latar belakang masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/tesis bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. ·...

82
Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Untuk mewujudkan insan yang beriman dan taat pada ajaran agama, maka perlu dibangun landasan keagamaannya, titik awal untuk membangunnya adalah dengan melakukan pembinaan terhadap pendidikan aqidahnya. Ajaran Islam dibagi kedalam tiga aspek pokok, yaitu aqidah. Syariat dan akhlak. Aspek aqidah merupakan aspek yang pundamental dalam Islam dan berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan keyakinan atau keimanan dan kepercayaan terhadap hal-hal yang ghaib. Aqidah berkaitan dengan pekerjaan hati. Aspek syariat adalah aspek yang berkaitan dengan amal ibadah, yang berkenaan dengan pelaksanaan hukum berupa perintah dan larangan Allah SWT. Akhlak adalah aspek yang berkaitan erat dengan persoalan etika, moral, dan pergaulan hidup. Ketiga aspek ini berkaitan erat satu sama lainnya dan tak dapat dipisahkan.(Hasan Mu’arif Ambarawy,dkk, 2003, hal. 25). Aqidah adalah asas untuk membangun Islam pada diri anak, kalau landasannya sudah bagus dan kokoh, maka Islam akan tegak dalam diri anak. Jika ada pernyataan kenapa dewasa ini atau masa yang akan datang anak-anak kita tidak tegak dan kokoh dalam beragamanya, tidak kuat aqidahnya dan banyak terjadi perlanggaran- perlanggaran terhadap ajaran agama, atau dalam bahasa sosialnya, banyak kenakalan remaja pada anak-anak dan remaja muslim. Kemungkinan yang terjadi kurang kokohnya bangunan pendidikan aqidah atau keimanan terhadap ajaran-ajaran Islam selama sebelumnya. Untuk itu langkah awal yang harus dikerjakan adalah pendidikan aqidah sejak dini. Kewajiban awal yang terpikul kepada orang tua. Seperti diajarkan dalam surat Luqman ayat 13, yaitu:

Upload: others

Post on 13-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

Bab 1PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Untuk mewujudkan insan yang beriman dan taat pada ajaran agama, maka perlu

dibangun landasan keagamaannya, titik awal untuk membangunnya adalah dengan

melakukan pembinaan terhadap pendidikan aqidahnya. Ajaran Islam dibagi kedalam

tiga aspek pokok, yaitu aqidah. Syariat dan akhlak. Aspek aqidah merupakan aspek

yang pundamental dalam Islam dan berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan

keyakinan atau keimanan dan kepercayaan terhadap hal-hal yang ghaib. Aqidah

berkaitan dengan pekerjaan hati. Aspek syariat adalah aspek yang berkaitan dengan

amal ibadah, yang berkenaan dengan pelaksanaan hukum berupa perintah dan larangan

Allah SWT. Akhlak adalah aspek yang berkaitan erat dengan persoalan etika, moral,

dan pergaulan hidup. Ketiga aspek ini berkaitan erat satu sama lainnya dan tak dapat

dipisahkan.(Hasan Mu’arif Ambarawy,dkk, 2003, hal. 25).

Aqidah adalah asas untuk membangun Islam pada diri anak, kalau landasannya

sudah bagus dan kokoh, maka Islam akan tegak dalam diri anak. Jika ada pernyataan

kenapa dewasa ini atau masa yang akan datang anak-anak kita tidak tegak dan kokoh

dalam beragamanya, tidak kuat aqidahnya dan banyak terjadi perlanggaran-

perlanggaran terhadap ajaran agama, atau dalam bahasa sosialnya, banyak kenakalan

remaja pada anak-anak dan remaja muslim. Kemungkinan yang terjadi kurang

kokohnya bangunan pendidikan aqidah atau keimanan terhadap ajaran-ajaran Islam

selama sebelumnya. Untuk itu langkah awal yang harus dikerjakan adalah pendidikan

aqidah sejak dini. Kewajiban awal yang terpikul kepada orang tua. Seperti diajarkan

dalam surat Luqman ayat 13, yaitu:

Page 2: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

2

( 13 :,31 /))

Artinya: ”Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,

Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"

(Depag RI, 1989, hal. 654).

Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak

permulaan muslim. Sebaliknya, tegaknya aktivitas keislaman dalam hidup dan

kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki aqidah

atau menunjukkan kualitas iman yang ia miliki. Masalahnya karena iman itu bersegi

teoritis dan ideal yang hanya dapat diketahui dengan bukti lahiriah dalam hidup dan

kehidupan sehari-hari (Nasruddin Rozak, 1993, hal. 120).

Dari sisi lain, menurut Khalifah Abdul Hakim (1986, hal. 53) keyakinan terhadap

adanya alam ghoib merupakan postulat fundamental dalam Islam, adanya hukum sebab-

akibat atau keragaman alam adalah aksioma fundamental dari semua sains, bahwa alam

semesta berada dalam kekuasaan suatu hukum dalam segala aspeknya. Bagaimana

seorang ilmuwan menyatakan suatu keseluruhan yang tak terbatas hanya dengan

pengalaman di bagian alam semesta yang sangat terbatas. Setiap ilmuwan harus

meyakini bahwa yang tidak terlihat (gaib) itu jauh lebih besar dari pada yang terlihat.

Sarana untuk mencapai itu dengan menyakini adanya kekuasaan Yang Maha Kuasa di

balik itu semua, dari kondisi ini peran pendidikan iman atau aqidah membereskan

keraguan sains terhadap Kebenaran Tuhan. Tujuan ini adalah untuk meghindari diri dari

kesyirikan kepada ketauhidan Allah Swt. Ungkapan tauhid, seperti pendapat Noordeen

(2003, hal. 185), bahwa tauhid memang lengkap dalam Islam.

Page 3: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

3

With complete belief, knowledge and understanding of the concept of divinity(tawhid), a believer finds a perfect and comprehensive concept of the universe,of life and humanity. He does not falter in the darkness to seek a solution tomany of this problems relating to modes of behaviour or judicial decisionsbecause all these matters are based on the fundamental concept of tawhid.(Noordeen, 2003,hal. 185).

Berdasarkan alasan pentingnya pendidikan aqidah bagi seorang muslim, maka

pendidikan Islam sangat berperan untuk menerapkan pendidikan ini kepada anak-anak,

terutama anak yang belum mencapai dewasa atau baligh. Agar sesuai dengan

perkembangan anak-anak serta sesuai dengan kebutuhan ilmu pengetahuan dan

teknologi, kesenian dan budaya serta perkembangan kebutuhan masyarakatnya. Untuk

itu menurut Yusufhadi Miarsi (2004, hal. 329) perlu adanya usaha yang sengaja

mendidik masyarakat, termasuk murid dan guru agar dapat secara selektif menerima

pesan-pesan media massa yang mereka terima, sejak kanak-kanak, sehingga mampu

menyaring dampak-dampak negatif yang mungkin timbul.

Salah satu titik awal dari itu semua adalah memberikan pendidikan dari segala

seginya, baik berupa pendidikan formal, informal maupun nonformal. Orang tua

mempunyai peranan utama di dalam keluarga dalam membentuk kepribadian anak yang

agamis, beriman dan bertaqwa (Husen Segaf, 1991, hal. 58-59). Sesuai dengan ayat

berikut ini yang terpenting dan terlebih ddahulu keluarga haruslah diutamakan untuk

memeliharanya yaitu : At-Tahrim(66) ayat 6 atau suroh Asy-Syua’ara (26) ayat 214-

215. Sistem keluarga yang dilembagakan oleh Islam bersandar pada pengetahuan yang

mendalam akan elemen-elemen kebahagiaan keluarga serta ikatan dalam lingkup

”psikologi, mental, dan sosial. Ia menuntut untuk memuaskan setiap individu dengan

kebaikan, kasih sayang, kelemahlembutan, serta ketentraman” (Baqir Sharif al Qarashi

2003, hal. ,52).

Page 4: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

4

Sejalan dengan itu Islam memandang pendidikan sebagai proses yang terkait

dengan upaya mempersiapkan manusia untuk mampu memikul tugas hidup (taklif)

sebagai Khalifah Allah di muka bumi ini. Untuk maksud tersebut, manusia diberi

potensi manusia untuk mampu mengelola dan mengolah kekayaan alam yang ada

dilangit dan di bumi, bagi kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat (Sholeh Iskandar

1992, hal.14). Dalam ayat Al-Qur’an Allah memerintahkan kepada manusia untuk

membaca, maka tidak aneh apabila umat Islam disebut “umat Iqro’, umat ilmu

pengetahuan dan cahaya”.(Hery Noer Aly dan Munzier, 2000,hal. 13).

Dengan ini semua, maka jalan untuk beribadah, memproleh petunjuk menjadi

berbudaya memakmurkan bumi guna melaksanakan tugas hidup dari Allah adalah

dengan ilmu dan pengetahuan yang dijiwai dengan iman (Hery Noer Aly dan Munzier

2000, hal.13). kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak saja membawa pengaruh

positif bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia, tentu saja membawa

pengaruh tidak positif. Sekarang ini masyarakat relatif mudah untuk memperoleh

pangan sandang. Namun di sisi lain kemajuan ekonomi ini pada gilirannya juga telah

melahirkan masalah-masalah baru, seperti kesenjangan sosial yang tinggi antara yang

kaya dan miskin, meningkatnya tindak kriminalitas, seperti pembunuhan dan

perampokan sadis terhadap suatu keluarga, meningkatnya remaja pemakai narkoba,

merosotnya kepedulian sosial masyarakat dan seterusnya.

Dengan kondisi inilah menyebabkan masyarakat mulai melirik kembali kepada

lembaga pendidikan Islam seperti Madrasah atau pondok pesantren atau cara-cara yang

tepat dalam menerapkan materi-materi keislaman agar anak-anak termotivasi untuk

menjalankan dan mentaati ajaran-ajaran Islam ini. Ini semua diyakini dapat menjadi

benteng yang ampuh untuk menjaga kemrosotan moralitas masyarakat dan bangsa.

Sebuah contoh yang riil dalam lintas sejarah sampai sekarang belum nampak santri-

Page 5: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

5

santri atau anak-anak pengajian yang tawuran dan mabuk-mabukan setelah pulang dari

belajar dan lainnya.

Dalam mendidik atau memberikan suatu pendidikan banyak hal yang perlu

diperhatikan, namun dari pendidikan dan hasil pendidikan itu tergantung dari beberapa

faktor diantaranya:,” pendidik, anak yang didik, sarana pendidikan dan cara

mendidik”(Ny.Singgih dan Singgih Gunarsa 1992, hal. 131). Dari sekian banyak

metode menurut kesimpulan Abdullah Nashih Ulwan (1988, hal. 2) meteode yang

efektif dan kaedah-kaedah yang influentif dalam membentuk dan mempersiapkan anak

yang menjadi perhatian adalah dengan jalan:

(1 ) pendidikan dengan keteladanan,

(2) pendidikan dengan adat kebiasaan,

(3) pendidikan dengan nasehat,

(4) pendidikan dengan memberikan perhatian, dan

(5) pendidikan dengan memberikan hukuman.

Oleh karena itu dalam usaha membantu pengembangan kedekatan diri anak

dengan nilai-nilai ajaran agama, terutama anak-anak di bawah masa akil baligh, sejak

lahirnya harus diperhatikan apa meteri-materi yang mudah untuk diterapkan dan

pendekatan apa yang cocok yang dapat dioptimalkan oleh para pendidik dapat berupa

orang tua, guru dan masyarakat yang terkategori punya pengaruh terhadap

perkembangan dan pengembangan keagamaannya. Termasuk dalam hal dasar aqidah

yang dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga khususnya anak yang belum baligh.

Walaupun pada awalnya anak yang baru lahir pada dasarnya adalah belum beragama,

tetapi telah mempunyai potensi atau fitrah untuk berkembang menjadi manusia yang

Page 6: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

6

beragama. Maka menurut A.Aziz Ahyadi (1991, hal. 40) bahwa ”isi, warna dan corak

perkembangan kesadaran beragama anak sangat dipengaruhi oleh keimanan, sikap dan

tingkah laku keagamaan orang tuanya”.

Untuk itu, keluarga sebagai madrasatul u’la atau lembaga pertama dan utama

sangat menentukan perkembangan keagamaan bagi anak-anaknya, termasuk

perkembangan kegiatan peribadatan, perkembangan keakhlakan dan perkembangan

keimanan dalam arti aqidah yang melekat yang diyakininya pada bentuk kegiatan

ibadah, kegiatan muamalah, dan berbentuk kegiatan akhlaknya.

Dengan memperhatikan alasan-alasan itu, maka penulis akan mempertajam dan

menganalisis dalam uraian dan pembahasan lebih fokus dan mendetil dalam bentuk

penelitian lebih lanjut, terhadap bagaimana pentingnya mengelola dan mengatur dalam

memberikan pendidikan anak-anak yang belum baligh terutama bidang keyakinan

dalam menjalankan ajaran-ajaran agamanya pada usia-usia sebelum baligh dan terbiasa

dan menyatu dalam dirinya ketika dewasanya kelak.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tujuan pelaksanaan pendidikan aqidah pada anak-anak sebelum masa

akil baligh di dalam keluarga muslim ?

2. Bagaimana materi pendidikan aqidah anak-anak sebelum masa akil baligh di dalam

keluarga muslim ?

Batasan Masalah

Page 7: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

7

Ruang lingkup yang menjadi penelitian ini adalah menguraikan tentang

pengoptimalisasian manajemen pendidikan aqidah sebagai salah satu pendekatan

dalam mendidik anak-anak sebelum masa akil baligh menurut tinjauan konsep

pendidikan dalam Islam di keluarga yang termaktub dalam al-Quran dan perintah-

perintahnya tentang pentingnya mendidik anak-anak sebelum menjelang dewasa yang

terjadi dalam lingkungan keluarga. Alasan yang pokok menguraikan batas tersebut

adalah karena pendidikan agama, termasuk didalamnya pendidikan aqidah anak-anak

sejak dini bahkan sejak dalam kandungan sangat penting, maka setiap orang dewasa

punya tangung jawab moral yang besar dalam mendidik anak-anak pada perbuatan

yang sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai ajaran Islam dalam kitab suci al-

Qur’an al-Karim. Kemudian meninjau tentang materi apa yang sesuai dalam

mendidiknya akan dilihat dari kategori perkembangan fisik, psikis, dan perkembangan

keagamaannya sesuai dengan format atau konsep dalam ajaran Islam dan pendapat para

ahli yang berhubungan dengan masalah ini, serta meninjau juga tentang tujuan

pelaksanaan pendidikan aqidah tersebut, kemudian dianalisa dalam pengembangannya

dengan pendapat para ahli pendidik dan kejiwaan sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang berkembang ini. Kajian pendidik dimaksudkan dalam

tinjauan ini adalah orang tua atau orang yang dituakan atau orang dewasa lainnya di

dalam lingkungan keluarga muslim.

Pertama, dari sisi tujuan pendidikan aqidah dalam keluarga muslim, penelitian

ini berupaya mengungkapkan fakta tentang tujuan aqidah bagi seorang muslim,

tujuan dan fungsi pendidikan bagi orang tua, serta tujuan pendidikan aqidah bagi

anak-anak.

Page 8: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

8

Adapun masa-masa perkembangan anak-anak akan disesuaikan dengan materi

pendidikan aqidah padanya, yang kedua ingin mengungkapkan fakta tentang materi

pendidikan aqidah anak dalam kandungan, materi pendidikan aqidah anak sejak lahir

sampai umur dua tahun, materi pendidikan aqidah anak umur balita (dua sampai lima

tahun), dan materi pendidikan aqidah umur anak enam tahun sampai baligh (15

tahun). Pada setiap masa akan dijelaskan landasan yang mendasari dari ayat-ayat al-

Qur’an dan beberapa hadits, misal hadits tentang anak lahir diazankan, hadits tentang

aqiqah, hadits tentang memberi nama, hadits tentang dihitankan, hadits tentang diajari

anak shalat.

Tujuan Penelitian

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah :

(1) untuk mengetahui secara lebih fokus dan mendalam tentang tujuan pelaksanaan

pendidikan aqidah pada anak-anak sebelum masa akil baligh di dalam keluarga

muslim, dan

(2) untuk mengetahui materi pendidikan aqidah anak-anak sebelum masa akil baligh di

dalam keluarga muslim.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terbagi dua yakni kegunaan teoretis dan praktis.

Kegunaan teoretis untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang pendidikan

aqidah bagi anak-anak baik di keluarga maupun di luar rumah dan aspek-aspek yang

mempengaruhinya. Kegunaan praktis, hasil penelitian diharapkan akan memberikan

manfaat dan berguna bagi pengelola pendidikan dan para ahli didik pada umumnya

serta bagi kemajuan dalam mentaati ajaran agama bagi setiap muslim sesuai dengan

format-format ajaran Islam dalam al-Qur’an, ditambah juga akan memperkuat iman

Page 9: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

9

dalam menghadapi era yang terus berkembang dan menggelobal ini, terutama setiap

keluarga muslim siap dan kokoh pada keimanannya dalam menghadapi era globalisasi

yang tak menentu.

Tinjauan Pustaka

Pengkajian tentang pendidikan prabaligh atau sebelum masa baligh sebenarnya

telah banyak dilakukan oleh para ahli didik baik melalui hasil-hasil karya berupa buku

atau sejenisnya maupun dalam bentuk seminar, diskusi dan sejenisnya. Semuanya

berkesimpulan bahwa anak-anak sejak usia dini perlu diperhatikan dalam

perkembangannya dan pendidikannya, oleh karenanya sangat penting memperoleh

perhatian secara serius. Pada kesempatan ini, akan diungkap berbagai hasil penelitian

tentang pendidikan pada anak-anak di bawah masa akil baligh ini terutama di dalam

keluarga dari beberapa sudut. Di antara beberapa tulisan yang dapat penulis telaah dan

analisis adalah pertama, tulisan Eliya Yulyanti, ”Peranan Orang Tua dalam Membentuk

Tingkah Laku Anak-Anaknya di Bawah Masa Akil Baligh Di Desa Ujung Tanjung

Kecamatan Banyuasin III Kabupaten MUBA”. Skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah

IAIN Raden Fatah Palembang tahun 1996. Yang pembahasannya pada peranan orang

tua dalam mempengaruhi tingkah laku keagamaannya, dengan sub bahasan yang lain

tentang faktor-faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku anak-anaknya itu,

seperti faktor pendidikan orang tua, penghasilan, jenis pekerjaan, keteladanan,

perhatian dan faktor lingkungan sekitarnya.

Kedua, tulisan Buchari yang berjudul, ”Keluarga Muslim dan Peranannya dalam

Menciptakan Aktivitas Keagamaan Masa Remaja”. Skripsi mahasiswa Fakultas

Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang tahun 1997. Pembahasannya mengenai

aktivitas yang tergolong remaja, bisa dalam arti belum menikah atau belum dewasa

dalam arti umurnya. Aktivitas yang dimaksud dalam penelitiannya adalah aktivitas

Page 10: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

10

yang ada hubungannya dengan habluminallah, termasuk di dalamnya, shalat lima

waktu, pengajian al-Qur’an, puasa dan lainya. Dan aktivitas yang berhubungan dengan

habluminannas, seperti mengikuti kegiatan ceramah peringatan hari besar Islam,

remaja masjid dan sejenisnya. Dan yang berhubungan dengan alam sekitarnya, seperti

gotong royong membersihkan lingkungannya. Kemudian dibahas juga tentang metode

yang digunakan oleh orang tua dalam menumbuhkan aktivitas tersebut, yaitu metode

keteladanan, perhatiannya, nasehat-nasehat, memberi sarana pada remaja dan metode

menghukumnya.

Selanjutnya tentang pendidikan anak di bawah masa akil baligh ini juga dibahas

dalam tulisan berupa tesis dan disertasi, antara lain, pertama, tulisan Nurlaili yang

berjudul : ”Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Tesis mahasiswa

Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang tahun 2006. Dalam

pembahasannya menguraikan tentang keluarga itu perlu memperhatikan pendidikan

akhlak anaknya, pokok-pokok ajaran Islam, membaca al-Qur’an dan pendidikan aqidah

Islamiyah, pada bab yang lain dikaji tentang metode yang akan diterapkan, yaitu

metode keteladanan, pembiasaan, nasehat, perhatian pengamanan, hukuman dan

metode motivasi dan intimidasi. Kemudian dibahas juga tentang tujuan pendidikan

dalam kajian Islam itu, sub kajiannya beriman, bertakwa, berakhlak yang mulia, cerdas,

sehat dan bertangung jawab.

Kedua, tulisan Anwar berjudul : ”Metode Pembinaan Akhlak Mulia Terhadap

Remaja”. Tesis mahasiswa PPs IAIN Raden Fatah palembang tahun 2005. dalam

tulisannya dibahas tentang perlunya melaksanakan pembinaan terhadap reamaja secara

bersama oleh orang tua, guru dan masyarakat. Menurutnya juga dibahas tentang faktor

yang dominan mempengaruhi akhlak remaja, bisa dalam bentuk kegiatan memperbaiki

kegiatan keseharian yang dikategorikan jahat, penanaman nilai-nilai akhlak sejak dini

Page 11: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

11

dan terakhir remaja harus melibatkan diri dalam kegiatan keagamaan remaja

kesehariannya.

Ketiga, tulisan Miftahul Huda, ”Model Interaksi Pendidikan Anak Dalam Al-

Qur’an”. Disertasi mahasiswa Program Doktor dalam Program Studi Ke-Islaman PPs

IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2007. Disertasi ini memfokuskan pada tujuan dan

materi pendidikan, karakter pendidik dan etika anak didik dan metode pendidikan yang

digali dari Al-Qur’an. Obyek penelitiannya mengarah pada kisah-kisah yang memuat

interaksi pendidikan anak, dalam arti yaitu Adam, Nuh, Ibrahim, Ya’qub, Ayarkha,

Hannah, Luqman Al Hakim, Zakaria, dan Maryam. Dan juga dikaji tentang Konsep

Pendidikan anak dalam masyarakat muslim yang didominasi oleh pemikiran pakar

pendidikan Barat, fakta akademik pendidikan dasar yang memperhatinkan dan penuh

dengan krisis dan Al-Qur’an memuat dasar-dasar interaksi pada pendidikan anak.

Metode yang digunakan metode tafsir dengan pendekatan Mawdlu’i dan tahlili. Dalam

penelitiannya, Miftahul Huda menunjukkan bahwa pendidikan anak dalam Al-Qur’an

bertujuan untuk pemberdayaan spiritual anak didik melalui pendidikan aqidah dan

syari’ah. Serta pemberdayaan moralitas personal dan sosial melalui pendidikan akhlak.

Serta model interaksi yang diharapkan yaitu tiga model, model assosiatif, disassosiatif

dan disassosiatif-assosiatif (gabungan anatara keduanya).

Penelitian dalam bentuk skripsi, tesis, dan disertasi di atas, meski membahas

tentang pendidikan anak-anak, namun titik tekan pembahasannya terlihat dari sudut

yang berbeda, ada yang memfokuskan pada pendidikan akhlak pada remaja, ada yang

membicarakan aktivitas keseharian remaja yang dipengaruhi orang tua, dan ada yang

memfokuskan pada metode tertentu dalam menerapkan sikap anak-anak dalam

keluarga saja oleh orang tua. Dan ada juga yang memfokuskan pada penafsiran al-

Qur’an dalam pendidikan anak. Sedangkan penelitian ini titik beratnya terletak pada

Page 12: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

12

materi pendidikan aqidah yang dapat membangkitkan ketaatan anak-anak sebagai

muslim pada ketaatan menjalankan perintah agama, dengan cara meninjau bagaimana

sebaiknya konsep yang diterapkan dalam pendidikan aqidah anak-anak ini dalam

keluarga, yang dilihat dari tinjauan cara memanajemen tujuan dan materi yang sesuai

menurut ajaran Islam, dan nantinya dapat dikembangkan menurut al-Hadits dan para

ahli pendidikan dan ahli ilmu jiwa pendidikan.

Untuk itu, setelah membaca dan meninjau beberapa karya di atas, walaupun di

sana sini masih ada kesamaannya, namun untuk pembahasan dalam topik Manajemen

Pendidikan Aqidah Pada Anak-Anak Sebelum Masa Akil Baligh Dalam Keluarga

Muslim (Tinjauan Tujuan dan Materi Pelaksanaan), secara khusus belum penulis

temukan.

Kerangka Teori

Pendidikan aqidah dalam ajaran agama sudah dimulai sebelum seseorang masuk

ke kehidupan dunia ini. Betapa penting dan utamanya pendidikan aqidah ini, telah

dimulai jauh semasa manusia itu masih di alam ruh, yaitu ”alamnya yang paling awal

yang tidak dapat dibatasi dengan waktu atau disebut masa azaly” (A.Rahman Ritonga

2005, hal. 9). Di alam ini calon manusia sebagai ruh dalam keadaan bersih (qudus),

alam di mana tidak ada permusuhan, tidak ada dengki dan dendam, tidak ada yang

berstatus kaya atau miskin, alam tersebut alam yang paling damai dan sentosa.

Oleh sebab itu, sebelum manusia dikirim ke alam rahim untuk seterusnya ke

alam dunia, lebih dahulu diminta kesediaan mereka menandatangi kontrak ketuhanan,

seperti yang diabadikan dalam al-Qur’an, Surat al-A’raf(7) ayat 172-173, sebagai

berikut:

Page 13: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

13

)172 ) الأعراف-173:7 /

Artinya: . Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anakAdam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka(seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul(Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agardi hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah

orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan) "

Atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami Telahmempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami Ini adalah anak-anak keturunanyang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kamiKarena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu.1[Depag RI, 1989, hal. 250 )

Dalam ajaran Islam, kepercayaan pokok yang lurus diyakini lebih dahulu ialah

bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (la’i’la’ha illa’ Allah). Pernyataan ini menunjukkan

bahwa Allah Maha Esa, tidak berserikat dan tidak boleh disyarikatkan dengan yang lain.

Hanya Allah Swt. satu-satunya yang patut dan berhak disembah. Aqidah terhadap

keesaan Allah Swt ini akan melahirkan keyakinan yang mengakui adanya wujud Allah,

sifat-sifat-Nya, hukum-hukum-Nya, dan kekuasaan-Nya. Pokok aqidah ini dengan

sendirinya akan mencakup kepercayaan yang lain, seperti Malaikat-Malaikat-Nya, para

rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kebangkitan, dan ketentuan takdir-Nya.( Hasan Mu’arif

Ambarawy, dkk, 2003, hal. 25).

Dalam Al-Qur’an, aqidah diistilahkan dengan iman dan syariat. Iman dan syariat

ini diistilahkan dengan amal shaleh. Keduanya selalu disebut beriringan, umpamanya

1Maksudnya: agar orang-orang musyrik itu jangan mengatakan bahwa bapak-bapak mereka dahuluTelah mempersekutukan Tuhan, sedang mereka tidak tahu menahu bahwa mempersekutukan Tuhan itusalah, tak ada lagi jalan bagi mereka, hanyalah meniru orang-orang tua mereka yang mempersekutukanTuhan itu. Karena itu mereka menganggap bahwa mereka tidak patut disiksa Karena kesalahan orang-orang tua mereka itu.

Page 14: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

14

dalam QS,16 : 97, QS,18: 107-108 dan QS,103: 1-3. Ayat-ayat di atas membuktikan

bahwa Islam bukan semata-mata aqidah atau semata-mata syariat, melainkan satu

kesatuan ajaran yang meliputi aqidah dan syariat. Aqidah merupakan pokok ajaran

Islam yang sangat penting dalam ajaran Islam.

Kenapa harus aqidah? Jawabnya adalah karena dengan aqidah anak selamat dunia

dan akhirat, aqidah merupakan modal dasar bagi anak-anak menapaki kehidupan, dapat

dibayangkan apa yang terjadi jika seorang anak tidak mempunyai aqidah yang kuat,

pasti anak-anak itu akan mudah terserang berbagai virus-virus kekejian, kemungkaran,

kemunafikan, dan kemaksiatan kepada Allah, imunitas keimanan anak akan lemah, dan

pada akhirnya anak terjebak dalam kejamnya dunia ini. Terbawa arus deras gelapnya

kehidupan, tenggelamnya dalam kubangan kemaksiatan, kegersangan hidup dan

kesengsaraan batin. (Riwayat, 0n-line,8/06 2009).

Menurut HasanAl-Banna, dalam Musa Sueb (2004, hal. 84) mengatakan bahwa

aka’id (bentuk jamak dari aqidah) artinya beberapa perkara yang wajib diyakini

kebenarannya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang

tidak bercampur sedikitpun dengan keraguan-raguan. Dalam pendapat lain, Abu Bakar

Jabir al-Jazairy mengatakan aqidah adalah ”sejumlah kebenaran yang dapat diterima

secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu

dipatrikan oleh manusia di dalam hati dan diyakini kesalihannya dan keberadaannya

secara pasti, dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”.(Musa

Sueb 2004, hal. 84).

Berdasarkan dua pengertian aqidah di atas, kesimpulan yang dapat ditarik

menurut Musa Sueb (2004, hal. 85) adalah sebagai berikut:

1.Setiap manusia mempunyai fitrah untuk mengenal adanya Tuhan yangdidukung oleh hidayah Allah berupa indera, akal, agama (wahyu), dan

Page 15: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

15

taufiqiyah (sintetis antara kehendak Allah dengan kehendak manusia). Olehkarena itu, manusia ingin mengenal Tuhan secara baik harus mampumemfungsikan hidayah-hidayah tersebut.

2. Keyakinan sebagai sumber utama aqidah itu tidak boleh bercampur tangandengan keraguan.

3. Aqidah yang kuat akan melahirkan ketentraman jiwa.

4. Tingkat aqidah seseorang bergantung pada tingkat pemahamannya terhadapayat-ayat qauliyah dan kauniyyah.

Beberapa konsep tentang aqidah tersebut, betapa pentingnya pendidikan aqidah

itu bagi eksistensi seorang muslim. Dalam memantapkan eksistensi itu peran pendidikan

sangat menentukan, terutama diawali dengan pendidikan keagamaan, walaupun

materinya apa saja., dengan maksud ini istilah pendidikan lebih tepat adalah tarbiyah,

dari akar kata ”rabba”, diartikan pengasuhan, demikian pendapat Naquib al-Attas dalam

Ramayulis (1994, hlm.2) yang pada ahkirnya tertuju pada pengasuhan yang lebih besar

dalam segalanya, ”rabbana” (Tuhannya kita semua). Firman Allah dalam suroh Al-

Isra’ ayat 24 menyatakan bahwa:

24 (/17 )الإسراء:

Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,

sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".(Depag RI 1989, hal.

428).

Selanjutnya menurut Abdurrahman al-Bani dalam Abdurrahman an-Nahlawi

(2002, hal. 32) bahwa istilah tarbiyah terdiri dari empat unsur:

Pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh.Kedua, mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam.

Page 16: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

16

Ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya.Keempat, proses ini dilaksanakan secara bertahap dan sedikit demi sedikit (an-Nahlawi, 2002, hal. 32).

Oleh karenanya, setiap pendidik dalam arti orang tua, guru dan masyarakat

hendaknya menyadari, bahwa pendidikan bukanlah sekedar mengajarkan pengetahuan,

pengetahuan agama, dan melatih untuk terampil beribadah. Akan tetapi lebih luas dari

itu. Terutama pendidikan agama dan keagamaan, bahwa :

Pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak, sehinggaagama itu, benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadipengendali dalam hidupnya dikemudian hari. Untuk tujuan pembinaan pribadiitu, maka pendidikan agama hendaknya diberikan oleh guru yang benar-benartercermin agama itu dalam sikap, tingkah laku, gerak gerik, cara berpakaian,cara menghadapi persoalan dan dalam keseluruhan pribadinya (Zakiah Daradjat1991, hal. 107).

Dalam konsep lain, mengacu kepada pernyataan-pernyataan Rasul Allah SAW,

terlihat bahwa bimbingan yang bersifat efektif adalah bimbingan yang diberikan di

lingkungan keluarga. Dari segi pengertian keluarga muslim terbagi dua kata, yaitu

keluarga dan muslim, secara etimologi keluarga adalah ”satuan kekerabatan yang sangat

mendasar dalam masyarakat” (Depdikbud, 1988, hal. 471). Dalam keluarga itu sendiri

terdapat pilar-pilar utama adalah ”ayah, ibu anak, suami dan istri”(Radhawi 1986,

hal.18). Jadi yang dimaksud dengan keluarga muslim menurut an-Nahlawi (1983, hal.

193) adalah ”sepasang suami istri yang kedua tokoh intinya (ibu dan ayah) berpadu

dalam merealisasikan tujuan pendidikan”.

Dan menurut hasil penelitian mengatakan bahwa yang dominan membentuk jiwa

manusia adalah lingkungan, dan ”lingkungan yang pertama dialami oleh anak-anak

adalah orang tua atau keluarga” (Umar Hasyim 1993, hal. 15). Keluarga sebagai salah

satu dari lapangan pendidikan yang pertama dan utama, maka menurut Jalaluddin

Page 17: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

17

(2002, hal.111) tampaknya Islam menekankan rumah tangga sebagai lapangan

pendidikan yang terpenting. Keluarga dinilai sebagai peletak dasar bagi pendidikan

selanjutnya. Setidaknya ada empat tahapan, pertama bimbingan dengan cara belajar

sambil bermain pada jenjang usia 0-7 tahun, kedua tanamkan sopan santun dan disiplin

pada jenjang7-14 tahun, ketiga ajaklah bertukar pikiran pada jenjang usia 14-21 tahun,

dan sesudah itu lepaskan mereka untuk mandiri.

Memperhatikan betapa pentingnya pendidikan keluarga ini. Guru dan

masyarakat ikut juga bertanggung jawab dalam memikul pendidikan, walaupun

sebenarnya sebagai pelimpahan tidak langsung dari orang tua. Maka guru yang

dimaksudkan adalah guru yang profesional, terutama guru pendidikan tingkat bawah

sebagai dasar pendidikan bagi anak. Menjadi guru tidak sembarang orang, maka guru

harus memenuhi persyaratan tertentu, tetapi yang pokok adalah bagaimana kewajiban

dan tugas guru itu dapat mempengaruhi dan membantu perkembangan keberagamaan

anak-anak itu menjadi taat dan terus komitmen pada ajaran agama yang dianutnya.

Imam Gazali, sebagai mana yang dikutip oleh Athiyah al-Abrasyi (1990, hal.150)

bahwa kewajiban yang harus diperhatikan oleh guru, antara lain :

1. Harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid dan memperlakukan merekaseperti perlakuan terhadap anak sendiri.

2. tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapibermaksud dengan mengajar itu mencari keredhaan Allah dan mendekatkandiri kepada Tuhan (arti luas).

3. berikanlah nasehat kepada murid pada tiap kesempatan untuk menasehati danmenunjuki.

4. mencegah murid dari sesuatu akhlaq yang tidak baik dengan jalan sindiran jikamungkin dan dengan jalan terus terang cara yang halus dan janganmencela, .........

5. jangan ditimbulkan rasa benci pada diri murid mengenai suatu cabang ilmulain selain jurusan pelajarannya sendiri.

6. .....(Athiyah al-Abrasyi 1990, hal. 150).

Sekolah bukan semata-mata mengajar anak-anak membaca, menulis, berhitung,

Page 18: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

18

sains, teknologi, sejarah dan seterusnya, tetapi lebih dari itu, mempersiapkan anak-anak

untuk tertarik menjalankan perintah dan ajaran agama dalam hidup dan kehidupannya.

Walaupun materinya sains, sainsnya masih terkembali kepada asalnya, ciptaannya.

Inilah nilai-nilai ajaran aqidah.

Pada sisi lain, masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap

pendidikan anak, terutama pendidikan aqidah. Zakiah Daradjat (1996, hal. 46)

memberikan pesan bahwa ”semua anggota masyarakat memikul tanggung jawab juga

dalam membina, memakmurkan, memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, memerintah

yang makruf dan melarang yang mungkar”. Demikian Islam menggambarkan perhatian

terhadap pendidikan perorangan dan perhatian juga terhadap pendidikan sosial dan

kemasyarakatan, sehubungan dengan ini Allah Swt. Berfirman, yaitu :

ال) )110: 3عمران/

Artinya: ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada

Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara

mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”

(Depag RI 1989, hlm. 94).

Dalam konsep lain, penetrapan pendidikan hendaknya disesuaikan dengan pola

pendekatan yang menarik dan berpengaruh. Sebagaimana dinyatakan, bahwa pendidik

tidak boleh memberi pengaruh kepada anak-anak dengan metode yang hanya akan

merusak fitrahnya. Sikap kebaikan dan kelembutan Nabi SAW mendapat tekanan dalam

Al-Qur’an. Karena, seandainya Nabi berbuat keras hati atau kasar, niscaya para sahabat

Page 19: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

19

akan meninggalkan beliau (QS,3 Ali-Imron: 159), Nabi juga diperingatkan agar

merendahkan sayapnya kepada orang-orang mukmin (QS,15 Al-Hijir: 88). Agar dapat

mencapai tujuan pendidik harus dapat menggunakan dan mengelola atau mengatur

pelaksanaan metode yang tepat. Penerapan metode secara bertahap, mulai dari yang

sederhana menuju yang kompleks merupakan prosedur kependidikan yang juga

diperintahkan oleh al-Qur’an.(Abdurrahman Saleh Abdullah 1990, hal. 205). Metode

sebagai cara dalam pelaksanaan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan membina

anak-anak agar pandai beribadah dan tetap kokoh keyakinan bergamanya.

Materi pendidikan, sebagai suatu pesan perlu disampaikan kepada orang lain.

Pesan itu dapat berupa ” konsep, maksud atau pendapat yang disampaikan melalui

berbagai media seperti bahasa misalnya; bahasa, tanda-tanda atau alat-alat lain yang

berfungsi serupa” (Zakiah Daradjat, dkk, 2001, hal.111). Untuk itu dapat dimaksudkan

apa itu metode?. Di dalam dunia pendidikan secara sederhana, istilah metode secara

sederhana berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar

tercapai tujuan pendidikan. Sedangkan menurut kamus Purwadarminta ( 1976 ), secara

umum metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik – baik untuk mencapai

suatu maksud. Metodologi pengajaran, menurut Zakiah Daradjat (2001, hal. 111)

adalah ”cara-cara yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada

murid. Cara-cara penyampaian dimaksud berlangsung dalam interaksi edukatif dan

penggunaan berbagai cara itu merupakan upaya untuk mempertinggi mutu pendidikan /

pengajaran yang bersangkutan”. Artinya dalam mencapai tujuan pendidikan, perlu juga

dikelola tentang materi yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak dan

metode atau cara dalam penerapannya.

Untuk menentukan pelaksanaan maka perlu ditentukan apa tujuan yang hendak dicapai,

Secara umum, pada hakekatnya tujuan pendidikan Islam adalah ”mencerdaskan akal

Page 20: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

20

dan membentuk jiwa yang Islami, sehingga akan terwujud sosok pribadi muslim sejati

yang berbekal pengetahuan dalam segala aspek kehidupan” (Al-Baghdadi, 1996,

hlm.30). Begitu juga dengan rumusan tujuan pendidikan Islam yang diringkas menurut

Arifin (2008, hlm. 64), yaitu ”mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim yang

bulat lahiriah dan batiniah yang mampu mengabdikan segala amal perbuatannya untuk

mencari keridaan Allah Swt”.

Pelaksanaan pendidikan dalam keluarga kunci keberhasilannya bila kedua orang

tua dapat mengatur dan mengorganisir pendidikan sesuai dengan petunjuk ajaran dalam

Al-Qur’an. Tuhan menurunkan Al-Qur’an bertujuan untuk memberi rahmat sekalian

alam melalui proses pendidikan atau pengajaran itu. Berhubungan dengan manajemen

dalam kaitan dengan organisasi, dalam hal ini adalah keluarga. Manajemen diartikan

”sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya

organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan

efisien”.(Nanang Fattah, 2008, hal. 1). Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah,

manajemen berbentuk membuat prencanaan program, melaksanakan program, dan

mengevaluasi program. Dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, menurut Mochtar

Effendy (1996, hlm. 34- 40) prinsip dan teknik manajemen yang ada relevansinya

dengan ayt-ayat al-Qur’an, antara lain, 1). Prinsip amar ma’ruf nahi mungkar (Ali-

Imron(3): 110), 2) prinsip kewajiban menegakkan kebenaran (QS, Al-Isro’17: 81, Ali-

Imron(3): 60), 3) prinsip menegakkan keadilan (An-Nisaa’(4): 58, Al-A’raf(7): 29), dan

4) prinsip kewajiban menyampaikan amanat (An-Nisa’(4): 58). Dalam tinjauan ini

manajemen pendidikan dimaksudkan melalui pendekatan prinsip manajemen Islam

yang dipandu oleh nilai-nilai ajaran al-Qur’an.

Demikian selintas, kerangka teori-teori yang dapat dikembangkan dalam

penelitan berikutnya, tentang konsep aqidah dalam ajaran Islam, pendidikan bagi anak-

Page 21: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

21

anak, pelaku pendidikan itu sendiri dan lingkungannya, serta pendekatan yang tepat

untuk diterapkan sesuai dengan materi dan perkembangan anak-anak itu sendiri. Serta

bagaimana memenej metode yang sesuai dalam pendidikan aqidah bagi anak-anak agar

mereka kuat dan komitmen pada ajaran Islam dalam al-Qur’an, setelah dewasanya

kelak.

Definisi Konseptual

Berangkat dari permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, yang berjudul

”Manajemen Pendidikan Aqidah Pada Anak-Anak Sebelum Masa Akil Baligh Dalam

Keluarga Muslim (Tinjauan Tujuan dan Materi Pelaksanaan),”. Maka untuk

menghindari kemungkinan kesalahpahaman terhadap penelitian ini, berikut akan

dijelaskan istilah-istilah yang dipandang penting untuk dijadikan pengangan dalam

kajian penelitian ini lebih lanjut. Namun sebelum didefinisikan secara konseptual dan

operasional dalam arti fokus kajiannya lebih jelas, maka perlu pengertian secara

etimologi (al-lughot) dan terminologi (al-qo,idah), sebagai berikut:

Manajemen diartikan sebagai ”seni penyelesaian dalam mencapai suatu tujuan

dicmana di dalamnya terdapat proses yang meliputi perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), memimpin dan mengarahkan

(leading/directing/actuating), dan pengendalian (controlling) dengan memberdayakan

semaksimal mungkin seluruh sumber daya yang ada” (http://cahyaulumuddin.multiply.

com/journal, online, 16/3/2011). Di luar dari pengertian itu, manajemen dimaksudkan di

sini adalah bagaimana orang tua mengatur, mengelola, menentukan, menggerakan atau

melaksanakan dan mengentrol proses didikan yang terjadi dalam keluarganya tentang

pendidikan aqidah bagi anak-anak yang belum baligh bidang sajian tentang mengatur

materi didikan dan penentuan tujuan yang hendak dicapai dalam melaksanakan

pendidikan, terutama tentang penguatan akan aqdiah anaknya.

Page 22: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

22

Pendidikan Aqidah, di antara pendapat tentang ”Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat. Bangsa dan negara” (UU Sisdiknas

no.20 tahun 2003). Sedangkan aqidah berarti ”menyimpulkan atau mengikatkan tali dan

mengadakan perjanjian”( .(Hasan Mu’arif Ambarawy, dkk, 2003, hlm. 25). Maksudnya

suatu kebenaran yang diikat oleh hati, sehingga dapat mendatangkan ketentraman jiwa,

tidak mendatangkan keraguan.

Diluar dari arti tersebut sebagai defenisi kajian operasionalnya, di sini

dimaksudkan pendidikan aqidah diartikan pendidikan yang materi-materinya dapat

memperkuat keimanan dan akan menumbuhkan semangat untuk taat dan patuh pada

ajaran agama. Dalam menerapkan pendidikan itu diatur dengan suatu cara yang lebih

baik, yaitu manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan aqidah adalah suatu cara

bagaimana mengatur anak-anak yang dilakukan pendidik dalam arti orang tua, atau

orang yang dituakan, atau orang dewasa lainnya untuk menyampaikan materi-materi

dasar ajaran Islam untuk memperkuat keimanannya menurut aturan dalam ayat-ayat

tertentu dalam al-Qur’an.

Anak-anak sebelum masa akil baligh, kalimat itu jika dipisah anak-anak dapat

diartikan kumpulan sejumlah anak. Anak adalah ”seseorang yang berada pada sesuatu

masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa” (Wasty

Soemanto 1990, hlm.166). Akil: ”berakal, cerdik, pandai, dan baligh: sampai umur,

cukup umur, akil baligh” (WJS Poerwadarminta 1976, hlm.81). Sedang dalam

pendekatan fiqih, masuknya baligh (dewasa) dapat dilihat salah satu tanda, cukup umur

lima belas tahun, keluar mani bagi laki-laki, mimpi bersetubuh atau keluar headh bagi

Page 23: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

23

perempuan (Sulaiman Rasyid,1989, hlm.75). Hampir mirip apa yang dikemukahkan

oleh al-Maghribi (2004, hlm. 357), bahwa balighnya anak-anak itu, ditandai dengan

ihtilam (keluar mani mimipi bagi laki-laki), tumbuhnya bulu kemaluan, mencapai lima

belas tahun dan bagi perempuan ditambah datangnya haidh serta membesarnya buah

dada.

Dalam penelitian ini dimaksudkan anak-anak di bawah masa akil baligh adalah

suatu batas masa anak-anak yang akan memasuki masa pubertas atau masa remaja pada

umumnya umur mereka berkisar antara 13 sampai 15 tahun dan batas mulai atau awal

penelitian ini sejak tahun pertama atau baru lahir bahkan sejak dalam kandungan

menurut perspektif kajian ayat-ayat al-Quran yang dikategorikan berkenaan dengan

masalah ini dan mengenai pokok-pokok ajaran Islam yang dikembangkan oleh para ahli.

Keluarga muslim menurut an-Nahlawi (2002, hlm. 193) adalah ”sepasang suami

istri yang kedua tokoh intinya (ibu dan ayah) berpadu dalam merealisasikan tujuan

pendidikan”. Dari segi pengertian keluarga muslim terbagi dua kata, yaitu keluarga dan

muslim, secara etimologi keluarga adalah ”satuan kekerabatan yang sangat mendasar

dalam masyarakat” (Depdikbud, 1988, hlm. 471). Dalam keluarga itu sendiri terdapat

pilar-pilar utama adalah ”ayah, ibu anak, suami dan istri”(Radhawi 1986, hlm.18).

Dalam penelitian ini, keluarga muslim adalah satuan masyarakat terkecil yang

terdiri dari ayah, ibu, kakek, nenek, orang dewasa lainnya (kerabatnya) dan anak-

anaknya atau anak-kerabatnya yang beragama Islam yang mempunyai komitmen untuk

hidup Islami.

Dengan demikian yang dimaksud dengan manajemen pendidikan aqidah anak-

anak sebelum masa akil baligh adalah kiat-kiat tugas atau kegiatan pendidikan yang

dilakukan oleh para pendidik, dalam hal ini orang tua atau orang yang dituakan di

Page 24: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

24

dalam keluarga terhadap anak-anak yang belum baligh untuk membentuk ketaatannya

dalam menjalankan ajaran agamanya secara berkelanjutan atau komit menurut tinjauan

atau kajian penjelasan dalam ajaran Islam dalam al-Qur’an tentang tujuan dan materi

yang disampaikan dalam pendidikan aqidah tersebut.

Metodologi Penelitian

Jenis Penelitian

Berdasarkan tempatnya penelitian dapat dibedakan, yaitu field research

(penelitian lapangan), langsung di lapangan; library research (penelitian kepustakaan),

dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya;

dan laboratory research (penelitian laboratorium), dilaksanakan pada tempat tertentu

/seperti laboratorium, biasanya bersifat eksperimen atau percobaan. Maka penelitian ini

ditinjau dari tempatnya jenis penelitian ini adalah tergolong penelitian kepustakaan

(literature) bukan studi lapangan. Studi kepustakaan yaitu suatu upaya yang bersifat

ilmiah dari suatu sumber tertulis yang sudah mapan. Maka peneliti menggunakan

pendekatan deskriptif. Ronny Kountur (2005, hal. 50) memberikan pengertian deskriptif

“sebagai suatu jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti”. Penelitian

ini berkenaan dengan pengelolaan atau manajemen pendidikan aqidah, khususnya bagi

anak-anak sebelum mencapai masa akil baligh yang terjadi dalam keluarga muslim.

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian secara kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak

menggunakan prosedur analisis sisitematik atau kuantitatif. Penelitian yang

menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau

Page 25: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

25

pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus (Moleong,

2007, hal. 6). Sedangkan menurut Hadi dan Haryono (1998, hal. 18) penelitian kualitatif

yang diutamakan adalah “mendeskripsikan secara analisis suatu peristiwa atau proses

sebagaimana adanya dalam lingkungan alami, untuk memperoleh makna yang

mendalam dari hakekat proses itu”.

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti

kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi

yang alami. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007. hal. 3) mengemukakan bahwa

metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Dalam pendekatan kualitatif ini dapat dilihat beberapa gambaran tentang pandangan

hasil penelitian sebelumnya berupa leteratur tertulis, mengenai pendidikan aqidah dalam

rumah tangga, materi-materi yang diterapkan sesuai dengan kajian pendidikan Islam

dalam keluarga, dan tujuan pendidikan aqidah pada anak-anak dalam

keluarga.Termasuk kajian teoritik tentang pengertian aqidah, pengertian sebelum

baligh, fungsi orang tua dalam keluarga, masalah perkembangan anak-anak atau ruang

lingkup aqidah Islamiyah.

Jenis Data

Jenis dapat dikatakan sebagai macam-macam data yang ada dalam penelitian ini,

sedangkan sumber data dapat dikatakan berbagai referensi baik original maupun

mendekati orisinil. Berikut jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah jenis data

Page 26: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

26

kualitatif yang bersumber dari paper berupa hasil karya para ahli berupa kitab-kitab,

buku-buku, majalah, jurnal atau lainnya.

Arikunto (2000, hal. 107) menyatakan bahwa sumber data dapat berupa, person

(sumber data berupa orang), place (sumber data berupa tempat) dan paper (sumber data

berupa huruf, angka, gambar atau simbol-simbol lainnya), Menurut Moleong (2004, hal,

6) penelitian kualitatif adalah “data yang dikumpulkan berbentuk; kata-kata, gambar

dan bukan angka-angka. Penelitian ini dapat bersumber dari naskah wawancara, foto

video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya”. Jadi

jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, yaitu data yang berupa dokumen dan

penjelasan-penjelasan atau keterangan dari berbagai sumber yang berkenaan dengan

konsep pendidikan dalam keluarga, perkembangan anak-anak, materi pendidikan

aqidah bagi anak-anak, dan tujuan pendidikan aqidah dalam keluarga.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data skunder.

Menurut Lofland dalam (Moleong, 2007, hal. 157) sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah ”kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti

dokumen dan lain-lain”. Berkaitan dengan itu pula jenis datanya dapat dibagi ke dalam

kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. Dilihat dari segi sumber,

bahan data yang berasal dari sumber tertulis tidak bisa diabaikan. Sumber tertulis dapat

dibagi atas ” sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan

dokumen resmi” (Moleong, 2007, hal. 159). Adapun sumber data yang tergolong

sumber tertulis adalah ayat-ayat Al-Quran dan Hadits yang berhubungan dengan

Pendidikan aqidah dalam keluarga, buku Abdullah Nashih Ulwan ” Pendidikan Anak

Menurut Islam”, Umar Hasyim, ”Cara Mendidik Anak Dalam Islam ”, Zakiah

Page 27: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

27

Daradjat, ”Ilmu Jiwa Agama”,Sahrin dan Hasan Bakti, ”Eksiklopedi Aqidah Islam”,

Abdurrahman an-Nahlawi; ”Prinsip-Prnsip dan Metoda Pendidikan Islam”, Syahidin:

”Menelusuri Meotde Pendidikan dalam Al-Qur’an”, H.M. Arifin; ”Ilmu Pendidikan

Islam”, Jalaluddin; ”Mempersiapkan Anak Saleh”, Yunahar Ilyas; ”Kuliah Aqidah

Islam”, Sayyid Sabiq; ”Aqidah Islamiyah”, Sayyid Naimullah; ”Keajaiban Aqidah :

Jalan terang Menuju Islam Kaffah”, Sayyid Husein Afandy; Memperkokoh Aqidah

Islamiyah”, Rahman Ritonga; ”Akidah: Merakit Hubungan Manusia Dengan

Khaliknya Melalui Pendidikan Akidah Anak Usia Dini”, dan tentang materi apa yang

tepat dalam menerapkan pendidik aqidah tersebut agar mereka taat dalam menjalankan

perintah-perintah agama, kemudian buku-buku atau kitab-kitab yang berhubungan

dengan pendidikan aqidah, materi-materi dalam pendidikan aqidah, tujuan dalam

pelaksanaan mendidik anak-anak bawah masa akil baligh, perkembangan anak-anak ,

dan data tentang pendapat para ahli tentang pembahasan ini.

Dan sumber data skunder adalah data-data yang mendukung dan mempertajam

sumber yang terdapat dalam data primer, dapat berupa buku-buku, majalah, hasil

seminar, jurnal atau pendapat ahli tertentu yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian pustaka dalam rangka penulisan karya

ilmiah ini sudah tentu data kualitatif yang sifatnya tekstual dan kontekstual, yaitu

beberapa statemen atau pernyataan serta proporsi-proporsi ilmiah yang telah

dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan pendidikan aqidah dan persoalan

lain yang berkaitan dengan itu. Sesuai dengan metode yang diapakai, maka tehnik

pengumpulan data yang tepat diperlukan dalam penelitian Library Research adalah

Page 28: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

28

tehnik dokumenter, yaitu dikumulkan dari buku-buku, hasil penelitian sebelumnya,

makalah-makalah, artikel dan sebagainya, baik yang telah dipublikasikan maupun yang

masih diarsip.

Penelitian ini merupakan kategori ”Library Research”. Maka langkah-langkah

yang ditempuh dalam pengumpulan datanya adalah mengidentifikasi ayat-ayat dan

hadits yang berhubungan dengan topik pendidikan aqidah ini, dilanjutkan dengan

pengidentifikasian leteratur-leteratur yang berhubungan dengan topik bahasan ini,

kemudian disusun dan dikelompokan sesuai dengan kebutuhan dalam pembahasannya.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisa data kulitatif adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan

data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”.

(Moleong, 2007, hal. 248). Hasil kerja dalam menemukan data dokumen-dokumen yang

berkaitan, kemudian akan diverifikasi dengan menggunakan kajian isi (content

analysis)2.

Analisis ini dimaksudkan untuk menganalisa secara mendalam tentang

pelaksanaan pendidikan aqidah dalam Pendidikan Islam, kondisional anak-anak di

bawah masa akil baligh, materi yang tepat dalam penerapan pendidikannya, metode

yang sesuai pada anak-anak tersebut, serta pendapat para ahli tentang masalah ini.

Setelah leteratur- itu semua terkumpul kemudian disusun secara sistematis (hasil

verifikasi), maka data dianalisa secara filosofis, kemudian disajikan dalam bentuk

deskriptif kualitatif, yaitu data disajikan dalam bentuk verbal (kata-kata). Kata-kata

2Content analysis mengambil pendapat Holsti adalah teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulanmelalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara obyektif dansistematis(LexyJMoleong 2007,hlm.220)

Page 29: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

29

verbal ini diuraikan secara deduktif maupun induktif. Prosedur berfikir induktif adalah

“pengambilan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan atau fakta – fakta khusus

menuju pada kesimpulan yang bersifat umum” ( Nana Sudjana, 2004, hal. 7).

Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Penelitian

kualitatif tidak dimulai dengan deduksi teori, tetapi dimulai dari jalan empiris. Peneliti

mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang

ada. Analisis data di dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses

pengumpulan data. Analisis induktif ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama,

proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang

terdapat dalam data. Kedua, analisis demikian dapat menguraikan latar secara penuh

dan dapat memuat keputusan- keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu

latar lainnya dan dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertanyakan

hubungan-hubungan.

Untuk itu, agar kajian dapat dipertanggung jawabkan, maka dalam penelitian ini

digunakan metode deskripsi analisis, yakni menganalisa dan mendeskripsikan temuan-

temuan yang didapat. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai berikut:

Pertama, menganalisis dalil atau landasan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits yang

berhubungan dengan format atau materi pendidikan aqidah, terutama terhadap anak-

anak di bawah masa akil baligh sebagai alasan perintah dari ajaran Islam. Kedua,

menganalisis buku-buku, majalah, jurnal, hasil seminar yang berhubungan dengan

materi-materi pendidikan aqidah, perkembangan anak-anak dan faktor yang

mempengaruhinya, makna manajemen pendidikan, dan tujuan yang dapat diterapkan

agar urgen menjadikan anak-anak taat dan komitmen pada ajaran agamanya. Kemudian

ditulis dalam bentuk bab yang telah direncanakan.

Page 30: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

30

Teknik Penulisan

Dalam penulisan tesis ini, pedoman penulisan akan menggunakan Pedoman Penulisan

Tesis yang diterbitkan oleh Program Pascasarjana (PPs) Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Raden Fatah Palembang tahun 2005. Dan atau edisi revisi tahun 2010.

Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penelitian, maka disusunlah sistematik dalam penulisan ini.

Adapun sistematika penulisan ini terbagi dalam lima bab.

Bab pertama, Pendahuluan, meliputi : latar belakang masalah, rumusan dan

pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,

definisi operasional, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Ban kedua, sajian teoretis tentang pendidikan aqidah, keluarga dan manajemen,

bab ini meliputi, pengertian pendidikan, pengertian aqidah Islam, pengertian anak-anak

sebelum masa akil baligh, pengertian keluarga muslim, ciri-ciri keluarga muslim,

fungsi keluarga dalam Islam, tujuan dan fungsi pendidikan aqidah dalam ajaran Islam,

sumber dan ruang lingkup aqidah Islamiyah, serta makna manajemen pendidikan.

Bab ketiga, tentang tujuan manajemen pendidikan aqidah dalam keluarga pada

anak sebelum baligh, bab ini berisi; tujuan aqidah bagi seorang muslim, tujuan dan

fungsi pendidikan bagi orang tua, serta tujuan pendidikan aqidah bagi anak-anak.

Bab keempat, tentang Manajemen materi yang sesuai dalam pendidikan aqidah

pada anak-anak sebelum masa akil baligh dalam keluarga muslim. Bab ini meliputi,

materi pendidikan aqidah anak dalam kandungan, materi pendidikan aqidah anak sejak

lahir sampai umur dua tahun, materi pendidikan aqidah anak umur balita (dua sampai

Page 31: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

31

lima tahun), dan materi pendidikan aqidah umur anak enam tahun sampai baligh (15

tahun).

Bab kelima, simpulan, meliputi kesimpulan dan saran-saran yang diperlukan.

Bab 2PENDIDIKAN AQIDAH, KELUARGA DAN MANAJEMEN

Pengertian Penddikan

Seorang calon pendidik termasuk orang tua atau orang yang dituakan hanya

dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, jika memperoleh gambaran yang jelas dan

benar tentang apa yang dimaksud dengan pendidikan. Gambaran itu dapat dikemukakan

dari diantara pendapat tentang pendidikan itu, diantarnya adalah ”Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat. Bangsa dan negara”(UU

Page 32: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

32

Sisdiknas no.20 tahun 2003). Secara sederhana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Poerwadarminta, 1991, hlm.232), Pendidikan berasal dari kata ”didik”, lalu kata ini

mendapat awalan ”me” sehingga menjadi ”mendidik” artinya memelihara dan memberi

latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan

pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan. Kemudian kata mendidik menjadi kata

benda menjadi pendidikan. Pendidikan dapat diartikan ”sebagai proses perubahan sikap

dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan latihan; proses, perbuatan, cara mendidik”

(Poerwadarminta, 1991, hlm. 232). Selanjutnya dalam perkembangannya istilah

pendidikan berarti ”bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja

terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa” (Ramayulis, 1994,

hlm.1), dalam pengertian yang lain, pendidikan adalah : usaha yang dijalankan oleh

seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok

orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih

tinggi dalam arti mental (Ramayulis, 1994, hlm.1). Dengan demikian pendidikan

berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin

perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan

Pada hakekatnya pendidikan adalah usaha orang tua atau generasi tua untuk

mempersiapkan anak atau generasi muda agar mampu hidup secara mandiri dan mampu

melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya. Orang tua atau generasi tua

memiliki kepentingan untuk mewariskan nilai, norma hidup dan kehidupan generasi

penerus. Ki Hajar Dewantara mengatakan… “… mendidik ialah menuntun segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai

anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-

tingginya” (Aulia, 2002, hlm.11-12).

Page 33: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

33

Oleh karena itu, paling tidak defenisi pendidikan yang dicari sesuai dengan

kenyataan di lapangan, misal defenisi lain, pendidikan adalah ”memilih tindakan dan

perkataan yang sesuai, menciptakan syarat-syarat dan faktor-faktor yang diperlukan,

dan membantu seorang individu yang menjadi objek pendidikan supaya dapat dengan

sempurna mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya, dan secara

perlahan-lahan bergerak maju menuju tujuan dan kesempurnaan yang diharapkan”

(Ibrohim Amini, 2006,hlm.5).

Telah dipahami kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar didik.

Apabila diberi awalan me- menjadi mendidik maka akan membentuk kata kerja yang

berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Sedangkan istilah pendidikan dalam

konteks Islam telah banyak dikenal dengan menggunakan term yang beragam, seperti

at-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Menurut Hasan Langgulung (1985, hal. 3),

pendidikan dalam arti luas yaitu ”merubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada

setiap individu dalam masyarakat yang baik melalui pengajaran, latihan introveksi diri

( melibatkan orang untuk meniru atau mengikuti apa yang diperintahkan orang lain)”.

Dalam al-Qur’an Allah memberikan sedikit gambaran bahwa at-Tarbiyah mempunyai

arti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat,

membesarkan dan menjinakkan.

Menurut Naquib Al-Atas, (1990, hal. 75) kata yang tepat untuk menunjukkan

pendidikan adalah kata ta’dib, yang merupakan istilah yang paling tepat dan cermat

untuk menunjukkan pendidikan dalam arti Islam. Sekarang mesti disimpulkan bahwa

tarbiyah dalam pengertian aslinya dan dalam penerapan dan pemahamannya oleh orang

Islam pada masa-masa yang lebih dini tidak dimaksudkan untuk menunjukkan

pendidikan maupun proses pendidikan. Penonjolan kualitatif pada konsep tarbiyah

adalah kasih-sayang (rahmah) dan bukan pengetahuan (’ilm). Sementara dalam kasus

Page 34: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

34

ta’dib, pengetahuan lebih ditonjolkan daripada kasih-sayang, dalam struktur

konseptualnya ta’dib sudah mencakup unsur-unsur pengetahuan (’ilm), pengajaran

(ta’lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Karenanya, tidak perlu lagi untuk

mengacu kepada konsep pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah, ta’lim dan ta’dib

sekaligus. Ta’diblah istilah yang tepat.

Pada pendapat lain, jika pendidikan Islam, diistilahkan dengan tarbiyah,

pertama, yang berasal dari kata raba yarbu yang berarti :bertambah dan tumbuh,

dalilnya Ar-Rum : 39, kedua jika tarbiyah dari rabiya yarba wazan dari khafiya yakhfa

berarti menjadi besar, ketiga, jika rabba yarubbu dengan wazan madda yamuddu berarti

memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara. (An-

Nahlawi,1992, hlm.31). Dari beberapa pengkajian itu, makna ar-Rabb at-Tarbiyah, yaitu

”menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna” (An-Nahlawi,1992, hal.

32). Dari ketiga asal itu, Abdurrahman An-Nahlawi, menyimpulkan bahwa pendidikan

(tarbiyah) terdiri atas empat unsur:

Pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh.Kedua, menggembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macamKetiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi ini menuju kepada kebaikan dankesempurnaan yang layak baginya.Keempat, proses ini dilaksanakan secara bertahap, sebagaimana diisyaratkanyaitu sedikit- demi sedikit. (An-Nahlawi, 1992, hal. 32).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

pendidikan keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok

atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan

budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan

berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan

masyarakat. Keluarga adalah sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang

Page 35: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

35

merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam rangka menanamkan norma

dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang dianggap penting.

Pengertian Aqidah Islam

Islam sebagai ”Dien” mempunyai dua dimensi, yaitu ”sebagai seperangkat

keyakinan atau aqidah dan sebagai sesuatu yang diamalkan”.(Sabiq, 2006, hlm.5).

Setiap amal merupakan kelanjutan dan implementasi dari aqidah itu atau aqidah

Islamiyah. Perkataan aqidah berasal dari Bahasa Arab, Menurut HasanAl-Banna, dalam

Musa Sueb (2004, hal. 84) mengatakan bahwa aka’id (bentuk jamak dari aqidah) artinya

“beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hatimu, mendatangkan

ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan

keraguan-raguan”. Dalam pendapat lain, Abu Bakar Jabir al-Jazairy mengatakan aqidah

adalah ”sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia

berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam

hati dan diyakini kesalihannya dan keberadaannya secara pasti, dan ditolak segala

sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu” (Musa Sueb 2004, hal. 84). Pada

yang senada, aqidah menurut bahasa ialah keyakinan yang tersimpul kokoh di dalam

hati, mengikat, dan merngandung perjanjian. Sedangkan menurut terminologis di

antaranya pendapat Hasan al-Banna mengatakan bahwa aqidah ialah beberapa hal yang

harus diyakini kebenarannya oleh hati, sehingga dapat mendatangkan ketenteraman,

keyakinan yang tidak bercampur dengan keragu-raguan (Yunahar Ilyas, 2004, hal. 1)

Walaupun demikian dapat ditegaskan lagi bahwa menurut bahasa akidah berasal

dari al-aqdu د) (العق yang berarti “ikatan, kepastian, penetapan, pengukuhan,

pengencangan dengan kuat, dan juga berarti yakin dan mantap” (Al-Aqel, 1996, hal.13).

Sedangkan menurut istilah, terdapat dua pengertian tentang akidah, yaitu pengertian

Page 36: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

36

secara umum dan secara khusus. Secara umum, akidah adalah “hukum yang qath’i tanpa

keraguan lagi, baik berdasarkan syar’i (naqli) maupun hasil pemikiran yang sehat (aqli),

seperti i’tikad yang benar atau salah”.(Al-Aqel, 1996, hal.13). Sedangkan secara

khusus, akidah adalah

“pokok-pokok ajaran din (Islam) dan hukum-hukumnya yang qath’i, sepertikeimanan dan mentauhidkan Allah, beriman kepada malaikat, beriman kepadakitab-kitab Allah yang telah diturunkan kepada Nabi dan Rasul-NYa, berimanpada hari akhir (kiamat), beriman pada takdir baik dan buruk dari Allah sertasemua hal yang gaib yang didasarkan pada dalil-dalil yang kuat, juga kewajiban-kewajiban din dan hukum-hukum yang qath’i.” Dengan demikian akidah itumeliputi istilah iman, din, dan Islam dalam segi i’tikad, serta meliputi syariatdalam segi pengamalan. (Al-Aqel, 1996, hlm.14).

Hampir senada dengan pendapat lain yang lebih tegas lagi bahwa aqidah adalah

suatu istilah untuk menyatakan “kepercayaan” atau Keimanan yang teguh serta kuat dari

seorang mukmin yang telah mengikatkan diri kepada Sang Pencipta. Makna dari

keimanan kepada Allah adalah sesuatu yang berintikan tauhid, yaitu berupa suatu

kepercayaan, pernyataan, sikap mengesankan Allah, dan mengesampingkan

penyembahan selain kepada Allah (Kaelany HD, 2009, hal. 65).

Konsep dasar pendidikan Islam yang pertama tauhid beserta pengertian tentang

hakikat, sifat-sifat Allah terhadap individu dan kebiasaanya perlu ditanamkan agar

anak-anak yang dididik dalam langkah keluarga itu menyadari bahwa Allah Maha

Kuasa atas segala sesuatu di dunia dan akhirat. Terhindar dari penyimpangan, dengan

pendidikan tauhid akan tumbuh generasi yang sadar sifat ilahiah. Dalam sebuah

keluarga pelajaran pertama yang diperoleh seorang manusia adalah mencintai,

menghormati, mengerti,, menaruh kesetiaan dan ketaatan, serta melaksanakan nilai-nilai

normal. Karena ajaran yang harus diberikan itu sesuai dengan fitrahnya. Fitrah manusia

adalah untuk mengikuti adanya kekuatan yang maha besar, yang mengukur alam

semesta ini dan menguasai diri.

Page 37: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

37

Dalam Al-Qur’an, aqidah diistilahkan dengan iman dan syariat. Iman dan syariat

ini diistilahkan dengan amal shaleh. Keduanya selalu disebut beriringan, umpamanya

dalam QS,16 : 97, QS,18: 107-108 dan QS,103: 1-3. Ayat-ayat di atas membuktikan

bahwa Islam bukan semata-mata aqidah atau semata-mata syariat, melainkan satu

kesatuan ajaran yang meliputi aqidah dan syariat. Aqa’id artinya ” ilmu ikatan

kepercayaan (kebundelaning tekat = Jawa). Karena dalam pengetahuan ini ada pasal-

pasal yang harus diikat, dibuhulkan erat-erat dalam hati kita yang harus menjadi

kepercayaan yang teguh” (Zainuddin, 1996, hal. 3).

Dengan demikian, aqidah adalah keimanan yang mantap pada diri seseorang

sampai pada tingkatan tidak tergoyahkan oleh keraguan-keraguan, yang tertanam dalam

hatinya untuk diikatkan kepada Allah Swt. Atau dengan kata lain segala aktivitas hidup

seseorang dilandasi dengan keyakinan dari dan tertujuh kepada Allah (min ila Allah).

Pengertian dan Fase-Fase Perkembangan Anak-Anak

1. Pengertian dan tanda-tanda anak sebelum baligh

Anak-anak sebelum masa akil baligh. Kalimat itu jika dipisah anak-anak dapat

diartikan kumpulan sejumlah anak. Anak adalah “seseorang yang berada pada suatu

masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa” (Wasty

Soemanto, 1990 : 166). Akil berarti ; “berakal, cerdik, pandai”.( WJS.Porwadarminta,

1976: 25). Sedangkan baligh diartikan “sampai umur, cukup umur akil baligh”

(Poerwadarminta, 1976, hal. 73). Di sini maksudnya anak-anak di bawah masa akil

baligh adalah suatu batas masa anak-anak yang akan memasuki masa pubertas atau

masa remaja dan pada umumnya umur mereka berkisar sekitar antara 13 – 15 tahun. ).

Sedang dalam pendekatan fiqih, masuknya baligh (dewasa) dapat dilihat salah satu

tanda, cukup umur lima belas tahun, keluar mani bagi laki-laki, mimpi bersetubuh atau

Page 38: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

38

keluar headh bagi perempuan (Sulaiman Rasyid, 1989, hal.75). Hampir mirip apa yang

dikemukahkan oleh al-Maghribi (2004, hal. 357), bahwa balighnya anak-anak itu,

ditandai dengan ihtilam (keluar mani mimipi bagi laki-laki), tumbuhnya bulu kemaluan,

mencapai lima belas tahun dan bagi perempuan ditambah datangnya haidh serta

membesarnya buah dada.

Pada pendapat lain, Dalam perkembangannya, seorang anak akan mengalami

perubahan secara fisik maupun psikis dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Di antara

dua masa tersebut, ada masa peralihan, yang biasanya dikenal dengan istilah remaja atau

masa puber. Namun, dalam pandangan Islam status seorang hamba di hadapan syariah

hanyalah diakui dalam dua fase, yaitu fase kanak-kanak dan fase dewasa atau balig.

Adanya perbedaan di antara dua fase ini disebabkan perbedaan dalam hal terbebani

hukum syariah (mukallaf) dan tidak terbebani hukum syariah (ghayru mukallaf).

Seorang yang telah dewasa (balig) dan memiliki akal yang sehat secara otomatis terkena

segala konsekuensi dan bertanggung jawab penuh terhadap seluruh perbuatan yang

dilakukannya. Dia mendapat pahala dengan melakukan perbuatan wajib dan sunnah dan

berdosa ketika meninggalkan perbuatan wajib atau melakukan perbuatan haram.

Adapun anak kecil atau orang dewasa yang tidak sempurna akalnya, tidaklah terbebani.

Inilah makna balig yang sesungguhnya menurut Islam. (Kholidwahyudin,

http://khalidwahyudin.wordpress.com, on-line, 17/06/2010).

Tanda-tanda balig biasanya terjadi ketika anak mencapai usia 10-15 tahun untuk

anak perempuan dan 12-15 tahun untuk anak laki-laki, dengan ciri-ciri tertentu seperti:

tumbuhnya buah dada, bulu-bulu halus pada anak laki-laki, suara yang membesar

hingga terjadi menstruasi (haid) atau bermimpi (ihtilâm). Secara psikologis perubahan

akan tampak pada rasa “ingin dilihat cantik atau jantan”, ketertarikan pada lawan jenis,

emosi yang kadang-kadang meledak-ledak, dll. Namun, ada kalanya balig terjadi pada

Page 39: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

39

usia di bawah rata-rata, khususnya pada anak perempuan, yang disebabkan karena

pengaruh hormonal, dan masih dianggap wajar selama telah menginjak usia 9 tahun.

Karena itu, penting bagi orangtua untuk selalu mengamati perkembangan anak-anaknya

dan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan, baik secara fisik, mental, ilmu maupun

amal sehingga saat balig kepribadiaan Islam anak telah terbentuk. Walhasil, anak telah

terlatih untuk mengendalikan pola pikir dan pola sikapnya berdasarkan Islam serta siap

untuk menerima segala konsekuensi syariah yang dibebankan kepadanya. Inilah

pertanggung-jawaban terberat orangtua di hadapan Allah SWT. (Kholidwahyudin,

http://khalidwahyudin.wordpress.com, on-line, 17/06/2010).

Berdasarkan pendapat tersebut, ciri yang pokok masuknya umur baligh ini pada

anak-anak laki-laki timbulnya mimpi dan pada anak perempuan datangnya headl.

Orang yang telah dianggap dewasa dan telah dapat mempergunakan akalnya dengan

sempurna maka secara direktif kepadanya telah dikenakan beban hukum, misalnya telah

wajib shalat puasa dan seterusnya.

Anak-anak sebelum baligh dengan cirri-ciri antara lain, anak pada umur tahun

pertama, pertumbuhannya belum mampu menggunakan fikirannya dan perbendaharaan

kata-katanya masih sangat terbatas dan sederhana serta belum mampu memahami

adanya kata-kata yang abstrak. Pada tahun-tahun kedua anak-anak sudah mulai sedikit

mantap mengenal rasa cinta dan rasa hormat kepada orang tua. Anak yang menginjak

usia 3 – 6 tahun biasanya mulai menyadari kesangat berartian orang tua baginya.

Sehubungan dengan ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Alex Sobur (1986, hal. 31)

bahwa :

Anak yang menginjak usia 3 sampai 6 tahun khususnya, mulai menyadariseberapa besar arti orang tua dan berusaha untuk meniru orang tuanya, dalamtindak tanduk maupun watak. Kalau orang tua mengenalkan konsep Tuhan,mereka akan menerima sungguh-sungguh dengan mengenalkannya. Hal itu

Page 40: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

40

umumnya sikap orang tua cenderung menekankan sikap-sikap yang berkenaandengan hati mereka bahwa Tuhan itu lemah-lembut, begitu pula sebaliknyaorang tua yang keras akan mengajarkannya bahwa Tuhan itu keras.

Dari pernyataan tersebut bahwa sikap si anak terhadap ayah dan ibunya tetap

mempengaruhi pandangan mereka tentang masalah keagamaan di kemudian hari. Ciri-

ciri masa ketiga yaitu sekitar umur 6 sampai 13 tahun adalah masa intelek. Masa ini

pikiran anak mulai berkembang dan masa ini masa yang selalu berubah, maka perlu

penyalurannya dengan baik. (Umar Hasyim, 1983, hal. 94). Anak masa ketiga ini,

diperkirakan masa sedang aktif mengikuti bangku sekolah Dasar (SD) dan Sekolah

Menengah Tingkat Pertama (SMTP). Dalam hubungan ini orang tua hendaknya dapat

memahami dan menerima anak pada posisinya sendiri menurut perkembangannya tetapi

harus dibawa pengawasan dan control orang tua. Misalnya perhatian dalam hal belajar

mereka, dalam hal bergaulnya dengan teman terutama lawan jenis, sebab ada saja anak

yang memanfaatkan masa mudanya dengan hura-hura menghabiskan waktu dan lainnya.

2. Fase- fase perkembangan anak-anak sampai baligh

Tujuan bimbingan adalah untuk menolong anak didik dalam perkembangan

seluruh kepribadian dan kemampuannya. Hal ini akan memudahkan dalam mencapainya

apabila, ”potensi, pribadi dan segala hal berpengaruh diketahui sebelumnya”

(Soemanto, 1990, hal. 165). Dengan kata lain, agar dapat mendidik anak-anak,

termasuk pendidikan aqidahnya akan mudah dikenal dalam segala aspeknya, termasuk

aspek fase-fase perkembangannya.

Tentang pembagian fase-fase perkembangan anak, tiap-tiap penulis mengajukan

pendapat dengan argumentasinya masing-masing, menurut kepentingan sendiri-sendiri

dan meletakkan titik berat sesuai dengan teorinya pula. Dengan pengertian lain, setiap

Page 41: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

41

batas suatu masa atau fase itu tidak mutlak melainkan sekedar mengikuti kebiasaan

umum saja, dengan maksud agar mudah diikuti dalam membahas, mempelajari atau

memahaminya dan mereka tidak mementingkan untuk membedakan tentang kedua

istilah tersebut.

Sudah barang tentu, tidak ada orang menyangkal bahwa perkembangan itu suatu

hal yang berkesinambungan, masalah ini biasanya banyak dipersoalkan oleh para ahli,

pendapat mereka mengenai periodesasi serta panjangnya suatu fase bermacam-macam

juga. Dari pendapat yang bermacam itu secara garis besarnya dapat digolongkan, yaitu:

”berdasarkan biologis, didaktis/pedagogis dan berdasarkan psikologis” (Sumadi S,

1982, hal. 15).

Selain itu, hal kedua yang menyebabkan kesukaran dalam usaha

menghubungkan antara batas umur dan kecakapan anak. Sebab anak selalu dipengaruhi

oleh faktor intern dan faktor ekstern, sehingga sukar untuk menghubungkan kedua hal

tersebut. Dalam hal ini teori tertua tentang fase perkembangan yang cenderung

mengalami nilai biologis yang diketengahkan oleh Aristoteles. Ia membagi fase-fase itu

kepada 7 tahun, sehingga dari masa kanak-kanak sampai dewasa terbagi atas tiga

septennia, yaitu :

”0 – 7 tahun : masa kanak- kanak.

7 – 14 tahun : masa anak sekolah, dan

14 – 21 tahun : masa pubertas (masa menjadi dewasa)”.(Agus Sujanto, 1988,

hlm.59).

Sementara menurut Profesor Khonstamm seperti dikutip, oleh Kartini Kartono

(1990, hal. 30) membagi masa perkembangan dalam beberapa fase, sebagai berikut:

Page 42: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

42

a. Masa bayi atau masa vital.

b. masa anak kecil, masa estetis.

c. masa anak sekolah, masa intelektual.

d. masa pubertas dan adolesensi, masa sosial.

e. manusia yang sudah matang .

Menurut Khonstamm, manusia itu selalu dalam proses pembentukan dan

perkembangan, selalu menjadi dan dia tidak kunjung selesai terbentuk. Maka proses

menjadi seorang pribadi itu merupakan tugas yang tak kunjung selesai dalam kehidupan

manusia, untuk itu tugas pendidik dalam hal ini orang tua dapat menentukan kebutuhan

anak-anaknya. Pada pendapat lain, yang hampir senada, fase perkembangan anak dapat

dibagi menjadi, yaitu: ”fase bayi (0 – 2 tahun), fase prasekolah (2 – 5 tahun), fase umur

sekolah (5 – 12 tahun), fase remaja (12 – 18 tahun), fase dewasa” (Simandjuntak dan

Pasaribu, 1986, hal. 56).

Demikian tahap atau fase perkembangan nampaknya cenderung bersifat fisik

atau biologis. Kemudian bagaimana fase perkembangan anak-anak dilihat dari sisi

perkembangan pedagogis atau nilai pendidikan. Dipandang dari segi pedagogis,

pendidikan yang lengkap bagi seseorang itu berlangsung dalam 4 jenjang, (seperti

dikutip oleh S. Suryabrata, 1982, hal. 19) pendapat Cemenius dan pendapat Rousseau

adalah sebagai berikut :

1. 1) Sekolah ibu (scola maternal), untuk anak-anak umur 0,0 sampai 6,0.

2) Sekolah bahasa ibu (scola vernacula), untuk anak-anak umur 6,0 sampai 12,0.

3) Sekolah latin (scola latina), untuk remaja umur 12,o sampai 18,0

Page 43: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

43

4) Akademi (academia), untuk pemuda- pemudi umur 18,0 sampai 24,0.

2. 1) Tahap I : 0,0 sampai 2,0 masa asuhan.

2) Tahap II : 2,0 sampai 12,0 masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera.

3) Tahap III : 12,0 sampai 15,0 periode pendidikan akal

4) Tahap IV : 15,0 sampai 20,0 periode pendidikan watak dan pendidikan agama.

Tahapan perkembangan berikutnya adalah perkembangan anak-anak

berdasarkan teori kejiwaan atau tahap psikologis, para ahli yang berbicara tentang

perkembangan ini beranggapan, bahwa dalam perkembangan individu pada umumnya

individu mengalami kegoncangan. Masa- masa kegoncangan psikis ini dialami hampir

setiap orang , karena itu dapat digunakan sebagai ancar-ancar perpindahan dari masa

yang satu ke masa yang lain dalam proses perkembangan. Pada umumnya selama

perkembangannya individu atau anak mengalami masa kegoncangan dua kali, yaitu

yang pertama, pada kira-kira tahun ke-tiga atau ke- empat dan yang kedua pada

permulaan masa pubertas.

Berdasarkan atas dua kegoncangan itu, perkembangan individu dapat

digambarkan melewati tiga periode atau masa, yaitu :

1. Dari lahir sampai masa kegoncangan pertama, yang biasanya disebut masakanak- kanak.

2. Dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua, yangbiasanya disebut masa keserasihan bersekolah, dan

3. Dari masa kegoncangan yang kedua sampai akhir masa remaja, yangbiasanya disebut masa kematangan. Umur berapa tepatnya berakhirnya masaremaja itu tidak dapat dikatakan dengan pasti, tetapi umumnya dapatditerima sebagai ancar-ancar pada umur 21,0. (S. Suryabrata, 1982, hlm.21)

Berdasarkan fase perkembangan psikis ini, kelihatannya masa kegoncangan

pertama selesainya masa kanak-kanak umur berkisar 4 tahun dan muncul lagi

Page 44: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

44

kegoncangan kedua ketika menjelang anak memasuki masa baligh, sekitar umur

mereka 13 sampai 15 tahun atau istilah lain adalah masa pubertas.

Dari berapa pembagian pertumbuhan dan perkembangan secara biologis,

pedagogis dan psikologis di atas, Islam juga berpendapat bahwa pertumbuhan dan

perkembangan anak itu berlangsung melalui fase demi fase. Firman Allah dalam Al-

Qur’an yang menggambarkan tentang hal itu, yaitu :

(QS,Al-Mukmin(40): 67)QS,Al-Mukmin(QS,Al-Mukmin(40): 67)40): 67))

Artinya: Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian darisetetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudiandilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (QS,Al-Mukmin(40): 67)kamudibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (QS,Al-Mukmin(40): 67)dewasa),kemudian (QS,Al-Mukmin(40): 67)dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamuada yang diwafatkan sebelum itu. (QS,Al-Mukmin(40): 67)kami perbuat demikian) supayakamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamumemahami(QS,Al-Mukmin(40): 67)nya). (QS,Al-Mukmin(40): 67)Depag, 1989, hal. 7)68).

Menurut Arifin, (QS,Al-Mukmin(40): 67)197)6, hal. 27)) ayat tersebut menunjukkan bahwa

fase-fase perkembangan manusia berlangsung sebagai berikut :

1. Masa emberiyo (QS,Al-Mukmin(40): 67)masa dalam perut ibu).

2. Masa kanak-kanak (QS,Al-Mukmin(40): 67)sejak lahir dari rahim ibu).

3. Masa kuat (QS,Al-Mukmin(40): 67)kuatr jasmani dan rohani atau pikiran).

4. Masa tua

5. Masa meninggal dunia.

Dari beberapa penjelasan tentang perkembangan itu, mempunyai

fungsi bahwa anak-anak yang akan kita didik, terutama di dalam lingkungan

keluarga dapatlah memahami kondisi anak-anak, sehingga tujuan yang

ditentukan akan mudah dikelola dalam rangkan pencapaian tujuan yang

Page 45: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

45

diharapkan sesuai dengan perkembangan anak-anak tersebut, begitu juga

dengan penentuan materi dan metode apa yang sesuai dalam rangka

mencapai tujuan-tujuan yang dimaksud dan diharapkan. Dalam hal ini

adalah pendidikan aqidah, yang dapat memperkuat nilai-nilai keimanannya

dan dapat membuahkan dalam betuk ibadah dan amal solehnya. Dalam arti

bisa dan berusaha rajin ibadah, bisa dan berusaha berbuat baik sesama

manusia. Metivasi awal yang harus ditanamkan tentang pendidikan aqidah

harus banyak belajar ilmu-ilmu agama untuk memudahkan pemahaman dan

memperaktekkannya dalam hidup keseharian.

Pengertian Keluarga Muslim

Dari segi pengertian keluarga muslim terbagi dua kata, yaitu keluarga dan muslim,

secara etimologi keluarga adalah ”satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam

masyarakat” (Depdikbud, 1988, hal. 471). Dalam keluarga itu sendiri terdapat pilar-pilar

utama adalah ”ayah, ibu anak, suami dan istri” (Radhawi, 1986, hlm.18). Sedangkan

istilah muslim secara umum telah diketahui yakni ”penganut agama Islam”

( Depdikbud, 1988, hal. 676). Keluarga muslim menurut an-Nahlawi (1983, hal. 193)

adalah ”sepasang suami istri yang kedua tokoh intinya (ibu dan ayah) berpadu dalam

merealisasikan tujuan pendidikan”.

Pada pendapat lain dapat diungkapkan bahwa keluarga adalah ”sebagai tempat

lahir anak dan tempat pertama menerima pendidikan, dengan sendirinya pembentukan

pribadi dan watak terlaksana dalam keluarga ini”,(Arifin, 1976, hal.108). Dari

pengertian di atas dapatlah dipahami bahwa keluarga selain tempat mereproduksi

keturunan juga menjadi tempat merealisasikan berbagai macam pendidikan dengan cara

dan ciri khas yang telah digariskan Islam. Jika keluarga sebagai lembaga pendidikan,

maka secara otomatis dan tanpa persiapan yang matang, anak-anak dapat didik melalui

Page 46: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

46

anggota keluarganya. Dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar

kepribadian, dasar-dasar keyakinan (aqidah) dalam menjalankan ajaran agama, karena

pada usia mudah terutama sebelum sampai baligh terjadi kepekaan terhadap pendidikan

dari orang tuanya dan anggota-anggota keluarganya.

Pada sisi lain, pangkal ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga.

Mengingat pentingnya hidu[ keluarga yang demikian, maka Islam memandang keluarga

bukan hanya sebagai persekutuan terkecil saja, melainkan kedudukannya lebih dari pada

itu, yakni sebagai lembaga hidup manusia yang memberikan peluang untuk hidup

celaka atau bahagia di dunia dan di akhirat (Zakiah, dkk, 1992, hal. 36). Sesuai dengan

apa yang digambarkan Al-Qur’an Surah A-Rum(30) ayat 21.yaitu :

(QS,Al-Mukmin(40): 67)QS,30: 21)

Artinya: ”dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu

rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS,Al-Mukmin(40): 67)Depag, 1989, hal. 644).

Ungkapan litaskunu mempunyai cakupan makna yang luas, yaitu

tenang, tenang dalam segalanya, ketenangan fisik, ketenangan pikiran dan

ketentraman jiwa.(QS,Al-Mukmin(40): 67)Aziz,1994, hlm.159), Demikian yang dimaksud keluarga

dalam artian Islam, yang tentunya keluarga yang berdasarkan pada ajaran-

ajaran yang sesuai dengan alQur’an dan hadits-hadits nabi Muhammad

Saw.

Page 47: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

47

Reformasi individu untuk kembali mengokohkan diri pada ajaran Islam,

mula-mula akan berpengaruh pada lingkup keluarga. Suami istri yang

menjadi pilar utama keluarga sama-sama saleh, maka keduanya akan

mampu membangun rumah teladan yang berdiri di atas pondasi yang telah

dibangun Islam dan dikokohkannya sedemikian rupa. (QS,Al-Mukmin(40): 67)Al-Jauhari dan

Khayyal, 2000, hal.viii).

Ciri- Ciri Keluarga Muslim

Telah dipahami bahwa secara sederhana keluarga adalah persekutuan yang

terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak atau anggota lainnya. Keluarga

mempunyai peranan penting dalam mendidik dan membina bangsa, sebaba dari

keluarga yang rukun dan sehat akan lahir anak-anak yang selalu rukun dan sehat pula,

baik jasmaninya maupun rohaninya dan sehat pula jalur perkembangan aqidah

keislamannya. Dari anak- anak dan anggota keluarga yang sehatlah akan terbentuk

secara menyeluruh suatu bangsa yang sehat, kuat dan kokoh keimanannya.

Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama, tempat anak didik pertama-tama

menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya.

Dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia

yang masih muda, terutama anak-anak sebelum baligh., karena masa ini anak lebih peka

terhadap pengaruh dari pendidiknya terutama orang tuanya. Dalam ajaran Islam telah

dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw. dalam haditsnya :

قال النب!ي ص مامن مولود ا لا�الله� عنه هر ير رضي حد يث أبي

سانه كما تنتج ال!هيمة بهيمة رانه أو يمجب دانه أو ينصب يو لد على الفطر ة فأبوا ه يهوب

جمعاء

Page 48: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

48

: ”Abuhurairah R.a berkata : Nabi Saw. bersabda : tiada bayi yang dilahirkan melainkan

lahir di atas fitrah, maka ayahbundanya yang mendidiknya menjadi Yahudi, Nasrani,

atau Majusi, sebagai lahirnya binatang yang lengkap sempurna, ... ”(HR. Bukhori

Muslim)(A.Baqi’, tt, hal. 1010).

Jika diperhatikan hadits di atas, bahwa pada waktu lahir anak belum beragama,

ia baru memiliki potensi atau fitrah untuk berkembang menjadi manusia yang beragama.

Maka ruang dan kondisi orang tua di keluarga sangat dibutuhkan, makanya, ”isi, warna

dan corak perkembangan kesadaran beragama anak sangat dipengaruhi oleh keimanan,

sikap dan tingkah laku keagamaan orang tunya” (Ahyadi, 1991, hlm.40), atau

”kesalehan jiwa dan perilaku orang tua memiliki andil besar dalam membentuk

kesalehan anak. Bahkan, akan membawa manfaat bagi anak, baik di dunia maupun

akhirat” (Ibn Al-adawy, 2009, hlm.19). Untuk itu dalam rangka menciptakan keluarga

Islami, maka orang tua terlebih dahulu harus memahami ajaran-ajaran yang Islami,

sebelum anak-anaknya lebih Islami.

Oleh karena itu, menurut Ramayulis (1996, hal. 61) keluarga ikut mendidik

seseorang menjadi ”seht, beradab, tahu sopan santun, serta mempunyai sifat-sifat yang

baik menjadi anggota masyarakat yang cukup dan berguna”. Orang tua yang menyadari

akan mendidik anaknya kearah tujuan pendidikan Islam, yaitu ”anak dapat berdiri

sendiri dengan kepribadian muslim” (Zakiah Daradjat dkk,1994, hal.176). Untuk

menciptakan semua itu maka keluarga yang Islami berkewajiban untuk mendidik anak-

anak dan remajanya pada kegiatan yang bersifat keagamaan dalam kehidupannya

sehari-hari.

Adapun ciri-ciri keluarga muslim menurut Abdurrahman an-Nahlawi (1992, hal.

194-197) adalah ,

Page 49: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

49

(1) menegakkan hukum-hukum Allah Swt.,

(2) merealisasikan ketentraman jiwa,

(3) melaksanakan perintah Rasulullah saw., dan

(4) merealisasikan kecintaan kepada anak-anak dan beberapa dampak edukatifnya,

Fungsi Keluarga dalam Islam

Keluarga adalah merupakan suatu unit dan lembaga pertama di dalam

masyarakat. Sebagai suatu unit keluarga mempunyai bermacam-macam masalah yang

penuh dengan keindahan dan kasih saying di dalamnya. Oleh karena itu biasanya setiap

orang yang telah berumah tangga menginginkan putra atau putrinya hadir di

keluarganya yang merupakan dambaan setiap orang dan merupakan karunia Allah di

sampng sebagai amanah dari Allah Swt. Sesuai dengan hadits Rasul berikut,

وعن ابن عمر رضي الله عنهما قال سمعت رسولالله صلى الله عليه و سلم يقول:

جل راع في أهله و مسؤ ل كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته الإ مام راع ومسؤ ل عن رعيته والر

عن رعيته والمرأة راعية في بيت زوجها ومسئولة عن رعيتها والخادم راع في مال

)متفق عليه(سيد ه و مسؤ ل عن ر عيته فكلكم راع و مسؤل عن رعيته

(Imam Nawawi,1999,hlm.315)

Artinya: Dari Ibnu Umar r.a, ia berkata,”Saya mendengar Rasulullah Saw.bersabda ”Kalian adalah pemimpin dan yang dimintai pertanggungjawabantentang kepemimpinan kalian. Seorang penguasa adalah pemimpin dan akandimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang isteri adalahpemimpin terhadap rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban ataskepemimpinannya. Kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua akandimintai pertanggungjawaban akan kepemimpinanmu.(Imam Nawawi, 1999,hlm. 315)

Page 50: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

50

Berdasarkan hadits di atas, setiap orang adalah pemimpin sesuai dengan beban

dan wewenang masing-masingnya. Jika keluarga suami dan istri sebagai orang tua

kepemimpinannya terutama terhadap pendidikan dan masa depan anak-anaknya sangat

diutamakan.

Sebelumnya, apa itu orang tua, Orang tua menurut bahasa berarti “orang yang

sudah tua, ibu dan bapak, orang yang dianggap tua (pandai cerdik, pandai). .....”

(WJS.Porwadarminta, 1976, hlm. 688). Jadi kalau kita gabungkan orang tua, yaitu

sekelompok manusia yang telah dianggap dewasa dan mempunyai tanggung jawab

untuk memelihara dan mengasuh anak-anaknya atau anggota keluarganya. Melihat dari

pengetian di atas maka orang tua mempunyai peranan yang tidak boleh diabaikan

terhadap pendidikan anaknya.. Maka orang tua ibu dan ayah memegang peranan yang

penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya (Zakiah Daradjat,dkk,

1992, hal. 35).

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya, seperti

yang dikemukahkan oleh Karim Hamzah (1993, hal. 47) bahwa “pengaruh paling kuat

di antara berbagai pengaruh itu adalah faktor kedua orang tua”. Untuk itu jika orang tua

atau ayah bersikap yang kaku, keras, bingung, dan tidak berpendirian, maka sikap-sikap

ini akan berpengaruh dalam pembinaan anak-anak (Dwa Ketut Sukardi, 1987, hal.158).

Orang tua mana yang tidak mengharapkan anak-anaknya tumbuh sempurna. Namun

pada kenyataannya sedikit sekali orang tua yang menjadikan rumahnya sebagai tempat

pendidikan. Semuanya diserahkan hanya kepada sekolah. Tentu saja hal itu disebabkan

karena kebanyakan orang memahami pendidikan itu adalah sekolah fomal, di mana

harus ada kegiatan tutorial dengan guru yang berdiri di depan kelas. Sayang sekali,

seperti yang diungkapkan oleh Bob Samples (2002, hal. 5) bahwa, “Dari ratusan

peristiwa yang terjadi dalam satu hari, tiap-tiap peristiwa sesungguhnya dapat

Page 51: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

51

mengembangkan kemampuan kita untuk lebih mengenal diri kita sendiri dan juga

dunia”. Seharusnya kita belajar dari anak-anak. Samples mengatakan, bahwa jarang

sekali kita melihat bayi bosan. Bagi mereka, dunia dan setiap menit yang dialaminya

terisi oleh kekaguman dan pesona. Mereka dapat memandang dengan takjub seberkas

sinar yang menerobos dinding di atas buaian. Kadang-kadang mereka menghabiskan

waktu berjam-jam untuk mengamati dengan cermat jari-jari mereka atau sudut selimut

yang menutupi tubuh mereka. Orang dewasa yang mampu mempertahankan kualitas

belajar ‘anak-anak’ yang penuh antusiasme itu adalah mereka yang menganggap

kehidupan ini sebagai forum belajar tertinggi. Tentu berseberangan dengan kebanyakan

orang yang menganggap pembelajaran adalah kegiatan formal yang dilembagakan,

seperti sekolah atau perguruan tinggi, arena seminar, training-training, dan juga buku-

buku. Sementara pengalaman diri dan pribadi yang terjadi sehari-hari tidak dianggap

sebagai hasil pembelajaran bagi perkembangan anak-anaknya di rumah tangga.

Kalau dianalisa kelihatannya, memang banyak hal yang luput dari pembelajaran di

sekolah, dan justru hal-hal yang mendasar-lah yang hilang dalam kurikulum di sekolah.

Tentang konsep diri, konsep hidup, konsep ketuhanan, dan juga kemandirian yang

justru merupakan materi yang paling mendasar tidak bisa diperoleh di sekolah, sehingga

mau tidak mau orang tua-lah yang harus memberikannya di rumah. Jika tidak, maka kita

pun bisa melihat, keseharian anak-anak kita sekarang ini kebanyakan adalah kegiatan

permainan yang penuh dengan main-main, sehingga kadangkala hampir ritinitas nonton

dan ngobrol yang tak pernah habisnya dari pada sedikit waktu meluangkan kegiatan

belajar baginya. .

Sebuah hasil penelitian di Amerika yang dipaparkan kembali oleh Syaikh Abdul

Hamid Jasim Al-Bilali dalam bukunya berjudul Seni Mendidik Anak ( 2000, hal. 49-50)

cukup mencengangkan. Sejak pertama masuk sekolah hingga tamat sekolah menengah

Page 52: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

52

seorang anak menghabiskan waktu 12.000 jam. Dalam tempo yang sama, seorang anak

menghabiskan waktunya di depan TV selama 18.000 jam. Kebersamaan anak dengan

orang tua mereka rata-rata menghabiskan waktu 3.200 jam, di mana 1.200 jam

dihabiskan oleh orang tua dan anak-anaknya untuk berebut dan kadang-kadang

bertengkar menentukan acara-acara TV pilihan mereka masing-masing. . Waktu luang

yang mereka miliki lebih banyak dipergunakan untuk mengobrol dengan kawan dan

kenalan di luar rumah. .

Mengkaji kedua hasil penelitian itu, Al-Bilali menegaskan, seandainya orang tua

mau meluangkan waktunya satu jam saja secara rutin dan disengaja setiap hari bersama

anak-anaknya, untuk menanyakan masalah atau curahan hati mereka, menanamkan

nilai–nilai kebaikan, atau sekedar bermain dan bercanda dengan mereka, jauh lebih baik

daripada menghabiskan banyak waktu bersama mereka dengan hal-hal yang tidak

bermanfaat. Kalau bukan di rumah, di mana lagi pusat pembentukkan nilai-nilai

kebaikan itu? Tidak ada. Karena sesungguhnya sebagian besar waktu hidup seseorang

bermuara di rumah, sehingga karakteristik seseorang pun lebih banyak di bentuk di

rumah. Bagi mereka yang masih memiliki anak-anak balita, terutama anak-anak yang

belum menjelang baligh kesempatan emas masih begitu terbuka. Anak-anak dengan

potensinya yang masih brilian itu bisa diarahkan secara aktif untuk mempelajari apa

pun, sehingga mereka memiliki kemampuan yang optimal di masa dewasanya.

Melihat kenyataan tersebut, bahwa tugas orang tua bukan sekedar merawat saja,

tetapi berusaha membina dan menata pribadi anak melalui penanaman nilai-nilai Islam

pada perbuatannya. Sebagai orang tua hendaknya berusaha agar mereka kenal dan

laksanakan dan kita tuntun sesuai dengan kemampuan kita sebagai orang tua. Selain itu

hendaknya orang tua berusaha sebagai contoh tauladan bagi kpribadian hidup si anak

Page 53: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

53

dengan nilai-nilai Islam. Namun secara umum menurut Baqir al-Qarashi (2003, hal. 50).

fungsi keluarga adalah :

1. Keluarga berkewajiban memberi dan memuaskan anak-anak dengan suasanajiwa yang lurus guna memenuhi berbagai kebutuhan sosial serta biologismereka. Keluarga yang memproduksi anak-anak tidak ada bedanya denganhewan.

2. Keluarga bertanggung jawab melatih anak-anak untuk berkumpul danmengidentifikasi nilai-nilai serta berbagai kebiasaan masyarakat.

3. Keluarga bertanggung jawab melengkapi anak-anak dengan berbagai saranakomposisisi personal dalam masyarakat.

4. Keluarga bertanggung jawab menjamin ketenangan, perlindungan, sertasimpati pada anak-anak sampai mereka dewasa. Keluarga meruapakanlembaga paling ahli yang dapat mengusahakan hal demikian, sebab merekamenerima anak-anak lebih dahulu, sementara lembaga sosial yang lain tidakdapat menggantikan mereka dalam hal ini.

5. Keluarga harus memberikan porsi yang besar pada pendidikan akhlak,emosi, serta agama anak-anak di sepanjang tingkat usia yang berbeda-beda.Mereka sepenuhnya bertanggung jawab dalam pendidikan agama anak-anak.

Salah satu titik awal dari itu semua adalah memberikan pendidikan dari segala

seginya, baik berupa pendidikan formal, informal maupun nonformal. Orang tua

mempunyai peranan utama di dalam keluarga dalam membentuk kepribadian anak yang

agamis, beriman dan bertaqwa (Husen Segaf, 1991,hlm. 58-59). Orang tua adalah

merupakan kepala keluarga. Keluarga adalah persekutuan hidup terkecil dari

masyarakat, dan negara yang lebih luas. Maka “pangkal ketenteraman dan kedamaian

hidup adalah terletak di dalam keluarga masing-masing baik menyangkut hubungan

keduniaan maupun masalah yang berhubungan dengan kehidupan akhirat” (Arifin,

1976, hal. 74).

Maka dari itu untuk pertama orang tua harus mengetahui fungsinya sebagai

orang tua dalam membina kepribadian dan tingkah laku anak-anaknya. Menurut ajaran

Islam orang tua fungsinya yaitu :

“1. orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga.

Page 54: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

54

2. orang tua berfungsi sebagai pemelihara serta pelindung keluarga” (Arifin,

1976 , hal. 75 ).

Dalam mendidik anak-anak orang tua selain di keluarga dapat mengembangkan

pendidikan terhadap anak-anaknya ke pendidikan yang lebih lengkap sejak dari Taman

Kanak-Kanak sampai ke Perguruan tinggi. Sebab pendidikan itu sangat penting. Sebab

pendidikan itu penting. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ahmad D.Marimba (1986

,hlm. 31) bahwa pendidikan adalah “bimbingan dan pertolongan secara sadar yang

diberikan oleh pendidik kepada si terdidik dalam perkembangan jasmaniah dan rohaniah

kea rah kedewasaan dan terbentuknya kepribadian muslim”.

Oleh karena itu, keselamatan masyarakat pada hakekatnyha bertumpuh pada

keselamatan keluarga. Demiukian Islam memerintahkan agar orang tua berlaku sebagai

pemimpin dan pemelihara serta berkewajiban untuk menyelamatkan bagi keluarganya,

sebagaimana ayat di atas mengajarkan,yaitu :

(QS,Al-Mukmin(40): 67)QS,66: 6)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan

batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka

dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS,Al-Mukmin(40): 67)Depag. 1989: 951).

Anak-anak dalam perkembangannya banyak mengalami perubahan-perubahan

yang tidak seirama, seperti anak yang menjelang akil baligh atau memasuki usia puber.

Maka dalam menghadapi itu semua, menurut Najib KhalidAl-Amir (1994, hal.130)

Page 55: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

55

Islam mengajarkan terutama kepada para pendidik atau orang tua untuk mengambil

sikap-sikap sebagai berikut .

1. Mengetahui secara optimal perubahan-perubahan yang terjadi pada anak-anakmereka yang sedang puber dengan melakukan pengamatan yang jeli.

2. Mengarahkan mereka untuk selalu pergi ke masjid sejak kecil sehinggamemiliki disiplin naluiah dan andil yang potensial dalam lingkuingan yangrabbaniah. Jika seorang pemuda anjurkan untuk membiasakan shalatberjama’ah dan membaca al-Qur’an.

3. Membuka dialog dan menyadarkan mereka akan status sosial mereka.

4. Menanamkan rasa percaya diri pada diri mereka dan siap mendengarkanpendapat-pendapat mereka.

5. Menyarankan agar menjalin persahabatan dengan teman-teman yang baik.Sikaptersebut tepat menjadi perisai positip dan menjauhkan mereka sifat danperbuatan yang nista.

Jika anak-anak biasa mendengarkan perkataan yang buruk, maka dia pun ikut

mengatakan kepada teman sepermainannya, demikian pula sebaliknya, perkataan dan

perbuatan yang baik yang dilihatnya mempengaruhi pula si anak itu. Sehubungan

dengan itu tentunya setiap orang tua berharap agar anak-anak tumbuh dengan baik,

maka peranan orang tua dalam mengukir jiwa anaknya sangat menentukan sekali. (Alex

Sobur, 1986 : 29). Dan hampir senada dengan yang dikatakan oleh E.G.White seorang

penulis wanita, yang dikutip oleh Henry Siahan mengenai peranan ibu dalam

pendidikan keluarga, “Bahwa Tuhan telah memerintahkan supaya keluarga menjadi

tempat pendidikan yang paling ampuh dan penting dari semuanya” (Henry Siahaan,

1986, hal. 1).

Dari kenyataan itu, pendidikan rumah tangga anak harus dimjlai. Maka anak itu

harus belajar segala pelajaran yang akan dipimpin dan dituntun sepanjang hidupnya,

yaitu “pelajaran-pelajaran tentang penghormatan, penurutan, pengendalian diri dan

kejujuran”. (Henry Siahaan, 1986, hal.1). Dan tak terlupakan akan pelajaran-pelajaran

Page 56: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

56

keagamaan tentang cara makan dan minum, cara berpakaian, cara bersikap terhadap

teman dan orang lain, juga tentang belajar al-Qur’an, diajak shalat berjama’ah dimujlai

di rumah terdahulu dan seterusnya, bahkan cara memasuki kamar kecilpun harus

diajarkan.

Untuk itu hendaknya orang tua harus pandai tentang cara mendidik dan harus

mengerti tentang ciri-ciri khas setiap umur yang mereka lalui. Islam mengajarkan untuk

menanamkan jiwa agama sejak si anak lahir. Misalnya setiap anak yang lahir mesti di

azankan, ini berarti pengalaman pertama yang diterima anak adalah kalimat suci dari

Tuhannya. Jiwa inilah yang perlu orang tua tanamkan selama orang tua berperan di

lingkungan keluarga sebagai pendidik utama dan pertama. Maka orang tua dapat

meletakkan pendidikan bagi anaknya tentang belajarnya, hiburannya dan kebutuhan-

kebutuhan lainnya. Inilah yang dimaksud orang tua sebagai madrasatul u’la’.

Oleh karenanya, betapa pentingnya tugas dan fungsi rumah tangga dalam

pendidikan keagamaan bagi anak-anaknya. Melalui rumah, anak-anak menerima

berbagai tradisi, praktik-praktik, keyakinan, sifat-sifat, seni, sejarah serta berbagai

kemenangan bangsa mereka melalui rumah. Kenakalan anak merupakan konsekuensi

wajar dan tak terhindarkan akibat keretakan rumah tangga. Ada lebih dari satu peran

yang dimainkan rumah dalam proses pendidikan (al-Qarashi,2000, hlm.53). Betapa

pentingnya keluarga, Rasul Allah Saw mengajarkan, fungsi dan peran orang tua bahkan

”mampu untuk membentuk arah keyakinan anak-anak mereka. Menurut Beliau, setiap

bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan

agama yang akan dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan,

dan pengaruh kedua orang tua mereka” (Jalaluddin, 2009, hlm. 282).

Page 57: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

57

Tujuan dan Fungsi Pendidikan Aqidah Dalam Ajaran Islam

Secara umum, pada hakekatnya tujuan pendidikan Islam adalah ”mencerdaskan

akal dan membentuk jiwa yang Islami, sehingga akan terwujud sosok pribadi muslim

sejati yang berbekal pengetahuan dalam segala aspek kehidupan” (Al-Baghdadi, 1996,

hal. 30). Begitu juga dengan rumusan tujuan pendidikan Islam yang diringkas menurut

Arifin (2008, hal. 64), yaitu ”mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim yang

bulat lahiriah dan batiniah yang mampu mengabdikan segala amal perbuatannya untuk

mencari keridaan Allah Swt”.

Untuk meletakan jalur pondasi yang kuat dalam menuju tujuan itu, pendidikan

aqidah sangat didahulukan dalam memperkokoh muslim yang tangguh sebagai

pengabdi Allah Swt. yang dapat memakmurkan bumi ini. Pondasi awal itu, mulai

ditanamkan sejak dini dalam keluarga setiap muslim sebelum anak-anak menjelang

baligh atau dewasa.

Secara ilmu, aqidah atau tauhid adalah ilmu yang memberikan bekal-bekal

pengertian tentang pedoman keyakinan hidup manusia, di dalam mengarungi samudera

dan gelombang hidup. Secara kodrati manusia diciptakan Allah di dunia ini,

berkekuatan berbeda antara manusia satu dengan yang lain. Tidak sedikit manusia di

dalam mengarungi samudera hidup yang luas itu, kehilangan arah dan pedoman,

sehingga ia menjadi sesat. Di situlah ilmu tauhid berperan untuk memberi pedoman dan

arah, agar manusia selalu tetap sadar akan kewajibannya sebagai makluk terhadap

Penciptanya (Zainuddin, 1996, hlm. 8).

Oleh karena itu tujuan dari ilmu tauhid dan keyakinan bagi umat Islam menurut

Zainuddin (1996, hal. 9-10) adalah sebagai berikut.

1. Agar kita memperoleh kepuasan batin, keselamatan dan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat, sebagaimana yang dicita-citakan. ....

Page 58: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

58

2. Agar kita terhindar dari pengaruh akidah-akidah yang menyesatkan, yangsebenarnya hanya hasil pikiran atau kebudayaan semata-mata, atau hasilperubahan yang dilakukan terhadap ajaran seorang Nabi dan Rasul yangsebenarnya. Sedangkan tujuan perobahan itu semata-mata politik, sehinggakarenanya di dunia ini selalu terjadi perebutan pengaruh di antara penganutagama-agama yang berbeda-beda. Di satu pihak ingin menyebar luaskan sertamempertahankan kebenaran dan kejujuran dalam beregama, di lain pihak inginmempertahankan pengaruhnya dalam masyarakat. ...

3. Agar terhindar dari pengaruh faham-faham yang dasarnya hanya teorikebendaan (materi) semata. Seperti kapitalisme, komunisme, sosialisme,meterialisme, kolonialisme dan sebagainya yang semuanya itu bertujuan hanyamengumpulkan dan memperebut harta.

Suatu kepercayaan yang merupakan implikasi dari kebenaran yang tinggi adalah

agama. Dan aqidah merupakan dasar-dasar kepercayaan dalam agama yang mengikat

seseorang dengan persoalan-persoalan yang prinsipil dari agama itu. Islam mengikat

kepercayaan umatnya dengan tauhid., yaitu keyakinan bahwa Alloh itu Esa. Tauhid

merupakan aqidah Islam yang menopang seluruh bangunan keislaman seeorang. Ia tidak

hanya sebatas kepercayaan, melainkan keyakian yang mempengaruhi corak

kehidupannya. Keyakinan mendorong seseorang untuk konsisten dan berpegang teguh,

bahkan sanggup menyerahkan segenap hidupnya bagi keyakinan itu. Dengan

menjadikan aqidah Islam sebagai satu-satunya asas bagi kehidupan seorang muslim,

yang dimulai dari rumah tangga muslim, termasuk dalam ”cara berfikir, berkehendak,

sehingga setiap tindakannya terlebih dahulu diukurnya dengan aqidah Islam sebagai

dasarnya” (A. AlBaghdadi,1996, hal. 27). Sesuai dengan Firman Allah dalam Suroh

Yunus ayat 101, yaitu:

(QS,Al-Mukmin(40): 67)QS,10 : 101)

Artinya: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di

bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang

memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman" (QS,Al-Mukmin(40): 67)Depag, 1989,

hlm.322).

Page 59: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

59

Berdasarkan ayat di atas, nyata bahwa Allah menjadikan keimanan

kepada-Nya atau yang dinamakan aqidah Islam sebagai dasar seorang

muslim untuk memastikan sesuatu hukum atas segala sesuatu yang ada di

sekelilingnya, baik itu yang ada di langit maupun di bumi tunduk kepada

hukum dan kekuasaan Allah Swt. Kepercayaan tertinggi dalam Islam adalah tauhid

di mana segenap hidup seorang muslim diserahkan kepada Allah. Penyerahan ini

melahirkan ketentraman dan ketenangan hidup, inilah fungsi aqidah yang diharapkan.

Lebih jauh mengenai aqidah ini Sayyid Sabiq (2006, hal.21) merumuskan tujuan

yang penting bahwa aqidah merupakan ruh bagi setiap orang untuk berpegang teguh

padanya agar hidup dalam keadaan baik dan mengembirakan dan terhindar dari liku-

liku kehidupan yang sesat. Hal ini dimaksudkan bahwa aqidah berarti mengikatkan hati

dan perasaan dengan suatu kepercayaan yang tidak bisa di tukar lagi dengan yang lain,

sehingga jiwa dan raga, fikiran dan pandangan hidup terikat kuat kepadanya, dalam hal

ini aqidah Islamiyah.

Keyakinan yang menopang seluruh perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan dan

dengan makhluk lain. Dalam hubungan dengan Tuhan, aqidah memberi kejelasan

tentang Tuhan yang disembahnya sebagai dzat yang Maha Kuasa, satu-satunya Dzat

yang wajib disembah yang di Tangannya nasib seluruh makhluk ditentukan.

Dalam hubungan dengan makhluk lain atau manusia. Keyakinan tauhid ini menjadi

dorongan utama untuk bergaul dan berbuat baik serta berbuat maslahat bagi manusia

dan makhluk lainnya. Dorongan keyakinan ini akan sanggup meniadakan segala pamrih

duniawi dan balas jasa dari kebaikan yang ditanamkan terhadap manusia lain. Seorang

muslim berbuat baik semata-mata keyakinan bahwa Alloh menyuruhnya untuk berbuat

baik, sehingga apapun yang dia peroleh akibat dari perbuatannya akan diterimanya

dengan penuh kesadaran dan lapang dada. Dalam perilaku ini lahir perbuatan ikhlas

Page 60: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

60

yang merupakan fenomena perilaku seorang muslim yang taat. Aqidah dapat dilihat

peranannya dalam berbagai sendi dan aspek kehidupan seorang muslim serta memiliki

implikasi terhadap sikap hidupnya. Implikasi dari aqidah itu antara lain dapat dilihat

dalam pembentukan sikap, misalnya sebagai berikut (Etika Nurhasanah,

http//www.dpudt-jogia.org....../on-line/17-06-2010).

1. Penyerahan secara total kepada Allah dengan meniadakan sama sekali kekuatan

dan kekuasaan di luar Allah.

2. Keyakinan kepada Allah, menjadikan orang memiliki keberanian untuk berbuat,

karena tidak ada baginya yang ditakuti selain melanggar perintah Allah.

3. Keyakinan dapat membentuk rasa optimis menjalani kehidupan, karena keyakinan

tauhid menjamin hasil yang terbaik yang akan dicapainya secara ruhaniah, karena

seorang muslim tidak pernah gelisah dan putus asa, ia tetap berkiprah dengan penuh

semangat dan optimis.

Itulah tujuan utama pandidikan aqidah pada anak-anak muda. Yang pada prinsipnya

tetap optimis menjalani hidup dengan tetap bekerja dan berusaha keras, tetapi jangan

lupa kuatkan dan keraskan juga keyakinan akan menjalankan ajaran-ajaran Islam dalam

bentuk amal sholeh dalam hidup keseharian anak-anak.

Sumber dan Ruang Lingkup Aqidah Islamiyah

Yang dimaksud dengan sumber-sumber aqidah Islam adalah metode yang harus

ditempuh dalam menetapkan muatan-muatan aqidah Islam. Metode inilah yang telah

ditempuh kaum salaf dalam menetapkan substansi aqidah ilahiyah.(Ibrohim, tt, hlm.

12). Menurut Ibrohim Muhammad bin Abdullah Al-Buraikan (hlm. 12) ada tiga sumber

aqidah Islam, yaitu ”Al-Qur’an, As-Sunnah dan Akal Sehat”. Sementara Yunahar Ilyas

Page 61: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

61

sumber aqidah Islam itu ada dua, adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Artinya apa saja yang

terdapat dan disampaikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan oleh Rasulullah dalam

Sunnahnya wajib diimani, diyakini dan diamalkan (Yunahar Ilyas, 1995, hlm. 6).

Adapun dalil aqal atau akal pikiran lanjut Yunahar, tidaklah menjadi sumber aqidah,

tetapi hanya berfungsi untuk memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber

tersebut dan mencoba, kalau diperlukan untuk membuktikan secara ilmiah kebenaran

yang disampaikan oleh Al-Qur’an dan Sunnah.

Kita semua harus menyadari bahwa kemampuan akal sangat terbatas, sesuai

dengan terbatasnya kemampuan semua makhluk Allah. Akal tidak akan mampu

menjangkau masail ghaibiyah (masalah ghaib), bahkan akal tidak akan mampu

menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu. Misalnya akal tidak

akan mampu menjawab pertanyaan kekal itu sampai kapan ? Atau akal tidak akan

mampu menunjukkan tempat yang tidak ada di darat, di udara, di lautan dan tidak ada di

mana-mana. Karena kedua hal tersebut tidak terikat dengan waktu dan ruang. Oleh

sebab itu, akal tidak boleh dipaksakan untuk memahami alam ghaib tadi. (Yunahar,

1995, hlm. 7).

Jika kita menggunakan pengertian yang sama antara ketauhidan, akidah, dengan

keimanan, maka materi ketauhidan sama dengan materi keimanan. Konsep yang

penyusun gunakan ialah konsep Yunahar Ilyas yang membagi materi ketauhidan

menjadi empat, selain beliau juga membagi ruang lingkup ketauhidan kepada rukun

iman, yang memiliki 6 unsur (Yunahar, 2004, hal. 4) yaitu terbagi menjadi empat yakni:

1) Ilahiyat, 2) Nubuwat, 3) Ruhaniyat, dan 4) Sam’iyyat.

Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah

(Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, af’al Allah dan

lain-lain. Nubuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

Page 62: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

62

Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang Kitab-Kitab Allah, mu’jizat, keramat

dan lain sebagainya. Ruhaniyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan alam metafisik, seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syiathon, Roh daan

lain sebagainya. Sam’iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bias

diketahui lewat sam’I (dalil naqli berupa al-Qur’an dan Sunnah seperti alam barzakh,

akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lain sebagainya (Yunahar,

2004, hal. 6).

Masalah dan inti keimanan kepada Allah adalah agar mengesakannya dan

melaksanakan ajaran dan syari’at-syari’at-Nya yang digariskan dalam dinul- Islam. Al

Ghazali (dalam Hamdani dan Fuad, 1998, hal. 240) menjelaskan bahwa pembinaan

ketauhidan diperlukan 4 hal pokok yakni :

1. Makrifat kepada dzat-Nya.

2. Makrifat kepada sifat-sifat-Nya.

3. Makrifat kepada af’al-Nya.

4. Makrifat kepada syari’at-Nya.

Di samping sistematika di atas, pembahasan aqidah bisa juga mengikuti

sistematika arkanul iman (6 rukun iman), yaitu : Iman kepada Allah SWT, Iman kepada

Malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk rohani lainnya seperti jin, iblis dan

syaithan), Iman kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada Nabi dan Rasul, Iman kepada

Hari Akhir, dan Iman kepada Taqdir Allah.

Jika aqidah dikaitkan dengan disiplin ilmu, ilmu aqidah membahas beberapa tema

dan pokok pembahasan, seperti :

Tauhid, Iman, Islam, ghaibiyah, nubuwah, taqdir (qadha dan qadar), akhbar(kehujahan hadits Ahad dalam masalah aqidah dan lain-lain), pkok-pokok dalil

Page 63: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

63

hukum yang bersifat tegas dan pasti (ushulul ahkam al-qath’iyyah), seluruhaqidah dan pokok-pokok ajaran Islam yang lain, seperti imamah, sikap terhadappara sahabat, amar ma’ruf nahi munkar dan jihad fi sabilillah, bantahan terhadapahli bid’ah, ahlul hawa’ (pengikut aliran dan pemikiran menyimpang) danberbagai aliran maupun kelompok sesat lainnya, serta sikap Ahlus Sunnahterhadap mereka (Abu Fatiah dan Abu Aisyah (editor), tt, hal. 5).

Penjelasan di atas, tidak memberi ruang penjelasan yang lebih rinci tentang

ruang lingkup aqidah Islamiyah. Ini menunjukan bahwa materi-materi tersebut dapat

dikenalkan dan dipahami serta dapat dilaksanakan dalam lingkungan pendidikan

keluarga. Bentuk –bentuk ibadah, seperti shalat, belajar al-Qur’an, atau perintah

menghintan anak dan lain-lainnya seperti tersebut di atas, secara tidak langsung dapat

membantu pendidikan anak-anak bidang aqidah sekaligus terpadu dengan bidang

ibadahnya, bidang mu’amalat dan bidang akhlaknya. Keterpaduan itulah yang titik

awalnya adalah menguatkan dan mengkokohkan bangunan ke-islaman anak-anak yang

pondasi awalnya adalah aqidah yang kuat dan benar.

Makna Manajemen Pendidikan

1. Makna Manajemen

Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai

ilmu, karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara

sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan

sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur

orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen

dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para

professional dituntun oleh suatu kode etik (N. Fattah, 2008, hal. 1). Pada dasarnya teori

manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan prilaku organisasi yang

berkaitan dengan “motivasi, produktivitas, dan kepuasan (satisfaction)”(Fattah, 2008,

hal. 11).

Page 64: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

64

Manajemen diartikan sebagai “seni penyelesaian dalam mencapai suatu tujuan

dimana di dalamnya terdapat proses yang meliputi perencanaan (planning),

pengoganisasian (organizing), memimpin dan mengarahkan (leading

/directing/actuating), dan pengendalian (controlling) dengan memberdayakan

semaksimal mungkin seluruh sumber daya yang ada” (http://cahyaulumuddin.

multiply.com/journal, online, 16/3/20011) Praktek manajerial adalah kegiatan yang

dilakukan oleh manajer atau pemimpin istilah dalam pendidikan. Apabila manajemen

dipandang sebagai serangkaian kegiatan atau proses, maka proses itu akan mencakup

bagaimana cara mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai sumber untuk

mencapai tujuan organisasi, yaitu kepuasan pelanggan yang melibatkan orang, teknik,

informasi dan struktur yang telah dirancang (N. Fattah, 2008, hal. 13).

Islam mengajarkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan

demikian upaya tersebut tidak terlepas dari pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak

akan tercapai dengan baik secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan

pendidikan yang baik. Termasuk pengelolaan pendidikan di keluarga.

(T.Katono,http:/blog.binadarma.ac.id/muhammadinah/…online, 12/3/2011).

2. Hakekat Tujuan Manajemen Pendidikan

Tujuan utama manajemen menurut Shrode Dan Voich dalam (Nanang Fattah,

2008, hal. 15) menyebutkan bahwa tujuan utama manajemen adalah “produktifitas dan

kepuasan”. Secara khusus lagi tujuan dari manajemen menurut pendekatan analisa Islam

adalah “membangun sebuah peradaban berdasarkan kepada nilai-nilai etika tauhid,

dengan begitu manajemen harus pada waktu yang sama, memastikan penghapusan

kebusukan, kejahatan, dan ketidakadilan (al-fasad) untuk menetapkan keadilan (‘adl)

baik dalam organisasi-organisasi seperti juga di dalam masyarakat. Sasaran akhir dari

Page 65: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

65

manajemen adalah untuk mencapai kebahagiaan (al-falah). (Hasan 1992,

http;//www.azuarjuliandi.com/index,.. online, 16/3/2011).

Untuk lebih fokus dapat dijelaskan sebagai berikut :

Meningkatkan produktivitas

Produktivitas dapat digambarkan dalam dua pengertian yaitu secara teknis dan

finansial. ”Pengertian produktivitas secara teknis adalah pengefesiensian terutama

dalam pemakaian ilmu dan teknologi. Sedangkan pengertian produktivitas secara

financial adalah pengukuran produktivitas atas output dan input yang kuantifikasi”.

(H.R. Soetisna, 2000, hal. 1). Menurut Paul Mali definisi produktivitas adalah ukuran

yang menyatakan seberapa hemat sumber daya yang digunakan di dalam organisasi

untuk memperoleh sekumpulan hasil (Linda, 2000, hal. 1). Maka produktivitas

mengandung makna "keinginan" dan "upaya" manusia untuk selalu meningkatkan

kualitas kehidupan di segala bidang. Produktivitas sebagai sikap mental (Attitude of

mind) yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan.

Sikap mental itu akan tumbuh dan berkembang, setelah dimanajemen dengan

baik oleh manajer atau pimpinan atau kepala sekolah dan guru jika di sekolah, serta

orang tua jika di keluarga. Secara umum di dunia pendidikan, Menurut Miarso (2009),

dalam meningkatkan produktivitas pendidikan, ada tiga hal yang dapat dilakukan, yaitu:

memperlaju pentahapan belajar, membantu guru untuk menggunakan waktunya secara

lebih baik, dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru

dapat lebih banyak membina dan mengembangkan kegiatan belajar anak didik. Apa

yang digambarkan tersebut, peningkatan produktivitas pendidikan di sekolah formal,

bagaimana dengan orang tua di keluarga. Keluarga pada prinsipnya dapat mengatur

Page 66: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

66

fungsinya memelihara, menjaga dan mengatur keluarganya sesuai dengan

kemampuannya.

Meningkatkan kepuasan pelanggan (kualitas).

Sejak perkembangannya, manajemen di dunia pendidikan tujuannya diarahkan

pada peningkatan kualitas proses dan kualitas hasil pendidikan. Sejalan dengan itu,

manajemen pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kepuasan atas penyelenggaraan

pendidikan yang diterapkan. Secara operasionalnya tujuan manajemen pendidikan

adalah tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Dalam hubungan

dengan penelitian ini peningkatan kepuasan pelanggan dalam arti tercapainya proses

didikan dengan baik yang dimotori oleh orang tua terhadap anak-anak atau anggota

keluarganya lainnya, dan tercapainya hasil didikan yang ditunjukkan oleh anak-anak

menjadi muslim yang yakin pada ajaran Islam dan mantap dan kokoh keimanan atau

aqidahnya.

3. Prinsip Manajemen Pendidikan Islam dalam Keluarga

Dalam ajaran Islam, segala sesuatu pada prinsipnya tak boleh dilakukan secara

asal-asalan melainkan harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur serta setiap

proses-proses juga harus diikuti dengan tertib. Sebenarnya manajemen dalam arti

mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal

yang disyariatkan dalam ajaran Islam.Sebab dalam Islam tujuan yang jelas harus

dilandasi dengan kokoh dalam barisan yang teratur. Sesuai dengan makna Firman Allah

Swt. Ash-Shaf (61) ayat 4, yaitu :

61:4 /(الصا ف

Page 67: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

67

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang

dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti

suatu bangunan yang tersusun kokoh (QS,Al-Mukmin(40): 67)Depag, 1989, hal. ).

Setiap organisasi, termasuk pendidikan keluarga memikliki

aktivitas-aktivitas pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan

organisasi. Salah satu aktivitas tersebut adalah manajemen

pengelolaan pendidikan tentang masalah aqidah yang dapat

menambah kemantapan keyakinan beragama pada ajaran Islam.

Ketika manajemen dipandang dari pendekatan tauhid dimaksudkan

adalah “pemenuhan perjanjian dasar (amanah) antara Tuhan dan

manusia , dimana manusia merupakan abdi atau pelayan Tuhan dan

wakilnya di bumi (khalifah) yang melaksanakan perbuatan-perbuatan

saleh (QS,Al-Mukmin(40): 67)amal saleh) berdasarkan prinsip-prinsip kerjasama dan

konsultasi (QS,Al-Mukmin(40): 67)shura)”. (QS,Al-Mukmin(40): 67)A.Juliandi, http://www.azumjuliandi.com./indet,...

Online, 16/3/2011).

Manajemen diperlukan dalam segala bidang, termasuk

manajemen keluarga dalam mengelola pendidikan anak-anaknya.

Orang tua sebagai manajer suatu organisasi dalam keluarga. Lebih

berhubungan lagi orang tua adalah sebagai pendidik. Pendidik itu

sendiri adalah “orang yang memikul tanggung jawab untuk

membimbing”(QS,Al-Mukmin(40): 67)H. Langgulung, 1986, hal. 17)6).

Pelaksanaan pendidikan dalam keluarga kunci keberhasilannya bila kedua orang tua

dapat mengatur dan mengorganisir pendidikan sesuai dengan petunjuk ajaran dalam Al-Qur’an.

Tuhan menurunkan Al-Qur’an bertujuan untuk memberi rahmat sekalian alam melalui proses

Page 68: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

68

pendidikan atau pengajaran itu. Berhubungan dengan manajemen dalam kaitan dengan

organisasi, dalam hal ini adalah keluarga. Manajemen diartikan ”sebagai proses merencana,

mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar

tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien” (Nanang Fattah, 2008, hal. 1).

Untuk itu prinsip manajemen dapat diterapkan oleh orang tua dalam keluarga. Orang

tua dapat menerapkan prinsip perencanaan, pengorganisasian, penggerakan atau pelaksanaan,

penganggaran, dan prinsip pengendalian atau pengentrolan.

Page 69: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

69

Bab 5

SIMPULAN DAN SARAN - SARAN

Simpulan

Dari beberapa uraian –uraian dan analisa pembahasan bab-bab terdahulu, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan :

1. Dalam menerapkan pendidikan aqidah dalam keluarga dapat ditentukan tujuan yang

diharapkan, yaitu: pertama, tujuan aqidah bagi muslim adalah (1) aqidah berfungsi

sebagai landasan dan acuan seluruh ajaran Islam yang mereka yakini, (2) aqidah

sebagai pembentuk atau pemotivasi akan kesalehan umat Islam, (3) aqidah sebagai

penyelamat atas keyakinan atau ajaran yang menyimpang, (4) aqidah sebagai

penentu keyakinan yang benar atau salah dan penentu muslim atau bukan muslim.

Kedua, Tujuan Melaksanakan Pendidikan aqidah bagi orang tua, adalah (1) aqidah

dapat menimbulkan optimisme dalam hidup untuk mencari kebutuhan, (2) aqidah

dapat menimbulkan sikap disiplin hidup dalam melaksanakan hubungan dengan

Allah dan hubungan dengan sesama. Ketiga, tujuan pendidikan aqidah bagi anak-

anak adalah (1) anak-anak mengenal dan paham ajaran Islam, (2) anak-anak trampil

dan taat beribadah, (3) anak-anak kuat dan kokoh aqidah ke-islamannya.

2. Keluarga sebagai lembaga pendidikan utama dan pertama bagi anak-anak, perlu

menjadi perhatian setiap orang tua untuk menyusun dan mengaturnya dengan baik.

materi tersebut memang sesuai dengan perkembangan anak-anak. Materi itu adalah :

pertama, materi pendidikan aqidah dalam kandungan, yaitu memperbanyak

makanan yang bernilai halal dan baik dalam arti selalu menjaga nilai gizi dan

kesehatan sambil menjaga kondisi kejiwaan seorang ibu dan ayah dari calon janin

sangat berpengaruh bagi perkembangan janinnya sampai lahir. Dan selalu

Page 70: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

70

memperbanyak berzikir dan berdo’a kepada Allah agar calon anak mendapat

kebaikan sampai lahirnya. Kedua, materi pendidikan sejak lahir sampai umur 2

tahun, yaitu : sikap bergembira atas kelahiran anak, mengazankan dan

mengiqamatkannya, pemberian nama yang baik, mengaqiqah anak, dan terakhir

penyusuan penuh.Ketiga, materi pendidikan aqidah anak balita sekitar umur 3

sampai 5 tahun, yaitu : mengenalkan kalimat toiyibah, melaksanakan khitanan,

mengenal dan belajar al-Qur’an, mengenal dan belajar shalat, mengenal dan belajar

puasa dan sedekah. Keempat, materi pendidikan aqidah anak enam sampai baligh

sekitar umur 15 tahun, yaitu : menanamkan rasa taat beribadah, mengenal dan

melaksanakan hukum halal dan menghindari yang haram, mengenal dan mencintai

Rasulullah, mengenal dan mempercayai rukun iman, dan mengenal dan

mempercayai peristiwa ghaib dan rahaniyat lainnya.

Saran – saran

Meningat yang menjadi subjek dalam penelitian atau pembahasan ini, terutama

ditujukan kepada orang tua dalam keluarga atau orang yang ikut membantu

penyelenggaraan berdirinya suatu keluarga, maka dalam kesempatan ini penulis

sementara hanya dapat menyarankan :

1. Kepada pihak orang tua untuk selalu siap sedia memfasilitasi dan mengatur akan

pendidikan agama bagi anak-anaknya, sebab dengan pendidikan agama yang materi-

materi yang diajarkan, dicontohkan, atau disuruh orang lain akan dapat memperkuat

keimanan anak-anak sebagai pondasi awal dalam membentuk bangunan ke-islaman

anak-anak tersebut. Kondisi inilah yang membuat orang Islam siap dan dapat

menghadapi era yang terus-menerus berkembang dengan globalisasi dunia yang tidak

menentu.

Page 71: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

71

2. Hendaknya orang tua harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya, serta

memiliki wawasan keislaman yang integral tentang wawasan materi tentang aqidah

atau ketauhidan, akhlak dan masalah ibadah. Selain itu juga harus memahami tentang

kondisional anaknya, berupa masalah pertumbuhan dan perkembangan anak-anak

dan bagaimana cara mendidiknya, yang biasa disebut metode.

3. Kepada rekan-rekan mahasiswa atau peneliti lainnya, masih banyak peluang untuk

meneliti kembali masalah pendidikan dalam keluarga terutama, dari sisi lainnya

misalnya tentang tujuan pendidikan selain aqidah. Atau peluang lain melihat

pendidikan aqidah yang tercermin dalam dunia pendidikan di sekolah, atau

pendidikan aqidah yang tercermin dalam masyarakat muslim yang sangat Islami itu.

Page 72: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

72

REFERENSI

Abdullah, A Saleh 1990, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, RinekaCipta, Jakarta.

Abdul Baqi’, M.Fuad, tt, Al-lu’lu’ wal Marjan, Terjemahan: Salim Bahreisy, Jilid 2,Bina Ilmu, Surabaya.

Abdul Hafizh, Muhammad Nur 1988 , Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Al-Bayan .Kairo

Ahyadi, A.Aziz 1991, Psikologi Agama, Sinar Baru, Bandung.

A.Juliandi, http://www.azumjuliandi.com./indet,... Online, 16/3/2011)

Al-Abrasyi, M.Athiyah 1990, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,(diterjemahkanoleh Bustomi dan Djohar), Bulan Bintang, Jakarta.

Al-Adnani, Abu Fatiah, Abu Aisyah Abdurrahman (editor), tt, Buku Pintar Akidah,Roemah Buku, Sukoharjo.

Al-Adawy, Syaikh Musthafa 2009, Fikih Pendidikan Anak: Membentuk kesalehan anaksejak dini, (Penerjemah: Umar Mujahid dan Faisal Saleh), Qisthi Press, Jakarta.

Al-Arusi, A.Aziz 1994, Menuju Islam Yang Benar (Nahwa Al-Islami Al-Haq Buhutsunfi Al-Qurana al-Karim Tudli’i haqiqat al-Islam: Penerjemah: Said Agil Husin Al-Munawar dan Hadri Hasan), Cv.Toha Putra, Semarang.

Al-Amir, Najib Khalid, 1994, Tarbiyah Rasulullah, Gema Insani Press, Jakarta.

Al-Atas, Syed M.Al-Naquib 1990, Konsep Pendidikan Dalam Islam,(Penerjemah;Haidar Baqir), Mizan, Bandung

Albaghdadi, Abdurrahman 1996, Sistem Pendidikan di Masa Khilafah Islam, Al-Izzah,Surabaya.

Al-Buraikan, Ibrohim M.Abdillah, tt, Pengantar Studi Aqidah Islam, alih bahasa : AnisMatta, Al-Manar, Jakarta.

Al-Bilali, Syaikh Abdul Hamid Jasim. 2000. Seni Mendidik Anak. Al-I’tishom Cahaya Umat.Jakarta.

Al-Hasyimi, Sayyid Ahmad 2007, Syarah Mukhaarul Ahaadiits, (Penerjemah dansyarah :Anwar, A.Abu Bakar dan Ii Sufyana), Sinar Baru Algensindo, Bandung.

Al-Jauhari, Mahmud Muhammad dan M.Abdul Hakim Khayyal, 2000, MembangunKeluarga Qur’ani Panduan Untuk Wanita Muslimah, Penerjemah: Kamran As’adIrsyady dan mufliha Wijayati, Amzah, Jakarta.

Ali Quthb, Muhammad 1993 ‘, Auladuna fi-Dlaw-it Tarbiyyatil Islamiyah, (Terj.Bahrun Abu Bakar Ihsan), “Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam”,Diponegoro, ”, Bandung.

Page 73: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

73

Al-Maghribi, Al-Maghribi bin as-Said, 2004, Begini Seharusnya Mendidik Anak,Panduan Mendidik Anak Sejak Masa kandungan Hingga Dewasa, Penerjemah: ZainalAbidin,Muraajah dan A.Shihab, Darul Haq, Jakarta.

Al-Qarashi, Baqir Sharif 2003, Seni Mendidik Islami, alihbahasa: Mustofa budiSantoso, Pustaka Zahra, Jakarta.

al-Salhub, Fuad bin A. Aziz 2005, Al-Muallim al-Awwal SAW Qudwah likulli Muallimwamuallimat, Penerjemah: Abu Haekal, Zikrul Hakim, Jakarta.

Aly, Hery Noer dan Munzier Suparta 2003, Pendidikan Islam Kini dan Mendatang, Cv.Triasco, Jakarta.

Aly, Hery Noer dan Munzier 2000. Watak Pendidikan Islam, Agung insani, Jakarta.

Ambarawy, Hasan Muarif, Nurkholish Madjid, Zakiah Daradjat, Kafrawi Ridwan, danRidho Masduki 2003, Ensiklopedi Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.

Amini, Ibrahim 2006, Agar Tak Salah Mendidik, Alih bahasa: A.Subandi dan SalmanFadhullah, Al-Huda, Jakarta.

Anwar 2005 ”Metode Pembinaan Akhlak Mulia Terhadap Remaja”. Tesis mahasiswaPPs IAIN Raden Fatah palembang.

An-Nahlawi, Abdurrahman 1996. Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam,alihbahasa: Hery Noer Aly, CV.Diponegori, Bandung.

An-Nahlawi, Abdurrahman 2002. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat,Gema Insani Press, Jakarta.

Asyarie, Sukmadjaja dan Rosu Yusuf 1984, Indeks Al-Qur’an, Pustaka, Bandung..

Asy-Syaukani, tt, Nailul Authar Juz awwal, t p, Kairo Mesir.

Arikunto, Suharsimi 2000. Prosesur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, BinaAksara, Jakarta.

Arifin, M. 1991. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta.

Arifin, M. 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta.

Arifin, M. 1976, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan keluargadan Sekolah,Bulan Bintang, Jakarta.

Arief, Armai 2000, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat PressJakarta,

As-Syafe’i, Ummi Robi’ah 2009. Membangun Keluarga Islami Sejak Dini, Alita Media,Jakarta.

Asyarie, Sukmadjaja dan Rosu Yusuf 1984, Indeks Al-Qur’an, Pustaka, Bandung..

Page 74: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

74

Asy-Syaukani, tt, Nailul Authar Juz awwal, t p, Kairo Mesir.

Arief, Armai 2000, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat PressJakarta,

Ash-Shiddieqy, M. Hasbi 1987, Sejarah dan Penganter Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, BulanBintang, Jakarta.

Baqi, M.Fuad Abdul, tt, Al-lu’lu’ walmarjan, Terjemahan H.Salim Bahreisy, BinaIlmu Surabaya,

Badawi , Ahmad Ali 2000, Imbalan dan hukuman: Pengaruhnya bagi pendidikan Anak, ,Gema Insani Pres ,Jakarta.

Bastian,Aulia Reza , 2002 Reformasi Pendidikan, Lappera Pustaka Utama, Yogyakarta

Bungin, Burhan 2001. Metodologi Penelitian Sosial, Airlangga University Press,Surabaya.

Badawi , Ahmad Ali 2000, Imbalan dan hukuman: Pengaruhnya bagi pendidikan Anak, ,Gema Insani Pres ,Jakarta.

Buchari 1997, ”Keluarga Muslim dan Peranannya dalam Menciptakan AktivitasKeagamaan Masa Remaja”. Skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Raden FatahPalembang.

Daradjat, Zakiah 1991. Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta.

Daradjat, Zakiah, Usman Said, Malikul Adil (et-al) 1996. Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara kerjasama Depag, Jakarta

Daradjat, Zakiah, Usman Said, Malikul Adil (et-al) 2001. Metodologi PengajaranAgama Islam, Bumi Aksara, Jakarta.

Daradjat, Zakiah, Usman Said, Malikul Adil (et-al) 1984. Filsafat Pendidikan Islam,Proyek Derjen PKAI, Jakarta.

Daradjat, Zakiah 1976, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Bulan Bintang,Jakarta.

Daradjat, Zakiah tt, “Pendidikan Anak Dalam Keluarga : Tinjauan Psikologi Agama”,Al-Fikr, Jakarta.

Dep. Agama 1989. Al-Qur’an dan Terjemahannya, depag kerjasama cv Thoha Putra,Semarang.

D.Gunarsa, Singgih 1992. Psikologi Perkembangan, Gunung Mulia, Jakarta.

D.Gunarsa, Singgih (et-al), 1986. Psikologi Perkembangan, Anak dan Remaja, Gunung Mulia,Jakarta.

D. Gunarsa, Singgihdan Nya Singgih 1992. Psikologi Untuk Membimbing, Gunung Mulia, Jakarta.

Page 75: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

75

D.Marimba, Ahmad 1986, Pengantar Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Jakarta

Depag, 2007, Pentingnya Makanan Halal dan Bergizi bagi Keluarga, Dirjend Urais danBimais, Jakarta.

Dep. P & K. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Effendy, Mochtar 1996. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,Bhratara, Jakarta.

Eliya Yulyanti 1996 ”Peranan Orang Tua dalam Membentuk Tingkah Laku Anak-Anaknya di Bawah Masa Akil Baligh Di Desa Ujung Tanjung Kecamatan Banyuasin IIIKabupaten MUBA”. Skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Raden FatahPalembang

Fathurrahman, Pupuh ,2001. Strategi Belajar Mengajar, Tunas Nusantara., Bandung

Fattah, Nanang 2008, Landasan Manajemen Pendidikan, Remaja Rosdakarya,Bandung

Fatiah, Abu Adnani Al dan Abu Aisyah (editor) tt, Buku Pintar Aqidah, Roemah Buku, Soekoharjo .

Feisal, Jusuf Amir 1995, Reorientasi Pendidikan Islam, Gema Insani Press, Jakarta

Gulo, W. 2007. Metodologi Penelitian, Grasindo, Jakarta.

Hakim, Khalifah Abdul 1986. Hidup Yang Islami, Raja Wali, Jakarta.

Hasyim, Umar 1993. Cara Mendidik Anak Dalam Islam (Anak Sholeh Seri 2), BinaIlmu, Surabaya.

Hamdani, Ihsan dan A. Fuad Ihsan 1998. Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka Setia,Bandung.

Hadi, Amirul dan Haryono 1998, Metodologi Penelitian, Cv.Pustaka Setia, Bandung.Halimuddin 1990. Kembali Kepada Akidah Islam, Rineka Cipta, Jakarta.

Hafizh, M. Nur Abdul 1997, “Manhaj Tarbiyah Al Nabawiyyah Li Al-Thifl”,Penerj.Kuswandini, et al, Mendidik Anak Bersama Rasulullah SAW, Al-Bayan,Bandung .

Halimuddin 1990. Kembali Kepada Akidah Islam, Rineka Cipta, Jakarta.

Huda, Miftahul 2007. ”Model Interaksi Pendidikan Anak Dalam Al-Qur’an”. Disertasimahasiswa Program Doktor dalam Program Studi Ke-Islaman PPs IAIN Sunan AmpelSurabaya.

Hunainin, Pendidikan Keimanan Bagi Anak Menurut Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan, Dalam Kitab Tarbiyah Al-Aulad Fi Al Islam : Tujuan , Materi, Dan Metode, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

http://sufiqurani.blogspot. com/2010/05/ajaran-khitan-dalam-islam./on-line, 6-7-2010

Page 76: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

76

Hidayat, http:/ aathidayat.wordpress.com,… online, 10/10/2010.

Ibrohim,Metode Pembelajaran dalam Al-Qur’an(kajian surah al-Maidah :67 dan An-Nahl: 125) http://ibrohimnaw.wordpress.com/2009/04/27 /metode-pembelajaran-kajian-tafsir-tarbawi On-Line/20/10-2009

Ilyas,Yunahar 2004. Kuliah Aqidah Islam, LPPI, Yogyakarta.

Iskandar, Sholeh, Januari 1992/12 Rajab 1412 H, Tabloit Jum’at,....

Jalaluddin 2002. Mempersiapkan Anak Saleh, Telaah Pendidikan Terhadap SunnahRasulullah SAW, Raja Grafindo, Jakarta.

Jalaluddin 2009. Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kaelany HD 2009, Islam Agama Universal, Midada Rahma Press, , Jakarta.

Kartono, Kartini 1990, Psikologi Anak, Mandar Maju, Bandung.

Kountur ,Ronny 2005, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan tesis, cet. Ketiga, CV Taruna Grafica, Jakarta.

Kuswandin 1997. Mendidik Anak Bersama Rasulullah SAW, Al Bayan, Bandung.

Langulung, Hasan 1986, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Pendidikan,Pustaka Amani, Jakarta.

Miarsi, Yusufhadi 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan,Peranada Mediakerjasama Pustekkom Diknas, Jakarta.

Moleong, Lexy J.2007. Metodologi Penelitan Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Muslim, al-Imam Abi Husain Al-Hajjaj 1424/2003, Shahih Muslim, Dar Al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Libanon

Mustafidh, http/mustafidinahmad.wordpress.com. online, 22/1/2011.

Naimullah, Sayyid 2004. Keajaiban Aqidah : Jalan Terang Menuju Islam Kaffah,(Penerjemah: Sudarmadji), Lintas Pustaka, Jakarta.

Nawawi, Imam 1999, Riyadhlus Shalihin, Jilid 1 (Penerjemah: Sunarto) Pustaka Amani,Jakarta.

Noordeen, A.S. 2003. Islam Idelogy And The Way of Life, Zafar Sdn Bhd, KualaLumpur Malaysia

Nurlaili 2006 : ”Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Tesis mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang.

Patmonodewo, Soemarti 2000, Pendidikan Anak Prasekolah, Rineka Cipta, Jakarta.

Purwanto, M. Ngalim 1994, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, tp, Bandung.

Page 77: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

77

Poerwadrminta, WJS 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Radhawi, Said Ahtar 1986, Keluarga Islam, Risalah Bandung.

Ramayulis 1994, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta.

Ramayulisdkk 2001, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Jakarta, Kalam Mulia

Rasyid, Sulaiman 1989. Fiqh Islam, Sinar Baru, Bandung.

Rozak, Nasruddin 1993. Dienul Islam, Al-Ma’arif, Bandung.

Riwayat 1983, Mendidik Anak Menurut A-Qur’an, ...........,on-line,8-06-2009.

Ritonga, A.Rahman 2005. Akidah; Merakit hubungan manusia dengan khaliknyamelalui pendidikan akidah anak usia dini, Amelia, Surabaya.

Samples, Bob 2002, Revolusi Belajar untuk Anak, Kaifa, Bandung

Shihab, M.Quraish 2008, Lentera Al-Qur’an, Mizan, Bandung

Shihab, M.Quraish 2008, Lintera Al-Qur’an, Kisah dan hikmah kehidupan, Mizan,Bandung.

Shihab, M.Quraish 2004. Tafsir Al-Mishbah, Volume 14, Lantera Hati, Jakarta.

Soemanto, Wasty 1990, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta Jakarta

Sueb, Musa 2004, Kekuasaan Manusia dan Takdir tuhan, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta

Syamsun,2007, Pendidikan Akidah, Ibadah, dan Moral Bagi Anak dalam Keluarga,http:/www.darussholah.com, on-line,8-06-2009

Sirozi, M, Ris’an Rusli, Suyitno, tt, Pedoman Penulisan Tesis, edisi revisi, PPs IAINRF, Palembang.

Soemanto, Wasty 1990, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.

Siahaan, Henry, 1986, Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak, Angkasa, Bandung.

Sobur, Alex 1986, Anak Masa Depan, Aksara, Bandung.

Simandjuntak, B dan I.L.Pasaribu 1986, Psikologi Perkembangan, Tarsito, Bandung.

Sujanto, Agus 1988, Psikologi Perkembangan, Aksara Baru, Jakarta.

Suryabrata, Sumadi, Perkembangan Individu, Rajawali, Jakarta.

Soetisno, HR 2000, Konsep Dasar Produktivitas, Lab, ITB, Bandung.

Sucipto, http://sucipto.guru.fkip.uns.ac.id/2009/11/26/metode-belajar-On-line.24/12/2009

http://khalidwahyudin.wordpress.com/2008/02/26/mempersiapkan-anak-memasuki-usia-baligh/on-line/17-06-2010.

Page 78: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

78

Surya, Muhammad 2003, Percikan Perjuangan Guru, Aneka Ilmu, Semarang,

Sudjana, Nana 2004, Tuntunan penyususnan Karya Ilmiah, cet. Kedelapan, Sinar Baru Algensindo, Bandung. Suyitno (editor) 2010, Pedoman Karya Tulis Ilmiah, edisi revisi, PPs IAIN RF,Palembang.

Segaf, Husein 1991. “Peranan Orang Tua dalam Pendidikan Agama” Majalah Mimbar Ulama, No,165, Edisi Safar 1412/ Oktober 1991.Tafsir, Ahmad 2001, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Remaja Rosdakarya,Bandung

Thalib, M, 1991, 40 Tangung Jawab Orang Tua Terhadap Anak, Al-Kautsar, Jakarta

T.Katono,http:/blog.binadarma.ac.id/muhammadinah/…online, 12/3/2011

Theresia, Linda 2000, Konsep Dasar Produktivitas, Diktat, ITI, Serpong.

Ulwan, A.Nashih 1981, Pedoman pendidikan Anak dalam Islam jilid 1, penerjemah:Saifullah dan Hery Noer Ali, Asy-Syifa, Semarang.

Ulwan, A.Nashih 1988, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam Jilid2, Penerjemah:Syaifullah Kamilie dan Hery Noer Ali, Asy-Syifa’, Bandung.

Yunahar Ilyas, 2004,Kuliah Aqidah Islam, LPPI, Yogyakarta

Yamin.,Martinis 2003. Metode pembelajaran Yang Berhasil. Sasama Mitra SuksesJakarta

Zainuddin 1996, Ilmu Tauhid Lengkap, Rineka Cipta, Jakarta

Zainu , Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu 2005, Seruan Kepada Pendidik dan Orang tua, (Penerjemah: Abu Hanan dan Ummu Dzakiyyah ), tp, Solom

Page 79: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

79

BIODATA PENULIS

a. Identitas Pribadi :

Nama : Ahmad Qosim

Tempat/Tanggal Lahir : Lubuk Puding, 12 Juni 1970

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (Guru Pada MTs Sabilul Hasanah

/ MTs Jabal Noer Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Banyuasin)

Pendidikan :

1. SD Negeri 3 Lubuk Puding Tahun 1983 2. SMP Negeri 1 Ulu Musi Tahun 1986 3. PGA Negeri Lahat Tahun 1989

4. Sarjana S.1 IAIN Raden Fatah Fak.Tarbiyah Jurusan PAI Tahun 1995

5. Sarjana S.2 IAIN Raden Fatah PPs IPI Tahun 2011Hobi : Membaca dan memelihara tanaman

Alamat : Jalan KH. Sulaiman Rt.10 Rw.03 No. 43 Pangkalan

Balai Banyuasin Sumatera Selatan

Nama ayah : M. Kisok

Nama ibu ; Siti Zaleha

Nama Istri : Eliya Yulyanti,S.Ag

Jumlah Anak : 4 orang (Qowiyatus Sholiha (Pendidikan SD),

Mawaddah Warohmah (SD) , M. Ulil Albab, dan BZ

Said Nursi).

b. Pengalaman Pekerjaan :

Pengalaman Mengajar :

NO NAMA SEKOLAHBIDANGSTUDI/

LAMA MENGAJAR

GURU KELAS Mulai sampai Th

1 Guru MTs Mif.Jannah Kenten Penjas/English 1996 2003

2 Guru SMP Karya Utama Fisika/Mulok 1997 2002

Page 80: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

80

3 Guru SMP Bina Mulia Plg Fisika/Mulok 1997 2002

4 Guru SMP Pertiwi Sako IPS 1997 1998

5 Guru MTS Al-Arkom Plg Fiqih 1998 2001

6Guru SDN 5 C.Manis BA.1(PNS) Pend.Agama 2000 2003

7Guru MTs Sabilul Hasanah (PNS) Al Quran Hadits 2003 2011

8 Guru MTs Jabal Noer Aqidah Akhlak 2011 Sekarang

Tugas Tambahan :

1. Kepala MTs Jabal Noer Kecamatan Rantau Bayur Banyuasin2. Anggota TIM PAK Jabatan Guru Kabupaten Banyuasin tahun 2007 s/d 2012

c. Karya Tulis

No Judul Tulisan Jenis Penerbit Tahun01 Urgensi Ilmu Jiwa Agama Dalam Mendidik

Sikap Agamis Pada Anak-Anak di Bawah Masa Akil Baligh

Skripsi

S,1 Tar. 1995

02 Potret Masyarakat Muslim Dalam Memandang Pendidikan Madrasah dan Pesantren =(Peserta Guru Teladan MTs tingkat Propinsi Kanwil Depag SS.mewakili Banyuasin)

KTI - 2005

03 Deskriptif dan Pemetaan MTs Sabilul Hasanah Banyuasin (Upaya Evaluasi dan Peningkatan Mutu) =( Syarat Peserta Guru Berprestasi Tingkat MTs ke tingkat Propinsi mewakili Banyuasin)

KTI - 2010

04 UN, Hardiknas dan Jatidiri Sekolah Kita Artikel

Koran Hr. Banyuasin

6-5-10

05 Zakat Penghasilan Perlu Pahamisasi Sebelum Realisasi

Artikel

Koran Hr. Banyuasin

20-4-10

06 Kebebasan Memilih dan Menilai Penguasa dalam Bingkai Islam

Artikel

Koran Hr. Banyuasin

25-6-09

07 Berkorban dan Musibah Artikel

Koran Transparan

26-1-05

08 Haji Mabrur dalam Pesan dan Kesan Artikel

Tabloit Peta weekly

Jan-06

09 Kebebasan Politik dalam Bingkai Islam Artikel

Media Sumatera

28-8-00

10 Reformasi dan Ulama Pendamping Artikel

Koran Sumeks 4-6-98

11 Merapikan Akidah Hadapi Era Pasar Bebas Artike Koran Sumeks 29-8-97

Page 81: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

81

l12 Kepahlawanan, Pemuda dan Era Globalisasi Artike

lKoran Sumeks 12-11-97

13 Remaja, Hindari AIDS Artikel

Koran Sumeks 5-12-97

14 Seragam Artikel

Koran Sripo 12-3-98

15 Enigma Nasib dan Kemandirian Guru dalam UUGD 2005

Artikel

Koran Berita P Peb-07

16 HIV/AIDS, Perzinahan dan Nilai-Nilai Agama

Artikel

Koran Banyuasin 30-11-10

17 Musibah dan Berkorban (2) Artikel

Koran Banyuasin 18-11-10

18 Pesan dan Kesan dalam Haji Mabrur (2) Artikel

Koran Banyuasin -11-10

19 Perayaan Tahun Baru Sebuah Sejarah, Budaya dan Muhasabah

Artikel

Koran Banyuasin 5-1-11

20 Membangun Aqidah Umat, Hadapai era Informasi yang tak Menentu

Artikel

Koran Banyuasin 18-1-11

21 Persfektif Islam Tentang Berbohong dan Kejujuran

Artikel

Koran Banyuasin 21-1-11

22 Gaji, Korupsi dan Sikap Islam Artikel

Koran Banyuasin 29-1-11

d. Riwayat Organisasi :

1. HMI Kom. Tarbiyah tahun 1993-1994 sebagai kabid. Kerohanian

2. Pramuka SDN 412 Tahun 1996-1999 sebagai pelatih/ pembina

3. PGRI Ranting Kenten tahun 2001-2003 sebagai wakil ketua

4. Ikatan Pemuda Muslim Kabupeten Banyuasin2005-2008 sebagai kabid. Dakwah

5. Ikatan Mahasiswa Lintang Empat Lawang (IMAL IV L) tahun 1994-1995 sebagai ketua

6. Pengurus Masjid Al-Makmun Pangkalan Balai Bid. Pendidikan tahun 2007-2009

7. Bendahara Masjid Al-Makmun Pangkanal Balai periode 2011 – 2013 dll

Page 82: Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/5507/2/Tesis Bab 1-5 ba_da... · 2020. 1. 10. · Aqidah juga adalah masalah fundamentil dalam Islam, ia menjadi titik tolak permulaan

82