legal opinion s2 djoko susilo

17
LEGAL OPINION TENTANG KEWENANGAN KPK DALAM MENANGANAI KASUS DJOKO SUSILO SEBAGAI KUASA PENGGUNA ANGGARAN YANG DIKENAKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI Kasus Posisi Kasus dugaan tindak pidana korupsi Simulator SIM di Korlantas Polri telah menyita perhatian publik. Masyarakat telah mengatemi keresahan akibat adanya kisruh antara lembaga penegak hukum dalam menangani kasus tersebut. Seharusnya sesuai dengan asas hukum acara pidana yaitu salah satunya adalah proses peradilan yang cepat justru terhambat akibat adanya lembaga penegak hukum yaitu Polri dan KPK yang saling tumpang tindih dalam melakukan penyidikan kasus tersebut. Kinerja Polri dinilai tidak mampu untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus tersebut dikarenakan tidak ditetapkannya Mantan Kakorlantas Poiri Irjen Djoko Susilo sebagai tersangka padahal peranan Djoko Susilo sebagai Kakorlantas Poiri pada saat itu paling bertanggungjewab terhadap pelaksanaan proyek tersebut. Sedangkan KPK dinilai telah tepat untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus tersebut karena KPK telah menetapkan Irjen Djoko Susilo sebagai tersangka.

Upload: imam-bukhori

Post on 22-Nov-2015

201 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

LEGAL OPINION TENTANG KEWENANGAN KPK DALAM MENANGANAI KASUS DJOKO SUSILO SEBAGAI KUASA PENGGUNA ANGGARAN YANG DIKENAKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI

Kasus PosisiKasus dugaan tindak pidana korupsi Simulator SIM di Korlantas Polri telah menyita perhatian publik. Masyarakat telah mengatemi keresahan akibat adanya kisruh antara lembaga penegak hukum dalam menangani kasus tersebut. Seharusnya sesuai dengan asas hukum acara pidana yaitu salah satunya adalah proses peradilan yang cepat justru terhambat akibat adanya lembaga penegak hukum yaitu Polri dan KPK yang saling tumpang tindih dalam melakukan penyidikan kasus tersebut. Kinerja Polri dinilai tidak mampu untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus tersebut dikarenakan tidak ditetapkannya Mantan Kakorlantas Poiri Irjen Djoko Susilo sebagai tersangka padahal peranan Djoko Susilo sebagai Kakorlantas Poiri pada saat itu paling bertanggungjewab terhadap pelaksanaan proyek tersebut. Sedangkan KPK dinilai telah tepat untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus tersebut karena KPK telah menetapkan Irjen Djoko Susilo sebagai tersangka. Kasus Simulator SIM tersebut dilaksanakan pada tahun anggaran 2011. Proyek Simulator tersebut merupakan proyek di Korlantas Poiri, dimana Kepala Korlantas Pohi pada saat itu yaitu Inspektur Jendral Djoko Susilo sebagai konseptor proyek tersebut, sehingga Irjen Djoko Susilo merupakan penanggung jawab dalam melaksanakan proyek tersebut karena sebagai kuasa pengguna anggaran. Oteh karena nilai proyek tersebut diatas 100 (seratus) Miliyar Rupiah, maka berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah proyek tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Kapolri. Dalam pelaksanaan proyek tersebut terjadi dugaan tindak pidana korupsi dengan adanya penggelembungan nilai total proyek Simulator SIM yang mengakibatkan kerugian Negara sekitar 100 (seratus) miliyar Rupiah.Isu Hukum dalam kasus ini adalah apakah Djoko Susilo selaku kuasa pengguna anggaran bertanggung jawab terhadap proyek Simulator yang merugikan keuangan Negara?Berdasarkan isu hukum tersebut disusun pendapat hukum (legal opinion) sebagai berikut:I. Sumber HukumUU No. 31Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, atau Pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

II. Isu Hukum

Isu hukum, Apakah tindakan KPK yang telah melakukan penyidikan terhadap Djoko Susilo dengan menerapkan pasal tindak pidana korupsi sudah tepat?

III. Analisa HukumTindakan hukum yang dapat ditekukan oleh KPK dalam hal Penyidikan Tlndak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Djoko Susilo.Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:1. Setiap orang;2. Perbuatan Memperkaya Diri Sendiri atau Orang Lain atau suatu Korporasi;3. Perbuatan tersebut Sifatnya Metawan Hukum;4. Dapat Merugikan Keuangan Atau Perekonomian Negara;5. Dalam Hal Tertentu Pelaku Tindak Pidana Korupsi Dapat Dijatuhi Pidana Mati.6. Secara bersama-sama sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan itu.

1. Unsur ke 1: Setiap OrangPada dasarnya kata "setiap orang" menunjukkan kepada siapa orangnya yang harus bertanggung jawab atas perbuatan/kejadian yang didakwakan itu atau setidak-tidaknya mengenai siapa orangnya yang harus dijadikan terdakwa, yang dalam kaitarmya dengan dakwaan penuntut umum, maka subjek hukum yang dimaksud adalah orang perorangan dan/atau korporasi. Bahwa subjek hukum orang perorangan di sini ditujukan bagi setiap orang secara umum, termasuk dalam hal ini juga Pegawai Negeri Sipil (PNS), sedangkan 'korporasi' adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisir, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum (vide Pasal 1 ayat (1) dan ayat (3) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999), setanjutnya "badan hokum dapat diartikan sebagai subjek hukum yang bukan merupakan manusia, tetapi segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat oteh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban. Unsur ini juga dmaksudkan untuk mengetahui tentang siapakah yang dijadikan sebagai "terdakwa" dalam surat dakwaan penuntut umum. Hal ini untuk menghindari error in persona dalam menentukan pelaku.Unsur "setiap orang" yang sudah dijelaskan diatas, bahwa orang yang dimaksud adalah bernama Irjen Djoko Susilo memenuhi pasal 2 ayat (1) sebagai subyek hukum. Berdasarkan penjelasan diatas, maka unsurke-1 setiap orang telah terpenuhi.2. Unsur ke 2: Perbuatan Memperkaya Diri Sendiri atau Orang Lain atau suatu Korporasi And! Hamzah, mengatakan bahwa: secara harfiah, memperkaya artinya menjadikan bertambah kaya. Sedangkan kaya artinya mempunyai banyak harta (uang atau sebagainya), demikian kamus umum bahasa Indonesia buah tangan Poerwardaminta. Oapat disimpukan bahwa memperkaya berarti menjadikan orang yang belum kaya menjadi kaya, atau orang yang sudah kaya menjadi bertambah kaya. Sementara itu, menurut penjelasan UU PTPK1971, yang dimaksud dengan unsur memperkaya dalam pasal 1 angka 1 sub a itu ialah: memperkaya dirl sertdiri atau orang lain atau suatu badan dalam ayat ini dapat dihubungkan dengan pasal 18 ayat (2) yang member! kewajban kepada terdakwa untuk memberikan keterangan tentang sumber kekayaan sedemikian rupa sehingga kekayaan yang tidak seimbang dengan penghasilannya atau penambah kekayaan tersebut dapat dkjunakan untuk memperkuat keterangan saksi lain bahwa telah melakukan tindak pklana korupsi (pasal 37 ayat (4) UU PTPK 1999). Dengan demikian, penafsiran istilah memperkaya antara yang harfiah dan yang dari pembuat undang-undang hampir sama. Hal yang jelas, keduanya menunjukkan perubahan kekayaan seseorang atau bertambah kekayaannya, diukur dari penghasilan yang telah diperotehnya.Dalam praktik peradilan menurut beberapa Yurisprudensi MARI terhadap anasir perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dikodisikan secara variatif seperti misalnya Putusan Mahkamah Agung Rl No. 275 K/.Pid/1983 tanggal 15 Desember 1983 dktasarkan pada bukti bahwa secara pasti terdakwa atau orang lain atau suatu korporasi memperoteh sejumteh uang atau harta benda menggunakan perbuatan melawan hukum sebagai sarananya atau dalam Putusan Mahkamah Agung Rl No. 831/1987 tanggal 29 Juni 1989, yang menyebutkan bahwa unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan, cukup dinHai dari kenyataan yang terjadi atau dihubungkan dengan periteku terdakwa sesuai dengan kewenangan yang dtmUikinya, karena jabatan atau kedudukannya. Kemudian, Irjen Djoko Susito yang pada saat itu setaku Kepate Kortantas Polri bertanggung jawab dalam pelaksanaan proyek tersebut karena sebagai kuasa pengguna anggaran, menunjuk Wakil Keoate Koriantas Polri yaitu Didik Purnomo sebagai Pejabat Pembuat Komrtmen, dan AKP Teddy Rusmawan sebagai Ketua Panitia Lelang Pengadaan Proyek Simulator SIM. Ketua Panitia Lelang menetapkan PT. CMMA yang Direktur Utamanya adalah Budi Santoso sebagai pemenang proyek tersebut, dan PT CMMA menunjuk PT. ITI yang Direktur Utamanya adalah Sukotjo Bambang sebagai sub kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut.3. Unsur ke 3: Perbuatan Tersebut Sifatnya Melawan HukumDalam aspek ini, pembentuk undang-undang mempertegas etemen secara melawan hukum sebagai mencakup perbuatan meiawan hukum formal (Formate wederrechteljkheid) dalam artian hukum tertuis saja dan melawan hukum materiil (materiite wederrechtefijkheid) yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, tetapi apabila perbuatan itu dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau rtorma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, perbuatan tersebut dapat dipidana. Tegasnya menurut pandangan doktrin ajaran sifat melawan hukum materiH mengatakan bahwa disamping memenuhi syarat-syarat formal, yaitu mencocoki semua unsur yang tercantum dalam perumusan deik, perbuatan itu harus benar-benar dirasakan oteh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak patut atau tercela atau berarti bahwa karena perbuatan itu, kepentingan hukum yang difindungi oteh rumusan delik tertentu telah ditanggar. Sedangkan mengenai ajaran sifat melawan hukum formal berarti semua bagian (tertulis dalam undang-undang) dari rumusan delk telah terpenuhi atau tebih konkret lag! bahwa menurut Van Hattum ditentukan bahwa menurut ajaran wederrechtefijkheid dalam arti formal suatu perbuatan hanya dapat dipandang sebagai bersifat Wedenrechtteijk apabila perbuatan tersebut memenuhi semua unsur yang terdapat dalam rumusan suatu delk menurut undang-undang. Sedangkan menurut ajaran wederrechtefiptheid dalam arti materifl, apakah suatu perbuatan itu dapat dipandang sebagai bersifat wederrechteBjk atau tidak, masalahnya bukan saja harus ditinjau sesuai dengan ketentuan -ketentuan hukum yang tertulis, meteinkan juga harus ditinjau menurut asas-asas hukum umum dari hukum yang tidak tertulis.Bahwa menurut keterangan Sukogo Bambang proyek Simulator SIM Koriantas yang dimenangkan oteh PT CMMA dilaksanakan dengan cara rekayasa antara PT CMMA dengan Koriantas yang diketahui oteh Kakorlantas pada saat itu yaitu Irjen Djoko Susilo sebagai penanggung jawab proyek tersebut PT CMMA setaku peserta dalam lelang proyek Simulator SIM tidak memiKki keahfian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan barang/jasa sebagaimana diatur dalam Pasal 19 huruf b Peraturan Presiden Repubik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.Sukijo Bambang juga mengaku tersebat dalam menyiapkan dokumen-dokumen administrasi PT CMMA dalam memenuhi persyaratan dalam tender proyek Simulator SIM. Sukotjo Bambang juga menyiapkan dokumen empat perusahaan pesaing TP CMMA dalam tender yaitu PT Bentina Agung, PT Digo Mitra Slogan, PT Dasma Pertiwi, dan PT Kolam Intan. Keempat perusahaan tersebut hanya dipakai sebagai pendamping agar tender proyek tersebut seolah-olah sesuai dengan prosedur, sehingga PT CMMA ditunjuk sebagai pemenang tender oteh Ketua Pengadaan Simulator SIM AKBP Teddy Rusmawan yang diketahui oteh Kakorlantas Irjen Djoko Susito.Bahwa dengan adanya rekayasa terhadap peserta lelang tender dan penetapan pemenang tender, maka perbuatan tersebut sebagai perbuatan melawan hukum karena bertentangan dengan Pasal 19 huruf b Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Sehingga Irjen Djoko Susito telah melakukan perbuatan motowan hukum. Berdasarfcan penjetesan tersebut, maka unsur ke-3 terpenuhi.

4. Unsur ke 4: Dapat Merugikan Keuangan atau Perekonomian NegaraMenurut Undang-Undang No. 31 Tahun 1999, yang dimaksud dengan "keuangan negara" sebagaimana datem penjetesannya menentukan bahwa Keuangan Negara adalah seturuh kekayan Negara datom bentuk apapun, yang dipteahkan atau tktak dipisahkan, termasuk didatemnya segala bagian kekayaan Negara dan segala hak dan kevyajiban yang timbul karena:a) Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban pejabat Negara, baik ditingkat pusat maupun daerah;b) Berada dalam pengurusan dan pertanggung jawaban badan usaha miBk Negara/Badan usaha milik Daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara.Kemudian yang dimaksud dengan "meruglkan" adalah menjadi rugf atau berkurang, sehingga yang dimaksud dengan "merugikan keuangan atau perekonomian Negara0 adalah menjadi ruginya atau berkurangnya keuangan atau perekonomian Negara, datem ketentuan pasal 1 angka 1 UU No. 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara maka pengertian Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dijadikan milik Negara dengan peteksanaan hak dan kewajiban tersebut. Perekonomian Negara adalah kehidupan perekonomian yang cfisusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekekiargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang berdasarkan pada kebjjakan pemerintah, balk ditingkat pusat maupun di daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berbku bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan masyarakat Terhadap aspek ini selanjutnya dapatteh diajukan pertanyaan bagaimanakah jika tersangka atau terdakwa telah mengembalikan hasM korupsinya sehingga keuangan atau perekonomian Negara tidak dirugikan, berdasarkan ketentuan pasal 4 UU No.31 tahun 1999 Jo. UU No. 20 tahun 2001 pengembalian keuangan Negara atau perekonomian Negara tidak menghapus dipidananya peteku tindak pidana korupsi. Datem ketentuan pasal 2 ayat 1 UU No.31 tahun 1999 Jo. UU No. 20 tahun 2001 kata "dapat" sebetum frasa merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan defik formal, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat.5. Unsur ke 5: Dalam Hal Tertentu Peteku Tindak Pidana Korupsi Dapat Djatuhi Pidana Mati Ketentuan aspek ini ditegaskan dalam pasal 2 ayat (2) UU No. 31 tahun 1999 Jo. UU No. 20 tahun 2001 yang merupakan pemberatan terhadap peteku tindak pidana korupsi. Adapun dimaksud konteks keadaan tertentu adateh apabite tindak pidana tersebut dtekukan terhadap dana-dana yang diperuntukkan bag) penanggutengan keadaan bahaya, bencana atem nasional, penanggutengan akibat kerusuhan sosiat yang meluas, penanggutengan (crisis ekonomi dan moneter, dan penanggutengan tindak pidana korupsi.6. Unsur ke 6: Sebagai Orang Yang Melakukan, Menyuruh Metekukan, atau Turut Serta Metekukan bahwa oleh karena unsur ini bersifat atternatif, maka apabite sateh satu sub unsur teteh terpenuhi, maka telah cukup untuk menyatakan unsur tersebut terpenuhi.Yang dimaksud dengan "orang yang mebkukan* adateh seseorang yang metekukan semua unsur atau elemen dari peristiwa pidana secara sendirian;Pengertian "orang yang menyuruh metekukan" adateh adanya dua orang atau tebih, yaitu yang menyuruh dan yang disuruh, namun yang disuruh itu tetap dipandang dan dihukum sebagai orang yang metekukan sendiri perbuatan pidana kecuafi datem hal yang diatur undang-undang;Pengertian "orang yang turut metekukan" dtartikan sebagai bersama-sama metekukan, dimana sedikitnya harus ada dua orang yang semuanya metekukan perbuatan peteksanaan, jadi melakukan unsur atau etemen dari peristiwa pidana itu, bukan hanya metekukan perbuatan persiapan saja atau perbuatan yang sifatnya hanya menotong.Dengan adanya rekayasa terhadap proses tefang proyek Simutetor SIM yang dimenangkan oteh PT.CMMA ditekukan oteh Ketua Panitia Leteng AKBP Teddy Rusmawan dan Budi Santoso sebagai direktur PT. CMMA, dimana datem draft surat perjanjian antara Kortentas Polri dan PT. CMMA adanya setelah nilai proyek yang tinggi. Berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan Kepate Kortentas Polri bernomor Kep/193/lV/2011 pada tanggal 8 April 2011 tentang penetapan pemenang dan petaksana proyek Simutetor SIM, sebagai landasan hukum PT. CMMA menyetujui nitei proyek Simutetor SIM dan pada akhirnya pengadaan Simutetor Sim berjaten.Sehingga menurut Prof. Dr. Phifipus M. Hadjon, SH ahli dalam Hukum Tata Negara mengenai jenjang keputusan, harus dibedakan situasi sebelum UU No. 10 Tahun 2004 tentang tata cara pembentukan peraturan perundang-undangan, dengan keadaan sesudahnya. Kalau keadaan undang-undang sebelum tahun 2004 kita bingung karena keputusan itu harus kita cermati ada keputusan yang sifatnya mengikat umum, ada keputusan yang sifatnya konkrit individual yang kita kenal dengan keputusan tata usaha.Negara, sehingga tata naskah di lingkungan pemerintah sangat variasi, kateu yang mengikat umum nomenktetumya keputusan, yang sifatnya konkrit sifatnya SK, sekarang tidak perlu repot lagi karena kalau mengikat umum itu dengan peraturan.Bahwa dari segala uraian diatas, "Orang yang menyuruh metekukan" adateh adanya dua orang atau tebih, yaitu yang menyuruh dan yang disuruh, namun yang disuruh itu tetap dipandang dan dihukum sebagai orang yang metekukan sendiri perbuatan pidana kecuaf datem hal yang diatur undang-undang;Mengenai istilah keputusan, mengapa derrtkjan kateu peBmpahan itu berarti pelimpahan wewenang sefcafgus tanggung jawab, ini membawa konsekuensi pada tata naskah dinas seorang yang menerima detegasi ia menijuat keputusan atas namanya sendtri dan tanggung jawab sendiri. Dengan kewenangan keputusan ini bukan peimpahan tapi penugasan karena tanggung jawab tetap pada yang memberi mandat jadi bedanya mengenai tanggung jawab.Kortantas dan PT. CMMA melakukan kerjasama berdasarkan keputusan. Dari segata uraian di atas dengan adanya keputusan dari Pjoko Susito sebagai konseptor proyek Simouiator SIM kepada PT, CMMA sebagai petaksana proyek dalam adanya seisin nttei proyek yang tinggi, sehingga unsur pasal 56 ayat (1) ke-1 telah terpenuht.Berdasarkan uraian diatas, maka KPK dapat melakukan tindakan hukum berupa menetapkan Pjoko Susilo sebagai tersangka karena telah memenuhi unsur-unsur yang telah dijeteskan diatas. Penetapan tersangka atas Djoko Susito tersebut didasarkan kepada alat bukti permulaan berupa keterangan dart saksi-saksi yang diperiksa oteh KPK serta alat bukti surat berupa Surat Perjanjian Jual Bel (SPJB) dan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) antara Korlantas dan PT CMMA, alat bukti petunjuk berupa faktur pembelian yang diberikan oteh PT CMMA kepada PT ITI, Surat Perjanjian.

IV. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan hukum yang dapat dilakukan oteh KPK dalam hal penyidikan tindak pidana korupsi yang dilakukan oteh Djoko Susilo adalah dengan menetapkan sebagai tersangka berdasarkan dua alat bukti permuiaan karena telah memenuhi unsur-unsur Pasal ayat (1) dan/atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP sebagai tindak pidana korupsi.

Legal OpinionDisusun tanggal, 28 Mei 2013

Machrio Achmad Nurhatta, SH