latar belakang -...
TRANSCRIPT
1
Perencanaan, Sosialisasi danImplementasi Kebijakan
Pengendalian Avian Influenza
Disampaikan pada Lokakarya ‘Kebijakan Pengendalian Avian Influenza’, di PSE, Bogor, 22 Mei 2008
Direktorat Kesehatan HewanDirektorat Jenderal Peternakan
Latar Belakang
n Indonesia tertular Avian Infuenza pertama kali pertengahan tahun 2003 di P. Jawa selanjutnyamenyebar ke pulau-pulau lainnya.
n Saat ini sebanyak 31 provinsi dari 33 provinsi diIndonesia telah tertular AI.
n Kasus pada manusia terjadi sejak Juli 2005 diTangerang, dan hingga saat ini telah dikonfirmasisebanyak 135 orang tertular AI 110 orangdiantaranya meninggal dunia (data Depkes – Mei 2008)
2
31/33 31/33 PropinsiPropinsi, 291/445 , 291/445 KabKab/Kota /Kota tertulartertular(Data (Data daridari PDS, PDS, DinasDinas dandan BBV/BPPV BBV/BPPV -- 2007)2007)
31/33 Propinsi, 291/445 Kab/Kota tertular
(Data dari PDS, Dinas dan BBV/BPPV - 2007)
3
Data Propinsi tertular
Data Propinsi tertular
10
18
2630 31
10
17 18
2326
0
5
10
15
20
25
30
35
2003 2004 2005 2006 2007
Tahun
Jum
lah
Pro
pin
si
Provinsi tertular
laporan
Data Kematian UnggasKematian Unggas
2003
2004
2005 20062007
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
tahun
jum
lah
Kematian Unggas
4
Kepadatan unggas dan kasus FB pada manusia
Strategi Penanggulangan AI: 9 langkahKepdirjennak tahun 2004
1. Pelaksanaan biosekuriti secara ketat.2. Tindakan Pemusnahan Unggas Selektif
(depopulasi) di Daerah tertular.3. Vaksinasi4. Pengendalian lalu lintas unggas, produk unggas
dan limbah peternakan unggas.5. Surveilans dan penelusuran (tracing back).6. Pengisian kandang kembali (restocking).7. Stamping-out (pemusnahan menyeluruh) di daerah
baru8. Peningkatan kesadaran masyarakat (public
awareness)9. Monitoring dan evaluasi
5
Rencana Strategis Pengendalian AI 2006-2008
9 ElemenElemen 1. KelembagaanElemen 2. Peningkatan Pengendalian AiElemen 3. Surveilans dan EpidemiologiElemen 4. Diagnostik LaboratoriumElemen 5. Pelayanan Karantina HewanElemen 6. Peraturan PerundanganElemen 7. KomunikasiElemen 8. Penelitian Dan PengembanganElemen 9. Restrukturisasi Industri
Tujuan Penanggulangan AIn Jangka Pendek¨Mempertahankan daerah-daerah bebas
AI, 2 provinsi;¨Secara bertahap membebaskan
kembali daerah kejadian rendah, 13 provinsi;
¨Menurunkan prevalensi di daerahkejadian tinggi, 18 provinsi.¨Menata pemeliharaan unggas di
pemukiman
6
Lanjutan …….
n Jangka Panjang¨Melaksanakan pemberantasan AI dengan
arah pembebasan kembali daerah tertularsecara bertahap dengan pendekatankompartemen, zona atau pulau.¨Melaksanakan restrukturisasi perunggasan
Rencana Kerja
1. Meningkatkan tatalaksana, program kerja dan kemampuan dalampenanganan HPAI
2. Mengurangi resiko dan melakukanpencegahan.
3. Meningkatkan deteksi dan respons/ penanganan HPAI
7
1: Tata Laksanan Departemen Pertanian¨Unit Pengendali Penyakit Pusat¨Unit Pengendali Penyakit Regional dan BBV/BPPV
n Deptan bersama dengan Depdagri¨Otoritas kesehatan hewan daerah (Dinas Peternakan
Propinsi/kab/Kota)¨ 23 LDCCs/Local Disease Control Centres di 19
propinsià berfungsi sebagai Unit PengendaliPenyakit AI Propinsi
¨ >1600 personel PDSR yang telah dilatih (akanditingkatkan menjadi 2000 personel PDSR)
n Koordinasi dengan Depkes, Depdagri, Komnas, Industri
MenteriPertanian
Direktur JenderalPeternakan
DirekturKesehatan Hewan
BBV/ BPPV
Unit PengendaliPenyakit AI Pusat
Unit PengendaliPenyakit AI
Propinsi (LDCC)Lab. Veteriner Prop.
Unit PengendaliPenyakit AI
Regional (UPPR)BBV/BPPV
Tim Pelacakan Penyakit (PDS)
Kabupaten/ Kota
Dinas PeternakanPropinsi
Dinas PeternakanKabupaten/ Kota
Tim Gerak Cepat(PDR)
Kab/ Kota
Puskeswan
Instruksi dan Pengawasan
Laporan harian, mingguan,Bulanan, tahunan
Koordinasi
Build-in Organization HPAI Control Program
KoordinatorSekretaris
Pengendali Penyakit
Narasumber/ Tenaga Ahli
Informasi & Pelaporan
Surveilans & Monitoring
KomunikasiKerjasama Luar Negeri
Kader Kecamatan/ Desa
Komnas FB
Pelayanan Laboratorium
Kerjasama Antar InstansiFAO Tenaga teknis
8
Peningkatan Kemampuann Peningkatan Pengetahuan
¨ Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE)¨ Surveilans, epidemiologi dan virologi
n Industri komersial, bebek, rantai pemasarann Mutasi virus dan perubahan antigenikn Vaksin
¨ Sosio-ekonomin Peningkatan Kemampuan
¨ Jumlah petugas dan jenis pelatihan¨ Transportasi, peralatan dan bahan serta biaya operasional¨ Pelaporan, manajemen dan sistem evaluasi¨ Peningkatan fasilitas mis : laboratorium
n BSL3 (Bbalitvet), BSL2 (semua BBV/BPPV) & Real Time PCR, rencana BSL3 di BBPMSOH
PENINGKATAN KAPASITAS SDM
1. TOT program vaksinasi (AusAID dan Setneg)2. Workshop Live Bird Market ( USDA)3. Workshop Epidemiologi (USDA)4. Pelatihan petugas Lab BBV/BPPV/BBalitvet (AAHL, USDA,
Netherlands, JICA)5. Pelatihan Medik dan Paramedik Veteriner di Jawa Barat
(Netherlands)6. Pelatihan GIS (FAO)7. Pelatihan Pembuatan Website (Netherlands)8. Pelatihan Aplikasi Infolab (AAHL Geelong)9. Workshop PDSR untuk RMU Regional (FAO)10. Workshop Biosecurity Enhancement (AusAID)11. Workshop Diagnosa AI (AAHL Geelong)12. “Fellow Scientist” di SEPRL, Atlanta, USA (USDA)13. Pelatihan PDSR (FAO)14. Pelatihan Surveilans HPAI untuk Drh Puskeswan (OIE/JTF)
9
Peraturan, Standar, Norma
1. Undang-Undang Bencana tahun 20072. Inpres 1/20073. Permentan tentang Pembentukan UPPAI Pusat4. Permentan tentang Pembentukan UPPAI Regional5. Permentan tentang Struktur Organisasi UPPAI Propinsi6. Rancangan Permentan tentang Tata Hubungan Fungsional
antara UPPAI Pusat, Regional dan Propinsi7. Perdirjennak tentang Kompensasi 20088. Rancangan Permentan tentang Pedoman
Kompartementalisasi dan Zoning
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
1. Study surveilans AI pada tempat penampungan unggas di DKI Jakarta, (Netherlands, Dinas Peternakan DKI Jkt dan NGO)
2. Study surveilans AI pada lingkungan di pasar tradisional, diJabodetabek, (WHO/FAO, BBalitvet, Depkes)
3. Study epidemiologi dan vaksinasi AI pada itik, (ACIAR, BBV Wates, Bbalitvet, Netherlands-FAO-Dinas Peternakan Kalsel, BPPV Banjar Baru)
4. Study surveilans AI pada kucing, (FAO, BBV Wates, Bbalitvet)5. Study rantai pemasaran unggas di Medan (USU), Bali (Udayana)
dan Jakarta (IPB), (FAO)6. Study Dampak Pelarangan Unggas di Jakarta (PSE, FAO)6. Study uji lapang vaksinasi AI di Sukabumi, (Netherlands)7. Kajian Operasional di 16 kab di Jabar, Jateng dan DIY (ILRI)8. Dinamika Virus (Bbalitvet)
10
2. Mengurangi Risiko
n Di dalam praktek produksi unggas dantataniaga banyak tahapan yang bisamenjadi faktor risiko penyebaran penyakit
n Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjutuntuk dapat mengeliminasi risiko ataumengurangi risiko
Di daerah endemik – dapat dilakukan dengan:n Vaksinasi dengan targetn Peningkatan biosekuriti peternakann Pengelolaan ternak bebekn Peningkatan kepedulian dan higiene
transportasi dan pedagangn Peningkatan pengelolaan dan fasilitas – pasar
tradisional dan pengepuln Vaksinasi DOC di Hatcheryn Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE)
Mengurangi Risiko
11
Pemeiharaanbebek
By-products Pet. ayam Unggas lainTermasuk liar
Bebekkampung
Pengumpul
Pet. Ayam
Pasar
pedagangeceran
Pasar
Pet. Puyuh
Faktor Risiko Penyebaran AI (Sims, 2007)
Risk
RPU/A
DOC DealersPersawahan
Pedagang
Strategi Vaksinasi
q Vaksinasi masal pada pertengahan 2004:q 300 juta dosis tersediaq Menggunakan isolat H5N1 Inactivated q Dibiayai pemerintahq Backyard dan peternak skala kecil
q Dilanjutkan dengan vaksinasi masal pada tahun 2005 dan awal2006
q Vaksinasi pada sektor 1, 2 dan 3 (biaya industri) dengan coverage vaksinasi diperkirakan 90% pada peternakan petelur 100% padapeternakan pembibitan
q Pertengahan 2006 karena keterbatasan vaksin – vaksinasi tertarget(targeted vaccination) pada propinsi berisiko tinggi
q Rekomendai Pemerintah Indonesia (2006) untuk menggunakanLPAI
12
Vaksin AI
Vaksin yang digunakan (Pemerintah Indonesia):• 2004 : 132 juta dosis• 2005 : 143.4 juta dosis• 2006 : 102.9 juta dosis• 2007 : 98.5 juta dosis (China - 33.5 juta dosis)
Strains seed yang terdaftar :• A/Chicken/Legok/2003 (H5N1)• A/Turkey/England/N28/73 (H5N2)• A/Chicken/Mexico/232/94/CPA (H5N2)• A/Turkey/Wisconsin/68 (H5N9)
Permasalahan Vaksinasi
• Program manajemen yang kompleks pada era otonomi• Keterbatasan sumber daya
• Staff, peralatan, operasional, vaksin• Coverage vaksinasi yang rendah (area yang luas, populasi
besar, kesulitan vaksinai pada sektor 4 /free range)• Spesies yang terinfeksi – Ayam kampung, Ayam ras,
babak, puyuh• Biosekuriti rendah/Sektor 4 • Masalah Efikasi vaksin• Review variabilitas virus AI di Indonesia • Isolat Virus dibutuhkan untuk penilaian labih lanjut…
13
Peningkatan Efikasi Vaksin
n Berdasarkan:¨ Hasil uji efikasi vaksin denganuji tantang di SEPRL (USDA)¨ Permasalahan di Sektor Industri
n OFFLU project Okt 2007- Sept 2008¨ Antigenic mapping¨ Mengumpulkan isolat secara representatif (sektor, spesies,
geografis dan waktu)¨ Uji tantang¨ Strategi vaksinasi
Ø Efikasi vaksin yang beredar saat iniØ Identifikasi seed vaksin baru, apabila dibutuhkanØ Monitoring vaksin dan vaksinasi berkesinambungan
Biosekuriti1) APBN 2008
a. Pengadaan Desinfektan, 66.000 literb. Pengadaan Sprayer Tank, 100 unitc. Operasional Desinfeksi, 500 liter
2) ACIARRencana Pilot Proyek Kajian Efektifitas Biosekuritipada Industri Perunggasan Sektor-3 di 3 provinsi (Jabar, Sulsel, Bali)
3) FAOPelatihan Biosekuriti dengan peserta Dinas Peternakan
dan Industri di Bali.
14
Lanjutan. Biosekuriti….
4) Peningkatan biosekuriti pada farm, alat angkut, tempat penampungan, pemotongan dan pasartradisionala. Proyek Percontohan Tempat
Pemotongan Unggas (TPU) danRumah Potong Unggas Skala Kecil(RPUSK), yang dikembangkan oleh Dit. Kesmavet (APBN)
b. Konsep Intervensi Biosekuriti di pasartradisional di Kab/Kota Tangerang (UPP-AI/Ditkeswan, Ditkesmavet bersama FAO, USDA dan the Netherlands)
Pelayanan Laboratorium
1. APBN 20081) Supervisi Pembangunan Lab Tipe B2) Pendampingan Pembangunan BPPV Subang dan
penyelesaian Pembangunan Lab AI pada BPPV Medan danLampung, bantuan hibah Jepang.
2. Pelatihan, Jaminan Mutu/Uji Profisiensi dan Surveilansuntuk BBV/BPPV, Bbalitvet dan pemberdayaan Lab Keswan Prov (AAHL, Netherlands, USDA dan JICA).
3. Dukungan dalam Diagnosa dan Surveilans AI untuk 7 BBV/BPPV dan Bbalitvet (USDA/BEP)
4. Dukungan pembangunan BSL3 di BBPMSOH (rekomendasiTim KfW bulan Mei 2008)
15
Depopulasi dan Kompensasi
1) APBN 2008a. Kompensasi 260.000 ekorb. Operasional depopulasi dan disposal, 130.000 ekorc. Pengadaan test uji cepat AI, 5.000 unitd. Pengadaan PPE, 2.000 unit
Mekanisme pembayaran kompensasi perlu percepatandengan pola persekot bendahara atau SKPA ke DinasKab, khususnya lokasi Operational Research (16 Kab).
2) Bank Dunia dengan dukungan teknis FAOa. Kajian Mekanisme Kompensasi (Komponen C pada
Komnas FBPI) secara tunai langsung pada saatdepopulasi.
b. Dukungan pembayaran kompensasi
Pelayanan Karantina Hewan danPengawasan Lalu Lintas
a. Mendorong Dinas Prop/Kab/Kota meningkatkan pengawasan lalu lintas unggasdan produknya antar daerah denganmengaktifkan Pos Pemeriksaan (Check Point)
b. Koordinasi dengan Jajaran Karantina Hewanuntuk peningkatan pengawasan lalu lintasunggas dan produknya melalui tempat-tempatpemasukan dan pengeluaran.
16
Komunikasi
1) APBN 2008a. Pencetakan materi public awarenessb. Sosialisasi melalui media TV, Radio, road show
2) Networking lintas Posko : Deptan, Depkes dan Komnas FBPI3) SMS Gateway UPPAI4) Pelaporan kasus harian, mingguan dan bulanan5) Penerbitan bulletin Avian Influenza dan PDSR News Letter
(FAO)6) Membangun working group komunikasi bersama Komnas
dan Depkes, melibatkan Depkominfo dan LembagaInternational (UNICEF, CBAIC, FAO, WHO).
7) Training : Spokes person (FAO), Relawan Desa (CBAIC)8) Talk show Radio Siaran di 11 prop. (CBAIC)9) Dialog publik, dialog interaktif, fasilitasi Depkominfo.
10) Website AI pada Unggas (UPPAI-Netherlands)
3: Meningkatkan deteksi danrespons/penanganan AI
Surveilans:n Kepedulian dan pelaporan¨KIE pada masyarakat¨Kerjasama dengan industri
n PDS/Participatory Disease Surveillance¨ Petugas PDSR¨ Kader (Relawan) desa
n Industrin Diagnosis¨Diagnosa lapang dan laboratorium¨monitoring virus dan vaksin
17
lanj
Surveilans dan Epidemiologi1). APBN 2008
a. Pemetaan Penyakit AIb. Monitoring dan Evaluasi Pengendalian AI
2). Program PDSR – FAOa. Penambahan PDSR pada provinsi se Sulawesi
dan Kalimantan, serta di setiap kab/kota Sumsel, Bengkulu, Bangka Belitung, Jambi, Sumbar, Riau, Kepri, NAD, Sulsel dan Sulbar
b. Penerapan sistem baru PDSR yang berbasisdesa di seluruh lokasi Program PDSR
c. Integrasi Kader Desa (CBAIC) membantu PDSR d. Integrasi DSO dalam surveilans terpadu.
Lanjutan A. Surveilans….
3). Pemetaan genetik dan antigenik virus AI4). Surveilans :
a. Surveilans oleh 5 (lima) FKH 2006b. BBV/BPPV dengan targetb.Terpadu (Deptan-Depkes) di sekitar kasus positif padamanusia
5). Informasi kasus dari Industri Perunggasan.
18
Rencana Pengembangan
944153Pelatihan
725UPPAI Regional
28919Provinsi
308158150Kab/Kota
361224Sumatra,Sulawesi,K
alimantan,Papua
LDCC
~2,1231,241~882PetugasPDSR
TotalSaat iniBaru/yad
1,21258460353.71,96441,8023.33,657111,004Total
40202069.53012,83415.24332,844Yogyakarta
125646184.03206,5803.038112,520Tuban
100080.0162821.4201,445Sulawesi
152728033.81463,3252.343218,792Semarang
116585832.4692,2532.32139,444Purwokerto
164778714.4331,1842.62298,674Medan
162818147.02227,1103.847212,553Malang
80404078.22542,8114.83256,745Lampung
150029.684510.7273,644Kalimantan
431825100.017070.012,076Jakarta
94474731.8764,6392.123911,426Bogor
47232468.8972,4033.41414,151Banten
92484444.82074,6507.44626,268Bandung
72363675.92142,5732.728210,422Bali
Total PDS/R
PDRPDS
Jumlah PDS/RRata-rata (%)
PDR RespoKasus Aktif(Rapid Tes+)
JumlahWawancaraPDR
Rata-rata (%)
KasusAktif(Rapid Tes+)
JumlahWawancaraPDS
LDCC
dan respon yang dilakukan
Kegiatan LDCC Tahun 2007 dalam melaksanakan pelacakan penyakit
20
Restrukturisasi Perunggasan
1) APBN 2008a. Restrukturisasi Kawasan Budidaya Unggasb. Restrukturisasi Pemeliharaan Unggas di
Pemukiman
2) Mendorong/Advokasi Pemda dalam penetapanPERDA tentang penataan pemeliharaan unggas dipemukiman.
3) World Bank dengan dukungan teknis FAOKajian Restrukturisasi Perunggasan
(Komponen E / KOMNAS FBPI )
Rencana 2008 - Intensifikasiprogram pengendalian Avian
Influenza1. Mengurangi risiko
• Program vaksinasi yang efektif• Meningkatkan biosekuriti• Pengelolaan Pasar tradisional, pengepul dan
pedagang• Manajemen kesehatan unggas air• Zoning dan kompartemen
21
2. Meningkatkan kemampuan pelayanankesehatan hewan (strengthening veterinary services)
a. Program peningkatan tatalaksana pengendalian AIn UPPAI Pusat, UPPAI Regional, UPPAI Propinsi
b. Program PDSRn Peningkatan mutu program PDSRn Replikasi PDSR ke seluruh Kab/Kota di Propinsi di pulau
Sumatra dan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Baratn Replikasi PDSR di Propinsi di Pulau kalimantan dan
Propinsi di Sulawesi selain Sulsel dan Sulbar
Rencana 2008 - Intensifikasi program pengendalian Avian Influenza
Lanj……
c. Program peningkatan kapasitas Laborato
n Meningkatkan peran Reference Lab (Bbalitvet)n Meningkatkan jaminan mutu dan jejaring lab kesehatan
hewan (Bbalitvet/BBV/BPPV)n Melibatkan laboratorium Kesehatan hewan tingkat Propinsi
dan lab. Fakultas Kedokteran Hewan
d. Targetted Surveilans (BBV/BPPV)
22
3. Komunikasi risikoa. Meningkatkan komunikasi dengan
masyarakat melalui KIEb. Meningkatkan komunikasi dengan industri,
pedagang, konsumenc. Meningkatkan kerjasama dengan media
dalam penyebaran informasi mengenaipengendalian AI
Rencana 2008 - Intensifikasi program pengendalian Avian Influenza
INTENSIFIKASI PENGENDALIAN AI
1) JABAR - Lokasi Kab. Bandung,Tasikmalaya, Garut, Indramayu,
Subang- Profiling usaha peternakan di 6 kab/kota (FAO)- Meningkatkan deteksi dini dan respon cepat
(PDSR/FAO/World Bank) - Vaksinasi di daerah resiko tinggi (World Bank)- Peningkatan higiene dan sanitasi di pasar tradisional,
tempat penampungan unggas, tempat pemotonganunggas dll.
- KIE- Meningkatkan pengawasan lalu lintas unggas (check
point)- Meningkatkan partisipasi industri perunggasan- Pilot Incident Command System (ICS/ACIAR)
23
2) JABODETABEK- Lokasi Kab/Kota Tangerang- Menambah jumlah PDSR (FAO)- Peningkatan higiene dan sanitasi di pasartradisional tempat penampungan unggas, tempat pemotongan unggas dll.
(APBN,APBD,BLN)- KIE (interactive talk shows, community radio etc.) (FAO/UNICEF)
- Meningkatkan pengawasan lalu lintas unggashidup (check point)
- Meningkatkan partisipasi industri perunggasan