lembaran daerah kabupaten tanah laut nomor 1 … · 2014-10-01 · dan/atau suatu biaya telah...
TRANSCRIPT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT
NOMOR 1 TAHUN 2014
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT
NOMOR 1 TAHUN 2014
TENTANG
PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN
DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANAH LAUT ,
Menimbang : a bahwa dalam rangka meningkatkan
kedudukan, peran dan kualitas perempuan serta menjamin hak
yang sama antara perempuan dan laki-laki untuk menikmati hak-hak warga Negara di bidang ekonomi,
sosial budaya, politik dan hukum sebagai upaya mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan, diperlukan Pengarusutamaan Gender sehingga
dapat berperan serta dalam proses pembangunan;
b bahwa Pengarusutamaan Gender merupakan strategi yang efektif
2
dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang sudah disepakati oleh masyarakat
internasional;
c bahwa upaya Pengarusutamaan
Gender perlu dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi pada
seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah dan instansi vertikal serta lembaga non pemerintah daerah;
d bahwa dengan memperhatikan
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan
Nasional dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di daerah, diperlukan
landasan yuridis sebagai Pedoman Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Tanah Laut;
e bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan
3
Daerah Kabupaten Tanah Laut;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 tentang pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut, Daerah
Tingkat II Tapin dan Daerah Tingkat II Tabalong dengan mengubah Undang-Undang Nomor
27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3
Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2756);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan (Convention on The Elimination of All Form of
Discrimination Againts Women) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277);
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun
1999 tentang Pengesahan Konvensi
ILO Mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan (Lembaran
4
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3836);
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3886);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4419);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
5
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi
Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373);
10
. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
6
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
11 Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaran Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
12 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
13 Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun
2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
14 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 15 Tahun 2008 tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah
7
sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun
2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah;
15
Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Peningkatan Kwalitas
Hidup Perempuan;
16
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pengarusutamaan
Gender Dalam Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009
Nomor 5);
17
Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Tanah Laut (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 13,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 14 );
18 Peraturan Daerah Kabupaten Tanah
Laut Nomor 1 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
8
Kabupaten Tanah Laut Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Tanah Laut (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Daerah Nomor 2);
19 Peraturan Daerah Kabupaten Tanah
Laut Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Tanah Laut (Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 6) ;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
TANAH LAUT
dan
BUPATI TANAH LAUT
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
PENGARUSUTAMAAN GENDER
DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN TANAH LAUT
9
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Tanah Laut.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Lembaga Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Tanah Laut sebagai unsur
penyelenggara Pemerintah Daerah.
4. Bupati adalah Bupati Tanah Laut.
5. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah yang
selanjutnya disingkat Bappeda adalah Badan
Perencanaan danPembangunan Daerah Kabupaten
Tanah Laut.
6. Pengarusutamaan Gender yang selanjutnya disingkat
PUG adalah strategi yang dibangun untuk
mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi
integral dari perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di
daerah.
7. Gender adalah konsep yang mengacu pada
pembedaan peran dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat
berubah oleh keadaan sosial dan budaya
masyarakat.
10
8. Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi
laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar
mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan
keamanan,dan kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan.
9. Keadilan Gender adalah suatu proses untuk menjadi
adil terhadap laki-laki dan perempuan.
10. Analisis Gender adalah analisis untuk
mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja
atau peran laki-laki dan perempuan, akses kontrol
terhadap sumber-sumber daya pembangunan,
partisipasi dalam proses pembangunan, dan manfaat
yang mereka nikmati, polahubungan antara laki-laki
dan perempuan yang timpang, yang di dalam
pelaksanaannya memperhatikan faktor lainnya
seperti kelas sosial, ras dan suku bangsa.
11. Perencanaan Responsif Gender adalah perencanaan
untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender
yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman,
aspirasi, kebutuhan, potensi dan penyelesaian
permasalahan perempuan dan laki-laki.
12. Anggaran Responsif Gender adalah anggaran yang
respon terhadap kebutuhan perempuan dan laki-laki
yang tujuannya untuk mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender.
13. Gender Budget Statement (GBS) adalah dokumen
yang menginformasikan suatu output kegiatan telah
resposif gender terhadap isu gender yang ada,
dan/atau suatu biaya telah dialokasikan pada output
11
kegiatan untuk menangani permasalahan
kesenjangan gender.
14. Focal Point PUG adalah aparatur Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang mempunyai kemampuan
untuk melakukan Pengarusutamaan Gender di unit
kerjanya masing-masing.
15. Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender
yangselanjutnya disebut Pokja PUG adalah wadah
konsultasi bagi pelaksanadan penggerak
pengarusutamaan gender dari berbagai instansi atau
lembaga di Daerah.
16. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerahuntuk periode 5
(lima) tahun yang merupakan penjabaran lebih lanjut
dari RPJP Daerah.
17. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tanah
Laut.
18. Rencana Aksi Daerah yang selanjutnya disingkat
RANDA adalah tahapan program atau kegiatan dalam
rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender
(KKG) yang diselenggarakan secara terarah,
terkoordinasi, terpadu dan berkesinambungan.
12
BAB II
AZAS, MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Pengarusutamaan Gender berazaskan :
a. Penghormatan terhadap Hak Azasi Manusia (HAM);
b. Keadilan ;
c. Partisipasi ;
d. Kesetaraan ;
e. Non Diskriminasi ;
f. Pemberdayaan ; dan
g. Ketertiban dan Kepastian Hukum.
Pasal 3
Pelaksanaan PUG di Daerah dimaksudkan untuk
memberikan pedomankepada Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan masyarakat yang responsif gender.
Pasal 4
Tujuan pelaksanaan PUG di daerah adalah sebagai
berikut :
a. memberikan acuan bagi aparatur Pemerintah Daerah
dalam menyusun strategi pengintegrasian gender
yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan,
penganggaran, pemantauan dan evaluasi atas
13
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di
daerah;
b. mewujudkan perencanaan responsif gender melalui
pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan,
potensi dan penyelesaian permasalahan laki-laki dan
perempuan;
c. mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam
kehidupan berkeluarga, berbangsa dan bernegara;
d. mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang
responsif gender;
e. meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam
kedudukan, peranan dan tanggung jawab laki-laki
dan perempuan sebagai insan dan sumber daya
pembangunan; dan
f. meningkatkan peran dan kemandirian lembaga yang
menangani pemberdayaan perempuan.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 5
Ruang lingkup Pengarusutamaan Gender meliputi
seluruh perencanaan,penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi kebijakan danprogram
pembangunan daerah.
14
BAB IV
KEWENANGAN
Pasal 6
Kewenangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan
PUG di daerahmeliputi hal-hal sebagai berikut :
a. penetapan kebijakan daerah pelaksanaan PUG;
b. koordinasi, fasilitasi dan mediasi pelaksanaan
kebijakan PUG;
c. fasilitasi penguatan kelembagaan dan
pengembanganmekanisme PUG pada lembaga
pemerintahan, Pusat Studi Wanita,lembaga
penelitian dan pengembangan, lembaga non
pemerintah;
d. koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan,
program dankegiatan yang responsif gender;
e. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG;
f. pemberian bantuan teknis, fasilitasi pelaksanaan
PUG (analisis gender, perencanaan anggaran yang
responsif gender) danpengembangan materi
komunikasi informasi dan edukasi PUG;
g. pelaksanaan PUG yang terkait dengan bidang
pembangunanterutama di bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi, politik, hukum danHak Asasi
Manusia; dan
h. fasilitasi penyediaan data terpilah menurut jenis
kelamin.
15
BAB V
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
Bagian Kesatu
Perencanaan
Pasal 7
1) Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun
kebijakan, program dankegiatan pembangunan
responsif gender yang dituangkan dalamRPJMD,
Rencana Strategis SKPD dan Rencana Kerja SKPD.
2) Penyusunan kebijakan, program dan kegiatan
pembangunanberperspektif gender sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukanmelalui analisis
gender.
Pasal 8
1) Dalam melakukan analisis gender sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dapat menggunakan metode Alur Kerja Analisis Gender (Gender Analisis Pathway) atau metode analisis lain.
2) Analisis gender terhadap Rencana Kerja dan anggaran SKPD dilakukan oleh masing-masing SKPD
yang bersangkutan. 3) Pelaksanaan analisis gender terhadap RPJMD,
Rencana Kerja SKPD, Rencana Kerja Anggaran SKPD
dan Rencana Strategis SKPD dapat bekerja sama dengan lembaga perguruan tinggi atau pihaklain yang memiliki kapabilitas di bidangnya.
16
4) Hasil analisis gender sebagaimana dimaksud ayat (1), Ayat (2) dan Ayat (3) dituangkan dalam GBS.
5) Hasil analisis gender yang terdapat dalam GBS sebagaimana dimaksud ayat (4) menjadi dasar SKPD dalam menyusun kerangka acuan kegiatan dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen Rencana Kegiatan Anggaran (RKA)/Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD.
Pasal 9
1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
mengkoordinasikan penyusunan RPJMD, Rencana
Strategis SKPD dan Rencana Kerja SKPD responsif
gender.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Kerja
SKPD responsif gender diatur dengan Peraturan
Bupati.
Bagian Kedua
Pelaksanaan
Pasal 10
(1) Bupati bertanggungjawab atas pelaksanaan
pengarusutamaan gender di daerah.
(2) Bupati bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
masyarakat bidang pemberdayaan perempuan dan
PUG.
17
Pasal 11
Bupati menetapkan SKPD yang membidangi tugas
pemberdayaan perempuan sebagai koordinator
penyelenggaraan PUG di Daerah.
Pasal 12
(1) Dalam upaya percepatan pelembagaan PUG dibentuk
Pokja PUG Kabupaten.
(2) Susunan keanggotaan Pokja PUG adalah seluruh
Kepala atau Pimpinan SKPD.
(3) Bupati menetapkan Kepala Bappeda sebagai Ketua
Pokja PUG, dan Kepala SKPD yang membidangi
tugas pemberdayaan perempuan sebagai Sekretaris
Pokja PUG Kabupaten.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Pokja
PUG ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 13
Tugas Pokja PUG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
adalah sebagai berikut :
a. menyusun program kerja setiap tahun;
b. menyusun rencana kerja Pokja PUG setiap tahun;
c. mempromosikan dan memfasilitasi PUG kepada
masing-masing SKPD;
d. melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepada
Camat, Kepala Desa, Lurah dan elemen-elemen di
masyarakat;
18
e. mendorong terwujudnya anggaran yang responsif
gender;
f. bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah;
g. merumuskan rekomendasi kebijakan kepada Bupati;
h. menyusun Profil Gender kabupaten;
i. melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di
masing-masing instansi;
j. menetapkan tim teknis untuk melakukan analisis
terhadap anggaran daerah;
k. menyusun Rencana Aksi Daerah (RANDA) PUG di
kabupaten; dan
l. mendorong dilaksanakannya pemilihan dan
penetapan Focal Point dimasing-masing SKPD.
Pasal 14
(1) Tim Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
huruf j beranggotakan aparatur yang memahami analisis anggaran yang responsif gender.
(2) Rencana Aksi Daerah (RANDA) PUG di Kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf k memuat :
a. PUG dalam peraturan perundang-undangan di daerah; b. PUG dalam siklus pembangunan di daerah;
c. penguatan kelembagaan PUG di daerah; dan d. penguatan peran serta masyarakat di daerah.
19
Bagian Ketiga
Focal Point
Pasal 15
(1) Focal Point PUG pada setiap SKPD di Kabupaten
terdiri dari pejabat dan/atau staf yang membidangi
tugas perencanaan dan/atau program.
(2) Focal Point PUG sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas :
a. mempromosikan pengarusutamaan gender pada
unit kerja;
b. memfasilitasi penyusunan Rencana Kerja SKPD
yang responsif gender;
c. melaksanakan pelatihan, sosialisasi, advokasi
pengarusutamaan gender kepada seluruh pejabat
dan staf di lingkungan SKPD;
d. melaporkan pelaksanaan PUG kepada pimpinan
SKPD;
e. mendorong pelaksanaan analisis gender terhadap
kebijakan, program dan kegiatan pada unit kerja;
f. memfasilitasi penyusunan data gender pada
setiap SKPD.
(3) Focal Point PUG sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipilih dan ditetapkan oleh Kepala atau Pimpinan
SKPD.
20
BAB VI
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal 16
SKPD yang membidangi tugas pemberdayaan perempuan
bersama-sama dengan pemangku kepentingan
melakukan pemantauan dan evaluasi tingkat kelayakan
dan sasaran program, kegiatan serta kebijakan
pembangunan dalam menuju kesetaraan dan keadilan
gender.
Pasal 17
(1) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 dilakukan pada setiap SKPD dan
secara berjenjang antar susunan pemerintahan.
(2) Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan melalui kerja
sama dengan Perguruan Tinggi, Pusat Studi Wanita
atau Lembaga Swadaya Masyarakat.
(3) Hasil evaluasi pelaksanaan PUG menjadi bahan
masukan dalampenyusunan kebijakan, program dan
kegiatan tahun mendatang.
21
BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 18
Setiap orang, kelompok, organisasi masyarakat dan
lembaga swadayamasyarakat berhak turut serta dalam
berbagai kegiatan PUG di Daerah .
BAB VIII
PEMBINAAN
Pasal 19
Bupati melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan
PUG yang meliputi :
a. penetapan panduan teknis pelaksanaan PUG;
b. penguatan kapasitas kelembagaan melalui
pelatihan,konsultasi, advokasi dan koordinasi;
c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG di
Kabupaten padaSKPD;
d. peningkatan kapasitas Focal Point dan Pokja PUG;
dan
e. strategi pencapaian kinerja.
22
BAB IX
PEMBIAYAAN
Pasal 20
Pembiayaan pelaksanaan program dan kegiatan PUG
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
sumber dana lainnya yang sah.
BAB X
SANKSI
Pasal 21
Bagi SKPD yang tidak melakukan ketentuan-ketentuan
dalam peraturan daerah ini maka akan diberi sanksi
berupa pengurangan pagu indikatif anggarannya.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini
sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati dengan berpedoman
pada ketentuan peraturan perundangundangan yang
berlaku.
23
Pasal 23
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Tanah Laut.
Ditetapkan di Pelaihari
Diundangkan di Pelaihari
pada tanggal 7 Januari 2014
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT
TAHUN 2014 NOMOR 1