lemba er -...

11
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PERPARKIRAN DI KABUPATEN WAKATOBI BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2006

Upload: trinhquynh

Post on 02-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 8 TAHUN 2006

TENTANG

PENGELOLAAN PERPARKIRAN DI KABUPATEN

WAKATOBI

BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI

TAHUN 2006

DAFTAR ISI

NO. URAIAN HAL

1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PERPARKIRAN DI KABUPATEN WAKATOBI

1-9

LEMBARAN DAERAH

KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 7 TAHUN 2006 SERI C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

NOMOR 8 TAHUN 2006

TENTANG

PENGELOLAAN PERPARKIRAN DI KABUPATEN WAKATOBI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WAKATOBI,

Menimbang : a. bahwa kegiatan perparkiran yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan umum, pengaturan lalu lintas jalan, penataan lingkungan dan pengurangan beban sosial melalui penyaluran tenaga kerja serta sebagian sumber Pendapatan Asli Daerah, perlu dibina untuk meningkatkan peranannya dalam Pembangunan Daerah;

b. bahwa pengaturan kegiatan perparkiran merupakan syarat utama bagi penataan pengelolaannya yang perlu dilaksanakan secara lebih terencana terpadu tertib, berdayaguna serta tanggap terhadap perkiraan dan perkembangan keadaan dimasa depan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana maksud tersebut pada huruf a dan huruf b, di atas perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang –Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

3. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246;

Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4048);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Kolaka Utara di Provinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4339);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3410);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1990 tentang Pengolahan Perparkiran di Daerah;

10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 66 Tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir untuk Umum.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

dan

BUPATI WAKATOBI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN PERPARKIRAN DI KABUPATEN WAKATOBI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Wakatobi.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Wakatobi.

3. Kepala Daerah adalah Bupati Wakatobi.

4. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Bupati Wakatobi. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD

adalah DPRD Kabupaten Wakatobi.

6. Jalan adalah setiap jalan dalam bentuk apapun yang terbuka untuk Lalu Lintas Umum.

7. Badan Pengelola adalah Badan Pengelola Perparkiran yang merupakan Aparat Pelaksana Pemerintah Daerah yang berwenang membina, mengelola dan mengawasi perparkiran.

8. Perparkiran adalah menetepkan dengan memberhentikan kendaraan bermotor/tidak bermotor dalam suatu waktu tertentu ditempat parkir.

9. Lingkungan Parkir adalah tempat untuk memarkir kendaraan bermotor/tidak bermotor badan jalan, lingkungan parkir, gedung parkir dan pelataran parkir.

10. Lingkungan Parkir adalah suatu Daerah tertentu pada pusat-pusat perdagangan didalamnya terdapat tempat-tempat parkir.

11. Gedung Parkir suatu bangunan atau suatu bagian bangunan yang berfungsi sebagai tempat parkir.

12. Pelataran Parkir adalah bidang tanah diluar jalan yang berfungsi sebagai tempat parkir.

13. Peta Parkir adalah bagian-bagian dari tempat untuk memarkir suatu kendaraan yang ditandai dengan garis putih atau tanda-tanda tertentu.

14. Retribusi adalah pembayaran sebagian imbalan jasa atau atas penggunaan tempat atau peta parkir.

15. Sewa adalah pembayaran yang dikenakan atas penggunaan peta parkir digedung-gedung parkir atau pelataran parkir yang bukan sepenuhnya milik Pemerintah Daerah.

BAB II PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PERPARKIRAN

Bagian Pertama Tempat Parkir

Pasal 2

(1) Bupati atau Kepala Daerah menunjuk dan menetapkan tempat parkir yang dikenakan retribusi

(2) Tempat Parkir yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini, digolongkan sebagai berikut:

a. Tempat Parkir untuk umum yang ditentukan dan disediakan/diusahkan oleh Pemerintah Daerah sebagai fasilitas umum yang menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum;

b. Tempat Parkir Khusus yang merupakan kelengkapan kegiatan suatu instansi Pemerintah, Yayasan Badan Sosial Perorangan;

c. Tempat Parkir Sementara yang diselenggarakan secara tidak tetap karena suatu kepentingan dengan menggunakan fasilitas tersendiri;

d. Tempat Titipan Khusus adalah tempat penitipan kendaraan khusus pada malam hari yang diselenggarakan secara tetap dengan menggunakan fasilitas yang disediakan oleh Pemerintah Daerah badan usaha lainnya.

(3) Penentuan Tempat Parkir harus memperhatikan keperluan penduduk, ketertiban umum, keindahan dan keserasian lingkungan.

(4) Tempat Parkir dapat dijadikan tempat khusus, setelah mendapat izin dari Bupati Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 3

(1) Setiap bangunan untuk kepentingan umum dan perdagangan,

diharuskan menyediakan tempat atau ruang parkir berdasarkan standar kebutuhan yang ditetapkan oleh Bupati.

(2) Apabila menyediakan tempat parkir tersebut pada ayat (1), Pasal ini tidak mungkin maka dapat diusahakan secara kolektif atau ikut serta dengan Pemerintah Daerah membangun gedung atau pelataran parkir. Pasal ini ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 4

(1) Bangunan untuk kepentingan umum dan perdagangan yang tidak

menyediakan tempat parkir harus membayar kepada Pemerintah Daerah biaya pembangunan tempat parkir yang seharusnya dibangun atau disediakan seperti dimaksud dalam pasal 3 ayat (1).

(2) Bupati menetapkan lebih lanjut besarnya biaya yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini atas dasar perhitungan antara lain :

a. Kebutuhan tempat parkir bangunan tersebut;

b. Nilai tanah tempat parkir yang akan dibangun;

c. Luas tanah yang diperlukan untuk pembangunan;

d. Jangka waktu pengembalian investasi terhadap biaya yang diperlukan untuk pembangunan;

e. Besar retribusi yang dikenakan.

(3) Tempat parkir dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dikuasai oleh Pemerintah Daerah.

Bagian Kedua

Pengelolaan Perparkiran

Pasal 5 (1) Untuk pengelolaan perparkiran Bupati dapat membentuk Badan

Pengelola yang akan menangani tentang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan perparkiran.

(2) Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola sebagaimana pada ayat (1) Pasal ini, ditetapkan oleh Bupati dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

(3) Status Pegawai Badan Pengelola dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, terdiri dari Pegawai Negeri dilingkungan Pemerintah Daerah yang

ditugaskan oleh Bupati dan Karyawan yang diangkat dan diberhentikan oleh Pimpinan Badan Pengelola.

(4) Agar kegiatan Pengelolaan perparkiran dapat lebih terarah dan terbina serta segala permasalahan yang timbul dapat ditangani dan diselesaikan secara seksama sehingga dapat terselenggara dengan baik, maka Bupati dapat membentuk Badan Pembina dan Pengawas.

Bagian Ketiga Tanda Parkir

Pasal 6

(1) Pada tempat-tempat parkir seperti dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3

dan Pasal 4 Peraturan Daerah ini, dipasang tanda-tanda parkir.

(2) Tanda-tanda parkir dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, yaitu :

a. Rambu Parkir yang dilengkapi dengan pelengkap rambu yang menjelaskan antara lain :

1. Waktu tempat parkir dibuka / ditutup;

2. Besarnya Retribusi/sewa yang digunakan;

3. Macam kendaraan yang diperbolehkan parkir.

b. Markah parkir berupa garis putih atau tanda-tanda lain yang menunjukan cara parkir.

Bagian Keempat

Tata Tertib Parkir

Pasal 7 (1) Cara parkir dijalan adalah sejajar (paralel) atau serong dengan

kemiringan 600 dan 450 sesuai dengan lebar jalan dan situasi lalu lintasnya.

(2) Cara parkir digedung parkir atau pelataran parkir adalah sejajar (paralel) atau serong dengan kemiringan 900, 600 atau 300 sesuai luas dan bentuk gedung parkir atau pelataran parkir tersebut.

Pasal 8

(1) Setiap pengemudi kendaraan yang menjalankan kendaraannya harus

mematuhi semua rambu, markah dan tanda – tanda lain yang terpasang atau yang diberikan pada tempat parkir.

(2) Semua kendaraan dilarang parkir diluar batas-batas petak parkir.

(3) Dilarang mengatur perparkiran yang dapat mengurangi atau merintangi kebebasan kendaraan – kendaraan yang diparkir untuk keluar dan yang masuk parkir atau dapat menyebabkan terganggunya arus lalu lintas.

Pasal 9

(1) Petugas yang berwenang dapat memindahkan kendaraan yang

diparkir/mogok sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)

yang mengganggu kelancaran Lalu Lintas/tempat yang dilarang parkir untuk dibawa ke tempat penyimpanan yang ditetapkan.

(2) Petugas yang berwenang dapat memindahkan kendaraan yang diparkir/mogok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) yang mengganggu kelancaran Lalu Lintas/tempat yang dilarang parkir untuk dibawa ketempat penyimpanan yang ditetapkan.

Kendaraan dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dikenakan biaya paksaan penegakan hukum berupa :

a. Biaya pemindahan kendaraan;

b. Biaya menggunakan tempat penyimpanan.

(3) Setelah disampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada pemilik kendaraan dan kendaraan yang bersangkutan tidak diambil jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka kendaraan tersebut dianggap sebagai barang temuan dan akan diselesaikan menurut prosedur dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(4) Bupati menunjuk petugas untuk melaksanakan ketentuan dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) Pasal ini

(5) Petugas yang ditunjuk tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan oleh pihak ketiga pada kendaraan atau alat pengangkutan yang diparkir.

Bagian Kelima

Retribusi dan Sewa

Pasal 10

(1) Setiap pengendara/pengemudi kendaraan bermotor yang memarkir kendaraannya pada tempat-tempat parkir termasuk kendaraan dinas baik jam kerja maupun diluar jam kerja diwajibkan untuk membayar retribusi atau sewa parkir.

(2) Dilarang menyelenggarakan dan atau memungut retribusi/sewa parkir selain oleh para Petugas yang ditunjuk kecuali atas izin tertulis dari Bupati.

(3) Besarnya retribusi :

a. Untuk kendaraan bermotor roda tiga/lebih : Rp. 1.000,- (seribu rupiah) untuk satu kali parkir

b. Untuk kendaraan bermotor roda dua : Rp. 500,- (lima ratus rupiah) untuk satu kali parkir.

(4) Besarnya Retribusi titipan khusus :

a. Bis/Truk Rp. 1.000,- (seribu rupiah rupiah) setiap malam;

b. Sedan, Jeep, Pick Up, kendaraan beroda empat lainnya : Rp. 1.000.- (seribu rupiah) setiap malam.

Pasal 11

(1) Setiap pembayaran retribusi oleh petugas diberikan tanda bukti pembayaran.

(2) Apabila tanda pembayaran retribusi hilang, parkirnya dihitung selama 6 (enam) jam dan besarnya retribusi yang harus dibayar Rp. 1.000.- (seribu rupiah) untuk kendaraan bermotor roda tiga atau lebih dan Rp. 1.000.- (seribu rupiah) untuk kendaraan bermotor beroda dua, setelah menunjukan tanda bukti kepemilikan.

(3) Bupati menetapkan bentuk tanda pembayaran yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini.

(4) Tanda bukti pembayaran retribusi yang sudah ditetapkan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini berlaku setelah diporterasi oleh Dinas Kendaraan Umum.

Pasal 12

(1) Untuk pembangunan tempat-tempat parkir yang bukan atau tidak

sepenuhnya milik Pemerintah Daerah dikenakan pungutan sewa kepada pemegang kendaraan.

(2) Besarnya biaya sewa dimaksud pada ayat (10) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati.

(3) Pemilik tersebut pada ayat (10) Pasal ini diwajibkan membayar setoran sebesar 25% dari pendapatan kotor perhari ke Kas Daerah.

Pasal 13

Semua penerimaan dari hasil retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12 dalam Peraturan Daerah ini, merupakan Pendapatan Asli dan harus disetor ke Kas Daerah melalui Bendaharawan Khusus Penerima Dinas Pendapatan Daerah setelah dikurangi upah pungut sebesar 5% (lima persen).

BAB III KETENTUAN PIDANA

Pasal 14

(1) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan dimaksud pada

Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12 dalam Peraturan Daerah ini diancam Pidana Kurungan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan dan/atau dengan setinggi-tingginya Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah).

(2) Tindak Pidana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran.

Pasal 15

(1) Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas penyidikan atas Tindak

Pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan ini, dapat juga

dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah yang penempatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini berwenang :

a. Menerima laporan atau pengaduan seseorang tentang adanya Tindak Pidana.

b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;

c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dari kegiatannya dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. Melakukan penyitaan benda atau surat;

e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang tersangka;

f. Memanggil orang untuk didengar atau diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan;

h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, Tersangka dan Keluarganya;

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

BAB IV KETENTUAN LAIN – LAIN

Pasal 16

Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini diserahkan kepada petugas yang ditunjuk oleh Bupati Kepala Daerah.

BAB V PENUTUP

Pasal 17

Pelaksanaan Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dan ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 18

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Wakatobi.

Ditetapkan di Wangi-Wangi pada tanggal 20 September 2006

BUPATI WAKATOBI,

Ttd & Cap

H U G U A Diundangkan di Wangi-Wangi pada tanggal 20 September 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN WAKATOBI, ANAS MAISA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2006 NOMOR 7 SERI C