WAW

Wawancara menghasilkan

mengenai keadaan sanggar

Mardi Budoyo Sidahayu,

kemudian teknis dalam

pembelajaran seni

gamelan.

OBS/CL.No.1

Melihat dan mengamati

keadaan sekolah untuk

mengetahui latar

belakang kegiatan

pembelajaran seni

gamelan. Hasil tertulis

pada lembar catatan

lapangan.

OBS/CL.No.3

Melihat dan mengamati

sarana dan prasarana

sanggar serta alur

pembelajaran.

OBS/CL.No.4

Melihat sarana dan

prasarana sekolah.

Dokumentasi

berupa foto dan

video. Foto

mengenai sarana

dan prasarana di

Sanggar Mardi

Budoyo

Sidahayu dan

Sekolah Dasar

Analisis data poin

kedua masuk

kedalam setting

penelitian, dimana

setting berisi

mengenai identitas

sekolah dan sanggar

serta bagaimana

proses pembelajaran

dapat berlangsung.

Menggunakan

triangulasi sumber

dan teknik. Sumber

dari narasumber

kepala sekolah dan

pelatih mengenai

identitas sekolah dan

sanggar serta

bagaimana proses

pembelajaran dapat

berlangsung.

Triangulasi teknik

nya berisi wawancara

observasi dan

dokumentasi sebagai

penguat dalam hasil

penelitian.

Page 338: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

322

Lampiran 20. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Semarang

Page 339: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

323

Lampiran 21. Surat Izin Penelitian dari UPTD Pendidikan Kecamatan

Gunungpati

Page 340: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

324

Lampiran 22. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing

Page 341: lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32737/1/1102414062.pdf · v MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir” Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong)

325

Lampiran 23. Surat Pernyataan telah melaksanakan penelitian