lebaran idul fitri cermin kesalehan individual & sosial · sial pasti memiliki kebersihan hati...

1
Lebaran | 17 SELASA, 7 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | EDISI KHUSUS R AMADAN akan se- gera berakhir. Syawal pun datang menje- lang. Beberapa saat lagi kaum muslimin merayakan kemenangan suci dalam Idul tri. Secara interpretatif, syawal ber makna peningkatan. Pe- ningkatan kadar takwa tidak saja dengan menjauhi larangan Allah, tetapi juga menyucikan hati dengan memaafkan. ‘’Orang bertakwa mampu memaafkan kesalahan orang lain serta meminta maaf atas kesalahannya,” kata Ustaz AA Hadi pada sebuah tausiah di Jakarta, Minggu (5/9). Memang tidak mudah untuk memaafkan orang yang pernah menyakiti kita. Namun perlu diingat, Allah SWT Maha Pe- maaf dan Maha Pengampun kepada hamba-hamba-Nya yang memohon ampun dan meminta maaf. “Allah tidak akan meneri- ma ibadah salat, puasa, bah- kan ibadah haji seseorang bila masih mempunyai dendam,” tambahnya. Kehidupan para pendendam tidak akan nyaman. Bahkan malaikat pun enggan berdekat- an dengannya. Sifat dendam merugikan diri sendiri. Sebalik- nya, sifat pemaaf menentram- kan diri dan menentramkan orang lain. Pada kesempatan berbe- da, Guru Besar Institut Ilmu Alquran (IIQ) Ciputat KH Ali Mustafa Yaqub menjelaskan Idul Fitri artinya hari raya makan. Pada hadis riwayat At Tirmizi dinyatakan pada Idul Fitri semua orang harus makan dan haram berpuasa. Riwayat At Tirmizi lainnya menyebutkan zakat tri (trah) adalah penyuci bagi orang berpuasa dan makanan untuk orang miskin. Jika keduanya dikombinasi- kan, Idul Fitri memiliki dua dimensi makna. Pertama, pe- nyucian diri dari dosa-dosa bagi orang yang berpuasa. Itu bersifat individual, hubungan antara orang per orang dan Allah. Memberi makan orang-orang miskin dengan zakat tri ada- lah dimensi sosial Idul Fitri. “Jadi Idul Fitri harus dimak- nai sebagai bentuk kesalehan individual dan sosial,” kata imam Masjid Istiqlal itu. KH Ali Mustafa menyebut- kan dalam Alquran Surah Al- Baqarah disebutkan ada 11 tipologi kalangan muttaqin (orang bertakwa). Itu bisa di- ringkas menjadi dua, yakni takwa dalam bentuk kesalehan individual dan kesalehan da- lam bentuk sosial. Orang bertakwa yang dalam kesehariannya mencerminkan kesalehan individual dan so- sial pasti memiliki kebersihan hati untuk memaafkan dan meminta maaf. Namun, Idul Fitri bukan sekadar saling me- maafkan. Lebih dari itu, harus ada ge- rakan sosial yang lebih nyata dengan membantu fakir mis- kin. “Para pemimpin dan ulama mesti memberi contoh. Mereka harus menunjukkan kesaleh- an sosial dengan aksi nyata memberi bantuan bagi kaum miskin,” tegas KH Ali Mustafa yang pernah menjadi Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat periode 2005-2010. Ia juga menyarankan bagi kaum muslim untuk tidak me- nunjukkan kemewahan hidup bahkan dalam beribadah. Con- tohnya, melakukan umrah se- tiap Ramadan sementara masih banyak umat yang miskin. “Uang untuk biaya umrah itu lebih bermakna diberikan kepada kaum duafa. Inilah ke- salehan sosial yang seharusnya lebih sering kita lihat di bulan Ramadan dan bulan-bulan lain- nya,” tegasnya. (S-3) oebay@ mediaindonesia.com IDUL FITRI Cermin Kesalehan Individual & Sosial Makna Idul Fitri bukan sekadar maaf-memaafkan. Idul Fitri seharusnya juga menjadi momen meningkatkan kepedulian sosial. Syarief Oebaidillah Orang bertakwa mampu memaafkan kesalahan orang lain serta meminta maaf atas kesalahannya.’’ ANTARA/ JESSICA WUYSANG SALAT IDUL FITRI: Sejumlah umat Islam menunaikan salat Idul Fitri di tepi Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat, tahun lalu. Beberapa saat lagi kaum muslim merayakan kemenangan suci dalam Idul Fitri.

Upload: others

Post on 01-Nov-2019

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Lebaran | 17SELASA, 7 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | EDISI KHUSUS

RAMADAN akan se-gera berakhir. Syawal pun datang menje-lang. Beberapa saat

lagi kaum muslimin merayakan kemenangan suci dalam Idul fi tri.

Secara interpretatif, syawal ber makna peningkatan. Pe-ningkatan kadar takwa tidak saja dengan menjauhi larangan Allah, tetapi juga menyucikan hati dengan memaafkan.

‘’Orang bertakwa mampu me maafkan kesalahan orang lain serta meminta maaf atas ke salahannya,” kata Ustaz AA Hadi pada sebuah tausiah di Jakarta, Minggu (5/9).

Memang tidak mudah untuk memaafkan orang yang pernah menyakiti kita. Namun perlu diingat, Allah SWT Maha Pe-maaf dan Maha Pengampun kepada hamba-hamba-Nya yang memohon ampun dan me minta maaf.

“Allah tidak akan meneri-ma ibadah salat, puasa, bah-kan ibadah haji seseorang bila masih mempunyai dendam,”

tambahnya. Kehidupan para pendendam

tidak akan nyaman. Bahkan malaikat pun enggan berdekat-an dengannya. Sifat dendam merugikan diri sendiri. Sebalik-nya, sifat pemaaf menentram-kan diri dan menentramkan orang lain.

Pada kesempatan berbe-da, Guru Besar Institut Ilmu Alquran (IIQ) Ciputat KH Ali Mustafa Yaqub menjelaskan Idul Fitri artinya hari raya makan.

Pada hadis riwayat At Tirmizi dinyatakan pada Idul Fitri semua orang harus makan dan haram berpuasa.

Riwayat At Tirmizi lainnya menyebutkan zakat fi tri (fi trah) adalah penyuci bagi orang berpuasa dan makanan untuk orang miskin.

Jika keduanya dikombinasi-kan, Idul Fitri memiliki dua dimensi makna. Pertama, pe-nyucian diri dari dosa-dosa ba gi orang yang berpuasa. Itu bersifat individual, hubungan antara orang per orang dan Allah.

Memberi makan orang-orang miskin dengan zakat fi tri ada-

lah dimensi sosial Idul Fitri.“Jadi Idul Fitri harus dimak-

nai sebagai bentuk kesaleh an individual dan sosial,” kata imam Masjid Istiqlal itu.

KH Ali Mustafa menyebut-kan dalam Alquran Surah Al-Baqarah disebutkan ada 11 tipologi kalangan muttaqin

(orang bertakwa). Itu bisa di-ringkas menjadi dua, yakni takwa dalam bentuk kesaleh an individual dan kesalehan da-lam bentuk sosial.

Orang bertakwa yang dalam kesehariannya mencerminkan kesalehan individual dan so-sial pasti memiliki kebersihan

hati untuk memaafkan dan meminta maaf. Namun, Idul Fitri bukan sekadar saling me-maafkan.

Lebih dari itu, harus ada ge-rakan sosial yang lebih nyata de ngan membantu fakir mis-kin.

“Para pemimpin dan ulama mesti memberi contoh. Mereka harus menunjukkan kesaleh-an sosial dengan aksi nyata memberi bantuan bagi kaum miskin,” tegas KH Ali Mustafa yang pernah menjadi Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat periode 2005-2010.

Ia juga menyarankan bagi ka um muslim untuk tidak me-nunjukkan kemewahan hidup bahkan dalam beribadah. Con-tohnya, melakukan umrah se-tiap Ramadan sementara masih banyak umat yang miskin.

“Uang untuk biaya umrah itu lebih bermakna diberikan kepada kaum duafa. Inilah ke-salehan sosial yang seharusnya lebih sering kita lihat di bulan Ramadan dan bulan-bulan lain-nya,” tegasnya. (S-3)

[email protected]

IDUL FITRI Cermin Kesalehan Individual & Sosial Makna Idul Fitri bukan sekadar maaf-memaafkan. Idul Fitri seharusnya juga menjadi momen meningkatkan kepedulian sosial.

Syarief Oebaidillah

Orang bertakwa mampu memaafkan kesalahan orang lain serta meminta maaf atas ke salahannya.’’

ANTARA/ JESSICA WUYSANG

SALAT IDUL FITRI: Sejumlah umat Islam menunaikan salat Idul Fitri di tepi Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat, tahun lalu. Beberapa saat lagi kaum muslim merayakan kemenangan suci dalam Idul Fitri.